2. Nama : Chairul Tanjung
Agama : Islam
TTL : Jakarta, 16 Juni
1962
Warga Negara : Indonesia
3. Chairul Tanjung (CT) adalah konglomerat Indonesia yang namanya
berada di urutan 937 dari 1000 orang terkaya di dunia versi majalah Forbes
dengan total kekayaan senilai USD 1 miliar. Pekerjaan yang dilakukan CT
berbeda jauh dengan disiplin ilmu yang ditekuninya di bangku kuliah. Ketika
menuntut ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi UI tahun 1981, CT mengalami
kesulitan finansial untuk biaya kuliah. Saat itulah kemampuannya berbisnis
diasah. Ia mulai berbisnis kecil-kecilan menjual buku kuliah stensilan, kaos,
dan sebagainya. Kemudian ia memiliki toko peralatan laboratorium dan
kedokteran di bilangan Senen Raya, Jakarta Pusat, namun mengalami
kebangkrutan.
Setelah itu ia mencoba membuka usaha kontraktor tetapi kurang
berhasil sehingga ia bekerja di perusahaan baja. Lalu, ia pindah ke
perusahaan rotan di mana ia bertemu dengan tiga orang rekan dan mendirikan
PT. Pariarti Shindutama. Perusahaan ini memproduksi sepatu anak-anak
untuk ekspor, dan CT beruntung usahanya kali ini menuai untung besar
karena perusahaannya mendapat pesanan 160 ribu pasang sepatu anak-anak
dari Italia. Seiring berjalannya waktu, akhirnya CT memutuskan untuk
berkarya sendiri karena terjadi perbedaan paham dengan rekan-rekannya.
4. Lepas dari bisnis sepatu ekspor, CT mengarahkan usahanya ke konglomerasi dengan tiga
bisnis inti, yaitu keuangan, properti, dan multi media. Di bidang keuangan, ia mengambil
alih Bank Tugu yang sekarang menjadi Bank Mega yang kini merangkak naik menjadi
bank kelas atas. Ia juga merambah ke bisnis sekuritas, asuransi jiwa, dan asuransi
kerugian. Pada sektor sekuritas, CT memiliki perusahaan real estate dan membangun
Bandung Supermall pada 1999.
Saat ini, CT berkecimpung di bisnis pertelevisian dengan mendirikan Trans Corp yang
membawahi Trans TV dan Trans 7. Walaupun persaingan di industri pertelevisian
semakin ketat, namun CT yakin Trans TV bisa terus berkembang melihat bahwa belanja
TV nasional telah mencapai angka 6 triliun setahun dan 70% di antaranya akan diambil
oleh televisi.Selain Trans Corp., CT memiliki Para Group yang mengayomi 5.000
karyawan dengan Para Inti Holdindo sebagai kepala industri yang memiliki tiga anak
perusahaan, yaitu Para Global Investindo (bisnis keuangan), Para Inti Investindo (media
dan investasi) dan Para Inti Propertindo (properti). CT melebarkan sayapnya di dunia
bisnis dengan menggunakan Trans Corp untuk mengakuisi 40% saham PT Carrefour
Indonesia senilai Rp 3 triliun melalui PT Trans Ritel. Setelah memiliki 40% saham
Carrefour, ia kini menjadi komisaris utama PT Carrefour Indonesia didampingi oleh AM
Hendropriyono (mantan Kepala BIN) dan S.Bimantoro (mantan petinggi Polri) sebagai
komisaris.Setelah akuisisi oleh Trans Corp, komposisi pemegang saham PT Carrefour
Indonesia adalah Trans Ritel (40%), Carrefour SA 39%, Carrefour Netherland BV 9,5%,
dan Onesia BV 11,5%. Dengan gurita bisnis seperti ini, CT menduduki posisi ke-13 dari
total 40 orang terkaya di Indonesia pada tahun 2009 versi majalah Forbes.
5. PENDIDIKAN
SD Van Lith, Jakarta (1975)
SMP Van Lith, Jakarta (1978)
SMA Negeri I Boedi oetomo, Jakarta (1981)
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia (1987)
Executive IPPM (MBA; 1993)
KARIR
Pendiri PT. Pariarti Shindutama
Pemilik Bandung Supermal
Pemilik Trans Corp.
Pemilik Para Group
Komisaris Utama PT Carrefour Indonesia
6. Buku:
Si Anak Singkong
PENGHARGAAN
Urutan 937 dari 1.000 orang terkaya di dunia versi majalah Forbes
Mahasiswa Teladan Tingkat Nasional (1984-1985) - Penghargaan
sebagai anggota civitas akademika yang berjasa kepada fakultas dan
universitas
Eksekutif Muda Berprestasi 1992-1993 dari Studio Seven Production,
Jakarta (23 Mei 1993)
Soegeng Sarjadi Awarg
7. Visioner : Menggagas visi Indonesia 2030, menyampaikan visi
Indonesia 2030 tahun 2007 melalui Yayasan Indonesia Forum ( YIF ),
banyak kalangan yang skeptis apalagi saat itu ia menyebutkan bahwa
Indonesia akan menjadi negara maju pada tahun 2030 dengan
pendapatan per kapita 18.000 dollar AS.
Optimis : Rasa optimis lahir dan tumbuh dari cara pandang masa
depan yang lebih baik, modal memacu semangat. Rasional dibantu
melalui proses yang terarah didasarkan atas kajian koprehensif,
mendalam dan bertanggung jawab secara ilmiah.
Jujur : Chairul Tanjung mengaku dalam melaksanakan dalam
segala kegiatan bisnisnya senantiasa dia coba sesuai hukum dari sistem.
CT hampir tidak pernah memberikan upeti kepada pejabat negara atau
direksi bank karena bukan itu tujuannya. CT mendapatkan kredit dari
bank bukan dengan cara menyogok mendapat kredit karena mempunyai
track record baik.
8. Tekun : Di usia yang masih sangat belia, ketika duduk di
bangku sekolah menengah pertama, Chairul Tanjung tersebut
sudah mulai mengurus keperluan transportasi teman – temannya
yang akan studi tour, dan sudah berbisnis seperti juragan
fotocopi, berjualan kedokteran di kampus sampai saat ini Chairul
Tanjung berhasil menjadi pembisnis yang sukses peringkat 11
orang terkaya di Indonesia, dengan total kekayaan US$ 2,1
miliar.
Pekerja keras : Awal bisnis CT menjadi juragan fotokopi di
kampus tidak hanya antar mahasiswa tetapi terdengar hingga
terdengar ke telinga beberapa dosen. Dan memiliki usaha
berjualan alat. Kedokteran di kampus sementara itu hampir
semua mahasiswa belum berpenghasilan dan mengandalkan
kiriman dari orang tua. Selain itu melihat melihat sebagai peluang
usaha ia pun berniat membantu teman – teman yang lain. Berkat
kerja keras dan kerja tuntas dia berhasil mengubah dari nobody
yang tidak diperhitungkan orang menjadi somebody yang
diperhitungkan banyak orang.
9. Tegas : Kedua orang tua CT terkenal amat tegas dalam mendidik kami
ber enam sebagai anak-anaknya. Orang tuanya mempunyai prinsip : “
Agar bisa keluar dari jerat kemiskinan pendidikan merupakan langkah
yang harus ditempuh dengan segala cara daya dan upaya. Apapun yang
akan mereka upayakan demi pendidikan formal bagi anak – anaknya
sebagai bekal kesuksesan kehidupannya di masa datang dan diterapkan
dalam kehidupan masyarakat dan lain – lain.
Sabar : Dalam bisnis Chairul menyatakan bahwa generasi muda bisnis
sudah seharusnya sabar, dan mau menapaki tangga usaha satu persatu.
Menurutnya, membangun sebuah bisnis tidak seperti membalikkan
telapak tangan. Dibutuhkan sebuah kesabaran dan tak pernah
menyerah.
Penyayang : Bagi CT ibu adalah segala-galanya, surga ada di telapak
kaki ibu.
Sedangkan dari sisi bisnisnya saya terinspirasi karena, Dia memiliki
kemauan dan ketetapan hati yang tinggi dalam menjalankan bisnisnya
sehingga mimpinya tercapai dan juga kepiawaiannya membangun jaringan
dan sebagai pengusaha membuat bisnisnya semakin berkembang.
10. 1. Dream(Mimpi) : Chairul Tanjung memiliki visi atas masa depan
seperti apa yang ia dan usaha yang ia ingin hadapi. Dan, lebih penting
lagi, Chairul Tanjung memiliki kemampuan mengimplementasikan
mimpinya. Kondisi orang tuanya tidak mematahkan semangat
berjuang CT. Sebaliknya itumenjadi pemicu yang membuat dia berkomitmen
harus sukses.
2. Decisiveness (Ketegasan) : CT tidak pernah menangguh-nangguhkan
waktu. CT membuat keputusan dengan cepat. Kecepatannya dalam membuat
keputusan dan bertindak merupakan faktor kunci kesuksesannya.
3. Doers (Pelaku): Sekali ia menentukan suatu jenis tindakan, ia
melaksanakannya secepat mungkin. CT menyarankan bagi masyarakat lainnya
agar mencari sesuatu yang dikuasi dan bisa membuat diri berhasil, berapapun
hasilnya. Lalu carilah peluang dan mewujudkannya dengan aksi. “Jadi orang
jangan hanya berkhayal”. Just do it!”
4. Determination (Determinasi) : Chairul Tanjung mengimplementasikan
usahanya dengan komitmen total. Chairul Tanjung tidak menyerah ketika
usahanya gagal tetapi ia menemukan cara dan solusi dan tetap untuk
berbisnis, bahkan pada saat menjumpai kesulitan yang tampaknya tidak
mungkin diatasi. Semua kesuksesan yang Ia genggam saat ini tentunya tidak
Ia raih secara instan. Lika-liku kegagalan dalam membangun sebuah usaha
pastinya tak pernah luput dari perjalanannya. Namun baginya, kegagalan
adalah sahabat terbaik bagi Chairul Tanjung. Karena dari sebuah kegagalan, Ia
bisa belajar tentang banyak hal baru.
11. 5. Dedication (Dedikasi): Melihat potensi kekayaan alam Indonesia yang melimpah ruah,
tentunya amat disayangkan bila kita tidak memanfaatkan kelebihan tersebut dengan
maksimal. Karenanya, wajib hukumnya bagi setiap pengusaha untuk tetap
menomorsatukan kerja keras dibandingkan memikirkan modal usaha. “Kita kebanyakan
makan mie instan, sehingga segala sesuatunya juga mau instant,” ujar Chairul Tanjung
. Padahal kenyataannya beliau rela bekerja hingga lebih dari 18 jam untuk mewujudkan
semua mimpinya yang terkadang dianggap orang lain berlebihan.
6. Devotion (Pengabdian): CT mencintai apa yang dikerjakannya. Rasa cinta inilah yang
menahan mereka ketika usahanya mendapat kesulitan. Dan rasa cinta akan produk atau
jasa merekalah yang menyebabkan mereka sangat efektif dalam menjualnya.
7. Details (Cermat) : Tangan dinginnya bukan hanya karena hoki atau nasib baik,
melainkan terutama berkat semua ditempatkan dalam kriteria hitung-hitungan terukur,
dikerjakan dalam sistem manajemen tegas profesional, disertai usaha keras dan bekerja
tuntas
8. Destiny (Nasi: CT bertanggung jawab atas nasib sendiri daripada bergantung kepada
seorang atasan.
9. Dollars (Uang) : Menjadi kaya bukanlah motivator utama bagi seorang Chairul
Tanjung . Uang lebih berarti sebagai ukuran kesuksesannya.
10.Distribute (Distribusi tugas) : Chairul Tanjung mendistribusikan kepemilikan
bisnisnya kepada karyawan kunci yang merupakan faktor penting bagi kesuksesan
bisnisnya.
12. 3. - Kemudahaannya dia memiliki jaringan yang luas dan juga karena dia memiliki hasrat yang tinggi
untuk berusaha maka dari itu membuat keyakinannya dalam berwirausaha berjalan lancar sehingga
kini usahanya sangat sukses.
- Kondisi ekonomi keluarganya yang sulit membuat orang tuanya tidak sanggup membayar uang
kuliah Chairul yang waktu itu hanya sebesar Rp 75.000. “Tahun 1981 Chairul Tanjung diterima
kuliah di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (UI). Uang masuk ini dan itu total Rp
75.000. Tanpa saya ketahui, secara diam-diam ibu menggadaikan kain halusnya ke pegadaian untuk
membayar uang kuliah,” katanya lirih. Namun, kesulitan ini justru membuat Chairul membulatkan
tekadnya untuk kembali berjuang. Selepas lulus dari SMA Boedi Utomo Jakarta, ia pun masuk ke
Fakultas Kedokteran Gigi UI. Kesulitan biaya kuliah membuatnya harus kreatif mencari dana untuk
meneruskan sekolahnya. Pria kelahiran Jakarta, 18 Juni 1962 ini pun lantas memulai bisnis kecil-kecilan
. Mulai dari berjualan buku kuliah stensilan, kaos, sepatu, dan aneka barang lain di kampus
dan kepada teman-temannya. Dari modal usaha itu, ia berhasil membuka sebuah toko peralatan
kedokteran dan laboratorium di daerah Senen Raya, Jakarta. Sayang, karena sifat sosialnya yang
sering memberi fasilitas kepada rekan kuliah, serta sering mentraktir teman-temannya, usaha
tersebut bangkrut.Meski mengalami pahitnya kala bangkrut, menjadi entrepreneur telah menjadi
jalan hidupnya.Chairul justru langsung mencoba usaha lain, kali ini di bidang kontraktor. Meski
juga kurang berhasil, ia merasa mendapat pelajaran banyak hal dari bisnis-bisnis yang pernah
ditanganinya. Dari bekal pengetahuan itu, ia memberanikan mendirikan CV pertamanya pada tahun
1984 dan menjadikannya PT pada tahun 1987.
13. Dari PT bernama Pariarti Shindutama itu, ia berkongsi dengan dua
rekannya mendirikan pabrik sepatu. Kepiawaiannya menjaring hubungan
bisnis langsung membuat sepatu produksinya mendapat pesanan
sebanyak 160 ribu pasang dari pengusaha Italia. Dari kesuksesan ini,
bisnisnya merambah ke industri genting, sandal, dan properti. Namun,
di tengah kesuksesan itu, rupanya ia mengalami perbedaan visi dengan
kedua rekannya. Maka, ia pun memilih menjalankan sendiri usahanya.
Ternyata, ia justru bisa makin berkembang dengan berbagai usahanya.
Ia pun lantas memfokuskan usahanya ke tiga bisnis inti, yakni:
keuangan, properti, dan multimedia. Melalui tangan dinginnya, ia
mengakuisisi sebuah bank kecil yang nyaris bangkrut, Bank Tugu.
Keputusan yang dianggap kontoversial saat itu oleh orang dekatnya.
Namun, pengalaman bangkit dari kegagalan rupanya mengajarkannya
banyak hal.
Maka dari itu, dengan adanya hasrat dan minat yang kuat dan
tinggi dalam diri Chairul Tanjung untuk membangun usaha maka segala
usaha yang dijalaninya berjalan dengan lancar dan sukses karena
didasari oleh ketetapan hati yang kuat.
14. Chairul Tanjung memiliki ke empat dari kategori kompentensi
1) intrapersonal competence : visioner, sabar, hard working,
tegas, tekun, optimis, jujur, dan willingness to work.
2) interpersonal competence : penyayang, negosiasi,
komunikasi yang baik dan memiliki norma dan nilai komunikasi
di dalam bisnis.
3) Technical competence : mempunyai ilmu mendasari, dapat
mengoperasikan bisnisnya dengan baik , memiliki kriteria
hitung-hitungan terukur (finance), mengelola usahanya dalam
sistem manajemen tegas profesional, disertai usaha keras dan
bekerja tuntas.
4) Entrepreneurial competence : memiliki jaringan atau
network bisnis yang luas, selalu mempunyai ide kreatif ( out of
the box ) baik dalam bertindak dan membuat keputusan di
dalam usahanya.
15. Chairul menyatakan bahwa dalam membangun bisnis,
mengembangkan jaringan (network) adalah penting. Memiliki
rekanan (partner) dengan baik diperlukan. Membangun relasi pun
bukan hanya kepada perusahaan yang sudah ternama, tetapi juga
pada yang belum terkenal sekalipun. Bagi Chairul, pertemanan
yang baik akan membantu proses berkembang bisnis yang
dikerjakan. Ketika bisnis pada kondisi tidak bagus maka jejaring
bisa diandalkan. Bagi Chairul, bahkan berteman dengan petugas
pengantar surat pun adalah penting. Dalam hal investasi, Chairul
memiliki idealisme bahwa perusahaan lokal pun bisa menjadi
perusahaan yang bisa bersinergi dengan perusahaan-perusahaan
multinasional. Ia tidak menutup diri untuk bekerja sama dengan
perusahaan multinasional dari luar negeri. Baginya, ini bukan upaya
menjual negara. Akan tetapi, ini merupakan upaya perusahaan
nasional Indonesia bisa berdiri sendiri, dan jadi tuan rumah di
negeri sendiri.
16. 1. Membuka usaha fotokopi di Universitas Indonesia
2. Sempat berjualan kaos dan buku kuliah stensilan
3. - Mega Corpora
- Trans Corp
-PT CT Global Resources
17. Pernah mendirikan sebuah toko peralatan kedokteran dan
laboratorium namun usahanya belum berhasil. Ketika lulus
kuliah dia bersama dengan beberapa rekannya mendirikan PT
Pariarti Shindutama pada tahun 1987 dengan modal Rp 150
juta yang dia peroleh dari Bank Exim, kala itu PT Pariarti
yang bergerak dalam bidang produksi sepatu anak – anak
ekspor mampu memperoleh pesanan 160 ribu pasang sepatu
dari Italia namun karena adanya perbedaan pandangan dalam
hal ekspansi bisnis membantu perusahaan ini harus bubar dan
Chairul Tanjung memilih untuk keluar dan memilih untuk
membuat perusahaan sendiri.
18. Pelajaran yang dapat saya ambil dari pengalaman hidupnya yaitu
kita harus optimis, pantang menyerah dalam menghadapi
tantangan dan ancaman dalam usaha yang kita jalani, kita juga
harus memiliki ketetapan dan keyakinan hati yang tinggi dalam
menjalani sebuah usaha karena segala sesuatunya tidak ada yang
instan semua dimulai dari 0 sehingga kita harus sabar, ikhlas,
teguh, pantang menyerah, dan optimis dalam melewati setiap
step atau tahap yang kita jalani di dalam hidup ini maupun dalam
mendirikan sebuah usaha.