Sistem penomoran telepon PSTN menggunakan kode area dan nomor pelanggan untuk mengidentifikasi setiap pelanggan. Sistem penomoran ini memungkinkan pengaturan panggilan secara otomatis dan membedakan identitas setiap pelanggan. Pengalamatan IP menggunakan alamat logika untuk mengidentifikasi perangkat dalam jaringan, sementara subnet mask digunakan untuk membedakan antara ID jaringan dan ID host.
1. SISTEM PENOMORAN & PENGALAMATAN
Ir. Roedi Goernida, MT.
(roedig@yahoo.com)
Program Studi Sistem Informasi – Fakultas Rekayasa Industri
Institut Teknologi Telkom
Bandung
1
2010
Sistem Penomoran PSTN
2
Hand-out: Sistem Telekomunikasi IS1323 - 06 Hal. 1
2. Pengertian Penomoran PSTN
Menentukan penomoran pelanggan lokal & nasional
serta menyediakan kepada setiap pelanggan berserta
layanan dengan suatu kode yang unik & sederhana
yang memungkinan pengaturan panggilan secara
otomatis.
Tujuan penomoran:
● Membedakan identitas setiap pelanggan dengan
nomor yang unik
● Mengalihkan setiap panggilan
● Mengaktifkan perangkat pembebanan (charging).
3
Hand-out: Sistem Telekomunikasi IS1323 - 06 Hal. 2
Fungsi Penomoran PSTN
Mengidentifikasi panggilan pelanggan untuk pembebanan
(charging).
Menjamin perluasan dalam penomoran tanpa
pembebanan.
Membuat sistem penomoran untuk jangka panjang.
Membuat penomoran pelanggan dengan beberapa digit
kemungkinan.
Membuat suatu metoda nomor panggil yang seragam &
sederhana untuk suatu negara.
Membuat kode nomor yang sederhana & mudah diingat
untuk layanan khusus.
Menyederhanakan koordinasi dengan rencana
penomoran lain.
4
Hand-out: Sistem Telekomunikasi IS1323 - 06 Hal. 3
3. Aturan Penomoran PSTN (1/2)
CCITT membagi dalam 2 sistem yang dipakai untuk
nomor pelanggan:
● Penomoran Seragam (Uniform).
● Penomoran Tidak Seragam.
Sentral yang terhubung dengan pelanggan terhubung
harus dapat membedakan:
● Nomor pelanggan lokal
● Kode area (trunk code)
● Kode negara (international code)
5
Hand-out: Sistem Telekomunikasi IS1323 - 06 Hal. 4
Aturan Penomoran PSTN (2/2)
Trunk Code terdiri dari 2 macam sistem:
● Sistem penentuan dengan cara sembarang,
Jika penentuan trunk code-nya dengan jalan tidak
melihat peta geografisnya, tetapi tergantung dari
perkembangan & kebutuhan yang ada sekarang,
dimana code yang berturutan belum tentu
daerahnya berdampingan atau berdekatan.
● Sistem penentuan dengan cara sematik,
Jika penentuan trunk code-nya disesuaikan
dengan peta geografisnya
6
Hand-out: Sistem Telekomunikasi IS1323 - 06 Hal. 5
4. Struktur Penomoran Telepon PSTN
Indonesia Bandung
00 or + 62 22 87821457
Rekomendasi dari CCITT
● Panjang nomor internasional tidak boleh lebih dari 12 digit.
● Panjang nomor nasional tidak boleh lebih dari 10 digit.
7
Hand-out: Sistem Telekomunikasi IS1323 - 06 Hal. 6
Penomoran Lokal
● Nomor pelanggan.
Nomor yang diputar atau dipanggil untuk menghubungi pelanggan
dalam wilayah layanan lokal yang sama.
● Sentral dengan kapasitas 100 saluran akan melayani 100 pelanggan
dengan nomor telepon mulai 00 s.d 99.
● Sentral berkapasitas 10.000 saluran akan melayani 10.000 pelanggan
dengan nomor telepon mulai 0000 s.d 9999
Contoh: 423 6717
Identitas Identitas
Sentral Lokal Pelanggan
(STO)
● Identitas Sentral Lokal (STO) → contoh Bandung:
Ujungberung: 780xxxx, 781xxxx, 782xxxx, 783xxxx, 8782xxxx, 8788xxx
Turangga : 730xxxx, 731xxxx, 732xxxx, 733xxxx, 734xxxx, 735xxxx
8
Hand-out: Sistem Telekomunikasi IS1323 - 06 Hal. 7
5. Penomoran Interlokal
● Trunk prefix.
Suatu digit didepan nomor pelanggan yang harus diputar bila
ingin menghubungi pelanggan lainnya di luar jaringan lokal.
● Trunk code.
Suatu digit atau kombinasi digit yang menunjukan wilayah dari
pelanggan yang dipanggil.
Contoh: 0 21 xxxxxxx
Trunk Kode LE + Nomor pelanggan
Prefix Trunk
Nomor Nasional
9
Hand-out: Sistem Telekomunikasi IS1323 - 06 Hal. 8
Penomoran Internasional
Penomoran internasional terdiri dari 4 (empat) elemen
dengan format:
00x C1C2C3 ABC S1S2S3.....S7
Kode Kode Kode Kode STO + nomor
SLI Negara Trunk pelanggan
Kode negara terdiri dari:
1 digit : USA, Canada
2 digit : Indonesia, Singapore, Malaysia
3 digit : Brunei, Kamboja, Kamerun, Bangladesh
10
Hand-out: Sistem Telekomunikasi IS1323 - 06 Hal. 9
6. Penomoran Khusus & Darurat
Pelayanan Khusus Lokal → 11x
Contoh: - Pemadam Kebakaran (113),
- Pengaduan gangguan telepon (117)
Pelayanan Khusus Terpusat → 10x
Contoh: - Penerangan Lokal (108),
- Billing Telepon (109)
11
Hand-out: Sistem Telekomunikasi IS1323 - 06 Hal. 10
Sistem Penomoran PSTN di TELKOM
● Format sistem penomoran trunk code:
A B C
Tertiary Primary
Center Secondary Center
Center
● Pembagian kode wilayah:
Quaternary Center : SGI
Tertiary Center : 7 kota besar (JKT, SB, MD, MKS, PLB, BJM, AB)
Secondary Center : Kota sedang (BD, YK, SM dll)
Primary Center : Wilayah lokal (CBN, TSM, CJ, BOO dll)
Contoh: Tasikmalaya 0 2 6 5
Trunk code Primary
Tertiary Secondary Center
Center Center
12
Hand-out: Sistem Telekomunikasi IS1323 - 06 Hal. 11
7. Pengalamatan IP
13
Hand-out: Sistem Telekomunikasi IS1323 - 06 Hal. 12
Pengalamatan IP (1/2)
Setiap perangkat memiliki 2 pengalamatan:
MAC address → phisik
IP Address → logika
IP address → pengalamatan secara logika yang
diberikan kepada perangkat
komputer atau jaringan yang
menggunakan protokol TCP/IP.
Jenis pengalamatan pada IPv4:
Unicast
Broadcast
Multicast
14
Hand-out: Sistem Telekomunikasi IS1323 - 06 Hal. 13
8. Pengalamatan IP (2/2)
IPv4 :
●
Internet protocol versi 4 → IP
●
32-bit addresses.
●
Memiliki 5 kelas pengalamatan.
●
Menyediakan pelayanan pengiriman paket untuk TCP,
UDP, ICMP, dan IGMP.
IPv6 :
●
Internet protocol versi 6, dirancang pada pertengahan
th. 90-an, untuk mengganti IPv4.
●
128-bit addresses.
●
Menyediakan pelayanan pengiriman paket untuk TCP,
UDP, ICMPv6.
15
Hand-out: Sistem Telekomunikasi IS1323 - 06 Hal. 14
Format IPv4 addressing
16
Hand-out: Sistem Telekomunikasi IS1323 - 06 Hal. 15
9. Kelas Pengalamatan IPv4 (1/3)
Kelas A.
Ciri: digit 1(bit 0), bernilai 0
Oktet ke-1→ Net ID (alamat jaringan).
Oktet ke-2, 3 & 4 → Host ID.
128 NetID & >4M host-ID per NetID.
Kelas B.
Ciri: digit 1 ditandai 1 & digit 2 ditandai 0.
Oktet ke-1 & 2 → Net ID.
Oktet ke-3 & 4 → Host ID.
16K NetID & + 64K host-ID per NetID.
Kelas C.
Ciri: digit 1 & 2 ditandai 1 & digit 3 juga ditandai 0
Oktet 1,2,3 : Sebagai Net ID
Oktet 4 : Sebagai Host ID.
>2M NetID & + 256 host-ID per NetID.
17
Hand-out: Sistem Telekomunikasi IS1323 - 06 Hal. 16
Kelas Pengalamatan IPv4 (2/3)
Kelas D.
Ciri: digit 1, 2, 3 & 4 ditandai 1,1,1,0
Dipergunakan sebagai multicast.
Kelas E.
Ciri: digit 1, 2, 3 & 4 ditandai 1,1,1,1 & digit ke-5
dengan 0.
Dipergunakan untuk riset.
18
Hand-out: Sistem Telekomunikasi IS1323 - 06 Hal. 17
10. Kelas Pengalamatan IPv4 (3/3)
10000000111111101001000001000011
32 bits
1 0 0 0 0 0 0 0.1 1 1 1 1 1 1 0. 1 0 0 1 0 0 0 0. 0 1 0 0 0 0 11
8 bits 8 bits 8 bits 8 bits
DECIMAL
128 . 254 . 144 . 67
8 bits 8 bits 8 bits 8 bits
HEX
80 . FE . 90 . 43
8 bits 8 bits 8 bits 8 bits
19
Hand-out: Sistem Telekomunikasi IS1323 - 06 Hal. 18
Subnetting (1/2)
Selain pengalamatan secara logik, diperlukan juga
netmask atau subnetmask.
Membedakan NetID & HostID.
Memecah sebuah network menjadi beberapa network
kecil (NetID).
Reduced network traffic.
Optimized network performance.
Simplified management
Facilitated spanning of large geographical distance.
Proses subnetting harus dilakukan berdasarkan
segmen jaringan yang dibutuhkan oleh jumlah host
terbanyak.
20
Hand-out: Sistem Telekomunikasi IS1323 - 06 Hal. 19
11. Subnetting (2/2)
Subnet mask bukanlah suatu alamat IP.
Memiliki nilai 32 bits addresses.
Subnet mask yang menggunakan bit sebagai network
identifier dapat direpsentasikan dalam bentuk network
prefix → Classless Inter-Domain Routing (CIDR)
Kelas Subnet mask (biner) Subnet mask Panjang
Alamat (decimal) prefix
A 11111111.00000000.00000000.00000000 255.0.0.0 /8
B 11111111.11111111.00000000.00000000 255.255.0.0 /16
C 11111111.11111111.11111111.00000000 255.255.255.0 /24
21
Hand-out: Sistem Telekomunikasi IS1323 - 06 Hal. 20
Tabel nilai CIDR
Subnet Nilai Subnet Mask Nilai Subnet Mask Nilai
Mask CIDR CIDR CIDR
255.0.0.0 /8 255.255.0.0 /16 255.255.255.0 /24
255.128.0.0 /9 255.255.128.0 /17 255.255.255.128 /25
255.192.0.0 /10 255.255.192.0 /18 255.255.255.192 /26
255.224.0.0 /11 255.255.224.0 /19 255.255.255.224 /27
255.240.0.0 /12 255.255.240.0 /20 255.255.255.240 /28
255.248.0.0 /13 255.255.248.0 /21 255.255.255.248 /29
255.252.0.0 /14 255.255.252.0 /22 255.255.255.252 /30
255.254.0.0 /15 255.255.254.0 /23
22
Hand-out: Sistem Telekomunikasi IS1323 - 06 Hal. 21
12. Contoh perhitungan subnetting (1/2)
1. 255.255.255.192 / 26
a) Jumlah subnet = 2 subnet
b) Jumlah host per subnet = 62 host
c) Subnet yang valid = 64 & 128
d) Alamat broadcast = 127 & 191
e) Host-host yang valid =
65 s.d 126 (subnet pertama),
129 s.d 190 (subnet kedua)
23
Hand-out: Sistem Telekomunikasi IS1323 - 06 Hal. 22
Contoh perhitungan subnetting (2/2)
2. 255.255.255.224 / 27 untuk alamat network 192.168.10.0
a. Jumlah subnet = 6 subnet
b. Jumlah host per subnet = 30 host
c. Subnet yang valid =
192.168.10.32, 192.168.10.64, 192.168.10.96,
192.168.10.128, 192.168.10.160 & 192.168.10.192
d. Alamat broadcast =
192.168.10.63, 192.168.10.95, 192.168.10.127,
192.168.10.159, 192.168.10.191 & 192.168.10.223.
e. Host-host yang valid =
192.168.10.33 s.d 192.168.10.62
192.168.10.65 s.d 192.168.10.94
192.168.10.97 s.d 192.168.10.126
192.168.10.129 s.d 192.168.10.158
192.168.10.161 s.d 192.168.10.190
192.168.10.193 s.d 192.168.10.222 `
24
Hand-out: Sistem Telekomunikasi IS1323 - 06 Hal. 23