SlideShare a Scribd company logo
1 of 52
Pengukuran Tahanan
Simon Patabang, ST., MT.
http://spatabang.blogspot.com
Universitas Atma Jaya Makassar
Pendahuluan
Pengukuran tahanan dapat diklasifikasikan
berdasarkan besarnya tahanan yang akan diukur.
Klasifikasi besar tahanan adalah sebagai berikut :
1. Tahanan rendah
2. Tahanan Tinggi
Tahanan rendah, yaitu tahanan yang besarnya lebih
kecil dari 1 ohm.
Pengukuran tahanan rendah harus dilakukan
dengan ketelitian yang cukup tinggi karena nilai
tahanan yang diukur sangat kecil.
Beberapa metoda pengukuran tahanan rendah
antara lain:
1. Metode Amperemeter-Voltmeter
2. Metode Ohmmeter
A. Pengukuran Tahanan Rendah
Rangkaian Dengan Metode Amperemeter-Voltmeter
• Volt meter mengukur Vx (tegangan sebenarnya pada Rx)
• Amper meter mengukur arus masuk It (arus sumber).
• Iv adalah arus pada voltmeter.
• Arus sebenarnya Ix pada Rx adalah Ix = It – Iv
• Rm a = Tahanan dalam Ampermeter
• Rm v = Tahanan dalam Voltmeter
Pengukuran tahanan dengan metode Amperemeter –
Voltmeter dilakukan dengan cara :
1. Mengukur arus I yang melewati tahanan
2. Mengukur drop tegangan V di antara tahanan
tersebut dengan Voltmeter
3. Menghitung nilai tahanan R dengan rumus Ohm.
V = IR  R = V/I
Karene Rx paralel dengan Rm v maka Tegangan pada
Rx dan Rm V sama besarnya yaitu Vx.
Jika Tahanan yang diukur Rx sangat kecil dibandingkan
dengan Tahanan dalam Volt meter ( Rx << RmV ),
berarti arus Iv << Ix, maka Iv tidak mempengaruhi It
atau arus Iv dapat diabaikan.
Ix = It – Iv, jika Iv diabaikan maka Ix = It.
Rangkaian ini hanya cocok untuk pengukuran nilai
tahanan rendah dengan kesalahan pengukuran yang
sangat kecil.
B. Pengukuran Tahanan Tinggi
Rangkaian Dengan Metode Amperemeter-Voltmeter
• Volt meter mengukur Vt (tegangan sumber)
• Amperemeter mengukur arus sebenarnya Ix yang
mengalir dalam Rx. Rx adalah tahanan yang besar .
• Jadi Ix = It – Iv . Iv adalah arus pada voltmeter.
Tahanan tinggi, yaitu tahanan yang bernilai lebih besar
dari 1 ohm.
• Karena Rm A seri dengan Rx maka arus yang
mengalir pada Rx dan RmA sama besar yaitu Ix.
• Tahanan dalam Amperemeter RmA sangat kecil
dimana drop tegangan pada RmA sebesar :
Va = Ix.RmA.
Vt = Va + Vx
Vt = Ix. RmA + Ix. Rx, karena RmA << Rx, maka Va<<Vx
Dengan demikian Va dapat diabaikan maka :
Vt ≈ Vx
3. Pengukuran Tahanan yang Besarnya tidak Diketahui
Posisi Saklar :
1. Pengukuran Tahanan Tinggi
2. Pengukuran Tahanan Rendah
Tahanan yang tidak ketahui, apakah Tahanan Rendah dan Tinggi
dapat diukur dengan rangkaian pengukuran Metode Volt Amper
sbb :
Cara Kerja :
1. Pasang tahanan yang akan diukur Rx, dimana saklar
pada posisi 1 dan amati pembacaan ampermeter.
2. Pindahkan saklar ke posisi. 2, jika :
a. Pembacaan ampermeter tidak berubah
kembalikan saklar ke posisi 1. Gejala ini
menunjukkan pengukuran tahanan tinggi. Catat
pembacaan arus dan tegangan, hitung Rx.
b. Pembacaan ampermeter berkurang, biarkan
saklar pada posisi 2. Gejala ini menunjukkan
pengukuran tahanan rendah. Catat pembacaan
arus dan tegangan dan hitung harga Rx.
2. Metode Ohm Meter
• Ohm meter adalah alat ukur listrik yang digunakan
untuk mengukur besarnya hambatan suatu
komponen seperti resistor dan kawat penghantar.
• Dalam pengukuran listrik ada 2 macam hambatan
yang sering digunakan adalah :
1. Hambatan tetap, besarnya tetap
2. Hambatan geser (rheostat), hambatan yang
besarnya dapat diubah-ubah dengan cara
menggeser posisi tap.
• Hambatan Tetap
• Hambatan Tidak Tetap
1. Mengukur Hambatan R Tetap dengan
Ohmmeter
Rangkaian Pengukuran Hambatan
Contoh
Perhitungan :
R Total = R1 // (R2 + R3) // R4
RA = R2 + R3
RA = 20 + 40 = 60 Ohm
1/R Total = 1/R1 + 1/RA + 1/R4
1/R Total = 1/60 + 1/60 + 1/60
1/R Total = 3/60 R Total = 60/3
R Total = 20 Ohm
Alat ukur Ohm meter akan menunjukkan hasil pengu-
kuran sebesar 20 Ohm
2. Mengukur Hambatan Geser
Rangkaian Dasar Ohmmeter
dimana :
Rm = tahanan dalam
Idp = arus defleksi penuh
E = baterai dalam alat ukur
R2 = tahanan pembatas arus dan
pengatur nol
Rx = tahanan yg tidak diketahui
Rangkaian dasar Ohmmeter
terdiri dari sebuah tahanan
pengatur Nol, Rz dan tahanan
dalamnya Rm yang dihubung-
kan dengan baterai.
Rangkaian Dasar Ohmmeter
• Jika titik A dan B dihubung
singkat kemudian resistor
variabel Rz diatur maka arus
penyimpangan skala penuh
Idp adalah :
• Jika titik A dan B dihubungkan dengan tahanan Rx,
maka arus penyimpangan skala penuh adalah :
………..( 1 )
………..( 2 )
• Jika pers (1) dibandingkan dengan pers (2) yaitu
I/Idp, maka diperoleh :
………..( 3 )
P = I/Idp adalah kesalahan pe-
nyimpangan jarum penun-
juk (%)
Contoh :
Sebuah Ohmmeter dengan Idp = 1 mA dan Rm = 100 Ω
dengan baterai 3 V, Hitunglah besarnya Rx dengan skala
penyimpangan P terhadap arus Idp sebesar 20%, 40%, 50%,
75%, dan 100% untuk pembacaan resistansi !
Diketahui :
Idp = 1mA
E = 3 Volt
Rm = 100 Ω
P = 20%, 40%, 50%, 75%, dan 100%
Ditanyakan Rx =? Untuk tiap P
Jika tahanan Rx tidak dipasang atau titik x dan y
hubung singkat maka :
Nilai Rx dengan penyimpangan 20% dari Idp dengan pers
(3) diperoleh :
Nilai Rx dengan penyimpangan 40% dari Idp
Jika Rx dipasang :
Nilai Rx dengan penyimpangan 50% dari Idp
Nilai Rx dengan penyimpangan 75% dari Idp
Nilai Rx dengan penyimpangan 100 % dari Idp
Ohmmeter dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu :
1. Ohmmeter tipe seri
2. Ohmmeter tipe shunt
1. Ohmmeter Tipe Seri
Ohmmeter tipe seri, terdiri dari sebuah alat ukur
yang dihubungkan seri dengan sebuah tahanan R1
kemudian dihubungkan dengan tahanan Rx yang
akan diukur pada terminal AB.
dimana :
Im = arus simpangan penuh (Idp)
• Jika terminal A dan B dihubung singkat maka Rx = 0
dan arus simpangan penuh Idp mengalir dalam
rangkaian.
Pada kondisi ini tahanan shunt R2 diatur sampai jarum
penunjuk menunjukkan skala penuh dan posisi ini ditandai
dengan “ 0 “ ohm.
Rm//R2 dan Seri R1
Tahanan totalnya adalah Rh sbb :
Pada saat terminal A dan B hubung singkat, maka
total tahanan adalah Rt (R pengganti) dan
diperoleh arus skala penuh Idp atau Im.
( 1 )
( 2 )
• Jika diinginkan arus setengah skala penuh berarti
arus Idp menjadi ½ arus semula yaitu Idp = ½ It.
• Berarti Rt perlu ditambah sebanyak 2 kalinya
maka :
• Untuk menghasilkan defleksi skala penuh berarti arus
baterai (It ) menjadi 2 kalinya dengan persamaan
Idp = Im
Arus shunt melalui tahanan R2 adalah :
( 3 )
Tegangan shunt ( Esh ) sama dengan tahanan alat ukur
Em , jadi :
Subsitusi persamaan 3 ke dalam persamaan 4 di
atas. Kemudian subsitusi pers (2) It ke persamaan,
maka diperoleh :
( 4 )
( 5 )
Selesaikan persamaan (1) untuk harga R1, menghasilkan
:
Subsitusikan persamaan 5 ke dalam persamaan 6 di
atas, diperoleh :
( 6 )
Contoh:
Sebuah ohmmeter tipe seri, tahanan dalamnya 50 Ω,
membutuhkan arus skala penuh 1 mA, tegangan baterai 3
V, dan jarum melakukan defleksi pada skala 2000 Ω.
Tentukan :
a. Nilai R1 dan R2
b. Nilai R2 terbesar untuk mengkompensasi penurunan
tegangan sebesar 10 % dalam baterai.
c. Kesalahan skala pada tanda 2 000 Ω, jika tahanan R2
diatur seperti pada butir b.
Penyelesaian :
Diketahui :
Tahanan total Rt = 2000 Ohm
Idp = 1 mA
E = 3 Volt
Rm = 50 Ohm
Ditanyakan :
a. R1 dan R2
b. R2 jika E turun 10%
c. Kesalahan yang terjadi untuk kondisi b
Penyelesaian :
a. Arus total baterai pada defleksi skala penuh ( It ) :
Arus melalui tahanan pengatur nol R2 :
I2 = It - Idp = 1,5 mA - 1 mA = 0,5 mA
Jadi, nilai tahanan R2 adalah :
Nilai tahanan pembatas arus R1 :
R1 = Rt - Rp = 2000 - 33,3 = 1966,7 Ω
b. Pada penurunan 10 % tegangan baterai :
E = 3 V - ( 0,1 x 3 V ) = 3 - 0,3 = 2,7 V
Arus total baterai menjadi :
Tahanan Rm paralel dengan tahanan shunt ( Rp ) :
Arus shunt I2 :
I2 = It - Im = 1,35 A - 1 mA = 0,35 mA
Maka besar tahanan pengatur nol R2 :
c. Tahanan paralel dan nilai R2 yang baru menjadi :
Tahanan Rt = tahanan dalam total rangkaian akan
bertambah menjadi :
Rt = R1 + Rp = 1966,7 + 37 = 2003,7 Ω
Jadi nilai sebenarnya adalah 2003,7 Ω, sedang tanda
skala yang nyata adalah 2000 Ω, maka persentase
kesalahan :
Ohm Meter Tipe Shunt
• Ohmmeter tipe shunt sesuai untuk pengukuran tahanan-
tahanan yang sangat rendah dan tidak lazim digunakan
untuk pengukuran tahanan tinggi.
• Rangkaian Ohmmeter tipe shunt
dimana :
E = tegangan baterai
R1= tahanan pembatas arus
Rm= tahanan dalam
• Jika terminal A dan B dihubung singkat, maka tahanan Rx
= 0 dan arus melalui alat ukur (gerak d’Arsonval ) sama
dengan NOL.
• Jika terminal A dan B terbuka, maka Rx = ∞ dan
semua arus mengalir melalui alat ukur.
Jika Rx = ∞, maka arus skala penuh Idp mengalir
dalam rangkaian. R1 hubung seri dengan Rm maka
R total adalah :
Rt = R1 + Rm
Analisis ohmmeter tipe shunt
Besarnya Idp adalah : Idp = E / Rt
Idp = E / (R1 + Rm) 
Untuk setiap nilai Rx yang dihubungkan ke terminal AB akan
menyebabkan arus melewati alat ukur berkurang menjadi
Im :
Im = Vab/Rm (1)
Vab = It. Rp (2)
It = E/ (R1 + Rp) (3)
dimana :
Rp = Rx.Rm / (Rx + Rm) (4)
sehingga :
Subsitusi (3) ke (2)  Vab = E.Rp/ (R1 + Rp) (5)
Subsitusi (5) ke (1)  (6)
Subsitusi (4) ke (6) :
(7)
Arus Im melalui alat ukur pada setiap nilai Rx dibanding
kan terhadap arus skala penuh Idp :
Jika pembilang dan penyebut dibagi dengan R1 +
Rm, maka akan diperoleh :
Idp = E / (R1 + Rm)
• Jika dimisalkan bahwa :
Subsitusikan persamaan Ra ke dalam persamaan S
maka diperoleh :
• Jika persamaan di atas digunakan, alat ukur dapat
dikalibrasi dengan menentukan S yang dinyatakan
dalam Rx dan Ra.
• Pada pembacaan setengah skala ( Im = 0,5 Idp ),
persamaan (7) menjadi :
• Dari persamaan di atas menunjukkan bahwa tahanan
½ skala ditentukan oleh besarnya R1 dan Rm
• Hal ini menunjukkan bahwa ohmmeter tipe shunt
sangat sesuai untuk pengukuran tahanan yang
sangat rendah
Contoh :
Rangkaian yang ditunjukkan pada
gambar menggunakan gerakan
d’Arsonval 10 mA dengan tahanan
dalam 5 Ω dan tegangan baterai 3
V. Dengan menambahkan sebuah
tahanan paralel Rx dengan
penunjukan alat ukur 0,5 Ω pada
arus setengah skala penuh.
Tentukan :
a. nilai tahanan shunt Rx
b. nilai tahanan batas R1
Diketahui :
Idp = 10 mA, Rm=5
Ω, E=3V
Rx= 0,5 Ω pada Im
= 0,5 Idp
Penyelesaian :
a. Untuk defleksi setengah skala :
Im = 0,5 Idp = 5 mA
Tegangan pada Rm alat ukur adalah :
Em = 5 mA x 5 Ω = 25 mV
Karena tegangan Em = tegangan pada Rx , maka arus
melalui Rx :
Arus Im pada Rm ditambah arus Ish pada tahanan
shunt harus sama dengan arus pada tahanan yang
tidak diketahui Ix , jadi :
Ish = Ix - Im = 50 mA - 5 mA = 45 mA
Tahanan shunt Rx adalah :
b. Arus total baterai adalah ;
It = Im + Ish + Ix
It = 5 mA + 45 mA + 50 mA
It = 100 mA
Jadi penurunan tegangan pada
tahanan batas R1 adalah :
VR1 = E - Em
VR1 = 3000 mV – 25 mV
= 2,975 mV, maka :
Latihan Soal
1. Bila diketahui R1= 1KΩ, R2= 4KΩ,
R3= 2KΩ, R4= 2KΩ dan sumber
tegangan 12 Volt, hitunglah
besarnya arus i₁, i₂, Vab, dan Vbc
2. Untuk Gambar 2, hitunglah
besarnya arus I dan Vab.
3. Berapa pembacaan arus pada R7
bila diukur dengan Amperemeter
dengan tahanan dalam 50 Ω
4. Berapa pembacaan voltmeter
pada titik ab dengan tahanan
dalam 50 KΩ dan berapa %
kesalahan pembacaan voltmeter.
Gambar 1
Gambar 2
Sekian

More Related Content

What's hot

Laporan praktikum Penyearah Gelombang
Laporan praktikum Penyearah GelombangLaporan praktikum Penyearah Gelombang
Laporan praktikum Penyearah Gelombangayu purwati
 
8 perbaikan faktor daya
8 perbaikan faktor daya8 perbaikan faktor daya
8 perbaikan faktor dayaSimon Patabang
 
Medan elektromagnetik 2
Medan elektromagnetik 2Medan elektromagnetik 2
Medan elektromagnetik 2sinta novita
 
Ebook RANGKAIAN LISTRIK -- mohamad ramdhani
Ebook RANGKAIAN LISTRIK -- mohamad ramdhaniEbook RANGKAIAN LISTRIK -- mohamad ramdhani
Ebook RANGKAIAN LISTRIK -- mohamad ramdhaniRinanda S
 
Buku e analisis-rangkaian-listrik-jilid-2 (1)
Buku e analisis-rangkaian-listrik-jilid-2 (1)Buku e analisis-rangkaian-listrik-jilid-2 (1)
Buku e analisis-rangkaian-listrik-jilid-2 (1)kiplaywibley
 
12 rangkaian rlc pararel
12 rangkaian rlc  pararel12 rangkaian rlc  pararel
12 rangkaian rlc pararelSimon Patabang
 
Laporan Praktikum rangkaian RC
Laporan Praktikum rangkaian RC Laporan Praktikum rangkaian RC
Laporan Praktikum rangkaian RC Annisa Icha
 
6 rangkaian arus bolak balik
6 rangkaian arus bolak balik6 rangkaian arus bolak balik
6 rangkaian arus bolak balikSimon Patabang
 
RL - Thevenin and Norton Theorems
RL - Thevenin and Norton TheoremsRL - Thevenin and Norton Theorems
RL - Thevenin and Norton TheoremsMuhammad Dany
 
Rangkaian Listrik
Rangkaian Listrik Rangkaian Listrik
Rangkaian Listrik lindkw
 
RL - Metode Node dan Mesh
RL - Metode Node dan MeshRL - Metode Node dan Mesh
RL - Metode Node dan MeshMuhammad Dany
 
4 rangkaian ac paralel
4 rangkaian ac paralel4 rangkaian ac paralel
4 rangkaian ac paralelSimon Patabang
 
Mesin arus bolak_balik_(bahan_kuliah)
Mesin arus bolak_balik_(bahan_kuliah)Mesin arus bolak_balik_(bahan_kuliah)
Mesin arus bolak_balik_(bahan_kuliah)mocoz
 
4 metoda analisis rangkaian elektronika
4 metoda analisis rangkaian elektronika4 metoda analisis rangkaian elektronika
4 metoda analisis rangkaian elektronikaSimon Patabang
 
9 rangkaian arus bolak balik
9 rangkaian arus bolak balik9 rangkaian arus bolak balik
9 rangkaian arus bolak balikSimon Patabang
 
konsep dasar sinyal dan sistem
konsep dasar sinyal dan sistemkonsep dasar sinyal dan sistem
konsep dasar sinyal dan sistemrajareski ekaputra
 
10 pengolahan sinyal diskrit
10 pengolahan sinyal diskrit10 pengolahan sinyal diskrit
10 pengolahan sinyal diskritSimon Patabang
 

What's hot (20)

Laporan praktikum Penyearah Gelombang
Laporan praktikum Penyearah GelombangLaporan praktikum Penyearah Gelombang
Laporan praktikum Penyearah Gelombang
 
8 perbaikan faktor daya
8 perbaikan faktor daya8 perbaikan faktor daya
8 perbaikan faktor daya
 
Medan elektromagnetik 2
Medan elektromagnetik 2Medan elektromagnetik 2
Medan elektromagnetik 2
 
Buck Boost Converter
Buck Boost ConverterBuck Boost Converter
Buck Boost Converter
 
Ebook RANGKAIAN LISTRIK -- mohamad ramdhani
Ebook RANGKAIAN LISTRIK -- mohamad ramdhaniEbook RANGKAIAN LISTRIK -- mohamad ramdhani
Ebook RANGKAIAN LISTRIK -- mohamad ramdhani
 
Buku e analisis-rangkaian-listrik-jilid-2 (1)
Buku e analisis-rangkaian-listrik-jilid-2 (1)Buku e analisis-rangkaian-listrik-jilid-2 (1)
Buku e analisis-rangkaian-listrik-jilid-2 (1)
 
12 rangkaian rlc pararel
12 rangkaian rlc  pararel12 rangkaian rlc  pararel
12 rangkaian rlc pararel
 
6 faktor daya
6  faktor daya6  faktor daya
6 faktor daya
 
Laporan Praktikum rangkaian RC
Laporan Praktikum rangkaian RC Laporan Praktikum rangkaian RC
Laporan Praktikum rangkaian RC
 
Laporan praktikum karakteristik dioda
Laporan praktikum karakteristik diodaLaporan praktikum karakteristik dioda
Laporan praktikum karakteristik dioda
 
6 rangkaian arus bolak balik
6 rangkaian arus bolak balik6 rangkaian arus bolak balik
6 rangkaian arus bolak balik
 
RL - Thevenin and Norton Theorems
RL - Thevenin and Norton TheoremsRL - Thevenin and Norton Theorems
RL - Thevenin and Norton Theorems
 
Rangkaian Listrik
Rangkaian Listrik Rangkaian Listrik
Rangkaian Listrik
 
RL - Metode Node dan Mesh
RL - Metode Node dan MeshRL - Metode Node dan Mesh
RL - Metode Node dan Mesh
 
4 rangkaian ac paralel
4 rangkaian ac paralel4 rangkaian ac paralel
4 rangkaian ac paralel
 
Mesin arus bolak_balik_(bahan_kuliah)
Mesin arus bolak_balik_(bahan_kuliah)Mesin arus bolak_balik_(bahan_kuliah)
Mesin arus bolak_balik_(bahan_kuliah)
 
4 metoda analisis rangkaian elektronika
4 metoda analisis rangkaian elektronika4 metoda analisis rangkaian elektronika
4 metoda analisis rangkaian elektronika
 
9 rangkaian arus bolak balik
9 rangkaian arus bolak balik9 rangkaian arus bolak balik
9 rangkaian arus bolak balik
 
konsep dasar sinyal dan sistem
konsep dasar sinyal dan sistemkonsep dasar sinyal dan sistem
konsep dasar sinyal dan sistem
 
10 pengolahan sinyal diskrit
10 pengolahan sinyal diskrit10 pengolahan sinyal diskrit
10 pengolahan sinyal diskrit
 

Similar to 8 pengukuran tahanan

voltmeter dan ampermeter
voltmeter dan ampermetervoltmeter dan ampermeter
voltmeter dan ampermeterZara Neur
 
2 pemanfaatan energi arus dc
2 pemanfaatan energi arus dc2 pemanfaatan energi arus dc
2 pemanfaatan energi arus dcSimon Patabang
 
listrik-dinamis.pptjyhfdhgjdxhgfsgyfszgfzgfz
listrik-dinamis.pptjyhfdhgjdxhgfsgyfszgfzgfzlistrik-dinamis.pptjyhfdhgjdxhgfsgyfszgfzgfz
listrik-dinamis.pptjyhfdhgjdxhgfsgyfszgfzgfzsmaaisyiyah01plg
 
4 besaran arus dan tegangan
4 besaran  arus dan tegangan4 besaran  arus dan tegangan
4 besaran arus dan teganganSimon Patabang
 
jembatan wheatstone
jembatan wheatstonejembatan wheatstone
jembatan wheatstoneZara Neur
 
Alat alat ukur listrik
Alat alat ukur listrikAlat alat ukur listrik
Alat alat ukur listrikIndra Waliyuda
 
3. hubungan rangkaian listrik
3. hubungan rangkaian listrik3. hubungan rangkaian listrik
3. hubungan rangkaian listrikSimon Patabang
 
Eksperimen soal eks osn2009-final eksperimen
Eksperimen soal eks osn2009-final eksperimenEksperimen soal eks osn2009-final eksperimen
Eksperimen soal eks osn2009-final eksperimenanggawibisono91
 
Listrik Arus Searah.ppt
Listrik Arus Searah.pptListrik Arus Searah.ppt
Listrik Arus Searah.pptkasmudi smoody
 
Materi kuliah fisika sub materi Listrik Dinamis .pptx
Materi kuliah fisika sub materi Listrik Dinamis .pptxMateri kuliah fisika sub materi Listrik Dinamis .pptx
Materi kuliah fisika sub materi Listrik Dinamis .pptxSyamsuRiwal2
 
listrik_dinamis.ppt
listrik_dinamis.pptlistrik_dinamis.ppt
listrik_dinamis.pptDITADF
 
bab_6_listrik_dinamis.ppt materi pelajaran ipa terpadu kelas 9
bab_6_listrik_dinamis.ppt materi pelajaran ipa terpadu kelas 9bab_6_listrik_dinamis.ppt materi pelajaran ipa terpadu kelas 9
bab_6_listrik_dinamis.ppt materi pelajaran ipa terpadu kelas 9MuchamadSolehPratono
 
P11 0809 listrik dinamik
P11 0809 listrik dinamikP11 0809 listrik dinamik
P11 0809 listrik dinamikStudent
 
3 Besaran Arus dan Tegangan
3 Besaran  Arus dan Tegangan3 Besaran  Arus dan Tegangan
3 Besaran Arus dan TeganganSimon Patabang
 

Similar to 8 pengukuran tahanan (20)

voltmeter dan ampermeter
voltmeter dan ampermetervoltmeter dan ampermeter
voltmeter dan ampermeter
 
2 pemanfaatan energi arus dc
2 pemanfaatan energi arus dc2 pemanfaatan energi arus dc
2 pemanfaatan energi arus dc
 
listrik-dinamis.pptjyhfdhgjdxhgfsgyfszgfzgfz
listrik-dinamis.pptjyhfdhgjdxhgfsgyfszgfzgfzlistrik-dinamis.pptjyhfdhgjdxhgfsgyfszgfzgfz
listrik-dinamis.pptjyhfdhgjdxhgfsgyfszgfzgfz
 
4 besaran arus dan tegangan
4 besaran  arus dan tegangan4 besaran  arus dan tegangan
4 besaran arus dan tegangan
 
jembatan wheatstone
jembatan wheatstonejembatan wheatstone
jembatan wheatstone
 
Alat alat ukur listrik
Alat alat ukur listrikAlat alat ukur listrik
Alat alat ukur listrik
 
3. hubungan rangkaian listrik
3. hubungan rangkaian listrik3. hubungan rangkaian listrik
3. hubungan rangkaian listrik
 
Soal eks osn2009-final
Soal eks osn2009-finalSoal eks osn2009-final
Soal eks osn2009-final
 
Eksperimen soal eks osn2009-final eksperimen
Eksperimen soal eks osn2009-final eksperimenEksperimen soal eks osn2009-final eksperimen
Eksperimen soal eks osn2009-final eksperimen
 
Listrik Arus Searah.ppt
Listrik Arus Searah.pptListrik Arus Searah.ppt
Listrik Arus Searah.ppt
 
Materi kuliah fisika sub materi Listrik Dinamis .pptx
Materi kuliah fisika sub materi Listrik Dinamis .pptxMateri kuliah fisika sub materi Listrik Dinamis .pptx
Materi kuliah fisika sub materi Listrik Dinamis .pptx
 
Resistordankapasitor 130331100431-phpapp02
Resistordankapasitor 130331100431-phpapp02Resistordankapasitor 130331100431-phpapp02
Resistordankapasitor 130331100431-phpapp02
 
Resistordankapasitor 130331100431-phpapp02
Resistordankapasitor 130331100431-phpapp02Resistordankapasitor 130331100431-phpapp02
Resistordankapasitor 130331100431-phpapp02
 
listrik_dinamis.ppt
listrik_dinamis.pptlistrik_dinamis.ppt
listrik_dinamis.ppt
 
bab_6_listrik_dinamis.ppt
bab_6_listrik_dinamis.pptbab_6_listrik_dinamis.ppt
bab_6_listrik_dinamis.ppt
 
bab_6_listrik_dinamis.ppt
bab_6_listrik_dinamis.pptbab_6_listrik_dinamis.ppt
bab_6_listrik_dinamis.ppt
 
bab_6_listrik_dinamis.ppt materi pelajaran ipa terpadu kelas 9
bab_6_listrik_dinamis.ppt materi pelajaran ipa terpadu kelas 9bab_6_listrik_dinamis.ppt materi pelajaran ipa terpadu kelas 9
bab_6_listrik_dinamis.ppt materi pelajaran ipa terpadu kelas 9
 
P11 0809 listrik dinamik
P11 0809 listrik dinamikP11 0809 listrik dinamik
P11 0809 listrik dinamik
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
3 Besaran Arus dan Tegangan
3 Besaran  Arus dan Tegangan3 Besaran  Arus dan Tegangan
3 Besaran Arus dan Tegangan
 

More from Simon Patabang

6 DAYA PADA RANGKAIAN RLC.pdf
6 DAYA PADA RANGKAIAN RLC.pdf6 DAYA PADA RANGKAIAN RLC.pdf
6 DAYA PADA RANGKAIAN RLC.pdfSimon Patabang
 
ANALISIS PENCARIAN RUTE TERPENDEK PADA JARINGAN KOMPUTER DENGAN MENGGUNAKAN ...
ANALISIS  PENCARIAN RUTE TERPENDEK PADA JARINGAN KOMPUTER DENGAN MENGGUNAKAN ...ANALISIS  PENCARIAN RUTE TERPENDEK PADA JARINGAN KOMPUTER DENGAN MENGGUNAKAN ...
ANALISIS PENCARIAN RUTE TERPENDEK PADA JARINGAN KOMPUTER DENGAN MENGGUNAKAN ...Simon Patabang
 
Analisis penggunaan swer untuk mengatasi masalah jatuh
Analisis penggunaan swer untuk mengatasi masalah jatuhAnalisis penggunaan swer untuk mengatasi masalah jatuh
Analisis penggunaan swer untuk mengatasi masalah jatuhSimon Patabang
 
Analisis pemanfaatan kapasitor daya untuk menambah kemampuan
Analisis pemanfaatan kapasitor daya untuk menambah kemampuanAnalisis pemanfaatan kapasitor daya untuk menambah kemampuan
Analisis pemanfaatan kapasitor daya untuk menambah kemampuanSimon Patabang
 
Lap Akhir IbM Iptek Bagi Masyarakat
Lap Akhir IbM Iptek Bagi MasyarakatLap Akhir IbM Iptek Bagi Masyarakat
Lap Akhir IbM Iptek Bagi MasyarakatSimon Patabang
 
Jurnal Pengabdian 2017 2018
Jurnal Pengabdian 2017 2018Jurnal Pengabdian 2017 2018
Jurnal Pengabdian 2017 2018Simon Patabang
 
Jurnal Pengabdian Tahun 2018 2019
Jurnal  Pengabdian Tahun 2018 2019Jurnal  Pengabdian Tahun 2018 2019
Jurnal Pengabdian Tahun 2018 2019Simon Patabang
 
Modulpraktikum dasar instalasi listrik
Modulpraktikum dasar instalasi listrikModulpraktikum dasar instalasi listrik
Modulpraktikum dasar instalasi listrikSimon Patabang
 
Dasar pemrograman pascal
Dasar pemrograman pascalDasar pemrograman pascal
Dasar pemrograman pascalSimon Patabang
 
11 perencanaan instalasi listrik rumah bertingkat
11 perencanaan instalasi listrik rumah bertingkat11 perencanaan instalasi listrik rumah bertingkat
11 perencanaan instalasi listrik rumah bertingkatSimon Patabang
 
9 perencanaan instalasi listrik 1 phasa
9 perencanaan instalasi listrik 1 phasa 9 perencanaan instalasi listrik 1 phasa
9 perencanaan instalasi listrik 1 phasa Simon Patabang
 
5 teorema rangkaian listrik
5 teorema rangkaian listrik5 teorema rangkaian listrik
5 teorema rangkaian listrikSimon Patabang
 
2. hukum dasar rangkaian elektronika
2. hukum dasar rangkaian elektronika2. hukum dasar rangkaian elektronika
2. hukum dasar rangkaian elektronikaSimon Patabang
 
Tugas uas sem ganjil 17 18
Tugas uas sem ganjil 17 18Tugas uas sem ganjil 17 18
Tugas uas sem ganjil 17 18Simon Patabang
 
Tugas uas sem ganjil 2017 2018
Tugas uas sem  ganjil 2017 2018Tugas uas sem  ganjil 2017 2018
Tugas uas sem ganjil 2017 2018Simon Patabang
 
Program dan Flowchart Perkalian Matriks
Program dan Flowchart Perkalian MatriksProgram dan Flowchart Perkalian Matriks
Program dan Flowchart Perkalian MatriksSimon Patabang
 

More from Simon Patabang (20)

6 DAYA PADA RANGKAIAN RLC.pdf
6 DAYA PADA RANGKAIAN RLC.pdf6 DAYA PADA RANGKAIAN RLC.pdf
6 DAYA PADA RANGKAIAN RLC.pdf
 
ANALISIS PENCARIAN RUTE TERPENDEK PADA JARINGAN KOMPUTER DENGAN MENGGUNAKAN ...
ANALISIS  PENCARIAN RUTE TERPENDEK PADA JARINGAN KOMPUTER DENGAN MENGGUNAKAN ...ANALISIS  PENCARIAN RUTE TERPENDEK PADA JARINGAN KOMPUTER DENGAN MENGGUNAKAN ...
ANALISIS PENCARIAN RUTE TERPENDEK PADA JARINGAN KOMPUTER DENGAN MENGGUNAKAN ...
 
Analisis penggunaan swer untuk mengatasi masalah jatuh
Analisis penggunaan swer untuk mengatasi masalah jatuhAnalisis penggunaan swer untuk mengatasi masalah jatuh
Analisis penggunaan swer untuk mengatasi masalah jatuh
 
Analisis pemanfaatan kapasitor daya untuk menambah kemampuan
Analisis pemanfaatan kapasitor daya untuk menambah kemampuanAnalisis pemanfaatan kapasitor daya untuk menambah kemampuan
Analisis pemanfaatan kapasitor daya untuk menambah kemampuan
 
Lap Akhir IbM Iptek Bagi Masyarakat
Lap Akhir IbM Iptek Bagi MasyarakatLap Akhir IbM Iptek Bagi Masyarakat
Lap Akhir IbM Iptek Bagi Masyarakat
 
Jurnal Pengabdian 2017 2018
Jurnal Pengabdian 2017 2018Jurnal Pengabdian 2017 2018
Jurnal Pengabdian 2017 2018
 
Jurnal Pengabdian Tahun 2018 2019
Jurnal  Pengabdian Tahun 2018 2019Jurnal  Pengabdian Tahun 2018 2019
Jurnal Pengabdian Tahun 2018 2019
 
Modulpraktikum dasar instalasi listrik
Modulpraktikum dasar instalasi listrikModulpraktikum dasar instalasi listrik
Modulpraktikum dasar instalasi listrik
 
Dasar pemrograman pascal
Dasar pemrograman pascalDasar pemrograman pascal
Dasar pemrograman pascal
 
11 perencanaan instalasi listrik rumah bertingkat
11 perencanaan instalasi listrik rumah bertingkat11 perencanaan instalasi listrik rumah bertingkat
11 perencanaan instalasi listrik rumah bertingkat
 
9 perencanaan instalasi listrik 1 phasa
9 perencanaan instalasi listrik 1 phasa 9 perencanaan instalasi listrik 1 phasa
9 perencanaan instalasi listrik 1 phasa
 
10 analisis komponen
10 analisis komponen10 analisis komponen
10 analisis komponen
 
8 rangkaian rlc seri
8 rangkaian rlc seri8 rangkaian rlc seri
8 rangkaian rlc seri
 
8 beban rlc
8 beban rlc8 beban rlc
8 beban rlc
 
7 jenis beban ac
7 jenis beban ac7 jenis beban ac
7 jenis beban ac
 
5 teorema rangkaian listrik
5 teorema rangkaian listrik5 teorema rangkaian listrik
5 teorema rangkaian listrik
 
2. hukum dasar rangkaian elektronika
2. hukum dasar rangkaian elektronika2. hukum dasar rangkaian elektronika
2. hukum dasar rangkaian elektronika
 
Tugas uas sem ganjil 17 18
Tugas uas sem ganjil 17 18Tugas uas sem ganjil 17 18
Tugas uas sem ganjil 17 18
 
Tugas uas sem ganjil 2017 2018
Tugas uas sem  ganjil 2017 2018Tugas uas sem  ganjil 2017 2018
Tugas uas sem ganjil 2017 2018
 
Program dan Flowchart Perkalian Matriks
Program dan Flowchart Perkalian MatriksProgram dan Flowchart Perkalian Matriks
Program dan Flowchart Perkalian Matriks
 

Recently uploaded

adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 

Recently uploaded (20)

adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 

8 pengukuran tahanan

  • 1. Pengukuran Tahanan Simon Patabang, ST., MT. http://spatabang.blogspot.com Universitas Atma Jaya Makassar
  • 2. Pendahuluan Pengukuran tahanan dapat diklasifikasikan berdasarkan besarnya tahanan yang akan diukur. Klasifikasi besar tahanan adalah sebagai berikut : 1. Tahanan rendah 2. Tahanan Tinggi
  • 3. Tahanan rendah, yaitu tahanan yang besarnya lebih kecil dari 1 ohm. Pengukuran tahanan rendah harus dilakukan dengan ketelitian yang cukup tinggi karena nilai tahanan yang diukur sangat kecil. Beberapa metoda pengukuran tahanan rendah antara lain: 1. Metode Amperemeter-Voltmeter 2. Metode Ohmmeter A. Pengukuran Tahanan Rendah
  • 4. Rangkaian Dengan Metode Amperemeter-Voltmeter • Volt meter mengukur Vx (tegangan sebenarnya pada Rx) • Amper meter mengukur arus masuk It (arus sumber). • Iv adalah arus pada voltmeter. • Arus sebenarnya Ix pada Rx adalah Ix = It – Iv • Rm a = Tahanan dalam Ampermeter • Rm v = Tahanan dalam Voltmeter
  • 5. Pengukuran tahanan dengan metode Amperemeter – Voltmeter dilakukan dengan cara : 1. Mengukur arus I yang melewati tahanan 2. Mengukur drop tegangan V di antara tahanan tersebut dengan Voltmeter 3. Menghitung nilai tahanan R dengan rumus Ohm. V = IR  R = V/I
  • 6. Karene Rx paralel dengan Rm v maka Tegangan pada Rx dan Rm V sama besarnya yaitu Vx. Jika Tahanan yang diukur Rx sangat kecil dibandingkan dengan Tahanan dalam Volt meter ( Rx << RmV ), berarti arus Iv << Ix, maka Iv tidak mempengaruhi It atau arus Iv dapat diabaikan. Ix = It – Iv, jika Iv diabaikan maka Ix = It. Rangkaian ini hanya cocok untuk pengukuran nilai tahanan rendah dengan kesalahan pengukuran yang sangat kecil.
  • 7. B. Pengukuran Tahanan Tinggi Rangkaian Dengan Metode Amperemeter-Voltmeter • Volt meter mengukur Vt (tegangan sumber) • Amperemeter mengukur arus sebenarnya Ix yang mengalir dalam Rx. Rx adalah tahanan yang besar . • Jadi Ix = It – Iv . Iv adalah arus pada voltmeter. Tahanan tinggi, yaitu tahanan yang bernilai lebih besar dari 1 ohm.
  • 8. • Karena Rm A seri dengan Rx maka arus yang mengalir pada Rx dan RmA sama besar yaitu Ix. • Tahanan dalam Amperemeter RmA sangat kecil dimana drop tegangan pada RmA sebesar : Va = Ix.RmA. Vt = Va + Vx Vt = Ix. RmA + Ix. Rx, karena RmA << Rx, maka Va<<Vx Dengan demikian Va dapat diabaikan maka : Vt ≈ Vx
  • 9. 3. Pengukuran Tahanan yang Besarnya tidak Diketahui Posisi Saklar : 1. Pengukuran Tahanan Tinggi 2. Pengukuran Tahanan Rendah Tahanan yang tidak ketahui, apakah Tahanan Rendah dan Tinggi dapat diukur dengan rangkaian pengukuran Metode Volt Amper sbb :
  • 10. Cara Kerja : 1. Pasang tahanan yang akan diukur Rx, dimana saklar pada posisi 1 dan amati pembacaan ampermeter. 2. Pindahkan saklar ke posisi. 2, jika : a. Pembacaan ampermeter tidak berubah kembalikan saklar ke posisi 1. Gejala ini menunjukkan pengukuran tahanan tinggi. Catat pembacaan arus dan tegangan, hitung Rx. b. Pembacaan ampermeter berkurang, biarkan saklar pada posisi 2. Gejala ini menunjukkan pengukuran tahanan rendah. Catat pembacaan arus dan tegangan dan hitung harga Rx.
  • 11. 2. Metode Ohm Meter • Ohm meter adalah alat ukur listrik yang digunakan untuk mengukur besarnya hambatan suatu komponen seperti resistor dan kawat penghantar. • Dalam pengukuran listrik ada 2 macam hambatan yang sering digunakan adalah : 1. Hambatan tetap, besarnya tetap 2. Hambatan geser (rheostat), hambatan yang besarnya dapat diubah-ubah dengan cara menggeser posisi tap.
  • 12. • Hambatan Tetap • Hambatan Tidak Tetap
  • 13. 1. Mengukur Hambatan R Tetap dengan Ohmmeter
  • 15. Contoh Perhitungan : R Total = R1 // (R2 + R3) // R4 RA = R2 + R3 RA = 20 + 40 = 60 Ohm 1/R Total = 1/R1 + 1/RA + 1/R4 1/R Total = 1/60 + 1/60 + 1/60 1/R Total = 3/60 R Total = 60/3 R Total = 20 Ohm Alat ukur Ohm meter akan menunjukkan hasil pengu- kuran sebesar 20 Ohm
  • 17. Rangkaian Dasar Ohmmeter dimana : Rm = tahanan dalam Idp = arus defleksi penuh E = baterai dalam alat ukur R2 = tahanan pembatas arus dan pengatur nol Rx = tahanan yg tidak diketahui Rangkaian dasar Ohmmeter terdiri dari sebuah tahanan pengatur Nol, Rz dan tahanan dalamnya Rm yang dihubung- kan dengan baterai. Rangkaian Dasar Ohmmeter
  • 18. • Jika titik A dan B dihubung singkat kemudian resistor variabel Rz diatur maka arus penyimpangan skala penuh Idp adalah : • Jika titik A dan B dihubungkan dengan tahanan Rx, maka arus penyimpangan skala penuh adalah : ………..( 1 ) ………..( 2 )
  • 19. • Jika pers (1) dibandingkan dengan pers (2) yaitu I/Idp, maka diperoleh : ………..( 3 ) P = I/Idp adalah kesalahan pe- nyimpangan jarum penun- juk (%)
  • 20. Contoh : Sebuah Ohmmeter dengan Idp = 1 mA dan Rm = 100 Ω dengan baterai 3 V, Hitunglah besarnya Rx dengan skala penyimpangan P terhadap arus Idp sebesar 20%, 40%, 50%, 75%, dan 100% untuk pembacaan resistansi ! Diketahui : Idp = 1mA E = 3 Volt Rm = 100 Ω P = 20%, 40%, 50%, 75%, dan 100% Ditanyakan Rx =? Untuk tiap P
  • 21. Jika tahanan Rx tidak dipasang atau titik x dan y hubung singkat maka :
  • 22. Nilai Rx dengan penyimpangan 20% dari Idp dengan pers (3) diperoleh : Nilai Rx dengan penyimpangan 40% dari Idp Jika Rx dipasang :
  • 23. Nilai Rx dengan penyimpangan 50% dari Idp Nilai Rx dengan penyimpangan 75% dari Idp
  • 24. Nilai Rx dengan penyimpangan 100 % dari Idp Ohmmeter dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu : 1. Ohmmeter tipe seri 2. Ohmmeter tipe shunt
  • 25. 1. Ohmmeter Tipe Seri Ohmmeter tipe seri, terdiri dari sebuah alat ukur yang dihubungkan seri dengan sebuah tahanan R1 kemudian dihubungkan dengan tahanan Rx yang akan diukur pada terminal AB.
  • 26. dimana : Im = arus simpangan penuh (Idp) • Jika terminal A dan B dihubung singkat maka Rx = 0 dan arus simpangan penuh Idp mengalir dalam rangkaian. Pada kondisi ini tahanan shunt R2 diatur sampai jarum penunjuk menunjukkan skala penuh dan posisi ini ditandai dengan “ 0 “ ohm. Rm//R2 dan Seri R1
  • 27. Tahanan totalnya adalah Rh sbb : Pada saat terminal A dan B hubung singkat, maka total tahanan adalah Rt (R pengganti) dan diperoleh arus skala penuh Idp atau Im. ( 1 ) ( 2 )
  • 28. • Jika diinginkan arus setengah skala penuh berarti arus Idp menjadi ½ arus semula yaitu Idp = ½ It. • Berarti Rt perlu ditambah sebanyak 2 kalinya maka : • Untuk menghasilkan defleksi skala penuh berarti arus baterai (It ) menjadi 2 kalinya dengan persamaan
  • 29. Idp = Im Arus shunt melalui tahanan R2 adalah : ( 3 )
  • 30. Tegangan shunt ( Esh ) sama dengan tahanan alat ukur Em , jadi : Subsitusi persamaan 3 ke dalam persamaan 4 di atas. Kemudian subsitusi pers (2) It ke persamaan, maka diperoleh : ( 4 ) ( 5 )
  • 31. Selesaikan persamaan (1) untuk harga R1, menghasilkan : Subsitusikan persamaan 5 ke dalam persamaan 6 di atas, diperoleh : ( 6 )
  • 32. Contoh: Sebuah ohmmeter tipe seri, tahanan dalamnya 50 Ω, membutuhkan arus skala penuh 1 mA, tegangan baterai 3 V, dan jarum melakukan defleksi pada skala 2000 Ω. Tentukan : a. Nilai R1 dan R2 b. Nilai R2 terbesar untuk mengkompensasi penurunan tegangan sebesar 10 % dalam baterai. c. Kesalahan skala pada tanda 2 000 Ω, jika tahanan R2 diatur seperti pada butir b.
  • 33. Penyelesaian : Diketahui : Tahanan total Rt = 2000 Ohm Idp = 1 mA E = 3 Volt Rm = 50 Ohm Ditanyakan : a. R1 dan R2 b. R2 jika E turun 10% c. Kesalahan yang terjadi untuk kondisi b
  • 34. Penyelesaian : a. Arus total baterai pada defleksi skala penuh ( It ) : Arus melalui tahanan pengatur nol R2 : I2 = It - Idp = 1,5 mA - 1 mA = 0,5 mA Jadi, nilai tahanan R2 adalah :
  • 35. Nilai tahanan pembatas arus R1 : R1 = Rt - Rp = 2000 - 33,3 = 1966,7 Ω b. Pada penurunan 10 % tegangan baterai : E = 3 V - ( 0,1 x 3 V ) = 3 - 0,3 = 2,7 V Arus total baterai menjadi : Tahanan Rm paralel dengan tahanan shunt ( Rp ) :
  • 36. Arus shunt I2 : I2 = It - Im = 1,35 A - 1 mA = 0,35 mA Maka besar tahanan pengatur nol R2 : c. Tahanan paralel dan nilai R2 yang baru menjadi :
  • 37. Tahanan Rt = tahanan dalam total rangkaian akan bertambah menjadi : Rt = R1 + Rp = 1966,7 + 37 = 2003,7 Ω Jadi nilai sebenarnya adalah 2003,7 Ω, sedang tanda skala yang nyata adalah 2000 Ω, maka persentase kesalahan :
  • 38. Ohm Meter Tipe Shunt • Ohmmeter tipe shunt sesuai untuk pengukuran tahanan- tahanan yang sangat rendah dan tidak lazim digunakan untuk pengukuran tahanan tinggi. • Rangkaian Ohmmeter tipe shunt dimana : E = tegangan baterai R1= tahanan pembatas arus Rm= tahanan dalam
  • 39. • Jika terminal A dan B dihubung singkat, maka tahanan Rx = 0 dan arus melalui alat ukur (gerak d’Arsonval ) sama dengan NOL.
  • 40. • Jika terminal A dan B terbuka, maka Rx = ∞ dan semua arus mengalir melalui alat ukur. Jika Rx = ∞, maka arus skala penuh Idp mengalir dalam rangkaian. R1 hubung seri dengan Rm maka R total adalah : Rt = R1 + Rm
  • 41. Analisis ohmmeter tipe shunt Besarnya Idp adalah : Idp = E / Rt Idp = E / (R1 + Rm) 
  • 42. Untuk setiap nilai Rx yang dihubungkan ke terminal AB akan menyebabkan arus melewati alat ukur berkurang menjadi Im : Im = Vab/Rm (1) Vab = It. Rp (2) It = E/ (R1 + Rp) (3) dimana : Rp = Rx.Rm / (Rx + Rm) (4) sehingga :
  • 43. Subsitusi (3) ke (2)  Vab = E.Rp/ (R1 + Rp) (5) Subsitusi (5) ke (1)  (6) Subsitusi (4) ke (6) : (7)
  • 44. Arus Im melalui alat ukur pada setiap nilai Rx dibanding kan terhadap arus skala penuh Idp : Jika pembilang dan penyebut dibagi dengan R1 + Rm, maka akan diperoleh : Idp = E / (R1 + Rm)
  • 45. • Jika dimisalkan bahwa : Subsitusikan persamaan Ra ke dalam persamaan S maka diperoleh :
  • 46. • Jika persamaan di atas digunakan, alat ukur dapat dikalibrasi dengan menentukan S yang dinyatakan dalam Rx dan Ra. • Pada pembacaan setengah skala ( Im = 0,5 Idp ), persamaan (7) menjadi :
  • 47. • Dari persamaan di atas menunjukkan bahwa tahanan ½ skala ditentukan oleh besarnya R1 dan Rm • Hal ini menunjukkan bahwa ohmmeter tipe shunt sangat sesuai untuk pengukuran tahanan yang sangat rendah
  • 48. Contoh : Rangkaian yang ditunjukkan pada gambar menggunakan gerakan d’Arsonval 10 mA dengan tahanan dalam 5 Ω dan tegangan baterai 3 V. Dengan menambahkan sebuah tahanan paralel Rx dengan penunjukan alat ukur 0,5 Ω pada arus setengah skala penuh. Tentukan : a. nilai tahanan shunt Rx b. nilai tahanan batas R1 Diketahui : Idp = 10 mA, Rm=5 Ω, E=3V Rx= 0,5 Ω pada Im = 0,5 Idp
  • 49. Penyelesaian : a. Untuk defleksi setengah skala : Im = 0,5 Idp = 5 mA Tegangan pada Rm alat ukur adalah : Em = 5 mA x 5 Ω = 25 mV Karena tegangan Em = tegangan pada Rx , maka arus melalui Rx : Arus Im pada Rm ditambah arus Ish pada tahanan shunt harus sama dengan arus pada tahanan yang tidak diketahui Ix , jadi :
  • 50. Ish = Ix - Im = 50 mA - 5 mA = 45 mA Tahanan shunt Rx adalah : b. Arus total baterai adalah ; It = Im + Ish + Ix It = 5 mA + 45 mA + 50 mA It = 100 mA Jadi penurunan tegangan pada tahanan batas R1 adalah : VR1 = E - Em VR1 = 3000 mV – 25 mV = 2,975 mV, maka :
  • 51. Latihan Soal 1. Bila diketahui R1= 1KΩ, R2= 4KΩ, R3= 2KΩ, R4= 2KΩ dan sumber tegangan 12 Volt, hitunglah besarnya arus i₁, i₂, Vab, dan Vbc 2. Untuk Gambar 2, hitunglah besarnya arus I dan Vab. 3. Berapa pembacaan arus pada R7 bila diukur dengan Amperemeter dengan tahanan dalam 50 Ω 4. Berapa pembacaan voltmeter pada titik ab dengan tahanan dalam 50 KΩ dan berapa % kesalahan pembacaan voltmeter. Gambar 1 Gambar 2