SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Download to read offline
1
Firâr
Banyak hal yang harus dilakukan oleh seorang yang mengaku
beriman untuk mewujudkan keimanannya. Seorang yang beriman akan
selalu berusaha berlari menuju Allah, Dia tinggalkan apa pun yang dibenci
Allah, dan bergegas kepada apa pun yang dicintai-Nya. Itulah yang dikenal
dengan istilah ‫الفرار‬‫إلى‬‫اهلل‬ (berlari menuju Allah). [Ibnu Qayyim al-
Jauziyyah, Madârijus Sâlikîn, juz I, hal. 469]
Allah berfirman,
ۖ
“Maka segeralah kembali kepada (mentaati) Allah. Sesungguhnya aku seorang
pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu.” (QS adz-Dzâriyât/51: 50)
Hakikat keislaman itu diwujudkan dengan kepasrahan (istislâm)
kepada Allah, menunaikan kewajiban kepada-Nya, serta menunaikan hak-
hak sesama muslim. Seorang muslim harus segera berhijrah, sebagaimana
sabda Rasulullah SAW,
“Sesungguhnya orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan larangan-
larangan Allah. Dan seorang muslim adalah orang yang bisa menjamin keselamatan
sesama muslim yang lain dari (bahaya) lisan dan tangannya.” (HR Ahmad bin
Hanbal dari Abdullah bin Umar, Musnad Ahmad ibn Hanbal, juz II, hal. 205,
hadits no. 6912)
Terdapat hijrah yang hukumnya fardhu ‘ain bagi setiap muslim,
yaitu hijrah meninggalkan dosa-dosa dan kemaksiatan. Kewajiban hijrah
semacam ini tidak pernah gugur darinya dalam keadaan bagaimana pun.
Hijrah kepada Allah ini mengandung sikap meninggalkan segala hal
yang dibenci oleh Allah kemudian diikuti dengan melakukan apa saja yang
dicintai dan diridhai-Nya. Pokok hijrah ini adalah rasa cinta dan benci di
dalam hati. Dalam pengertian seorang yang berhijrah meninggalkan sesuatu
(baca: maksiat) kepada sesuatu yang lain (baca: ketaatan) tentu saja karena
apa yang dia tuju lebih dicintai daripada apa yang dia tinggalkan. Oleh sebab
2
itulah dia lebih mengutamakan perkara yang lebih dicintainya daripada
perkara-perkara lainnya.
Pelajaran yang dapat kita petik adalah hijrah dengan hati kepada
Allah menuntut kita untuk memiliki kesadaran dan ilmu mengenai apa yang
Allah benci dan apa yang dicintai oleh Allah. Karena hakikat hijrah ini
adalah meninggalkan perkara yang dibenci-Nya menuju perkara yang
dicintai-Nya.
Setiap orang Islam harus melakukan firâr. Kita harus berlari dari
segala yang menarik perhatian kita, menuju kepada Allah. Jadi, hakikat firâr
adalah melarikan diri dari sesuatu yang dibenci oleh Allah, kepada sesuatu
yang lain yang dicitai oleh-Nya.
Firâr – dalam penjelasan Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, ada 2 (dua)
macam:
 Firâr orang-orang yang mendapatkan kebahagiaan, yaitu firâr kepada
Allah.
 Firâr orang-orang yang mendapatkan penderitaan, yaitu firâr dari
Allah kepada selain Allah.
Sedangkan firâr dari Allah kepada Allah adalah firâr-nya wali-wali
Allah. Dalam menafsiri firman Allah, " ِ‫ه‬َ‫ّل‬‫ل‬‫ا‬ ‫َى‬‫ل‬ِ‫إ‬ ‫ُوا‬‫ر‬ِ‫ف‬َ‫ف‬ ", Ibnu Abbas berkata,
"Artinya, larilah dari Allah kepada Allah dan taatlah kepada-Nya."
Sedangkan Sahl bin Abdullah berkata, "Artinya, larilah dari selain Allah
kepada Allah." Yang lain lagi berkata, "Larilah dari adzab Allah ke pahala-
Nya, dengan iman dan ketaatan. Sementara itu, al-Harawi menyatakan,
bahwa ‫الفرار‬‫إلى‬‫اهلل‬ , bermakna: “lari dari sesuatu yang tidak ada ke sesuatu
yang senantiasa ada."
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah menjelaskan bahwa firâr – dalam hal ini --
ada 3 (tiga) derajat:
1. Firâr-nya orang-orang awam, yaitu firâr dari kebodohan ke ilmu,
dengan disertai keyakinan dan usaha, dari kemalasan ke kerajinan
yang disertai kesungguhan dan tekad, dari kesempitan ke kelapangan
yang disertai harapan.
Tentang firâr dari kebodohan kepada ilmu, dinyatakan bahwa
kebodohan itu sendiri ada 2 (dua) macam:
Pertama, tidak mengetahui kebenaran yang bermanfaat.
Kedua, tidak beramal menurut keharusan dan kelazimannya.
3
Kedua-duanya sudah mendefinisikan makna kebodohan
menurut bahasa, istilah, syariat dan hakikat. Maka Musa a.s. berkata,
"… aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari
orang-orang yang bodoh." (QS al-Baqarah/2: 67)
Beliau berkata seperti itu setelah kaumnya berkata, "Apakah
kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?" Berarti, Musa a.s.
berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-
orang yang suka mengejek.
Yusuf a.s. juga berkata,
"Dan, jika tidak Engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka, tentu aku
akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku
termasuk orang-orang yang bodoh." (QS Yûsuf/12: 33)
Artinya, agar beliau tidak termasuk orang-orang yang
melakukan apa-apa yang diharamkan kepada mereka. Allah
berfirman,
"Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang
mengerjakan kejahatan lantaran kebodohan." (QS an-Nisâ'/4: 17)
Qatadah berkata, "Para shahabat sudah sepakat bahwa apa
pun bentuk kedurhakaan terhadap Allah disebut kebodohan."
Ada pula yang berkata, "Para shahabat sudah sepakat bahwa siapa
pun yang durhaka kepada Allah adalah orang yang bodoh."
Seorang penyair berkata, "Tak ada gunanya seseorang membodohi
kami hingga kita lebih bodoh dari jahiliy." Orang yang tidak
mendalami ilmu disebut bodoh, entah karena dia tidak bisa
mengambil manfaat dari ilmu itu, hingga dia disebut orang bodoh,
entah karena ketidaktahuannya terhadap akibat dari perbuatannya.
Firâr ini merupakan firâr dari 2 (dua) macam kebodohan: Kebodohan
terhadap ilmu yang harus didapatkan dan diyakini, dan kebodohan
terhadap pengamalannya. Firâr dari kemalasan ke kerajinan yang
4
disertai kesungguhan dan tekad, artinya meninggalkan belenggu
kemalasan lalu berbuat dan berusaha, dengan kesungguhan dan
tekad, tidak asal-asalan, tidak meremehkan dan tidak berandai-andai.
Kesungguhan artinya kebenaran dalam beramal dan berusaha,
sedangkan tekad merupakan kesungguhan dalam kehendak. Maka
Allah berfirman kepada Yahya a.s.,
"Hai Yahya, ambillah Al-Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh." (QS
Maryam/19: 12)
Quwwah dalam ayat ini berarti kesungguhan yang disertai
tekad dan usaha, tidak seperti orang yang mengambil perintah-Nya
dengan ragu-ragu dan setengah hati. Firâr dari kesempitan ke
kelapangan yang disertai harapan artinya lari dari dada yang terasa
sesak dan penat karena kekhawatiran, kegelisahan, kesedihan dan
ketakutan yang dirasakan hamba dari dalam dirinya, dan juga yang
datang dari luar dirinya, seperti hal-hal yang berkaitan dengan sebab-
sebab kemaslahatan hidupnya di dunia ini, baik dalam masalah harta,
badan, keluarga, masyarakat atau musuhnya. Dia harus lari dari
semua jenis kesempitan yang menghimpit dada, lalu beralih ke
kelapangan keyakinan kepada Allah, tawakal dan harapan kepada-
Nya.
"Dan, barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan
mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezki dari arah yang
tiada disangka-sangkanya." (QS ath-Thalaq/65: 2-3)
Ar-Rabi' bin Khutsaim berkata, "Artinya, Allah menjadikan
baginya jalan keluar dari hal-hal yang biasanya membuat manusia
merasa sesak dadanya."
Abû al-‘Aliyah berkata, "Artinya, Allah menjadikan baginya
jalan keluar dari segala kekerasan, baik kekerasan di dunia maupun di
akhirat. Allah pasti memberikan kelapangan bagi orang Mukmin dari
segala hal yang biasanya membuat manusia merasa sempit dan sesak
dadanya." Selagi seorang hamba mempunyai persangkaan yang baik
terhadap Allah, berpengharapan yang baik kepada-Nya dan tawakkal
secara sungguh-sungguh, maka Allah tidak akan menelantarkannya
dan tidak akan mengabaikan harapannya. Keyakinan dan baik sangka
5
terhadap Allah ini merupakan istilah lain dari kelapangan hati. Sebab
tidak ada yang lebih membuat dada terasa lapang setelah iman, selain
dari keyakinan, mengharapkan yang baik dan berbaik sangka kepada
Allah.
2. Firâr-nya orang-orang yang khusus, yaitu dari pengabaran ke
kesaksian, dari rupa ke inti, dari bagian untuk diri sendiri ke
pelepasan. Artinya, mereka tidak ridha jika iman mereka hanya
sekedar dari pengabaran. Mereka ingin naik lebih tinggi agar bisa
menyaksikan siapa pemberi kabar itu.
Mereka ingin naik dari ilmul-yaqîn lewat pengabaran ke ainul-
yaqîn lewat kesaksian, seperti yang diinginkan Ibrahim Alaihis-Salam
dari Allah.
ۖ
ۖ
"Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, 'Ya Rabbi, perlihatkanlah padaku
bagaimana Engkau menghidupkan orang mati !' Allah berfirman, 'Belum
yakinkah kamu?' Ibrahim menjawab, 'Aku telah meyakininya, tetapi agar
hatiku tetap mantap (dengan imanku)'." (QS al-Baqarah/2: 260)
Ibrahim menuntut agar keyakinannya nyata di depan mata
dan apa yang ingin diketahui dapat disaksikan.
Inilah makna yang diungkapkan Nabi Shallallahu Alaihi wa
Sallam tentang kesangsian, dalam sabda beliau,
"Kita lebih layak untuk sangsi daripada Ibrahim yang
berkata, 'Ya Rabbi, perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau
menghidupkan orang mati!'" Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
tidak pernah sangsi, begitu pula Ibrahim. Tapi memang begitulah
beliau mengungkapkan makna ini. Apa yang dituntut Ibrahim itu
bukan karena sangsi atau ragu-ragu, tapi karena beliau menuntut
kemantapan.
Ada 3 (tiga) tingkatan tentang hal ini: ‘Ilmul-yaqîn yang
diperoleh dari pengabaran, kemudian hati mendapatkan kejelasan
hakikat pemberi kabar. Ilmu tentang pemberi kabar ini berubah
menjadi ‘ainul-yaqîn, setelah itu menyatu menjadi haqqul-yaqîn. Ilmu
kita tentang surga dan neraka pada saat ini disebut ilmul-yaqîn. Jika
surga ditampakkan kepada orang-orang yang bertakwa dan neraka
6
diperlihatkan kepada orang-orang yang durhaka, artinya mereka
melihat dengan mata kepala sendiri, maka hal itu disebut ainul-yaqîn.
Jika penghuni surga sudah masuk surga dan penghuni neraka masuk
ke neraka, maka itu disebut haqqul-yaqîn.
Firâr dari rupa ke inti, artinya keluar dari ilmu dan amal-
amal yang tampak, lalu beralih ke hakikat iman dan mu'amalah hati.
Orang-orang yang mempunyai tekad yang besar tidak puas hanya
dengan rupa-rupa amal yang tampak mata. Mereka tidak
mempedulikannya kecuali dengan ruh dan hakikatnya. Pengetahuan
tentang Allah tidak mengharuskan seseorang untuk meninggalkan
perintah seperti anggapan orang-orang zindiq dan sufi.
Bahkan seharusnya mereka bisa menyimpulkan hakikat
perintah, rahasia ubudiyah dan ruh amaliyah. Mereka memposisikan
diri di hadapan perintah seperti posisi orang yang mengetahui
maksud perkataan orang lain yang berbicara dengannya, entah yang
tersamar, yang jelas atau yang berupa isyarat.
Sedangkan posisi selain orang-orang sufi seperti orang yang
mengikut di belakang orang yang berilmu itu dan hanya menghapal
semata, tanpa memahami dan mengerti maksudnya. Mereka ini lebih
membutuhkan kepada perintah, sebab mereka tidak sampai kepada
pengertian dan hakikat itu kecuali dengan adanya perintah, di
samping harus ada hapalan, pengetahuan dan pengamalan.
Orang-orang sufi ini mengartikan hakikat perintah yang
dituntut adalah ruhnya, bukan rupa dan zhahimya. Karena itu
mereka berkata, "Kami menghimpun hasrat pada tujuan dan hakikat,
dan kami tidak membutuhkan rupa dan zhahirnya. Siapa yang
menyibukkan diri dengan rupa berarti melalaikan tujuan dengan
suatu sarana." Mereka tertipu, seperti halnya orang-orang yang hanya
memerhatikan rupa amal dan zhahimya tanpa memerhatikan hakikat,
ruh dan tujuannya. Golongan yang kedua mengabaikan rahasia amal,
tujuan dan hakikatnya, sedangkan golongan pertama mengabaikan
rupa dan zhahirnya. Mereka menganggap telah sampai kepada
hakikat amal sekalipun tanpa zhahir amal itu. Padahal mereka hanya
sampai kepada zindiq dan kekufuran, mengingkari apa yang
seharusnya diketahui tentang diutusnya para rasul.
Mereka adalah orang-orang kafir, zindiq dan munafik,
sedangkan golongan selain mereka juga tidak sempurna. Hati itu
mempunyai ubudiyah sebagaimana anggota badan. Mengabaikan
ubudiyah hati sama dengan mengabaikan ubudiyah anggota tubuh.
Kesempurnaan ibadah ialah dengan menerapkan ubudiyah untuk
masing-masing pasukan, pasukan hati dan pasukan anggota tubuh.
7
Firâr dari bagian untuk diri sendiri ke pelepasan bagian itu ada
beberapa tingkatan, yang tidak diketahui kecuali oleh orang yang
benar-benar memiliki ma'rifat tentang hak-hak Allah dan apa yang
diinginkan-Nya serta hak-hak hamba-Nya, mengetahui diri sendiri,
amal dan penghalangnya. Secara umum, bagian ini artinya apa pun
selain yang dikehendaki Allah darimu, entah yang hukumnya haram,
makruh, mubah atau sunat. Semua ini tidak akan diketahui kecuali
dengan memiliki ilmu yang mendalam tentang Allah dan perintah-
Nya, tentang nafsu dan sifat-sifatnya.
Sebenarnya di sana ada bagian yang bisa didapatkan seorang
hamba sebagai haknya. Namun dia lari dari bagian ini untuk
melepaskannya. Namun jarang manusia yang mampu melakukan hal
ini, karena mereka beribadah kepada Allah justru untuk mendapatkan
bagian dari apa yang dikehendakinya. Kalau pun ada, maka itu
adalah kedudukan para nabi dan shiddiqin.
3. Adapun firâr-nya orang-orang yang lebih khusus dari orang-orang
yang khusus ialah lari dari selain kebenaran kepada kebenaran, dari
kesaksian firâr kepada kebenaran, kemudian firâr dari kesaksian firâr.
Demikian penjelasan tentang firâr, menurut Ibnu Qayyim al-
Jauziyyah di dalam kitab Madârijus Sâlikîn. Dan untuk selanjutnya, bila kita
ingin mendalaminya, kita bisa mengkaji lebih lanjut di dalam kitab-kitabnya
yang lain, antara lain pada kitab al-Fawâid.

More Related Content

What's hot

Apa bentuk komitmen saya kepada Islam
Apa bentuk komitmen saya kepada IslamApa bentuk komitmen saya kepada Islam
Apa bentuk komitmen saya kepada IslamSalman Al-Farisi
 
Apa Bentuk Komitmen Saya Kepada Islam?
Apa Bentuk Komitmen Saya Kepada Islam?Apa Bentuk Komitmen Saya Kepada Islam?
Apa Bentuk Komitmen Saya Kepada Islam?Salman Al-Farisi
 
Pendekatan Dakwah Dalam Menangani Gangguan Makhluk Halus
Pendekatan Dakwah Dalam Menangani Gangguan Makhluk HalusPendekatan Dakwah Dalam Menangani Gangguan Makhluk Halus
Pendekatan Dakwah Dalam Menangani Gangguan Makhluk HalusRasyadan Hussin
 
Kaedah Tangani Histeria & Santau
Kaedah Tangani Histeria & SantauKaedah Tangani Histeria & Santau
Kaedah Tangani Histeria & SantauRasyadan Hussin
 
Id forty hadith_of_nawawi
Id forty hadith_of_nawawiId forty hadith_of_nawawi
Id forty hadith_of_nawawiMohd Nur Addin
 
PPT QURDITS BAB IV KELAS 7 SEMESTER 1
PPT QURDITS BAB IV KELAS 7 SEMESTER 1PPT QURDITS BAB IV KELAS 7 SEMESTER 1
PPT QURDITS BAB IV KELAS 7 SEMESTER 1RifkamaliaS
 
Menghayati Nilai-nilai Mujahadah An-Nafs, Musabaqah Bil Khairat, Etos Kerja, ...
Menghayati Nilai-nilai Mujahadah An-Nafs, Musabaqah Bil Khairat, Etos Kerja, ...Menghayati Nilai-nilai Mujahadah An-Nafs, Musabaqah Bil Khairat, Etos Kerja, ...
Menghayati Nilai-nilai Mujahadah An-Nafs, Musabaqah Bil Khairat, Etos Kerja, ...Muhammad Mauladi
 
1.5 syuruthul intifa' bil qur'an
1.5 syuruthul intifa' bil qur'an1.5 syuruthul intifa' bil qur'an
1.5 syuruthul intifa' bil qur'anIsalzone Faisal
 
Mata pelajaran fikih syahadat
Mata pelajaran fikih syahadatMata pelajaran fikih syahadat
Mata pelajaran fikih syahadatyadah
 
Memahami makna dosa besar dan kecil
Memahami makna dosa besar dan kecilMemahami makna dosa besar dan kecil
Memahami makna dosa besar dan kecilMuhsin Hariyanto
 
Sifat sifat tercela2
Sifat sifat tercela2Sifat sifat tercela2
Sifat sifat tercela2darma wati
 
ISTIQOMAH...SAMPAI AKHIR HAYAT
ISTIQOMAH...SAMPAI AKHIR HAYATISTIQOMAH...SAMPAI AKHIR HAYAT
ISTIQOMAH...SAMPAI AKHIR HAYATandri zulfikar
 

What's hot (19)

Makna syahadat
Makna syahadatMakna syahadat
Makna syahadat
 
KHAUF ( Takut Pada Allah )
KHAUF ( Takut Pada Allah )KHAUF ( Takut Pada Allah )
KHAUF ( Takut Pada Allah )
 
Iman dan Taqwa
Iman dan TaqwaIman dan Taqwa
Iman dan Taqwa
 
Syirik ppt
Syirik pptSyirik ppt
Syirik ppt
 
Apa bentuk komitmen saya kepada Islam
Apa bentuk komitmen saya kepada IslamApa bentuk komitmen saya kepada Islam
Apa bentuk komitmen saya kepada Islam
 
Apa Bentuk Komitmen Saya Kepada Islam?
Apa Bentuk Komitmen Saya Kepada Islam?Apa Bentuk Komitmen Saya Kepada Islam?
Apa Bentuk Komitmen Saya Kepada Islam?
 
Bab 1(keikhlasan)
Bab 1(keikhlasan)Bab 1(keikhlasan)
Bab 1(keikhlasan)
 
Pendekatan Dakwah Dalam Menangani Gangguan Makhluk Halus
Pendekatan Dakwah Dalam Menangani Gangguan Makhluk HalusPendekatan Dakwah Dalam Menangani Gangguan Makhluk Halus
Pendekatan Dakwah Dalam Menangani Gangguan Makhluk Halus
 
Kaedah Tangani Histeria & Santau
Kaedah Tangani Histeria & SantauKaedah Tangani Histeria & Santau
Kaedah Tangani Histeria & Santau
 
Id forty hadith_of_nawawi
Id forty hadith_of_nawawiId forty hadith_of_nawawi
Id forty hadith_of_nawawi
 
3 istiqomah
3 istiqomah3 istiqomah
3 istiqomah
 
PPT QURDITS BAB IV KELAS 7 SEMESTER 1
PPT QURDITS BAB IV KELAS 7 SEMESTER 1PPT QURDITS BAB IV KELAS 7 SEMESTER 1
PPT QURDITS BAB IV KELAS 7 SEMESTER 1
 
Menghayati Nilai-nilai Mujahadah An-Nafs, Musabaqah Bil Khairat, Etos Kerja, ...
Menghayati Nilai-nilai Mujahadah An-Nafs, Musabaqah Bil Khairat, Etos Kerja, ...Menghayati Nilai-nilai Mujahadah An-Nafs, Musabaqah Bil Khairat, Etos Kerja, ...
Menghayati Nilai-nilai Mujahadah An-Nafs, Musabaqah Bil Khairat, Etos Kerja, ...
 
1.5 syuruthul intifa' bil qur'an
1.5 syuruthul intifa' bil qur'an1.5 syuruthul intifa' bil qur'an
1.5 syuruthul intifa' bil qur'an
 
Mata pelajaran fikih syahadat
Mata pelajaran fikih syahadatMata pelajaran fikih syahadat
Mata pelajaran fikih syahadat
 
KUFUR AKIDAH & AKHLAK
KUFUR AKIDAH & AKHLAK KUFUR AKIDAH & AKHLAK
KUFUR AKIDAH & AKHLAK
 
Memahami makna dosa besar dan kecil
Memahami makna dosa besar dan kecilMemahami makna dosa besar dan kecil
Memahami makna dosa besar dan kecil
 
Sifat sifat tercela2
Sifat sifat tercela2Sifat sifat tercela2
Sifat sifat tercela2
 
ISTIQOMAH...SAMPAI AKHIR HAYAT
ISTIQOMAH...SAMPAI AKHIR HAYATISTIQOMAH...SAMPAI AKHIR HAYAT
ISTIQOMAH...SAMPAI AKHIR HAYAT
 

Viewers also liked

Menyikapi kezaliman, apa sikap kita
Menyikapi kezaliman, apa sikap kitaMenyikapi kezaliman, apa sikap kita
Menyikapi kezaliman, apa sikap kitaMuhsin Hariyanto
 
Menuju tangga kesuksesan dengan ilmu
Menuju tangga kesuksesan dengan ilmuMenuju tangga kesuksesan dengan ilmu
Menuju tangga kesuksesan dengan ilmuMuhsin Hariyanto
 
Belajar sabar dari nabi ayyub a
Belajar sabar dari nabi ayyub aBelajar sabar dari nabi ayyub a
Belajar sabar dari nabi ayyub aMuhsin Hariyanto
 
Sang togog yang terkebiri dan terpinggirkan
Sang togog yang terkebiri dan terpinggirkanSang togog yang terkebiri dan terpinggirkan
Sang togog yang terkebiri dan terpinggirkanMuhsin Hariyanto
 
Pendekatan integrasi interkoneksi
Pendekatan integrasi interkoneksiPendekatan integrasi interkoneksi
Pendekatan integrasi interkoneksiMuhsin Hariyanto
 
Apakah saya sedang mengalami isyfāq
Apakah saya sedang mengalami isyfāqApakah saya sedang mengalami isyfāq
Apakah saya sedang mengalami isyfāqMuhsin Hariyanto
 
Puasa 'arafah, kapan dilaksanakan 1
Puasa 'arafah, kapan dilaksanakan 1Puasa 'arafah, kapan dilaksanakan 1
Puasa 'arafah, kapan dilaksanakan 1Muhsin Hariyanto
 
Mengambil ‘ibrah (pelajaran) dari kisah nabi ayyub a.s.
Mengambil ‘ibrah (pelajaran) dari kisah nabi ayyub a.s.Mengambil ‘ibrah (pelajaran) dari kisah nabi ayyub a.s.
Mengambil ‘ibrah (pelajaran) dari kisah nabi ayyub a.s.Muhsin Hariyanto
 
Bahan ajar ushul fiqh (semester gasal 2014 2015)
Bahan ajar ushul fiqh (semester gasal 2014 2015)Bahan ajar ushul fiqh (semester gasal 2014 2015)
Bahan ajar ushul fiqh (semester gasal 2014 2015)Muhsin Hariyanto
 
Créer le blog et la page réseau social de la bibliothèque
Créer le blog et la page réseau social de la bibliothèque Créer le blog et la page réseau social de la bibliothèque
Créer le blog et la page réseau social de la bibliothèque Dujol Lionel
 
Une médiation dans quel espace documentaire ?
Une médiation dans quel espace documentaire ?Une médiation dans quel espace documentaire ?
Une médiation dans quel espace documentaire ?Dujol Lionel
 

Viewers also liked (20)

Al ghurbah
Al ghurbahAl ghurbah
Al ghurbah
 
Menyikapi kezaliman, apa sikap kita
Menyikapi kezaliman, apa sikap kitaMenyikapi kezaliman, apa sikap kita
Menyikapi kezaliman, apa sikap kita
 
Berani di jalan dakwah
Berani di jalan dakwahBerani di jalan dakwah
Berani di jalan dakwah
 
Mengapa harus mengemis
Mengapa harus mengemisMengapa harus mengemis
Mengapa harus mengemis
 
Menuju tangga kesuksesan dengan ilmu
Menuju tangga kesuksesan dengan ilmuMenuju tangga kesuksesan dengan ilmu
Menuju tangga kesuksesan dengan ilmu
 
Berpuasa, untuk apa
Berpuasa, untuk apaBerpuasa, untuk apa
Berpuasa, untuk apa
 
Belajar sabar dari nabi ayyub a
Belajar sabar dari nabi ayyub aBelajar sabar dari nabi ayyub a
Belajar sabar dari nabi ayyub a
 
Sang togog yang terkebiri dan terpinggirkan
Sang togog yang terkebiri dan terpinggirkanSang togog yang terkebiri dan terpinggirkan
Sang togog yang terkebiri dan terpinggirkan
 
Pendekatan integrasi interkoneksi
Pendekatan integrasi interkoneksiPendekatan integrasi interkoneksi
Pendekatan integrasi interkoneksi
 
Apakah saya sedang mengalami isyfāq
Apakah saya sedang mengalami isyfāqApakah saya sedang mengalami isyfāq
Apakah saya sedang mengalami isyfāq
 
Tafsir qs al lahab
Tafsir qs  al lahabTafsir qs  al lahab
Tafsir qs al lahab
 
Keutamaan istiqamah
Keutamaan istiqamahKeutamaan istiqamah
Keutamaan istiqamah
 
Puasa 'arafah, kapan dilaksanakan 1
Puasa 'arafah, kapan dilaksanakan 1Puasa 'arafah, kapan dilaksanakan 1
Puasa 'arafah, kapan dilaksanakan 1
 
Mengambil ‘ibrah (pelajaran) dari kisah nabi ayyub a.s.
Mengambil ‘ibrah (pelajaran) dari kisah nabi ayyub a.s.Mengambil ‘ibrah (pelajaran) dari kisah nabi ayyub a.s.
Mengambil ‘ibrah (pelajaran) dari kisah nabi ayyub a.s.
 
Tawadhu' (rendah hati) 01
Tawadhu' (rendah hati) 01Tawadhu' (rendah hati) 01
Tawadhu' (rendah hati) 01
 
Tawadhu' (rendah hati)
Tawadhu' (rendah hati)Tawadhu' (rendah hati)
Tawadhu' (rendah hati)
 
Bahan ajar ushul fiqh (semester gasal 2014 2015)
Bahan ajar ushul fiqh (semester gasal 2014 2015)Bahan ajar ushul fiqh (semester gasal 2014 2015)
Bahan ajar ushul fiqh (semester gasal 2014 2015)
 
Berpacu meraih ampunan
Berpacu meraih ampunanBerpacu meraih ampunan
Berpacu meraih ampunan
 
Créer le blog et la page réseau social de la bibliothèque
Créer le blog et la page réseau social de la bibliothèque Créer le blog et la page réseau social de la bibliothèque
Créer le blog et la page réseau social de la bibliothèque
 
Une médiation dans quel espace documentaire ?
Une médiation dans quel espace documentaire ?Une médiation dans quel espace documentaire ?
Une médiation dans quel espace documentaire ?
 

Similar to MENINGGALKAN KEMAKSIATAN

ppt-cinta-khauf-roja-tawakkal-ikm-kelas-10-bab-7.pdf
ppt-cinta-khauf-roja-tawakkal-ikm-kelas-10-bab-7.pdfppt-cinta-khauf-roja-tawakkal-ikm-kelas-10-bab-7.pdf
ppt-cinta-khauf-roja-tawakkal-ikm-kelas-10-bab-7.pdfAnjeliAfrilia
 
Dosa yang harus (segera) dimohonkan ampunan
Dosa yang harus (segera) dimohonkan ampunanDosa yang harus (segera) dimohonkan ampunan
Dosa yang harus (segera) dimohonkan ampunanMuhsin Hariyanto
 
Cara bahagia itu sederhana dalam alquran dan hadis
Cara bahagia itu sederhana dalam alquran dan hadisCara bahagia itu sederhana dalam alquran dan hadis
Cara bahagia itu sederhana dalam alquran dan hadisNur Fuanto
 
Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiMuhsin Hariyanto
 
Apa erti saya menganut islam - Fathi Yakan
Apa erti saya menganut islam - Fathi YakanApa erti saya menganut islam - Fathi Yakan
Apa erti saya menganut islam - Fathi YakanImran
 
Apa ertinya saya menganut islam dfy
Apa ertinya saya menganut islam   dfyApa ertinya saya menganut islam   dfy
Apa ertinya saya menganut islam dfyummuhani85
 
Menggapai ridho dan rahmat allah
Menggapai ridho dan rahmat allahMenggapai ridho dan rahmat allah
Menggapai ridho dan rahmat allahNur Fuanto
 
15 petunjuk menguatkan iman
15 petunjuk menguatkan iman15 petunjuk menguatkan iman
15 petunjuk menguatkan imannyongkoh
 
Keutamaan sayyidul istighfar 01
Keutamaan sayyidul istighfar 01Keutamaan sayyidul istighfar 01
Keutamaan sayyidul istighfar 01Muhsin Hariyanto
 

Similar to MENINGGALKAN KEMAKSIATAN (20)

Makalah "Taqwa"
Makalah "Taqwa"Makalah "Taqwa"
Makalah "Taqwa"
 
ppt-cinta-khauf-roja-tawakkal-ikm-kelas-10-bab-7.pdf
ppt-cinta-khauf-roja-tawakkal-ikm-kelas-10-bab-7.pdfppt-cinta-khauf-roja-tawakkal-ikm-kelas-10-bab-7.pdf
ppt-cinta-khauf-roja-tawakkal-ikm-kelas-10-bab-7.pdf
 
Ikhlas
IkhlasIkhlas
Ikhlas
 
Ikhlas
IkhlasIkhlas
Ikhlas
 
Ikhlas
IkhlasIkhlas
Ikhlas
 
Dosa yang harus (segera) dimohonkan ampunan
Dosa yang harus (segera) dimohonkan ampunanDosa yang harus (segera) dimohonkan ampunan
Dosa yang harus (segera) dimohonkan ampunan
 
syirik-ppt.pdf
syirik-ppt.pdfsyirik-ppt.pdf
syirik-ppt.pdf
 
Cara bahagia itu sederhana dalam alquran dan hadis
Cara bahagia itu sederhana dalam alquran dan hadisCara bahagia itu sederhana dalam alquran dan hadis
Cara bahagia itu sederhana dalam alquran dan hadis
 
Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugi
 
Apa erti saya menganut islam - Fathi Yakan
Apa erti saya menganut islam - Fathi YakanApa erti saya menganut islam - Fathi Yakan
Apa erti saya menganut islam - Fathi Yakan
 
Apa ertinya saya menganut islam dfy
Apa ertinya saya menganut islam   dfyApa ertinya saya menganut islam   dfy
Apa ertinya saya menganut islam dfy
 
Tauhid
TauhidTauhid
Tauhid
 
Menggapai ridho dan rahmat allah
Menggapai ridho dan rahmat allahMenggapai ridho dan rahmat allah
Menggapai ridho dan rahmat allah
 
15 petunjuk menguatkan iman
15 petunjuk menguatkan iman15 petunjuk menguatkan iman
15 petunjuk menguatkan iman
 
Keutamaan sayyidul istighfar 01
Keutamaan sayyidul istighfar 01Keutamaan sayyidul istighfar 01
Keutamaan sayyidul istighfar 01
 
Memahami makna khusyu'
Memahami makna khusyu'Memahami makna khusyu'
Memahami makna khusyu'
 
Memahami makna khusyu'
Memahami makna khusyu'Memahami makna khusyu'
Memahami makna khusyu'
 
Kumpulan Artikel Islami
Kumpulan Artikel IslamiKumpulan Artikel Islami
Kumpulan Artikel Islami
 
Multi Artikel Religius Islam
Multi Artikel Religius Islam Multi Artikel Religius Islam
Multi Artikel Religius Islam
 
Ikhbat
IkhbatIkhbat
Ikhbat
 

More from Muhsin Hariyanto

Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahMuhsin Hariyanto
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Muhsin Hariyanto
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanMuhsin Hariyanto
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMuhsin Hariyanto
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Muhsin Hariyanto
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabulMuhsin Hariyanto
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamMuhsin Hariyanto
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifMuhsin Hariyanto
 

More from Muhsin Hariyanto (20)

Khutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 hKhutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 h
 
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
 
Etika dalam berdoa
Etika dalam berdoaEtika dalam berdoa
Etika dalam berdoa
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul
 
Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)
 
Strategi dakwah
Strategi dakwahStrategi dakwah
Strategi dakwah
 
Sukses karena kerja keras
Sukses karena kerja kerasSukses karena kerja keras
Sukses karena kerja keras
 
Opini dul
Opini   dulOpini   dul
Opini dul
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayam
 
Tentang diri saya
Tentang diri sayaTentang diri saya
Tentang diri saya
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
 
Ketika kita gagal
Ketika kita gagalKetika kita gagal
Ketika kita gagal
 
Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!
 
Gatotkaca winisuda
Gatotkaca winisudaGatotkaca winisuda
Gatotkaca winisuda
 

MENINGGALKAN KEMAKSIATAN

  • 1. 1 Firâr Banyak hal yang harus dilakukan oleh seorang yang mengaku beriman untuk mewujudkan keimanannya. Seorang yang beriman akan selalu berusaha berlari menuju Allah, Dia tinggalkan apa pun yang dibenci Allah, dan bergegas kepada apa pun yang dicintai-Nya. Itulah yang dikenal dengan istilah ‫الفرار‬‫إلى‬‫اهلل‬ (berlari menuju Allah). [Ibnu Qayyim al- Jauziyyah, Madârijus Sâlikîn, juz I, hal. 469] Allah berfirman, ۖ “Maka segeralah kembali kepada (mentaati) Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu.” (QS adz-Dzâriyât/51: 50) Hakikat keislaman itu diwujudkan dengan kepasrahan (istislâm) kepada Allah, menunaikan kewajiban kepada-Nya, serta menunaikan hak- hak sesama muslim. Seorang muslim harus segera berhijrah, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Sesungguhnya orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan larangan- larangan Allah. Dan seorang muslim adalah orang yang bisa menjamin keselamatan sesama muslim yang lain dari (bahaya) lisan dan tangannya.” (HR Ahmad bin Hanbal dari Abdullah bin Umar, Musnad Ahmad ibn Hanbal, juz II, hal. 205, hadits no. 6912) Terdapat hijrah yang hukumnya fardhu ‘ain bagi setiap muslim, yaitu hijrah meninggalkan dosa-dosa dan kemaksiatan. Kewajiban hijrah semacam ini tidak pernah gugur darinya dalam keadaan bagaimana pun. Hijrah kepada Allah ini mengandung sikap meninggalkan segala hal yang dibenci oleh Allah kemudian diikuti dengan melakukan apa saja yang dicintai dan diridhai-Nya. Pokok hijrah ini adalah rasa cinta dan benci di dalam hati. Dalam pengertian seorang yang berhijrah meninggalkan sesuatu (baca: maksiat) kepada sesuatu yang lain (baca: ketaatan) tentu saja karena apa yang dia tuju lebih dicintai daripada apa yang dia tinggalkan. Oleh sebab
  • 2. 2 itulah dia lebih mengutamakan perkara yang lebih dicintainya daripada perkara-perkara lainnya. Pelajaran yang dapat kita petik adalah hijrah dengan hati kepada Allah menuntut kita untuk memiliki kesadaran dan ilmu mengenai apa yang Allah benci dan apa yang dicintai oleh Allah. Karena hakikat hijrah ini adalah meninggalkan perkara yang dibenci-Nya menuju perkara yang dicintai-Nya. Setiap orang Islam harus melakukan firâr. Kita harus berlari dari segala yang menarik perhatian kita, menuju kepada Allah. Jadi, hakikat firâr adalah melarikan diri dari sesuatu yang dibenci oleh Allah, kepada sesuatu yang lain yang dicitai oleh-Nya. Firâr – dalam penjelasan Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, ada 2 (dua) macam:  Firâr orang-orang yang mendapatkan kebahagiaan, yaitu firâr kepada Allah.  Firâr orang-orang yang mendapatkan penderitaan, yaitu firâr dari Allah kepada selain Allah. Sedangkan firâr dari Allah kepada Allah adalah firâr-nya wali-wali Allah. Dalam menafsiri firman Allah, " ِ‫ه‬َ‫ّل‬‫ل‬‫ا‬ ‫َى‬‫ل‬ِ‫إ‬ ‫ُوا‬‫ر‬ِ‫ف‬َ‫ف‬ ", Ibnu Abbas berkata, "Artinya, larilah dari Allah kepada Allah dan taatlah kepada-Nya." Sedangkan Sahl bin Abdullah berkata, "Artinya, larilah dari selain Allah kepada Allah." Yang lain lagi berkata, "Larilah dari adzab Allah ke pahala- Nya, dengan iman dan ketaatan. Sementara itu, al-Harawi menyatakan, bahwa ‫الفرار‬‫إلى‬‫اهلل‬ , bermakna: “lari dari sesuatu yang tidak ada ke sesuatu yang senantiasa ada." Ibnu Qayyim al-Jauziyyah menjelaskan bahwa firâr – dalam hal ini -- ada 3 (tiga) derajat: 1. Firâr-nya orang-orang awam, yaitu firâr dari kebodohan ke ilmu, dengan disertai keyakinan dan usaha, dari kemalasan ke kerajinan yang disertai kesungguhan dan tekad, dari kesempitan ke kelapangan yang disertai harapan. Tentang firâr dari kebodohan kepada ilmu, dinyatakan bahwa kebodohan itu sendiri ada 2 (dua) macam: Pertama, tidak mengetahui kebenaran yang bermanfaat. Kedua, tidak beramal menurut keharusan dan kelazimannya.
  • 3. 3 Kedua-duanya sudah mendefinisikan makna kebodohan menurut bahasa, istilah, syariat dan hakikat. Maka Musa a.s. berkata, "… aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang bodoh." (QS al-Baqarah/2: 67) Beliau berkata seperti itu setelah kaumnya berkata, "Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?" Berarti, Musa a.s. berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang- orang yang suka mengejek. Yusuf a.s. juga berkata, "Dan, jika tidak Engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh." (QS Yûsuf/12: 33) Artinya, agar beliau tidak termasuk orang-orang yang melakukan apa-apa yang diharamkan kepada mereka. Allah berfirman, "Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kebodohan." (QS an-Nisâ'/4: 17) Qatadah berkata, "Para shahabat sudah sepakat bahwa apa pun bentuk kedurhakaan terhadap Allah disebut kebodohan." Ada pula yang berkata, "Para shahabat sudah sepakat bahwa siapa pun yang durhaka kepada Allah adalah orang yang bodoh." Seorang penyair berkata, "Tak ada gunanya seseorang membodohi kami hingga kita lebih bodoh dari jahiliy." Orang yang tidak mendalami ilmu disebut bodoh, entah karena dia tidak bisa mengambil manfaat dari ilmu itu, hingga dia disebut orang bodoh, entah karena ketidaktahuannya terhadap akibat dari perbuatannya. Firâr ini merupakan firâr dari 2 (dua) macam kebodohan: Kebodohan terhadap ilmu yang harus didapatkan dan diyakini, dan kebodohan terhadap pengamalannya. Firâr dari kemalasan ke kerajinan yang
  • 4. 4 disertai kesungguhan dan tekad, artinya meninggalkan belenggu kemalasan lalu berbuat dan berusaha, dengan kesungguhan dan tekad, tidak asal-asalan, tidak meremehkan dan tidak berandai-andai. Kesungguhan artinya kebenaran dalam beramal dan berusaha, sedangkan tekad merupakan kesungguhan dalam kehendak. Maka Allah berfirman kepada Yahya a.s., "Hai Yahya, ambillah Al-Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh." (QS Maryam/19: 12) Quwwah dalam ayat ini berarti kesungguhan yang disertai tekad dan usaha, tidak seperti orang yang mengambil perintah-Nya dengan ragu-ragu dan setengah hati. Firâr dari kesempitan ke kelapangan yang disertai harapan artinya lari dari dada yang terasa sesak dan penat karena kekhawatiran, kegelisahan, kesedihan dan ketakutan yang dirasakan hamba dari dalam dirinya, dan juga yang datang dari luar dirinya, seperti hal-hal yang berkaitan dengan sebab- sebab kemaslahatan hidupnya di dunia ini, baik dalam masalah harta, badan, keluarga, masyarakat atau musuhnya. Dia harus lari dari semua jenis kesempitan yang menghimpit dada, lalu beralih ke kelapangan keyakinan kepada Allah, tawakal dan harapan kepada- Nya. "Dan, barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya." (QS ath-Thalaq/65: 2-3) Ar-Rabi' bin Khutsaim berkata, "Artinya, Allah menjadikan baginya jalan keluar dari hal-hal yang biasanya membuat manusia merasa sesak dadanya." Abû al-‘Aliyah berkata, "Artinya, Allah menjadikan baginya jalan keluar dari segala kekerasan, baik kekerasan di dunia maupun di akhirat. Allah pasti memberikan kelapangan bagi orang Mukmin dari segala hal yang biasanya membuat manusia merasa sempit dan sesak dadanya." Selagi seorang hamba mempunyai persangkaan yang baik terhadap Allah, berpengharapan yang baik kepada-Nya dan tawakkal secara sungguh-sungguh, maka Allah tidak akan menelantarkannya dan tidak akan mengabaikan harapannya. Keyakinan dan baik sangka
  • 5. 5 terhadap Allah ini merupakan istilah lain dari kelapangan hati. Sebab tidak ada yang lebih membuat dada terasa lapang setelah iman, selain dari keyakinan, mengharapkan yang baik dan berbaik sangka kepada Allah. 2. Firâr-nya orang-orang yang khusus, yaitu dari pengabaran ke kesaksian, dari rupa ke inti, dari bagian untuk diri sendiri ke pelepasan. Artinya, mereka tidak ridha jika iman mereka hanya sekedar dari pengabaran. Mereka ingin naik lebih tinggi agar bisa menyaksikan siapa pemberi kabar itu. Mereka ingin naik dari ilmul-yaqîn lewat pengabaran ke ainul- yaqîn lewat kesaksian, seperti yang diinginkan Ibrahim Alaihis-Salam dari Allah. ۖ ۖ "Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, 'Ya Rabbi, perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati !' Allah berfirman, 'Belum yakinkah kamu?' Ibrahim menjawab, 'Aku telah meyakininya, tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)'." (QS al-Baqarah/2: 260) Ibrahim menuntut agar keyakinannya nyata di depan mata dan apa yang ingin diketahui dapat disaksikan. Inilah makna yang diungkapkan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam tentang kesangsian, dalam sabda beliau, "Kita lebih layak untuk sangsi daripada Ibrahim yang berkata, 'Ya Rabbi, perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati!'" Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak pernah sangsi, begitu pula Ibrahim. Tapi memang begitulah beliau mengungkapkan makna ini. Apa yang dituntut Ibrahim itu bukan karena sangsi atau ragu-ragu, tapi karena beliau menuntut kemantapan. Ada 3 (tiga) tingkatan tentang hal ini: ‘Ilmul-yaqîn yang diperoleh dari pengabaran, kemudian hati mendapatkan kejelasan hakikat pemberi kabar. Ilmu tentang pemberi kabar ini berubah menjadi ‘ainul-yaqîn, setelah itu menyatu menjadi haqqul-yaqîn. Ilmu kita tentang surga dan neraka pada saat ini disebut ilmul-yaqîn. Jika surga ditampakkan kepada orang-orang yang bertakwa dan neraka
  • 6. 6 diperlihatkan kepada orang-orang yang durhaka, artinya mereka melihat dengan mata kepala sendiri, maka hal itu disebut ainul-yaqîn. Jika penghuni surga sudah masuk surga dan penghuni neraka masuk ke neraka, maka itu disebut haqqul-yaqîn. Firâr dari rupa ke inti, artinya keluar dari ilmu dan amal- amal yang tampak, lalu beralih ke hakikat iman dan mu'amalah hati. Orang-orang yang mempunyai tekad yang besar tidak puas hanya dengan rupa-rupa amal yang tampak mata. Mereka tidak mempedulikannya kecuali dengan ruh dan hakikatnya. Pengetahuan tentang Allah tidak mengharuskan seseorang untuk meninggalkan perintah seperti anggapan orang-orang zindiq dan sufi. Bahkan seharusnya mereka bisa menyimpulkan hakikat perintah, rahasia ubudiyah dan ruh amaliyah. Mereka memposisikan diri di hadapan perintah seperti posisi orang yang mengetahui maksud perkataan orang lain yang berbicara dengannya, entah yang tersamar, yang jelas atau yang berupa isyarat. Sedangkan posisi selain orang-orang sufi seperti orang yang mengikut di belakang orang yang berilmu itu dan hanya menghapal semata, tanpa memahami dan mengerti maksudnya. Mereka ini lebih membutuhkan kepada perintah, sebab mereka tidak sampai kepada pengertian dan hakikat itu kecuali dengan adanya perintah, di samping harus ada hapalan, pengetahuan dan pengamalan. Orang-orang sufi ini mengartikan hakikat perintah yang dituntut adalah ruhnya, bukan rupa dan zhahimya. Karena itu mereka berkata, "Kami menghimpun hasrat pada tujuan dan hakikat, dan kami tidak membutuhkan rupa dan zhahirnya. Siapa yang menyibukkan diri dengan rupa berarti melalaikan tujuan dengan suatu sarana." Mereka tertipu, seperti halnya orang-orang yang hanya memerhatikan rupa amal dan zhahimya tanpa memerhatikan hakikat, ruh dan tujuannya. Golongan yang kedua mengabaikan rahasia amal, tujuan dan hakikatnya, sedangkan golongan pertama mengabaikan rupa dan zhahirnya. Mereka menganggap telah sampai kepada hakikat amal sekalipun tanpa zhahir amal itu. Padahal mereka hanya sampai kepada zindiq dan kekufuran, mengingkari apa yang seharusnya diketahui tentang diutusnya para rasul. Mereka adalah orang-orang kafir, zindiq dan munafik, sedangkan golongan selain mereka juga tidak sempurna. Hati itu mempunyai ubudiyah sebagaimana anggota badan. Mengabaikan ubudiyah hati sama dengan mengabaikan ubudiyah anggota tubuh. Kesempurnaan ibadah ialah dengan menerapkan ubudiyah untuk masing-masing pasukan, pasukan hati dan pasukan anggota tubuh.
  • 7. 7 Firâr dari bagian untuk diri sendiri ke pelepasan bagian itu ada beberapa tingkatan, yang tidak diketahui kecuali oleh orang yang benar-benar memiliki ma'rifat tentang hak-hak Allah dan apa yang diinginkan-Nya serta hak-hak hamba-Nya, mengetahui diri sendiri, amal dan penghalangnya. Secara umum, bagian ini artinya apa pun selain yang dikehendaki Allah darimu, entah yang hukumnya haram, makruh, mubah atau sunat. Semua ini tidak akan diketahui kecuali dengan memiliki ilmu yang mendalam tentang Allah dan perintah- Nya, tentang nafsu dan sifat-sifatnya. Sebenarnya di sana ada bagian yang bisa didapatkan seorang hamba sebagai haknya. Namun dia lari dari bagian ini untuk melepaskannya. Namun jarang manusia yang mampu melakukan hal ini, karena mereka beribadah kepada Allah justru untuk mendapatkan bagian dari apa yang dikehendakinya. Kalau pun ada, maka itu adalah kedudukan para nabi dan shiddiqin. 3. Adapun firâr-nya orang-orang yang lebih khusus dari orang-orang yang khusus ialah lari dari selain kebenaran kepada kebenaran, dari kesaksian firâr kepada kebenaran, kemudian firâr dari kesaksian firâr. Demikian penjelasan tentang firâr, menurut Ibnu Qayyim al- Jauziyyah di dalam kitab Madârijus Sâlikîn. Dan untuk selanjutnya, bila kita ingin mendalaminya, kita bisa mengkaji lebih lanjut di dalam kitab-kitabnya yang lain, antara lain pada kitab al-Fawâid.