SlideShare a Scribd company logo
HUKUM
PERSAINGAN USAHA
Persaingan Usaha di Indonesia, diatur dengan UU-RI
Nomor 5 Tahun 1999, tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Kata Monopoli berasal dari bahasa Yunani yang berarti
“Penjual Tunggal”, di Amerika sering digunakan dengan
istilah “Antitrust”, di masyarakat Eropa menggunakan
bahasa “Dominasi”, dan masyarakat bisnis juga sering
menyebut dengan “Kekuatan Pasar”. Keempat istilah
tersebut dipergunakan untuk menunjukkan suatu
keadaan dimana seseorang telah menguasai pasar,
dimana di pasar tersebut tidak tersedia lagi produk
subsitusi yang potensial, serta terdapatnya kemampuan
pelaku pasar untuk menerapkan harga produk yang
lebih tinggi tanpa mengikuti hukum pasar atau hukum
tentang permintaan dan penawaran pasar.
Sementara yang dimaksud dengan “Praktek Monopoli” adalah suatu
pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang
mengakibatkan dikuasainya produksi dan/atau pemasaran atas barang dan
jasa tertentu sehingga menimbulkan suatu persaingan usaha secara tidak
sehat dan dapat merugikan kepentingan umum.
Sedangkan pengertian “Persaingan Usaha Tidak Sehat” adalah suatu
persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi
dan/atau pemasaran barang dan jasa yang dilakukan dengan cara-cara
yang tidak jujur atau dengan cara melawan hukum atau menghambat
persaingan usaha. Untuk itu tindakan “anti monopoli dan anti persaingan
sehat” adalah dampak negatif terhadap : “Harga, Kualitas & Kuantitas”
barang & jasa.
Selanjutnya pengertian “Pemusatan Kekuatan Ekonomi” adalah
penguasaan yang nyata atas suatu pasar oleh satu atau lebih pelaku usaha
sehingga dapat menentukan harga barang dan jasa.
Pengertian “Posisi Dominan” adalah suatu keadaan dimana pelaku usaha
tidak mempunyai pesaing yang berarti di pasar yang bersangkutan dalam
kaitan dengan pangsa pasar yang dikuasai, atau pelaku usaha mempunyai
poisisi tertinggi di antara pesaingnya di pasar yang bersangkutan dalam
kaitan dengan kemampuan keuangan, kemampuan akses pada pasokan
atau penjualan, serta kemampuan untuk menyesuaikan pasokan atau
permintaan barang dan jasa tertentu.
Yang dimaksud dengan “Pelaku Usaha” adalah setiap orang atau
badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum atau tidak, yang
didirikan atau berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam
wilayah RI yang menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam
bidang ekonomi, jadi yang termasuk pelaku usaha adalah :
1. Orang Perorang;
2. Badan Usaha yang berbadan hukum;
3. Badan Usaha yang tidak berbadan hukum;
Dalam ilmu hukum monopoli dikenal beberapa sikap dan tindakan
monopolistik adalah sebagai berikut :
1. Mempersulit masuknya para pesaing kedalam bisnis yang
bersangkutan;
2. Melakukan pemasungan sumber suplai yang penting atau suatu
outlet distribusi yang penting;
3. Mendapatkan hak paten yang dapat mengakibatkan pihak
pesaingnya sulit untuk menandingi produk atau jasa tersebut;
4. Integrasi ke atas atau ke bawah yang dapat menaikkan
persediaan modal bagi pesaingnya atau membatasi akses
pesaingnya kepada konsumen atau supplier;
5. Mempromosikan produk secara besar-besaran;
6. Menyewa tenaga-tenaga ahli yang berlebihan;
7. Pembedaan harga yang dapat mengakibatkan sulitnya
bersaing dari pelaku pasar lain;
8. Kepada pihak pesaing disembunyikan informasi tentang
pengembangan produk, tentang waktu atau skala
produksi;
9. Memotong harga secara drastis;
10. Membeli atau mengakuisisi pesaing-pesaing yang
tergolong kuat atau tergolong prospektif;
11. Menggugat pesaing-pesaingnya atas tuduhan
pemalsuan hak paten, pelanggaran hukum anti
monopoli dan tuduhan-tuduhan lainnya.
Dengan demikian yang menjadi sasaran utama
mengapa pasar harus diatur, sehingga dapat
tercapai suatu kompetisi di pasar adalah agar
tercapainya suatu efisiensi pasar. Alasan utama
pasar diatur secara yuridis adalah :
1. Alasan Moral;
2. Alasan Reaksi Kapitalisme;
3. Alasan Utilitarian (demi kemaslahatan umat);
4. Alasan Berdasarkan Hak dan Kebebasan;
5. Alasan Yuridis-Konstitusional;
Untuk itulah, tidak dapat disangkal bahwa cara yang
paling ampuh untuk mengendalikan persaingan
bisnis adalah dengan cara “Mengaturnya dengan
UU”.
Termasuk di Indonesia telah berlaku UU-RI Nomor 5
Tahun 1999, tentang Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, yang
berlandaskan kepada Demokrasi Pancasila dan UUD
1945.
UU Nomor 5 Tahun 1999, mempunyai TUJUAN :
1. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan
efisiensi ekonomi serta melindungi konsumen;
2. Menumbuhkan iklim usaha yang kondusif melalui
terciptanya persaingan usaha yang sehat dan
menjamin kepastian kesempatan berusaha yang sama
bagi setiap orang;
3. Mencegah praktek-praktek monopoli dan/atau
persaingan usaha tidak sehat yang ditimbulkan
pelaku usaha;
4. Menciptakan efektivitas dan efisiensi dalam
kegiatan usaha dalam rangka meningkatkan efisiensi
ekonomi nasional sebagai salah satu upaya
meningkatkan kesejahteraan rakyat;
Disamping tujuan, maka Unsur-Unsur pendukung yang wajib
untuk diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Mempertahankan dan mendorong terjadinya suatu
persaingan yang efektif;
2. Mempromosikan minat konsumen, pembeli, dan
pengguna lain dari barang dan jasa dalam hubungannya
dengan harga, mutu, dan variasi produk yang tersedia;
3. Mempromosikan melalui persaingan yang mengurangi
biaya serta mengembangkan dan menggunakan teknik
baru dan memberikan kemudahan masuknya pesaing baru ke
dalam pasar yang ada;
4. Mempertahankan dan mendorong keseimbangan
penyaluran industri dan ketenagakerjaan;
5. Mempertahankan dan mendorong kegiatan
persaingan dalam pasar di luar negeri;
RUANG LINGKUP HUKUM ANTI MONOPOLI :
1. Perjanjian yang dilarang;
2. Kegiatan yang dilarang;
3. Penyalahgunaan posisi dominan;
4. Komisi Pengawas persaingan usaha;
5. Tata cara penanganan perkara;
6. Sanksi-sanksi;
7. Perkecualian-Perkecualian.
HAL-HAL YANG DILARANG adalah :
1. Perjanjian-perjanjian tertentu yang berdampak tidak baik untuk
persaingan pasar, yang terdiri dari :
a. Oligopoli;
b. Penetapan Harga;
c. Pembagian Wilayah;
d. Pemboikotan;
e. Kartel;
f. Trust;
g. Oligopsoni;
h. Integrasi vertikal;
i. Perjanjian tertutup;
j. Perjanjian dengan pihak luar negeri;
2. Kegiatan-Kegiatan tertentu yang berdampak tidak baik
untuk persaingan pasar, yang meliputi kegiatan :
a. Monopoli;
b. Monopsoni;
c. Penguasaan Pasar;
d. Persekongkolan;
3. Posisi dominan di Pasar, yang meliputi :
a. Pencegahan konsumen untuk memperoleh barang
atau jasa yang bersaing;
b. Pembatasan pasar dan Pengembangan Teknologi;
c. Menghambat pesaing untuk bisa masuk pasar;
d. Jabatan Rangkap;
e. Pemilikan Saham;
f. Merger, Akuisisi dan konsolidasi;
Hal-Hal Yang Dikecualikan Oleh UU Anti Monopoli :
1. Bisnis Franchise; dan
2. Hak Paten;
Ruang Lingkup Pengecualian :
1. Perjanjian yang dikecualikan, adalah sebagai berikut :
a. Perjanjian yang berkaitan HaKI, pengecualian ini hanya
terbatas sebab tidak semua aturan main tentang monopoli
dan persaingan sehat dapat dilanggar mentang-mentang
pelaku bisnis tersebut mempunyai hak milik intelektual;
b. Perjanjian yang berkaitan dengan Waralaba,
pengecualian ini juga bersifat terbatas, sebab tidak semua
aturan main tentang monopoli dan persaingan sehat
dapat dilanggar mentang-mentang oleh pelaku bisnis
tersebut melaksanakan bisnisnya secara waralaba;
c. Perjanjian penetapan dalam rangka standar teknis
barang dan/atau jasa yang tidak mengekang dan/atau
menghalangi persaingan;
d. Perjanjian dalam rangka keagenan yang isinya tidak memuat
ketentuang untuk memasok kembali barang dan/atau jasa dengan
harga yang lebih rendah dari pada harga yang telah diperjanjikan;
e. Perjanjian kerjasama penelitian untuk meningkatkan atau
perbaikan standar hidup masyarakat luas;
f. Perjanjian internasional yang telah diratifikasi oleh Pemerintah
Republik Indonesia;
Perbuatan yang dikecualikan oleh UU Anti Monopoli, adalah :
1. Perbuatan pelaku usaha yang tergolong ke dalam usaha kecil,
tentunya juga perkecualian tersebut harus ditafsirkan dengan sangat
terbatas, karena apakah dengan ini berarti bahwa yang namanya
pengusaha kecil dapat seenaknya melanggar aturan main tentang
monopoli atau persaingan curang;
2. Kegiatan usaha Koperasi yang secara khusus bertujuan untuk melayani
anggota, perkecualian ini juga banyak memendam masalah, karena
dengan dikecualikan hal ini berarti pihak koperasi dengan seenaknya
dapat melanggar aturan main tentang monopoli dan/atau persaingan
curang.
HUKUM PERSAINGAN USAHA DI INDONESIA :
Tidak banyak yang tercatat dalam sejarah hukum di Indonesia seputar kelahiran dan
perkembangan hukum persaingan usaha, yang banyak dicatat dalam sejarah justru
tindakan-tindakan atau perjanjian dalam bisnis yang sebenarnya dilarang dalam UU Anti
Monopoli. Pada masa Pemerintahan Orde Baru, terjadi banyak persaingan usaha yang
tidak sehat. Pada masa itu banyak terjadi monopoli, oligopoli dan perbuatan lain yang
menjurus kepada persaingan curang. Setelah berakhirnya rezim orde baru, hukum
persaingan lebih dimarakkan dengan diundangkannya UU Nomor 5 Tahun 1999.
Oleh karena itulah sebelum adanya UU Nomor 5 Tahun 1999, maka Praktek Anti Monopoli
dan Persaingan Usaha Yang Tidak Sehat di Indonesia diatur dalam :
1. UU nomor 5 Tahun 1984, tentang Perindustrian, dimana pada prinsipnya
juga melarang industri-industri yang mengakibatkan terjadinya monopoli atau
persaingan curang. Hanya makna dan konsep larangan tersebut dalam UU
yang bersangkutan sangat terfokus dan tidak jelas, sehingga larangan tersebut
sangat jarang dipraktekkan. Ketentuan tentang larangan persaingan curang terdapat
dalam Pasal 7 ayat (2) dan (3) UU Perindustrian, yang menentukan bahwa Pemerintah
melakukan pengaturan, pembinaan dan pengembangan terhadap industri untuk
mengembangkan persaingan yang baik dan sehat serta mencegah persaingan
yang tidak jujur dan mencegah pemusatan atau penguasaan industri oleh satu
kelompok atau perorangan dalam bentuk monopoli yang merugikan
masyarakat. Selebihnya dalam Pasal 9 ayat (2) UU Perindustrian ditentukan lebih lanjut
bahwa pengaturan dan pembinaan bidang usaha industri dilakukan dengan
memperhatikan penciptaan iklim yang sehat bagi pertumbuhan industri dan
pencegahan persaingan yang tidak jujur antara perusahaan- perusahaan yang
melakukan kegiatan industri, agar dapat dihindari pemusatan atau penguasaan
industri oleh satu kelompok atau perorangan dalam bentuk monopoli yang
merugikan masyarakat.
2. KUHP, Pasal 382 bis, yang menyatakan “Bahwa barang siapa untuk
mendapatkan, melangsungkan atau memperluas hasil perdagangan atau
perusahaan milik sendiri atau orang lain, melakukan perbuatan curang
untuk menyesatkan khalayak umum atau seorang tertentu, diancam
karena persaingan curang dengan penjara pidana paling lama 1 tahun 4
bulan, atau pidana denda paling banyak Rp. 300.500,--, bila perbuatan
itu dapat menimbulkan kerugian bagi konkuren-konkurennya atau konkuren-
konkuren orang lain”.
Perbuatan-perbuatan yang dimaksud harus memenuhi unsur-unsur sebagai
berikut :
a. Adanya tindakan tertentu yang dikategorikan sebagai persaingan curang;
b. Perbuatan persaingan curang tersebut dilakukan dalam rangka
mendapatkan hasil perdagangan atau perusahaan, melangsungkan hasil
perdagangan atau perusahaan, memperluas hasil perdagangan atau
perusahaan;
c. Perusahaan yang diuntungkan karena persaingan curang tersebut baik
perusahaan si pelaku ataupun perusahaan lain;
d. Perbuatan pidana persaingan curang tersebut dilakukan dengan cara
menyesatkan khalayak umum atau menyesatkan orang tertentu;
e. Akibat dari perbuatan pidana persaingan curang tersebut, menimbulkan
kerugian bagi konkuren-konkuren dari si pelaku, atau menimbulkan
kerugian bagi konkuren-konkuren dari orang lain yang diuntungkan dengan
perbuatan si pelaku tersebut.
3. UU PT, terdapat ketentuan tentang persaingan curang
dalam perdagangan yaitu yang berkaitan dengan
ketentuan merger, akuisisi dan konsolidasi. Dalam
bagian umum penjelasan atas UU PT ditegaskan bahwa
tujuan utama pengaturan tentang merger, akuisisi dan
konsolidasi perusahaan tersebut adalah untuk
mencegah konsentrasi kekuasaan perdagangan dalam
satu tangan dengan cara melakukan monopoli ataupun
monopsoni. Selebihnya dalam Pasal 109 ayat (1) UU PT
dinyatakan bahwa perbuatan hukum penggabungan,
peleburan dan pengambil alihan perseroan harus
memperhatikan :
a. Kepentingan perseroan, pemegang saham
minoritas dan karyawan perseroan;
b. Kepentingan masyarakat dan persaingan sehat
dalam melakukan usaha.
4. UU Nomor 5 Tahun 1999, tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Yang Tidak Sehat.
PENJELASAN PERJANJIAN YANG DILARANG, TERKAIT DENGAN
PERSAINGAN TIDAK SEHAT :
1. Oligopoli, disebut juga Shared monopoly dilarang, sesuai
dengan isi Pasal 4 UU Anti Monopoli, jika terpenuhinya unsur-
unsur sebagai berikut :
a. Adanya suatu perjanjian;
b. Perjanjian tersebut dibuat antar pelaku usaha;
c. Tujuan dibuatnya perjanjian tersebut adalah untuk secara
bersama-sama melakukan penguasaan produksi dan/atau
pemasaran barang dan jasa;
d. Perjanjian tersebut dapat mengakibatkan terjadinya praktek
monopoli dan/atau persaingan curang;
e. Praktek monopoli atau persaingan curang patut diduga telah
terjadi jika 2 atau 3 pelaku usaha atau kelompok pelaku
usaha menguasai lebih dari 75% pangsa pasar dari 1 jenis
barang atau jasa.
Jadi dapat dikatakan bahwa pasar yang di oligopolis adalah pasar
yang dikuasai oleh beberapa produsen saja (untuk produksi satu
jenis barang).
2. Penetapan Harga, diatur dalam Pasal 5 sampai dengan Pasal 8 UU Anti
Monopoli. Penetapan Harga yang dilarang tersebut adalah meliputi :
a. Penetapan harga antar pelaku usaha;
b. Penetapan harga yang berbeda terhadap barang dan/atau jasa yang
sama;
c. Penetapan Harga dibawah pasar dengan pelaku usaha lain;
d. Penetapan harga jual kembali;
3. Pembagian Wilayah, diatur dalam Pasal 9 UU Anti Monopoli, unsur- unsurnya
bahwa Pelaku Usaha telah melakukan pembagian wilayah adalah :
a. Perjanjian tersebut dilakukan dengan Pelaku Usaha Pesaing;
b. Tujuannya untuk membagi wilayah pemasaran atau alokasi pasar;
c. Tindakan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli
dan/atau persaingan usaha tidak sehat.
Dalam penjelasan Pasal 9 UU Anti Monopoli, yang dimaksud dengan Pembagian
Wilayah Pemasaran Atau Alokasi Pasar adalah :
a. Membagi wilayah untuk memperoleh atau memasok barang dan/atau
jasa;
b. Menetapkan dari siapa saja dapat memperoleh atau memasok barang
dan/atau jasa.
Jadi tujuan dilarangnya perjanjian yang membagi wilayah pemasaran atau alokasi
pasar, karena dapat meniadakan atau membatasi persaingan pasar, sehingga
pihak konsumen maupun pihak pesaing akan sangat dirugikan.
4. Pemboikotan, diatur dalam Pasal 10 UU Anti Monopoli,
bahwa pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan
pelaku usaha pesaingnya, yang dapat menghalangi pelaku
usaha lain untuk melakukan usaha yang sama, baik untuk
tujuan pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Dan
Pelaku Usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku
usaha pesaingnya untuk menolak menjual setiap barang
dan/atau Jasa dari pelaku usaha lain sehingga perbuatan
tersebut :
a. Merugikan atau dapat diduga akan merugikan pelaku
usaha lain;
b. Membatasi pelaku usaha lain dalam menjual atau
membeli setiap barang dan atau jasa dari pasar yang
bersangkutan.
5. Kartel, diatur dalam Pasal 11 UU Anti Monopoli, yang
menetukan bahwa pelaku usaha dilarang membuat
perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya yang dimaksud
untuk mempengaruhi harga dengan mengatur produksi
dan/atau pemasaran suatu barang dan/atau jasa yang
dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan/atau
persaingan usaha tidak sehat.
6. Trust, suatu kerja sama dengan membentuk gabungan
perusahaan atau perseroan yang lebih besar, dengan tetap
menjaga dan mempertahankan kelangsungan hidup masing-
masing perusahaan atau perseroan anggotanya, yang bertujuan
untuk mengontrol produksi dan/atau pemasaran atas barang
dan/atau jasa, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya
praktek monopoli dan/tau persaingan usaha tidak sehat.
Ketentuan tentang Trust ini terdapat dalam Pasal 12 UU Anti
Monopoli, yang menyebutkan bahwa pelaku usaha dilarang
membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain untuk
melakukan kerjasama dengan membentuk gabungan
perusahaan atau perseroan yang lebih besar, dengan tetap
menjaga dan mempertahankan kelangsungan hidup masing-
masing perusahaan atau perseroan anggotanya, yang bertujuan
untuk mengontrol produksi dan/atau pemasaran atas barang
dan/atau jasa, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya
praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat.
7. Oligopsoni, adalah keadaan pasar dimana hanya 2 atau 3
perusahaan saja yang menjadi penjual terhadap produk tertentu,
maka sebaliknya dengan oligopsoni di pasar hanya ada 2 atau 3
pembeli yang membeli produk tertentu. Oligopsoni diatur dalam
Pasal 13 UU Anti Monopoli yang menentukan bahwa pelaku usaha
dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang bertujuan
untuk secara bersama-sama, menguasai pembelian atau
penerimaan pasokan agar dapat mengendalikan harga atas barang
dan/atau jasa dalam pasar bersangkutan, yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan/atau
persaingan usaha tidak sehat.
8. Integrasi Vertikal, adalah suatu penguasaan serangkaian proses
produksi atas barang tertentu mulai dari hulu sampai hilir atau
proses yang berlanjut atas suatu layanan jasa tertentu oleh pelaku
usaha tertentu. Integrasi Vertikal ini diatur dalam Pasal 14
UU Anti Monopoli, ditentukan bahwa pelaku usaha dilarang membuat
perjanjian dengan pelaku usaha lain yang bertujuan untuk menguasai
produksi sejumlah produk yang termasuk dalam rangkaian produksi
barang dan/atau jasa tertentu yang mana setiap rangkaian langsung
maupun tidak langsung, yang dapat mengakibatkan terjadinya
persaingan usaha tidak sehat atau merugikan masyarakat.
9. Perjanjian Tertutup, yang membatasi kebebasan pelaku
usaha tertentu untuk memilih sendiri pembeli, penjual atau
pemasok. Perjanjian tertutup ini diatur dalam Pasal 15 UU
Anti Monopoli. Yang menyatakan bahwa Pelaku usaha dilarang
membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang memuat
persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan/atau
jasa hanya akan memasok kembali barang dan/atau jasa
tersebut kepada pihak tertentu dan/atau pada tempat
tertentu. Dan Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian
dengan pihak lain yang memuat persyaratan bahwa pihak
yang menerima barang dan/atau jasa tertentu harus bersedia
membeli barang dan/atau jasa lain dari pelaku usaha pemasok.
Serta Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian harga
atau potongan harga tertentu atas barang dan/atau jasa,
yang memuat persyaratan bahwa pelaku usaha yang menerima
barang dan/atau jasa dari pelaku usaha pemasok :
a. Harus bersedia membeli barang dan/atau jasa lain dari
pelaku usaha pemasok;
b. Tidak akan membeli barang dan/atau jasa yang sama
atau sejenis dari pelaku usaha lain yang menjadi pesaing
dari pelaku usaha pemasok.
10. Perjanjian dengan Pihak Luar Negeri, diatur dalam
Pasal 16 UU Anti Monopoli, yang menyebutkan bahwa
pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak
lain di luar negeri yang memuat ketentuan yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan/atau
persaingan usaha tidak sehat. Perjanjian dengan pihak
luar negeri sebenarnya dibolehkan asal perjanjian tersebut
tidak mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan/atau
persaingan bisnis yang tidak sehat.
PENJELASAN KEGIATAN-KEGIATAN YANG DILARANG
DALAM HUKUM ANTI MONOPOLI :
1. Monopoli, adalah suatu kegiatan penguasaan atas produksi
dana atau pemasaran barang dan/atau atas penggunaan jasa
tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku
usaha. Adapun praktek monopoli adalah pemusatan kekuatan
ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan
dikuasainya produksi dan/atau pemasaran atas barang dan/atau
jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak
sehat dan dapat merugikan kepentingan umum. Diatur dalam Pasal
17 UU Anti Monopoli.
Unsur-unsur Praktek Monopoli yang dilarang :
a. Melakukan penguasaan atas produksi suatu produk;
b. Melakukan penguasaan atas pemasaran suatu produk;
c. Penguasaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya
praktek monopoli;
d. Penguasaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya
praktek persaingan usaha tidak sehat.
Pelaku Usaha dianggap melakukan tindakan
penguasaan atas produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau
jasa, apabila :
a. Barang dan/atau jasa yang bersangkutan belum ada
substansinya;
b. Mengakibakan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke
dalam persaingan usaha barang dan/atau jasa yang
sama;
c. Satu pelaku usaha atau satu kelompok usaha menguasai
lebih dari 50% pangsa pasar dari suatu jenis barang atau
jasa tertentu;
d. Memiliki kemampuan bersaing yang signifikan dalam
pasar yang bersangkutan;
Pengecualian terhadap kegiatan monopoli yang dilarang,
adalah :
a. Praktek keagenan tunggal;
b. Perlindungan hak milik intelektual;
c. Bisnis franchise;
2.Monopsoni, keadaan dimana seseorang atau satu
kelompok usaha menguasai penerimaan pasokan atau
menjadi pembeli tunggal atas barang dan/atau jasa, keadaan
dimana seseorang atau satu kelompok usaha menguasai
pangsa pasar yang besar untuk membeli suatu produk.
Monopsoni ini diatur dalam Pasal 18 UU Anti Monopoli.
Indikasi seseorang dianggap menguasai pangsa pasar
yang besar untuk membeli suatu produk (melakukan
monopsoni) adalah apabila satu pelaku usaha atau satu
kelompok pelaku usaha menguasai dari 50% pangsa pasar
dari satu jenis barang atau jasa tertentu.
3.Penguasaan pangsa pasar, diatur dalam Pasal 19-21 UU
Anti Monopoli, Kegiatan Penguasaan Pasar dapat berupa :
a. Penolakan pesaing, dengan menolak atau menghalangi
pelaku usaha tertentu untuk melakukan kegiatan usaha
yang sama;
b. Menghalangi konsumen dari pelaku usaha lain (Pesaing)
untuk tidak melakukan atau meneruskan hubungan
usaha;
c. Pembatasan peredaran produk dan/atau penjualan barang
dan/atau jasa pada pasar yang bersangkutan;
d. Melakukan diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu
(Pesaing);
e. Melakukan pemasokan barang dan/atau jasa dengan cara
melakukan jual rugi atau menetapkan harga yang sangat rendah
dengan maksud untuk menyingkirkan atau mematikan usaha
pesaingnya di pasar bersangkutan;
f. Melakukan kecurangan dalam menetapkan biaya produksi dan
biaya lainnya yang menjadi bagian dari komponen harga
barang dan/atau jasa.
4. Persekongkolan (Konspirasi Usaha), suatu bentuk kerjasama
dagang diantara pelaku usaha dengan maksud untuk menguasai
pasar yang bersangkutan bagi kepentingan pelaku usaha yang
bersekongkol. Dalam persengkokolan belum tentu terdapat
perjanjian. Praktek persaingan usaha tidak sehat dengan cara
persengkokolan, diatur dalam Pasal 22-24 UU Anti Monopoli.
Jenis-jenis persengkokolan yang dilarang adalah :
a. Persengkokolan untuk mengatur pemenang tender;
b. Persengkokolan untuk memperoleh rahasia perusahaan;
c. Persengkokolan untuk menghambat pasokan produk.
PENJELASAN POSISI DOMINAN YANG DILARANG DALAM UU ANTI
MONOPOLI :
1. Penyalahgunaan Posisi Dominan, diatur dalam Pasal 25 UU
Anti Monopoli, penyalahgunaan posisi dominan dapat
dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
cara :
a. Menetapkan syarat-syarat perdagangan dengan tujuan
untuk mencegah dan/atau menghalangi konsumen
memperoleh barang dan/atau jasa yang bersaing, baik dari
segi harga maupun kualitas;
b. Membatasi pasar dan pengembangan teknologi;
c. Menghambat pelaku usaha lain yang berpotensi menjadi
pesaing untuk memasuki pasar bersangkutan.
Pelaku Usaha dikatakan memiliki Posisi Dominan, Apabila :
a. Menguasai 50% atau lebih pangsa pasar satu jenis barang
atau jasa tertentu;
b. Menguasai 75% atau lebih pangsa pasar satu jenis barang
atau jasa tertentu.
2. Jabatan Rangkap Yang Dilarang, diatur dalam Pasal 26 UU Anti
Monopoli, seseorang yang menduduki jabatan sebagai direksi
atau komisaris dari suatu perusahaan, pada waktu yang
bersamaan dilarang merangkap menjadi direksi atau komisaris
pada perusahaan lain bila perusahaan-perusahaan tersebut :
a. Berada dalam pasar bersangkutan yang sama;
b. Memiliki keterkaitan yang erat dalam bidang dan/atau
jenis usaha;
c. Secara bersama dapat menguasai pangsa pasar.
3. Pemilikan Saham Yang Dilarang, Pelaku usaha dilarang memiliki
saham mayoritas pada beberapa perusahaan sejenis yang
melakukan kegiatan usaha dalam bidang yang sama pada pasar
bersangkutan yang sama, atau mendirikan beberapa
perusahaan yang memiliki kegiatan usaha yang sama pada pasar
bersangkutan yang sama, apabila kepemilikan tersebut
mengakibatkan :
a. Satu pelaku usaha atau satu kelompok usaha menguasai
lebih dari 50% pangsa pasar dari satu jenis barang atau jasa
tertentu;
b. Dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha
menguasai lebih dari 75% pangsa pasar dari satu jenis
barang atau jasa tertentu.
4.Merger, Akuisisi dan Konsolidasi, dapat
menimbulkan efek negatif kepada persaingan pasar
yang sehat, hal ini karena dapat :
a. Terciptanya atau bertambahnya konsentrasi pasar
yang dapat menyebabkan harga produk semakin
tinggi;
b. Kekuatan pasa menjadi besar yang dapat
mengancam pelaku bisnis kecil.
Konsentrasi pasar dapat dilihat dari dua faktor, yaitu
banyaknya pelaku pasar untuk produk yang
bersangkutan dan besarnya pangsa pasar yang
dikuasai.
KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA :
Dasar hukumnya diatur dalam Pasal 37 UU Anti Monopoli,
dinyatakan bahwa guna mewujudkan dan melaksanakan UU ini
dibutuhkan suatu badan yang bertugas pokok untuk mengawasi
pelaksanaan dari UU Anti Monopoli yang diberi nama “Komisi
Pengawas Persaingan Usaha”, berdasarkan Pasal 35 UU Anti
Monopoli, mempunyai Tugas-Tugas :
1. Melakukan penilaian terhadap kontrak-kontrak yang
dapat menimbulkan praktek monopoli dan/atau
persaingan curang;
2. Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan/atau
tindakan pelaku usaha yang dapat menimbulkan praktek
monopoli dan/atau persaingan curang;
3. Melakukan penilaian terhadap penyalahgunaan posisi
dominan yang menimbulkan praktek monopoli dan
persaingan curang;
4. Mengambil tindakan-tindakan yang sesuai dengan wewenang
Komisi Persaingan Usaha sebagaimana diatur dalam UU ini;
5. Memberikan saran dan rekomendasi terhadap kebijakan
pemerintah yang berkaitan dengan praktek monopoli dan
persaingan curang;
6. Menyusun pedoman dan publikasi yang berkaitan dengan UU ini;
7. Mengajukan laporan berkala atas hasil kerja Komisi Persaingan
Usaha, kepada Presiden RI dan DPR-RI.
Sedangkan Kewenangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha, adalah :
1. Menampung laporan dari masyarakat dan/atau dari pelaku usaha
tentang dugaan telah terjadinya praktek monopoli dan/atau
persaingan curang;
2. Melakukan penelitian mengenai dugaan adanya kegiatan usaha
atau tindakan pelaku usaha yang dapat menimbulkan praktek
monopoli dan/atau persaingan curang;
3. Melakukan penyelidikan dan/atau pemeriksaan terhadap kasus-
kasus dugaan praktek monopoli dan/atau persaingan curang yang
didapatkan karena : Laporan Masyarakat, Laporan Pelaku Usaha &
Diketemukan sendiri oleh Komisi Pengawas dari hasil survey &
penelitiannya;
4. Menyimpulkan hasil penyelidikan dan/atau
pemeriksaan tentang adanya suatu praktek monopoli
dan/atau persaingan curang;
5. Melakukan pemanggilan terhadap pelaku usaha yang
diduga telah melakukan pelanggaran terhadap UU Anti
Monopoli;
6. Melakukan pemanggilan dan menghadirkan saksi-saksi,
saksi ahli, dan setiap orang yang dianggap mengetahui
pelanggaran terhadap ketentuan UU Anti Monopoli;
7. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku
usaha, saksi-saksi, saksi ahli atau pihak lainnya yang
tidak bersedia memenuhi panggilan Komisi Pengawas;
8. Meminta keterangan dari instansi pemerintah dalam
kaitannya dengan penyelidikan dan/atau pemeriksaan
terhadap pelaku usaha yang melanggar ketentuan UU
ini;
9. Mendapatkan, meneliti dan/atau menilai surat,
dokumen atau alat bukti lain guna penyelidikan
dan/atau pemeriksaan;
10. Memberikan keputusan atau ketetapan tentang ada
atau tidaknya kerugian bagi pelaku usaha lain atau
masyarakat;
11. Menginformasikan putusan komisi kepada pelaku usaha
yang diduga melakukan praktek monopoli dan/atau
persaingan curang;
12. Memberikan sanksi berupa tindakan administratif
kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan dalam
UU Anti Monopoli.
DUMPING DAN SUBSIDI :
Dasar Hukum yang mengatur adalah,
a.UU Nomor 10 Tahun 1995, tentang Kepabeanan;
b.PP Nomor 34 Tahun 1996, tentang Bea Masuk Anti
Dumping dan Bea Masuk Imbalan;
c.Keputusan Menteri Perindustrian & Perdagangan RI
Nomor : 430/MPP/Kep/9/1999, tentang Komite Anti
Dumping Indonesia dan Tim Operasional Anti Dumping.
Suatu produk dianggap sebagai produk yang didumping,
bila produk tersebut dipasarkan ke negara lain dengan
harga yang lebih rendah dari harga normal.
Tindakan dumping menyebabkan atau berpotensi
menyebabkan terjadinya kerugian materiil industri yang
ada di negara tempat barang dumping itu dipasarkan
atau secara materiil menyebabkan terpuruknya industri
domestik.
Kerugian materiil akibat dumping : harus ada bukti
positif (bukan sekedar asumsi) dan pemeriksaan tentang
volume barang-barang impor yang didumping dan efek dari
barang-barang impor yang didumping terhadap harga pasar
domestik atas produk-produk sejenis dan akibat dari
impor terhadap produsen domestik yang meproduksi barang
yang sama tersebut.
Bea masuk anti dumping dikenakan terhadap barang
dumping yang menyebabkan kerugian bagi industri dalam
negeri, besarnya bea masuk anti dumping adalah
setinggi-tingginya sama dengan margin dumping yaitu
selisih antara nilai normal dengan harga ekspor dari
barang dumping tersebut. Nilai normal adalah harga yang
sebenarnya dibayar atau akan dibayar untuk barang sejenis
di pasar domestik negara pengekspor untuk tujuan
konsumtif.
Subsidi :
a. Setiap bantuan keuangan yang diberikan oleh
Pemerintah atau badan pemerintah baik secara langsung
atau tidak langsung kepada perusahaan, industri,
kelompok industri atau eksportir;
b. Setiap bentuk dukungan terhadap pendapatan atau
harga yang diberikan secara langsung atau tidak langsung
untuk meningkatkan ekspor atau menurunkan impor
dari atau ke negara yang bersangkutan.
Bentuk subsidi dapat berupa kontribusi keuangan dengan :
a. Memberikan pembiayaan, hibah ke perusahaan
individu, kredit, penyertaan modal, loan guarantee
kepada perusahaan swasta;
b. Pembebasan Pajak;
c. Penyediaan barang & jasa selain infrastruktur;
d. Membayar kewajiban Badan Hukum Privat.
Bea Masuk Imbalan dikenakan terhadap barang yang mengandung
subsidi yang menyebabkan kerugian bagi industri dalam negeri.
Besarnya Bea Masuk Imbalan adalah : setinggi-tingginya sama dengan
subsidi netto. Subsidi Netto adalah selisih antara subsidi dengan :
a. Biaya permohonan, tanggungan atau penguatan lain yang
dikeluarkan untuk memperoleh subsidi; dan/atau
b. Penguatan yang dikenakan pada saat ekspor untuk pengganti
subsidi yang diberikan kepada barang ekspor tersebut.
Dalam hal impor barang, yang bersangkutan dapat dikenakan Bea
Masuk Anti Dumping dan Bea Masuk Imbalan secara bersamaan, dan
dalam pelasanaannya bila bersamaan harus dikenakan salah satu jenis
saja yang terkena paling tinggi.
KOMITE ANTI DUMPING INDONESIA :
Guna menangani masalah dumping dan subsidi, Pemerintah melalui
Menteri Perindustrian dan Perdagangan membentuk Komite Anti
Dumping Indonesia (KADI) yang beranggotakan : Unsur Deperindag,
Depkeu dan Dep lain atau Lembaga Non Departemen Terkait.
KADI tersebut bertugas :
1. Melakukan penyelidikan terhadap barang dumping dan barang
yang mengandung subsidi;
2. Mengumpulkan, meneliti dan mengolah bukti informasi;
3. Mengusulkan pengenaan Bea Masuk Anti Dumping dan Bea
Masuk Imbalan;
4. Melaksanakan tugas lain yang ditetapkan oleh Menteri
Perindustrian dan Perdagangan;
5. Membuat laporan pelaksanaan tugas.
PROSEDUR HUKUM, BERKAITAN DENGAN DUMPING DAN SUBSIDI :
Tahap pertama adalah penyelidikan oleh KADI yang dilaksanakan oleh
Tim Operasional Anti Dumping (TOAD) atas barang impor yang diduga
sebagai barang dumping dan/atau barang yang mengandung subsidi
yang menyebabkan kerugian. Bagi industri dalam negeri inisiatif untuk
melakukan penyelidikan tersebut dapat dilakukan atas inisiatif dari
komite sendiri atau karena permohonan industri dalam negeri.
Dalam hal adanya permohonan dari industri dalam negeri,
maka komite harus memberikan keputusan menolak atau
menerima dan memulai penyelidikan atas permohonan
tersebut paling lama 30 hari sejak diterimanya permohonan
tersebut. Keputusan diambil berdasarkan penelitian atas
bukti yang diajukan dan dianggap memenuhi persyaratan.
Penyelidikan harus diakhiri dalam waktu 12 bulan sejak
keputusan dimulainya penyelidikan, namun dalam hal
tertentu dapat diperpanjang menjadi selama-lamanya
18 bulan.
Dalam hal adanya dumping, Komite menyampaikan
besarnya margin dumping dan/atau subsidi netto dan
mengusulkan pengenaan Bea Masuk Anti Dumping atau Bea
Masuk Imbalan kepada Menteri Perindustrian dan
Perdagangan RI. Menteri memutuskan besarnya nilai
tertentu untuk pengenaan Bea Masuk Anti Dumping atau
Bea Masuk Imbalan yang besarnya sama dengan atau lebih
kecil dari marjin dumping dan/atau subsidi netto.
Atas dasar keputusan Menteri tersebut, Menteri Keuangan
RI menetapkan besarnya Bea Masuk Anti Dumping atau Bea
Masuk Imbalan.
Dalam hal tidak terbukti, Komite menghentikan
penyelidikan dan melaporkan kepada Menteri Perindustrian
dan Perdagangan RI. Dalam melakukan penyelidikan, TOAD
memberitahukan kepada pihak yang berkepentingan
mengenai informasi yang diperlukan dan memberikan
kesempatan kepada mereka untuk menyampaikan bukti-
bukti secara tertulis. Khusus untuk eksportir atau produsen
luar negeri, diberi kesempatan untuk menjawab
pertanyaan yang diajukan komite dalam waktu maksimal 30
hari. Untuk kepentingan penelitian kebenaran informasi,
Komite dapat melakukan penyelidikan di luar negeri,
sepanjang mendapat persetujuan dari perusahaan yang
akan diselidiki dan memberitahukan kepada perwakilan
negara yang bersangkutan, kecuali negara yang
bersangkutan menolak.
TINDAKAN SEMENTARA TERHADAP DUMPING & SUBSIDI :
a. Dumping;
Pengenaan tindakan sementara, ditetapkan oleh
Menteri Keuangan, beupa :
1. Pembayaran Bea Masuk Anti Dumping Sementara;
2. Atau Penyerahan Jaminan dalam bentuk uang tunai,
jaminan bank atau jaminan dari perusahaan asuransi
sebesar Bea Masuk Anti Dumping Sementara.
Tindakan sementara tersebut dikenakan paling cepat 60
hari sejak dimulainya penyelidikan. Masa berlaku
tindakan sementara tersebut paling lama 4 hari atau
bila ada permintaan dari eksportir yang mewakili sebagian
besar eksportir yang mengekspor barang yang
diselidiki, dapat ditetapkan paling lama 6 bulan.
Bea Masuk Anti Dumping Sementara dapat ditetapkan
lebih rendah dari margin dumping sementara. Dalam
hal tersebut, maka masa berlaku tindakan sementara
paling lama 6 bulan atau atas permintaan eksportir
yang mewakili sebagian besar eksportir yang
mengekspor barang yang diselidiki, dapat ditetapkan
paling lama 9 bulan.
b. Subsidi;
Pengenaan tindakan sementara, ditetapkan oleh
Menteri Keuangan RI, berupa :
1. Pembayaran Bea Masuk Imbalan Sementara;
2. Atau Penyerahan Jaminan dalam bentuk Uang
Tunai, Jaminan Bank atau Jaminan dari
Perusahaan Asuransi, sebesar Bea Masuk
Imbalan Sementara.
Tindakan sementra tersebut dikenakan paling cepat 60
hari sejak dimulainya penyelidikan dan berlaku paling
lama 4 hari.
Tindakan sementara tidak diberlakukan lagi dalam hal
penyelidikan berakhir, dan dilakukan berdasarkan keputusan
Menteri Kuangan RI, berupa :
1. Pengenaan Bea Masuk Anti Dumping atau Bea Masuk
Imbalan;
2. Pencabutan keputusan tindakan sementara dan
pengembalian pembayaran Bea Masuk Anti Dumping
Sementara atau Pengembalian Jaminan.
TINDAKAN LANJUTAN :
Eksportir barang dumping atau Pemerintah Negara Pengekspor
dan/atau eksportir barang yang mengandung subsidi dapat
mengajukan tawaran untuk melakukan tindakan penyesuaian
kepada Komite selama masa penyelidikanm yaitu berupa
penyesuaian harga atau penghentian ekspor barang dumping atau
barang mengandung subsidi serta penghapusan atau pembatasan
subsidi atau tindakan lainnya. Tujuan dari tindakan penyesuaian
tersebut adalah untuk menghilangkan kerugian industri dalam
negeri.
Komite menilai tawaran tersebut dan melaporkannya
kepada Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI
untuk ditolak atau diterima. Walaupun tawaran
diterima, penyelidikan tetap dilanjutkan hingga selesai.
Selama tindakan penyesuaian diberlakukan, eksportir
diharuskan menyampaikan laporan pelaksanaan secara
berkala kepada komite dan dapat dilakukan verifikasi
data. Komite dapat mengeluarkan inisiatif untuk
menyarankan eksportir atau negara pengekspor untuk
melakukan tindakan penyesuaian.

More Related Content

What's hot

Hukum persaingan usaha (anti monopoli)
Hukum persaingan usaha (anti monopoli)Hukum persaingan usaha (anti monopoli)
Hukum persaingan usaha (anti monopoli)mailinursal
 
Hukum Kepailitan
Hukum Kepailitan Hukum Kepailitan
Hukum Kepailitan
Annisa Fitria SH MH M.kn
 
Hukum Perdata
Hukum Perdata Hukum Perdata
Perlindungan konsumen
 Perlindungan konsumen Perlindungan konsumen
Perlindungan konsumen
Muchamad Iqbal Arief
 
8. keputusan tata usaha negara
8. keputusan tata usaha negara8. keputusan tata usaha negara
8. keputusan tata usaha negara
nurul khaiva
 
Subjek dan objek hukum
Subjek dan objek hukumSubjek dan objek hukum
Subjek dan objek hukumEga Jalaludin
 
Presentasi etika profesi hukum
Presentasi etika profesi hukumPresentasi etika profesi hukum
Presentasi etika profesi hukum
Anto Neo Madani
 
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)
Idik Saeful Bahri
 
Kumpulan soal hukum
Kumpulan soal hukumKumpulan soal hukum
Kumpulan soal hukumsyophi
 
Hukum asuransi
Hukum asuransiHukum asuransi
Hukum asuransi
Defina Sulastiningtiyas
 
Hukum persaingan usaha
Hukum persaingan usahaHukum persaingan usaha
Hukum persaingan usaha
Rahmah Nurhalisa
 
HUKUM PERUSAHAAN
HUKUM PERUSAHAANHUKUM PERUSAHAAN
HUKUM PERUSAHAAN
Hanik Hidayah
 
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANAPPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
Dian Oktavia
 
Badan usaha
Badan usahaBadan usaha
Badan usaha
Wisnu Dewobroto
 
Ppt Perlindungan Konsumen
Ppt Perlindungan KonsumenPpt Perlindungan Konsumen
Ppt Perlindungan Konsumenrianymonika
 
Hukum perjanjian (Hukum Kontrak)
Hukum perjanjian (Hukum Kontrak)Hukum perjanjian (Hukum Kontrak)
Hukum perjanjian (Hukum Kontrak)
Kacung Abdullah
 
Haki hak atas kekayaan intelektual
Haki hak atas kekayaan intelektualHaki hak atas kekayaan intelektual
Haki hak atas kekayaan intelektual
Ega Jalaludin
 
pengertian hukum dan hukum ekonomi
pengertian hukum dan hukum ekonomipengertian hukum dan hukum ekonomi
pengertian hukum dan hukum ekonomiamanda lubis
 
Hukum Perizinan - ASPEK HUKUM EKONOMI DAN BISNIS
Hukum Perizinan - ASPEK HUKUM EKONOMI DAN BISNISHukum Perizinan - ASPEK HUKUM EKONOMI DAN BISNIS
Hukum Perizinan - ASPEK HUKUM EKONOMI DAN BISNIS
Falanni Firyal Fawwaz
 

What's hot (20)

Hukum persaingan usaha (anti monopoli)
Hukum persaingan usaha (anti monopoli)Hukum persaingan usaha (anti monopoli)
Hukum persaingan usaha (anti monopoli)
 
Hukum Kepailitan
Hukum Kepailitan Hukum Kepailitan
Hukum Kepailitan
 
Hukum Perdata
Hukum Perdata Hukum Perdata
Hukum Perdata
 
Perlindungan konsumen
 Perlindungan konsumen Perlindungan konsumen
Perlindungan konsumen
 
8. keputusan tata usaha negara
8. keputusan tata usaha negara8. keputusan tata usaha negara
8. keputusan tata usaha negara
 
Subjek dan objek hukum
Subjek dan objek hukumSubjek dan objek hukum
Subjek dan objek hukum
 
Presentasi etika profesi hukum
Presentasi etika profesi hukumPresentasi etika profesi hukum
Presentasi etika profesi hukum
 
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)
 
Kumpulan soal hukum
Kumpulan soal hukumKumpulan soal hukum
Kumpulan soal hukum
 
Hukum asuransi
Hukum asuransiHukum asuransi
Hukum asuransi
 
Hukum persaingan usaha
Hukum persaingan usahaHukum persaingan usaha
Hukum persaingan usaha
 
Hukum dagang
Hukum dagangHukum dagang
Hukum dagang
 
HUKUM PERUSAHAAN
HUKUM PERUSAHAANHUKUM PERUSAHAAN
HUKUM PERUSAHAAN
 
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANAPPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
 
Badan usaha
Badan usahaBadan usaha
Badan usaha
 
Ppt Perlindungan Konsumen
Ppt Perlindungan KonsumenPpt Perlindungan Konsumen
Ppt Perlindungan Konsumen
 
Hukum perjanjian (Hukum Kontrak)
Hukum perjanjian (Hukum Kontrak)Hukum perjanjian (Hukum Kontrak)
Hukum perjanjian (Hukum Kontrak)
 
Haki hak atas kekayaan intelektual
Haki hak atas kekayaan intelektualHaki hak atas kekayaan intelektual
Haki hak atas kekayaan intelektual
 
pengertian hukum dan hukum ekonomi
pengertian hukum dan hukum ekonomipengertian hukum dan hukum ekonomi
pengertian hukum dan hukum ekonomi
 
Hukum Perizinan - ASPEK HUKUM EKONOMI DAN BISNIS
Hukum Perizinan - ASPEK HUKUM EKONOMI DAN BISNISHukum Perizinan - ASPEK HUKUM EKONOMI DAN BISNIS
Hukum Perizinan - ASPEK HUKUM EKONOMI DAN BISNIS
 

Viewers also liked

Hukum bisnis : hukum persaingan usaha
Hukum bisnis : hukum persaingan usahaHukum bisnis : hukum persaingan usaha
Hukum bisnis : hukum persaingan usaha
Yudha Kusuma
 
Antimonopoli dan persaingan usaha tidak sehat
Antimonopoli dan persaingan usaha tidak sehatAntimonopoli dan persaingan usaha tidak sehat
Antimonopoli dan persaingan usaha tidak sehat
Anchi Geger
 
Aspek hukum dalam ekonomi 'monopoli dan persaingan usaha tidak sehat'
Aspek hukum dalam ekonomi 'monopoli dan persaingan usaha tidak sehat'Aspek hukum dalam ekonomi 'monopoli dan persaingan usaha tidak sehat'
Aspek hukum dalam ekonomi 'monopoli dan persaingan usaha tidak sehat'
Nur Azizah
 
Revisi anti monopoli & persaingan usaha tdk sehat
Revisi anti monopoli & persaingan usaha tdk sehatRevisi anti monopoli & persaingan usaha tdk sehat
Revisi anti monopoli & persaingan usaha tdk sehatNimah Lavigne
 
akuntansi internasional
akuntansi internasionalakuntansi internasional
akuntansi internasionalnaufal262
 
Pasar monopoli tidak sehat
Pasar monopoli tidak sehatPasar monopoli tidak sehat
Pasar monopoli tidak sehat
Anchi Geger
 
Tentang Chairul Tanjung dan kesuksesannya
Tentang Chairul Tanjung dan kesuksesannyaTentang Chairul Tanjung dan kesuksesannya
Tentang Chairul Tanjung dan kesuksesannya
Diah Roshyta Sari
 
Tindakan yang di larang dalam persaingan usaha(uu no. 5 1999)
Tindakan yang di larang dalam persaingan usaha(uu no. 5 1999)Tindakan yang di larang dalam persaingan usaha(uu no. 5 1999)
Tindakan yang di larang dalam persaingan usaha(uu no. 5 1999)
indra wijaya
 
Chairul tanjung
Chairul tanjungChairul tanjung
Chairul tanjungsaryul
 
Konfirmasi saldo piutang
Konfirmasi saldo piutangKonfirmasi saldo piutang
Konfirmasi saldo piutang
sansantika_
 
Power Point Bedah Buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong
Power Point Bedah Buku Chairul Tanjung Si Anak SingkongPower Point Bedah Buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong
Power Point Bedah Buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong
Pembayun Puji Astuti
 
Biografi Chairul Tanjung
Biografi Chairul TanjungBiografi Chairul Tanjung
Biografi Chairul TanjungDini Audi
 
Chairul tanjung ppt
Chairul tanjung pptChairul tanjung ppt
Chairul tanjung pptDea Daulika
 

Viewers also liked (17)

Hukum bisnis : hukum persaingan usaha
Hukum bisnis : hukum persaingan usahaHukum bisnis : hukum persaingan usaha
Hukum bisnis : hukum persaingan usaha
 
Antimonopoli dan persaingan usaha tidak sehat
Antimonopoli dan persaingan usaha tidak sehatAntimonopoli dan persaingan usaha tidak sehat
Antimonopoli dan persaingan usaha tidak sehat
 
Aspek hukum dalam ekonomi 'monopoli dan persaingan usaha tidak sehat'
Aspek hukum dalam ekonomi 'monopoli dan persaingan usaha tidak sehat'Aspek hukum dalam ekonomi 'monopoli dan persaingan usaha tidak sehat'
Aspek hukum dalam ekonomi 'monopoli dan persaingan usaha tidak sehat'
 
Revisi anti monopoli & persaingan usaha tdk sehat
Revisi anti monopoli & persaingan usaha tdk sehatRevisi anti monopoli & persaingan usaha tdk sehat
Revisi anti monopoli & persaingan usaha tdk sehat
 
akuntansi internasional
akuntansi internasionalakuntansi internasional
akuntansi internasional
 
Kewirausahaan ii
Kewirausahaan iiKewirausahaan ii
Kewirausahaan ii
 
Chairul Tanjung inspirator bangsa
Chairul Tanjung inspirator bangsaChairul Tanjung inspirator bangsa
Chairul Tanjung inspirator bangsa
 
Pasar monopoli tidak sehat
Pasar monopoli tidak sehatPasar monopoli tidak sehat
Pasar monopoli tidak sehat
 
Tentang Chairul Tanjung dan kesuksesannya
Tentang Chairul Tanjung dan kesuksesannyaTentang Chairul Tanjung dan kesuksesannya
Tentang Chairul Tanjung dan kesuksesannya
 
Tindakan yang di larang dalam persaingan usaha(uu no. 5 1999)
Tindakan yang di larang dalam persaingan usaha(uu no. 5 1999)Tindakan yang di larang dalam persaingan usaha(uu no. 5 1999)
Tindakan yang di larang dalam persaingan usaha(uu no. 5 1999)
 
Chairul tanjung
Chairul tanjungChairul tanjung
Chairul tanjung
 
Konfirmasi saldo piutang
Konfirmasi saldo piutangKonfirmasi saldo piutang
Konfirmasi saldo piutang
 
Power Point Bedah Buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong
Power Point Bedah Buku Chairul Tanjung Si Anak SingkongPower Point Bedah Buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong
Power Point Bedah Buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong
 
Inspirational Entrepreneur: Chairul Tanjung
Inspirational Entrepreneur: Chairul TanjungInspirational Entrepreneur: Chairul Tanjung
Inspirational Entrepreneur: Chairul Tanjung
 
Biografi Chairul Tanjung
Biografi Chairul TanjungBiografi Chairul Tanjung
Biografi Chairul Tanjung
 
Chairul tanjung ppt
Chairul tanjung pptChairul tanjung ppt
Chairul tanjung ppt
 
Chairul Tanjung
Chairul TanjungChairul Tanjung
Chairul Tanjung
 

Similar to HUKUM PERSAINGAN USAHA

HBL10. Muhammad Rizal Ramadhan, hapzi ali, modul 10 hbl, anti monopoli persa...
HBL10. Muhammad Rizal Ramadhan, hapzi ali, modul 10 hbl, anti monopoli  persa...HBL10. Muhammad Rizal Ramadhan, hapzi ali, modul 10 hbl, anti monopoli  persa...
HBL10. Muhammad Rizal Ramadhan, hapzi ali, modul 10 hbl, anti monopoli persa...
Muhammad Ramadhan
 
Hbl10, agung pangestu, hapzi ali, modul 10 hbl, anti monopoli persaigan bisn...
Hbl10, agung pangestu, hapzi ali, modul 10 hbl, anti monopoli  persaigan bisn...Hbl10, agung pangestu, hapzi ali, modul 10 hbl, anti monopoli  persaigan bisn...
Hbl10, agung pangestu, hapzi ali, modul 10 hbl, anti monopoli persaigan bisn...
AgungAgungPangestu
 
Hbl, hayyu safitri, hapzi ali, anti monopoli dan persaingan bisnis tidak seha...
Hbl, hayyu safitri, hapzi ali, anti monopoli dan persaingan bisnis tidak seha...Hbl, hayyu safitri, hapzi ali, anti monopoli dan persaingan bisnis tidak seha...
Hbl, hayyu safitri, hapzi ali, anti monopoli dan persaingan bisnis tidak seha...
Hayyu Safitri
 
Hbl, agnes monica, anti monopoli dan persaingan sehat.doc
Hbl, agnes monica, anti monopoli  dan persaingan sehat.docHbl, agnes monica, anti monopoli  dan persaingan sehat.doc
Hbl, agnes monica, anti monopoli dan persaingan sehat.doc
AgnesMonica14
 
Hbl, dimas triadi, hapzi ali, anti monopoli dan persainagn bisnis tidak sehat...
Hbl, dimas triadi, hapzi ali, anti monopoli dan persainagn bisnis tidak sehat...Hbl, dimas triadi, hapzi ali, anti monopoli dan persainagn bisnis tidak sehat...
Hbl, dimas triadi, hapzi ali, anti monopoli dan persainagn bisnis tidak sehat...
Dimas Triadi
 
Hbl,agnes monica, anti monopoli dan persaingan bisnis, universitas mercu buana
Hbl,agnes monica, anti monopoli dan persaingan bisnis, universitas mercu buanaHbl,agnes monica, anti monopoli dan persaingan bisnis, universitas mercu buana
Hbl,agnes monica, anti monopoli dan persaingan bisnis, universitas mercu buana
AgnesMonica14
 
HBL 10, ZAHRA KAMILA, HAPZI ALI, ANTI MONOPOLI DAN PERSAINGAN TIDAK SEHAT, UN...
HBL 10, ZAHRA KAMILA, HAPZI ALI, ANTI MONOPOLI DAN PERSAINGAN TIDAK SEHAT, UN...HBL 10, ZAHRA KAMILA, HAPZI ALI, ANTI MONOPOLI DAN PERSAINGAN TIDAK SEHAT, UN...
HBL 10, ZAHRA KAMILA, HAPZI ALI, ANTI MONOPOLI DAN PERSAINGAN TIDAK SEHAT, UN...
ZahraKamila4
 
10. hbl,novi siti sholekah, prof.dr.hapzi ali, cma , anti monopoli dan persai...
10. hbl,novi siti sholekah, prof.dr.hapzi ali, cma , anti monopoli dan persai...10. hbl,novi siti sholekah, prof.dr.hapzi ali, cma , anti monopoli dan persai...
10. hbl,novi siti sholekah, prof.dr.hapzi ali, cma , anti monopoli dan persai...
Novi Siti
 
10, hbl, angela regife laksmy situmorang, hapzi ali, anti monopoli dan persai...
10, hbl, angela regife laksmy situmorang, hapzi ali, anti monopoli dan persai...10, hbl, angela regife laksmy situmorang, hapzi ali, anti monopoli dan persai...
10, hbl, angela regife laksmy situmorang, hapzi ali, anti monopoli dan persai...
angelaregife
 
01 hbll, angela regife laksmy situmorang, prof. dr. hapzi ali, cma, anti mono...
01 hbll, angela regife laksmy situmorang, prof. dr. hapzi ali, cma, anti mono...01 hbll, angela regife laksmy situmorang, prof. dr. hapzi ali, cma, anti mono...
01 hbll, angela regife laksmy situmorang, prof. dr. hapzi ali, cma, anti mono...
angelaregife
 
materi hukum bisnis hukum persaingan usaha
materi hukum bisnis hukum persaingan usahamateri hukum bisnis hukum persaingan usaha
materi hukum bisnis hukum persaingan usaha
yunitahatmayantihafi
 
10. hbl, maghfira arsyfa ganivy, hapzi ali, anti monopoli dan persaingan bisn...
10. hbl, maghfira arsyfa ganivy, hapzi ali, anti monopoli dan persaingan bisn...10. hbl, maghfira arsyfa ganivy, hapzi ali, anti monopoli dan persaingan bisn...
10. hbl, maghfira arsyfa ganivy, hapzi ali, anti monopoli dan persaingan bisn...
Maghfira Arsyfa Ganivy
 
Hbl, hayyu safitri, hapzi ali, anti monopoli dan persaingan tidak sehat, univ...
Hbl, hayyu safitri, hapzi ali, anti monopoli dan persaingan tidak sehat, univ...Hbl, hayyu safitri, hapzi ali, anti monopoli dan persaingan tidak sehat, univ...
Hbl, hayyu safitri, hapzi ali, anti monopoli dan persaingan tidak sehat, univ...
Hayyu Safitri
 
Hbl,chives radin,hapzi ali anti monopoli dan persainagn bisnis tidak sehat ,u...
Hbl,chives radin,hapzi ali anti monopoli dan persainagn bisnis tidak sehat ,u...Hbl,chives radin,hapzi ali anti monopoli dan persainagn bisnis tidak sehat ,u...
Hbl,chives radin,hapzi ali anti monopoli dan persainagn bisnis tidak sehat ,u...
chivesradin1
 
1. Hbl,chives radin,prof.hapzi ali,anti monopoli dan persaingan bisnis tidak ...
1. Hbl,chives radin,prof.hapzi ali,anti monopoli dan persaingan bisnis tidak ...1. Hbl,chives radin,prof.hapzi ali,anti monopoli dan persaingan bisnis tidak ...
1. Hbl,chives radin,prof.hapzi ali,anti monopoli dan persaingan bisnis tidak ...
Chives Radin
 
10,hbl,an nisa rizki yulianti,hapzi ali,anti monopoli & persaingan bisnis...
10,hbl,an nisa rizki yulianti,hapzi ali,anti monopoli & persaingan bisnis...10,hbl,an nisa rizki yulianti,hapzi ali,anti monopoli & persaingan bisnis...
10,hbl,an nisa rizki yulianti,hapzi ali,anti monopoli & persaingan bisnis...
An Nisa Rizki Yulianti
 
AntiMonopoli dan persaingan tidak sehat
AntiMonopoli dan persaingan tidak sehatAntiMonopoli dan persaingan tidak sehat
AntiMonopoli dan persaingan tidak sehat
Primajatti Pratiwi
 
Hbl 10, santi rizki amalia, prof hapzi ali, anti monopoli dan persaingan tida...
Hbl 10, santi rizki amalia, prof hapzi ali, anti monopoli dan persaingan tida...Hbl 10, santi rizki amalia, prof hapzi ali, anti monopoli dan persaingan tida...
Hbl 10, santi rizki amalia, prof hapzi ali, anti monopoli dan persaingan tida...
Santirzkamalia
 
Business ethics Stakeholder Consideration
Business ethics Stakeholder ConsiderationBusiness ethics Stakeholder Consideration
Business ethics Stakeholder Consideration
Lenny Rosadiawan
 
Hbl minggu 10, hefti juliza, hapzi ali, anti monopoli dan persaingan usaha, u...
Hbl minggu 10, hefti juliza, hapzi ali, anti monopoli dan persaingan usaha, u...Hbl minggu 10, hefti juliza, hapzi ali, anti monopoli dan persaingan usaha, u...
Hbl minggu 10, hefti juliza, hapzi ali, anti monopoli dan persaingan usaha, u...
Hefti Juliza
 

Similar to HUKUM PERSAINGAN USAHA (20)

HBL10. Muhammad Rizal Ramadhan, hapzi ali, modul 10 hbl, anti monopoli persa...
HBL10. Muhammad Rizal Ramadhan, hapzi ali, modul 10 hbl, anti monopoli  persa...HBL10. Muhammad Rizal Ramadhan, hapzi ali, modul 10 hbl, anti monopoli  persa...
HBL10. Muhammad Rizal Ramadhan, hapzi ali, modul 10 hbl, anti monopoli persa...
 
Hbl10, agung pangestu, hapzi ali, modul 10 hbl, anti monopoli persaigan bisn...
Hbl10, agung pangestu, hapzi ali, modul 10 hbl, anti monopoli  persaigan bisn...Hbl10, agung pangestu, hapzi ali, modul 10 hbl, anti monopoli  persaigan bisn...
Hbl10, agung pangestu, hapzi ali, modul 10 hbl, anti monopoli persaigan bisn...
 
Hbl, hayyu safitri, hapzi ali, anti monopoli dan persaingan bisnis tidak seha...
Hbl, hayyu safitri, hapzi ali, anti monopoli dan persaingan bisnis tidak seha...Hbl, hayyu safitri, hapzi ali, anti monopoli dan persaingan bisnis tidak seha...
Hbl, hayyu safitri, hapzi ali, anti monopoli dan persaingan bisnis tidak seha...
 
Hbl, agnes monica, anti monopoli dan persaingan sehat.doc
Hbl, agnes monica, anti monopoli  dan persaingan sehat.docHbl, agnes monica, anti monopoli  dan persaingan sehat.doc
Hbl, agnes monica, anti monopoli dan persaingan sehat.doc
 
Hbl, dimas triadi, hapzi ali, anti monopoli dan persainagn bisnis tidak sehat...
Hbl, dimas triadi, hapzi ali, anti monopoli dan persainagn bisnis tidak sehat...Hbl, dimas triadi, hapzi ali, anti monopoli dan persainagn bisnis tidak sehat...
Hbl, dimas triadi, hapzi ali, anti monopoli dan persainagn bisnis tidak sehat...
 
Hbl,agnes monica, anti monopoli dan persaingan bisnis, universitas mercu buana
Hbl,agnes monica, anti monopoli dan persaingan bisnis, universitas mercu buanaHbl,agnes monica, anti monopoli dan persaingan bisnis, universitas mercu buana
Hbl,agnes monica, anti monopoli dan persaingan bisnis, universitas mercu buana
 
HBL 10, ZAHRA KAMILA, HAPZI ALI, ANTI MONOPOLI DAN PERSAINGAN TIDAK SEHAT, UN...
HBL 10, ZAHRA KAMILA, HAPZI ALI, ANTI MONOPOLI DAN PERSAINGAN TIDAK SEHAT, UN...HBL 10, ZAHRA KAMILA, HAPZI ALI, ANTI MONOPOLI DAN PERSAINGAN TIDAK SEHAT, UN...
HBL 10, ZAHRA KAMILA, HAPZI ALI, ANTI MONOPOLI DAN PERSAINGAN TIDAK SEHAT, UN...
 
10. hbl,novi siti sholekah, prof.dr.hapzi ali, cma , anti monopoli dan persai...
10. hbl,novi siti sholekah, prof.dr.hapzi ali, cma , anti monopoli dan persai...10. hbl,novi siti sholekah, prof.dr.hapzi ali, cma , anti monopoli dan persai...
10. hbl,novi siti sholekah, prof.dr.hapzi ali, cma , anti monopoli dan persai...
 
10, hbl, angela regife laksmy situmorang, hapzi ali, anti monopoli dan persai...
10, hbl, angela regife laksmy situmorang, hapzi ali, anti monopoli dan persai...10, hbl, angela regife laksmy situmorang, hapzi ali, anti monopoli dan persai...
10, hbl, angela regife laksmy situmorang, hapzi ali, anti monopoli dan persai...
 
01 hbll, angela regife laksmy situmorang, prof. dr. hapzi ali, cma, anti mono...
01 hbll, angela regife laksmy situmorang, prof. dr. hapzi ali, cma, anti mono...01 hbll, angela regife laksmy situmorang, prof. dr. hapzi ali, cma, anti mono...
01 hbll, angela regife laksmy situmorang, prof. dr. hapzi ali, cma, anti mono...
 
materi hukum bisnis hukum persaingan usaha
materi hukum bisnis hukum persaingan usahamateri hukum bisnis hukum persaingan usaha
materi hukum bisnis hukum persaingan usaha
 
10. hbl, maghfira arsyfa ganivy, hapzi ali, anti monopoli dan persaingan bisn...
10. hbl, maghfira arsyfa ganivy, hapzi ali, anti monopoli dan persaingan bisn...10. hbl, maghfira arsyfa ganivy, hapzi ali, anti monopoli dan persaingan bisn...
10. hbl, maghfira arsyfa ganivy, hapzi ali, anti monopoli dan persaingan bisn...
 
Hbl, hayyu safitri, hapzi ali, anti monopoli dan persaingan tidak sehat, univ...
Hbl, hayyu safitri, hapzi ali, anti monopoli dan persaingan tidak sehat, univ...Hbl, hayyu safitri, hapzi ali, anti monopoli dan persaingan tidak sehat, univ...
Hbl, hayyu safitri, hapzi ali, anti monopoli dan persaingan tidak sehat, univ...
 
Hbl,chives radin,hapzi ali anti monopoli dan persainagn bisnis tidak sehat ,u...
Hbl,chives radin,hapzi ali anti monopoli dan persainagn bisnis tidak sehat ,u...Hbl,chives radin,hapzi ali anti monopoli dan persainagn bisnis tidak sehat ,u...
Hbl,chives radin,hapzi ali anti monopoli dan persainagn bisnis tidak sehat ,u...
 
1. Hbl,chives radin,prof.hapzi ali,anti monopoli dan persaingan bisnis tidak ...
1. Hbl,chives radin,prof.hapzi ali,anti monopoli dan persaingan bisnis tidak ...1. Hbl,chives radin,prof.hapzi ali,anti monopoli dan persaingan bisnis tidak ...
1. Hbl,chives radin,prof.hapzi ali,anti monopoli dan persaingan bisnis tidak ...
 
10,hbl,an nisa rizki yulianti,hapzi ali,anti monopoli & persaingan bisnis...
10,hbl,an nisa rizki yulianti,hapzi ali,anti monopoli & persaingan bisnis...10,hbl,an nisa rizki yulianti,hapzi ali,anti monopoli & persaingan bisnis...
10,hbl,an nisa rizki yulianti,hapzi ali,anti monopoli & persaingan bisnis...
 
AntiMonopoli dan persaingan tidak sehat
AntiMonopoli dan persaingan tidak sehatAntiMonopoli dan persaingan tidak sehat
AntiMonopoli dan persaingan tidak sehat
 
Hbl 10, santi rizki amalia, prof hapzi ali, anti monopoli dan persaingan tida...
Hbl 10, santi rizki amalia, prof hapzi ali, anti monopoli dan persaingan tida...Hbl 10, santi rizki amalia, prof hapzi ali, anti monopoli dan persaingan tida...
Hbl 10, santi rizki amalia, prof hapzi ali, anti monopoli dan persaingan tida...
 
Business ethics Stakeholder Consideration
Business ethics Stakeholder ConsiderationBusiness ethics Stakeholder Consideration
Business ethics Stakeholder Consideration
 
Hbl minggu 10, hefti juliza, hapzi ali, anti monopoli dan persaingan usaha, u...
Hbl minggu 10, hefti juliza, hapzi ali, anti monopoli dan persaingan usaha, u...Hbl minggu 10, hefti juliza, hapzi ali, anti monopoli dan persaingan usaha, u...
Hbl minggu 10, hefti juliza, hapzi ali, anti monopoli dan persaingan usaha, u...
 

More from Fair Nurfachrizi

Integrasi Nasional
Integrasi NasionalIntegrasi Nasional
Integrasi Nasional
Fair Nurfachrizi
 
Ketahanan Nasional
Ketahanan NasionalKetahanan Nasional
Ketahanan Nasional
Fair Nurfachrizi
 
Wawasan ke-Indonesiaan
Wawasan ke-IndonesiaanWawasan ke-Indonesiaan
Wawasan ke-Indonesiaan
Fair Nurfachrizi
 
Ketatanegaraan dan Sistem Hukum Nasional
Ketatanegaraan dan Sistem Hukum NasionalKetatanegaraan dan Sistem Hukum Nasional
Ketatanegaraan dan Sistem Hukum Nasional
Fair Nurfachrizi
 
Multikulturalisme & Kebangsaan Indonesia
Multikulturalisme & Kebangsaan IndonesiaMultikulturalisme & Kebangsaan Indonesia
Multikulturalisme & Kebangsaan Indonesia
Fair Nurfachrizi
 
Identitas Nasional dan Faham Kebangsaan
Identitas Nasional dan Faham KebangsaanIdentitas Nasional dan Faham Kebangsaan
Identitas Nasional dan Faham Kebangsaan
Fair Nurfachrizi
 
Ideologi Negara
Ideologi NegaraIdeologi Negara
Ideologi Negara
Fair Nurfachrizi
 
Pancasila Sebagai Sistem Etika
Pancasila Sebagai Sistem EtikaPancasila Sebagai Sistem Etika
Pancasila Sebagai Sistem Etika
Fair Nurfachrizi
 
Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Pancasila Sebagai Sistem FilsafatPancasila Sebagai Sistem Filsafat
Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Fair Nurfachrizi
 
Negara & Warga Negara
Negara & Warga NegaraNegara & Warga Negara
Negara & Warga Negara
Fair Nurfachrizi
 
Konsep Warga Negara
Konsep Warga NegaraKonsep Warga Negara
Konsep Warga Negara
Fair Nurfachrizi
 
Konsep Masyarakat Bangsa dan Negara
Konsep Masyarakat Bangsa dan NegaraKonsep Masyarakat Bangsa dan Negara
Konsep Masyarakat Bangsa dan Negara
Fair Nurfachrizi
 
Peran & Fungsi Mahasiswa Indonesia
Peran & Fungsi Mahasiswa IndonesiaPeran & Fungsi Mahasiswa Indonesia
Peran & Fungsi Mahasiswa Indonesia
Fair Nurfachrizi
 
Pancasila dan Demokrasi Ekonomi
Pancasila dan Demokrasi EkonomiPancasila dan Demokrasi Ekonomi
Pancasila dan Demokrasi Ekonomi
Fair Nurfachrizi
 
Pemerintahan, Perwakilan dan Sistem Pemilu
Pemerintahan, Perwakilan dan Sistem PemiluPemerintahan, Perwakilan dan Sistem Pemilu
Pemerintahan, Perwakilan dan Sistem Pemilu
Fair Nurfachrizi
 
Sistem Politik & Demokrasi
Sistem Politik & DemokrasiSistem Politik & Demokrasi
Sistem Politik & Demokrasi
Fair Nurfachrizi
 
Hak Asasi Manusia
Hak Asasi ManusiaHak Asasi Manusia
Hak Asasi Manusia
Fair Nurfachrizi
 
Otonomi Daerah
Otonomi DaerahOtonomi Daerah
Otonomi Daerah
Fair Nurfachrizi
 
Globalisasi
GlobalisasiGlobalisasi
Globalisasi
Fair Nurfachrizi
 
SPT 2013 OP Norma
SPT 2013 OP NormaSPT 2013 OP Norma
SPT 2013 OP Norma
Fair Nurfachrizi
 

More from Fair Nurfachrizi (20)

Integrasi Nasional
Integrasi NasionalIntegrasi Nasional
Integrasi Nasional
 
Ketahanan Nasional
Ketahanan NasionalKetahanan Nasional
Ketahanan Nasional
 
Wawasan ke-Indonesiaan
Wawasan ke-IndonesiaanWawasan ke-Indonesiaan
Wawasan ke-Indonesiaan
 
Ketatanegaraan dan Sistem Hukum Nasional
Ketatanegaraan dan Sistem Hukum NasionalKetatanegaraan dan Sistem Hukum Nasional
Ketatanegaraan dan Sistem Hukum Nasional
 
Multikulturalisme & Kebangsaan Indonesia
Multikulturalisme & Kebangsaan IndonesiaMultikulturalisme & Kebangsaan Indonesia
Multikulturalisme & Kebangsaan Indonesia
 
Identitas Nasional dan Faham Kebangsaan
Identitas Nasional dan Faham KebangsaanIdentitas Nasional dan Faham Kebangsaan
Identitas Nasional dan Faham Kebangsaan
 
Ideologi Negara
Ideologi NegaraIdeologi Negara
Ideologi Negara
 
Pancasila Sebagai Sistem Etika
Pancasila Sebagai Sistem EtikaPancasila Sebagai Sistem Etika
Pancasila Sebagai Sistem Etika
 
Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Pancasila Sebagai Sistem FilsafatPancasila Sebagai Sistem Filsafat
Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
 
Negara & Warga Negara
Negara & Warga NegaraNegara & Warga Negara
Negara & Warga Negara
 
Konsep Warga Negara
Konsep Warga NegaraKonsep Warga Negara
Konsep Warga Negara
 
Konsep Masyarakat Bangsa dan Negara
Konsep Masyarakat Bangsa dan NegaraKonsep Masyarakat Bangsa dan Negara
Konsep Masyarakat Bangsa dan Negara
 
Peran & Fungsi Mahasiswa Indonesia
Peran & Fungsi Mahasiswa IndonesiaPeran & Fungsi Mahasiswa Indonesia
Peran & Fungsi Mahasiswa Indonesia
 
Pancasila dan Demokrasi Ekonomi
Pancasila dan Demokrasi EkonomiPancasila dan Demokrasi Ekonomi
Pancasila dan Demokrasi Ekonomi
 
Pemerintahan, Perwakilan dan Sistem Pemilu
Pemerintahan, Perwakilan dan Sistem PemiluPemerintahan, Perwakilan dan Sistem Pemilu
Pemerintahan, Perwakilan dan Sistem Pemilu
 
Sistem Politik & Demokrasi
Sistem Politik & DemokrasiSistem Politik & Demokrasi
Sistem Politik & Demokrasi
 
Hak Asasi Manusia
Hak Asasi ManusiaHak Asasi Manusia
Hak Asasi Manusia
 
Otonomi Daerah
Otonomi DaerahOtonomi Daerah
Otonomi Daerah
 
Globalisasi
GlobalisasiGlobalisasi
Globalisasi
 
SPT 2013 OP Norma
SPT 2013 OP NormaSPT 2013 OP Norma
SPT 2013 OP Norma
 

Recently uploaded

Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
EkoPutuKromo
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
haryonospdsd011
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
d2spdpnd9185
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
johan199969
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
Dedi Dwitagama
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
suprihatin1885
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
RinawatiRinawati10
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
DEVI390643
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
WILDANREYkun
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
yuniarmadyawati361
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
EkoPutuKromo
 

Recently uploaded (20)

Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
 

HUKUM PERSAINGAN USAHA

  • 2. Persaingan Usaha di Indonesia, diatur dengan UU-RI Nomor 5 Tahun 1999, tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Kata Monopoli berasal dari bahasa Yunani yang berarti “Penjual Tunggal”, di Amerika sering digunakan dengan istilah “Antitrust”, di masyarakat Eropa menggunakan bahasa “Dominasi”, dan masyarakat bisnis juga sering menyebut dengan “Kekuatan Pasar”. Keempat istilah tersebut dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan dimana seseorang telah menguasai pasar, dimana di pasar tersebut tidak tersedia lagi produk subsitusi yang potensial, serta terdapatnya kemampuan pelaku pasar untuk menerapkan harga produk yang lebih tinggi tanpa mengikuti hukum pasar atau hukum tentang permintaan dan penawaran pasar.
  • 3. Sementara yang dimaksud dengan “Praktek Monopoli” adalah suatu pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan/atau pemasaran atas barang dan jasa tertentu sehingga menimbulkan suatu persaingan usaha secara tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum. Sedangkan pengertian “Persaingan Usaha Tidak Sehat” adalah suatu persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan/atau pemasaran barang dan jasa yang dilakukan dengan cara-cara yang tidak jujur atau dengan cara melawan hukum atau menghambat persaingan usaha. Untuk itu tindakan “anti monopoli dan anti persaingan sehat” adalah dampak negatif terhadap : “Harga, Kualitas & Kuantitas” barang & jasa. Selanjutnya pengertian “Pemusatan Kekuatan Ekonomi” adalah penguasaan yang nyata atas suatu pasar oleh satu atau lebih pelaku usaha sehingga dapat menentukan harga barang dan jasa. Pengertian “Posisi Dominan” adalah suatu keadaan dimana pelaku usaha tidak mempunyai pesaing yang berarti di pasar yang bersangkutan dalam kaitan dengan pangsa pasar yang dikuasai, atau pelaku usaha mempunyai poisisi tertinggi di antara pesaingnya di pasar yang bersangkutan dalam kaitan dengan kemampuan keuangan, kemampuan akses pada pasokan atau penjualan, serta kemampuan untuk menyesuaikan pasokan atau permintaan barang dan jasa tertentu.
  • 4. Yang dimaksud dengan “Pelaku Usaha” adalah setiap orang atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum atau tidak, yang didirikan atau berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah RI yang menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi, jadi yang termasuk pelaku usaha adalah : 1. Orang Perorang; 2. Badan Usaha yang berbadan hukum; 3. Badan Usaha yang tidak berbadan hukum; Dalam ilmu hukum monopoli dikenal beberapa sikap dan tindakan monopolistik adalah sebagai berikut : 1. Mempersulit masuknya para pesaing kedalam bisnis yang bersangkutan; 2. Melakukan pemasungan sumber suplai yang penting atau suatu outlet distribusi yang penting; 3. Mendapatkan hak paten yang dapat mengakibatkan pihak pesaingnya sulit untuk menandingi produk atau jasa tersebut;
  • 5. 4. Integrasi ke atas atau ke bawah yang dapat menaikkan persediaan modal bagi pesaingnya atau membatasi akses pesaingnya kepada konsumen atau supplier; 5. Mempromosikan produk secara besar-besaran; 6. Menyewa tenaga-tenaga ahli yang berlebihan; 7. Pembedaan harga yang dapat mengakibatkan sulitnya bersaing dari pelaku pasar lain; 8. Kepada pihak pesaing disembunyikan informasi tentang pengembangan produk, tentang waktu atau skala produksi; 9. Memotong harga secara drastis; 10. Membeli atau mengakuisisi pesaing-pesaing yang tergolong kuat atau tergolong prospektif; 11. Menggugat pesaing-pesaingnya atas tuduhan pemalsuan hak paten, pelanggaran hukum anti monopoli dan tuduhan-tuduhan lainnya.
  • 6. Dengan demikian yang menjadi sasaran utama mengapa pasar harus diatur, sehingga dapat tercapai suatu kompetisi di pasar adalah agar tercapainya suatu efisiensi pasar. Alasan utama pasar diatur secara yuridis adalah : 1. Alasan Moral; 2. Alasan Reaksi Kapitalisme; 3. Alasan Utilitarian (demi kemaslahatan umat); 4. Alasan Berdasarkan Hak dan Kebebasan; 5. Alasan Yuridis-Konstitusional; Untuk itulah, tidak dapat disangkal bahwa cara yang paling ampuh untuk mengendalikan persaingan bisnis adalah dengan cara “Mengaturnya dengan UU”. Termasuk di Indonesia telah berlaku UU-RI Nomor 5 Tahun 1999, tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, yang berlandaskan kepada Demokrasi Pancasila dan UUD 1945.
  • 7. UU Nomor 5 Tahun 1999, mempunyai TUJUAN : 1. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi serta melindungi konsumen; 2. Menumbuhkan iklim usaha yang kondusif melalui terciptanya persaingan usaha yang sehat dan menjamin kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi setiap orang; 3. Mencegah praktek-praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat yang ditimbulkan pelaku usaha; 4. Menciptakan efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha dalam rangka meningkatkan efisiensi ekonomi nasional sebagai salah satu upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat;
  • 8. Disamping tujuan, maka Unsur-Unsur pendukung yang wajib untuk diperhatikan adalah sebagai berikut : 1. Mempertahankan dan mendorong terjadinya suatu persaingan yang efektif; 2. Mempromosikan minat konsumen, pembeli, dan pengguna lain dari barang dan jasa dalam hubungannya dengan harga, mutu, dan variasi produk yang tersedia; 3. Mempromosikan melalui persaingan yang mengurangi biaya serta mengembangkan dan menggunakan teknik baru dan memberikan kemudahan masuknya pesaing baru ke dalam pasar yang ada; 4. Mempertahankan dan mendorong keseimbangan penyaluran industri dan ketenagakerjaan; 5. Mempertahankan dan mendorong kegiatan persaingan dalam pasar di luar negeri;
  • 9. RUANG LINGKUP HUKUM ANTI MONOPOLI : 1. Perjanjian yang dilarang; 2. Kegiatan yang dilarang; 3. Penyalahgunaan posisi dominan; 4. Komisi Pengawas persaingan usaha; 5. Tata cara penanganan perkara; 6. Sanksi-sanksi; 7. Perkecualian-Perkecualian. HAL-HAL YANG DILARANG adalah : 1. Perjanjian-perjanjian tertentu yang berdampak tidak baik untuk persaingan pasar, yang terdiri dari : a. Oligopoli; b. Penetapan Harga; c. Pembagian Wilayah; d. Pemboikotan; e. Kartel; f. Trust; g. Oligopsoni; h. Integrasi vertikal; i. Perjanjian tertutup; j. Perjanjian dengan pihak luar negeri;
  • 10. 2. Kegiatan-Kegiatan tertentu yang berdampak tidak baik untuk persaingan pasar, yang meliputi kegiatan : a. Monopoli; b. Monopsoni; c. Penguasaan Pasar; d. Persekongkolan; 3. Posisi dominan di Pasar, yang meliputi : a. Pencegahan konsumen untuk memperoleh barang atau jasa yang bersaing; b. Pembatasan pasar dan Pengembangan Teknologi; c. Menghambat pesaing untuk bisa masuk pasar; d. Jabatan Rangkap; e. Pemilikan Saham; f. Merger, Akuisisi dan konsolidasi;
  • 11. Hal-Hal Yang Dikecualikan Oleh UU Anti Monopoli : 1. Bisnis Franchise; dan 2. Hak Paten; Ruang Lingkup Pengecualian : 1. Perjanjian yang dikecualikan, adalah sebagai berikut : a. Perjanjian yang berkaitan HaKI, pengecualian ini hanya terbatas sebab tidak semua aturan main tentang monopoli dan persaingan sehat dapat dilanggar mentang-mentang pelaku bisnis tersebut mempunyai hak milik intelektual; b. Perjanjian yang berkaitan dengan Waralaba, pengecualian ini juga bersifat terbatas, sebab tidak semua aturan main tentang monopoli dan persaingan sehat dapat dilanggar mentang-mentang oleh pelaku bisnis tersebut melaksanakan bisnisnya secara waralaba; c. Perjanjian penetapan dalam rangka standar teknis barang dan/atau jasa yang tidak mengekang dan/atau menghalangi persaingan;
  • 12. d. Perjanjian dalam rangka keagenan yang isinya tidak memuat ketentuang untuk memasok kembali barang dan/atau jasa dengan harga yang lebih rendah dari pada harga yang telah diperjanjikan; e. Perjanjian kerjasama penelitian untuk meningkatkan atau perbaikan standar hidup masyarakat luas; f. Perjanjian internasional yang telah diratifikasi oleh Pemerintah Republik Indonesia; Perbuatan yang dikecualikan oleh UU Anti Monopoli, adalah : 1. Perbuatan pelaku usaha yang tergolong ke dalam usaha kecil, tentunya juga perkecualian tersebut harus ditafsirkan dengan sangat terbatas, karena apakah dengan ini berarti bahwa yang namanya pengusaha kecil dapat seenaknya melanggar aturan main tentang monopoli atau persaingan curang; 2. Kegiatan usaha Koperasi yang secara khusus bertujuan untuk melayani anggota, perkecualian ini juga banyak memendam masalah, karena dengan dikecualikan hal ini berarti pihak koperasi dengan seenaknya dapat melanggar aturan main tentang monopoli dan/atau persaingan curang.
  • 13. HUKUM PERSAINGAN USAHA DI INDONESIA : Tidak banyak yang tercatat dalam sejarah hukum di Indonesia seputar kelahiran dan perkembangan hukum persaingan usaha, yang banyak dicatat dalam sejarah justru tindakan-tindakan atau perjanjian dalam bisnis yang sebenarnya dilarang dalam UU Anti Monopoli. Pada masa Pemerintahan Orde Baru, terjadi banyak persaingan usaha yang tidak sehat. Pada masa itu banyak terjadi monopoli, oligopoli dan perbuatan lain yang menjurus kepada persaingan curang. Setelah berakhirnya rezim orde baru, hukum persaingan lebih dimarakkan dengan diundangkannya UU Nomor 5 Tahun 1999. Oleh karena itulah sebelum adanya UU Nomor 5 Tahun 1999, maka Praktek Anti Monopoli dan Persaingan Usaha Yang Tidak Sehat di Indonesia diatur dalam : 1. UU nomor 5 Tahun 1984, tentang Perindustrian, dimana pada prinsipnya juga melarang industri-industri yang mengakibatkan terjadinya monopoli atau persaingan curang. Hanya makna dan konsep larangan tersebut dalam UU yang bersangkutan sangat terfokus dan tidak jelas, sehingga larangan tersebut sangat jarang dipraktekkan. Ketentuan tentang larangan persaingan curang terdapat dalam Pasal 7 ayat (2) dan (3) UU Perindustrian, yang menentukan bahwa Pemerintah melakukan pengaturan, pembinaan dan pengembangan terhadap industri untuk mengembangkan persaingan yang baik dan sehat serta mencegah persaingan yang tidak jujur dan mencegah pemusatan atau penguasaan industri oleh satu kelompok atau perorangan dalam bentuk monopoli yang merugikan masyarakat. Selebihnya dalam Pasal 9 ayat (2) UU Perindustrian ditentukan lebih lanjut bahwa pengaturan dan pembinaan bidang usaha industri dilakukan dengan memperhatikan penciptaan iklim yang sehat bagi pertumbuhan industri dan pencegahan persaingan yang tidak jujur antara perusahaan- perusahaan yang melakukan kegiatan industri, agar dapat dihindari pemusatan atau penguasaan industri oleh satu kelompok atau perorangan dalam bentuk monopoli yang merugikan masyarakat.
  • 14. 2. KUHP, Pasal 382 bis, yang menyatakan “Bahwa barang siapa untuk mendapatkan, melangsungkan atau memperluas hasil perdagangan atau perusahaan milik sendiri atau orang lain, melakukan perbuatan curang untuk menyesatkan khalayak umum atau seorang tertentu, diancam karena persaingan curang dengan penjara pidana paling lama 1 tahun 4 bulan, atau pidana denda paling banyak Rp. 300.500,--, bila perbuatan itu dapat menimbulkan kerugian bagi konkuren-konkurennya atau konkuren- konkuren orang lain”. Perbuatan-perbuatan yang dimaksud harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut : a. Adanya tindakan tertentu yang dikategorikan sebagai persaingan curang; b. Perbuatan persaingan curang tersebut dilakukan dalam rangka mendapatkan hasil perdagangan atau perusahaan, melangsungkan hasil perdagangan atau perusahaan, memperluas hasil perdagangan atau perusahaan; c. Perusahaan yang diuntungkan karena persaingan curang tersebut baik perusahaan si pelaku ataupun perusahaan lain; d. Perbuatan pidana persaingan curang tersebut dilakukan dengan cara menyesatkan khalayak umum atau menyesatkan orang tertentu; e. Akibat dari perbuatan pidana persaingan curang tersebut, menimbulkan kerugian bagi konkuren-konkuren dari si pelaku, atau menimbulkan kerugian bagi konkuren-konkuren dari orang lain yang diuntungkan dengan perbuatan si pelaku tersebut.
  • 15. 3. UU PT, terdapat ketentuan tentang persaingan curang dalam perdagangan yaitu yang berkaitan dengan ketentuan merger, akuisisi dan konsolidasi. Dalam bagian umum penjelasan atas UU PT ditegaskan bahwa tujuan utama pengaturan tentang merger, akuisisi dan konsolidasi perusahaan tersebut adalah untuk mencegah konsentrasi kekuasaan perdagangan dalam satu tangan dengan cara melakukan monopoli ataupun monopsoni. Selebihnya dalam Pasal 109 ayat (1) UU PT dinyatakan bahwa perbuatan hukum penggabungan, peleburan dan pengambil alihan perseroan harus memperhatikan : a. Kepentingan perseroan, pemegang saham minoritas dan karyawan perseroan; b. Kepentingan masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha. 4. UU Nomor 5 Tahun 1999, tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Yang Tidak Sehat.
  • 16. PENJELASAN PERJANJIAN YANG DILARANG, TERKAIT DENGAN PERSAINGAN TIDAK SEHAT : 1. Oligopoli, disebut juga Shared monopoly dilarang, sesuai dengan isi Pasal 4 UU Anti Monopoli, jika terpenuhinya unsur- unsur sebagai berikut : a. Adanya suatu perjanjian; b. Perjanjian tersebut dibuat antar pelaku usaha; c. Tujuan dibuatnya perjanjian tersebut adalah untuk secara bersama-sama melakukan penguasaan produksi dan/atau pemasaran barang dan jasa; d. Perjanjian tersebut dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan/atau persaingan curang; e. Praktek monopoli atau persaingan curang patut diduga telah terjadi jika 2 atau 3 pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 75% pangsa pasar dari 1 jenis barang atau jasa. Jadi dapat dikatakan bahwa pasar yang di oligopolis adalah pasar yang dikuasai oleh beberapa produsen saja (untuk produksi satu jenis barang).
  • 17. 2. Penetapan Harga, diatur dalam Pasal 5 sampai dengan Pasal 8 UU Anti Monopoli. Penetapan Harga yang dilarang tersebut adalah meliputi : a. Penetapan harga antar pelaku usaha; b. Penetapan harga yang berbeda terhadap barang dan/atau jasa yang sama; c. Penetapan Harga dibawah pasar dengan pelaku usaha lain; d. Penetapan harga jual kembali; 3. Pembagian Wilayah, diatur dalam Pasal 9 UU Anti Monopoli, unsur- unsurnya bahwa Pelaku Usaha telah melakukan pembagian wilayah adalah : a. Perjanjian tersebut dilakukan dengan Pelaku Usaha Pesaing; b. Tujuannya untuk membagi wilayah pemasaran atau alokasi pasar; c. Tindakan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat. Dalam penjelasan Pasal 9 UU Anti Monopoli, yang dimaksud dengan Pembagian Wilayah Pemasaran Atau Alokasi Pasar adalah : a. Membagi wilayah untuk memperoleh atau memasok barang dan/atau jasa; b. Menetapkan dari siapa saja dapat memperoleh atau memasok barang dan/atau jasa. Jadi tujuan dilarangnya perjanjian yang membagi wilayah pemasaran atau alokasi pasar, karena dapat meniadakan atau membatasi persaingan pasar, sehingga pihak konsumen maupun pihak pesaing akan sangat dirugikan.
  • 18. 4. Pemboikotan, diatur dalam Pasal 10 UU Anti Monopoli, bahwa pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya, yang dapat menghalangi pelaku usaha lain untuk melakukan usaha yang sama, baik untuk tujuan pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Dan Pelaku Usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menolak menjual setiap barang dan/atau Jasa dari pelaku usaha lain sehingga perbuatan tersebut : a. Merugikan atau dapat diduga akan merugikan pelaku usaha lain; b. Membatasi pelaku usaha lain dalam menjual atau membeli setiap barang dan atau jasa dari pasar yang bersangkutan. 5. Kartel, diatur dalam Pasal 11 UU Anti Monopoli, yang menetukan bahwa pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya yang dimaksud untuk mempengaruhi harga dengan mengatur produksi dan/atau pemasaran suatu barang dan/atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat.
  • 19. 6. Trust, suatu kerja sama dengan membentuk gabungan perusahaan atau perseroan yang lebih besar, dengan tetap menjaga dan mempertahankan kelangsungan hidup masing- masing perusahaan atau perseroan anggotanya, yang bertujuan untuk mengontrol produksi dan/atau pemasaran atas barang dan/atau jasa, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan/tau persaingan usaha tidak sehat. Ketentuan tentang Trust ini terdapat dalam Pasal 12 UU Anti Monopoli, yang menyebutkan bahwa pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain untuk melakukan kerjasama dengan membentuk gabungan perusahaan atau perseroan yang lebih besar, dengan tetap menjaga dan mempertahankan kelangsungan hidup masing- masing perusahaan atau perseroan anggotanya, yang bertujuan untuk mengontrol produksi dan/atau pemasaran atas barang dan/atau jasa, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat.
  • 20. 7. Oligopsoni, adalah keadaan pasar dimana hanya 2 atau 3 perusahaan saja yang menjadi penjual terhadap produk tertentu, maka sebaliknya dengan oligopsoni di pasar hanya ada 2 atau 3 pembeli yang membeli produk tertentu. Oligopsoni diatur dalam Pasal 13 UU Anti Monopoli yang menentukan bahwa pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang bertujuan untuk secara bersama-sama, menguasai pembelian atau penerimaan pasokan agar dapat mengendalikan harga atas barang dan/atau jasa dalam pasar bersangkutan, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat. 8. Integrasi Vertikal, adalah suatu penguasaan serangkaian proses produksi atas barang tertentu mulai dari hulu sampai hilir atau proses yang berlanjut atas suatu layanan jasa tertentu oleh pelaku usaha tertentu. Integrasi Vertikal ini diatur dalam Pasal 14 UU Anti Monopoli, ditentukan bahwa pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang bertujuan untuk menguasai produksi sejumlah produk yang termasuk dalam rangkaian produksi barang dan/atau jasa tertentu yang mana setiap rangkaian langsung maupun tidak langsung, yang dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat atau merugikan masyarakat.
  • 21. 9. Perjanjian Tertutup, yang membatasi kebebasan pelaku usaha tertentu untuk memilih sendiri pembeli, penjual atau pemasok. Perjanjian tertutup ini diatur dalam Pasal 15 UU Anti Monopoli. Yang menyatakan bahwa Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan/atau jasa hanya akan memasok kembali barang dan/atau jasa tersebut kepada pihak tertentu dan/atau pada tempat tertentu. Dan Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak lain yang memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan/atau jasa tertentu harus bersedia membeli barang dan/atau jasa lain dari pelaku usaha pemasok. Serta Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian harga atau potongan harga tertentu atas barang dan/atau jasa, yang memuat persyaratan bahwa pelaku usaha yang menerima barang dan/atau jasa dari pelaku usaha pemasok : a. Harus bersedia membeli barang dan/atau jasa lain dari pelaku usaha pemasok; b. Tidak akan membeli barang dan/atau jasa yang sama atau sejenis dari pelaku usaha lain yang menjadi pesaing dari pelaku usaha pemasok.
  • 22. 10. Perjanjian dengan Pihak Luar Negeri, diatur dalam Pasal 16 UU Anti Monopoli, yang menyebutkan bahwa pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak lain di luar negeri yang memuat ketentuan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat. Perjanjian dengan pihak luar negeri sebenarnya dibolehkan asal perjanjian tersebut tidak mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan/atau persaingan bisnis yang tidak sehat.
  • 23. PENJELASAN KEGIATAN-KEGIATAN YANG DILARANG DALAM HUKUM ANTI MONOPOLI : 1. Monopoli, adalah suatu kegiatan penguasaan atas produksi dana atau pemasaran barang dan/atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha. Adapun praktek monopoli adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan/atau pemasaran atas barang dan/atau jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum. Diatur dalam Pasal 17 UU Anti Monopoli. Unsur-unsur Praktek Monopoli yang dilarang : a. Melakukan penguasaan atas produksi suatu produk; b. Melakukan penguasaan atas pemasaran suatu produk; c. Penguasaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli; d. Penguasaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya praktek persaingan usaha tidak sehat.
  • 24. Pelaku Usaha dianggap melakukan tindakan penguasaan atas produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa, apabila : a. Barang dan/atau jasa yang bersangkutan belum ada substansinya; b. Mengakibakan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam persaingan usaha barang dan/atau jasa yang sama; c. Satu pelaku usaha atau satu kelompok usaha menguasai lebih dari 50% pangsa pasar dari suatu jenis barang atau jasa tertentu; d. Memiliki kemampuan bersaing yang signifikan dalam pasar yang bersangkutan; Pengecualian terhadap kegiatan monopoli yang dilarang, adalah : a. Praktek keagenan tunggal; b. Perlindungan hak milik intelektual; c. Bisnis franchise;
  • 25. 2.Monopsoni, keadaan dimana seseorang atau satu kelompok usaha menguasai penerimaan pasokan atau menjadi pembeli tunggal atas barang dan/atau jasa, keadaan dimana seseorang atau satu kelompok usaha menguasai pangsa pasar yang besar untuk membeli suatu produk. Monopsoni ini diatur dalam Pasal 18 UU Anti Monopoli. Indikasi seseorang dianggap menguasai pangsa pasar yang besar untuk membeli suatu produk (melakukan monopsoni) adalah apabila satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai dari 50% pangsa pasar dari satu jenis barang atau jasa tertentu. 3.Penguasaan pangsa pasar, diatur dalam Pasal 19-21 UU Anti Monopoli, Kegiatan Penguasaan Pasar dapat berupa : a. Penolakan pesaing, dengan menolak atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan kegiatan usaha yang sama; b. Menghalangi konsumen dari pelaku usaha lain (Pesaing) untuk tidak melakukan atau meneruskan hubungan usaha;
  • 26. c. Pembatasan peredaran produk dan/atau penjualan barang dan/atau jasa pada pasar yang bersangkutan; d. Melakukan diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu (Pesaing); e. Melakukan pemasokan barang dan/atau jasa dengan cara melakukan jual rugi atau menetapkan harga yang sangat rendah dengan maksud untuk menyingkirkan atau mematikan usaha pesaingnya di pasar bersangkutan; f. Melakukan kecurangan dalam menetapkan biaya produksi dan biaya lainnya yang menjadi bagian dari komponen harga barang dan/atau jasa. 4. Persekongkolan (Konspirasi Usaha), suatu bentuk kerjasama dagang diantara pelaku usaha dengan maksud untuk menguasai pasar yang bersangkutan bagi kepentingan pelaku usaha yang bersekongkol. Dalam persengkokolan belum tentu terdapat perjanjian. Praktek persaingan usaha tidak sehat dengan cara persengkokolan, diatur dalam Pasal 22-24 UU Anti Monopoli. Jenis-jenis persengkokolan yang dilarang adalah : a. Persengkokolan untuk mengatur pemenang tender; b. Persengkokolan untuk memperoleh rahasia perusahaan; c. Persengkokolan untuk menghambat pasokan produk.
  • 27. PENJELASAN POSISI DOMINAN YANG DILARANG DALAM UU ANTI MONOPOLI : 1. Penyalahgunaan Posisi Dominan, diatur dalam Pasal 25 UU Anti Monopoli, penyalahgunaan posisi dominan dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan cara : a. Menetapkan syarat-syarat perdagangan dengan tujuan untuk mencegah dan/atau menghalangi konsumen memperoleh barang dan/atau jasa yang bersaing, baik dari segi harga maupun kualitas; b. Membatasi pasar dan pengembangan teknologi; c. Menghambat pelaku usaha lain yang berpotensi menjadi pesaing untuk memasuki pasar bersangkutan. Pelaku Usaha dikatakan memiliki Posisi Dominan, Apabila : a. Menguasai 50% atau lebih pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu; b. Menguasai 75% atau lebih pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.
  • 28. 2. Jabatan Rangkap Yang Dilarang, diatur dalam Pasal 26 UU Anti Monopoli, seseorang yang menduduki jabatan sebagai direksi atau komisaris dari suatu perusahaan, pada waktu yang bersamaan dilarang merangkap menjadi direksi atau komisaris pada perusahaan lain bila perusahaan-perusahaan tersebut : a. Berada dalam pasar bersangkutan yang sama; b. Memiliki keterkaitan yang erat dalam bidang dan/atau jenis usaha; c. Secara bersama dapat menguasai pangsa pasar. 3. Pemilikan Saham Yang Dilarang, Pelaku usaha dilarang memiliki saham mayoritas pada beberapa perusahaan sejenis yang melakukan kegiatan usaha dalam bidang yang sama pada pasar bersangkutan yang sama, atau mendirikan beberapa perusahaan yang memiliki kegiatan usaha yang sama pada pasar bersangkutan yang sama, apabila kepemilikan tersebut mengakibatkan : a. Satu pelaku usaha atau satu kelompok usaha menguasai lebih dari 50% pangsa pasar dari satu jenis barang atau jasa tertentu; b. Dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 75% pangsa pasar dari satu jenis barang atau jasa tertentu.
  • 29. 4.Merger, Akuisisi dan Konsolidasi, dapat menimbulkan efek negatif kepada persaingan pasar yang sehat, hal ini karena dapat : a. Terciptanya atau bertambahnya konsentrasi pasar yang dapat menyebabkan harga produk semakin tinggi; b. Kekuatan pasa menjadi besar yang dapat mengancam pelaku bisnis kecil. Konsentrasi pasar dapat dilihat dari dua faktor, yaitu banyaknya pelaku pasar untuk produk yang bersangkutan dan besarnya pangsa pasar yang dikuasai.
  • 30. KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA : Dasar hukumnya diatur dalam Pasal 37 UU Anti Monopoli, dinyatakan bahwa guna mewujudkan dan melaksanakan UU ini dibutuhkan suatu badan yang bertugas pokok untuk mengawasi pelaksanaan dari UU Anti Monopoli yang diberi nama “Komisi Pengawas Persaingan Usaha”, berdasarkan Pasal 35 UU Anti Monopoli, mempunyai Tugas-Tugas : 1. Melakukan penilaian terhadap kontrak-kontrak yang dapat menimbulkan praktek monopoli dan/atau persaingan curang; 2. Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan/atau tindakan pelaku usaha yang dapat menimbulkan praktek monopoli dan/atau persaingan curang; 3. Melakukan penilaian terhadap penyalahgunaan posisi dominan yang menimbulkan praktek monopoli dan persaingan curang;
  • 31. 4. Mengambil tindakan-tindakan yang sesuai dengan wewenang Komisi Persaingan Usaha sebagaimana diatur dalam UU ini; 5. Memberikan saran dan rekomendasi terhadap kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan praktek monopoli dan persaingan curang; 6. Menyusun pedoman dan publikasi yang berkaitan dengan UU ini; 7. Mengajukan laporan berkala atas hasil kerja Komisi Persaingan Usaha, kepada Presiden RI dan DPR-RI. Sedangkan Kewenangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha, adalah : 1. Menampung laporan dari masyarakat dan/atau dari pelaku usaha tentang dugaan telah terjadinya praktek monopoli dan/atau persaingan curang; 2. Melakukan penelitian mengenai dugaan adanya kegiatan usaha atau tindakan pelaku usaha yang dapat menimbulkan praktek monopoli dan/atau persaingan curang; 3. Melakukan penyelidikan dan/atau pemeriksaan terhadap kasus- kasus dugaan praktek monopoli dan/atau persaingan curang yang didapatkan karena : Laporan Masyarakat, Laporan Pelaku Usaha & Diketemukan sendiri oleh Komisi Pengawas dari hasil survey & penelitiannya;
  • 32. 4. Menyimpulkan hasil penyelidikan dan/atau pemeriksaan tentang adanya suatu praktek monopoli dan/atau persaingan curang; 5. Melakukan pemanggilan terhadap pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap UU Anti Monopoli; 6. Melakukan pemanggilan dan menghadirkan saksi-saksi, saksi ahli, dan setiap orang yang dianggap mengetahui pelanggaran terhadap ketentuan UU Anti Monopoli; 7. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi-saksi, saksi ahli atau pihak lainnya yang tidak bersedia memenuhi panggilan Komisi Pengawas; 8. Meminta keterangan dari instansi pemerintah dalam kaitannya dengan penyelidikan dan/atau pemeriksaan terhadap pelaku usaha yang melanggar ketentuan UU ini;
  • 33. 9. Mendapatkan, meneliti dan/atau menilai surat, dokumen atau alat bukti lain guna penyelidikan dan/atau pemeriksaan; 10. Memberikan keputusan atau ketetapan tentang ada atau tidaknya kerugian bagi pelaku usaha lain atau masyarakat; 11. Menginformasikan putusan komisi kepada pelaku usaha yang diduga melakukan praktek monopoli dan/atau persaingan curang; 12. Memberikan sanksi berupa tindakan administratif kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan dalam UU Anti Monopoli.
  • 34. DUMPING DAN SUBSIDI : Dasar Hukum yang mengatur adalah, a.UU Nomor 10 Tahun 1995, tentang Kepabeanan; b.PP Nomor 34 Tahun 1996, tentang Bea Masuk Anti Dumping dan Bea Masuk Imbalan; c.Keputusan Menteri Perindustrian & Perdagangan RI Nomor : 430/MPP/Kep/9/1999, tentang Komite Anti Dumping Indonesia dan Tim Operasional Anti Dumping. Suatu produk dianggap sebagai produk yang didumping, bila produk tersebut dipasarkan ke negara lain dengan harga yang lebih rendah dari harga normal. Tindakan dumping menyebabkan atau berpotensi menyebabkan terjadinya kerugian materiil industri yang ada di negara tempat barang dumping itu dipasarkan atau secara materiil menyebabkan terpuruknya industri domestik.
  • 35. Kerugian materiil akibat dumping : harus ada bukti positif (bukan sekedar asumsi) dan pemeriksaan tentang volume barang-barang impor yang didumping dan efek dari barang-barang impor yang didumping terhadap harga pasar domestik atas produk-produk sejenis dan akibat dari impor terhadap produsen domestik yang meproduksi barang yang sama tersebut. Bea masuk anti dumping dikenakan terhadap barang dumping yang menyebabkan kerugian bagi industri dalam negeri, besarnya bea masuk anti dumping adalah setinggi-tingginya sama dengan margin dumping yaitu selisih antara nilai normal dengan harga ekspor dari barang dumping tersebut. Nilai normal adalah harga yang sebenarnya dibayar atau akan dibayar untuk barang sejenis di pasar domestik negara pengekspor untuk tujuan konsumtif.
  • 36. Subsidi : a. Setiap bantuan keuangan yang diberikan oleh Pemerintah atau badan pemerintah baik secara langsung atau tidak langsung kepada perusahaan, industri, kelompok industri atau eksportir; b. Setiap bentuk dukungan terhadap pendapatan atau harga yang diberikan secara langsung atau tidak langsung untuk meningkatkan ekspor atau menurunkan impor dari atau ke negara yang bersangkutan. Bentuk subsidi dapat berupa kontribusi keuangan dengan : a. Memberikan pembiayaan, hibah ke perusahaan individu, kredit, penyertaan modal, loan guarantee kepada perusahaan swasta; b. Pembebasan Pajak; c. Penyediaan barang & jasa selain infrastruktur; d. Membayar kewajiban Badan Hukum Privat.
  • 37. Bea Masuk Imbalan dikenakan terhadap barang yang mengandung subsidi yang menyebabkan kerugian bagi industri dalam negeri. Besarnya Bea Masuk Imbalan adalah : setinggi-tingginya sama dengan subsidi netto. Subsidi Netto adalah selisih antara subsidi dengan : a. Biaya permohonan, tanggungan atau penguatan lain yang dikeluarkan untuk memperoleh subsidi; dan/atau b. Penguatan yang dikenakan pada saat ekspor untuk pengganti subsidi yang diberikan kepada barang ekspor tersebut. Dalam hal impor barang, yang bersangkutan dapat dikenakan Bea Masuk Anti Dumping dan Bea Masuk Imbalan secara bersamaan, dan dalam pelasanaannya bila bersamaan harus dikenakan salah satu jenis saja yang terkena paling tinggi. KOMITE ANTI DUMPING INDONESIA : Guna menangani masalah dumping dan subsidi, Pemerintah melalui Menteri Perindustrian dan Perdagangan membentuk Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) yang beranggotakan : Unsur Deperindag, Depkeu dan Dep lain atau Lembaga Non Departemen Terkait.
  • 38. KADI tersebut bertugas : 1. Melakukan penyelidikan terhadap barang dumping dan barang yang mengandung subsidi; 2. Mengumpulkan, meneliti dan mengolah bukti informasi; 3. Mengusulkan pengenaan Bea Masuk Anti Dumping dan Bea Masuk Imbalan; 4. Melaksanakan tugas lain yang ditetapkan oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan; 5. Membuat laporan pelaksanaan tugas. PROSEDUR HUKUM, BERKAITAN DENGAN DUMPING DAN SUBSIDI : Tahap pertama adalah penyelidikan oleh KADI yang dilaksanakan oleh Tim Operasional Anti Dumping (TOAD) atas barang impor yang diduga sebagai barang dumping dan/atau barang yang mengandung subsidi yang menyebabkan kerugian. Bagi industri dalam negeri inisiatif untuk melakukan penyelidikan tersebut dapat dilakukan atas inisiatif dari komite sendiri atau karena permohonan industri dalam negeri.
  • 39. Dalam hal adanya permohonan dari industri dalam negeri, maka komite harus memberikan keputusan menolak atau menerima dan memulai penyelidikan atas permohonan tersebut paling lama 30 hari sejak diterimanya permohonan tersebut. Keputusan diambil berdasarkan penelitian atas bukti yang diajukan dan dianggap memenuhi persyaratan. Penyelidikan harus diakhiri dalam waktu 12 bulan sejak keputusan dimulainya penyelidikan, namun dalam hal tertentu dapat diperpanjang menjadi selama-lamanya 18 bulan. Dalam hal adanya dumping, Komite menyampaikan besarnya margin dumping dan/atau subsidi netto dan mengusulkan pengenaan Bea Masuk Anti Dumping atau Bea Masuk Imbalan kepada Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI. Menteri memutuskan besarnya nilai tertentu untuk pengenaan Bea Masuk Anti Dumping atau Bea Masuk Imbalan yang besarnya sama dengan atau lebih kecil dari marjin dumping dan/atau subsidi netto. Atas dasar keputusan Menteri tersebut, Menteri Keuangan RI menetapkan besarnya Bea Masuk Anti Dumping atau Bea Masuk Imbalan.
  • 40. Dalam hal tidak terbukti, Komite menghentikan penyelidikan dan melaporkan kepada Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI. Dalam melakukan penyelidikan, TOAD memberitahukan kepada pihak yang berkepentingan mengenai informasi yang diperlukan dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk menyampaikan bukti- bukti secara tertulis. Khusus untuk eksportir atau produsen luar negeri, diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan komite dalam waktu maksimal 30 hari. Untuk kepentingan penelitian kebenaran informasi, Komite dapat melakukan penyelidikan di luar negeri, sepanjang mendapat persetujuan dari perusahaan yang akan diselidiki dan memberitahukan kepada perwakilan negara yang bersangkutan, kecuali negara yang bersangkutan menolak.
  • 41. TINDAKAN SEMENTARA TERHADAP DUMPING & SUBSIDI : a. Dumping; Pengenaan tindakan sementara, ditetapkan oleh Menteri Keuangan, beupa : 1. Pembayaran Bea Masuk Anti Dumping Sementara; 2. Atau Penyerahan Jaminan dalam bentuk uang tunai, jaminan bank atau jaminan dari perusahaan asuransi sebesar Bea Masuk Anti Dumping Sementara. Tindakan sementara tersebut dikenakan paling cepat 60 hari sejak dimulainya penyelidikan. Masa berlaku tindakan sementara tersebut paling lama 4 hari atau bila ada permintaan dari eksportir yang mewakili sebagian besar eksportir yang mengekspor barang yang diselidiki, dapat ditetapkan paling lama 6 bulan.
  • 42. Bea Masuk Anti Dumping Sementara dapat ditetapkan lebih rendah dari margin dumping sementara. Dalam hal tersebut, maka masa berlaku tindakan sementara paling lama 6 bulan atau atas permintaan eksportir yang mewakili sebagian besar eksportir yang mengekspor barang yang diselidiki, dapat ditetapkan paling lama 9 bulan. b. Subsidi; Pengenaan tindakan sementara, ditetapkan oleh Menteri Keuangan RI, berupa : 1. Pembayaran Bea Masuk Imbalan Sementara; 2. Atau Penyerahan Jaminan dalam bentuk Uang Tunai, Jaminan Bank atau Jaminan dari Perusahaan Asuransi, sebesar Bea Masuk Imbalan Sementara. Tindakan sementra tersebut dikenakan paling cepat 60 hari sejak dimulainya penyelidikan dan berlaku paling lama 4 hari.
  • 43. Tindakan sementara tidak diberlakukan lagi dalam hal penyelidikan berakhir, dan dilakukan berdasarkan keputusan Menteri Kuangan RI, berupa : 1. Pengenaan Bea Masuk Anti Dumping atau Bea Masuk Imbalan; 2. Pencabutan keputusan tindakan sementara dan pengembalian pembayaran Bea Masuk Anti Dumping Sementara atau Pengembalian Jaminan. TINDAKAN LANJUTAN : Eksportir barang dumping atau Pemerintah Negara Pengekspor dan/atau eksportir barang yang mengandung subsidi dapat mengajukan tawaran untuk melakukan tindakan penyesuaian kepada Komite selama masa penyelidikanm yaitu berupa penyesuaian harga atau penghentian ekspor barang dumping atau barang mengandung subsidi serta penghapusan atau pembatasan subsidi atau tindakan lainnya. Tujuan dari tindakan penyesuaian tersebut adalah untuk menghilangkan kerugian industri dalam negeri.
  • 44. Komite menilai tawaran tersebut dan melaporkannya kepada Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI untuk ditolak atau diterima. Walaupun tawaran diterima, penyelidikan tetap dilanjutkan hingga selesai. Selama tindakan penyesuaian diberlakukan, eksportir diharuskan menyampaikan laporan pelaksanaan secara berkala kepada komite dan dapat dilakukan verifikasi data. Komite dapat mengeluarkan inisiatif untuk menyarankan eksportir atau negara pengekspor untuk melakukan tindakan penyesuaian.