SlideShare a Scribd company logo
IDE DAN PRAKSIS NEO-NASIONALISME
DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI
Oleh: A.M. Hendropriyono1
Abstract
Nowadays, Indonesia national history is moving to
universalism and will experience the historical paradox process,
namely, the movement unified as a result of science and technology
development that are able to protect. Men will be flowed to
grouping in their own national community. It happens for human
being claim justice and freedom. In the one hand, Capitalists as
chief of globalization, nowadays, carry Neo-Liberalism as a thesis;
in the other hand, there is Universal-Islam that carries Radicalism
or terrorism as anti-thesis. Although they use a same language,
reciprocally, they can not understand each other. The two
languages, as if, come from two contradictory cultures, therefore,
undoubtedly, they create the clash of civilization. The paradoxical
and conflict phenomena will reduce if community in nation-state
success in consolidate base on their consciousness, that the
synthesis of social-dialectic in this age is a new and fresh national
life, as the raising of Neo-Nationalism in the Nation-States in all
over the world.
Keywords: Neo-Nationalism, Globalization and Nation-States
A. Pendahuluan
Dalam kerangka pembangunan, harus diakui bahwa peran
sejarah nasional satu bangsa sangat strategis dan fundamental,
terutama dalam upaya membangun kesadaran nasional dan
mempertegas identitas bangsa. Jika ditelaah lebih jauh, sejarah
nasional Indonesia kini sedang bergerak ke arah universalisme dan
akan mengalami proses The historical paradox (sejarah yang
paradoksal), yaitu gerakan menyatu akibat kemajuan ilmu dan
teknologi yang tak mungkin dapat terbendung. Sementara itu,
kenyataan lain menunjukkan bahwa manusia juga akan semakin
terbawa arus untuk mengelompokkan diri dalam komunitas
kebangsaan masing-masing. Hal itu tiada lain, menurut Soekarno
1
Jendral TNI Purnawirawan, mahasiswa Program Doktor Ilmu Filsafat pada Fakultas
Filsafat UGM.
Jurnal Filsafat Vol.18, Nomor 1, April 2008
76
(1958), terjadi akibat tuntutan sekalian umat manusia terhadap
keadilan dan kebebasan.
Ramalan Presiden pertama RI yang nyaris tidak terdengar
karena masyarakat internasional saat itu sedang sarat oleh
feodalisme intelektual yang arogan, tiga dekade kemudian
disampaikan kembali oleh John Naisbitt dan Patricia Abundene
pada era 1990-an dalam bukunya yang berjudul Megatrends 2000,
sehingga menggemparkan dunia. Kaum kapitalis yang memimpin
globalisasi di masa ini mengusung Neo-Liberalisme sebagai tesis,
yang berhadap-hadapan dengan para penganut Islam Universal yang
mengusung Radikalisme sebagai anti tesis, dalam bahasa yang
sama, yaitu terorisme, yang secara resiprokal tidak dapat
dimengerti. Bahasa tersebut digunakan secara universal oleh kedua
belah pihak sebagai ungkapan atas pemikiran masing-masing yang
berdasarkan dua kebudayaan yang nyaris bertentangan, sehingga
memicu terjadinya The clash of civilization (konflik antar
peradaban) di dunia ini (Huntington, 1996).
Fenomena paradoksal dan konflik yang berkelanjutan tersebut
akan semakin berkurang, apabila masyarakat di negara-negara
bangsa kelak berhasil melakukan konsolidasi atas dasar kesadaran
mereka, bahwa sintesis dari dialektika sosial abad ini adalah satu
kehidupan kebangsaan yang segar, sebagai kebangkitan dari Neo-
Nasionalisme dalam entitas of the Nation States (negara-negara
bangsa) di berbagai belahan dunia.
B. Filosofi Kebangsaan Neo-Nasionalisme versus Neo-
Liberalisme dan Radikalisme
Neo-Liberalisme telah membuka jalan bagi cita-cita
pencerahan Imannuel Kant (1724-1804), untuk mencapai keadilan
dan kebebasan individu melalui konsep Demokrasi Barat. Cita-
cita kosmopolitanisme Kant merupakan bentuk dari Protestanisme
Sekuler, yang sebagian besar manifestasi modernitasnya ternyata
dianggap tidak sesuai dengan konsep Islam Universal oleh kaum
radikal. Masalah pokok yang menjadi diskursus adalah prinsip
toleransi yang bersifat paternalistik, yang sama-sama dianut baik
oleh Neo-Liberalis, maupun oleh para penganut Islam Universal
yang bercita-cita menegakkan Daulah Islamiyah (Kekuasaan Islam
di dunia), dalam posisi masing-masing yang saling berhadap-
hadapan.
Sebagai warga dunia yang mempunyai hak yang sama atas
bumi ini secara komunal, prinsip kesanggrahan dari Neo-
A.M. Hendropriyono, Ide dan Praksis Neo-nasionalisme dalamā€¦
77
Nasionalisme, yaitu satu posisi yang duduk sama rendah dan berdiri
sama tinggi bersifat lebih manusiawi, dibandingkan dengan sekedar
menerima belas kasihan yang digariskan dalam prinsip toleransi.
Tesis sosial dunia berupa Neo-Liberalisme dan anti tesisnya yang
berupa Islam Universal, kini berlangsung dalam bentuk benturan
antar peradaban, meskipun fihak Barat telah mencoba meredam
benturan tersebut dengan konsep demokrasi konstitusional
(demokrasi parlementer) yang ditebarkan ke seluruh dunia, dengan
diiringi oleh konsep dekonstruksionisme, yang menuntut
perombakan total seluruh lembaga dan tata aturan internasional
yang dirasakan tidak adil. Keadaan dunia dalam aspek hubungan
antara negara dengan peradaban, berlangsung semakin sulit dan
tidak jarang pula menunjukkan kecenderungan yang bersifat
antagonistik. Masyarakat Islam dalam negara-negara bangsa yang
bersifat moderat mengambil jarak terhadap Islam Universal, yang
dalam konteks Indonesia dikenal sebagai penganut Islam
Tradisional, yaitu Islam indijinisasi, yang sudah mempribumi,
mengakar dalam budaya bangsa Indonesia (Arubusman, 2006).
Pada tataran mikro terdapat potensi persinggungan yang
tajam antara Islam Universal dengan kaum non-Islam, sedangkan
pada tataran makro terdapat pertentangan yang semakin nyata
antara pihak Barat dan Non-Barat. AGHT (Ancaman Gangguan
Hambatan dan Tantangan) global dalam perspektif Non-Barat
adalah konsep Kapitalisme dalam posisi menurun (Kapitalismus im
niedergang) yang mengusung fasisme. Contoh aktual adalah ofensif
strategis Amerika Serikat (AS) terhadap Irak pada tahun 2003,
berupa kampanye militer fisik yang dilakukan karena pasar swatata
dari the invisible hands sebagai konsep Kapitalisme yang naik
(Kapitalismus im aufstieg) mengalami kegagalan. Namun demikian,
mau tidak mau, suka tidak suka, siap tidak siap, Indonesia harus
menerima Globalisasi sebagai satu kenyataan (Soeharto, 1994).
Demikian pula Indonesia harus siap menghadapi fenomena global
dengan semakin mengelompoknya umat manusia ke dalam entitas-
entitas lokal, yang sifatnya paradoksal terhadap arus globalisasi
sebagaimana ramalan Bung Karno, John Naisbitt dan Patricia
Abundene serta peringatan Soeharto. Kesiapan Indonesia harus
dapat tercermin dalam modernisasi nasional terhadap wawasan
kebangsaan, yang berlangsung secara sistemik dan terus-menerus
antar berbagai suku, agama, ras dan antar golongan (SARA) di
berbagai strata sosial.
Jurnal Filsafat Vol.18, Nomor 1, April 2008
78
Hakikat kebangsaan Indonesia menurut Notonagoro (1975)
adalah satu kodrat manusiawi, sebagai makhluk individu dan
mahluk sosial, yang berbeda dengan paham liberal yang
individualistis dan juga paham sosialisme komunis yang semata-
mata menekankan kepada prinsip kolektivisme. Secara
epistemologis menurut Ernest Renan, wawasan kebangsaan
terbangun dari keinginan satu kelompok manusia untuk bersatu.
Otto Bauer menambahkan, mereka bersatu karena persamaan
karakter. Soekarno merangkum secara lebih luas, yaitu dengan
dasar keinginan dan karakter yang sama, kelompok manusia
tersebut bermukim dalam satu unit geopolitik, untuk lahir sebagai
satu bangsa (Bung Karno, 1958).
Sebagai tulang punggung ketahanan nasional, pembangunan
ketahanan regional ASEAN (Association of the South East Asia
Nations), utamanya dalam aspek ekonomi dan keuangan,
merupakan ketahanan nasional Indonesia di baris kedua. Wawasan
kebangsaan yang segar memerlukan input besar-besaran dari
segenap potensi kemanusiaan; lahir dan bathin, sehingga pada
akhirnya jurang kesejahteraan antara kaya dan miskin di Indonesia
semakin mengecil. Kepadatan penduduk yang sebagian terbesar dari
kalangan lapisan masyarakat bawah yang miskin, tidak dapat lagi
diatasi dengan sistem transmigrasi nasional. Sementara itu migrasi
spontan penduduk Indonesia ke luar negeri terhambat oleh berbagai
macam kendala.
Kemiskinan struktural tidak saja menjadi realitas objektif
namun realitas itu tampak mengarah pada menajamnya perbedaan
tingkat kesejahteraan hidup warga bangsa ini; lapisan masyarakat
miskin semakin tebal, sementara lapisan golongan menengah dan
atasnya semakin tipis. Akibatnya, jurang antara si kaya dengan si
miskin di antara bangsa Indonesia, semakin lama semakin melebar.
Bilamana wawasan kebangsaan yang segar tumbuh dan berkembang
dari pemahaman terhadap nilai dasar, maka berbagai masalah
bangsa dapat dipecahkan oleh generasi demi generasi dengan lebih
mudah. Tidak efektifnya usaha pembinaan selama reformasi
terhadap perkembangan wawasan kebangsaan, telah menyebabkan
semakin jauhnya ikatan batin antara generasi penerus dengan
generasi pendiri Nation State (negara-bangsa) Indonesia. Sebagai
anggota masyarakat dalam satu negara-bangsa, manusia Indonesia
harus dijaga agar tetap merdeka di bidang politik, mandiri di bidang
ekonomi dan memiliki kepribadian serta tradisinya sendiri di bidang
kebudayaan. Kebebasan atas ketiga aspek tersebut menentukan
A.M. Hendropriyono, Ide dan Praksis Neo-nasionalisme dalamā€¦
79
identitas manusia Indonesia, dalam pengelompokannya ke dalam
entitas-entitas lokal yang sedang dalam proses pembentukan.
Kerenggangan hubungan batin generasi bangsa sekarang
dengan generasi pendahulunya dan kondisi kemajemukan yang
tiada bertitik temu, merupakan kendala pokok yang mengganjal
bangsa Indonesia untuk dapat menghasilkan kemampuan besar
dalam menghadapi universalisme dan ide separatisme global. Di
masa lampau, yaitu pada dasawarsa-dasawarsa pertama berdirinya
Indonesia sebagai satu negara-bangsa, masyarakat berada dalam
suasana perang menghadapi kolonialisme dan berbagai bentuk
pengkhianatan yang bersifat ideologis, serta juga pemberontakan
bersenjata di dalam negeri. Manusia Indonesia dahulu dihadapkan
pada pilihan tatanan negara-bangsa yang mengandalkan kharisma
Pemimpin Besar Revolusi, sehingga di bawah Bung Karno
dinamika orang Indonesia demikian tinggi, meskipun jumlah
penduduknya demikian besar, seperti terlihat ketika menyelesaikan
masalah bangsa dalam merebut Irian Barat kembali ke pangkuan
NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) dan bahkan mampu
memimpin negara-negara the New Emerging Forces (Negara-
negara kekuatan Baru) dalam menanggapi ketidakadilan universal.
Ketika dinamika dan stabilitas otokratis yang kokoh itu dilanjutkan
Pak Harto tetapi kemudian hancur berantakan pada tahun 1998, para
politisi Indonesia kini telah memilih demokrasi liberal sebagai
tatanan politik internal negara. Dengan demokrasi model tersebut
sebagai instrumen, basis sosial negara kebangsaan menjadi luas,
karena seluruh masyarakat terlibat dalam memecahkan masalah
nasional.
Secara teoretis, perkembangan di atas seharusnya membuat
sistem sosial politik menjadi lebih mantap dan sistem ekonomi
seharusnya menjadi lebih kuat serta lebih kokoh dalam
mempertahankan wawasan kebangsaan (Moerdiono, 1991). Namun
ternyata usaha peningkatan ketahanan dalam aspek-aspek tersebut
tidak terlihat secara aktual dalam kebersamaan masyarakat di
bidang politik dan sosial ekonomi; bahkan yang terjadi adalah
penyerobotan hak demokrasi rakyat oleh partai politik, sehingga
demokrasi yang berlangsung di Indonesia cenderung lebih layak
disebut sebagai partaiokrasi. Pembiasan dari sistem demokrasi
tersebut telah melahirkan penyakit, berupa anarkisme, yang
semakin marak di kalangan masyarakat. Hal tersebut disebabkan
oleh pelibatan berbagai komponen masyarakat yang kualitas dan
juga aksesnya terhadap berbagai sumber daya masih sangat rendah.
Jurnal Filsafat Vol.18, Nomor 1, April 2008
80
Tanpa pemahaman terhadap Neo-Nasionalisme, bangsa Indonesia
sulit untuk menjawab berbagai AGHT nasional yang terus
berdatangan secara bertubi-tubi. Proses pengambilan keputusan di
berbagai strata kehidupan berlangsung terlalu lambat, bertele-tele
dan menjadi sangat sukar dalam memecahkan berbagai isu yang
dihadapi oleh bangsa Indonesia.
C. Integritas Filosofis dalam Dimensi Praksis Neo-Nasionalisme
Fenomena Neo-Nasionalisme di Indonesia harus disambut
dengan senantiasa mengedepankan kebersamaan, dalam membentuk
kader-kader kelas menengah dan atas masyarakat bangsa sebagai
agen pembaharu yang tangguh. Di samping itu perlu lebih
mementingkan aspek persatuan bangsa sesuai dengan asas
Pancasila, yang telah terbukti merupakan senjata paling ampuh
dalam menghadapi segala macam rejim. Persatuan bangsa hanya
`akan terwujud dalam karya-karya masyarakat yang terorganisasi,
bukan hanya sekedar termobilisasi. Dalam mengurus organisasi
negara, diperlukan manajemen bangsa, yang diselenggarakan oleh
administrasi pemerintahan RI. Ukuran nilai administrasi negara,
terdiri atas: Pertama, semangat atau moril yang tinggi, moral yang
luhur yang secara keseluruhan merupakan mental kejiwaan
masyarakat yang tanggap dan tanggon. Kedua, disiplin sosial yang
tinggi karena merupakan syarat mutlak keberhasilan sistem
demokrasi. Ketiga, rasa persatuan dalam kebangsaan tanpa
diskriminasi dan sentimen SARA. dan Keempat, Kualitas dan
profesionalisme masyarakat yang dibangun atas dasar ilmu dan
teknologi tepat guna dari negara-negara maju. Pembangunan bangsa
masa kini adalah demi masa sekarang dan demi masa depan.
Dengan demikian maka prinsipnya hanya akan meliputi
peningkatan kualitas pendidikan, teknologi, infrasturktur, network
(jejaring) nasional dan internasional serta akses terhadap kapital
(sumber daya keuangan). Tidak mengeksploitasi kekayaan alam
sama sekali, terlebih lagi sumber daya alam yang tak terbarukan,
sebagaimana sistem pembangunan pada bangsa Singapura, Jepang,
Taiwan dan lain-lain yang tidak mempunyai sumber daya alam.
Pada hakikatnya Neo-Nasionalisme merupakan satu
integritas filsafati dari nasionalisme dan Islam tradisional, serta
berbagai agama yang hidup dalam masyarakat pluralistis Indonesia,
sehingga penggunaan bahasa dalam rangka mengungkapkan
pemikirannya, termasuk refleksi kritis bangsa Indonesia terhadap
ketidakadilan dunia, dapat dimengerti secara universal.
A.M. Hendropriyono, Ide dan Praksis Neo-nasionalisme dalamā€¦
81
Ontologi Neo-Nasionalisme yang jauh dari cita-cita untuk
menguasai dunia yang mengglobal ini, membuat pemikiran tersebut
jauh lebih realistis jika dibandingkan dengan Kosmopolitanisme
dan kewarganegaraan dunia, sebagaimana cita-cita pencerahan para
Kantianis. Demikian pula halnya jika dibandingkan dengan Daulah
Islamiyah, sebagaimana cita-cita radikal Islam Universal. Tataran
operasional Neo-Nasionalisme harus bersifat praksis, antisipatif dan
evaluatif terhadap fenomena paradoks universalisme.
Praksis yang bersifat antisipatif bagi Indonesia, dalam
menyambut datangnya gelombang Neo-Nasionalisme abad ini,
antara lain.
1. Memacu peningkatan kualitas pendidikan untuk membangun
masyarakat profesional yang pada gilirannya mempertebal
lapisan masyarakat Indonesia golongan menengah dan atas.
Kompetisi positif pada lapisan-lapisan tersebut akan
memperkecil gap antara kaya dan miskin.
2. Mengembalikan roh atau jiwa Pancasila ke dalam batang tubuh
UUD 1945 hasil empat kali amandemen (Effendi, 2007).
3. Memperkuat barisan Islam tradisional (pribumi) dalam
keberhadapannya dengan Islam Universal yang bertipologi
radikal.
4. Memacu penerapan alih teknologi tepat guna, dalam
meningkatkan segenap aspek ketahanan nasional.
5. Memacu pembangunan infrastruktur politik, sosial dan
pertahanan atas dasar kearifan nasional.
6. Memacu pembangunan infrastruktur ekonomi, budaya dan
keamanan atas dasar kearifan lokal.
7. Memacu pembangunan network (jejaring) ke berbagai sumber
daya, utamanya ekonomi perdagangan nasional, regional dan
internasional.
8. Membuka akses yang seluas-luasnya terhadap Kapital (sumber
daya keuangan), baik di dalam maupun di luar negeri.
9. Memberlakukan sistem dwi-kewarganegaraan dengan negara-
negara tertentu, yang bersifat simbiosis mutualistis dalam
memecahkan berbagai common issues (isu bersama); misalnya,
dalam mengatasi ledakan penduduk yang tak terelakkan, perlu
kewargaan-ganda dengan negara yang jarang penduduknya.
Demikian pula halnya untuk mencapai tujuan mendapatkan
akses ke berbagai sumber kapital, yang terdapat di negara-
negara maju dan kaya yang secara potensial tidak bertentangan
dengan semangat nasionalisme Indonesia.
Jurnal Filsafat Vol.18, Nomor 1, April 2008
82
10. Memberlakukan penyatuan mata uang regional negara-negara
ASEAN.
11. Memberlakukan wajib militer terhadap rakyat Indonesia
berkondisi produktif, berdasarkan konsep conscript (konskripsi)
atau draft, dalam rangka konsolidasi persatuan nasional bangsa
Indonesia yang anti sentimen SARA.2
12. Melakukan moratorium terhadap pengelolaan berbagai jenis
sumber daya alam yang tak terbarukan.
13. Menyelenggarakan secara terus-menerus konsensus nasional
menghadapi berbagai macam isu global. Dalam menghadapi isu
separatisme, misalnya, harus diselenggarakan referendum
nasional untuk menentukan pendapat rakyat, bukan referendum
lokal seperti yang pernah dilakukan di Timor Timur pada 1999.
14. Meningkatkan akses secara berkelanjutan keberbagai badan
kerjasama internasional dan lembaga hukum internasional.
Kekalahan negara dalam sengketa internasional abad ini,
cenderung merupakan akibat lemahnya kekuatan lobby
universal, baik di The International Court of Justice maupun di
The International Criminal of Court.
15. Melindungi segenap rakyat Indonesia dari aksi terorisme,
dengan memberlakukan Undang-undang intelijen yang berada
di luar The criminal justice system (sistem peradilan kriminal),
sehingga mampu memberikan ruang bagi early warning system
(sistem pencegahan dini).
D. Penutup
Keharmonisan dalam kehidupan yang interdependen (saling
tergantung) antar suku, agama, ras dan golongan di dalam unit
geopolitik Indonesia, merupakan hakikat dari Neo-Nasionalisme.
AGHT yang paling mungkin akan dihadapi oleh Neo-Nasionalisme
di negara-negara bangsa sebagai fenomena paradoksal, yaitu
disintegrasi periferal, yang terjadi seiring dengan kemunculan
entitas-entitas lokal.
Kecenderungan tersebut hanya dapat ditangkal oleh
penyempitan ruang gerak berbagai aspirasi sektarianisme dan
primordialisme dalam masyarakat Indonesia yang majemuk.
Berbagai kebijakan seperti peraturan-peraturan di berbagai daerah
2
Konsep ini merupakan penyesuaian dan juga sekaligus merupakan
penyempurnaan dari Sistem Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta
(Sishankamrata).
A.M. Hendropriyono, Ide dan Praksis Neo-nasionalisme dalamā€¦
83
yang bertentangan dengan praksis Pancasila, harus digugurkan
melalui berbagai reviews, baik legislative review maupun executive
review, sehingga tidak dapat meluas ke dalam aspek lain dalam
domain kebijakan publik.
-JF-
DAFTAR PUSTAKA
Arubusman, Muhyiddin, 2006. ā€œGerakan fundamentalisme Islam:
dari Bawah Tanah sampai Perjuangan Politik Formalā€ dalam
buku Terorisme di Tengah Arus Global Demokrasi,
Editor: Syahdatul Kahfi, Penerbit Spectrum, Jakarta.
Borradori, Giovanna, 2005, judul asli Philosophy in Time of
Terror, diterjemahkan oleh Alfons Taryadi, dengan judul:
Filsafat dalam Masa Teror, Dialog dengan JĆ¼rgen
Habermas dan Jacques Derrida, Penerbit Buku Kompas,
Jakarta.
Castro, Fidel, 2002, War, Racism and Economy Injustice, Ocean
Press, Melbourne.
Effendi, Sofian, 2007, ā€œCeramah di forum Jati Diri Bangsaā€,
Jakarta.
Fakih, Mansour, 2006, Runtuhnya Teori Pembangunan dan
Globalisasi. Insist Press bekerjasama dengan Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.
Floriberta, Aning, 2006, Filsafat Pancasila Menurut Bung Karno/
Ir Soekarno, 1958, Penerbit Media Pressindo, Yogyakarta.
Huntington, Samuel P. Benturan Antar Peradaban dan Masa
Depan Politik Dunia, terjemahan oleh M Sadat Ismail,
Penerbit Qalam, Yogyakarta.
Isaak, Robert A, 2005. The Globalization Gap, Prentice Hall, New
York.
Kaelan, MS, 2004, Filsafat Analitis menurut Ludwig
Wittgenstein. Penerbit Paradigma Yogyakarta.
Maciavelli, Niccolo, 1513, The Prince.
Miklethwait, John & Adrian Wooldridge, 2007, Masa Depan
Sempurna, Tantangan dan Janji Globalisasi. Freedom
Institute bekerjasama dengan Yayasan Obor Indonesia,
Jakarta.
Mugasejati, Nanang Pamuji & Martanto, Ucu, 2006. Kritik
Globalisasi & Neo-Liberalisme. Seri kajian sosial politik
Jurnal Filsafat Vol.18, Nomor 1, April 2008
84
kontemporer/editor seri : Purwo Santoso, I Gusti Ngurah
Putra, Fisipol UGM, Yogyakarta.
Nurhadi MA dan Kamdani, 2005, Kritik atas Akal Budi Praktis
Imannuel Kant. Pustaka pelajar Yogyakarta.
Paul Hirst & Grahame Thompson, 2001, Judul asli: Globalization
in Question, diterjemahkan oleh P Soemitro dengan judul:
Globalisasi adalah Mitos, Yayasan Obor Indonesia, edisi
pertama, Jakarta.
Paulsen, Friederich, 1902, Imannuel Kant: His live and doctrine,
Scribner, New York.
Salam, Mohamad Faisal.2005, Motivasi tindakan Terorisme,
Penerbit Pustaka Ilmu, Bandung.
Soeharto, 1989, Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya, Jakarta.
Soejadi, 1999, Pancasila sebagai Sumber Tertib Hukum
Indonesia, Lukman Offset, Yogyakarta.
Soekarno, Ir, 1958. Kebangsaan Dalam Pancasila, Pidato pada
kursus Pancasila 16 Juni 1958 di Istana Negara, Jakarta.
---------------, 1958. Kedaulatan Rakyat Dalam Pancasila. Pidato
di depan kader-kader Pancasila pada 22 Juli 1958 di Istana
Negara, Jakarta.
Stiglitz, Joseph, 2002, Globalization and Its Discontents, New
York, USA.
Magis-Suseno, Franz von, 2006, Berebut jiwa bangsa, Penerbit
Kompas, Jakarta.
----------------, 1994, Etika Politik, Penerbit Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Kant, Imannuel, 1956, Critique of Practical Reason, 1788,
Terjemahan Lewis White Beck, The Liberal Arts Press. New
York.
Moerdiono, 1991. Kehidupan Kebangsaan yang Segar.
Sekretariat Negara Republik Indonesia, Jakarta.
Nurhadi, 2005. Kritik Atas Akal Budi Praktis, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Tjahyadi, Lili, 1991, Hukum Moral Ajaran Immanuel Kant
tentang Etika dan Imperatif Kategoris, Kanisius,
Yogyakarta.
Yunus, Muhammad, 2007. Bank Kaum Miskin, Terjemahan Irfan
Nasution, PT Buku Kita, Jakarta

More Related Content

What's hot

Munculnya paham baru di dunia dan hubungan pola kehidupan kekotaan dengan mun...
Munculnya paham baru di dunia dan hubungan pola kehidupan kekotaan dengan mun...Munculnya paham baru di dunia dan hubungan pola kehidupan kekotaan dengan mun...
Munculnya paham baru di dunia dan hubungan pola kehidupan kekotaan dengan mun...
Dian Anisa Putri
Ā 
Paham yang Mendasari Pergerakan Nasionalisme
Paham yang Mendasari Pergerakan NasionalismePaham yang Mendasari Pergerakan Nasionalisme
Paham yang Mendasari Pergerakan NasionalismeAidha Mariza
Ā 
Pluralism and National Integration (Sistem Sosial Budaya Indonesia)
Pluralism and National Integration (Sistem Sosial Budaya Indonesia)Pluralism and National Integration (Sistem Sosial Budaya Indonesia)
Pluralism and National Integration (Sistem Sosial Budaya Indonesia)Raja Matridi Aeksalo
Ā 
Paham-Paham Baru
Paham-Paham BaruPaham-Paham Baru
Paham-Paham Baruleohggi
Ā 
perkembangan paham-paham yang berpengaruh terhadap kemerdekaan di asia dan af...
perkembangan paham-paham yang berpengaruh terhadap kemerdekaan di asia dan af...perkembangan paham-paham yang berpengaruh terhadap kemerdekaan di asia dan af...
perkembangan paham-paham yang berpengaruh terhadap kemerdekaan di asia dan af...
aswansetiawan
Ā 
Kelompok 4 nasionalisme
Kelompok 4 nasionalismeKelompok 4 nasionalisme
Kelompok 4 nasionalisme
Ahmad Subagio
Ā 
Hubungan perkembangan paham paham baru dengan munculnya nasionalisme di indon...
Hubungan perkembangan paham paham baru dengan munculnya nasionalisme di indon...Hubungan perkembangan paham paham baru dengan munculnya nasionalisme di indon...
Hubungan perkembangan paham paham baru dengan munculnya nasionalisme di indon...ayu larissa
Ā 
Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan
Oktaviani Barut
Ā 
Ppt multikultur
Ppt multikulturPpt multikultur
Ppt multikulturrizka_pratiwi
Ā 
perkembangan paham-paham yang berpengaruh terhadap kemerdekaan di asia dan af...
perkembangan paham-paham yang berpengaruh terhadap kemerdekaan di asia dan af...perkembangan paham-paham yang berpengaruh terhadap kemerdekaan di asia dan af...
perkembangan paham-paham yang berpengaruh terhadap kemerdekaan di asia dan af...
aswansetiawan
Ā 
Ideologi dunia dan pengaruhnya terhadap gerakan nasionalisme di Asia afrika
Ideologi dunia dan pengaruhnya terhadap gerakan nasionalisme di Asia afrikaIdeologi dunia dan pengaruhnya terhadap gerakan nasionalisme di Asia afrika
Ideologi dunia dan pengaruhnya terhadap gerakan nasionalisme di Asia afrika
fira aini
Ā 
Kelompok 3 perkembangan sosialisme
Kelompok 3 perkembangan sosialismeKelompok 3 perkembangan sosialisme
Kelompok 3 perkembangan sosialisme
Ahmad Subagio
Ā 
MULTIKULTURALISME
MULTIKULTURALISMEMULTIKULTURALISME
MULTIKULTURALISME
Juwita Yulianto
Ā 
Nasionalisme
NasionalismeNasionalisme
Nasionalisme
Husaini Alpakaraki
Ā 
DAYA KHISAN THUSSU - Approaches to theorizing international communication - P...
DAYA KHISAN THUSSU - Approaches to theorizing international communication - P...DAYA KHISAN THUSSU - Approaches to theorizing international communication - P...
DAYA KHISAN THUSSU - Approaches to theorizing international communication - P...
Fariz Halim Aziz
Ā 
Makalah genosida
Makalah genosidaMakalah genosida
Makalah genosida
Arly Hidayat
Ā 
Makalah genosida
Makalah genosidaMakalah genosida
Makalah genosida
ryanaffd
Ā 
Ppt sosialisme copy
Ppt sosialisme   copyPpt sosialisme   copy
Ppt sosialisme copy
Ahmad Subagio
Ā 

What's hot (20)

Munculnya paham baru di dunia dan hubungan pola kehidupan kekotaan dengan mun...
Munculnya paham baru di dunia dan hubungan pola kehidupan kekotaan dengan mun...Munculnya paham baru di dunia dan hubungan pola kehidupan kekotaan dengan mun...
Munculnya paham baru di dunia dan hubungan pola kehidupan kekotaan dengan mun...
Ā 
Paham yang Mendasari Pergerakan Nasionalisme
Paham yang Mendasari Pergerakan NasionalismePaham yang Mendasari Pergerakan Nasionalisme
Paham yang Mendasari Pergerakan Nasionalisme
Ā 
Demokrasi dalam sosialisme modern
Demokrasi dalam sosialisme modernDemokrasi dalam sosialisme modern
Demokrasi dalam sosialisme modern
Ā 
Pluralism and National Integration (Sistem Sosial Budaya Indonesia)
Pluralism and National Integration (Sistem Sosial Budaya Indonesia)Pluralism and National Integration (Sistem Sosial Budaya Indonesia)
Pluralism and National Integration (Sistem Sosial Budaya Indonesia)
Ā 
Paham-Paham Baru
Paham-Paham BaruPaham-Paham Baru
Paham-Paham Baru
Ā 
perkembangan paham-paham yang berpengaruh terhadap kemerdekaan di asia dan af...
perkembangan paham-paham yang berpengaruh terhadap kemerdekaan di asia dan af...perkembangan paham-paham yang berpengaruh terhadap kemerdekaan di asia dan af...
perkembangan paham-paham yang berpengaruh terhadap kemerdekaan di asia dan af...
Ā 
Kelompok 4 nasionalisme
Kelompok 4 nasionalismeKelompok 4 nasionalisme
Kelompok 4 nasionalisme
Ā 
Buku ajar spni
Buku ajar spniBuku ajar spni
Buku ajar spni
Ā 
Hubungan perkembangan paham paham baru dengan munculnya nasionalisme di indon...
Hubungan perkembangan paham paham baru dengan munculnya nasionalisme di indon...Hubungan perkembangan paham paham baru dengan munculnya nasionalisme di indon...
Hubungan perkembangan paham paham baru dengan munculnya nasionalisme di indon...
Ā 
Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan
Ā 
Ppt multikultur
Ppt multikulturPpt multikultur
Ppt multikultur
Ā 
perkembangan paham-paham yang berpengaruh terhadap kemerdekaan di asia dan af...
perkembangan paham-paham yang berpengaruh terhadap kemerdekaan di asia dan af...perkembangan paham-paham yang berpengaruh terhadap kemerdekaan di asia dan af...
perkembangan paham-paham yang berpengaruh terhadap kemerdekaan di asia dan af...
Ā 
Ideologi dunia dan pengaruhnya terhadap gerakan nasionalisme di Asia afrika
Ideologi dunia dan pengaruhnya terhadap gerakan nasionalisme di Asia afrikaIdeologi dunia dan pengaruhnya terhadap gerakan nasionalisme di Asia afrika
Ideologi dunia dan pengaruhnya terhadap gerakan nasionalisme di Asia afrika
Ā 
Kelompok 3 perkembangan sosialisme
Kelompok 3 perkembangan sosialismeKelompok 3 perkembangan sosialisme
Kelompok 3 perkembangan sosialisme
Ā 
MULTIKULTURALISME
MULTIKULTURALISMEMULTIKULTURALISME
MULTIKULTURALISME
Ā 
Nasionalisme
NasionalismeNasionalisme
Nasionalisme
Ā 
DAYA KHISAN THUSSU - Approaches to theorizing international communication - P...
DAYA KHISAN THUSSU - Approaches to theorizing international communication - P...DAYA KHISAN THUSSU - Approaches to theorizing international communication - P...
DAYA KHISAN THUSSU - Approaches to theorizing international communication - P...
Ā 
Makalah genosida
Makalah genosidaMakalah genosida
Makalah genosida
Ā 
Makalah genosida
Makalah genosidaMakalah genosida
Makalah genosida
Ā 
Ppt sosialisme copy
Ppt sosialisme   copyPpt sosialisme   copy
Ppt sosialisme copy
Ā 

Viewers also liked

menjadi pemimpin sejati
menjadi pemimpin sejatimenjadi pemimpin sejati
menjadi pemimpin sejati
KuliahMandiri.org
Ā 
Dunia dalam-gelembung
Dunia dalam-gelembungDunia dalam-gelembung
Dunia dalam-gelembung
KuliahMandiri.org
Ā 
Pengantar filsafat,perenungan kefilsafatan
Pengantar filsafat,perenungan kefilsafatan Pengantar filsafat,perenungan kefilsafatan
Pengantar filsafat,perenungan kefilsafatan
KuliahMandiri.org
Ā 
Pengantar filsafat-3-pandangan-kefilsafatan
Pengantar filsafat-3-pandangan-kefilsafatanPengantar filsafat-3-pandangan-kefilsafatan
Pengantar filsafat-3-pandangan-kefilsafatan
KuliahMandiri.org
Ā 
Filsafat perselingkuhan
Filsafat perselingkuhanFilsafat perselingkuhan
Filsafat perselingkuhan
KuliahMandiri.org
Ā 
MANUSIA DAN HISTORISITASNYA MENURUT MARTIN HEIDEGGER
MANUSIA DAN HISTORISITASNYA MENURUT MARTIN HEIDEGGERMANUSIA DAN HISTORISITASNYA MENURUT MARTIN HEIDEGGER
MANUSIA DAN HISTORISITASNYA MENURUT MARTIN HEIDEGGER
KuliahMandiri.org
Ā 
AKTUALISASI PEMAHAMAN NILAI MENURUT MAX SCHELER BAGI MASA DEPAN BANGSA INDONESIA
AKTUALISASI PEMAHAMAN NILAI MENURUT MAX SCHELER BAGI MASA DEPAN BANGSA INDONESIAAKTUALISASI PEMAHAMAN NILAI MENURUT MAX SCHELER BAGI MASA DEPAN BANGSA INDONESIA
AKTUALISASI PEMAHAMAN NILAI MENURUT MAX SCHELER BAGI MASA DEPAN BANGSA INDONESIA
KuliahMandiri.org
Ā 
Penelitian ilmiah-dan-martabat-manusia
Penelitian ilmiah-dan-martabat-manusiaPenelitian ilmiah-dan-martabat-manusia
Penelitian ilmiah-dan-martabat-manusia
KuliahMandiri.org
Ā 
Filsafatilmu(1)
Filsafatilmu(1)Filsafatilmu(1)
Filsafatilmu(1)
KuliahMandiri.org
Ā 
Ebook tentang manusia reza_aa_wattimena
Ebook tentang manusia reza_aa_wattimenaEbook tentang manusia reza_aa_wattimena
Ebook tentang manusia reza_aa_wattimena
KuliahMandiri.org
Ā 
Pengantar filsafat, ontology
Pengantar filsafat, ontologyPengantar filsafat, ontology
Pengantar filsafat, ontology
KuliahMandiri.org
Ā 
Psikologi gestalt
Psikologi gestaltPsikologi gestalt
Psikologi gestalt
KuliahMandiri.org
Ā 
TINJAUAN FILOSOFIS PROBLEMA PENGELOLAAN SAMPAH
TINJAUAN FILOSOFIS PROBLEMA PENGELOLAAN SAMPAHTINJAUAN FILOSOFIS PROBLEMA PENGELOLAAN SAMPAH
TINJAUAN FILOSOFIS PROBLEMA PENGELOLAAN SAMPAH
KuliahMandiri.org
Ā 
GERAKAN FEMINISME ISLAM DALAM PERSPEKTIF FATIMAH MERNISSI
GERAKAN FEMINISME ISLAM DALAM PERSPEKTIF FATIMAH MERNISSIGERAKAN FEMINISME ISLAM DALAM PERSPEKTIF FATIMAH MERNISSI
GERAKAN FEMINISME ISLAM DALAM PERSPEKTIF FATIMAH MERNISSI
KuliahMandiri.org
Ā 

Viewers also liked (15)

menjadi pemimpin sejati
menjadi pemimpin sejatimenjadi pemimpin sejati
menjadi pemimpin sejati
Ā 
Dunia dalam-gelembung
Dunia dalam-gelembungDunia dalam-gelembung
Dunia dalam-gelembung
Ā 
Pengantar filsafat,perenungan kefilsafatan
Pengantar filsafat,perenungan kefilsafatan Pengantar filsafat,perenungan kefilsafatan
Pengantar filsafat,perenungan kefilsafatan
Ā 
Pengantar filsafat-3-pandangan-kefilsafatan
Pengantar filsafat-3-pandangan-kefilsafatanPengantar filsafat-3-pandangan-kefilsafatan
Pengantar filsafat-3-pandangan-kefilsafatan
Ā 
Filsafat perselingkuhan
Filsafat perselingkuhanFilsafat perselingkuhan
Filsafat perselingkuhan
Ā 
MANUSIA DAN HISTORISITASNYA MENURUT MARTIN HEIDEGGER
MANUSIA DAN HISTORISITASNYA MENURUT MARTIN HEIDEGGERMANUSIA DAN HISTORISITASNYA MENURUT MARTIN HEIDEGGER
MANUSIA DAN HISTORISITASNYA MENURUT MARTIN HEIDEGGER
Ā 
Kant
KantKant
Kant
Ā 
AKTUALISASI PEMAHAMAN NILAI MENURUT MAX SCHELER BAGI MASA DEPAN BANGSA INDONESIA
AKTUALISASI PEMAHAMAN NILAI MENURUT MAX SCHELER BAGI MASA DEPAN BANGSA INDONESIAAKTUALISASI PEMAHAMAN NILAI MENURUT MAX SCHELER BAGI MASA DEPAN BANGSA INDONESIA
AKTUALISASI PEMAHAMAN NILAI MENURUT MAX SCHELER BAGI MASA DEPAN BANGSA INDONESIA
Ā 
Penelitian ilmiah-dan-martabat-manusia
Penelitian ilmiah-dan-martabat-manusiaPenelitian ilmiah-dan-martabat-manusia
Penelitian ilmiah-dan-martabat-manusia
Ā 
Filsafatilmu(1)
Filsafatilmu(1)Filsafatilmu(1)
Filsafatilmu(1)
Ā 
Ebook tentang manusia reza_aa_wattimena
Ebook tentang manusia reza_aa_wattimenaEbook tentang manusia reza_aa_wattimena
Ebook tentang manusia reza_aa_wattimena
Ā 
Pengantar filsafat, ontology
Pengantar filsafat, ontologyPengantar filsafat, ontology
Pengantar filsafat, ontology
Ā 
Psikologi gestalt
Psikologi gestaltPsikologi gestalt
Psikologi gestalt
Ā 
TINJAUAN FILOSOFIS PROBLEMA PENGELOLAAN SAMPAH
TINJAUAN FILOSOFIS PROBLEMA PENGELOLAAN SAMPAHTINJAUAN FILOSOFIS PROBLEMA PENGELOLAAN SAMPAH
TINJAUAN FILOSOFIS PROBLEMA PENGELOLAAN SAMPAH
Ā 
GERAKAN FEMINISME ISLAM DALAM PERSPEKTIF FATIMAH MERNISSI
GERAKAN FEMINISME ISLAM DALAM PERSPEKTIF FATIMAH MERNISSIGERAKAN FEMINISME ISLAM DALAM PERSPEKTIF FATIMAH MERNISSI
GERAKAN FEMINISME ISLAM DALAM PERSPEKTIF FATIMAH MERNISSI
Ā 

Similar to IDE DAN PRAKSIS NEO-NASIONALISME DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI

Makalah pendidikan kewarganegaraan peran pemuda dalam mengembangkan nasionalisme
Makalah pendidikan kewarganegaraan peran pemuda dalam mengembangkan nasionalismeMakalah pendidikan kewarganegaraan peran pemuda dalam mengembangkan nasionalisme
Makalah pendidikan kewarganegaraan peran pemuda dalam mengembangkan nasionalisme
KhairulAnwarGenaliwe
Ā 
Wawasan Nusantara
Wawasan NusantaraWawasan Nusantara
Wawasan Nusantaratojing
Ā 
nasionalisme, ideologi, model-model tannas konstitusi dan budaya politik
nasionalisme, ideologi, model-model tannas konstitusi dan budaya politiknasionalisme, ideologi, model-model tannas konstitusi dan budaya politik
nasionalisme, ideologi, model-model tannas konstitusi dan budaya politik
abdul rouf
Ā 
5. membangun identitas nasional
5. membangun identitas nasional5. membangun identitas nasional
5. membangun identitas nasionalHaidar Bashofi
Ā 
Nasionalisme dan Demokrasi dalam Konteks Nasional dan Daerah_by Intsiawati Ayus
Nasionalisme dan Demokrasi dalam Konteks Nasional dan Daerah_by Intsiawati AyusNasionalisme dan Demokrasi dalam Konteks Nasional dan Daerah_by Intsiawati Ayus
Nasionalisme dan Demokrasi dalam Konteks Nasional dan Daerah_by Intsiawati Ayus
Intsiawati Ayus
Ā 
Seputar Nasionalisme
Seputar NasionalismeSeputar Nasionalisme
Seputar Nasionalisme
Alat_Survey_Pemetaan
Ā 
Makna & Arti Sila Keempat Pancasila
Makna & Arti Sila Keempat PancasilaMakna & Arti Sila Keempat Pancasila
Makna & Arti Sila Keempat Pancasila
Agus Widiyanto
Ā 
Character Building Nasionalisme
Character Building NasionalismeCharacter Building Nasionalisme
Character Building Nasionalisme
Isaka Yoga
Ā 
Nasionalisme kita
Nasionalisme kitaNasionalisme kita
Nasionalisme kita
Indra Jaya
Ā 
KELAS 11 (KEBANGKITAN HEROISME DAN KESADARAN KEBANGSAAN).docx
KELAS 11 (KEBANGKITAN HEROISME DAN KESADARAN KEBANGSAAN).docxKELAS 11 (KEBANGKITAN HEROISME DAN KESADARAN KEBANGSAAN).docx
KELAS 11 (KEBANGKITAN HEROISME DAN KESADARAN KEBANGSAAN).docx
devvypertiwi
Ā 
Wawasan Kebangsaan
Wawasan KebangsaanWawasan Kebangsaan
Wawasan Kebangsaan
Fahmi Hakam
Ā 
Nasionalisme mahasiswa
Nasionalisme mahasiswaNasionalisme mahasiswa
Nasionalisme mahasiswa
Ridwansyah Yusuf
Ā 
Maharani syafi'i
Maharani syafi'iMaharani syafi'i
Maharani syafi'i
dionteguhpratomo
Ā 
Pengaruh Penggunaan Gawai Terhadap Penerapan Nilai Pancasila Di Kalangan Gene...
Pengaruh Penggunaan Gawai Terhadap Penerapan Nilai Pancasila Di Kalangan Gene...Pengaruh Penggunaan Gawai Terhadap Penerapan Nilai Pancasila Di Kalangan Gene...
Pengaruh Penggunaan Gawai Terhadap Penerapan Nilai Pancasila Di Kalangan Gene...
adminpancasilamanaje1
Ā 
Refleksi filosofis sila kelima dalam kehidupan berbangsa & bernegara
Refleksi filosofis sila kelima dalam kehidupan berbangsa & bernegaraRefleksi filosofis sila kelima dalam kehidupan berbangsa & bernegara
Refleksi filosofis sila kelima dalam kehidupan berbangsa & bernegara
Agus Widiyanto
Ā 
Jurnalistik dakwah
Jurnalistik dakwahJurnalistik dakwah
Jurnalistik dakwahSyarifudin Amq
Ā 
Syarifudin ambon, jurnalistik dakwah
Syarifudin ambon, jurnalistik dakwahSyarifudin ambon, jurnalistik dakwah
Syarifudin ambon, jurnalistik dakwahSyarifudin Amq
Ā 

Similar to IDE DAN PRAKSIS NEO-NASIONALISME DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI (20)

Nasionalisme itu Sampah
Nasionalisme itu SampahNasionalisme itu Sampah
Nasionalisme itu Sampah
Ā 
Makalah wawasan-kebangsaan
Makalah wawasan-kebangsaanMakalah wawasan-kebangsaan
Makalah wawasan-kebangsaan
Ā 
Makalah pendidikan kewarganegaraan peran pemuda dalam mengembangkan nasionalisme
Makalah pendidikan kewarganegaraan peran pemuda dalam mengembangkan nasionalismeMakalah pendidikan kewarganegaraan peran pemuda dalam mengembangkan nasionalisme
Makalah pendidikan kewarganegaraan peran pemuda dalam mengembangkan nasionalisme
Ā 
Wawasan Nusantara
Wawasan NusantaraWawasan Nusantara
Wawasan Nusantara
Ā 
nasionalisme, ideologi, model-model tannas konstitusi dan budaya politik
nasionalisme, ideologi, model-model tannas konstitusi dan budaya politiknasionalisme, ideologi, model-model tannas konstitusi dan budaya politik
nasionalisme, ideologi, model-model tannas konstitusi dan budaya politik
Ā 
5. membangun identitas nasional
5. membangun identitas nasional5. membangun identitas nasional
5. membangun identitas nasional
Ā 
Nasionalisme dan Demokrasi dalam Konteks Nasional dan Daerah_by Intsiawati Ayus
Nasionalisme dan Demokrasi dalam Konteks Nasional dan Daerah_by Intsiawati AyusNasionalisme dan Demokrasi dalam Konteks Nasional dan Daerah_by Intsiawati Ayus
Nasionalisme dan Demokrasi dalam Konteks Nasional dan Daerah_by Intsiawati Ayus
Ā 
Seputar Nasionalisme
Seputar NasionalismeSeputar Nasionalisme
Seputar Nasionalisme
Ā 
Makna & Arti Sila Keempat Pancasila
Makna & Arti Sila Keempat PancasilaMakna & Arti Sila Keempat Pancasila
Makna & Arti Sila Keempat Pancasila
Ā 
Character Building Nasionalisme
Character Building NasionalismeCharacter Building Nasionalisme
Character Building Nasionalisme
Ā 
Nasionalisme kita
Nasionalisme kitaNasionalisme kita
Nasionalisme kita
Ā 
KELAS 11 (KEBANGKITAN HEROISME DAN KESADARAN KEBANGSAAN).docx
KELAS 11 (KEBANGKITAN HEROISME DAN KESADARAN KEBANGSAAN).docxKELAS 11 (KEBANGKITAN HEROISME DAN KESADARAN KEBANGSAAN).docx
KELAS 11 (KEBANGKITAN HEROISME DAN KESADARAN KEBANGSAAN).docx
Ā 
Pancasila 5
Pancasila 5Pancasila 5
Pancasila 5
Ā 
Wawasan Kebangsaan
Wawasan KebangsaanWawasan Kebangsaan
Wawasan Kebangsaan
Ā 
Nasionalisme mahasiswa
Nasionalisme mahasiswaNasionalisme mahasiswa
Nasionalisme mahasiswa
Ā 
Maharani syafi'i
Maharani syafi'iMaharani syafi'i
Maharani syafi'i
Ā 
Pengaruh Penggunaan Gawai Terhadap Penerapan Nilai Pancasila Di Kalangan Gene...
Pengaruh Penggunaan Gawai Terhadap Penerapan Nilai Pancasila Di Kalangan Gene...Pengaruh Penggunaan Gawai Terhadap Penerapan Nilai Pancasila Di Kalangan Gene...
Pengaruh Penggunaan Gawai Terhadap Penerapan Nilai Pancasila Di Kalangan Gene...
Ā 
Refleksi filosofis sila kelima dalam kehidupan berbangsa & bernegara
Refleksi filosofis sila kelima dalam kehidupan berbangsa & bernegaraRefleksi filosofis sila kelima dalam kehidupan berbangsa & bernegara
Refleksi filosofis sila kelima dalam kehidupan berbangsa & bernegara
Ā 
Jurnalistik dakwah
Jurnalistik dakwahJurnalistik dakwah
Jurnalistik dakwah
Ā 
Syarifudin ambon, jurnalistik dakwah
Syarifudin ambon, jurnalistik dakwahSyarifudin ambon, jurnalistik dakwah
Syarifudin ambon, jurnalistik dakwah
Ā 

More from KuliahMandiri.org

Bahagia kenapa tidak reza_aa_wattimena
Bahagia kenapa tidak reza_aa_wattimenaBahagia kenapa tidak reza_aa_wattimena
Bahagia kenapa tidak reza_aa_wattimena
KuliahMandiri.org
Ā 
PERSPEKTIF Dari Spiritualitas Hidup sampai dengan Hubungan Antar Bangsa
PERSPEKTIF Dari Spiritualitas Hidup sampai dengan Hubungan Antar BangsaPERSPEKTIF Dari Spiritualitas Hidup sampai dengan Hubungan Antar Bangsa
PERSPEKTIF Dari Spiritualitas Hidup sampai dengan Hubungan Antar Bangsa
KuliahMandiri.org
Ā 
KONSEP SEMIOTIK CHARLES JENCKS DALAM ARSITEKTUR POST-MODERN
KONSEP SEMIOTIK CHARLES JENCKS DALAM ARSITEKTUR POST-MODERNKONSEP SEMIOTIK CHARLES JENCKS DALAM ARSITEKTUR POST-MODERN
KONSEP SEMIOTIK CHARLES JENCKS DALAM ARSITEKTUR POST-MODERN
KuliahMandiri.org
Ā 
LANDASAN FILOSOFIS MAZHAB HUKUM PROGRESIF: TINJAUAN FILSAFAT ILMU
LANDASAN FILOSOFIS MAZHAB HUKUM PROGRESIF: TINJAUAN FILSAFAT ILMULANDASAN FILOSOFIS MAZHAB HUKUM PROGRESIF: TINJAUAN FILSAFAT ILMU
LANDASAN FILOSOFIS MAZHAB HUKUM PROGRESIF: TINJAUAN FILSAFAT ILMU
KuliahMandiri.org
Ā 
metode ilmiah
metode ilmiahmetode ilmiah
metode ilmiah
KuliahMandiri.org
Ā 
Etika penelitian
Etika penelitianEtika penelitian
Etika penelitian
KuliahMandiri.org
Ā 
filsafat ilmu_(dasar)
filsafat ilmu_(dasar)filsafat ilmu_(dasar)
filsafat ilmu_(dasar)
KuliahMandiri.org
Ā 
Tokoh & aliran dalam Filsafat ilmu Pengetahuan
Tokoh & aliran dalam Filsafat ilmu Pengetahuan  Tokoh & aliran dalam Filsafat ilmu Pengetahuan
Tokoh & aliran dalam Filsafat ilmu Pengetahuan
KuliahMandiri.org
Ā 
Karl Marx
Karl MarxKarl Marx
Karl Marx
KuliahMandiri.org
Ā 
Perspektif Sosiologi
Perspektif SosiologiPerspektif Sosiologi
Perspektif Sosiologi
KuliahMandiri.org
Ā 
Filosofi pengelolaan 0lingkungan hidup
Filosofi pengelolaan 0lingkungan hidupFilosofi pengelolaan 0lingkungan hidup
Filosofi pengelolaan 0lingkungan hidup
KuliahMandiri.org
Ā 
Pengantar filsafat, estetika
Pengantar filsafat, estetikaPengantar filsafat, estetika
Pengantar filsafat, estetika
KuliahMandiri.org
Ā 
Pengantar filsafat,pandangan kefilsafatan
Pengantar filsafat,pandangan kefilsafatanPengantar filsafat,pandangan kefilsafatan
Pengantar filsafat,pandangan kefilsafatan
KuliahMandiri.org
Ā 
filsafat ilmu
filsafat ilmufilsafat ilmu
filsafat ilmu
KuliahMandiri.org
Ā 
Psikologi komunikasi
Psikologi komunikasiPsikologi komunikasi
Psikologi komunikasi
KuliahMandiri.org
Ā 
Estetika Klasik Timur
Estetika Klasik TimurEstetika Klasik Timur
Estetika Klasik Timur
KuliahMandiri.org
Ā 
filsafat ilmu logika
 filsafat ilmu  logika  filsafat ilmu  logika
filsafat ilmu logika
KuliahMandiri.org
Ā 

More from KuliahMandiri.org (17)

Bahagia kenapa tidak reza_aa_wattimena
Bahagia kenapa tidak reza_aa_wattimenaBahagia kenapa tidak reza_aa_wattimena
Bahagia kenapa tidak reza_aa_wattimena
Ā 
PERSPEKTIF Dari Spiritualitas Hidup sampai dengan Hubungan Antar Bangsa
PERSPEKTIF Dari Spiritualitas Hidup sampai dengan Hubungan Antar BangsaPERSPEKTIF Dari Spiritualitas Hidup sampai dengan Hubungan Antar Bangsa
PERSPEKTIF Dari Spiritualitas Hidup sampai dengan Hubungan Antar Bangsa
Ā 
KONSEP SEMIOTIK CHARLES JENCKS DALAM ARSITEKTUR POST-MODERN
KONSEP SEMIOTIK CHARLES JENCKS DALAM ARSITEKTUR POST-MODERNKONSEP SEMIOTIK CHARLES JENCKS DALAM ARSITEKTUR POST-MODERN
KONSEP SEMIOTIK CHARLES JENCKS DALAM ARSITEKTUR POST-MODERN
Ā 
LANDASAN FILOSOFIS MAZHAB HUKUM PROGRESIF: TINJAUAN FILSAFAT ILMU
LANDASAN FILOSOFIS MAZHAB HUKUM PROGRESIF: TINJAUAN FILSAFAT ILMULANDASAN FILOSOFIS MAZHAB HUKUM PROGRESIF: TINJAUAN FILSAFAT ILMU
LANDASAN FILOSOFIS MAZHAB HUKUM PROGRESIF: TINJAUAN FILSAFAT ILMU
Ā 
metode ilmiah
metode ilmiahmetode ilmiah
metode ilmiah
Ā 
Etika penelitian
Etika penelitianEtika penelitian
Etika penelitian
Ā 
filsafat ilmu_(dasar)
filsafat ilmu_(dasar)filsafat ilmu_(dasar)
filsafat ilmu_(dasar)
Ā 
Tokoh & aliran dalam Filsafat ilmu Pengetahuan
Tokoh & aliran dalam Filsafat ilmu Pengetahuan  Tokoh & aliran dalam Filsafat ilmu Pengetahuan
Tokoh & aliran dalam Filsafat ilmu Pengetahuan
Ā 
Karl Marx
Karl MarxKarl Marx
Karl Marx
Ā 
Perspektif Sosiologi
Perspektif SosiologiPerspektif Sosiologi
Perspektif Sosiologi
Ā 
Filosofi pengelolaan 0lingkungan hidup
Filosofi pengelolaan 0lingkungan hidupFilosofi pengelolaan 0lingkungan hidup
Filosofi pengelolaan 0lingkungan hidup
Ā 
Pengantar filsafat, estetika
Pengantar filsafat, estetikaPengantar filsafat, estetika
Pengantar filsafat, estetika
Ā 
Pengantar filsafat,pandangan kefilsafatan
Pengantar filsafat,pandangan kefilsafatanPengantar filsafat,pandangan kefilsafatan
Pengantar filsafat,pandangan kefilsafatan
Ā 
filsafat ilmu
filsafat ilmufilsafat ilmu
filsafat ilmu
Ā 
Psikologi komunikasi
Psikologi komunikasiPsikologi komunikasi
Psikologi komunikasi
Ā 
Estetika Klasik Timur
Estetika Klasik TimurEstetika Klasik Timur
Estetika Klasik Timur
Ā 
filsafat ilmu logika
 filsafat ilmu  logika  filsafat ilmu  logika
filsafat ilmu logika
Ā 

Recently uploaded

Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
TarkaTarka
Ā 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
mattaja008
Ā 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
SEMUELSAMBOKARAENG
Ā 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
johan199969
Ā 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
DEVI390643
Ā 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
Ā 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
ssuser289c2f1
Ā 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
PURWANTOSDNWATES2
Ā 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
lastri261
Ā 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
MuhammadBagusAprilia1
Ā 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
suprihatin1885
Ā 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
Hernowo Subiantoro
Ā 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
Ā 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
Kurnia Fajar
Ā 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
bobobodo693
Ā 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
Ā 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
EkoPutuKromo
Ā 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
Ā 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
Ā 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
AgusRahmat39
Ā 

Recently uploaded (20)

Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Ā 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Ā 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Ā 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Ā 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Ā 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
Ā 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
Ā 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
Ā 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
Ā 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
Ā 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Ā 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
Ā 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
Ā 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
Ā 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
Ā 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
Ā 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Ā 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Ā 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Ā 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
Ā 

IDE DAN PRAKSIS NEO-NASIONALISME DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI

  • 1. IDE DAN PRAKSIS NEO-NASIONALISME DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI Oleh: A.M. Hendropriyono1 Abstract Nowadays, Indonesia national history is moving to universalism and will experience the historical paradox process, namely, the movement unified as a result of science and technology development that are able to protect. Men will be flowed to grouping in their own national community. It happens for human being claim justice and freedom. In the one hand, Capitalists as chief of globalization, nowadays, carry Neo-Liberalism as a thesis; in the other hand, there is Universal-Islam that carries Radicalism or terrorism as anti-thesis. Although they use a same language, reciprocally, they can not understand each other. The two languages, as if, come from two contradictory cultures, therefore, undoubtedly, they create the clash of civilization. The paradoxical and conflict phenomena will reduce if community in nation-state success in consolidate base on their consciousness, that the synthesis of social-dialectic in this age is a new and fresh national life, as the raising of Neo-Nationalism in the Nation-States in all over the world. Keywords: Neo-Nationalism, Globalization and Nation-States A. Pendahuluan Dalam kerangka pembangunan, harus diakui bahwa peran sejarah nasional satu bangsa sangat strategis dan fundamental, terutama dalam upaya membangun kesadaran nasional dan mempertegas identitas bangsa. Jika ditelaah lebih jauh, sejarah nasional Indonesia kini sedang bergerak ke arah universalisme dan akan mengalami proses The historical paradox (sejarah yang paradoksal), yaitu gerakan menyatu akibat kemajuan ilmu dan teknologi yang tak mungkin dapat terbendung. Sementara itu, kenyataan lain menunjukkan bahwa manusia juga akan semakin terbawa arus untuk mengelompokkan diri dalam komunitas kebangsaan masing-masing. Hal itu tiada lain, menurut Soekarno 1 Jendral TNI Purnawirawan, mahasiswa Program Doktor Ilmu Filsafat pada Fakultas Filsafat UGM.
  • 2. Jurnal Filsafat Vol.18, Nomor 1, April 2008 76 (1958), terjadi akibat tuntutan sekalian umat manusia terhadap keadilan dan kebebasan. Ramalan Presiden pertama RI yang nyaris tidak terdengar karena masyarakat internasional saat itu sedang sarat oleh feodalisme intelektual yang arogan, tiga dekade kemudian disampaikan kembali oleh John Naisbitt dan Patricia Abundene pada era 1990-an dalam bukunya yang berjudul Megatrends 2000, sehingga menggemparkan dunia. Kaum kapitalis yang memimpin globalisasi di masa ini mengusung Neo-Liberalisme sebagai tesis, yang berhadap-hadapan dengan para penganut Islam Universal yang mengusung Radikalisme sebagai anti tesis, dalam bahasa yang sama, yaitu terorisme, yang secara resiprokal tidak dapat dimengerti. Bahasa tersebut digunakan secara universal oleh kedua belah pihak sebagai ungkapan atas pemikiran masing-masing yang berdasarkan dua kebudayaan yang nyaris bertentangan, sehingga memicu terjadinya The clash of civilization (konflik antar peradaban) di dunia ini (Huntington, 1996). Fenomena paradoksal dan konflik yang berkelanjutan tersebut akan semakin berkurang, apabila masyarakat di negara-negara bangsa kelak berhasil melakukan konsolidasi atas dasar kesadaran mereka, bahwa sintesis dari dialektika sosial abad ini adalah satu kehidupan kebangsaan yang segar, sebagai kebangkitan dari Neo- Nasionalisme dalam entitas of the Nation States (negara-negara bangsa) di berbagai belahan dunia. B. Filosofi Kebangsaan Neo-Nasionalisme versus Neo- Liberalisme dan Radikalisme Neo-Liberalisme telah membuka jalan bagi cita-cita pencerahan Imannuel Kant (1724-1804), untuk mencapai keadilan dan kebebasan individu melalui konsep Demokrasi Barat. Cita- cita kosmopolitanisme Kant merupakan bentuk dari Protestanisme Sekuler, yang sebagian besar manifestasi modernitasnya ternyata dianggap tidak sesuai dengan konsep Islam Universal oleh kaum radikal. Masalah pokok yang menjadi diskursus adalah prinsip toleransi yang bersifat paternalistik, yang sama-sama dianut baik oleh Neo-Liberalis, maupun oleh para penganut Islam Universal yang bercita-cita menegakkan Daulah Islamiyah (Kekuasaan Islam di dunia), dalam posisi masing-masing yang saling berhadap- hadapan. Sebagai warga dunia yang mempunyai hak yang sama atas bumi ini secara komunal, prinsip kesanggrahan dari Neo-
  • 3. A.M. Hendropriyono, Ide dan Praksis Neo-nasionalisme dalamā€¦ 77 Nasionalisme, yaitu satu posisi yang duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi bersifat lebih manusiawi, dibandingkan dengan sekedar menerima belas kasihan yang digariskan dalam prinsip toleransi. Tesis sosial dunia berupa Neo-Liberalisme dan anti tesisnya yang berupa Islam Universal, kini berlangsung dalam bentuk benturan antar peradaban, meskipun fihak Barat telah mencoba meredam benturan tersebut dengan konsep demokrasi konstitusional (demokrasi parlementer) yang ditebarkan ke seluruh dunia, dengan diiringi oleh konsep dekonstruksionisme, yang menuntut perombakan total seluruh lembaga dan tata aturan internasional yang dirasakan tidak adil. Keadaan dunia dalam aspek hubungan antara negara dengan peradaban, berlangsung semakin sulit dan tidak jarang pula menunjukkan kecenderungan yang bersifat antagonistik. Masyarakat Islam dalam negara-negara bangsa yang bersifat moderat mengambil jarak terhadap Islam Universal, yang dalam konteks Indonesia dikenal sebagai penganut Islam Tradisional, yaitu Islam indijinisasi, yang sudah mempribumi, mengakar dalam budaya bangsa Indonesia (Arubusman, 2006). Pada tataran mikro terdapat potensi persinggungan yang tajam antara Islam Universal dengan kaum non-Islam, sedangkan pada tataran makro terdapat pertentangan yang semakin nyata antara pihak Barat dan Non-Barat. AGHT (Ancaman Gangguan Hambatan dan Tantangan) global dalam perspektif Non-Barat adalah konsep Kapitalisme dalam posisi menurun (Kapitalismus im niedergang) yang mengusung fasisme. Contoh aktual adalah ofensif strategis Amerika Serikat (AS) terhadap Irak pada tahun 2003, berupa kampanye militer fisik yang dilakukan karena pasar swatata dari the invisible hands sebagai konsep Kapitalisme yang naik (Kapitalismus im aufstieg) mengalami kegagalan. Namun demikian, mau tidak mau, suka tidak suka, siap tidak siap, Indonesia harus menerima Globalisasi sebagai satu kenyataan (Soeharto, 1994). Demikian pula Indonesia harus siap menghadapi fenomena global dengan semakin mengelompoknya umat manusia ke dalam entitas- entitas lokal, yang sifatnya paradoksal terhadap arus globalisasi sebagaimana ramalan Bung Karno, John Naisbitt dan Patricia Abundene serta peringatan Soeharto. Kesiapan Indonesia harus dapat tercermin dalam modernisasi nasional terhadap wawasan kebangsaan, yang berlangsung secara sistemik dan terus-menerus antar berbagai suku, agama, ras dan antar golongan (SARA) di berbagai strata sosial.
  • 4. Jurnal Filsafat Vol.18, Nomor 1, April 2008 78 Hakikat kebangsaan Indonesia menurut Notonagoro (1975) adalah satu kodrat manusiawi, sebagai makhluk individu dan mahluk sosial, yang berbeda dengan paham liberal yang individualistis dan juga paham sosialisme komunis yang semata- mata menekankan kepada prinsip kolektivisme. Secara epistemologis menurut Ernest Renan, wawasan kebangsaan terbangun dari keinginan satu kelompok manusia untuk bersatu. Otto Bauer menambahkan, mereka bersatu karena persamaan karakter. Soekarno merangkum secara lebih luas, yaitu dengan dasar keinginan dan karakter yang sama, kelompok manusia tersebut bermukim dalam satu unit geopolitik, untuk lahir sebagai satu bangsa (Bung Karno, 1958). Sebagai tulang punggung ketahanan nasional, pembangunan ketahanan regional ASEAN (Association of the South East Asia Nations), utamanya dalam aspek ekonomi dan keuangan, merupakan ketahanan nasional Indonesia di baris kedua. Wawasan kebangsaan yang segar memerlukan input besar-besaran dari segenap potensi kemanusiaan; lahir dan bathin, sehingga pada akhirnya jurang kesejahteraan antara kaya dan miskin di Indonesia semakin mengecil. Kepadatan penduduk yang sebagian terbesar dari kalangan lapisan masyarakat bawah yang miskin, tidak dapat lagi diatasi dengan sistem transmigrasi nasional. Sementara itu migrasi spontan penduduk Indonesia ke luar negeri terhambat oleh berbagai macam kendala. Kemiskinan struktural tidak saja menjadi realitas objektif namun realitas itu tampak mengarah pada menajamnya perbedaan tingkat kesejahteraan hidup warga bangsa ini; lapisan masyarakat miskin semakin tebal, sementara lapisan golongan menengah dan atasnya semakin tipis. Akibatnya, jurang antara si kaya dengan si miskin di antara bangsa Indonesia, semakin lama semakin melebar. Bilamana wawasan kebangsaan yang segar tumbuh dan berkembang dari pemahaman terhadap nilai dasar, maka berbagai masalah bangsa dapat dipecahkan oleh generasi demi generasi dengan lebih mudah. Tidak efektifnya usaha pembinaan selama reformasi terhadap perkembangan wawasan kebangsaan, telah menyebabkan semakin jauhnya ikatan batin antara generasi penerus dengan generasi pendiri Nation State (negara-bangsa) Indonesia. Sebagai anggota masyarakat dalam satu negara-bangsa, manusia Indonesia harus dijaga agar tetap merdeka di bidang politik, mandiri di bidang ekonomi dan memiliki kepribadian serta tradisinya sendiri di bidang kebudayaan. Kebebasan atas ketiga aspek tersebut menentukan
  • 5. A.M. Hendropriyono, Ide dan Praksis Neo-nasionalisme dalamā€¦ 79 identitas manusia Indonesia, dalam pengelompokannya ke dalam entitas-entitas lokal yang sedang dalam proses pembentukan. Kerenggangan hubungan batin generasi bangsa sekarang dengan generasi pendahulunya dan kondisi kemajemukan yang tiada bertitik temu, merupakan kendala pokok yang mengganjal bangsa Indonesia untuk dapat menghasilkan kemampuan besar dalam menghadapi universalisme dan ide separatisme global. Di masa lampau, yaitu pada dasawarsa-dasawarsa pertama berdirinya Indonesia sebagai satu negara-bangsa, masyarakat berada dalam suasana perang menghadapi kolonialisme dan berbagai bentuk pengkhianatan yang bersifat ideologis, serta juga pemberontakan bersenjata di dalam negeri. Manusia Indonesia dahulu dihadapkan pada pilihan tatanan negara-bangsa yang mengandalkan kharisma Pemimpin Besar Revolusi, sehingga di bawah Bung Karno dinamika orang Indonesia demikian tinggi, meskipun jumlah penduduknya demikian besar, seperti terlihat ketika menyelesaikan masalah bangsa dalam merebut Irian Barat kembali ke pangkuan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) dan bahkan mampu memimpin negara-negara the New Emerging Forces (Negara- negara kekuatan Baru) dalam menanggapi ketidakadilan universal. Ketika dinamika dan stabilitas otokratis yang kokoh itu dilanjutkan Pak Harto tetapi kemudian hancur berantakan pada tahun 1998, para politisi Indonesia kini telah memilih demokrasi liberal sebagai tatanan politik internal negara. Dengan demokrasi model tersebut sebagai instrumen, basis sosial negara kebangsaan menjadi luas, karena seluruh masyarakat terlibat dalam memecahkan masalah nasional. Secara teoretis, perkembangan di atas seharusnya membuat sistem sosial politik menjadi lebih mantap dan sistem ekonomi seharusnya menjadi lebih kuat serta lebih kokoh dalam mempertahankan wawasan kebangsaan (Moerdiono, 1991). Namun ternyata usaha peningkatan ketahanan dalam aspek-aspek tersebut tidak terlihat secara aktual dalam kebersamaan masyarakat di bidang politik dan sosial ekonomi; bahkan yang terjadi adalah penyerobotan hak demokrasi rakyat oleh partai politik, sehingga demokrasi yang berlangsung di Indonesia cenderung lebih layak disebut sebagai partaiokrasi. Pembiasan dari sistem demokrasi tersebut telah melahirkan penyakit, berupa anarkisme, yang semakin marak di kalangan masyarakat. Hal tersebut disebabkan oleh pelibatan berbagai komponen masyarakat yang kualitas dan juga aksesnya terhadap berbagai sumber daya masih sangat rendah.
  • 6. Jurnal Filsafat Vol.18, Nomor 1, April 2008 80 Tanpa pemahaman terhadap Neo-Nasionalisme, bangsa Indonesia sulit untuk menjawab berbagai AGHT nasional yang terus berdatangan secara bertubi-tubi. Proses pengambilan keputusan di berbagai strata kehidupan berlangsung terlalu lambat, bertele-tele dan menjadi sangat sukar dalam memecahkan berbagai isu yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. C. Integritas Filosofis dalam Dimensi Praksis Neo-Nasionalisme Fenomena Neo-Nasionalisme di Indonesia harus disambut dengan senantiasa mengedepankan kebersamaan, dalam membentuk kader-kader kelas menengah dan atas masyarakat bangsa sebagai agen pembaharu yang tangguh. Di samping itu perlu lebih mementingkan aspek persatuan bangsa sesuai dengan asas Pancasila, yang telah terbukti merupakan senjata paling ampuh dalam menghadapi segala macam rejim. Persatuan bangsa hanya `akan terwujud dalam karya-karya masyarakat yang terorganisasi, bukan hanya sekedar termobilisasi. Dalam mengurus organisasi negara, diperlukan manajemen bangsa, yang diselenggarakan oleh administrasi pemerintahan RI. Ukuran nilai administrasi negara, terdiri atas: Pertama, semangat atau moril yang tinggi, moral yang luhur yang secara keseluruhan merupakan mental kejiwaan masyarakat yang tanggap dan tanggon. Kedua, disiplin sosial yang tinggi karena merupakan syarat mutlak keberhasilan sistem demokrasi. Ketiga, rasa persatuan dalam kebangsaan tanpa diskriminasi dan sentimen SARA. dan Keempat, Kualitas dan profesionalisme masyarakat yang dibangun atas dasar ilmu dan teknologi tepat guna dari negara-negara maju. Pembangunan bangsa masa kini adalah demi masa sekarang dan demi masa depan. Dengan demikian maka prinsipnya hanya akan meliputi peningkatan kualitas pendidikan, teknologi, infrasturktur, network (jejaring) nasional dan internasional serta akses terhadap kapital (sumber daya keuangan). Tidak mengeksploitasi kekayaan alam sama sekali, terlebih lagi sumber daya alam yang tak terbarukan, sebagaimana sistem pembangunan pada bangsa Singapura, Jepang, Taiwan dan lain-lain yang tidak mempunyai sumber daya alam. Pada hakikatnya Neo-Nasionalisme merupakan satu integritas filsafati dari nasionalisme dan Islam tradisional, serta berbagai agama yang hidup dalam masyarakat pluralistis Indonesia, sehingga penggunaan bahasa dalam rangka mengungkapkan pemikirannya, termasuk refleksi kritis bangsa Indonesia terhadap ketidakadilan dunia, dapat dimengerti secara universal.
  • 7. A.M. Hendropriyono, Ide dan Praksis Neo-nasionalisme dalamā€¦ 81 Ontologi Neo-Nasionalisme yang jauh dari cita-cita untuk menguasai dunia yang mengglobal ini, membuat pemikiran tersebut jauh lebih realistis jika dibandingkan dengan Kosmopolitanisme dan kewarganegaraan dunia, sebagaimana cita-cita pencerahan para Kantianis. Demikian pula halnya jika dibandingkan dengan Daulah Islamiyah, sebagaimana cita-cita radikal Islam Universal. Tataran operasional Neo-Nasionalisme harus bersifat praksis, antisipatif dan evaluatif terhadap fenomena paradoks universalisme. Praksis yang bersifat antisipatif bagi Indonesia, dalam menyambut datangnya gelombang Neo-Nasionalisme abad ini, antara lain. 1. Memacu peningkatan kualitas pendidikan untuk membangun masyarakat profesional yang pada gilirannya mempertebal lapisan masyarakat Indonesia golongan menengah dan atas. Kompetisi positif pada lapisan-lapisan tersebut akan memperkecil gap antara kaya dan miskin. 2. Mengembalikan roh atau jiwa Pancasila ke dalam batang tubuh UUD 1945 hasil empat kali amandemen (Effendi, 2007). 3. Memperkuat barisan Islam tradisional (pribumi) dalam keberhadapannya dengan Islam Universal yang bertipologi radikal. 4. Memacu penerapan alih teknologi tepat guna, dalam meningkatkan segenap aspek ketahanan nasional. 5. Memacu pembangunan infrastruktur politik, sosial dan pertahanan atas dasar kearifan nasional. 6. Memacu pembangunan infrastruktur ekonomi, budaya dan keamanan atas dasar kearifan lokal. 7. Memacu pembangunan network (jejaring) ke berbagai sumber daya, utamanya ekonomi perdagangan nasional, regional dan internasional. 8. Membuka akses yang seluas-luasnya terhadap Kapital (sumber daya keuangan), baik di dalam maupun di luar negeri. 9. Memberlakukan sistem dwi-kewarganegaraan dengan negara- negara tertentu, yang bersifat simbiosis mutualistis dalam memecahkan berbagai common issues (isu bersama); misalnya, dalam mengatasi ledakan penduduk yang tak terelakkan, perlu kewargaan-ganda dengan negara yang jarang penduduknya. Demikian pula halnya untuk mencapai tujuan mendapatkan akses ke berbagai sumber kapital, yang terdapat di negara- negara maju dan kaya yang secara potensial tidak bertentangan dengan semangat nasionalisme Indonesia.
  • 8. Jurnal Filsafat Vol.18, Nomor 1, April 2008 82 10. Memberlakukan penyatuan mata uang regional negara-negara ASEAN. 11. Memberlakukan wajib militer terhadap rakyat Indonesia berkondisi produktif, berdasarkan konsep conscript (konskripsi) atau draft, dalam rangka konsolidasi persatuan nasional bangsa Indonesia yang anti sentimen SARA.2 12. Melakukan moratorium terhadap pengelolaan berbagai jenis sumber daya alam yang tak terbarukan. 13. Menyelenggarakan secara terus-menerus konsensus nasional menghadapi berbagai macam isu global. Dalam menghadapi isu separatisme, misalnya, harus diselenggarakan referendum nasional untuk menentukan pendapat rakyat, bukan referendum lokal seperti yang pernah dilakukan di Timor Timur pada 1999. 14. Meningkatkan akses secara berkelanjutan keberbagai badan kerjasama internasional dan lembaga hukum internasional. Kekalahan negara dalam sengketa internasional abad ini, cenderung merupakan akibat lemahnya kekuatan lobby universal, baik di The International Court of Justice maupun di The International Criminal of Court. 15. Melindungi segenap rakyat Indonesia dari aksi terorisme, dengan memberlakukan Undang-undang intelijen yang berada di luar The criminal justice system (sistem peradilan kriminal), sehingga mampu memberikan ruang bagi early warning system (sistem pencegahan dini). D. Penutup Keharmonisan dalam kehidupan yang interdependen (saling tergantung) antar suku, agama, ras dan golongan di dalam unit geopolitik Indonesia, merupakan hakikat dari Neo-Nasionalisme. AGHT yang paling mungkin akan dihadapi oleh Neo-Nasionalisme di negara-negara bangsa sebagai fenomena paradoksal, yaitu disintegrasi periferal, yang terjadi seiring dengan kemunculan entitas-entitas lokal. Kecenderungan tersebut hanya dapat ditangkal oleh penyempitan ruang gerak berbagai aspirasi sektarianisme dan primordialisme dalam masyarakat Indonesia yang majemuk. Berbagai kebijakan seperti peraturan-peraturan di berbagai daerah 2 Konsep ini merupakan penyesuaian dan juga sekaligus merupakan penyempurnaan dari Sistem Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata).
  • 9. A.M. Hendropriyono, Ide dan Praksis Neo-nasionalisme dalamā€¦ 83 yang bertentangan dengan praksis Pancasila, harus digugurkan melalui berbagai reviews, baik legislative review maupun executive review, sehingga tidak dapat meluas ke dalam aspek lain dalam domain kebijakan publik. -JF- DAFTAR PUSTAKA Arubusman, Muhyiddin, 2006. ā€œGerakan fundamentalisme Islam: dari Bawah Tanah sampai Perjuangan Politik Formalā€ dalam buku Terorisme di Tengah Arus Global Demokrasi, Editor: Syahdatul Kahfi, Penerbit Spectrum, Jakarta. Borradori, Giovanna, 2005, judul asli Philosophy in Time of Terror, diterjemahkan oleh Alfons Taryadi, dengan judul: Filsafat dalam Masa Teror, Dialog dengan JĆ¼rgen Habermas dan Jacques Derrida, Penerbit Buku Kompas, Jakarta. Castro, Fidel, 2002, War, Racism and Economy Injustice, Ocean Press, Melbourne. Effendi, Sofian, 2007, ā€œCeramah di forum Jati Diri Bangsaā€, Jakarta. Fakih, Mansour, 2006, Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi. Insist Press bekerjasama dengan Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Floriberta, Aning, 2006, Filsafat Pancasila Menurut Bung Karno/ Ir Soekarno, 1958, Penerbit Media Pressindo, Yogyakarta. Huntington, Samuel P. Benturan Antar Peradaban dan Masa Depan Politik Dunia, terjemahan oleh M Sadat Ismail, Penerbit Qalam, Yogyakarta. Isaak, Robert A, 2005. The Globalization Gap, Prentice Hall, New York. Kaelan, MS, 2004, Filsafat Analitis menurut Ludwig Wittgenstein. Penerbit Paradigma Yogyakarta. Maciavelli, Niccolo, 1513, The Prince. Miklethwait, John & Adrian Wooldridge, 2007, Masa Depan Sempurna, Tantangan dan Janji Globalisasi. Freedom Institute bekerjasama dengan Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Mugasejati, Nanang Pamuji & Martanto, Ucu, 2006. Kritik Globalisasi & Neo-Liberalisme. Seri kajian sosial politik
  • 10. Jurnal Filsafat Vol.18, Nomor 1, April 2008 84 kontemporer/editor seri : Purwo Santoso, I Gusti Ngurah Putra, Fisipol UGM, Yogyakarta. Nurhadi MA dan Kamdani, 2005, Kritik atas Akal Budi Praktis Imannuel Kant. Pustaka pelajar Yogyakarta. Paul Hirst & Grahame Thompson, 2001, Judul asli: Globalization in Question, diterjemahkan oleh P Soemitro dengan judul: Globalisasi adalah Mitos, Yayasan Obor Indonesia, edisi pertama, Jakarta. Paulsen, Friederich, 1902, Imannuel Kant: His live and doctrine, Scribner, New York. Salam, Mohamad Faisal.2005, Motivasi tindakan Terorisme, Penerbit Pustaka Ilmu, Bandung. Soeharto, 1989, Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya, Jakarta. Soejadi, 1999, Pancasila sebagai Sumber Tertib Hukum Indonesia, Lukman Offset, Yogyakarta. Soekarno, Ir, 1958. Kebangsaan Dalam Pancasila, Pidato pada kursus Pancasila 16 Juni 1958 di Istana Negara, Jakarta. ---------------, 1958. Kedaulatan Rakyat Dalam Pancasila. Pidato di depan kader-kader Pancasila pada 22 Juli 1958 di Istana Negara, Jakarta. Stiglitz, Joseph, 2002, Globalization and Its Discontents, New York, USA. Magis-Suseno, Franz von, 2006, Berebut jiwa bangsa, Penerbit Kompas, Jakarta. ----------------, 1994, Etika Politik, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Kant, Imannuel, 1956, Critique of Practical Reason, 1788, Terjemahan Lewis White Beck, The Liberal Arts Press. New York. Moerdiono, 1991. Kehidupan Kebangsaan yang Segar. Sekretariat Negara Republik Indonesia, Jakarta. Nurhadi, 2005. Kritik Atas Akal Budi Praktis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Tjahyadi, Lili, 1991, Hukum Moral Ajaran Immanuel Kant tentang Etika dan Imperatif Kategoris, Kanisius, Yogyakarta. Yunus, Muhammad, 2007. Bank Kaum Miskin, Terjemahan Irfan Nasution, PT Buku Kita, Jakarta