SlideShare a Scribd company logo
1 of 3
Mengapa Harus Mengemis? 
Oleh: Muhsin Hariyanto 
BUDAYA meminta dalam pengertian luas ‘kini’ tengah menjadi ‘trend’ 
(kecenderungan) masyarakat pada umumnya. Tidak terkecuali pada umat Islam di 
belahan bumi mana pun. Padahal Rasulullah s.a.w. pernah mengingatkan: 
اللْلَىيَى سسدُ و اللْلَىعُ ولْلَىيَى سسا  خَى يْلَىسسرٌ م مِقَسسنَى  اللْلَىيَى سسدِقَ اللسُّسسفْلَىلَى ى  وَى اللْلَىيَى سسدُ و اللْلَىعُ ولْلَىيَى سسا  اللْلَىمُ ونْلَىفِقَقَى سسةُ و وَى اللسُّسسفْلَىلَى ى  
.اللسَّا ئِقَلَى ةُ و 
“Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah; tangan di atas adalah yang 
berinfaq [memberi] dan tangan di bawah adalah yang meminta.” (Hadits Riwayat al- 
Bukhari, Shahîh al-Bukhari, II/139, hadits. no. 1427 dan Hadits Riwayat Muslim, Shahîh 
Muslim, III/94, hadits no. 2432, dari Abdullah bin Umar). 
Bahkan dalam hadits lain dinyatakan bahwa seorang sahabat Rasulullah s.a.w. 
yang bernama Hakim bin Hizam r.a. pernah meminta sesuatu kepada Rasulullah s.a.w., 
dan beliau pun memberikannya seperti apa yang diminta. Kemudian dia meminta lagi 
(untuk kedua kali), lalu diberikannya sebagaimana pemberian yang pertama. Kemudian 
dia meminta lagi (untuk yang ketiga kali). Atas sikap sahabatnya (Hakim bin Hizam r.a.) 
itu, beliau pun tetap bersedia untuk memberikannya lagi sebagaimana pemberian yang 
pertama dan kedua, seraya bersabda: 
إِقَنَّ هَى ذَى ال اللْلَىمَى ا لَى  خَى ضِقَرَى ةٌ م حُ ولْلَىورَى ةٌ م فَى مَى نْلَى أَى خَى ذَى هُ و بِقَسَى خَى ا وَى ةِقَ نَى فْلَىسٍ ب بُ ووررِقَكَى  لَى هُ و فِقَيهِقَ ، 
وَى مَى نْلَى أَى خَى ذَى هُ و بِقَإِقَشْلَىرَى الفِقَ نَى فْلَىسٍ ب لَى مْلَى يُ وبَى ا رَى كْلَى لَى هُ و فِقَيهِقَ كَى ا لَّذِقَي  يَى أْلَىكُ ولُ و ، وَى لاَى  يَى شْلَىسسبَى عُ و 
اللْلَىيَى دُ و اللْلَىعُ ولْلَىيَى ا  خَى يْلَىرٌ م مِقَنَى  اللْلَىيَى دِقَ اللسُّفْلَىلَى ى  
“Sesungguhnya harta ini adalah lezat dan manis. Maka siapa yang menerimanya dengan 
hati yang baik, niscaya ia akan mendapat berkahnya. Namun, siapa yang menerimanya 
dengan nafsu serakah, maka dia tidak akan mendapat berkahnya, Dia bagaikan orang 
yang makan namun tidak pernah merasa kenyang. Dan tangan di atas lebih baik 
daripada tangan di bawah.” (Hadits Riwayat al-Bukhari, Shahîh al-Bukhâri, II/52, no. 
1472 dan Hadits Riwayat Muslim, Shahîh Muslim, III/94, hadits no. 2434, dari Hakim bin 
Hizam) 
Dua hadits di atas mengisyaratkan bahwa aktivitas meminta-minta itu bukanlah 
perbuatan yang ideal, dan bahkan bisa dinyatakan sebagai perbuatan yang kurang terpuji. 
Oleh karenanya Rasulullah s.a.w. mengingatkan sahabatnya (Hakim bin Hizam r.a.) 
untuk tidak membiasakannya. Tetapi, siapa pun diri kita (baca: orang Islam) yang 
dimintai sesuatu oleh siapa pun yang membutuhkan, sementara diri kita memunyai 
sesuatu yang sepantasnya diberikan kepada orang yang meminta sesuatu kepada diri kita, 
hendaklah bersikap positf untuk bersedia untuk memberikannya, sebagai sedekah yang 
sudah sepantasnya dilakukan oleh setiap muslim. 
Untuk menjelaskan tentang keutamaan sedekah dan sekaligus ketidak-utamaan 
meminta-minta, bisa disimak (kembali) kisah Umar bin al-Khaththab ketika menyikapi 
pemberian Rasulullah s.a.w. kepadanya. 
1
Dikisahkan oleh Abdullah bin Umar, bahwa Umar bin al-Khaththab r.a. 
(ayahnya) pernah mengisahkan sebuah cerita yang menarik kepada dirinya. Diceritakan, 
bahwa pada suatu saat Rasulullah s.a.w. pernah memberikan harta kepadanya, namun dia 
menolak pemberian Rasulullah s.a.w. tersebut seraya memohon kepada beliau 
(Rasulullah s.a.w.): “Berikanlah (saja harta ini) kepada orang yang lebih fakir daripada 
diriku.” Hingga suatu hari yang lain beliau (Rasulullah s.a.w.) mencoba untuk 
memberikan (lagi) harta kepadanya (Umar bin al-Khaththab), dan dia (Umar bin al- 
Khaththab) pun menolaknya dengan perkataan yang sama: “Berikanlah (saja harta ini) 
kepada orang yang lebih fakir daripada diriku.” 
Nah, atas sikap beliau (Umar bin al-Khaththab) itu, Rasulullah s.a.w. pun 
bersabda: 
خُ وذْهُهُ و وَخمَخائ جَخائءَخكَخ مِلنْهُ هَخذَخا الْهُمَخائلِل وَخأَخنْهُتَخ غَخيْهُرُ و مُ وشْهُرِلفٍ ف وَخلَخ سَخخخائئِللٍ ف فَخخُ وخخذْهُهُ و 
وَخمَخائ لَخ فَخلَخ تُ وتْهُبِلعْهُهُ و نَخفْهُسَخكَخ 
“Ambillah (pemberianku ini)! Dan bila kamu diberi sesuatu harta, sedangkan kamu 
tidak mengidam-idamkannya dan tidak pula meminta-mintanya, maka ambillah (harta 
pemberian itu). Dan jika tidak demikian (tidak diberi), maka janganlah kamu 
mengejarnya (untuk memintanya) dengan hawa nafsumu.” (Hadits Riwayat al-Bukhari, 
Shahîh al-Bukhâri, IX/85, hadits no. 7164 dan Hadits Riwayat Muslim, Shahîh Muslim, 
III/98, hadits no. 2452, dari Abdullah bin Umar) 
Dari beberapa riwayat di atas, dengan menggali ruh (semangat) hadits-hadits 
Rasulullah s.a.w. di atas, kita bisa memahami bahwa beliau (Rasulullah s.a.w) ‘melarang’ 
setiap muslim untuk meminta-minta sedekah atau sumbangan dari orang lain tanpa ada 
kebutuhan yang mendesak. Karena perbuatan meminta-minta merupakan perbuatan 
menghinakan diri kepada orang lain dan menunjukkan adanya kecenderungan untuk 
menuruti hawa nafsu, dengan bersikap tamak (rakus) kepada dunia, yang salah satu 
indikatornya adalah: “keinginan untuk memerbanyak harta, dengan cara untuk selalu 
meminta-minta”. Dan beliau (Rasulullah s.a.w.) menginformasikan kepada diri kita, 
bahwa siapa pun yang melakukan aktivitas ‘meminta-minta’, yang oleh Rasulullah s.a.w. 
dipandang sebagai perbuatan ‘hina’ ini, dia (peminta-minta itu) – diilustrasikan dengan 
sebuah kiasan: “akan datang pada hari kiamat dalam keadaan tidak ada sepotong daging 
pun yang melekat di wajahnya”. 
Pernyataan Rasulullah s.a.w. ini bisa dipahami sebagai sebuah peringatan, 
bahwa para peminta-minta – di akherat kelak – akan menerima balasan yang setimpal 
baginya, karena kurangnya sikap ‘iffah (perwira) pada dirinya, dan ditunjukkan dengan 
ketidak-engganannya untuk meminta-minta kepada orang lain tanpa rasa malu. Atau 
dalam pengertian lain, peringatan Rasulullah s.a.w. ini bisa kita pahami sebagai warning 
(peringatan dini) kepada diri kita (umat Islam) agar jangan sampai -- diri kita (umat 
Islam) -- terjebak menjadi orang-orang yang bermental pengemis, yang dalam khazanah 
budaya Jawa disebut dengan istilah: “nDremis”. 
Di sisi lain, Rasulullah s.a.w. juga tidak pernah sekali pun melarang kepada 
umatnya untuk menerima pemberian dari siapa pun, yang biasanya didemonstrasikan 
dengan cara ‘menolak (pemberian) harta’ yang ‘mendatangi’ diri kita, dalam pengertian 
menolak setiap pemberian (harta) yang diberikan oleh seseorang kepada diri kita. Kita – 
2
umat Islam – diperkenankan untuk mengambilnya, dan – bahkan -- hal itu dapat 
dipandang sebagai sebuah ‘sikap positif’ bagi diri kita, selama kita (umat Islam) tidak 
pernah – proaktif -- memintanya. 
Wallâhu a’lamu bish shawâb. 
Penulis adalah Dosen Tetap FAI UM Yogyakarta dan Dosen Tidak Tetap STIKES 
’Aisyiyah Yogyakarta. 
(Sumber: ”Majalah Suara ’Aisyiyah”) 
3

More Related Content

What's hot

What's hot (19)

Unsur unsur hadis
Unsur unsur hadisUnsur unsur hadis
Unsur unsur hadis
 
Kitab tentang sumpah
Kitab tentang sumpahKitab tentang sumpah
Kitab tentang sumpah
 
Tanya jawab tentang sumpah
Tanya jawab  tentang sumpahTanya jawab  tentang sumpah
Tanya jawab tentang sumpah
 
Riba - Dosanya NgeRIBAnget [PPT]
Riba - Dosanya NgeRIBAnget [PPT]Riba - Dosanya NgeRIBAnget [PPT]
Riba - Dosanya NgeRIBAnget [PPT]
 
Sirah perutusan kpd raja2
Sirah perutusan kpd raja2Sirah perutusan kpd raja2
Sirah perutusan kpd raja2
 
05.1 RINGKASAN HUKUM JUAL BELI
05.1 RINGKASAN HUKUM JUAL BELI05.1 RINGKASAN HUKUM JUAL BELI
05.1 RINGKASAN HUKUM JUAL BELI
 
06 hukum riba 2015
06 hukum riba 201506 hukum riba 2015
06 hukum riba 2015
 
05.4 HUKUM JUAL BELI (KLASIK)
05.4 HUKUM JUAL BELI (KLASIK)05.4 HUKUM JUAL BELI (KLASIK)
05.4 HUKUM JUAL BELI (KLASIK)
 
Syarah hadis ekonomi, Hadis tentang Riba
Syarah hadis ekonomi, Hadis tentang Riba Syarah hadis ekonomi, Hadis tentang Riba
Syarah hadis ekonomi, Hadis tentang Riba
 
08 HUKUM IJARAH
08 HUKUM IJARAH08 HUKUM IJARAH
08 HUKUM IJARAH
 
Perutusan surat diplomatik
Perutusan surat diplomatikPerutusan surat diplomatik
Perutusan surat diplomatik
 
05.2 HUKUM JUAL BELI DENGAN UTANG & ANGSURAN
05.2 HUKUM JUAL BELI DENGAN UTANG & ANGSURAN05.2 HUKUM JUAL BELI DENGAN UTANG & ANGSURAN
05.2 HUKUM JUAL BELI DENGAN UTANG & ANGSURAN
 
qus bin sa'adah
qus bin sa'adahqus bin sa'adah
qus bin sa'adah
 
Tolong menolong-sesama-muslim
Tolong menolong-sesama-muslimTolong menolong-sesama-muslim
Tolong menolong-sesama-muslim
 
06.1 HUKUM RIBA
06.1 HUKUM RIBA06.1 HUKUM RIBA
06.1 HUKUM RIBA
 
04 hukum jual beli 1 2015
04 hukum jual beli 1 201504 hukum jual beli 1 2015
04 hukum jual beli 1 2015
 
Kajian Islam Kontemporer - Perjanjian Hudaibiyah
Kajian Islam Kontemporer - Perjanjian HudaibiyahKajian Islam Kontemporer - Perjanjian Hudaibiyah
Kajian Islam Kontemporer - Perjanjian Hudaibiyah
 
E book FIQH NIAT
E book FIQH NIATE book FIQH NIAT
E book FIQH NIAT
 
Materi ISLAMIC BUSINESS COACHING #1
Materi ISLAMIC BUSINESS COACHING #1Materi ISLAMIC BUSINESS COACHING #1
Materi ISLAMIC BUSINESS COACHING #1
 

Viewers also liked

Puasa 'arafah, kapan dilaksanakan 1
Puasa 'arafah, kapan dilaksanakan 1Puasa 'arafah, kapan dilaksanakan 1
Puasa 'arafah, kapan dilaksanakan 1Muhsin Hariyanto
 
Belajar sabar dari nabi ayyub a
Belajar sabar dari nabi ayyub aBelajar sabar dari nabi ayyub a
Belajar sabar dari nabi ayyub aMuhsin Hariyanto
 
Apakah saya sedang mengalami isyfāq
Apakah saya sedang mengalami isyfāqApakah saya sedang mengalami isyfāq
Apakah saya sedang mengalami isyfāqMuhsin Hariyanto
 
Pendekatan integrasi interkoneksi
Pendekatan integrasi interkoneksiPendekatan integrasi interkoneksi
Pendekatan integrasi interkoneksiMuhsin Hariyanto
 
Menuju tangga kesuksesan dengan ilmu
Menuju tangga kesuksesan dengan ilmuMenuju tangga kesuksesan dengan ilmu
Menuju tangga kesuksesan dengan ilmuMuhsin Hariyanto
 
Sang togog yang terkebiri dan terpinggirkan
Sang togog yang terkebiri dan terpinggirkanSang togog yang terkebiri dan terpinggirkan
Sang togog yang terkebiri dan terpinggirkanMuhsin Hariyanto
 
Menyikapi kezaliman, apa sikap kita
Menyikapi kezaliman, apa sikap kitaMenyikapi kezaliman, apa sikap kita
Menyikapi kezaliman, apa sikap kitaMuhsin Hariyanto
 
Mengambil ‘ibrah (pelajaran) dari kisah nabi ayyub a.s.
Mengambil ‘ibrah (pelajaran) dari kisah nabi ayyub a.s.Mengambil ‘ibrah (pelajaran) dari kisah nabi ayyub a.s.
Mengambil ‘ibrah (pelajaran) dari kisah nabi ayyub a.s.Muhsin Hariyanto
 
Bahan ajar ushul fiqh (semester gasal 2014 2015)
Bahan ajar ushul fiqh (semester gasal 2014 2015)Bahan ajar ushul fiqh (semester gasal 2014 2015)
Bahan ajar ushul fiqh (semester gasal 2014 2015)Muhsin Hariyanto
 
Créer le blog et la page réseau social de la bibliothèque
Créer le blog et la page réseau social de la bibliothèque Créer le blog et la page réseau social de la bibliothèque
Créer le blog et la page réseau social de la bibliothèque Dujol Lionel
 
Une médiation dans quel espace documentaire ?
Une médiation dans quel espace documentaire ?Une médiation dans quel espace documentaire ?
Une médiation dans quel espace documentaire ?Dujol Lionel
 

Viewers also liked (20)

Puasa 'arafah, kapan dilaksanakan 1
Puasa 'arafah, kapan dilaksanakan 1Puasa 'arafah, kapan dilaksanakan 1
Puasa 'arafah, kapan dilaksanakan 1
 
Belajar sabar dari nabi ayyub a
Belajar sabar dari nabi ayyub aBelajar sabar dari nabi ayyub a
Belajar sabar dari nabi ayyub a
 
Apakah saya sedang mengalami isyfāq
Apakah saya sedang mengalami isyfāqApakah saya sedang mengalami isyfāq
Apakah saya sedang mengalami isyfāq
 
Tafsir qs al lahab
Tafsir qs  al lahabTafsir qs  al lahab
Tafsir qs al lahab
 
Pendekatan integrasi interkoneksi
Pendekatan integrasi interkoneksiPendekatan integrasi interkoneksi
Pendekatan integrasi interkoneksi
 
Berani di jalan dakwah
Berani di jalan dakwahBerani di jalan dakwah
Berani di jalan dakwah
 
Menuju tangga kesuksesan dengan ilmu
Menuju tangga kesuksesan dengan ilmuMenuju tangga kesuksesan dengan ilmu
Menuju tangga kesuksesan dengan ilmu
 
Keutamaan istiqamah
Keutamaan istiqamahKeutamaan istiqamah
Keutamaan istiqamah
 
Sang togog yang terkebiri dan terpinggirkan
Sang togog yang terkebiri dan terpinggirkanSang togog yang terkebiri dan terpinggirkan
Sang togog yang terkebiri dan terpinggirkan
 
Berpuasa, untuk apa
Berpuasa, untuk apaBerpuasa, untuk apa
Berpuasa, untuk apa
 
Al ghurbah
Al ghurbahAl ghurbah
Al ghurbah
 
Firar
FirarFirar
Firar
 
Menyikapi kezaliman, apa sikap kita
Menyikapi kezaliman, apa sikap kitaMenyikapi kezaliman, apa sikap kita
Menyikapi kezaliman, apa sikap kita
 
Mengambil ‘ibrah (pelajaran) dari kisah nabi ayyub a.s.
Mengambil ‘ibrah (pelajaran) dari kisah nabi ayyub a.s.Mengambil ‘ibrah (pelajaran) dari kisah nabi ayyub a.s.
Mengambil ‘ibrah (pelajaran) dari kisah nabi ayyub a.s.
 
Tawadhu' (rendah hati) 01
Tawadhu' (rendah hati) 01Tawadhu' (rendah hati) 01
Tawadhu' (rendah hati) 01
 
Tawadhu' (rendah hati)
Tawadhu' (rendah hati)Tawadhu' (rendah hati)
Tawadhu' (rendah hati)
 
Bahan ajar ushul fiqh (semester gasal 2014 2015)
Bahan ajar ushul fiqh (semester gasal 2014 2015)Bahan ajar ushul fiqh (semester gasal 2014 2015)
Bahan ajar ushul fiqh (semester gasal 2014 2015)
 
Berpacu meraih ampunan
Berpacu meraih ampunanBerpacu meraih ampunan
Berpacu meraih ampunan
 
Créer le blog et la page réseau social de la bibliothèque
Créer le blog et la page réseau social de la bibliothèque Créer le blog et la page réseau social de la bibliothèque
Créer le blog et la page réseau social de la bibliothèque
 
Une médiation dans quel espace documentaire ?
Une médiation dans quel espace documentaire ?Une médiation dans quel espace documentaire ?
Une médiation dans quel espace documentaire ?
 

Similar to Mengapa harus mengemis

Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiMuhsin Hariyanto
 
Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiMuhsin Hariyanto
 
Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiMuhsin Hariyanto
 
Meluruskan salah faham terhadap doa nabi saw tentang kemiskinan
Meluruskan salah faham terhadap doa nabi saw tentang kemiskinanMeluruskan salah faham terhadap doa nabi saw tentang kemiskinan
Meluruskan salah faham terhadap doa nabi saw tentang kemiskinanMuhsin Hariyanto
 
mereka yang menggenggam bara api
mereka yang menggenggam bara apimereka yang menggenggam bara api
mereka yang menggenggam bara apiR&R Darulkautsar
 
Saudagar di era salaf dan kholaf
Saudagar di era salaf dan kholafSaudagar di era salaf dan kholaf
Saudagar di era salaf dan kholafPe Ka Es Melbourne
 
Jangan memandang rendah (revisi)
Jangan memandang rendah (revisi)Jangan memandang rendah (revisi)
Jangan memandang rendah (revisi)Muhsin Hariyanto
 
Makalah dorongan mencari rizki yang halal
Makalah dorongan mencari rizki yang halalMakalah dorongan mencari rizki yang halal
Makalah dorongan mencari rizki yang halalzaida.masruroh
 
Makalah dorongan mencari rizki yang halal
Makalah dorongan mencari rizki yang halalMakalah dorongan mencari rizki yang halal
Makalah dorongan mencari rizki yang halalzaida.masruroh
 
Hubbud dunya adalah cinta dunia yang berlebihan
Hubbud dunya adalah cinta dunia yang berlebihanHubbud dunya adalah cinta dunia yang berlebihan
Hubbud dunya adalah cinta dunia yang berlebihanandriandika
 
HUKUM HAKAM ORANG KELAINAN UPAYA (1).pdf
HUKUM HAKAM ORANG KELAINAN UPAYA (1).pdfHUKUM HAKAM ORANG KELAINAN UPAYA (1).pdf
HUKUM HAKAM ORANG KELAINAN UPAYA (1).pdfMohd Hassan
 
Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiMuhsin Hariyanto
 
Mari kita segera bersedekah
Mari kita segera bersedekahMari kita segera bersedekah
Mari kita segera bersedekahMuhsin Hariyanto
 
Saudagar
SaudagarSaudagar
Saudagarnafah
 
Wakaf Instrumen PENDONGKRAK Ekonomi Umat
Wakaf Instrumen PENDONGKRAK Ekonomi UmatWakaf Instrumen PENDONGKRAK Ekonomi Umat
Wakaf Instrumen PENDONGKRAK Ekonomi UmatMohammad Subhan
 
Tafsir qs al qalam - 68, ayat 44-45 - memahami dan menyikapi fenomena istridraj
Tafsir qs al qalam - 68, ayat  44-45 - memahami dan menyikapi fenomena istridrajTafsir qs al qalam - 68, ayat  44-45 - memahami dan menyikapi fenomena istridraj
Tafsir qs al qalam - 68, ayat 44-45 - memahami dan menyikapi fenomena istridrajMuhsin Hariyanto
 

Similar to Mengapa harus mengemis (20)

Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugi
 
Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugi
 
Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugi
 
Meluruskan salah faham terhadap doa nabi saw tentang kemiskinan
Meluruskan salah faham terhadap doa nabi saw tentang kemiskinanMeluruskan salah faham terhadap doa nabi saw tentang kemiskinan
Meluruskan salah faham terhadap doa nabi saw tentang kemiskinan
 
mereka yang menggenggam bara api
mereka yang menggenggam bara apimereka yang menggenggam bara api
mereka yang menggenggam bara api
 
Saudagar di era salaf dan kholaf
Saudagar di era salaf dan kholafSaudagar di era salaf dan kholaf
Saudagar di era salaf dan kholaf
 
Portofoli ooktober
Portofoli ooktoberPortofoli ooktober
Portofoli ooktober
 
Jangan memandang rendah (revisi)
Jangan memandang rendah (revisi)Jangan memandang rendah (revisi)
Jangan memandang rendah (revisi)
 
Makalah dorongan mencari rizki yang halal
Makalah dorongan mencari rizki yang halalMakalah dorongan mencari rizki yang halal
Makalah dorongan mencari rizki yang halal
 
Makalah dorongan mencari rizki yang halal
Makalah dorongan mencari rizki yang halalMakalah dorongan mencari rizki yang halal
Makalah dorongan mencari rizki yang halal
 
Hubbud dunya adalah cinta dunia yang berlebihan
Hubbud dunya adalah cinta dunia yang berlebihanHubbud dunya adalah cinta dunia yang berlebihan
Hubbud dunya adalah cinta dunia yang berlebihan
 
Fadilah sedekah
Fadilah sedekahFadilah sedekah
Fadilah sedekah
 
Salah faham terhadap doa
Salah faham terhadap doaSalah faham terhadap doa
Salah faham terhadap doa
 
HUKUM HAKAM ORANG KELAINAN UPAYA (1).pdf
HUKUM HAKAM ORANG KELAINAN UPAYA (1).pdfHUKUM HAKAM ORANG KELAINAN UPAYA (1).pdf
HUKUM HAKAM ORANG KELAINAN UPAYA (1).pdf
 
Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugi
 
Mari kita segera bersedekah
Mari kita segera bersedekahMari kita segera bersedekah
Mari kita segera bersedekah
 
Saudagar
SaudagarSaudagar
Saudagar
 
Bab 1(keikhlasan)
Bab 1(keikhlasan)Bab 1(keikhlasan)
Bab 1(keikhlasan)
 
Wakaf Instrumen PENDONGKRAK Ekonomi Umat
Wakaf Instrumen PENDONGKRAK Ekonomi UmatWakaf Instrumen PENDONGKRAK Ekonomi Umat
Wakaf Instrumen PENDONGKRAK Ekonomi Umat
 
Tafsir qs al qalam - 68, ayat 44-45 - memahami dan menyikapi fenomena istridraj
Tafsir qs al qalam - 68, ayat  44-45 - memahami dan menyikapi fenomena istridrajTafsir qs al qalam - 68, ayat  44-45 - memahami dan menyikapi fenomena istridraj
Tafsir qs al qalam - 68, ayat 44-45 - memahami dan menyikapi fenomena istridraj
 

More from Muhsin Hariyanto

Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahMuhsin Hariyanto
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Muhsin Hariyanto
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanMuhsin Hariyanto
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMuhsin Hariyanto
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Muhsin Hariyanto
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabulMuhsin Hariyanto
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamMuhsin Hariyanto
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifMuhsin Hariyanto
 

More from Muhsin Hariyanto (20)

Khutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 hKhutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 h
 
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
 
Etika dalam berdoa
Etika dalam berdoaEtika dalam berdoa
Etika dalam berdoa
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul
 
Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)
 
Strategi dakwah
Strategi dakwahStrategi dakwah
Strategi dakwah
 
Sukses karena kerja keras
Sukses karena kerja kerasSukses karena kerja keras
Sukses karena kerja keras
 
Opini dul
Opini   dulOpini   dul
Opini dul
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayam
 
Tentang diri saya
Tentang diri sayaTentang diri saya
Tentang diri saya
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
 
Ketika kita gagal
Ketika kita gagalKetika kita gagal
Ketika kita gagal
 
Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!
 
Gatotkaca winisuda
Gatotkaca winisudaGatotkaca winisuda
Gatotkaca winisuda
 

Mengapa harus mengemis

  • 1. Mengapa Harus Mengemis? Oleh: Muhsin Hariyanto BUDAYA meminta dalam pengertian luas ‘kini’ tengah menjadi ‘trend’ (kecenderungan) masyarakat pada umumnya. Tidak terkecuali pada umat Islam di belahan bumi mana pun. Padahal Rasulullah s.a.w. pernah mengingatkan: اللْلَىيَى سسدُ و اللْلَىعُ ولْلَىيَى سسا خَى يْلَىسسرٌ م مِقَسسنَى اللْلَىيَى سسدِقَ اللسُّسسفْلَىلَى ى وَى اللْلَىيَى سسدُ و اللْلَىعُ ولْلَىيَى سسا اللْلَىمُ ونْلَىفِقَقَى سسةُ و وَى اللسُّسسفْلَىلَى ى .اللسَّا ئِقَلَى ةُ و “Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah; tangan di atas adalah yang berinfaq [memberi] dan tangan di bawah adalah yang meminta.” (Hadits Riwayat al- Bukhari, Shahîh al-Bukhari, II/139, hadits. no. 1427 dan Hadits Riwayat Muslim, Shahîh Muslim, III/94, hadits no. 2432, dari Abdullah bin Umar). Bahkan dalam hadits lain dinyatakan bahwa seorang sahabat Rasulullah s.a.w. yang bernama Hakim bin Hizam r.a. pernah meminta sesuatu kepada Rasulullah s.a.w., dan beliau pun memberikannya seperti apa yang diminta. Kemudian dia meminta lagi (untuk kedua kali), lalu diberikannya sebagaimana pemberian yang pertama. Kemudian dia meminta lagi (untuk yang ketiga kali). Atas sikap sahabatnya (Hakim bin Hizam r.a.) itu, beliau pun tetap bersedia untuk memberikannya lagi sebagaimana pemberian yang pertama dan kedua, seraya bersabda: إِقَنَّ هَى ذَى ال اللْلَىمَى ا لَى خَى ضِقَرَى ةٌ م حُ ولْلَىورَى ةٌ م فَى مَى نْلَى أَى خَى ذَى هُ و بِقَسَى خَى ا وَى ةِقَ نَى فْلَىسٍ ب بُ ووررِقَكَى لَى هُ و فِقَيهِقَ ، وَى مَى نْلَى أَى خَى ذَى هُ و بِقَإِقَشْلَىرَى الفِقَ نَى فْلَىسٍ ب لَى مْلَى يُ وبَى ا رَى كْلَى لَى هُ و فِقَيهِقَ كَى ا لَّذِقَي يَى أْلَىكُ ولُ و ، وَى لاَى يَى شْلَىسسبَى عُ و اللْلَىيَى دُ و اللْلَىعُ ولْلَىيَى ا خَى يْلَىرٌ م مِقَنَى اللْلَىيَى دِقَ اللسُّفْلَىلَى ى “Sesungguhnya harta ini adalah lezat dan manis. Maka siapa yang menerimanya dengan hati yang baik, niscaya ia akan mendapat berkahnya. Namun, siapa yang menerimanya dengan nafsu serakah, maka dia tidak akan mendapat berkahnya, Dia bagaikan orang yang makan namun tidak pernah merasa kenyang. Dan tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.” (Hadits Riwayat al-Bukhari, Shahîh al-Bukhâri, II/52, no. 1472 dan Hadits Riwayat Muslim, Shahîh Muslim, III/94, hadits no. 2434, dari Hakim bin Hizam) Dua hadits di atas mengisyaratkan bahwa aktivitas meminta-minta itu bukanlah perbuatan yang ideal, dan bahkan bisa dinyatakan sebagai perbuatan yang kurang terpuji. Oleh karenanya Rasulullah s.a.w. mengingatkan sahabatnya (Hakim bin Hizam r.a.) untuk tidak membiasakannya. Tetapi, siapa pun diri kita (baca: orang Islam) yang dimintai sesuatu oleh siapa pun yang membutuhkan, sementara diri kita memunyai sesuatu yang sepantasnya diberikan kepada orang yang meminta sesuatu kepada diri kita, hendaklah bersikap positf untuk bersedia untuk memberikannya, sebagai sedekah yang sudah sepantasnya dilakukan oleh setiap muslim. Untuk menjelaskan tentang keutamaan sedekah dan sekaligus ketidak-utamaan meminta-minta, bisa disimak (kembali) kisah Umar bin al-Khaththab ketika menyikapi pemberian Rasulullah s.a.w. kepadanya. 1
  • 2. Dikisahkan oleh Abdullah bin Umar, bahwa Umar bin al-Khaththab r.a. (ayahnya) pernah mengisahkan sebuah cerita yang menarik kepada dirinya. Diceritakan, bahwa pada suatu saat Rasulullah s.a.w. pernah memberikan harta kepadanya, namun dia menolak pemberian Rasulullah s.a.w. tersebut seraya memohon kepada beliau (Rasulullah s.a.w.): “Berikanlah (saja harta ini) kepada orang yang lebih fakir daripada diriku.” Hingga suatu hari yang lain beliau (Rasulullah s.a.w.) mencoba untuk memberikan (lagi) harta kepadanya (Umar bin al-Khaththab), dan dia (Umar bin al- Khaththab) pun menolaknya dengan perkataan yang sama: “Berikanlah (saja harta ini) kepada orang yang lebih fakir daripada diriku.” Nah, atas sikap beliau (Umar bin al-Khaththab) itu, Rasulullah s.a.w. pun bersabda: خُ وذْهُهُ و وَخمَخائ جَخائءَخكَخ مِلنْهُ هَخذَخا الْهُمَخائلِل وَخأَخنْهُتَخ غَخيْهُرُ و مُ وشْهُرِلفٍ ف وَخلَخ سَخخخائئِللٍ ف فَخخُ وخخذْهُهُ و وَخمَخائ لَخ فَخلَخ تُ وتْهُبِلعْهُهُ و نَخفْهُسَخكَخ “Ambillah (pemberianku ini)! Dan bila kamu diberi sesuatu harta, sedangkan kamu tidak mengidam-idamkannya dan tidak pula meminta-mintanya, maka ambillah (harta pemberian itu). Dan jika tidak demikian (tidak diberi), maka janganlah kamu mengejarnya (untuk memintanya) dengan hawa nafsumu.” (Hadits Riwayat al-Bukhari, Shahîh al-Bukhâri, IX/85, hadits no. 7164 dan Hadits Riwayat Muslim, Shahîh Muslim, III/98, hadits no. 2452, dari Abdullah bin Umar) Dari beberapa riwayat di atas, dengan menggali ruh (semangat) hadits-hadits Rasulullah s.a.w. di atas, kita bisa memahami bahwa beliau (Rasulullah s.a.w) ‘melarang’ setiap muslim untuk meminta-minta sedekah atau sumbangan dari orang lain tanpa ada kebutuhan yang mendesak. Karena perbuatan meminta-minta merupakan perbuatan menghinakan diri kepada orang lain dan menunjukkan adanya kecenderungan untuk menuruti hawa nafsu, dengan bersikap tamak (rakus) kepada dunia, yang salah satu indikatornya adalah: “keinginan untuk memerbanyak harta, dengan cara untuk selalu meminta-minta”. Dan beliau (Rasulullah s.a.w.) menginformasikan kepada diri kita, bahwa siapa pun yang melakukan aktivitas ‘meminta-minta’, yang oleh Rasulullah s.a.w. dipandang sebagai perbuatan ‘hina’ ini, dia (peminta-minta itu) – diilustrasikan dengan sebuah kiasan: “akan datang pada hari kiamat dalam keadaan tidak ada sepotong daging pun yang melekat di wajahnya”. Pernyataan Rasulullah s.a.w. ini bisa dipahami sebagai sebuah peringatan, bahwa para peminta-minta – di akherat kelak – akan menerima balasan yang setimpal baginya, karena kurangnya sikap ‘iffah (perwira) pada dirinya, dan ditunjukkan dengan ketidak-engganannya untuk meminta-minta kepada orang lain tanpa rasa malu. Atau dalam pengertian lain, peringatan Rasulullah s.a.w. ini bisa kita pahami sebagai warning (peringatan dini) kepada diri kita (umat Islam) agar jangan sampai -- diri kita (umat Islam) -- terjebak menjadi orang-orang yang bermental pengemis, yang dalam khazanah budaya Jawa disebut dengan istilah: “nDremis”. Di sisi lain, Rasulullah s.a.w. juga tidak pernah sekali pun melarang kepada umatnya untuk menerima pemberian dari siapa pun, yang biasanya didemonstrasikan dengan cara ‘menolak (pemberian) harta’ yang ‘mendatangi’ diri kita, dalam pengertian menolak setiap pemberian (harta) yang diberikan oleh seseorang kepada diri kita. Kita – 2
  • 3. umat Islam – diperkenankan untuk mengambilnya, dan – bahkan -- hal itu dapat dipandang sebagai sebuah ‘sikap positif’ bagi diri kita, selama kita (umat Islam) tidak pernah – proaktif -- memintanya. Wallâhu a’lamu bish shawâb. Penulis adalah Dosen Tetap FAI UM Yogyakarta dan Dosen Tidak Tetap STIKES ’Aisyiyah Yogyakarta. (Sumber: ”Majalah Suara ’Aisyiyah”) 3