Dokumen tersebut memberikan data dan fakta mengenai tingkat intoleransi dan radikalisme di kalangan masyarakat, pendidikan, dan lembaga keagamaan di Indonesia serta indikator-indikator moderasi beragama. Dokumen ini juga menjelaskan konsep Islam Wasatiyyah atau moderat yang menekankan penghindaran ekstremisme dan kekerasan serta menganjurkan sikap tengah dan fleksibilitas.
1. DATA & FAKTA
1. 1 dari 2 guru atau siswa memiliki pandangan intoleransi (CONVEY)
2. 1/3 dari dosen PAI dan hampir 1/2 dari mahasiswa anti dari agama
lain dan berprilaku intoleran kepada seagama akan tetapi beda aliran
(LaKIP)
3. Di masjid 1 dari enam ulama menolak konsep agama bangsa,
bulletin berkonten radikalisme, setengahnya setuju penerapan hukum
islam yang absolut(CONVEY)
4. Mayoritas kampus belum memiliki instrumen dalam menjaring input
mahasiswa yang tepat (CONVEY)
5. 21 juta lebih kasus kekerasan terjadi di sekolah selama kurun 2010-
2014 (bali post 14 Mei 2015)
6. 8,5% setuju dasar negara diganti dengan agama, dan 7,2% setuju
gerakan ISIS (setara Insitut)
3. ETIMOLOGIS
Kata Wasatiyyah jika diltelusuri akar atau derivasi kata
dalam bahasa arab diambil dari kata وسط dalam bentuk
tunggalnya dan أوسط dalam bentuk pluralnya, yang artinya
tengah atau tengah-tengah. Kemudian mendapatkan
tambahan ya’ nisbat yang berarti penyandaran terhadap
sesuatu. Sebagaimana dalam surah Albaqoroh ayat 143.
Kata Wasatiyah ini dalam perkembangannya,
khususnya konteks kajian keislaman di Indonesia memiliki
padanan kata moderat atau moderasi.
4. TERMINOLOGIS
Dalam artikelnya yang dimuat jurnal Wall Street,
Tawfiq Hamid mendefinisikan Islam Moderat sebagai“ Islam
yang menolak secara tegas hukum-hukum yang
memebenarkan kekerasan dan diskriminasi”.
Kemudian ada Dr. Muqtedar Khan menawarkan
definisi lain yang membenturkan secara berlawanan antara
Islam Moderat dengan Islam Radikal. Menurut beliau bahwa
yang pertama lebih menekankan pentingnya konsep ijtihad
dalam pengertian lebih luas, sementara yang kedua lebih
menekankan konsep jihad atau perang suci.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyediakan
dua pengertian kata moderasi, yakni: 1. npengurangan
kekerasan, dan 2. penghindaran keekstreman
5. LANDASAN FILOSOFIS
ىَلَع َءاَدَهُش واُنوُكَتِل اًطَس َو ًةَّمُأ ْمُكَانْلَعَج َكِلَذَك َو
ِهَش ْمُكْيَلَع ُلوُسَّالر َونُكَي َو ِ
اسَّنال
ًادي
[
البقرة
:
143
]
“Dan demikian pula kami jadikan kamu semua umat
pertengahan agar kamu menjadi saksi atas manusia dan
agar rosul (Muhammad) menjadi saksi atas kamu”
6. KOMENTAR MUFASSIR
Jika merujuk kepada penjelasan para Mufassir klasik
semisal al-Razi atau al-Tabari, kata وسطا امةmemeiliki
beberapa pilihan makna, yakni umat atau komunitas yang
adil, tengah-tengah dan terbaik. Menurut Ulil Abshor Abdalla,
ketiga opsi makna ini satu dengan lainnya saling berkaitan.
Lebih lanjut al-Thobari menjelaskan dengan mengutip
pendapat Abu Ja’far, maksud dari umat yang tengah adalah
umat Nabi Muhammad mendapatkan keutamaan menjadi
umat yang tengah diantara umat-umat lain seperti umat
Nasrani dengan tradisi “ruhbaniyyun” atau kependetaan dan
umat Yahudi yang ekstrim sehingga dalam doktrin Islam
mereka berani mendistorsi dan membunuh nabi-nabi
mereka.
7. KLASIFIKASI MODERAT
Abu Yazid dalam bukunya Membangun Islam Tengah
memberikan klasifikasi Islam Moderat menjadi empat wilayah.
1. Ranah Aqidah
Keimanan terhadap hal gaib jangan sampai terjerembab dalam jurang
paham mistisme buta dan larangan untuk bersikap ateis seperti dalam surah
Fatir ayat 3.
2. Ranah Ibadah
Perintah menghamba dalam Islam bukan berarti penghambaan secara
buta sebagaimana ditradisikan oleh kalangan Nasrani atau sama sekali tidak
memperhatikan aspek penghambaan hingga menimbulkan keberanian
dalam melawan dan abai terhadap sakralitas ritus spiritual.
3. Ranah Akhlak
dalam alquran mengajarkan sikap tengah pada keseharian di bidang
apapun seperti dalam surah al-Isro’ ayat 29
4. Ranah tasyri’
dibuktikan dalam konsep fleksibelitas fikih yang mengakomodasi baik
interaksi manusia dengan Allah dan manusia dengan menusia.
8. INDIKATOR MODERASI BERISLAM
Menurut Yusuf Qordhowi (2011) yaitu: (1)
pemahaman Islam secara komprehensif, (2)
keseimbangan antara ketetapan syari’ah dan
perubahan zaman, (3) dukungan kepada
kedamaian dan penghormatan nilai-nilai
kemanusiaan, (4) pengakuan akan pluralitas
agama, budaya dan politik, dan (5) pengakuan
terhadap hak-hak minoritas
Menurut Afrizal Nur dan Mukhlis (2016)
antara lain: Tawassuth, Tawazun, I’tidâl, Tasamuh,
Musawah, Syura, Ishlah, Aulawiyah, Tathawwur wa
Ibtikar
9. MILLENIAL
Ciri generasi Millenial
1. Cenderung lebih minat memebaca ewat
gadget
2. Wajib memiliki akun sosmed
3. Lebih memilih smartphone dibandingkan
televisi
4. Keluarga sebagai pusat pertimbangan