SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
PENDAHULUAN
Pada era modernisasi ini, kehidupan modern yang bisa dikatakan serba positivistik
dan serba terukur, dianggap telah gagal mengatasi problem-problem kehidupan dengan
ukuran rasionalitas dan pendewasaan akal pikirannya. Bahkan acapkali menimbulkan ragam,
problem baru yang mengusik hati nurani umat manusia, suatu contoh misal dekadensi moral
dan aksi radikal.
Pengaruh mordenisasi bak wabah yang mulai cepat merabah ke berbagai daerah diluar
peradaban barat, hingga sampai wilayah-wilayah muslim di daerah timur dengan mengusung
beberapa konsep diantaranya seputar masalah HAM, demokrasi, kesetaraan gender,
pluralisme, liberalisme serta sekularisme.
Konsep-konsep tersebut mendapat respon dengan berbagai sikap oleh masyarakat
muslim yang tentu saja konsekuensinya juga menawarkan beragam konflik ditubuh Islam itu
sendiri dari beberapa kalangan muslim di berbagai tempat.
II. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian liberalisme dan bagaimana perspektif Islam mengenai Liberalisme?
2. Apa pengertian gender dan bagaimana gender dalam perspektif Islam ?
3. Apa pengertian plularisme dan bagaimana pluralisme dalam Islam?
4. Apa pengertian terorisme dan
5. Apa pengertian isis dan
III. PEMBAHASAN
A. Liberalisme
Menurut bahasa, kata liberal berasal dari bahasa Inggris, liberal, yang berarti
penganut liberalisme, dan berarti pula bebas, liberal, tidak picik. Dengan demikian, Islam
liberal berarti Islam yang serba bebas, luas, dan tidak picik dalam memahami Islam. Kata
liberal atau bebas yang berada di belakang kata Islam tersebut adalah bebas dari belenggu
taklid (mengikuti pendapat orang tanpa sikap kritis), bebas untuk kembali dan mengakses Al-
Qur’an dan As-Sunnah secara langsung.1[1]
1[1]Abudin Nata, STUDI ISLAM KOMPERHENSIF,(Jakarta :Kencana,2011), hlm 522
Liberalisme adalah paham yang berusaha memperbesar wilayah kebebasan individu
dan mendorong kemajuan sosial. Liberalisme merupakan paham kebebasan, artinya manusia
mempunyai kebebasan atau kalau kita lihat dari perspektif filosofi, merupakan tata pemikiran
yang landasan pemikirannya adalah manusia yang bebas. Bebas, karena manusia mampu
berfikir dan bertindak sesuai dengan yang diinginkan. Prinsip-prinsip liberalisme itu sendiri
yaitu kebebasan dan tanggungjawab. Salah satu agenda liberalisme adalah mengandalkan
rasio dan kesadaran sosial para individu untuk menunaikan kewajiban-kewajibannya.2[2]
Liberalisme dalam Islam adalah keinginan menjembatani antara masa lalu dengan
masa sekarang. Jembatannya adalah melakukan penafsiran-penafsiaran ulang sehingga Islam
menjadi agama yang hidup. Karena kita hidup dalam situasi yang dinamis dan selalu berubah,
sehingga agar agama tetap relevan perlu cara pandang baru dalam melihat dan memahami
agama. Dalam tradisi filsafat Islam ada kebebasan berpikir yang berusaha memberikan
alternatif bagi pemahaman ortodoks.
Oleh sebab itu wajar bila sekarang banyak para sarjana muslim yang mengatakan
akar-akar liberalisme dalam Islam bisa ditelusuri pada dua disiplin keilmuan Islam, yaitu
filsafat dan tasawuf, filsafat memberi landasan intelektual dan rasional, sementara tasawuf
memberi landasan spiritual.3[3]
Islam liberal adalah Islam yang memilih akses penafsiran Al-Qur’an dan As-Sunnah
sesuai dengan metode dan pendekatan dalam penafsiran, melakukan reinterpretasi terhadap
penafsiran Islam masa lalu yang tidak sesuai, ingin keluar dari belenggu taklid dan kembali
melakukan ijtihad dalam rangka melahirkan gagasan dan pemikiran yang sesuai dengan
zaman, serta ingin keluar dari ikatan tradisi yang tidak sesuai dengan spirit Al-Qur’an dan
As-Sunnah, sebagai sumber Islam yang membawa kemajuan.4[4]
Islam liberal sendiri keberadaannya di Indonesia di pelopori oleh Nurcholis Madjid,
seorang tokoh yang sebelumnya sudah meluncurkan gagasan sekularisasi dan ide-ide teologi
inklusif-pluralis. Lewat Islam liberal inilah Nurcholis Madjid mengembangkan gagasannya
lebih intensif yang lebih dikenal dengan Jaringan Islam liberal (JIL). Mulai aktif pada Maret
2[2]Budhy Munawar-Rachman, Argumen Islamuntuk Liberalisme,(Jakarta:Gramedia,
2010), hlm 3-4
3[3]Budhy Munawar-Rachman, MEMBELA KEBEBASAN BERAGAMA Percakapan tentang
Sekularisme,Liberalisme, dan Pluralisme,( Jakarta:LSAF, 2010), hlm li
4[4] Abuddin Nata, STUDI ISLAM KOMPERHENSIF,…,hlm523-524.
2001, lewat diskusi maya (milis), koran jaringannya dan radio jaringannya, JIL meluncurkan
gagasan-gagasannya di Indonesia.
Di kalangan masyarakat pada umumnya, Islam liberal di nilai sebagai Islam yang
tidak baik, karena Islam liberal dihubungkan dengan sikap yang bebas dalam memahami
Islam, bahkan bebas untuk tidak tunduk pada ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah, tidak
mengikuti ketentuan syariat (fikih), dan berbagai tindakan bebas lainnya.
Ali Abdul Raziq (1866-1966) tampaknya adalah tokoh pertama yang merupakan
rujukan kaum Islam liberal. Karya dari Ali Abdul Raziq, Islam wa ushul al-hukum Islam dan
Dasar-Dasar pemerintahan. Para ulama memutuskan untuk mencabut Ijazah Raziq dan
mengeluarkannya dari kelompok ulama Al-Azhar. Tujuh butir kesalahan fatal yang dibuat
Raziq yaitu:
1. Menjadikan syariat Islam sebagai hukum agama yang tidak ada kaitannya dengan pengaturan
atau pelaksanaan duniawi.
2. Berpendapat bahwa jihad Rasulullah ditujukan untuk meraih kekuasaan setingkat raja dan
bukan untuk mensyiarkan agama ke seluruh dunia.
3. Menyatakan bahwa lembaga pemerintahan di masa Rasulullah tidak jelas, rancu, kacau, tidak
komplit, dan membingungkan.
4. Berpendapat bahwa tanggung jawab Muhammad hanya menyebarluaskan syariat tanpa
menjadi penguasa dan pemerintah.
5. Menganggap sepi ijma’ para sahabat Rasulullah yang menganggap umat mesti menunjukkan
seseorang untuk mengolah urusan keagamaan dan keduniawian serta mengakui adanya
kewajiban mengangkat seorang imam.
6. Mengingkari bahwa kehakiman merupakan fungsi syariat.
7. Berpendapat bahwa pemerintahan Abu Bakar Assidiq adalah pemerintahan yang sekuler.
Tapi ulama model Raziq inilah yang digandrumi kaum Islam liberal (para pemikir
barat), pemecatan Raziq dari anggota ulama Al-Azhar, dilakukan oleh Haiah Kibaril Ulama (
dewan ulama terkemuka) yang terdiri dari 19 orang ulama. Bila dicermati, intinya Ali Abd
Raziq menolak Daulah Islamiah atau khalifah Islamiah bagi kaum muslim.5[5]
B. Pluralisme
1) Pengertian Pluralisme
5[5]Adian Husaini, Nuim Hidayat, IslamLiberal, (Jakarta:GEMA INSANI PRESS,2002)
hlm. 12-13
Pemikiran pluralisme agama muncul pada masa yang disebut pencerahan
(Enlightenment) Eropa, tepatnya pada abad ke 18 Masehi, masa yang sering disebut sebagai
titik permulaan bangkitnya gerakan pemikiran modern. Yaitu masa yang diwarnai dengan
wacana-wacana baru pergolakan pemikiran manusia yang berorientasi pada superioritas akal
(rasionalisme) dan pembebasan akal dari kungkungan-kungkungan agama.
Setidaknya terdapat dua faktor utama penyebab munculnya gagasan pluralisme agama.
Pertama, yaitu faktor internal berupa realitas perbedaan keyakinan antar agama yang sifatnya
mendasar. Perbedaan tersebut terutama nampak pada bidang-bidang
aqidah/keimanan/ideologis, bidang sejarah yang mempengaruhi secara langsung unsur-unsur
keyakinan agama dan juga masalah konsep superioritas agama.
Kedua, yaitu faktor eksternal yang bisa diklasifikasikan menjadi dua kategori. Pertama,
faktor yang bersifat sosio-politis, yang erat berkaitan dengan wacana-wacana sosio-politis,
demokrasi, nasionalisme, dan HAM yang telah melahirkan sistem "Negara-Bangsa" dan
kemudian mengarah pada apa yang dewasa ini dikenal dengan globalisasi. Kedua, faktor
ilmiah akademis yang terejawantahkan dalam kerangka maraknya kajian keagamaan
kontemporer, dimana sebagian pakar keagamaaan mencoba memformulasikan teori
pluralismenya berdasarkan kesimpulan-kesimpulan yang telah mereka capai.
Secara etimologis, pluralisme agama berasal dari dua kata, yaitu "pluralisme" dan
"agama". Dalam bahasa Arab diterjemahkan "Al-ta'addudiyah al-diniyyah" dan dalam bahasa
Inggris "religous pluralism". Oleh karena istilah pluralisme agama ini berasal dari bahasa
Inggris, maka untuk mendefinisikannya secara akurat harus merujuk kepada kamus bahasa
tersebut. Pluralism berarti "jamak" atau lebih dari satu. Dalam kamus bahasa Inggris
mempunyai tiga pengertian. Pertama pengertian kegerejaan: (i) sebutan untuk orang yang
memegang lebih dari satu jabatan dalam struktur kegerejaan, (ii) memegang dua jabatan atau
lebih secara bersamaan, baik bersifat kegerejaan maupun non-kegerejaan. Kedua, pengertian
filosofis: berarti sistem pemikiran yang mengakui adanya landasan pemikiran yang mendasar
yang lebih dari satu. Sedangkan ketiga, pengertian sosio-politis: adalah suatu sistem yang
mengakui koeksistensi keragaman kelompok, baik yang bercorak ras, suku, aliran maupun
partai dengan tetap menjunjung tinggi aspek-aspek perbedaan yang sangat karakteristik
diantara kelompok-kelompok tersebut. Ketiga, pengertian tersebut sebenarnya bisa
disederhanakan dalam satu makna, yaitu koeksistensinya berbagai kelompok atau keyakinan
di satu waktu dengan tetap terpeliharanya perbedaan-perbedaan dan karakteristik masing-
masing.
Adapun secara terminologis, pluralisme agama adalah kondisi hidup bersama
(koeksistensi) antar agama (dalam artian yang luas) yang berbeda-beda dalam satu komunitas
dengan tetap mempertahankan ciri-ciri spesisifik atau ajaran masing-masing agama.
Namun dari segi konteks dimana "pluralisme agama" sering digunakan dalam studi-studi
dan wacana-wacana sosio-ilmiah pada era modern ini, istilah ini telah menemukan definisi
dirinya yang sangat berbeda dengan yang dimiliki semula pada (dictionary definition). Jhon
Hick misalnya, menegaskan bahwa:
”.....pluralism is the view that the great world faiths embody different perceptions and
conseptions of, and corespondingly different responses to, the real or ultimate from within
the major variant cultural ways of being human; and that within each of them the
transformation of human existence from self-centredness to reality centredness is manifestly
taking place--and taking place, so far as human observation can tell, to much the same
extent."
(....pluralisme agama adalah suatu gagasan bahwa agama-agama besar dunia merupakan
persepsi dan konsepsi yang berbeda tentang, dan secara bertepatan merupakan respon yang
beragam terhadap, yang Real atau Yang Maha Agung dari dalam pranata kultural manusia
yang bervariasi; dan bahwa transformasi wujud manusia dari pemusatan-diri menuju
pemusatan-hakikat terjadi secara nyata dalam setiap masing-masing pranata kultural manusia
tersebut--dan terjadi, sejauh yang dapat diamati, sampai pada batas yang sama)
Dengan kata lain, Hick ingin menegaskan bahwa sejatinya semua agama adalah
merupakan "manifestasi-manifestasi dari realitas yang satu". Dengan demikian, semua agama
sama dan tak ada yang lebih baik dari yang lain.
Sangat jelas, rumusan Hick tentang pluralisme agama diatas adalah berangkat dari
pendekatan substansif, yang mengungkung agama dalam ruang (privat) yang sangat sempit,
dan memandang agama lebih sebagai konsep hubungan manusia dengan kekuatan sakral
yang transendental dan bersifat metafisik ketimbang sebagai suatu sistem sosial. Dengan
demikian telah terjadi proses pengebirian dan "reduksi" pengertian agama yang sangat
dahsyat. Dan yang sungguh mengejutkan, ternyata "pemahaman reduksionistik" inilah justru
yang semakin populer dan bahkan diterima dikalangan para ahli dari berbagai disiplin ilmu
dan pemikiran yang berbeda, hingga menjadi sebuah fenomena baru dalam dunia pemikiran
manusia yang jelas tentunya berbeda dengan apa yang sudah dikenali secara umum. Yaitu
suatu fenomena pemikiran baru yang unik tentang "persamaan agama" (religious equality).
Sesungguhnya pemahaman agama yang reduksionistik inilah yang merupakan "pangkal
permasalahan" sosio-teologis modern yang sangat akut, yang tak mungkin diselesaikan dan
ditemukan solusinya kecuali dengan mengembalikan agama itu sendiri ke habitat aslinya, ke
titik orbitnya yang sebenarnya, dan kepada pengertiannya yang benar dan komperehensif, tak
reduksionistik.
2) Pluralisme Islam
Istilah pluralisme tidaklah dikenal secara populer dan tidak banyak dipakai dikalangan
Islam kecuali sejak kurang lebih dua dekade terakhir abad ke-20 yang lalu. Yaitu ketika
terjadi perkembangan penting dalam kebijakan Internasional barat yang baru, yang memasuki
sebuah fase yang dijuluki Muhammad Imarah sebagai "Marhalat al-Ijtiyah" (fase
pembinaan). Yakni sebuah perkembangan yang prinsipnya tergurat dan tergambar jelas
dalam upaya barat guna menjajakan ideologi modern-nya yang mereka anggap universal.
Seperti Demokrasi, pluralisme, HAM, serta pasar bebas, yang kemudian mengekspornya
untuk luar dalam rangka mencapai berbagai kepentingannya yang beragam. Suatu kebijakan
yang telah dikemas atas dasar "superioritas" ras dan kultur barat, serta peremehan atau
penghinaan terhadap segala sesuatu yang bukan barat. Islam khususnya, dengan berbagai
macam tuduhan yang menyakitkan, seperti intoleran, anti-demokrasi, fundamentalis,
sektarian dan sebagainya. Maka sebagai respons terhadap perkembangan politis baru ini,
masalah pluralisme mulai mencuat dan concern kalangan cerdik-cendekia Islam, yang pada
gilirannya menjadi komoditas paling laku dipasar pemikiran Arab Islam kontemporer.
Menurut hemat penulis, isu-isu pluralitas keagamaan dalam pandangan para ulama Islam
lebih mengupas masalah yang berhubungan dengan bagaimana mengatur dan mengurus
individu-individu dan kelompok-kelompok yang hidup didalam sebuah tatanan masyarakat
yang satu, baik yang menyangkut hak ataupun kewajiban, untuk menjamin ketentraman dan
perdamain umum. Jadi, permasalahannnya lebih merupakan masalah aplikatif, praktis dan
historis, daripada masalah keimanan atau teologis. Dimana waktu telah menuntaskan secara
final dan menyerahkan semuanya pada kebebasan dan kemantapan individu untuk memilih
agama atau keyakinan sesuai dengan yang mereka yakini, sebagaimana difirmankan Allah
SWT:
Iwon#t•ø.Î)’ÎûÈûïÏe$!$#(‰s%tû¨üt6¨?߉ô©”•9$#z`ÏBÄcÓxöø9$#4
`yJsùö•àÿõ3tƒÏNqäó»©Ü9$$Î/-ÆÏB÷sãƒur«!$$Î/ωs)sùy7|¡ôJtGó™$#
Íouró•ãèø9$$Î/4’s+øOâqø9$#ŸwtP$|ÁÏÿR$#$olm;3ª!$#urìì‹ÏÿxœîLìÎ=tæ
ÇËÎÏÈ
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan
yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada
Thaghut[162] dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada
buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha
mengetahui.”6[6]
Di Indonesia sendiri, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwanya di tahun
2005, yang menyebut bahwa paham pluralisme agama adalah paham yang bertentangan
dengan Islam. Dengan lebih menitikberatkan pada soal definisi pluralisme agama itu sendiri,
karena seperti kita ketahui bersama bahwa istilah ini telah mengalami perubahan definisi
seperti yang sudah dijelaskan di bagian atas.
Jika istilah pluralisme agama tidak terjadi pergeseran makna, maka tidaklah perlu
umat Islam dan juga umat agama lain repot-repot untuk menjawabnya. Selain MUI, Vatikan
sudah terlebih dahulu bersikap tegas terhadap paham ini, dengan keluarnya Dekrit Dominus
Jesus (2000). Di kalangan Protestan pun muncul reaksi keras terhadap paham ini. Dalam
sebuah buku Pendidikan Agama Kristen untuk mahasiswa yang berjudul Beriman dan
Berilmu: Panduan Pendidikan Agama Kristen untuk Mahasiswa dijelaskan:
"Pluralisme bukan sekadar menghargai pluralitas agama tetapi sekaligus
menganggap (penganut) agama lain setara dengan agamanya. Ini adalah sikap yang mampu
menerima dan menghargai dan memandang agama lain sebagai agama yang baik dan benar,
serta mengakui adanya jalan kesempatan di dalamya. Di satu pihak, jika tidak berhati-hati,
sikap ketiga ini dapat berbahaya dan menciptakan polarisasi iman. Artinya keimananya atas
agama yang diyakininya pada akhirnya bisa memudar dengan sendirinya, tanpa intervensi
pihak lain."7[7]
Dalam Islam, Pluralitas merupakan "hukum ilahi" yang abadi di semua bidang
kehidupan, sehingga pluralitas itu sendiri telah menjadi karakteristik utama mahluk Allah.
Pluralitas merupakan realitas yang mewujud dan tidak mungkin dipungkiri. Yaitu suatu
hakikat perbedaan dan keragaman yang timbul semata karena memang adanya kekhususan
dan karakteristik yang diciptakan Allah SWT, dalam setiap ciptaan-Nya. Dan pluralitas yang
menyangkut agama, yaitu topik yang sedang kita bicarakan, dalam konteks Islam yang tepat
adalah berarti pengakuan akan eksisitensi agama-agama yang berbeda dan beragam dengan
seluruh kararkteristik dan kekhususannya, dan menerima ke-"lain-"an yang lain beserta
haknya untuk berbeda dalam beragama dan berkeyakinan.
Namun setelah itu semua, disini perlu ditambahkan bahwa mengakui eksistensi
praktis agama-agama yang lain, dalam pandangan Islam, tidak secara otomatis mengakui
legalitas dan kebenarannya seperti yang diajarkan oleh kaum pluralis. Melainkan lebih
6[6]Anis Malik Thoha, Tren Pluralisme Agama: Tinjauan Kritis, (Jakarta:Gema Insani,
2007), hlm 6-
7[7]Adian Husaini,Virus Liberalisme di Perguruan Tinggi Islam, (Jakarta:Gema Insani,
2009), hlm 132
tepatnya, menerima kehendak Allah SWT, dalam menciptakan agama-agama ini sebagai
berbeda-beda dan beragam. Karena Allah SWT yang Maha Bijaksana telah menghendaki
untuk menciptakan jagad raya dan segala isinya ini dengan bentuk dan kondisi yang demikian
sistematis dan seimbang (balanced); ada baik dan buruk, haq dan batil, malaikat dan setan,
siang dan malam, cahaya dan gelap, laki-laki dan perempuan dan lain sebagainya.
Apabila kita berhasil menempatkan problem pluralitas agama dalam konteks
penciptaan ilahi, dan dalam konteks kehendak ilahi ini, maka kita pasti akan mampu keluar
dari problem ini dengan pemahaman yang benar tentang problem ini sendiri dan rahasia-
rahasia yang yang berada di sebaliknya, dan pada saat yang sama kita juga akan mampu
keluar dengan solusi yang memuaskan dan tuntas terhadap problem ini dan problem-problem
yang lahir darinya.8[8]
C. Terorisme
1) Pengertian Terorisme
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, teror diartikan dengan:
1. Perbuatan (pemerintahan dan sebagainya) yang sewenang-wenang (kejam, bengis, dsb)
2. Usaha menciptakan ketakutan, kengerian dan kekejaman oleh seseorang atau golongan.
Terorisme berarti penggunaan kekerasan untuk menimbulkan kekuatan dalam usaha
mencapai suatu tujuan (terutama tujuan politik); praktik-praktik tindakan teror.
Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa dalam terorisme terdapat unsur-
unsur:
1. Tindakan yang disengaja untuk menimbulkan ketakutan.
2. Tujuan atau kepentingan yang akan di capai oleh pembuat ketakutan dengan tindakan itu,
3. korban tindakan itu tidak selalu berkaitan langsung dengan tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian, tindakan atau penampilan tertentu yang tanpa disengaja menyebabkan
orang lain ketakutan tidak dapat dimasukkan dalam kategori ketakutan. Demikian hukum
atau ketentuan yang membuat orang takut untuk melakukan pelanggaran, tidak termasuk
kategori terorisme.
Pembahasan melalui terorisme tidak dapat secara tersendiri dalam kitab-kitab fiqh lama.
Biasanya pembahasan mengenai terorisme terdapat dalam pasal atau bab tentang pembegal
dan selalu berkenan dengan hukuman atas pelakunya.
Dalam kitab al-Umm misalnya, Imam asy- Syafi’I mengatakan :
‫ج‬ ‫الثعب‬ ‫ب‬ ‫كتا‬ ‫سلسلت‬ (.‫رض‬ ‫األ‬ ‫من‬ ‫نفوا‬ ‫ماال‬ ‫يأخذوا‬ ‫ولم‬ ‫السبيل‬ ‫أخافوا‬ ‫وإذا‬5‫ص‬921
8[8] Anis Malik Thoha, Tren Pluralisme Agama: Tinjauan Kritis,…, hlm 209-210
“Jika mereka menakut-nakuti orang yang lewat di jalan dan tidak mengambil harta, maka
hukumanya adalah di buang ketempat yang jauh.”
‫منه‬ ‫ن‬ ‫فكا‬ .‫ضين‬ ‫ر‬ ‫العا‬ ‫أفعال‬ ‫فاختاف‬ ‫ح‬ ‫بسال‬ ‫ت‬ ‫مكابر‬ ‫واحد‬ ‫أو‬ ‫لجماعت‬ ‫ص‬ ‫اللصو‬ ‫ض‬ ‫عر‬ ‫فإذا‬‫من‬ ‫م‬
‫أ‬ ‫حوا‬ ‫وجر‬ ‫هيبوا‬ ‫ولو‬ .‫وا‬ ‫ر‬ ‫عز‬ ‫مال‬ ‫خذ‬ ‫أ‬ ‫ال‬ ‫و‬ ‫قتال‬ ‫يبلغوا‬ ‫لم‬ ‫و‬ ‫حيبوا‬ ‫...ولو‬ ‫ومنحم‬ ‫المال‬ ‫وأخذ‬ ‫قتل‬‫ق‬‫ص‬
‫ص‬ ‫المصدر‬ ‫(نفس‬ ...‫وحبسوا‬ ‫وا‬ ‫ر‬ ‫عز‬ ‫و‬ ‫ص‬ ‫القصا‬ ‫فيه‬ ‫بما‬ ‫منهم‬941)
“Jika pencuri-pencuri menghadang sekelompok atu satu orang seraya mengancam dengan
senjata, maka perbuatan mereka itu bermacam-macam. Ada yang membunuh dan
mengambil harta, ada yang…jika mereka menakut-nakuti dan tidak sampai membunuh atau
mengambil uang, maka hukumannya adalah di takzir. Jika mereka menakut-nakuti dan
melukai, maka mereka diqishash kalau luka yang ditimbulkannya termasuk luka yang
berhukum qhisash, ditakzir dan dikurung.
Pembahasan yang serupa juga ditemukan dalam kitab dua Imam Syafi’iyyah yang
lain, yakni Imam al-Nawawi dan Ibnu Hajar al-Haitami.
Imam al-Nawawi dalam kitabnya, ‫ْب‬‫د‬‫المه‬ ‫شرح‬ ‫المجموع‬ menyatakan:
‫الإلمام‬ ‫على‬ ‫وجب‬ ‫برية‬ ‫او‬ ‫مصر‬ ‫في‬ ‫السبيل‬ ‫خاف‬ ‫وأ‬ ‫السالح‬ ‫ثهر‬ ‫من‬‫ثو‬ ‫قويت‬ ‫ترك‬ ‫ْا‬‫د‬‫إ‬ ‫ألنه‬ ‫طلبه‬‫وكثر‬ ‫كته‬
‫وحب‬ ‫عزر‬ ‫النفس‬ ‫ويقتل‬ ‫المال‬ ‫يأخذ‬ ‫أن‬ ‫قبل‬ ‫وقع‬ ‫فإن‬ .‫األموال‬ ْ‫د‬‫وأخ‬ ‫النفوس‬ ‫قتل‬ ‫في‬ ‫به‬ ‫الفساد‬‫حسب‬ ‫على‬ ‫س‬
‫بالنقب‬ ‫للسرقة‬ ‫لمتعرض‬ ‫فعزركا‬ ‫عظيمة‬ ‫معصية‬ ‫فى‬ ‫للدخول‬ ‫تعرض‬ ‫نه‬ ‫أل‬ ,‫لسلطان‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ا‬ ‫ماير‬‫لمتعر‬ ‫وا‬
‫بالقبلة.[دارالفكر,ج‬ ‫نا‬ ‫للز‬ ‫ض‬21‫ص‬941]
“Jika ada orang yang memamerkan senjata dan menakut-nakuti orang yang lewat di jalan,
maka imam (penguasa politik)wajib mencarinya (dan menangkapnya ), karena jika
dibiarkan, akan menjadi bertambah kekuatannya dan terjadi banyak kerusakn dengan
senjata itu dalam bentuk pembunuhan dan perampasan. Jika ia tertangkap sebelum
mengambil harta dan membunuh, maka ia mesti dihukum takzir dan dibui sesuai dengan
pendapat penguasa, karena ia menunjukkan tanda-tanda akan melakukan kedurhakaan
besar, sebagaimana orang yang menunjukkan tanda-tanda akan mencuri dengan merusak
pagar dan orang yang menunjukkan tanda-tanda akan berzina dengan mencium.”
Dalil yang biasa dipakai untuk menentukkan hukuman-hukuman di atas adalah ayat
33-34 dari surat al-Maidah yang berbunyi:
$yJ¯RÎ)(#ätÂt“y_tûïÏ%©!$#tbqç/Í‘$pt䆩!$#¼ã&s!qß™u‘ur
tböqyèó¡tƒur’ÎûÇÚö‘F{$##·Š$|¡sùbr&(#þqè=-Gs)ãƒ÷rr&(#þqç6¯=|Áãƒ
÷rr&yì©Üs)è?óOÎgƒÏ‰÷ƒr&Nßgè=ã_ö‘r&urô`ÏiBA#»n=Åz÷rr&
(#öqxÿYペÆÏBÇÚö‘F{$#4š•Ï9ºsŒóOßgs9Ó“÷“Åz’Îû$u‹÷R‘‰9$#(
óOßgs9ur’ÎûÍot•ÅzFy$#ë>#x‹tãíOŠÏàtãÇÌÌÈžwÎ)šúïÏ%©!$#(#qç/$s?
`ÏBÈ@ö6s%br&(#râ‘ωø)s?öNÍköŽn=tã((#þqßJn=÷æ$$sùžcr&©!$#
Ö‘qàÿxîÒO‹Ïm§‘ÇÌÍÈ
“Bahwasanya balasan orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya serta melakukan
kerusakan dimuka bumi ialah dengan dibalas bunuh, atau dipalang, atau dipotong tangan
dan kaki mereka secara bersilang, atau dibuang negeri. Hukuman yang demikian itu adalah
suatu kehinaan didunia bagi mereka beroleh azab siksa yang amat besar. Kecuali orang-
orng yang bertaubat sebelum kamu dapat menangkapnya, (mereka terlepas dari hukuman
itu). Maka ketahuilah, bahwasannya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mengasihi.” (QS.
Al-Maidah [5]: 33-34)
Hukum teroris sekarang, dalam kitab Fiqh, seperti yang dikutip diatas walaupun
terdapat pembicaraan mengenai orang yang hanya menakut-nakuti , kesan yang diperoleh
adalah bahwa tindakan menakut-nakuti itu berhubungan dengan perampasan harta atau
pembunuhan dan dilakukan dijalan.
Dalam tafsir atas ayat tersebut diatas disebutkan bahwa variasi hukuman itu
berdasarkan atas yang membunuh saja dengan tidak merampas, pemalangan atu penyaliban
untuk mereka yang membunuh dan merampas, pemotongan tangan dan kaki untuk mereka
yang hanya merampas, sedangkan pembuangan untuk mereka yang hanya mengganggu
ketentraman umum.
Dalam tafsir al- Jalalain, misalnya, dinyatakan :
‫لنف‬ ‫وا‬‫يقتل‬ ‫ولم‬ ‫المال‬ ‫أخذ‬ ‫لمن‬ ‫لقطع‬ ‫وا‬ ‫المال‬ ‫وأخذ‬‫قتل‬ ‫لمن‬ ‫صلب‬ ‫وال‬ ‫فقط‬ ‫قتل‬ ‫لمن‬ ‫لقتل‬ ‫فا‬‫أخاف‬ ‫لمن‬ ‫ى‬
‫قبله‬ ‫وقيل‬ ‫القتل‬ ‫بعد‬ ‫ثالثا‬ ‫الصلب‬ ‫أن‬ ‫قوليه‬ ‫وأصح‬ ‫االثافعى‬ ‫وعليه‬ ‫عباس‬ ‫ابن‬ ‫قاله‬ .‫فقط‬‫قلي‬‫بالنفي‬ ‫ويلحق‬ ‫ال‬
‫ه‬ ‫الحبسوغير‬ ‫التنكيلمن‬ ‫في‬ ‫أثبهه‬ ‫ما‬
“Hukum bunuh merupakan hukuman bagi orang yang membunuh; penyaliban untuk
orang yang membunuh dan mengambil harta; potong tangan untuk yang mengambil harta
tapi tidak membunuh dan pembuangan untuk orang yang hanya menakut-nakuti. Demikian
pendapat yang dikemukakan Ibn’Abbas dan diikuti asy-Syafi’ adalah bahwa penyaliban tiga
kali disebutkan setelah hokum bunuh; dikatakan oleh sebagian ulama : sedikit sebelum
hukuman mati. Hukuman-hukuman yang menyerupainya seperti pengurungan dikatagorikan
dalam pembuangan.”
Ini berarti bahwa terorisme pada umumnya, baik untuk tujuan mengambil harta
maupun untuk tujuan-tujuan politik dan lainnnya, masuk dalam bab memerangi Allah dan
Rasul-Nya atau al-hirabah, yang hukum dasarnya jelas haram.
Bagaimana memperbaikinya?
Perlu disebarkan dan ditekankan bahwa perang adalah keadaan darurat, bukan
keadaan yang dikehendaki Islam. Perang yang telah terjadi dalam sejarah Islam dapat
dikatakan sebagai kecelakaan sejarah, yang sebagiannya dapat dimengerti dan dibenarkan,
misalnya ketika umat Islam di Madinah harus mempertahankan diri dari kemungkinan
kehancuran fatal oleh kekuatan kaum kafir atau musyrik Quraisy di Makkah. Islam dari awal
kehadirannya mengajarkan kasih sayang dan memaafkan, namun ajaran ini tertutup oleh
kesibukan dalam berperang dan terlupakan untuk waktu yang sangat lama.
Perang memang dilakukan oleh nabi Muhammad SAW, tetapi pada waktu itu tidaak
ada pilihan lain untuk mempertahankan diri. Pilihan yang ada hanyalah berperang atau mati.
Akan tetapi , ketika kemudian perang juga menghasilkan keuntungan material yang berupa
perluasan wilayah kekuasaan dan harta rampasan, kaum muslimin Arab kebablasan dalam
melakukan perang. Selanjutnya, perang-perang terus terjadi sebagaimana lazimnya pada
masa itu baik baik yang dapat dibenarkan maupun yang yang tidak dan membentuk
kebudayaan kekerasan yang didukung ajaran agama. Dukungan ini terjadi, antara lain, karena
banyak dari ajaran agama pun dirumuskan pada masa-masa perang.
Pengentasan orang-orang yang tertindas dan malang dari keadaannya yang terpuruk
merupakan salah satu kunci penyelesaian masalah terorisme. Demikian pula pendidikan yang
menekankan pada perdamaian dan apresiasi kepada keberagaman . akan tetapi ini menuntut
perombakan banyak dari ajaran atau bahakan keseluruhan bangunan ajaran Islam , terutama
bagaimana mengambil ajaran dari alQur’an dan Hadits, dua sumber utamanya. Dalam kedua
“kitab suci” ini penyembutan kekerasan sebagai alat untuk mencapai kebaikan sangat banyak
sehingga menutupi pesan dasar tentang penghormatan kepada kemanusiaan. Orang yang
tidak hati-hati dalam membacanya dapat terjebak dalam pemahaman bahwa memang Islam
tidak menghendaki perdamaian, kasih sayang, kesabaran dan nilai-nilai kesantunan yang lain.
Misal anggapan al-Qurthubi, dan tafsirnya atas ayat 208 dari surat al-Baqarah, bahwa kaum
muslimin tidak boleh mendahului mengajukan inisiatif perdamaian. Kaum muslimin harus
menerima uluran tangan perdamaian, tetapi tidak boleh mendahului mengulurkan tangan.
Pendapat seperti ini sangat besar kemungkinannya untuk dianut oleh kaum muslimin
sendiri, dengan sedikit moderasi misalnya, dengan menyimpulkan bahwa karena dalam al-
Qur’an banyak perintah memerangi orang kafir dan Nabi Muhammad SAW sendiri sewaktu
di Madinah memmpin beberapa peperangan dengan kaum kafir maka memerangi orang kafir
itu memang kewajiban seorang muslim. Berdamai dengan orang kafir adalah kesalahan,
penyimpangan dari ajaran murni Islam
Sementara itu, sebenarnya al-Qur’an juga berisi ayat-ayat seperti
(#ätÂt“y_ur7py¥ÍhŠy™×py¥ÍhŠy™$ygè=÷WÏiB(ô`yJsù$xÿtãyxn=ô¹r&ur
¼çnã•ô_r'sù’n?tã«!$#4¼çm¯RÎ)Ÿw•=Ïtä†tûüÏJÎ=»©à9$#ÇÍÉÈ
“Balasan perbuatan buruk adalah perbuatan buruk yang serupa, namun barang
siapa memaafkan dan membuat perdamaian, maka pahalanya pasti akan diberikan Allah.
Sesungguhnya Allah tidak suka orang-orang zalim.” (QS.al-Syura[42]:40)
D. Gender
1) Pengertian Gender
Kata gender berasal dari bahasa Inggris, yang artinya jenis kelamin. Di dalam
Webster’s New World Dictionary, gender diartikan sebagai perbedaan yang tampak antara
laki-laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku. Menurut Heyzer (1991),
gender adalah peranan laki-laki dan perempuan dalam suatu tingkah laku sosial yang
terstruktur. Sedangkan Illich (1983) berpendapat bahwa gender dimaksudkan untuk
membedakan antara laki-laki dan perempuan secara sosial, yang mengacu pada unsur
emosional, kejiwaan, dan tingkah laku.
Kata gender selalu dikaitkan dengan seks. Menurut paham feminisme, terdapat
perbedaan antara konsep seks dan gender. Persoalan-persoalan yang menyangkut perbedaan
biologis fisiologis merupakan wilayah seks. Misalnya, laki-laki memiliki penis dan
memproduksi sperma. Sedangakan perempuan memiliki rahim dan memproduksi telur. Oleh
karenanya, demikian merupakan suatu yang kodrati dan tidak dapat di ubah. Sementara, yang
menyangkut fungsi, peran, hak, dan kewajiban masuk dalam wilayah gender. Misalnya,
perempuan memiliki sifat lemah lembut, emosional, cantik. Sedangakan laki-laki memiliki
sifat kuat, rasional, jantan, dan perkasa. Ciri-ciri itu, baik yang melekat pada perempuan
maupun laki-laki tidaklah permanen. Dengan demikian, gender merupakan suatu sifat yang
melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun
kultural, dan yang menyangkut aspek-aspek non biologis lainnya.9[9]
Oleh karena itu, Bates berpendapat bahwa gender merupakan interpretasi mental dan
kultur terhadap perbedaan kelamin dan hubungan laki-laki dan perempuan. Selain itu, ia juga
digambarkan sebagai pemisah antara ruang gerak domestik materi dalam keluarga dan ruang
gerak publik di mana laki-laki menjadi aktor utamanya. Dengan demikian, gender adalah
persoalan nature dan nurture. Jika yang natural bercorak kodrati (datang dari sananya), maka
yang nurture merupakan hasil konstruksi sosial dan budaya masyarakat tentang perbedaan
laki-laki dan perempuan.10[10]
2) Gender dalam Perspektif Islam
Islam tidak mengenal diskriminasi antara kaum laki-laki dan perempuan. Islam
menempatkan perempuan sebagai mitra sejajar kaum laki-laki. Kalaupun ada perbedaan,
maka itu adalah akibat fungsi dan tugas-tugas utama yang dibebankan agama kepada masing-
masing jenis kelamin, sehingga perbedaan yang ada tidak mengakibatkan yang satu merasa
memiliki kelebihan atas yang lain. Keduanya saling melengkapi dan bantu membantu dalam
memerankan fungsinya dalam hidup dan kehidupan. 11[11] Baik laki-laki maupun
perempuan yang muslim, yang mukmin, dan yang sejenisnya dihadapan Allah sama
9[9]Mohamad Nor Ichwan, Prof.M. Quraish Shihab Membincang Persoalan
Gender,(Semarang:RaAIL Media Group, 2013), hlm 2-3
10[10] Nur Syam, Agama Pelacur, (Yogyakarta:LKiS Printing Cemerlang, 2010) hlm. 13-16
11[11] Huzaimah Tahido Yanggo, Fiqih Perempuan Kontemporer,(Jakarta:Penerbit Ghalia
Indonesia, 2010), hlm 91
kedudukannya. Bahwa mereka akan mendapatkan ampunan dan pahala dari sisi Tuhannya
selama mereka berbuat baik. Lagi-lagi ampunan dan pahala itu tidak diberikan kepada
mereka hanya karena status seksnya.12[12]
Konsep Islam dalam Kesetaraan Gender
1. Perspektif Pengabdian
Islam tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan dalam pengabdian, satu-
satunya perbedaan yang dijadikan ukuran untuk meninggikan atau merendahkan derajat
mereka hanyalah nilai pengabdian dan ketakwaan kepada Allah swt. Sebagaimana firman
Allah swt:
$pkš‰r'¯»tƒâ¨$¨Z9$#$¯RÎ)/ä3»oYø)n=yz`ÏiB9•x.sŒ4ÓsRé&ur
öNä3»oYù=yèy_ur$/qãèä©Ÿ@ͬ!$t7s%ur(#þqèùu‘$yètGÏ94¨bÎ)
ö/ä3tBt•ò2r&y‰YÏã«!$#öNä39s)ø?r&4¨bÎ)©!$#îLìÎ=tã׎•Î7yzÇÊÌÈ
”Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
lagi Maha Mengenal.”
2. Perspektif Asal Kejadian Perempuan
Al-Qur’an menerangkan bahwa perempuan dan laki-laki diciptakan Allah dengan
derajat yang sama. Tidak ada isyarat dalam Al-Qur’an bahwa perempuan pertama (Hawa)
yang diciptakan oleh Allah adalah suatu ciptaan yang mempunyai martabat lebih rendah dari
laki-laki pertama (Adam).
3. Perspektif Kejiwaan
Ada anggapan bahwa dari segi kejiwaan, perempuan memiliki jiwa yang lemah sehingga
mudah terkena godaan atau rayuan. Anggapan ini biasanya menyandarkan diri pada peristiwa
keberhasilan iblis merayu Adam untuk memkan buah surga disebabkan keberhasilan iblis
merayu Hawa terlebih dahulu. Anggapan ini jelas tidak benar karena dalam Al-Qur’an
terlihat bahwa godaan dan rayuan iblis ditujukan kepada laki-laki dan perempuan (Adam dan
Hawa), bukan hanya kepada Hawa saja, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an:
}¨uqó™uqsù$yJçlm;ß`»sÜø‹¤±9$#y“ωö7ãŠÏ9$yJçlm;$tBy“Í‘¼ãr
$yJåk÷]tã`ÏB$yJÎgÏ?ºuäöqy™tA$s%ur$tB$yJä38uhtR$yJä3š/u‘ô`tãÍnÉ‹»yd
Íot•yf¤±9$#HwÎ)br&$tRqä3s?Èû÷üs3n=tB÷rr&$tRqä3s?z`ÏB
tûïÏ$Î#»sƒø:$#ÇËÉÈ
12[12] Mohamad Nor Ichwan, Prof. M. Quraish Shihab,… ,hlm 5
“Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk Menampakkan kepada
keduanya apa yang tertutup dari mereka Yaitu auratnya dan syaitan berkata: "Tuhan kamu
tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi
Malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga).”
Dalam ayat tersebut dinyatakan bahwa setan membisikkan pikiran jahat kepada
keduanya. Dengan demikian, tidak benar tuduhan bahwa perempuanlah sebagai sumber
segala bencana.
4. Perspektif Kemanusiaan
Salah satu tradisi bangsa Arab sebelum kedatangan Islam ialah mengubur hidup-hidup
bayi perempuan karena alasan takut miskin atau tercemar namanya
Islam hadir dengan mereformasi dan melakukan revolusi terhadap tradisi yang telah
menginjak-nginjak kemanusiaan, terutama terhadap kaum perempuan. Islam melarang tradisi
penguburan hidup-hidup bayi perempuan dan mengecamnya sebagai perbuatan yang sangat
biadab.
5. Perspektif Pendidikan dan Pengajaran
Dalam Islam, menuntut ilmu dibuka seluas-luasnya kepada perempuan seperti halnya
laki-laki. Perempuan diwajibkan menuntut ilmu pengetahuan, sebagaimana dalam hadits
Nabi Muhammad saw:
‫مسلم‬ ‫كل‬ ‫على‬ ‫يضة‬ ‫فر‬ ‫العلم‬ ‫طلب‬ ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫هللا‬ ‫رسول‬ ‫ل‬ ‫قا‬ ‫لك‬ ‫ما‬ ‫بن‬ ‫أنس‬ ‫عن‬
“Dari Anas bin Malik berkata, Bersabda Rasulullah saw, “Menuntut ilmu adalah kewajiban
bagi setiap muslim”.
Selain dari beberapa perspektif diatas, peran kaum perempuan sebagai mitra
kaum laki-laki dalam berbagai aktivitas sosial, politik, dan lain-lain juga sangat diharapkan,
dicontohkan antara lain sebagai berikut:
a. Perempuan dalam kegiatan sosial
Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang memerintahkan supaya muslimin dan muslimat
mengeluarkan zakat harta benda. Dengan demikian, sebagaimana laki-laki, perempuan pun
bekewajiban ikut memikirkan masalah sosial dan melaksanakan penanggulangannya.
b. Perempuan dalam kegiatan politik
Islam memberikan kesempatan kepada kaum perempuan untuk berkecimpung dalam
kegiatan politik, ini bisa terlihat pada banyak ayat dalam Al-Qur’an yang memerintahkan
amar ma’ruf dan nahi munkar. Ini berlaku untuk segala macam kegiatan, tidak terkecuali
bidang politik dan kenegaraan.
Perempuan juga turut bertanggung jawab atas bidang ini. Itulah antara lain peranan
perempuan di rumah tangga dan masyarakat, dimana hal ini menunjukkan bahwa perempuan
itu adalah mitra sejajar laki-laki, baik di rumah tangga maupun di masyarakat.13[13]
E. Sejarah ISIS
ISIS sebelumnya adalah bagian dari Al-Qaidah. Dibawah kepemimpinan Abu Bakar
al-Baghdadi ISIS sempat menyatakan diri bergabung dengan Front Al Nusra, kelompok yang
menyatakan diri sebagai satu-satunya afiliasi Al-Qaidah di Suriah. Namun karena metode
ISIS/ISIL dianggap bertentangan dengan Al-Qaidah lantaran telah berbelok dari misi
perjuangan nasional dengan menciptakan perang sektarian di Irak dan Suriah, ISIS dianggap
tidak lagi sejalan dengan Al-Qaidah. Sebagai balasannya, Front Al-Nusra lalu melancarkan
serangan perlawanan terhadap ISIS/ISIL guna merebut kembali kontrol atas Abu Kamal,
wilayah timur Suriah yang berbatasan dengan Irak. Namun karena kebrutalan dan ambisi dari
ISIS yang tidak segan melakukan penyiksaan bahkan pembunuhan terhadap para
penentangnya, ISIS bisa menguasai sebagian besar wilayah Irak. Bahkan dibawah
kepemimpinan Abu Bakar Al-Baghdadi ISIS mendeklarasikan Negara Islam di sepanjang
Irak dan Suriah dan juga menyatakan Al-Baghdadi akan menjadi pemimpin bagi umat
muslim di seluruh dunia.
Pada 15 Mei 2010 diangkatlah pemimpin baru yaitu Abu Bakar Al-Baghdadi untuk
menggantikan Abu Umar Al Baghdadi yang telah meninggal. Seiring dengan Revolusi di
Jazirah Arab yang dikenal dengan Musim Semi Arab dalam menumbangkan para diktator
seperti yang terjadi di Tunisia, Libya dan Mesir, maka terjadi pula revolusi di Suriah, hanya
saja demonstrasi rakyat di Suriah disambut dengan kekerasan dari Tentara Presiden Bashar
Assad. Akibatnya Rakyat Suriah melakukan perlawaan dalam kelompok-kelompok
bersenjata. Kelompok-kelompok ini dibantu oleh para pejuang dari luar negeri termasuk dari
Negara Islam Irak. Dan ketika kelompok-kelompok pejuang rakyat Suriah ini akhirnya
mampu membebaskan beberapa kota termasuk wilayah perbatasan dengan Irak maka
menyatulah beberapa kota di Irak dan di Suriah dalam kontrol Negara Islam Irak.
ISIS dianggap lebih berbahaya ketimbang Al-Qaidah karena mempunyai ribuan
personel pasukan perang, yang siap mendeklarasikan perang terhadap mereka yang dianggap
bertentangan atau menentang berdirinya negara Islam. Mereka menjadi kekuatan politik baru
yang siap melancarkan serangan yang jauh lebih brutal daripada Al-Qaidah. Gerakan revolusi
13[13] Huzaemah Tahido Yanggo, Fiqih Perempuan Kontemporer,… ,hlm 91-101
yang mulanya mempunyai misi mulia untuk menggulingkan rezim otoriter ini berubah
menjadi tragedi. ISIS menjadi sebuah kekuatan baru yang siap melancarkan perlawanan
sengit terhadap rezim yang berkuasa yang dianggap tidak mampu mengemban misi
terbentuknya negara Islam. Ironisnya, mereka mengabsahkan kekerasan untuk menindas
kaum minoritas dan menyerang rezim yang tidak sejalan dengan paradigma negara Islam.
ISIS menjadi kekuatan politik riil dengan ideologi yang jelas dan wilayah yang diduduki
dengan cara-cara kekerasan.
Ideologi dan Kepercayaan
ISIS mengikuti ekstrim anti-Barat yang menurutnya sebagai penafsiran Islam,
mempromosikan kekerasan agama dan menganggap mereka yang tidak setuju dengan
tafsirannya sebagai kafir dan murtad. Secara bersamaan, ISIS (sekarang IS) bertujuan untuk
mendirikan negara Islam Salafi yang berorientasi di Irak, Suriah dan bagian lain dari Syam.
Ideologi ISIS berasal dari cabang Islam modern yang bertujuan untuk kembali ke
masa-masa awal Islam, menolak "inovasi" dalam agama yang mereka percaya telah "korup"
dari semangat aslinya. Mengutuk kekhalifahan terakhir dan kekaisaran Ottoman karena
menyimpang dari apa yang mereka sebut sebagai Islam murni dan karenanya telah berusaha
untuk membangun kekhalifahan sendiri. Namun, ada beberapa komentator Sunni, Zaid
Hamid, misalnya, dan bahkan Salafi dan mufti jihad seperti Adnan al-Aroor dan Abu Basir
al-Tartusi, yang mengatakan bahwa ISIS dan kelompok teroris yang terkait tidak
mempresentasikan Sunni sama sekali, tapi menuduh Khawarij bidah yang melayani agenda
kekaisaran anti-Islam.
Salafi seperti ISIS percaya bahwa hanya otoritas yang sah dapat melakukan
kepemimpinan jihad, dan bahwa prioritas pertama atas pertempuran di daerah lain, seperti
berperang melawan negara-negara non-Muslim, adalah sebagai pemurnian masyarakat Islam.
Misalnya, ketika memandang konflik Israel-Palestina, karena ISIS menganggap kelompok
Sunni Palestina Hamas sebagai murtad yang tidak memiliki kewenangan yang sah untuk
memimpin jihad, mereka anggap melawan Hamas sebagai langkah pertama sebelum menuju
konfrontasi dengan Israel. 14[14]
14[14] http://id.wikipedia.org/wiki/Negara_Islam_Irak_dan_Syam diakses pada 20 Oktober
2014 pukul 11.
IV. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa banyak sedikitnya Islam
juga telah mengalami beberapa imbas dari era modernisasi yang dikatakan serba positivistic
dan serba terukur itu. Dengan berstandar acuan pada ukuran rasionalitas dan pendewasaan
akal pikiran, ragam polemik baru, justru muncul di tubuh Islam. Tentunya dengan menilik
juga dari sisi baik dan buruknya. Dapat kita ketahui secara bersama pula bahwa isu-isu
kontemporer yang bermunculan dalam Islam memiliki latar belakang yang berbeda-beda,
mulai dari wacana-wacana sosio-politis dunia yang sedikit memaksa ke-universal-annya
untuk merealisasikan eksistensi ataupun menancapkan pengaruh serta hegemoni.
Kita tidak mungkin untuk menolak modernisasi tapi kita bisa berpegang pada slogan
Islam yaitu Al Muhafadhoh ‘ala al-qadim al-shalih wa al-ahdzubi al-jadid al-ashlah
(memelihara hal-hal lama yang baik dan mengambil hal-hal baru yang lebih baik). Ataupun
dalam tantangan intelektualisme (ilmiah akademis) dalam kerangka maraknya kajian
keagamaan kontemporer yang mengarah pada pemikiran yang bisa dipertanggungjawabkan
secara ilmiah, bukan hanya dalam bentuk pernyataan-pernyataan teoritik dan konseptual
semata, sehingga bisa diterima oleh pihak lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Husaini, Adian dkk. 2002. Islam Liberal. Jakarta: GEMA INSANI PRESS
Husaini, Adian. 2009. Virus Liberalisme di Perguruan Tinggi Islam. Jakarta:
Gema Insani
Ichwan, Mohamad Nor . 2013. Prof.M. Quraish Shihab Membincang Persoalan Gender.
Semarang: RaAIL Media Group.
Nata, Abudin. 2011. STUDI ISLAM KOMPERHENSIF. Jakarta: Kencana
Rachman, Budhy Munawar. 2010. Argumen Islam untuk Liberalisme. Jakarta:
Gramedia
Syam, Nur. 2010. Agama Pelacur. Yogyakarta: LKiS Printing Cemerlang.
Thoha, Anis Malik. 2007. Tren Pluralisme Agama: Tinjauan Kritis. Jakarta:
Gema Insani
http://id.wikipedia.org/wiki/Negara_Islam_Irak_dan_Syam diakses pada 20 Oktober
2014 pukul 11.15
Yanggo, Huzaimah Tahido. 2010. Fiqih Perempuan Kontemporer. Jakarta:
Penerbit Ghalia Indonesia.

More Related Content

What's hot

Persentasi Pancasila Sebagai Filsafat dan Ideologi Negara
Persentasi Pancasila Sebagai Filsafat dan Ideologi Negara Persentasi Pancasila Sebagai Filsafat dan Ideologi Negara
Persentasi Pancasila Sebagai Filsafat dan Ideologi Negara Julyan Eria
 
Bab iv pancasila menjadi idiologi negara
Bab iv pancasila menjadi idiologi negaraBab iv pancasila menjadi idiologi negara
Bab iv pancasila menjadi idiologi negaraSyaiful Ahdan
 
Analisis dan Kesimpulan Pancasila Sebagai Filsafat
Analisis dan Kesimpulan Pancasila Sebagai FilsafatAnalisis dan Kesimpulan Pancasila Sebagai Filsafat
Analisis dan Kesimpulan Pancasila Sebagai Filsafatrickes alhikma
 
4. aliran dan dilog peradaban
4. aliran dan dilog peradaban4. aliran dan dilog peradaban
4. aliran dan dilog peradabanAbdul Aziz
 
Artikel nila zulfiani new
Artikel nila zulfiani newArtikel nila zulfiani new
Artikel nila zulfiani newnila ZULFIANI
 
Pancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafat Pancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafat Hardiyan Wijayanto
 
Filsafat manusia
Filsafat manusiaFilsafat manusia
Filsafat manusiaMirzaFaiz2
 
Makalah filsafat
Makalah  filsafatMakalah  filsafat
Makalah filsafatHaubibBro
 
2. pancasila sebagai filsafat
2. pancasila sebagai filsafat2. pancasila sebagai filsafat
2. pancasila sebagai filsafatyahya57
 
Pendekatan Dalam Pengkajian Islam Pendekatan Hukum (PDPI)
Pendekatan Dalam Pengkajian Islam Pendekatan Hukum (PDPI)Pendekatan Dalam Pengkajian Islam Pendekatan Hukum (PDPI)
Pendekatan Dalam Pengkajian Islam Pendekatan Hukum (PDPI)Early Ridho Kismawadi
 
Makalah pancasila sebagai filsafat
Makalah pancasila sebagai filsafatMakalah pancasila sebagai filsafat
Makalah pancasila sebagai filsafatDea_tita
 
Pancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafatPancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafatFahmi Hamid
 
tantangan islam menurut filsafat islam
tantangan islam menurut filsafat islamtantangan islam menurut filsafat islam
tantangan islam menurut filsafat islamInggrid Cliquers
 
Pancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafatPancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafatDavid Mandala Lubis
 
Bangunan epistemologi ilmu kalam
Bangunan epistemologi ilmu kalamBangunan epistemologi ilmu kalam
Bangunan epistemologi ilmu kalamAnwar Ma'rufi
 

What's hot (19)

Kel 6
Kel 6Kel 6
Kel 6
 
Persentasi Pancasila Sebagai Filsafat dan Ideologi Negara
Persentasi Pancasila Sebagai Filsafat dan Ideologi Negara Persentasi Pancasila Sebagai Filsafat dan Ideologi Negara
Persentasi Pancasila Sebagai Filsafat dan Ideologi Negara
 
Bab iv pancasila menjadi idiologi negara
Bab iv pancasila menjadi idiologi negaraBab iv pancasila menjadi idiologi negara
Bab iv pancasila menjadi idiologi negara
 
Pengertian pancasila
Pengertian pancasilaPengertian pancasila
Pengertian pancasila
 
Analisis dan Kesimpulan Pancasila Sebagai Filsafat
Analisis dan Kesimpulan Pancasila Sebagai FilsafatAnalisis dan Kesimpulan Pancasila Sebagai Filsafat
Analisis dan Kesimpulan Pancasila Sebagai Filsafat
 
4. aliran dan dilog peradaban
4. aliran dan dilog peradaban4. aliran dan dilog peradaban
4. aliran dan dilog peradaban
 
Artikel nila zulfiani new
Artikel nila zulfiani newArtikel nila zulfiani new
Artikel nila zulfiani new
 
Pancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafat Pancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafat
 
Filsafat manusia
Filsafat manusiaFilsafat manusia
Filsafat manusia
 
Makalah filsafat
Makalah  filsafatMakalah  filsafat
Makalah filsafat
 
Ppt kons. agama
Ppt kons. agamaPpt kons. agama
Ppt kons. agama
 
2. pancasila sebagai filsafat
2. pancasila sebagai filsafat2. pancasila sebagai filsafat
2. pancasila sebagai filsafat
 
Pendekatan Dalam Pengkajian Islam Pendekatan Hukum (PDPI)
Pendekatan Dalam Pengkajian Islam Pendekatan Hukum (PDPI)Pendekatan Dalam Pengkajian Islam Pendekatan Hukum (PDPI)
Pendekatan Dalam Pengkajian Islam Pendekatan Hukum (PDPI)
 
Makalah pancasila sebagai filsafat
Makalah pancasila sebagai filsafatMakalah pancasila sebagai filsafat
Makalah pancasila sebagai filsafat
 
Pancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafatPancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafat
 
tantangan islam menurut filsafat islam
tantangan islam menurut filsafat islamtantangan islam menurut filsafat islam
tantangan islam menurut filsafat islam
 
Pancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafatPancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafat
 
Bangunan epistemologi ilmu kalam
Bangunan epistemologi ilmu kalamBangunan epistemologi ilmu kalam
Bangunan epistemologi ilmu kalam
 
Pendidikan agama
Pendidikan agamaPendidikan agama
Pendidikan agama
 

Similar to Isu isu islam kontemporer

b-m-rachman-islam-dan-liberalisme.pdf
b-m-rachman-islam-dan-liberalisme.pdfb-m-rachman-islam-dan-liberalisme.pdf
b-m-rachman-islam-dan-liberalisme.pdfTriomediaCenter
 
4. aliran dan dilog peradaban
4. aliran dan dilog peradaban4. aliran dan dilog peradaban
4. aliran dan dilog peradabanAbdul Aziz
 
MAKALAH MODERASI BERAGAMA MUI.pdf
MAKALAH MODERASI BERAGAMA MUI.pdfMAKALAH MODERASI BERAGAMA MUI.pdf
MAKALAH MODERASI BERAGAMA MUI.pdfDMI
 
PENGURUSAN DALAM ISLAM - KONSEP DALAM ISLAM
PENGURUSAN DALAM ISLAM - KONSEP DALAM ISLAMPENGURUSAN DALAM ISLAM - KONSEP DALAM ISLAM
PENGURUSAN DALAM ISLAM - KONSEP DALAM ISLAMAriff Hea Jung
 
pemikiran asing, islam liberal dan sekularisme
pemikiran asing, islam liberal dan sekularismepemikiran asing, islam liberal dan sekularisme
pemikiran asing, islam liberal dan sekularismeSalam Salleh
 
David Ben Usolin Jawaban Modul 7-13.docx
David Ben Usolin Jawaban Modul 7-13.docxDavid Ben Usolin Jawaban Modul 7-13.docx
David Ben Usolin Jawaban Modul 7-13.docxoktavianusbaptista1
 
Pengertian metodologi studi islam
Pengertian metodologi studi islamPengertian metodologi studi islam
Pengertian metodologi studi islamEdwarn Abazel
 
Corak penafsiran al qur
Corak penafsiran al qurCorak penafsiran al qur
Corak penafsiran al qurAna Laku
 
Pemikiran Abdul Karim Soroush Teks Agama & pemahaman Keagamaan
Pemikiran Abdul Karim Soroush Teks Agama & pemahaman KeagamaanPemikiran Abdul Karim Soroush Teks Agama & pemahaman Keagamaan
Pemikiran Abdul Karim Soroush Teks Agama & pemahaman KeagamaanM. Zidny Nafi' Hasbi
 
Felixsiauw bahaya sekulerisme, pluralisme dan liberalisme
Felixsiauw   bahaya sekulerisme, pluralisme dan liberalismeFelixsiauw   bahaya sekulerisme, pluralisme dan liberalisme
Felixsiauw bahaya sekulerisme, pluralisme dan liberalismeRizky Faisal
 
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika PolitikMacam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politiknorma 28
 
Makalah Bahasa Indonesia (Jenis-jenis Ideologi)
Makalah Bahasa Indonesia (Jenis-jenis Ideologi)Makalah Bahasa Indonesia (Jenis-jenis Ideologi)
Makalah Bahasa Indonesia (Jenis-jenis Ideologi)Agnes Yodo
 
Sejarah Perumusan Macam-macam Ideologi di Dunia
Sejarah Perumusan Macam-macam Ideologi di Dunia  Sejarah Perumusan Macam-macam Ideologi di Dunia
Sejarah Perumusan Macam-macam Ideologi di Dunia norma 28
 
18. edi susilo nim 1903018029 (review buku teologi islam dr.nasihun)
18. edi susilo  nim 1903018029 (review buku teologi islam dr.nasihun)18. edi susilo  nim 1903018029 (review buku teologi islam dr.nasihun)
18. edi susilo nim 1903018029 (review buku teologi islam dr.nasihun)EdiSusilo16
 
Paradigma Sekularistik dan Pengaruh Terhadap Islam
Paradigma Sekularistik dan Pengaruh Terhadap IslamParadigma Sekularistik dan Pengaruh Terhadap Islam
Paradigma Sekularistik dan Pengaruh Terhadap IslamIzzatul Ulya
 
seminar nasional stai-is 2014
seminar nasional stai-is 2014seminar nasional stai-is 2014
seminar nasional stai-is 2014Marhamah Saleh
 
UTS_PENDIDIKAN AGAMA_HENDRO GUNAWAN_200401072103_IT-301.pdf
UTS_PENDIDIKAN AGAMA_HENDRO GUNAWAN_200401072103_IT-301.pdfUTS_PENDIDIKAN AGAMA_HENDRO GUNAWAN_200401072103_IT-301.pdf
UTS_PENDIDIKAN AGAMA_HENDRO GUNAWAN_200401072103_IT-301.pdfHendroGunawan8
 

Similar to Isu isu islam kontemporer (20)

b-m-rachman-islam-dan-liberalisme.pdf
b-m-rachman-islam-dan-liberalisme.pdfb-m-rachman-islam-dan-liberalisme.pdf
b-m-rachman-islam-dan-liberalisme.pdf
 
4. aliran dan dilog peradaban
4. aliran dan dilog peradaban4. aliran dan dilog peradaban
4. aliran dan dilog peradaban
 
MAKALAH MODERASI BERAGAMA MUI.pdf
MAKALAH MODERASI BERAGAMA MUI.pdfMAKALAH MODERASI BERAGAMA MUI.pdf
MAKALAH MODERASI BERAGAMA MUI.pdf
 
PENGURUSAN DALAM ISLAM - KONSEP DALAM ISLAM
PENGURUSAN DALAM ISLAM - KONSEP DALAM ISLAMPENGURUSAN DALAM ISLAM - KONSEP DALAM ISLAM
PENGURUSAN DALAM ISLAM - KONSEP DALAM ISLAM
 
Jil&syi'ah
Jil&syi'ahJil&syi'ah
Jil&syi'ah
 
pemikiran asing, islam liberal dan sekularisme
pemikiran asing, islam liberal dan sekularismepemikiran asing, islam liberal dan sekularisme
pemikiran asing, islam liberal dan sekularisme
 
David Ben Usolin Jawaban Modul 7-13.docx
David Ben Usolin Jawaban Modul 7-13.docxDavid Ben Usolin Jawaban Modul 7-13.docx
David Ben Usolin Jawaban Modul 7-13.docx
 
ISLAM LIBERAL
ISLAM LIBERALISLAM LIBERAL
ISLAM LIBERAL
 
Pengertian metodologi studi islam
Pengertian metodologi studi islamPengertian metodologi studi islam
Pengertian metodologi studi islam
 
Corak penafsiran al qur
Corak penafsiran al qurCorak penafsiran al qur
Corak penafsiran al qur
 
ISLAM LIBERAL ppt.pptx
ISLAM LIBERAL ppt.pptxISLAM LIBERAL ppt.pptx
ISLAM LIBERAL ppt.pptx
 
Pemikiran Abdul Karim Soroush Teks Agama & pemahaman Keagamaan
Pemikiran Abdul Karim Soroush Teks Agama & pemahaman KeagamaanPemikiran Abdul Karim Soroush Teks Agama & pemahaman Keagamaan
Pemikiran Abdul Karim Soroush Teks Agama & pemahaman Keagamaan
 
Felixsiauw bahaya sekulerisme, pluralisme dan liberalisme
Felixsiauw   bahaya sekulerisme, pluralisme dan liberalismeFelixsiauw   bahaya sekulerisme, pluralisme dan liberalisme
Felixsiauw bahaya sekulerisme, pluralisme dan liberalisme
 
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika PolitikMacam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
 
Makalah Bahasa Indonesia (Jenis-jenis Ideologi)
Makalah Bahasa Indonesia (Jenis-jenis Ideologi)Makalah Bahasa Indonesia (Jenis-jenis Ideologi)
Makalah Bahasa Indonesia (Jenis-jenis Ideologi)
 
Sejarah Perumusan Macam-macam Ideologi di Dunia
Sejarah Perumusan Macam-macam Ideologi di Dunia  Sejarah Perumusan Macam-macam Ideologi di Dunia
Sejarah Perumusan Macam-macam Ideologi di Dunia
 
18. edi susilo nim 1903018029 (review buku teologi islam dr.nasihun)
18. edi susilo  nim 1903018029 (review buku teologi islam dr.nasihun)18. edi susilo  nim 1903018029 (review buku teologi islam dr.nasihun)
18. edi susilo nim 1903018029 (review buku teologi islam dr.nasihun)
 
Paradigma Sekularistik dan Pengaruh Terhadap Islam
Paradigma Sekularistik dan Pengaruh Terhadap IslamParadigma Sekularistik dan Pengaruh Terhadap Islam
Paradigma Sekularistik dan Pengaruh Terhadap Islam
 
seminar nasional stai-is 2014
seminar nasional stai-is 2014seminar nasional stai-is 2014
seminar nasional stai-is 2014
 
UTS_PENDIDIKAN AGAMA_HENDRO GUNAWAN_200401072103_IT-301.pdf
UTS_PENDIDIKAN AGAMA_HENDRO GUNAWAN_200401072103_IT-301.pdfUTS_PENDIDIKAN AGAMA_HENDRO GUNAWAN_200401072103_IT-301.pdf
UTS_PENDIDIKAN AGAMA_HENDRO GUNAWAN_200401072103_IT-301.pdf
 

Recently uploaded

SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga BahagiaSEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga BahagiaRobert Siby
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5Adam Hiola
 
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUSWJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUSRobert Siby
 
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 ShortRenungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 ShortRobert Siby
 
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAHWJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAHRobert Siby
 
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdfPenampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdfDianNovitaMariaBanun1
 
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT - STUDI QURAN
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT -  STUDI QURANAYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT -  STUDI QURAN
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT - STUDI QURANBudiSetiawan246494
 

Recently uploaded (7)

SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga BahagiaSEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
 
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUSWJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
 
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 ShortRenungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
 
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAHWJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
 
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdfPenampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
 
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT - STUDI QURAN
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT -  STUDI QURANAYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT -  STUDI QURAN
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT - STUDI QURAN
 

Isu isu islam kontemporer

  • 1. PENDAHULUAN Pada era modernisasi ini, kehidupan modern yang bisa dikatakan serba positivistik dan serba terukur, dianggap telah gagal mengatasi problem-problem kehidupan dengan ukuran rasionalitas dan pendewasaan akal pikirannya. Bahkan acapkali menimbulkan ragam, problem baru yang mengusik hati nurani umat manusia, suatu contoh misal dekadensi moral dan aksi radikal. Pengaruh mordenisasi bak wabah yang mulai cepat merabah ke berbagai daerah diluar peradaban barat, hingga sampai wilayah-wilayah muslim di daerah timur dengan mengusung beberapa konsep diantaranya seputar masalah HAM, demokrasi, kesetaraan gender, pluralisme, liberalisme serta sekularisme. Konsep-konsep tersebut mendapat respon dengan berbagai sikap oleh masyarakat muslim yang tentu saja konsekuensinya juga menawarkan beragam konflik ditubuh Islam itu sendiri dari beberapa kalangan muslim di berbagai tempat. II. RUMUSAN MASALAH 1. Apa pengertian liberalisme dan bagaimana perspektif Islam mengenai Liberalisme? 2. Apa pengertian gender dan bagaimana gender dalam perspektif Islam ? 3. Apa pengertian plularisme dan bagaimana pluralisme dalam Islam? 4. Apa pengertian terorisme dan 5. Apa pengertian isis dan III. PEMBAHASAN A. Liberalisme Menurut bahasa, kata liberal berasal dari bahasa Inggris, liberal, yang berarti penganut liberalisme, dan berarti pula bebas, liberal, tidak picik. Dengan demikian, Islam liberal berarti Islam yang serba bebas, luas, dan tidak picik dalam memahami Islam. Kata liberal atau bebas yang berada di belakang kata Islam tersebut adalah bebas dari belenggu taklid (mengikuti pendapat orang tanpa sikap kritis), bebas untuk kembali dan mengakses Al- Qur’an dan As-Sunnah secara langsung.1[1] 1[1]Abudin Nata, STUDI ISLAM KOMPERHENSIF,(Jakarta :Kencana,2011), hlm 522
  • 2. Liberalisme adalah paham yang berusaha memperbesar wilayah kebebasan individu dan mendorong kemajuan sosial. Liberalisme merupakan paham kebebasan, artinya manusia mempunyai kebebasan atau kalau kita lihat dari perspektif filosofi, merupakan tata pemikiran yang landasan pemikirannya adalah manusia yang bebas. Bebas, karena manusia mampu berfikir dan bertindak sesuai dengan yang diinginkan. Prinsip-prinsip liberalisme itu sendiri yaitu kebebasan dan tanggungjawab. Salah satu agenda liberalisme adalah mengandalkan rasio dan kesadaran sosial para individu untuk menunaikan kewajiban-kewajibannya.2[2] Liberalisme dalam Islam adalah keinginan menjembatani antara masa lalu dengan masa sekarang. Jembatannya adalah melakukan penafsiran-penafsiaran ulang sehingga Islam menjadi agama yang hidup. Karena kita hidup dalam situasi yang dinamis dan selalu berubah, sehingga agar agama tetap relevan perlu cara pandang baru dalam melihat dan memahami agama. Dalam tradisi filsafat Islam ada kebebasan berpikir yang berusaha memberikan alternatif bagi pemahaman ortodoks. Oleh sebab itu wajar bila sekarang banyak para sarjana muslim yang mengatakan akar-akar liberalisme dalam Islam bisa ditelusuri pada dua disiplin keilmuan Islam, yaitu filsafat dan tasawuf, filsafat memberi landasan intelektual dan rasional, sementara tasawuf memberi landasan spiritual.3[3] Islam liberal adalah Islam yang memilih akses penafsiran Al-Qur’an dan As-Sunnah sesuai dengan metode dan pendekatan dalam penafsiran, melakukan reinterpretasi terhadap penafsiran Islam masa lalu yang tidak sesuai, ingin keluar dari belenggu taklid dan kembali melakukan ijtihad dalam rangka melahirkan gagasan dan pemikiran yang sesuai dengan zaman, serta ingin keluar dari ikatan tradisi yang tidak sesuai dengan spirit Al-Qur’an dan As-Sunnah, sebagai sumber Islam yang membawa kemajuan.4[4] Islam liberal sendiri keberadaannya di Indonesia di pelopori oleh Nurcholis Madjid, seorang tokoh yang sebelumnya sudah meluncurkan gagasan sekularisasi dan ide-ide teologi inklusif-pluralis. Lewat Islam liberal inilah Nurcholis Madjid mengembangkan gagasannya lebih intensif yang lebih dikenal dengan Jaringan Islam liberal (JIL). Mulai aktif pada Maret 2[2]Budhy Munawar-Rachman, Argumen Islamuntuk Liberalisme,(Jakarta:Gramedia, 2010), hlm 3-4 3[3]Budhy Munawar-Rachman, MEMBELA KEBEBASAN BERAGAMA Percakapan tentang Sekularisme,Liberalisme, dan Pluralisme,( Jakarta:LSAF, 2010), hlm li 4[4] Abuddin Nata, STUDI ISLAM KOMPERHENSIF,…,hlm523-524.
  • 3. 2001, lewat diskusi maya (milis), koran jaringannya dan radio jaringannya, JIL meluncurkan gagasan-gagasannya di Indonesia. Di kalangan masyarakat pada umumnya, Islam liberal di nilai sebagai Islam yang tidak baik, karena Islam liberal dihubungkan dengan sikap yang bebas dalam memahami Islam, bahkan bebas untuk tidak tunduk pada ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah, tidak mengikuti ketentuan syariat (fikih), dan berbagai tindakan bebas lainnya. Ali Abdul Raziq (1866-1966) tampaknya adalah tokoh pertama yang merupakan rujukan kaum Islam liberal. Karya dari Ali Abdul Raziq, Islam wa ushul al-hukum Islam dan Dasar-Dasar pemerintahan. Para ulama memutuskan untuk mencabut Ijazah Raziq dan mengeluarkannya dari kelompok ulama Al-Azhar. Tujuh butir kesalahan fatal yang dibuat Raziq yaitu: 1. Menjadikan syariat Islam sebagai hukum agama yang tidak ada kaitannya dengan pengaturan atau pelaksanaan duniawi. 2. Berpendapat bahwa jihad Rasulullah ditujukan untuk meraih kekuasaan setingkat raja dan bukan untuk mensyiarkan agama ke seluruh dunia. 3. Menyatakan bahwa lembaga pemerintahan di masa Rasulullah tidak jelas, rancu, kacau, tidak komplit, dan membingungkan. 4. Berpendapat bahwa tanggung jawab Muhammad hanya menyebarluaskan syariat tanpa menjadi penguasa dan pemerintah. 5. Menganggap sepi ijma’ para sahabat Rasulullah yang menganggap umat mesti menunjukkan seseorang untuk mengolah urusan keagamaan dan keduniawian serta mengakui adanya kewajiban mengangkat seorang imam. 6. Mengingkari bahwa kehakiman merupakan fungsi syariat. 7. Berpendapat bahwa pemerintahan Abu Bakar Assidiq adalah pemerintahan yang sekuler. Tapi ulama model Raziq inilah yang digandrumi kaum Islam liberal (para pemikir barat), pemecatan Raziq dari anggota ulama Al-Azhar, dilakukan oleh Haiah Kibaril Ulama ( dewan ulama terkemuka) yang terdiri dari 19 orang ulama. Bila dicermati, intinya Ali Abd Raziq menolak Daulah Islamiah atau khalifah Islamiah bagi kaum muslim.5[5] B. Pluralisme 1) Pengertian Pluralisme 5[5]Adian Husaini, Nuim Hidayat, IslamLiberal, (Jakarta:GEMA INSANI PRESS,2002) hlm. 12-13
  • 4. Pemikiran pluralisme agama muncul pada masa yang disebut pencerahan (Enlightenment) Eropa, tepatnya pada abad ke 18 Masehi, masa yang sering disebut sebagai titik permulaan bangkitnya gerakan pemikiran modern. Yaitu masa yang diwarnai dengan wacana-wacana baru pergolakan pemikiran manusia yang berorientasi pada superioritas akal (rasionalisme) dan pembebasan akal dari kungkungan-kungkungan agama. Setidaknya terdapat dua faktor utama penyebab munculnya gagasan pluralisme agama. Pertama, yaitu faktor internal berupa realitas perbedaan keyakinan antar agama yang sifatnya mendasar. Perbedaan tersebut terutama nampak pada bidang-bidang aqidah/keimanan/ideologis, bidang sejarah yang mempengaruhi secara langsung unsur-unsur keyakinan agama dan juga masalah konsep superioritas agama. Kedua, yaitu faktor eksternal yang bisa diklasifikasikan menjadi dua kategori. Pertama, faktor yang bersifat sosio-politis, yang erat berkaitan dengan wacana-wacana sosio-politis, demokrasi, nasionalisme, dan HAM yang telah melahirkan sistem "Negara-Bangsa" dan kemudian mengarah pada apa yang dewasa ini dikenal dengan globalisasi. Kedua, faktor ilmiah akademis yang terejawantahkan dalam kerangka maraknya kajian keagamaan kontemporer, dimana sebagian pakar keagamaaan mencoba memformulasikan teori pluralismenya berdasarkan kesimpulan-kesimpulan yang telah mereka capai. Secara etimologis, pluralisme agama berasal dari dua kata, yaitu "pluralisme" dan "agama". Dalam bahasa Arab diterjemahkan "Al-ta'addudiyah al-diniyyah" dan dalam bahasa Inggris "religous pluralism". Oleh karena istilah pluralisme agama ini berasal dari bahasa Inggris, maka untuk mendefinisikannya secara akurat harus merujuk kepada kamus bahasa tersebut. Pluralism berarti "jamak" atau lebih dari satu. Dalam kamus bahasa Inggris mempunyai tiga pengertian. Pertama pengertian kegerejaan: (i) sebutan untuk orang yang memegang lebih dari satu jabatan dalam struktur kegerejaan, (ii) memegang dua jabatan atau lebih secara bersamaan, baik bersifat kegerejaan maupun non-kegerejaan. Kedua, pengertian filosofis: berarti sistem pemikiran yang mengakui adanya landasan pemikiran yang mendasar yang lebih dari satu. Sedangkan ketiga, pengertian sosio-politis: adalah suatu sistem yang mengakui koeksistensi keragaman kelompok, baik yang bercorak ras, suku, aliran maupun partai dengan tetap menjunjung tinggi aspek-aspek perbedaan yang sangat karakteristik diantara kelompok-kelompok tersebut. Ketiga, pengertian tersebut sebenarnya bisa disederhanakan dalam satu makna, yaitu koeksistensinya berbagai kelompok atau keyakinan di satu waktu dengan tetap terpeliharanya perbedaan-perbedaan dan karakteristik masing- masing.
  • 5. Adapun secara terminologis, pluralisme agama adalah kondisi hidup bersama (koeksistensi) antar agama (dalam artian yang luas) yang berbeda-beda dalam satu komunitas dengan tetap mempertahankan ciri-ciri spesisifik atau ajaran masing-masing agama. Namun dari segi konteks dimana "pluralisme agama" sering digunakan dalam studi-studi dan wacana-wacana sosio-ilmiah pada era modern ini, istilah ini telah menemukan definisi dirinya yang sangat berbeda dengan yang dimiliki semula pada (dictionary definition). Jhon Hick misalnya, menegaskan bahwa: ”.....pluralism is the view that the great world faiths embody different perceptions and conseptions of, and corespondingly different responses to, the real or ultimate from within the major variant cultural ways of being human; and that within each of them the transformation of human existence from self-centredness to reality centredness is manifestly taking place--and taking place, so far as human observation can tell, to much the same extent." (....pluralisme agama adalah suatu gagasan bahwa agama-agama besar dunia merupakan persepsi dan konsepsi yang berbeda tentang, dan secara bertepatan merupakan respon yang beragam terhadap, yang Real atau Yang Maha Agung dari dalam pranata kultural manusia yang bervariasi; dan bahwa transformasi wujud manusia dari pemusatan-diri menuju pemusatan-hakikat terjadi secara nyata dalam setiap masing-masing pranata kultural manusia tersebut--dan terjadi, sejauh yang dapat diamati, sampai pada batas yang sama) Dengan kata lain, Hick ingin menegaskan bahwa sejatinya semua agama adalah merupakan "manifestasi-manifestasi dari realitas yang satu". Dengan demikian, semua agama sama dan tak ada yang lebih baik dari yang lain. Sangat jelas, rumusan Hick tentang pluralisme agama diatas adalah berangkat dari pendekatan substansif, yang mengungkung agama dalam ruang (privat) yang sangat sempit, dan memandang agama lebih sebagai konsep hubungan manusia dengan kekuatan sakral yang transendental dan bersifat metafisik ketimbang sebagai suatu sistem sosial. Dengan demikian telah terjadi proses pengebirian dan "reduksi" pengertian agama yang sangat dahsyat. Dan yang sungguh mengejutkan, ternyata "pemahaman reduksionistik" inilah justru yang semakin populer dan bahkan diterima dikalangan para ahli dari berbagai disiplin ilmu dan pemikiran yang berbeda, hingga menjadi sebuah fenomena baru dalam dunia pemikiran manusia yang jelas tentunya berbeda dengan apa yang sudah dikenali secara umum. Yaitu suatu fenomena pemikiran baru yang unik tentang "persamaan agama" (religious equality). Sesungguhnya pemahaman agama yang reduksionistik inilah yang merupakan "pangkal permasalahan" sosio-teologis modern yang sangat akut, yang tak mungkin diselesaikan dan ditemukan solusinya kecuali dengan mengembalikan agama itu sendiri ke habitat aslinya, ke
  • 6. titik orbitnya yang sebenarnya, dan kepada pengertiannya yang benar dan komperehensif, tak reduksionistik. 2) Pluralisme Islam Istilah pluralisme tidaklah dikenal secara populer dan tidak banyak dipakai dikalangan Islam kecuali sejak kurang lebih dua dekade terakhir abad ke-20 yang lalu. Yaitu ketika terjadi perkembangan penting dalam kebijakan Internasional barat yang baru, yang memasuki sebuah fase yang dijuluki Muhammad Imarah sebagai "Marhalat al-Ijtiyah" (fase pembinaan). Yakni sebuah perkembangan yang prinsipnya tergurat dan tergambar jelas dalam upaya barat guna menjajakan ideologi modern-nya yang mereka anggap universal. Seperti Demokrasi, pluralisme, HAM, serta pasar bebas, yang kemudian mengekspornya untuk luar dalam rangka mencapai berbagai kepentingannya yang beragam. Suatu kebijakan yang telah dikemas atas dasar "superioritas" ras dan kultur barat, serta peremehan atau penghinaan terhadap segala sesuatu yang bukan barat. Islam khususnya, dengan berbagai macam tuduhan yang menyakitkan, seperti intoleran, anti-demokrasi, fundamentalis, sektarian dan sebagainya. Maka sebagai respons terhadap perkembangan politis baru ini, masalah pluralisme mulai mencuat dan concern kalangan cerdik-cendekia Islam, yang pada gilirannya menjadi komoditas paling laku dipasar pemikiran Arab Islam kontemporer. Menurut hemat penulis, isu-isu pluralitas keagamaan dalam pandangan para ulama Islam lebih mengupas masalah yang berhubungan dengan bagaimana mengatur dan mengurus individu-individu dan kelompok-kelompok yang hidup didalam sebuah tatanan masyarakat yang satu, baik yang menyangkut hak ataupun kewajiban, untuk menjamin ketentraman dan perdamain umum. Jadi, permasalahannnya lebih merupakan masalah aplikatif, praktis dan historis, daripada masalah keimanan atau teologis. Dimana waktu telah menuntaskan secara final dan menyerahkan semuanya pada kebebasan dan kemantapan individu untuk memilih agama atau keyakinan sesuai dengan yang mereka yakini, sebagaimana difirmankan Allah SWT: Iwon#t•ø.Î)’ÎûÈûïÏe$!$#(‰s%tû¨üt6¨?߉ô©”•9$#z`ÏBÄcÓxöø9$#4 `yJsùö•àÿõ3tƒÏNqäó»©Ü9$$Î/-ÆÏB÷sãƒur«!$$Î/ωs)sùy7|¡ôJtGó™$# Íouró•ãèø9$$Î/4’s+øOâqø9$#ŸwtP$|ÁÏÿR$#$olm;3ª!$#urìì‹ÏÿxœîLìÎ=tæ ÇËÎÏÈ “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[162] dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada
  • 7. buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”6[6] Di Indonesia sendiri, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwanya di tahun 2005, yang menyebut bahwa paham pluralisme agama adalah paham yang bertentangan dengan Islam. Dengan lebih menitikberatkan pada soal definisi pluralisme agama itu sendiri, karena seperti kita ketahui bersama bahwa istilah ini telah mengalami perubahan definisi seperti yang sudah dijelaskan di bagian atas. Jika istilah pluralisme agama tidak terjadi pergeseran makna, maka tidaklah perlu umat Islam dan juga umat agama lain repot-repot untuk menjawabnya. Selain MUI, Vatikan sudah terlebih dahulu bersikap tegas terhadap paham ini, dengan keluarnya Dekrit Dominus Jesus (2000). Di kalangan Protestan pun muncul reaksi keras terhadap paham ini. Dalam sebuah buku Pendidikan Agama Kristen untuk mahasiswa yang berjudul Beriman dan Berilmu: Panduan Pendidikan Agama Kristen untuk Mahasiswa dijelaskan: "Pluralisme bukan sekadar menghargai pluralitas agama tetapi sekaligus menganggap (penganut) agama lain setara dengan agamanya. Ini adalah sikap yang mampu menerima dan menghargai dan memandang agama lain sebagai agama yang baik dan benar, serta mengakui adanya jalan kesempatan di dalamya. Di satu pihak, jika tidak berhati-hati, sikap ketiga ini dapat berbahaya dan menciptakan polarisasi iman. Artinya keimananya atas agama yang diyakininya pada akhirnya bisa memudar dengan sendirinya, tanpa intervensi pihak lain."7[7] Dalam Islam, Pluralitas merupakan "hukum ilahi" yang abadi di semua bidang kehidupan, sehingga pluralitas itu sendiri telah menjadi karakteristik utama mahluk Allah. Pluralitas merupakan realitas yang mewujud dan tidak mungkin dipungkiri. Yaitu suatu hakikat perbedaan dan keragaman yang timbul semata karena memang adanya kekhususan dan karakteristik yang diciptakan Allah SWT, dalam setiap ciptaan-Nya. Dan pluralitas yang menyangkut agama, yaitu topik yang sedang kita bicarakan, dalam konteks Islam yang tepat adalah berarti pengakuan akan eksisitensi agama-agama yang berbeda dan beragam dengan seluruh kararkteristik dan kekhususannya, dan menerima ke-"lain-"an yang lain beserta haknya untuk berbeda dalam beragama dan berkeyakinan. Namun setelah itu semua, disini perlu ditambahkan bahwa mengakui eksistensi praktis agama-agama yang lain, dalam pandangan Islam, tidak secara otomatis mengakui legalitas dan kebenarannya seperti yang diajarkan oleh kaum pluralis. Melainkan lebih 6[6]Anis Malik Thoha, Tren Pluralisme Agama: Tinjauan Kritis, (Jakarta:Gema Insani, 2007), hlm 6- 7[7]Adian Husaini,Virus Liberalisme di Perguruan Tinggi Islam, (Jakarta:Gema Insani, 2009), hlm 132
  • 8. tepatnya, menerima kehendak Allah SWT, dalam menciptakan agama-agama ini sebagai berbeda-beda dan beragam. Karena Allah SWT yang Maha Bijaksana telah menghendaki untuk menciptakan jagad raya dan segala isinya ini dengan bentuk dan kondisi yang demikian sistematis dan seimbang (balanced); ada baik dan buruk, haq dan batil, malaikat dan setan, siang dan malam, cahaya dan gelap, laki-laki dan perempuan dan lain sebagainya. Apabila kita berhasil menempatkan problem pluralitas agama dalam konteks penciptaan ilahi, dan dalam konteks kehendak ilahi ini, maka kita pasti akan mampu keluar dari problem ini dengan pemahaman yang benar tentang problem ini sendiri dan rahasia- rahasia yang yang berada di sebaliknya, dan pada saat yang sama kita juga akan mampu keluar dengan solusi yang memuaskan dan tuntas terhadap problem ini dan problem-problem yang lahir darinya.8[8] C. Terorisme 1) Pengertian Terorisme Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, teror diartikan dengan: 1. Perbuatan (pemerintahan dan sebagainya) yang sewenang-wenang (kejam, bengis, dsb) 2. Usaha menciptakan ketakutan, kengerian dan kekejaman oleh seseorang atau golongan. Terorisme berarti penggunaan kekerasan untuk menimbulkan kekuatan dalam usaha mencapai suatu tujuan (terutama tujuan politik); praktik-praktik tindakan teror. Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa dalam terorisme terdapat unsur- unsur: 1. Tindakan yang disengaja untuk menimbulkan ketakutan. 2. Tujuan atau kepentingan yang akan di capai oleh pembuat ketakutan dengan tindakan itu, 3. korban tindakan itu tidak selalu berkaitan langsung dengan tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian, tindakan atau penampilan tertentu yang tanpa disengaja menyebabkan orang lain ketakutan tidak dapat dimasukkan dalam kategori ketakutan. Demikian hukum atau ketentuan yang membuat orang takut untuk melakukan pelanggaran, tidak termasuk kategori terorisme. Pembahasan melalui terorisme tidak dapat secara tersendiri dalam kitab-kitab fiqh lama. Biasanya pembahasan mengenai terorisme terdapat dalam pasal atau bab tentang pembegal dan selalu berkenan dengan hukuman atas pelakunya. Dalam kitab al-Umm misalnya, Imam asy- Syafi’I mengatakan : ‫ج‬ ‫الثعب‬ ‫ب‬ ‫كتا‬ ‫سلسلت‬ (.‫رض‬ ‫األ‬ ‫من‬ ‫نفوا‬ ‫ماال‬ ‫يأخذوا‬ ‫ولم‬ ‫السبيل‬ ‫أخافوا‬ ‫وإذا‬5‫ص‬921 8[8] Anis Malik Thoha, Tren Pluralisme Agama: Tinjauan Kritis,…, hlm 209-210
  • 9. “Jika mereka menakut-nakuti orang yang lewat di jalan dan tidak mengambil harta, maka hukumanya adalah di buang ketempat yang jauh.” ‫منه‬ ‫ن‬ ‫فكا‬ .‫ضين‬ ‫ر‬ ‫العا‬ ‫أفعال‬ ‫فاختاف‬ ‫ح‬ ‫بسال‬ ‫ت‬ ‫مكابر‬ ‫واحد‬ ‫أو‬ ‫لجماعت‬ ‫ص‬ ‫اللصو‬ ‫ض‬ ‫عر‬ ‫فإذا‬‫من‬ ‫م‬ ‫أ‬ ‫حوا‬ ‫وجر‬ ‫هيبوا‬ ‫ولو‬ .‫وا‬ ‫ر‬ ‫عز‬ ‫مال‬ ‫خذ‬ ‫أ‬ ‫ال‬ ‫و‬ ‫قتال‬ ‫يبلغوا‬ ‫لم‬ ‫و‬ ‫حيبوا‬ ‫...ولو‬ ‫ومنحم‬ ‫المال‬ ‫وأخذ‬ ‫قتل‬‫ق‬‫ص‬ ‫ص‬ ‫المصدر‬ ‫(نفس‬ ...‫وحبسوا‬ ‫وا‬ ‫ر‬ ‫عز‬ ‫و‬ ‫ص‬ ‫القصا‬ ‫فيه‬ ‫بما‬ ‫منهم‬941) “Jika pencuri-pencuri menghadang sekelompok atu satu orang seraya mengancam dengan senjata, maka perbuatan mereka itu bermacam-macam. Ada yang membunuh dan mengambil harta, ada yang…jika mereka menakut-nakuti dan tidak sampai membunuh atau mengambil uang, maka hukumannya adalah di takzir. Jika mereka menakut-nakuti dan melukai, maka mereka diqishash kalau luka yang ditimbulkannya termasuk luka yang berhukum qhisash, ditakzir dan dikurung. Pembahasan yang serupa juga ditemukan dalam kitab dua Imam Syafi’iyyah yang lain, yakni Imam al-Nawawi dan Ibnu Hajar al-Haitami. Imam al-Nawawi dalam kitabnya, ‫ْب‬‫د‬‫المه‬ ‫شرح‬ ‫المجموع‬ menyatakan: ‫الإلمام‬ ‫على‬ ‫وجب‬ ‫برية‬ ‫او‬ ‫مصر‬ ‫في‬ ‫السبيل‬ ‫خاف‬ ‫وأ‬ ‫السالح‬ ‫ثهر‬ ‫من‬‫ثو‬ ‫قويت‬ ‫ترك‬ ‫ْا‬‫د‬‫إ‬ ‫ألنه‬ ‫طلبه‬‫وكثر‬ ‫كته‬ ‫وحب‬ ‫عزر‬ ‫النفس‬ ‫ويقتل‬ ‫المال‬ ‫يأخذ‬ ‫أن‬ ‫قبل‬ ‫وقع‬ ‫فإن‬ .‫األموال‬ ْ‫د‬‫وأخ‬ ‫النفوس‬ ‫قتل‬ ‫في‬ ‫به‬ ‫الفساد‬‫حسب‬ ‫على‬ ‫س‬ ‫بالنقب‬ ‫للسرقة‬ ‫لمتعرض‬ ‫فعزركا‬ ‫عظيمة‬ ‫معصية‬ ‫فى‬ ‫للدخول‬ ‫تعرض‬ ‫نه‬ ‫أل‬ ,‫لسلطان‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ا‬ ‫ماير‬‫لمتعر‬ ‫وا‬ ‫بالقبلة.[دارالفكر,ج‬ ‫نا‬ ‫للز‬ ‫ض‬21‫ص‬941] “Jika ada orang yang memamerkan senjata dan menakut-nakuti orang yang lewat di jalan, maka imam (penguasa politik)wajib mencarinya (dan menangkapnya ), karena jika dibiarkan, akan menjadi bertambah kekuatannya dan terjadi banyak kerusakn dengan senjata itu dalam bentuk pembunuhan dan perampasan. Jika ia tertangkap sebelum mengambil harta dan membunuh, maka ia mesti dihukum takzir dan dibui sesuai dengan pendapat penguasa, karena ia menunjukkan tanda-tanda akan melakukan kedurhakaan besar, sebagaimana orang yang menunjukkan tanda-tanda akan mencuri dengan merusak pagar dan orang yang menunjukkan tanda-tanda akan berzina dengan mencium.” Dalil yang biasa dipakai untuk menentukkan hukuman-hukuman di atas adalah ayat 33-34 dari surat al-Maidah yang berbunyi: $yJ¯RÎ)(#ätÂt“y_tûïÏ%©!$#tbqç/Í‘$pt䆩!$#¼ã&s!qß™u‘ur tböqyèó¡tƒur’ÎûÇÚö‘F{$##·Š$|¡sùbr&(#þqè=-Gs)ãƒ÷rr&(#þqç6¯=|Áム÷rr&yì©Üs)è?óOÎgƒÏ‰÷ƒr&Nßgè=ã_ö‘r&urô`ÏiBA#»n=Åz÷rr& (#öqxÿYペÆÏBÇÚö‘F{$#4š•Ï9ºsŒóOßgs9Ó“÷“Åz’Îû$u‹÷R‘‰9$#( óOßgs9ur’ÎûÍot•ÅzFy$#ë>#x‹tãíOŠÏàtãÇÌÌÈžwÎ)šúïÏ%©!$#(#qç/$s? `ÏBÈ@ö6s%br&(#râ‘ωø)s?öNÍköŽn=tã((#þqßJn=÷æ$$sùžcr&©!$# Ö‘qàÿxîÒO‹Ïm§‘ÇÌÍÈ “Bahwasanya balasan orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya serta melakukan kerusakan dimuka bumi ialah dengan dibalas bunuh, atau dipalang, atau dipotong tangan dan kaki mereka secara bersilang, atau dibuang negeri. Hukuman yang demikian itu adalah suatu kehinaan didunia bagi mereka beroleh azab siksa yang amat besar. Kecuali orang- orng yang bertaubat sebelum kamu dapat menangkapnya, (mereka terlepas dari hukuman itu). Maka ketahuilah, bahwasannya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mengasihi.” (QS. Al-Maidah [5]: 33-34)
  • 10. Hukum teroris sekarang, dalam kitab Fiqh, seperti yang dikutip diatas walaupun terdapat pembicaraan mengenai orang yang hanya menakut-nakuti , kesan yang diperoleh adalah bahwa tindakan menakut-nakuti itu berhubungan dengan perampasan harta atau pembunuhan dan dilakukan dijalan. Dalam tafsir atas ayat tersebut diatas disebutkan bahwa variasi hukuman itu berdasarkan atas yang membunuh saja dengan tidak merampas, pemalangan atu penyaliban untuk mereka yang membunuh dan merampas, pemotongan tangan dan kaki untuk mereka yang hanya merampas, sedangkan pembuangan untuk mereka yang hanya mengganggu ketentraman umum. Dalam tafsir al- Jalalain, misalnya, dinyatakan : ‫لنف‬ ‫وا‬‫يقتل‬ ‫ولم‬ ‫المال‬ ‫أخذ‬ ‫لمن‬ ‫لقطع‬ ‫وا‬ ‫المال‬ ‫وأخذ‬‫قتل‬ ‫لمن‬ ‫صلب‬ ‫وال‬ ‫فقط‬ ‫قتل‬ ‫لمن‬ ‫لقتل‬ ‫فا‬‫أخاف‬ ‫لمن‬ ‫ى‬ ‫قبله‬ ‫وقيل‬ ‫القتل‬ ‫بعد‬ ‫ثالثا‬ ‫الصلب‬ ‫أن‬ ‫قوليه‬ ‫وأصح‬ ‫االثافعى‬ ‫وعليه‬ ‫عباس‬ ‫ابن‬ ‫قاله‬ .‫فقط‬‫قلي‬‫بالنفي‬ ‫ويلحق‬ ‫ال‬ ‫ه‬ ‫الحبسوغير‬ ‫التنكيلمن‬ ‫في‬ ‫أثبهه‬ ‫ما‬ “Hukum bunuh merupakan hukuman bagi orang yang membunuh; penyaliban untuk orang yang membunuh dan mengambil harta; potong tangan untuk yang mengambil harta tapi tidak membunuh dan pembuangan untuk orang yang hanya menakut-nakuti. Demikian pendapat yang dikemukakan Ibn’Abbas dan diikuti asy-Syafi’ adalah bahwa penyaliban tiga kali disebutkan setelah hokum bunuh; dikatakan oleh sebagian ulama : sedikit sebelum hukuman mati. Hukuman-hukuman yang menyerupainya seperti pengurungan dikatagorikan dalam pembuangan.” Ini berarti bahwa terorisme pada umumnya, baik untuk tujuan mengambil harta maupun untuk tujuan-tujuan politik dan lainnnya, masuk dalam bab memerangi Allah dan Rasul-Nya atau al-hirabah, yang hukum dasarnya jelas haram. Bagaimana memperbaikinya? Perlu disebarkan dan ditekankan bahwa perang adalah keadaan darurat, bukan keadaan yang dikehendaki Islam. Perang yang telah terjadi dalam sejarah Islam dapat dikatakan sebagai kecelakaan sejarah, yang sebagiannya dapat dimengerti dan dibenarkan, misalnya ketika umat Islam di Madinah harus mempertahankan diri dari kemungkinan kehancuran fatal oleh kekuatan kaum kafir atau musyrik Quraisy di Makkah. Islam dari awal kehadirannya mengajarkan kasih sayang dan memaafkan, namun ajaran ini tertutup oleh kesibukan dalam berperang dan terlupakan untuk waktu yang sangat lama. Perang memang dilakukan oleh nabi Muhammad SAW, tetapi pada waktu itu tidaak ada pilihan lain untuk mempertahankan diri. Pilihan yang ada hanyalah berperang atau mati. Akan tetapi , ketika kemudian perang juga menghasilkan keuntungan material yang berupa perluasan wilayah kekuasaan dan harta rampasan, kaum muslimin Arab kebablasan dalam melakukan perang. Selanjutnya, perang-perang terus terjadi sebagaimana lazimnya pada
  • 11. masa itu baik baik yang dapat dibenarkan maupun yang yang tidak dan membentuk kebudayaan kekerasan yang didukung ajaran agama. Dukungan ini terjadi, antara lain, karena banyak dari ajaran agama pun dirumuskan pada masa-masa perang. Pengentasan orang-orang yang tertindas dan malang dari keadaannya yang terpuruk merupakan salah satu kunci penyelesaian masalah terorisme. Demikian pula pendidikan yang menekankan pada perdamaian dan apresiasi kepada keberagaman . akan tetapi ini menuntut perombakan banyak dari ajaran atau bahakan keseluruhan bangunan ajaran Islam , terutama bagaimana mengambil ajaran dari alQur’an dan Hadits, dua sumber utamanya. Dalam kedua “kitab suci” ini penyembutan kekerasan sebagai alat untuk mencapai kebaikan sangat banyak sehingga menutupi pesan dasar tentang penghormatan kepada kemanusiaan. Orang yang tidak hati-hati dalam membacanya dapat terjebak dalam pemahaman bahwa memang Islam tidak menghendaki perdamaian, kasih sayang, kesabaran dan nilai-nilai kesantunan yang lain. Misal anggapan al-Qurthubi, dan tafsirnya atas ayat 208 dari surat al-Baqarah, bahwa kaum muslimin tidak boleh mendahului mengajukan inisiatif perdamaian. Kaum muslimin harus menerima uluran tangan perdamaian, tetapi tidak boleh mendahului mengulurkan tangan. Pendapat seperti ini sangat besar kemungkinannya untuk dianut oleh kaum muslimin sendiri, dengan sedikit moderasi misalnya, dengan menyimpulkan bahwa karena dalam al- Qur’an banyak perintah memerangi orang kafir dan Nabi Muhammad SAW sendiri sewaktu di Madinah memmpin beberapa peperangan dengan kaum kafir maka memerangi orang kafir itu memang kewajiban seorang muslim. Berdamai dengan orang kafir adalah kesalahan, penyimpangan dari ajaran murni Islam Sementara itu, sebenarnya al-Qur’an juga berisi ayat-ayat seperti (#ätÂt“y_ur7py¥ÍhŠy™×py¥ÍhŠy™$ygè=÷WÏiB(ô`yJsù$xÿtãyxn=ô¹r&ur ¼çnã•ô_r'sù’n?tã«!$#4¼çm¯RÎ)Ÿw•=Ïtä†tûüÏJÎ=»©à9$#ÇÍÉÈ “Balasan perbuatan buruk adalah perbuatan buruk yang serupa, namun barang siapa memaafkan dan membuat perdamaian, maka pahalanya pasti akan diberikan Allah. Sesungguhnya Allah tidak suka orang-orang zalim.” (QS.al-Syura[42]:40) D. Gender 1) Pengertian Gender Kata gender berasal dari bahasa Inggris, yang artinya jenis kelamin. Di dalam Webster’s New World Dictionary, gender diartikan sebagai perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku. Menurut Heyzer (1991), gender adalah peranan laki-laki dan perempuan dalam suatu tingkah laku sosial yang terstruktur. Sedangkan Illich (1983) berpendapat bahwa gender dimaksudkan untuk
  • 12. membedakan antara laki-laki dan perempuan secara sosial, yang mengacu pada unsur emosional, kejiwaan, dan tingkah laku. Kata gender selalu dikaitkan dengan seks. Menurut paham feminisme, terdapat perbedaan antara konsep seks dan gender. Persoalan-persoalan yang menyangkut perbedaan biologis fisiologis merupakan wilayah seks. Misalnya, laki-laki memiliki penis dan memproduksi sperma. Sedangakan perempuan memiliki rahim dan memproduksi telur. Oleh karenanya, demikian merupakan suatu yang kodrati dan tidak dapat di ubah. Sementara, yang menyangkut fungsi, peran, hak, dan kewajiban masuk dalam wilayah gender. Misalnya, perempuan memiliki sifat lemah lembut, emosional, cantik. Sedangakan laki-laki memiliki sifat kuat, rasional, jantan, dan perkasa. Ciri-ciri itu, baik yang melekat pada perempuan maupun laki-laki tidaklah permanen. Dengan demikian, gender merupakan suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural, dan yang menyangkut aspek-aspek non biologis lainnya.9[9] Oleh karena itu, Bates berpendapat bahwa gender merupakan interpretasi mental dan kultur terhadap perbedaan kelamin dan hubungan laki-laki dan perempuan. Selain itu, ia juga digambarkan sebagai pemisah antara ruang gerak domestik materi dalam keluarga dan ruang gerak publik di mana laki-laki menjadi aktor utamanya. Dengan demikian, gender adalah persoalan nature dan nurture. Jika yang natural bercorak kodrati (datang dari sananya), maka yang nurture merupakan hasil konstruksi sosial dan budaya masyarakat tentang perbedaan laki-laki dan perempuan.10[10] 2) Gender dalam Perspektif Islam Islam tidak mengenal diskriminasi antara kaum laki-laki dan perempuan. Islam menempatkan perempuan sebagai mitra sejajar kaum laki-laki. Kalaupun ada perbedaan, maka itu adalah akibat fungsi dan tugas-tugas utama yang dibebankan agama kepada masing- masing jenis kelamin, sehingga perbedaan yang ada tidak mengakibatkan yang satu merasa memiliki kelebihan atas yang lain. Keduanya saling melengkapi dan bantu membantu dalam memerankan fungsinya dalam hidup dan kehidupan. 11[11] Baik laki-laki maupun perempuan yang muslim, yang mukmin, dan yang sejenisnya dihadapan Allah sama 9[9]Mohamad Nor Ichwan, Prof.M. Quraish Shihab Membincang Persoalan Gender,(Semarang:RaAIL Media Group, 2013), hlm 2-3 10[10] Nur Syam, Agama Pelacur, (Yogyakarta:LKiS Printing Cemerlang, 2010) hlm. 13-16 11[11] Huzaimah Tahido Yanggo, Fiqih Perempuan Kontemporer,(Jakarta:Penerbit Ghalia Indonesia, 2010), hlm 91
  • 13. kedudukannya. Bahwa mereka akan mendapatkan ampunan dan pahala dari sisi Tuhannya selama mereka berbuat baik. Lagi-lagi ampunan dan pahala itu tidak diberikan kepada mereka hanya karena status seksnya.12[12] Konsep Islam dalam Kesetaraan Gender 1. Perspektif Pengabdian Islam tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan dalam pengabdian, satu- satunya perbedaan yang dijadikan ukuran untuk meninggikan atau merendahkan derajat mereka hanyalah nilai pengabdian dan ketakwaan kepada Allah swt. Sebagaimana firman Allah swt: $pkš‰r'¯»tƒâ¨$¨Z9$#$¯RÎ)/ä3»oYø)n=yz`ÏiB9•x.sŒ4ÓsRé&ur öNä3»oYù=yèy_ur$/qãèä©Ÿ@ͬ!$t7s%ur(#þqèùu‘$yètGÏ94¨bÎ) ö/ä3tBt•ò2r&y‰YÏã«!$#öNä39s)ø?r&4¨bÎ)©!$#îLìÎ=tã׎•Î7yzÇÊÌÈ ”Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” 2. Perspektif Asal Kejadian Perempuan Al-Qur’an menerangkan bahwa perempuan dan laki-laki diciptakan Allah dengan derajat yang sama. Tidak ada isyarat dalam Al-Qur’an bahwa perempuan pertama (Hawa) yang diciptakan oleh Allah adalah suatu ciptaan yang mempunyai martabat lebih rendah dari laki-laki pertama (Adam). 3. Perspektif Kejiwaan Ada anggapan bahwa dari segi kejiwaan, perempuan memiliki jiwa yang lemah sehingga mudah terkena godaan atau rayuan. Anggapan ini biasanya menyandarkan diri pada peristiwa keberhasilan iblis merayu Adam untuk memkan buah surga disebabkan keberhasilan iblis merayu Hawa terlebih dahulu. Anggapan ini jelas tidak benar karena dalam Al-Qur’an terlihat bahwa godaan dan rayuan iblis ditujukan kepada laki-laki dan perempuan (Adam dan Hawa), bukan hanya kepada Hawa saja, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an: }¨uqó™uqsù$yJçlm;ß`»sÜø‹¤±9$#y“ωö7ãŠÏ9$yJçlm;$tBy“Í‘¼ãr $yJåk÷]tã`ÏB$yJÎgÏ?ºuäöqy™tA$s%ur$tB$yJä38uhtR$yJä3š/u‘ô`tãÍnÉ‹»yd Íot•yf¤±9$#HwÎ)br&$tRqä3s?Èû÷üs3n=tB÷rr&$tRqä3s?z`ÏB tûïÏ$Î#»sƒø:$#ÇËÉÈ 12[12] Mohamad Nor Ichwan, Prof. M. Quraish Shihab,… ,hlm 5
  • 14. “Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk Menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka Yaitu auratnya dan syaitan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi Malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga).” Dalam ayat tersebut dinyatakan bahwa setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya. Dengan demikian, tidak benar tuduhan bahwa perempuanlah sebagai sumber segala bencana. 4. Perspektif Kemanusiaan Salah satu tradisi bangsa Arab sebelum kedatangan Islam ialah mengubur hidup-hidup bayi perempuan karena alasan takut miskin atau tercemar namanya Islam hadir dengan mereformasi dan melakukan revolusi terhadap tradisi yang telah menginjak-nginjak kemanusiaan, terutama terhadap kaum perempuan. Islam melarang tradisi penguburan hidup-hidup bayi perempuan dan mengecamnya sebagai perbuatan yang sangat biadab. 5. Perspektif Pendidikan dan Pengajaran Dalam Islam, menuntut ilmu dibuka seluas-luasnya kepada perempuan seperti halnya laki-laki. Perempuan diwajibkan menuntut ilmu pengetahuan, sebagaimana dalam hadits Nabi Muhammad saw: ‫مسلم‬ ‫كل‬ ‫على‬ ‫يضة‬ ‫فر‬ ‫العلم‬ ‫طلب‬ ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫هللا‬ ‫رسول‬ ‫ل‬ ‫قا‬ ‫لك‬ ‫ما‬ ‫بن‬ ‫أنس‬ ‫عن‬ “Dari Anas bin Malik berkata, Bersabda Rasulullah saw, “Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim”. Selain dari beberapa perspektif diatas, peran kaum perempuan sebagai mitra kaum laki-laki dalam berbagai aktivitas sosial, politik, dan lain-lain juga sangat diharapkan, dicontohkan antara lain sebagai berikut: a. Perempuan dalam kegiatan sosial Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang memerintahkan supaya muslimin dan muslimat mengeluarkan zakat harta benda. Dengan demikian, sebagaimana laki-laki, perempuan pun bekewajiban ikut memikirkan masalah sosial dan melaksanakan penanggulangannya. b. Perempuan dalam kegiatan politik Islam memberikan kesempatan kepada kaum perempuan untuk berkecimpung dalam kegiatan politik, ini bisa terlihat pada banyak ayat dalam Al-Qur’an yang memerintahkan amar ma’ruf dan nahi munkar. Ini berlaku untuk segala macam kegiatan, tidak terkecuali bidang politik dan kenegaraan.
  • 15. Perempuan juga turut bertanggung jawab atas bidang ini. Itulah antara lain peranan perempuan di rumah tangga dan masyarakat, dimana hal ini menunjukkan bahwa perempuan itu adalah mitra sejajar laki-laki, baik di rumah tangga maupun di masyarakat.13[13] E. Sejarah ISIS ISIS sebelumnya adalah bagian dari Al-Qaidah. Dibawah kepemimpinan Abu Bakar al-Baghdadi ISIS sempat menyatakan diri bergabung dengan Front Al Nusra, kelompok yang menyatakan diri sebagai satu-satunya afiliasi Al-Qaidah di Suriah. Namun karena metode ISIS/ISIL dianggap bertentangan dengan Al-Qaidah lantaran telah berbelok dari misi perjuangan nasional dengan menciptakan perang sektarian di Irak dan Suriah, ISIS dianggap tidak lagi sejalan dengan Al-Qaidah. Sebagai balasannya, Front Al-Nusra lalu melancarkan serangan perlawanan terhadap ISIS/ISIL guna merebut kembali kontrol atas Abu Kamal, wilayah timur Suriah yang berbatasan dengan Irak. Namun karena kebrutalan dan ambisi dari ISIS yang tidak segan melakukan penyiksaan bahkan pembunuhan terhadap para penentangnya, ISIS bisa menguasai sebagian besar wilayah Irak. Bahkan dibawah kepemimpinan Abu Bakar Al-Baghdadi ISIS mendeklarasikan Negara Islam di sepanjang Irak dan Suriah dan juga menyatakan Al-Baghdadi akan menjadi pemimpin bagi umat muslim di seluruh dunia. Pada 15 Mei 2010 diangkatlah pemimpin baru yaitu Abu Bakar Al-Baghdadi untuk menggantikan Abu Umar Al Baghdadi yang telah meninggal. Seiring dengan Revolusi di Jazirah Arab yang dikenal dengan Musim Semi Arab dalam menumbangkan para diktator seperti yang terjadi di Tunisia, Libya dan Mesir, maka terjadi pula revolusi di Suriah, hanya saja demonstrasi rakyat di Suriah disambut dengan kekerasan dari Tentara Presiden Bashar Assad. Akibatnya Rakyat Suriah melakukan perlawaan dalam kelompok-kelompok bersenjata. Kelompok-kelompok ini dibantu oleh para pejuang dari luar negeri termasuk dari Negara Islam Irak. Dan ketika kelompok-kelompok pejuang rakyat Suriah ini akhirnya mampu membebaskan beberapa kota termasuk wilayah perbatasan dengan Irak maka menyatulah beberapa kota di Irak dan di Suriah dalam kontrol Negara Islam Irak. ISIS dianggap lebih berbahaya ketimbang Al-Qaidah karena mempunyai ribuan personel pasukan perang, yang siap mendeklarasikan perang terhadap mereka yang dianggap bertentangan atau menentang berdirinya negara Islam. Mereka menjadi kekuatan politik baru yang siap melancarkan serangan yang jauh lebih brutal daripada Al-Qaidah. Gerakan revolusi 13[13] Huzaemah Tahido Yanggo, Fiqih Perempuan Kontemporer,… ,hlm 91-101
  • 16. yang mulanya mempunyai misi mulia untuk menggulingkan rezim otoriter ini berubah menjadi tragedi. ISIS menjadi sebuah kekuatan baru yang siap melancarkan perlawanan sengit terhadap rezim yang berkuasa yang dianggap tidak mampu mengemban misi terbentuknya negara Islam. Ironisnya, mereka mengabsahkan kekerasan untuk menindas kaum minoritas dan menyerang rezim yang tidak sejalan dengan paradigma negara Islam. ISIS menjadi kekuatan politik riil dengan ideologi yang jelas dan wilayah yang diduduki dengan cara-cara kekerasan. Ideologi dan Kepercayaan ISIS mengikuti ekstrim anti-Barat yang menurutnya sebagai penafsiran Islam, mempromosikan kekerasan agama dan menganggap mereka yang tidak setuju dengan tafsirannya sebagai kafir dan murtad. Secara bersamaan, ISIS (sekarang IS) bertujuan untuk mendirikan negara Islam Salafi yang berorientasi di Irak, Suriah dan bagian lain dari Syam. Ideologi ISIS berasal dari cabang Islam modern yang bertujuan untuk kembali ke masa-masa awal Islam, menolak "inovasi" dalam agama yang mereka percaya telah "korup" dari semangat aslinya. Mengutuk kekhalifahan terakhir dan kekaisaran Ottoman karena menyimpang dari apa yang mereka sebut sebagai Islam murni dan karenanya telah berusaha untuk membangun kekhalifahan sendiri. Namun, ada beberapa komentator Sunni, Zaid Hamid, misalnya, dan bahkan Salafi dan mufti jihad seperti Adnan al-Aroor dan Abu Basir al-Tartusi, yang mengatakan bahwa ISIS dan kelompok teroris yang terkait tidak mempresentasikan Sunni sama sekali, tapi menuduh Khawarij bidah yang melayani agenda kekaisaran anti-Islam. Salafi seperti ISIS percaya bahwa hanya otoritas yang sah dapat melakukan kepemimpinan jihad, dan bahwa prioritas pertama atas pertempuran di daerah lain, seperti berperang melawan negara-negara non-Muslim, adalah sebagai pemurnian masyarakat Islam. Misalnya, ketika memandang konflik Israel-Palestina, karena ISIS menganggap kelompok Sunni Palestina Hamas sebagai murtad yang tidak memiliki kewenangan yang sah untuk memimpin jihad, mereka anggap melawan Hamas sebagai langkah pertama sebelum menuju konfrontasi dengan Israel. 14[14] 14[14] http://id.wikipedia.org/wiki/Negara_Islam_Irak_dan_Syam diakses pada 20 Oktober 2014 pukul 11.
  • 17. IV. KESIMPULAN Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa banyak sedikitnya Islam juga telah mengalami beberapa imbas dari era modernisasi yang dikatakan serba positivistic dan serba terukur itu. Dengan berstandar acuan pada ukuran rasionalitas dan pendewasaan akal pikiran, ragam polemik baru, justru muncul di tubuh Islam. Tentunya dengan menilik juga dari sisi baik dan buruknya. Dapat kita ketahui secara bersama pula bahwa isu-isu kontemporer yang bermunculan dalam Islam memiliki latar belakang yang berbeda-beda, mulai dari wacana-wacana sosio-politis dunia yang sedikit memaksa ke-universal-annya untuk merealisasikan eksistensi ataupun menancapkan pengaruh serta hegemoni. Kita tidak mungkin untuk menolak modernisasi tapi kita bisa berpegang pada slogan Islam yaitu Al Muhafadhoh ‘ala al-qadim al-shalih wa al-ahdzubi al-jadid al-ashlah (memelihara hal-hal lama yang baik dan mengambil hal-hal baru yang lebih baik). Ataupun dalam tantangan intelektualisme (ilmiah akademis) dalam kerangka maraknya kajian keagamaan kontemporer yang mengarah pada pemikiran yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, bukan hanya dalam bentuk pernyataan-pernyataan teoritik dan konseptual semata, sehingga bisa diterima oleh pihak lainnya. DAFTAR PUSTAKA Husaini, Adian dkk. 2002. Islam Liberal. Jakarta: GEMA INSANI PRESS Husaini, Adian. 2009. Virus Liberalisme di Perguruan Tinggi Islam. Jakarta: Gema Insani Ichwan, Mohamad Nor . 2013. Prof.M. Quraish Shihab Membincang Persoalan Gender. Semarang: RaAIL Media Group. Nata, Abudin. 2011. STUDI ISLAM KOMPERHENSIF. Jakarta: Kencana Rachman, Budhy Munawar. 2010. Argumen Islam untuk Liberalisme. Jakarta: Gramedia Syam, Nur. 2010. Agama Pelacur. Yogyakarta: LKiS Printing Cemerlang.
  • 18. Thoha, Anis Malik. 2007. Tren Pluralisme Agama: Tinjauan Kritis. Jakarta: Gema Insani http://id.wikipedia.org/wiki/Negara_Islam_Irak_dan_Syam diakses pada 20 Oktober 2014 pukul 11.15 Yanggo, Huzaimah Tahido. 2010. Fiqih Perempuan Kontemporer. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia.