SlideShare a Scribd company logo
1 of 4
Download to read offline
Nasionalisme (Sejarah, Konsepsi dan Kritik Atasnya)
Oleh redaksi
Senin, 07 Mei 2012 19:48 - Terakhir Diupdate Senin, 07 Mei 2012 19:57
Sejarah dan Konsepsi
Kita tak mengetahui persis kapan tepatnya ide nasionalisme ini muncul. Banyak yang
beranggapan bahwa nasionalisme berkaitan erat dengan kekhasan etnis yang barangkali sama
tuanya dengan sejarah. Sejak zaman kuno, kita menyaksikan manusia telah mencoba
mengelompokkan dirinya dalam suatu hubungan sosial yang dibatasi oleh kesamaan budaya,
bahasa, etnis maupun agama atau kepercayaan. Seperti komunitas awal Saxon, Angle dan
Norman yang diyakini sebagai nenek moyang bangsa Inggris; Kerajaan Yamato (abad 4-7 M)
dengan pemujaan dewi matahari Amaterasu sebagai asal muasal bangsa Jepang;1 dan sejarah
Piasts (10-12 M) yang menjadi komponen munculnya Polandia sebagai sebuah bangsa.
Pada abad ke 19 ide nasionalisme baru diargumentasikan secara ilmiah. Adalah Johann
Gottlieb Fichte (seorang filsuf Jerman) yang mengenalkan ide nasionalisme -sebagai doktrin
ikatan kebangsaan- dalam karyanya “Addresses to The German Nation”.2 Secara etimologis,
sebagaimana yang dijelaskan oleh Roger Griffin, nasionalisme berasal dari kata nation
(bangsa) yang berasal dari bahasa latin natio. Kemudian istilah nasionalisme merujuk pada
makna daya hidup “kekuasaan rakyat” baru yang di Prancis sanggup menumbangkan sebuah
kerajaan.
Ada pula Erick Hobsbawn, yang berpandangan bahwa sejak tahun 1780 konsep nasionalisme
telah tumbuh dan berkembang di benua Amerika dan Eropa. Di Eropa sendiri, perbincangan
mengenai nasionalisme erat kaitannya dengan berbagai peristiwa penting yang terjadi di benua
tersebut. Meletusnya Revolusi Puritan (abad 17) di Inggris misalnya, dipercaya sebagai
manifestasi nasionalisme.
Eropa dalam abad 19, ternyata menjadi ladang yang subur bagi tumbuhnya mazhab baru
dalam nasionalisme, yaitu nasionalisme liberal. Doktrin ini didengungkan oleh tokoh intelektual
barat seperti Jean-Jacques Rousseau (1712 – 1778), Immanuel Kant (1724 – 1804), Jeremy
Bentham (1748 – 1832), Richard Cobden (1804 – 1865), John Bright (1811 – 1889), dan
Francisque Bouvet (1779 – 1871).3 Jika nasionalisme digambarkan oleh para tokoh ini sebagai
identitas etnis, homogenitas rasial, atau sejarah tertentu, dan cenderung mengunggulkan
bangsa sendiri maka nasionalisme liberal mengambil jalan yang berseberangan dengan
menunjukkan kebangsaan yang diidentifikasi sebagai kenegaraan dan kebebasan universal.
1 / 4
Nasionalisme (Sejarah, Konsepsi dan Kritik Atasnya)
Oleh redaksi
Senin, 07 Mei 2012 19:48 - Terakhir Diupdate Senin, 07 Mei 2012 19:57
J.S. Mill (1806 – 1873) sebagai tokoh nasionalisme menyerang doktrin kebangsaan yang
dihubungkan dengan sikap antipati terhadap orang asing. Jadi doktrin ini diyakini oleh para
pengusung liberalisme sebagai doktrin yang menjunjung nilai kebebasan universal ketimbang
nasionalisme yang mengedepankan pengutamaan bangsa sendiri.
Nasionalisme yang diyakini sebagai ide yang murni lahir dari Barat, akhirnya menjalar ke dunia
Timur yang sebagian besar adalah wilayah jajahan negara-negara Barat. Sebagai gejala
historis, nasionalisme ini merupakan respon terhadap suasana politik, ekonomi, budaya dan
terutama terhadap penjajahan. Itulah mengapa, nasionalisme yang bersifat antikolonialisme
menjadi ide yang sangat laku di negara jajahan terlebih pasca kemerdekaan.
Di Indonesia sendiri, munculnya Boedi Utomo dianggap sebagai awal berkembangnya
perjuangan dengan rasa nasionalisme. Walaupun sebenarnya organisasi ini terbentuk dari
ikatan yang lebih sempit yaitu ikatan kesukuan. Pasca kemerdekaan, nasionalisme mewarnai
falsafah negara yang begitu aktif dikampanyekan oleh Soekarno sebagai bentuk penolakan
terhadap imperialisme.
Catatan Kritis
Ide nasionalisme sebenarnya tidaklah mampu menjadi ikatan yang permanen di antara
manusia. Mengapa? Sebagai manifestasi dari naluri mempertahankan diri atau daya hidup
(gharizatul baqa), ikatan ini bersifat temporal dan tidak permanen. Dalam pandangan Steven
Grosby,4 antusiasme patriotik (sebagai penampakan ikatan kebangsaan) hanya muncul saat
terjadi perang dan berlangsung secara singkat. Ini artinya, sifat temporalnya sangat dipengaruhi
oleh ada dan tidaknya ancaman dari luar. Jika ancaman dari luar muncul maka rasa
nasionalisme tumbuh (sebagai ide antikolonialisme), begitu ancaman itu hilang maka rasa dan
ikatan itu pun melemah.
Pandangan Grosby sebenarnya menggambarkan patriotisme. Sekalipun lahir dari rahim yang
2 / 4
Nasionalisme (Sejarah, Konsepsi dan Kritik Atasnya)
Oleh redaksi
Senin, 07 Mei 2012 19:48 - Terakhir Diupdate Senin, 07 Mei 2012 19:57
sama yakni dari naluri mempertahankan diri, Syeikh Taqiyuddin An-Nabhani dalam kitabnya
Nizhamul Islam membedakannya dari nasionalisme. Nasionalisme merujuk pada makna
kecintaan akan bangsa sendiri dan cenderung ingin menguasai bangsa lain. Kedua-duanya
sejatinya adalah ikatan yang lemah. Dan kedua-duanya pula tak memiliki konsepsi yang jelas
untuk mengatur umat manusia.
Sentimen nasionalistis cenderung menjadi irasional dan fanatis. Seringkali sikap permusuhan
kepada bangsa lain muncul dari nasionalisme yang telah mendarahdaging. Di Eropa, sikap
nasionalisme nyaris membuahkan perang saat Hooligan memukul para suporter lawan dalam
pertandingan bola. Di Jerman, nasionalisme yang cenderung berlandaskan ikatan “darah” yang
emosional memunculkan sikap anti-semit. Maka tak heran jika selama Hitler bersama Nazi
berkuasa lahir undang-undang yang diskriminatif terhadap orang-orang Yahudi. Blut and Boden
(Darah dan Tanah Air), inilah gagasan yang mewarnai doktrin nasionalisme yang seringkali
dikampanyekan oleh Nazi.5
Dalam catatan sejarah, kita sebagai muslim tidak mungkin melupakan bagaimana wilayah umat
Islam yang begitu luas dibagi-bagi berdasarkan kesamaan etnis dan budaya. Nasionalisme
bertanggungjawab atas perpecahan yang terjadi di dunia Islam dan pemberontakan kaum Arab
terhadap Khilafah Islamiyah. Cara paling sederhana yang dilakukan Barat untuk menyuntikkan
ide nasionalisme adalah melalui bendera. Kaum nasionalisme Arab menyetujui komposisi
empat warna sebagai warna dasar bendera: merah, hitam, hijau dan putih. Padahal bendera
yang legal secara syar’i adalah sebagaimana yang ditunjukkan oleh Rasulullah Saw dan para
Sahabat yang bertuliskan lafadz “Laa ilaha illaLlah” dan terdiri dari dua warna: hitam dan putih.
Inilah bendera yang layak dijadikan simbol persatuan umat Islam.
Nabi Saw telah memperingatkan kita akan bahaya berdiri di bawah bendera fanatisme, “...dan
barangsiapa yang berperang di bawah bendera ketidakjelasan dan menyeru kepada
kefanatikan atau marah karena fanatik kemudian terbunuh maka terbunuhnya secara jahiliyah.”
Ikatan nasionalisme jelas tak bisa dijadikan ikatan di antara umat Islam. Ada ikatan yang lebih
kuat, yakni ikatan ideologi Islam. Inilah ikatan yang lebih diunggulkan. Ikatan yang telah
memuliakan seorang Salman yang berkebangsaan Persia karena keislamannya, dan
menghinakan bangsawan mulia Abu Lahab karena kekafirannya. Ikatan tauhid yang tidak
memandang etnis, suku, keluarga dan warna kulit telah mampu menyatukan manusia tanpa
dibatasi sepotong tanah dan sekerat wilayah.
Perhatikanlah bagaimana Allah memberikan gambaran tentang ikatan aqidah yang hakiki,
"sesungguhnya kaum mukmin itu bersaudara" (QS al-Hujurat [49] : 10). Ini artinya, siapa pun
mereka (walau berbeda ras/etnik dan warna kulit) selama ia muslim adalah bersaudara. Saat
3 / 4
Nasionalisme (Sejarah, Konsepsi dan Kritik Atasnya)
Oleh redaksi
Senin, 07 Mei 2012 19:48 - Terakhir Diupdate Senin, 07 Mei 2012 19:57
Islam memperhatikan nasib muslim dimana pun mereka berada, justru nasionalisme menutup
mata kita untuk memperhatikan nasib umat Muslim di Palestina yang dijajah Israel,
nasionalisme menutup telinga kita untuk mendengar jeritan umat Muslim di Afghanistan dan
Irak, hanya karena beranggapan bahwa mereka bukan bagian dari bangsa kita. Menyakitkan!
Mempertahankan nasionalisme sama artinya kita bertahan dalam kebodohan dan terpenjara
dalam ikatan kebangsaan yang sempit. Tidak ada waktu lagi bagi kita kecuali membunuh
doktrin ini, agar kita kembali menjadi muslim seutuhnya. Dan menyerukan penyatuan dan
penghapusan sekat-sekat negara agar kita kembali berada di bawah bendera yang satu, Islam!
Oleh: Kusnady ar-Razi (Korda SENADA Malang)
 
Catatan kaki:
1. Steven Grosby dalam “Sejarah Nasionalisme”, hal. 10
2. ibid
3. Roger Griffin dalam “Ideologi Politik Kontemporer”, hal. 215
4. Sejarah Nasionalisme, hal. 26
5. Harun Yahya dalam karyanya “Nasionalisme Romantik, hal.13
4 / 4

More Related Content

What's hot

Perkembangan paham2 di dunia
Perkembangan paham2 di duniaPerkembangan paham2 di dunia
Perkembangan paham2 di duniaRinana Nanae
 
PPAB GmnI FISIP Undip 2021: Marhaenisme (28 Maret 2021)
PPAB GmnI FISIP Undip 2021: Marhaenisme (28 Maret 2021)PPAB GmnI FISIP Undip 2021: Marhaenisme (28 Maret 2021)
PPAB GmnI FISIP Undip 2021: Marhaenisme (28 Maret 2021)DPK GmnI FISIP Undip
 
PPAB GmnI FISIP Undip 2021: Pengantar Nasionalisme Indonesia (27 Maret 2021)
PPAB GmnI FISIP Undip 2021: Pengantar Nasionalisme Indonesia (27 Maret 2021)PPAB GmnI FISIP Undip 2021: Pengantar Nasionalisme Indonesia (27 Maret 2021)
PPAB GmnI FISIP Undip 2021: Pengantar Nasionalisme Indonesia (27 Maret 2021)DPK GmnI FISIP Undip
 
Nasionalisme, Liberalisme, dan Sosialisme
Nasionalisme, Liberalisme, dan SosialismeNasionalisme, Liberalisme, dan Sosialisme
Nasionalisme, Liberalisme, dan SosialismeFitri Nurullita
 
Kelompok 2 sejarah liberal
Kelompok 2 sejarah liberalKelompok 2 sejarah liberal
Kelompok 2 sejarah liberalAhmad Subagio
 
Ideologi dunia dan pengaruhnya terhadap gerakan nasionalisme di Asia afrika
Ideologi dunia dan pengaruhnya terhadap gerakan nasionalisme di Asia afrikaIdeologi dunia dan pengaruhnya terhadap gerakan nasionalisme di Asia afrika
Ideologi dunia dan pengaruhnya terhadap gerakan nasionalisme di Asia afrikafira aini
 
Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan Oktaviani Barut
 
Kelompok 3 perkembangan sosialisme
Kelompok 3 perkembangan sosialismeKelompok 3 perkembangan sosialisme
Kelompok 3 perkembangan sosialismeAhmad Subagio
 
Paham Liberalisme dan Perkembangannya
Paham Liberalisme dan PerkembangannyaPaham Liberalisme dan Perkembangannya
Paham Liberalisme dan PerkembangannyaWashfa Aulia
 
Kelompok 1 demokrasi
Kelompok 1 demokrasiKelompok 1 demokrasi
Kelompok 1 demokrasiAhmad Subagio
 
Kelompok 3 perkembangan sosialisme
Kelompok 3 perkembangan sosialismeKelompok 3 perkembangan sosialisme
Kelompok 3 perkembangan sosialismeAhmad Subagio
 
Kelompok 4 nasionalisme
Kelompok 4 nasionalismeKelompok 4 nasionalisme
Kelompok 4 nasionalismeAhmad Subagio
 
Nasionalisme di Indonesia
Nasionalisme di IndonesiaNasionalisme di Indonesia
Nasionalisme di IndonesiaIfan Islami
 
Bab v nilai filosofis sila iii
Bab v nilai filosofis sila iiiBab v nilai filosofis sila iii
Bab v nilai filosofis sila iiifanny oktaviani
 
PERTUMBUHAN PAHAM KEBANGSAAN
PERTUMBUHAN PAHAM KEBANGSAANPERTUMBUHAN PAHAM KEBANGSAAN
PERTUMBUHAN PAHAM KEBANGSAANHafiza .h
 

What's hot (20)

Perkembangan paham2 di dunia
Perkembangan paham2 di duniaPerkembangan paham2 di dunia
Perkembangan paham2 di dunia
 
PPAB GmnI FISIP Undip 2021: Marhaenisme (28 Maret 2021)
PPAB GmnI FISIP Undip 2021: Marhaenisme (28 Maret 2021)PPAB GmnI FISIP Undip 2021: Marhaenisme (28 Maret 2021)
PPAB GmnI FISIP Undip 2021: Marhaenisme (28 Maret 2021)
 
PPAB GmnI FISIP Undip 2021: Pengantar Nasionalisme Indonesia (27 Maret 2021)
PPAB GmnI FISIP Undip 2021: Pengantar Nasionalisme Indonesia (27 Maret 2021)PPAB GmnI FISIP Undip 2021: Pengantar Nasionalisme Indonesia (27 Maret 2021)
PPAB GmnI FISIP Undip 2021: Pengantar Nasionalisme Indonesia (27 Maret 2021)
 
Demokrasi dalam sosialisme modern
Demokrasi dalam sosialisme modernDemokrasi dalam sosialisme modern
Demokrasi dalam sosialisme modern
 
Nasionalisme, Liberalisme, dan Sosialisme
Nasionalisme, Liberalisme, dan SosialismeNasionalisme, Liberalisme, dan Sosialisme
Nasionalisme, Liberalisme, dan Sosialisme
 
Kelompok 2 sejarah liberal
Kelompok 2 sejarah liberalKelompok 2 sejarah liberal
Kelompok 2 sejarah liberal
 
Ideologi dunia dan pengaruhnya terhadap gerakan nasionalisme di Asia afrika
Ideologi dunia dan pengaruhnya terhadap gerakan nasionalisme di Asia afrikaIdeologi dunia dan pengaruhnya terhadap gerakan nasionalisme di Asia afrika
Ideologi dunia dan pengaruhnya terhadap gerakan nasionalisme di Asia afrika
 
Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan
 
Kelompok 3 perkembangan sosialisme
Kelompok 3 perkembangan sosialismeKelompok 3 perkembangan sosialisme
Kelompok 3 perkembangan sosialisme
 
Paham Liberalisme dan Perkembangannya
Paham Liberalisme dan PerkembangannyaPaham Liberalisme dan Perkembangannya
Paham Liberalisme dan Perkembangannya
 
LIBERALISME
LIBERALISMELIBERALISME
LIBERALISME
 
Kelompok 1 demokrasi
Kelompok 1 demokrasiKelompok 1 demokrasi
Kelompok 1 demokrasi
 
Kelompok 3 perkembangan sosialisme
Kelompok 3 perkembangan sosialismeKelompok 3 perkembangan sosialisme
Kelompok 3 perkembangan sosialisme
 
Kelompok 4 nasionalisme
Kelompok 4 nasionalismeKelompok 4 nasionalisme
Kelompok 4 nasionalisme
 
Buku ajar spni
Buku ajar spniBuku ajar spni
Buku ajar spni
 
Nasionalisme di Indonesia
Nasionalisme di IndonesiaNasionalisme di Indonesia
Nasionalisme di Indonesia
 
Bab v nilai filosofis sila iii
Bab v nilai filosofis sila iiiBab v nilai filosofis sila iii
Bab v nilai filosofis sila iii
 
Maharani syafi'i
Maharani syafi'iMaharani syafi'i
Maharani syafi'i
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
PERTUMBUHAN PAHAM KEBANGSAAN
PERTUMBUHAN PAHAM KEBANGSAANPERTUMBUHAN PAHAM KEBANGSAAN
PERTUMBUHAN PAHAM KEBANGSAAN
 

Viewers also liked

Manhaj Ahlussunnah Wal Jama'ah "Sirotulmustaqim"
Manhaj Ahlussunnah Wal Jama'ah "Sirotulmustaqim"Manhaj Ahlussunnah Wal Jama'ah "Sirotulmustaqim"
Manhaj Ahlussunnah Wal Jama'ah "Sirotulmustaqim"Anas Abdillah Al Cilacapi
 
Aqidah Ahlussunnah wal-Jamaah
Aqidah Ahlussunnah wal-JamaahAqidah Ahlussunnah wal-Jamaah
Aqidah Ahlussunnah wal-JamaahZaffer Khan
 
SUKSES DUNIA-AKHIRAT KARENA MEMAHAMI AL QUR’AN & SAINS DENGAN BENAR
SUKSES DUNIA-AKHIRAT KARENA MEMAHAMI AL QUR’AN & SAINS DENGAN BENARSUKSES DUNIA-AKHIRAT KARENA MEMAHAMI AL QUR’AN & SAINS DENGAN BENAR
SUKSES DUNIA-AKHIRAT KARENA MEMAHAMI AL QUR’AN & SAINS DENGAN BENARpropadeus
 
Melangkah Benar dengan Pendekatan TaMaLa
Melangkah Benar dengan Pendekatan TaMaLaMelangkah Benar dengan Pendekatan TaMaLa
Melangkah Benar dengan Pendekatan TaMaLapropadeus
 
Islam yang Peduli Sains
Islam yang Peduli SainsIslam yang Peduli Sains
Islam yang Peduli Sainspropadeus
 
Epistemologi pendidikan islam
Epistemologi pendidikan islamEpistemologi pendidikan islam
Epistemologi pendidikan islambelex
 
Consumers in Crisis: The Segmentation Model
Consumers in Crisis: The Segmentation ModelConsumers in Crisis: The Segmentation Model
Consumers in Crisis: The Segmentation ModelYuswohady
 
Mengapa Harus Terus Tarbiyah
Mengapa Harus Terus TarbiyahMengapa Harus Terus Tarbiyah
Mengapa Harus Terus TarbiyahDetti Febrina
 
Growing indonesia Consuming Class Profile
Growing indonesia Consuming Class ProfileGrowing indonesia Consuming Class Profile
Growing indonesia Consuming Class ProfileAndre Handoyo
 
Basic training allisya
Basic training allisyaBasic training allisya
Basic training allisyaAlam Rojo
 
Marketing to the Middle Class Muslim
Marketing to the Middle Class MuslimMarketing to the Middle Class Muslim
Marketing to the Middle Class MuslimYuswohady
 
Indonesia Middle Class Muslim
Indonesia Middle Class MuslimIndonesia Middle Class Muslim
Indonesia Middle Class MuslimYuswohady
 
Sejarah perkembangan islam di dunia
Sejarah perkembangan islam di duniaSejarah perkembangan islam di dunia
Sejarah perkembangan islam di duniaAbi Hutomo
 
8 Wajah Kelas Menengah Indonesia
8 Wajah Kelas Menengah Indonesia8 Wajah Kelas Menengah Indonesia
8 Wajah Kelas Menengah IndonesiaYuswohady
 
[White Paper] Indonesia 2020: The Urban Middle-Class Millennials
[White Paper] Indonesia 2020: The Urban Middle-Class Millennials[White Paper] Indonesia 2020: The Urban Middle-Class Millennials
[White Paper] Indonesia 2020: The Urban Middle-Class MillennialsHasanuddin Ali
 

Viewers also liked (20)

Nasionalisme mesir
Nasionalisme mesirNasionalisme mesir
Nasionalisme mesir
 
Manhaj Ahlussunnah Wal Jama'ah "Sirotulmustaqim"
Manhaj Ahlussunnah Wal Jama'ah "Sirotulmustaqim"Manhaj Ahlussunnah Wal Jama'ah "Sirotulmustaqim"
Manhaj Ahlussunnah Wal Jama'ah "Sirotulmustaqim"
 
Aqidah Ahlussunnah wal-Jamaah
Aqidah Ahlussunnah wal-JamaahAqidah Ahlussunnah wal-Jamaah
Aqidah Ahlussunnah wal-Jamaah
 
Tarbiyah fardiyah
Tarbiyah fardiyahTarbiyah fardiyah
Tarbiyah fardiyah
 
SUKSES DUNIA-AKHIRAT KARENA MEMAHAMI AL QUR’AN & SAINS DENGAN BENAR
SUKSES DUNIA-AKHIRAT KARENA MEMAHAMI AL QUR’AN & SAINS DENGAN BENARSUKSES DUNIA-AKHIRAT KARENA MEMAHAMI AL QUR’AN & SAINS DENGAN BENAR
SUKSES DUNIA-AKHIRAT KARENA MEMAHAMI AL QUR’AN & SAINS DENGAN BENAR
 
Melangkah Benar dengan Pendekatan TaMaLa
Melangkah Benar dengan Pendekatan TaMaLaMelangkah Benar dengan Pendekatan TaMaLa
Melangkah Benar dengan Pendekatan TaMaLa
 
Islam yang Peduli Sains
Islam yang Peduli SainsIslam yang Peduli Sains
Islam yang Peduli Sains
 
Epistemologi pendidikan islam
Epistemologi pendidikan islamEpistemologi pendidikan islam
Epistemologi pendidikan islam
 
Aswaja
AswajaAswaja
Aswaja
 
Consumers in Crisis: The Segmentation Model
Consumers in Crisis: The Segmentation ModelConsumers in Crisis: The Segmentation Model
Consumers in Crisis: The Segmentation Model
 
Mengapa Harus Terus Tarbiyah
Mengapa Harus Terus TarbiyahMengapa Harus Terus Tarbiyah
Mengapa Harus Terus Tarbiyah
 
Growing indonesia Consuming Class Profile
Growing indonesia Consuming Class ProfileGrowing indonesia Consuming Class Profile
Growing indonesia Consuming Class Profile
 
Basic training allisya
Basic training allisyaBasic training allisya
Basic training allisya
 
Marketing to the Middle Class Muslim
Marketing to the Middle Class MuslimMarketing to the Middle Class Muslim
Marketing to the Middle Class Muslim
 
Indonesia Middle Class Muslim
Indonesia Middle Class MuslimIndonesia Middle Class Muslim
Indonesia Middle Class Muslim
 
Sejarah perkembangan islam di dunia
Sejarah perkembangan islam di duniaSejarah perkembangan islam di dunia
Sejarah perkembangan islam di dunia
 
8 Wajah Kelas Menengah Indonesia
8 Wajah Kelas Menengah Indonesia8 Wajah Kelas Menengah Indonesia
8 Wajah Kelas Menengah Indonesia
 
Power point berhijab
Power point berhijabPower point berhijab
Power point berhijab
 
[White Paper] Indonesia 2020: The Urban Middle-Class Millennials
[White Paper] Indonesia 2020: The Urban Middle-Class Millennials[White Paper] Indonesia 2020: The Urban Middle-Class Millennials
[White Paper] Indonesia 2020: The Urban Middle-Class Millennials
 
Masa kejayaan islam yang dinantikan kembali
Masa kejayaan islam yang dinantikan kembaliMasa kejayaan islam yang dinantikan kembali
Masa kejayaan islam yang dinantikan kembali
 

Similar to Sejarah Nasionalisme

KELAS 11 (KEBANGKITAN HEROISME DAN KESADARAN KEBANGSAAN).docx
KELAS 11 (KEBANGKITAN HEROISME DAN KESADARAN KEBANGSAAN).docxKELAS 11 (KEBANGKITAN HEROISME DAN KESADARAN KEBANGSAAN).docx
KELAS 11 (KEBANGKITAN HEROISME DAN KESADARAN KEBANGSAAN).docxdevvypertiwi
 
KONSTRUKSI NASIONALISME RELIGIUS: Relasi Cinta dan Harga Diri dalam Karya Sas...
KONSTRUKSI NASIONALISME RELIGIUS: Relasi Cinta dan Harga Diri dalam Karya Sas...KONSTRUKSI NASIONALISME RELIGIUS: Relasi Cinta dan Harga Diri dalam Karya Sas...
KONSTRUKSI NASIONALISME RELIGIUS: Relasi Cinta dan Harga Diri dalam Karya Sas...Episteme IAIN Tulungagung
 
IDE DAN PRAKSIS NEO-NASIONALISME DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI
IDE DAN PRAKSIS NEO-NASIONALISME DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASIIDE DAN PRAKSIS NEO-NASIONALISME DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI
IDE DAN PRAKSIS NEO-NASIONALISME DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASIKuliahMandiri.org
 
Character Building Nasionalisme
Character Building NasionalismeCharacter Building Nasionalisme
Character Building NasionalismeIsaka Yoga
 
Nasionalisme kita
Nasionalisme kitaNasionalisme kita
Nasionalisme kitaIndra Jaya
 
Nasionalisme di era globalisasi
Nasionalisme di era globalisasiNasionalisme di era globalisasi
Nasionalisme di era globalisasiDzikriani Yugi
 
92 e96358d01 refleksi sumpah pemuda
92 e96358d01 refleksi sumpah pemuda92 e96358d01 refleksi sumpah pemuda
92 e96358d01 refleksi sumpah pemudaEric Galih
 
Nasionalisme dalam pandangan Syariah Islam
Nasionalisme dalam pandangan Syariah IslamNasionalisme dalam pandangan Syariah Islam
Nasionalisme dalam pandangan Syariah IslamAlat_Survey_Pemetaan
 
Kekejaman holokaus. indonesian. bahasa indonesia
Kekejaman holokaus. indonesian. bahasa indonesiaKekejaman holokaus. indonesian. bahasa indonesia
Kekejaman holokaus. indonesian. bahasa indonesiaHarunyahyaBahasaIndonesia
 

Similar to Sejarah Nasionalisme (20)

Seputar Nasionalisme
Seputar NasionalismeSeputar Nasionalisme
Seputar Nasionalisme
 
KELAS 11 (KEBANGKITAN HEROISME DAN KESADARAN KEBANGSAAN).docx
KELAS 11 (KEBANGKITAN HEROISME DAN KESADARAN KEBANGSAAN).docxKELAS 11 (KEBANGKITAN HEROISME DAN KESADARAN KEBANGSAAN).docx
KELAS 11 (KEBANGKITAN HEROISME DAN KESADARAN KEBANGSAAN).docx
 
Nasionalisme itu Sampah
Nasionalisme itu SampahNasionalisme itu Sampah
Nasionalisme itu Sampah
 
3304118 makalah
3304118 makalah3304118 makalah
3304118 makalah
 
KONSTRUKSI NASIONALISME RELIGIUS: Relasi Cinta dan Harga Diri dalam Karya Sas...
KONSTRUKSI NASIONALISME RELIGIUS: Relasi Cinta dan Harga Diri dalam Karya Sas...KONSTRUKSI NASIONALISME RELIGIUS: Relasi Cinta dan Harga Diri dalam Karya Sas...
KONSTRUKSI NASIONALISME RELIGIUS: Relasi Cinta dan Harga Diri dalam Karya Sas...
 
Makalah wawasan-kebangsaan
Makalah wawasan-kebangsaanMakalah wawasan-kebangsaan
Makalah wawasan-kebangsaan
 
Bahan perkuliahan ke 8
Bahan perkuliahan ke 8Bahan perkuliahan ke 8
Bahan perkuliahan ke 8
 
Nasionalisme
NasionalismeNasionalisme
Nasionalisme
 
IDE DAN PRAKSIS NEO-NASIONALISME DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI
IDE DAN PRAKSIS NEO-NASIONALISME DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASIIDE DAN PRAKSIS NEO-NASIONALISME DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI
IDE DAN PRAKSIS NEO-NASIONALISME DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI
 
Character Building Nasionalisme
Character Building NasionalismeCharacter Building Nasionalisme
Character Building Nasionalisme
 
Krisis nasionalisme
Krisis nasionalismeKrisis nasionalisme
Krisis nasionalisme
 
Nasionalisme kita
Nasionalisme kitaNasionalisme kita
Nasionalisme kita
 
Nasionalisme di era globalisasi
Nasionalisme di era globalisasiNasionalisme di era globalisasi
Nasionalisme di era globalisasi
 
Nasionalisme (ISBD)
Nasionalisme (ISBD)Nasionalisme (ISBD)
Nasionalisme (ISBD)
 
92 e96358d01 refleksi sumpah pemuda
92 e96358d01 refleksi sumpah pemuda92 e96358d01 refleksi sumpah pemuda
92 e96358d01 refleksi sumpah pemuda
 
Nasionalisme dalam pandangan Syariah Islam
Nasionalisme dalam pandangan Syariah IslamNasionalisme dalam pandangan Syariah Islam
Nasionalisme dalam pandangan Syariah Islam
 
Kekejaman holokaus. indonesian. bahasa indonesia
Kekejaman holokaus. indonesian. bahasa indonesiaKekejaman holokaus. indonesian. bahasa indonesia
Kekejaman holokaus. indonesian. bahasa indonesia
 
Nasionalisme vs ukhuwah islamiyah
Nasionalisme vs ukhuwah islamiyahNasionalisme vs ukhuwah islamiyah
Nasionalisme vs ukhuwah islamiyah
 
NASIONALISME.ppt
NASIONALISME.pptNASIONALISME.ppt
NASIONALISME.ppt
 
Makalah PAI
Makalah PAIMakalah PAI
Makalah PAI
 

More from Alat_Survey_Pemetaan

Media kafir, demokrasi, dan mekanisme sistem dajjal
Media kafir, demokrasi, dan mekanisme sistem dajjalMedia kafir, demokrasi, dan mekanisme sistem dajjal
Media kafir, demokrasi, dan mekanisme sistem dajjalAlat_Survey_Pemetaan
 
Daftar Tugas Hidrologi Prodi Pendidikan Teknik Bangunan 2011 Universitas Pen...
Daftar Tugas Hidrologi Prodi Pendidikan Teknik Bangunan  2011 Universitas Pen...Daftar Tugas Hidrologi Prodi Pendidikan Teknik Bangunan  2011 Universitas Pen...
Daftar Tugas Hidrologi Prodi Pendidikan Teknik Bangunan 2011 Universitas Pen...Alat_Survey_Pemetaan
 
Subsidi bbm dicabut mensejahterakan atau menyengsarakan?
Subsidi bbm dicabut mensejahterakan atau menyengsarakan?Subsidi bbm dicabut mensejahterakan atau menyengsarakan?
Subsidi bbm dicabut mensejahterakan atau menyengsarakan?Alat_Survey_Pemetaan
 
Benarkah demokrasi sistem yang unggul �
Benarkah demokrasi sistem yang unggul �Benarkah demokrasi sistem yang unggul �
Benarkah demokrasi sistem yang unggul �Alat_Survey_Pemetaan
 
Laporan Perkembangan Peserta Didik Taman Kanak-Kanak _ Rhoudoh Mualifah Fadhilah
Laporan Perkembangan Peserta Didik Taman Kanak-Kanak _ Rhoudoh Mualifah FadhilahLaporan Perkembangan Peserta Didik Taman Kanak-Kanak _ Rhoudoh Mualifah Fadhilah
Laporan Perkembangan Peserta Didik Taman Kanak-Kanak _ Rhoudoh Mualifah FadhilahAlat_Survey_Pemetaan
 
Kelahiran terorisme yang disponsori negara
Kelahiran terorisme yang disponsori negaraKelahiran terorisme yang disponsori negara
Kelahiran terorisme yang disponsori negaraAlat_Survey_Pemetaan
 
Pentingnya Muktamar Khilafah 1434 H
Pentingnya Muktamar Khilafah 1434 HPentingnya Muktamar Khilafah 1434 H
Pentingnya Muktamar Khilafah 1434 HAlat_Survey_Pemetaan
 
Sebagaimana kematian, tegaknya Khilafah adalah kepastian
Sebagaimana kematian, tegaknya Khilafah adalah kepastianSebagaimana kematian, tegaknya Khilafah adalah kepastian
Sebagaimana kematian, tegaknya Khilafah adalah kepastianAlat_Survey_Pemetaan
 
Khilafah runtuh karena nasionalisme
Khilafah runtuh karena nasionalismeKhilafah runtuh karena nasionalisme
Khilafah runtuh karena nasionalismeAlat_Survey_Pemetaan
 
Pertanyaan yang menjebak _ mana nash yang menyebut wajibnya Khilafah
Pertanyaan yang menjebak _ mana nash yang menyebut wajibnya Khilafah Pertanyaan yang menjebak _ mana nash yang menyebut wajibnya Khilafah
Pertanyaan yang menjebak _ mana nash yang menyebut wajibnya Khilafah Alat_Survey_Pemetaan
 
Khilafah _ perhatikan konsepnya, jangan hanya lihat istilahnya
Khilafah _ perhatikan konsepnya, jangan hanya lihat istilahnyaKhilafah _ perhatikan konsepnya, jangan hanya lihat istilahnya
Khilafah _ perhatikan konsepnya, jangan hanya lihat istilahnyaAlat_Survey_Pemetaan
 
Tuhan jenis apa yang legalkan homoseks?
Tuhan jenis apa yang legalkan homoseks? Tuhan jenis apa yang legalkan homoseks?
Tuhan jenis apa yang legalkan homoseks? Alat_Survey_Pemetaan
 
Sistem pendidikan ala demokrasi gagal ini solusinya ! asas dan format pendidi...
Sistem pendidikan ala demokrasi gagal ini solusinya ! asas dan format pendidi...Sistem pendidikan ala demokrasi gagal ini solusinya ! asas dan format pendidi...
Sistem pendidikan ala demokrasi gagal ini solusinya ! asas dan format pendidi...Alat_Survey_Pemetaan
 

More from Alat_Survey_Pemetaan (20)

Media kafir, demokrasi, dan mekanisme sistem dajjal
Media kafir, demokrasi, dan mekanisme sistem dajjalMedia kafir, demokrasi, dan mekanisme sistem dajjal
Media kafir, demokrasi, dan mekanisme sistem dajjal
 
Daftar Tugas Hidrologi Prodi Pendidikan Teknik Bangunan 2011 Universitas Pen...
Daftar Tugas Hidrologi Prodi Pendidikan Teknik Bangunan  2011 Universitas Pen...Daftar Tugas Hidrologi Prodi Pendidikan Teknik Bangunan  2011 Universitas Pen...
Daftar Tugas Hidrologi Prodi Pendidikan Teknik Bangunan 2011 Universitas Pen...
 
Subsidi bbm dicabut mensejahterakan atau menyengsarakan?
Subsidi bbm dicabut mensejahterakan atau menyengsarakan?Subsidi bbm dicabut mensejahterakan atau menyengsarakan?
Subsidi bbm dicabut mensejahterakan atau menyengsarakan?
 
Benarkah demokrasi sistem yang unggul �
Benarkah demokrasi sistem yang unggul �Benarkah demokrasi sistem yang unggul �
Benarkah demokrasi sistem yang unggul �
 
Laporan Perkembangan Peserta Didik Taman Kanak-Kanak _ Rhoudoh Mualifah Fadhilah
Laporan Perkembangan Peserta Didik Taman Kanak-Kanak _ Rhoudoh Mualifah FadhilahLaporan Perkembangan Peserta Didik Taman Kanak-Kanak _ Rhoudoh Mualifah Fadhilah
Laporan Perkembangan Peserta Didik Taman Kanak-Kanak _ Rhoudoh Mualifah Fadhilah
 
Kelahiran terorisme yang disponsori negara
Kelahiran terorisme yang disponsori negaraKelahiran terorisme yang disponsori negara
Kelahiran terorisme yang disponsori negara
 
Pentingnya Muktamar Khilafah 1434 H
Pentingnya Muktamar Khilafah 1434 HPentingnya Muktamar Khilafah 1434 H
Pentingnya Muktamar Khilafah 1434 H
 
Sebagaimana kematian, tegaknya Khilafah adalah kepastian
Sebagaimana kematian, tegaknya Khilafah adalah kepastianSebagaimana kematian, tegaknya Khilafah adalah kepastian
Sebagaimana kematian, tegaknya Khilafah adalah kepastian
 
Nasionalisme dan persatuan bangsa
Nasionalisme dan persatuan bangsaNasionalisme dan persatuan bangsa
Nasionalisme dan persatuan bangsa
 
Khilafah runtuh karena nasionalisme
Khilafah runtuh karena nasionalismeKhilafah runtuh karena nasionalisme
Khilafah runtuh karena nasionalisme
 
Pertanyaan yang menjebak _ mana nash yang menyebut wajibnya Khilafah
Pertanyaan yang menjebak _ mana nash yang menyebut wajibnya Khilafah Pertanyaan yang menjebak _ mana nash yang menyebut wajibnya Khilafah
Pertanyaan yang menjebak _ mana nash yang menyebut wajibnya Khilafah
 
Khilafah _ perhatikan konsepnya, jangan hanya lihat istilahnya
Khilafah _ perhatikan konsepnya, jangan hanya lihat istilahnyaKhilafah _ perhatikan konsepnya, jangan hanya lihat istilahnya
Khilafah _ perhatikan konsepnya, jangan hanya lihat istilahnya
 
Tuhan jenis apa yang legalkan homoseks?
Tuhan jenis apa yang legalkan homoseks? Tuhan jenis apa yang legalkan homoseks?
Tuhan jenis apa yang legalkan homoseks?
 
Sistem pendidikan ala demokrasi gagal ini solusinya ! asas dan format pendidi...
Sistem pendidikan ala demokrasi gagal ini solusinya ! asas dan format pendidi...Sistem pendidikan ala demokrasi gagal ini solusinya ! asas dan format pendidi...
Sistem pendidikan ala demokrasi gagal ini solusinya ! asas dan format pendidi...
 
Menggugat Toleransi
Menggugat ToleransiMenggugat Toleransi
Menggugat Toleransi
 
Islam dan peradaban barat
Islam dan peradaban baratIslam dan peradaban barat
Islam dan peradaban barat
 
Seputar Sekularisme
Seputar SekularismeSeputar Sekularisme
Seputar Sekularisme
 
Nation State dan Khilafah
Nation State dan KhilafahNation State dan Khilafah
Nation State dan Khilafah
 
Negara Bangsa dan Khilafah
Negara Bangsa dan KhilafahNegara Bangsa dan Khilafah
Negara Bangsa dan Khilafah
 
Nasionalisme itu konyol
Nasionalisme itu konyolNasionalisme itu konyol
Nasionalisme itu konyol
 

Sejarah Nasionalisme

  • 1. Nasionalisme (Sejarah, Konsepsi dan Kritik Atasnya) Oleh redaksi Senin, 07 Mei 2012 19:48 - Terakhir Diupdate Senin, 07 Mei 2012 19:57 Sejarah dan Konsepsi Kita tak mengetahui persis kapan tepatnya ide nasionalisme ini muncul. Banyak yang beranggapan bahwa nasionalisme berkaitan erat dengan kekhasan etnis yang barangkali sama tuanya dengan sejarah. Sejak zaman kuno, kita menyaksikan manusia telah mencoba mengelompokkan dirinya dalam suatu hubungan sosial yang dibatasi oleh kesamaan budaya, bahasa, etnis maupun agama atau kepercayaan. Seperti komunitas awal Saxon, Angle dan Norman yang diyakini sebagai nenek moyang bangsa Inggris; Kerajaan Yamato (abad 4-7 M) dengan pemujaan dewi matahari Amaterasu sebagai asal muasal bangsa Jepang;1 dan sejarah Piasts (10-12 M) yang menjadi komponen munculnya Polandia sebagai sebuah bangsa. Pada abad ke 19 ide nasionalisme baru diargumentasikan secara ilmiah. Adalah Johann Gottlieb Fichte (seorang filsuf Jerman) yang mengenalkan ide nasionalisme -sebagai doktrin ikatan kebangsaan- dalam karyanya “Addresses to The German Nation”.2 Secara etimologis, sebagaimana yang dijelaskan oleh Roger Griffin, nasionalisme berasal dari kata nation (bangsa) yang berasal dari bahasa latin natio. Kemudian istilah nasionalisme merujuk pada makna daya hidup “kekuasaan rakyat” baru yang di Prancis sanggup menumbangkan sebuah kerajaan. Ada pula Erick Hobsbawn, yang berpandangan bahwa sejak tahun 1780 konsep nasionalisme telah tumbuh dan berkembang di benua Amerika dan Eropa. Di Eropa sendiri, perbincangan mengenai nasionalisme erat kaitannya dengan berbagai peristiwa penting yang terjadi di benua tersebut. Meletusnya Revolusi Puritan (abad 17) di Inggris misalnya, dipercaya sebagai manifestasi nasionalisme. Eropa dalam abad 19, ternyata menjadi ladang yang subur bagi tumbuhnya mazhab baru dalam nasionalisme, yaitu nasionalisme liberal. Doktrin ini didengungkan oleh tokoh intelektual barat seperti Jean-Jacques Rousseau (1712 – 1778), Immanuel Kant (1724 – 1804), Jeremy Bentham (1748 – 1832), Richard Cobden (1804 – 1865), John Bright (1811 – 1889), dan Francisque Bouvet (1779 – 1871).3 Jika nasionalisme digambarkan oleh para tokoh ini sebagai identitas etnis, homogenitas rasial, atau sejarah tertentu, dan cenderung mengunggulkan bangsa sendiri maka nasionalisme liberal mengambil jalan yang berseberangan dengan menunjukkan kebangsaan yang diidentifikasi sebagai kenegaraan dan kebebasan universal. 1 / 4
  • 2. Nasionalisme (Sejarah, Konsepsi dan Kritik Atasnya) Oleh redaksi Senin, 07 Mei 2012 19:48 - Terakhir Diupdate Senin, 07 Mei 2012 19:57 J.S. Mill (1806 – 1873) sebagai tokoh nasionalisme menyerang doktrin kebangsaan yang dihubungkan dengan sikap antipati terhadap orang asing. Jadi doktrin ini diyakini oleh para pengusung liberalisme sebagai doktrin yang menjunjung nilai kebebasan universal ketimbang nasionalisme yang mengedepankan pengutamaan bangsa sendiri. Nasionalisme yang diyakini sebagai ide yang murni lahir dari Barat, akhirnya menjalar ke dunia Timur yang sebagian besar adalah wilayah jajahan negara-negara Barat. Sebagai gejala historis, nasionalisme ini merupakan respon terhadap suasana politik, ekonomi, budaya dan terutama terhadap penjajahan. Itulah mengapa, nasionalisme yang bersifat antikolonialisme menjadi ide yang sangat laku di negara jajahan terlebih pasca kemerdekaan. Di Indonesia sendiri, munculnya Boedi Utomo dianggap sebagai awal berkembangnya perjuangan dengan rasa nasionalisme. Walaupun sebenarnya organisasi ini terbentuk dari ikatan yang lebih sempit yaitu ikatan kesukuan. Pasca kemerdekaan, nasionalisme mewarnai falsafah negara yang begitu aktif dikampanyekan oleh Soekarno sebagai bentuk penolakan terhadap imperialisme. Catatan Kritis Ide nasionalisme sebenarnya tidaklah mampu menjadi ikatan yang permanen di antara manusia. Mengapa? Sebagai manifestasi dari naluri mempertahankan diri atau daya hidup (gharizatul baqa), ikatan ini bersifat temporal dan tidak permanen. Dalam pandangan Steven Grosby,4 antusiasme patriotik (sebagai penampakan ikatan kebangsaan) hanya muncul saat terjadi perang dan berlangsung secara singkat. Ini artinya, sifat temporalnya sangat dipengaruhi oleh ada dan tidaknya ancaman dari luar. Jika ancaman dari luar muncul maka rasa nasionalisme tumbuh (sebagai ide antikolonialisme), begitu ancaman itu hilang maka rasa dan ikatan itu pun melemah. Pandangan Grosby sebenarnya menggambarkan patriotisme. Sekalipun lahir dari rahim yang 2 / 4
  • 3. Nasionalisme (Sejarah, Konsepsi dan Kritik Atasnya) Oleh redaksi Senin, 07 Mei 2012 19:48 - Terakhir Diupdate Senin, 07 Mei 2012 19:57 sama yakni dari naluri mempertahankan diri, Syeikh Taqiyuddin An-Nabhani dalam kitabnya Nizhamul Islam membedakannya dari nasionalisme. Nasionalisme merujuk pada makna kecintaan akan bangsa sendiri dan cenderung ingin menguasai bangsa lain. Kedua-duanya sejatinya adalah ikatan yang lemah. Dan kedua-duanya pula tak memiliki konsepsi yang jelas untuk mengatur umat manusia. Sentimen nasionalistis cenderung menjadi irasional dan fanatis. Seringkali sikap permusuhan kepada bangsa lain muncul dari nasionalisme yang telah mendarahdaging. Di Eropa, sikap nasionalisme nyaris membuahkan perang saat Hooligan memukul para suporter lawan dalam pertandingan bola. Di Jerman, nasionalisme yang cenderung berlandaskan ikatan “darah” yang emosional memunculkan sikap anti-semit. Maka tak heran jika selama Hitler bersama Nazi berkuasa lahir undang-undang yang diskriminatif terhadap orang-orang Yahudi. Blut and Boden (Darah dan Tanah Air), inilah gagasan yang mewarnai doktrin nasionalisme yang seringkali dikampanyekan oleh Nazi.5 Dalam catatan sejarah, kita sebagai muslim tidak mungkin melupakan bagaimana wilayah umat Islam yang begitu luas dibagi-bagi berdasarkan kesamaan etnis dan budaya. Nasionalisme bertanggungjawab atas perpecahan yang terjadi di dunia Islam dan pemberontakan kaum Arab terhadap Khilafah Islamiyah. Cara paling sederhana yang dilakukan Barat untuk menyuntikkan ide nasionalisme adalah melalui bendera. Kaum nasionalisme Arab menyetujui komposisi empat warna sebagai warna dasar bendera: merah, hitam, hijau dan putih. Padahal bendera yang legal secara syar’i adalah sebagaimana yang ditunjukkan oleh Rasulullah Saw dan para Sahabat yang bertuliskan lafadz “Laa ilaha illaLlah” dan terdiri dari dua warna: hitam dan putih. Inilah bendera yang layak dijadikan simbol persatuan umat Islam. Nabi Saw telah memperingatkan kita akan bahaya berdiri di bawah bendera fanatisme, “...dan barangsiapa yang berperang di bawah bendera ketidakjelasan dan menyeru kepada kefanatikan atau marah karena fanatik kemudian terbunuh maka terbunuhnya secara jahiliyah.” Ikatan nasionalisme jelas tak bisa dijadikan ikatan di antara umat Islam. Ada ikatan yang lebih kuat, yakni ikatan ideologi Islam. Inilah ikatan yang lebih diunggulkan. Ikatan yang telah memuliakan seorang Salman yang berkebangsaan Persia karena keislamannya, dan menghinakan bangsawan mulia Abu Lahab karena kekafirannya. Ikatan tauhid yang tidak memandang etnis, suku, keluarga dan warna kulit telah mampu menyatukan manusia tanpa dibatasi sepotong tanah dan sekerat wilayah. Perhatikanlah bagaimana Allah memberikan gambaran tentang ikatan aqidah yang hakiki, "sesungguhnya kaum mukmin itu bersaudara" (QS al-Hujurat [49] : 10). Ini artinya, siapa pun mereka (walau berbeda ras/etnik dan warna kulit) selama ia muslim adalah bersaudara. Saat 3 / 4
  • 4. Nasionalisme (Sejarah, Konsepsi dan Kritik Atasnya) Oleh redaksi Senin, 07 Mei 2012 19:48 - Terakhir Diupdate Senin, 07 Mei 2012 19:57 Islam memperhatikan nasib muslim dimana pun mereka berada, justru nasionalisme menutup mata kita untuk memperhatikan nasib umat Muslim di Palestina yang dijajah Israel, nasionalisme menutup telinga kita untuk mendengar jeritan umat Muslim di Afghanistan dan Irak, hanya karena beranggapan bahwa mereka bukan bagian dari bangsa kita. Menyakitkan! Mempertahankan nasionalisme sama artinya kita bertahan dalam kebodohan dan terpenjara dalam ikatan kebangsaan yang sempit. Tidak ada waktu lagi bagi kita kecuali membunuh doktrin ini, agar kita kembali menjadi muslim seutuhnya. Dan menyerukan penyatuan dan penghapusan sekat-sekat negara agar kita kembali berada di bawah bendera yang satu, Islam! Oleh: Kusnady ar-Razi (Korda SENADA Malang)   Catatan kaki: 1. Steven Grosby dalam “Sejarah Nasionalisme”, hal. 10 2. ibid 3. Roger Griffin dalam “Ideologi Politik Kontemporer”, hal. 215 4. Sejarah Nasionalisme, hal. 26 5. Harun Yahya dalam karyanya “Nasionalisme Romantik, hal.13 4 / 4