Nabi Ayyub 'Alahis Salam diuji dengan berbagai musibah seperti kehilangan harta, anak-anak, dan terserang penyakit menular yang membuat tubuhnya membusuk. Namun ia tetap bersabar dan berserah diri kepada Allah. Kesabaran dan syukurnya di tengah cobaan menjadikannya teladan kesabaran bagi umat manusia.
1. 1
UNIVERSITY RESIDENCE - UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
KARASIBAZHU
(Kajian Rabu Siang Ba’da Zhuhur)
Mengambil ‘Ibrah (Pelajaran)
Dari Kisah Kesabaran Nabi Ayyub ‘Alahis Salâm
Prolog
Nabi Ayyub ‘Alahis Salâm menggambarkan sosok manusia yang paling
sabar, bahkan bisa dikatakan bahwa beliau berada di puncak kesabaran. Sering
orang menisbatkan kesabaran kepada Nabi Ayyub ‘Alahis Salâm. Misalnya,
dikatakan: seperti sabarnya Nabi Ayyub ‘Alahis Salâm. Jadi, Nabi Ayyub ‘Alahis
Salâm menjadi simbol kesabaran dan cermin kesabaran atau teladan kesabaran pada
setiap bahasa, pada setiap agama, dan pada setiap budaya. Allah SWT telah
menyatakan dan memujinya dalam kitab-Nya:
“Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika dia menyeru Tuhannya, "sesungguhnya aku
diganggu setan dengan penderitaan dan bencana. (Allah berfirman), "Hentakkanlah kakimu;
inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum. Dan Kami anugerahi dia (dengan
mengumpulkan kembali) keluarganya dan Kami lipat-gandakan jumlah mereka sebagai
rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang berpikiran sehat. Dan ambillah
seikat (rumput) dengan tanganmu, lalu pukullah dengan itu dan janganlah engkau
melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah
sebaik-baik hamba. Sungguh, dia sangat taat (kepada Allah).” (QS Shâd/38: 41-44)
Nabi Ayyub ‘Alahis Salâm Mendapatkan Ujian ‘Sakit’
Nabi Ayyub ‘Alahis Salâm menderita penyakit kulit beberapa waktu
lamanya dan Dia memohon pertolongan kepada Allah SWT Allah kemudian
memperkenankan doanya dan memerintahkan agar Dia menghentakkan kakinya ke
bumi. Ayyub ‘Alahis Salâm menaati perintah itu, maka keluarlah air dari bekas
kakinya atas petunjuk Allah, Nabi Ayyub ‘Alahis Salâm pun mandi dan minum dari
2. 2
air itu, sehingga sembuhlah Dia dari penyakitnya dan Dia dapat berkumpul kembali
dengan keluarganya. Maka mereka kemudia berkembang biak sampai jumlah
mereka dua kali lipat dari jumlah sebelumnya. pada suatu ketika Nabi Ayyub
‘Alahis Salâm teringat akan sumpahnya, bahwa Dia akan memukul isterinya
bilamana sakitnya sembuh disebabkan isterinya pernah lalai mengurusinya sewaktu
Dia masih sakit. akan tetapi timbul dalam hatinya rasa hiba dan sayang kepada
isterinya sehingga Dia tidak dapat memenuhi sumpahnya. oleh sebab itu turunlah
perintah Allah seperti yang tercantum dalam ayat QS Shâd/38: 44 di atas, agar Dia
dapat memenuhi sumpahnya dengan tidak menyakiti isterinya Yaitu memukulnya
dengan dengan seikat rumput.
Yang dimaksud al-Aubah ialah: kembali kepada Allah SWT. Nabi Ayyub
‘Alahis Salâm adalah seseorang yang selalu kembali kepada Allah SWT dengan
zikir, syukur, dan sabar. Kesabarannya menyebabkan beliau memperoleh
keselamatan dan rahasia pujian Allah SWT padanya.
Al-Qur'an al-Karim tidak menyebutkan bentuk dari penyakitnya, dan
banyak cerita-cerita dongeng yang mengemukakan tentang penyakitnya. Dikatakan
bahwa beliau terkena penyakit kulit yang dahsyat sehingga manusia-manusia
enggan untuk mendekatinya. Dalam cuplikan kitab Taurat disebutkan berkenaan
dengan Nabi Ayyub ‘Alahis Salâm: "Maka keluarlah setan dari haribaan Tuhan dan
kemudian Ayyub ‘Alahis Salâm terkena suatu luka yang sangat mengerikan dari
ujung kakinya sampai kepalanya." Tentu kita menolak semua ini sebagai suatu
hakikat yang nyata. Kami pun tidak mentolerir jika itu dianggap sebagai perbuatan
seni semata. Perhatikanlah ungkapan dalam Taurat: "Kemudian setan keluar dari
haribaan Tuhan kita," sebagai orang-orang Muslim, kita mengetahui bahwa setan
telah keluar dari haribaan Tuhan sejak Allah SWT menciptakan Adam ‘Alahis
Salâm. Maka, kapan setan kembali keharibaan Tuhan? Kita berada di hadapan
ungkapan seni, tetapi kita tidak berada di hadapan suatu hakikat.
Sikap Nabi Ayyub ‘Alahis Salâm Ketika Mendapatkan Musibah
Lalu, bagaimana hakikat sakitnya Nabi Ayyub ‘Alahis Salâm dan
bagaimana kisahnya? Yang populer tentang cobaan Nabi Ayyub ‘Alahis Salâm dan
kesabarannya adalah riwayat berikut: para malaikat di bumi berbicara sesama
mereka tentang manusia dan sejauh mana ibadah mereka. Salah seorang di antara
mereka berkata: "Tidak ada di muka bumi ini seorang yang lebih baik daripada
Nabi Ayyub ‘Alahis Salâm. Beliau adalah orang mukmin yang paling sukses, orang
mukmin yang paling agung keimanannya, yang paling banyak beribadah kepada
Allah SWT dan bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya dan selalu berdakwah di jalan-
Nya." Setan mendengarkan apa yang dikatakan lalu ia merasa terganggu dengan hal
itu. Kemudian ia pergi menuju ke Nabi Ayyub ‘Alahis Salâm dalam rangka berusaha
menggodanya tetapi Nabi Ayyub ‘Alahis Salâm adalah seorang Nabi di mana
3. 3
hatinya dipenuhi dengan ketulusan dan cinta kepada Allah SWT sehingga setan
tidak mungkin mendapatkan jalan untuk mengganggunya.
Ketika setan berputus asa dari mengganggu Nabi Ayyub ‘Alahis Salâm, ia
berkata kepada Allah SWT: "Ya Rabbi, hamba-Mu Ayyub ‘Alahis Salâm sedang
menyembah-Mu dan menyucikan-Mu namun, ia menyembah-Mu bukan karena
cinta, tapi ia menyembah-Mu karena kepentingan-kepentingan tertentu. Ia
menyembah-Mu sebagai balasan kepada-Mu karena Engkau telah memberinya
harta dan anak dan Engkau telah memberinya kekayaan dan kemuliaan.
Sebenarnya ia ingin menjaga hartanya, kekayaannya, dan anak-anaknya. Seakan-
akan berbagai nikmat yang Engkau karuniakan padanya adalah rahasia dalam
ibadahnya. Ia takut kalau-kalau apa yang dimilikinya akan binasa dan hancur. Oleh
karena itu, ibadahnya dipenuhi dengan hasrat dan rasa takut. Jadi, di dalamnya
bercampur antara rasa takut dan tamak, dan bukan ibadah yang murni karena
cinta."
Riwayat tersebut mengatakan bahwa Allah SWT berkata kepada iblis:
"Sesungguhnya Ayyub adalah hamba yang mukmin dan sejati imannya. Ayyub
menjadi teladan dalam keimanan dan kesabaran. Aku membolehkanmu untuk
mengujinya dalam hartanya. Lakukan apa saja yang engkau inginkan, kemudian
lihatlah hasil dari apa yang engkau lakukan."
Akhirnya, setan pergi dan mendatangi tanah Nabi Ayyub ‘Alahis Salâm dan
berbagai tanaman dan kenikmatan yang dimilikinya. Kemudian setan itu
menghancurkan semuanya. Keadaan Nabi Ayyub ‘Alahis Salâm pun berubah dari
puncak kekayaan ke puncak kefakiran. Kemudian setan menunggu apa tindakan
Nabi Ayyub ‘Alahis Salâm. Nabi Ayyub ‘Alahis Salâm berkata: "Oh musibah dari
Allah SWT. Aku harus mengembalikan kepada-Nya amanat yang ada di sisi kami
di mana Dia saat ini mengambilnya. Allah SWT telah memberi kami nikmat
selama beberapa masa. Maka segala puji bagi Allah SWT atas segala nikmat yang
diberikannya, dan Dia mengambil dari kami pada hari ini nikmat-nikmat itu. Bagi-
Nya pujian sebagai Pemberi dan Pengambil. Aku dalam keadaan ridha dengan
keputusan Allah SWT. Dia-lah yang mendatangkan manfaat dan mudharat. Dia-
lah yang ridha dan Dialah yang murka. Dia adalah Penguasa. Dia memberikan
kerajaan kepada siapa yang di kehendaki-Nya, dan mencabut kerajaan dari siapa
yang dikehendaki-Nya; Dia memuliakan siapa yang dikehendaki-Nya dan
menghinakan siapa yang dikehendaki-Nya." Kemudian Nabi Ayyub ‘Alahis Salâm
bersujud dan Iblis tampak tercengang melihat pemandangan tersebut.
Lalu setan kembali kepada Allah SWT dan berkata: "Ya Allah, jika Ayyub
tidak menerima nikmat kecuali dengan mengatakan pujian, dan tidak mendapatkan
musibah kecuali mendapatkan kesabaran maka hal itu sebagai bentuk usahanya
karena ia mendapatkan anak. Ia mengharapkan dengan melalui mereka
kekayaannya meningkat dan melalui mereka ia dapat menjalani kehidupan yang
4. 4
lebih mudah." Riwayat mengatakan bahwa Allah SWT membolehkan bagi setan
untuk berbuat apa saja kepada anak-anak Ayyub. Kemudian setan
menggoncangkan rumah yang di situ anak-anaknya tinggal sehingga mereka semua
terbunuh. Dalam keadaan demikian, Nabi Ayyub ‘Alahis Salâm berdialog kepada
Tuhannya dan menyeru: "Allah memberi dan Allah mengambil. Maka bagi-Nya
pujian saat Dia memberi dan mengambil, saat Dia murka dan ridha, saat Dia
mendatangkan manfaat dan mudharat. Kemudian Ayyub pun sujud dan iblis lagi-
lagi tampak tercengang dan merasa malu."
Iblis kembali menemui Allah SWT dan mengatakan bahwa Ayyub dapat
bersabar karena badannya sehat. Seandainya Engkau memberi kekuasaan
kepadaku, ya Rabbi, untuk mengganggu badannya niscaya dia akan berhenti dari
kesabarannya. Ada sebuah riwayat yang menyatakan bahwa Allah SWT
mengizinkan setan untuk mengganggu tubuh Ayyub ‘Alahis Salâm. Dikatakan
bahwa setan memukul tubuh Nabi Ayyub ‘Alahis Salâm dari kepalanya sampai
kakinya sehingga Nabi Ayyub ‘Alahis Salâm sakit kulit, di mana tubuhnya
membusuk dan mengeluarkan nanah, bahkan keluarganya dan sahabat-sahabatnya
meninggalkannya kecuali isterinya. Namun lagi-lagi Nabi Ayyub ‘Alahis Salâm tetap
bersabar dan bersyukur kepada Allah SWT. Beliau memuji-Nya pada hari-hari
kesehatannya dan ia tetap memuji Allah SWT saat mendapatkan ujian sakit. Dalam
dua keadaan itu, Nabi Ayyub ‘Alahis Salâm tetap bersabar dan bersyukur kepada
Allah SWT.
Setan Tak Pernah Berputus-asa Untuk Menggoda Nabi Ayyub ‘Alahis Salâm
Melihat pemandangan itu, amarah setan semakin meningkat namun ia
tidak mengetahui apa yang harus dilakukannya. Di sini setan mengumpulkan para
penasihatnya dari pakar-pakar dan ia menceritakan tentang kisah Ayyub ‘Alahis
Salâm dan meminta mereka mengeluarkan pendapat, setelah ia menyampaikan rasa
putus asanya saat menggodanya atau mencoba menghilangkan sifat sabarnya dan
syukurnya.
Salah seorang setan berkata: "Sungguh engkau telah mengeluarkan Adam
bapak manusia dari surga, lalu darimana engkau mendatanginya? Oh, yang engkau
maksud adalah Hawa?" Terbukalah di hadapan Iblis suatu ide yang baru. Lalu ia
pergi ke isteri Ayyub dan memenuhi hatinya dengan rasa putus asa sehingga ia
pergi ke Ayyub dan berkata padanya: "Sampai kapan Allah SWT menyiksamu? Di
mana harta, keluarga, teman dan kaum kerabat? Di mana masa jayamu dan
kemuliaanmu dahulu?"
Mendengar perkataan isterinya itu, Nabi Ayyub ‘Alahis Salâm menjawab:
"Sungguh engkau telah dikuasai oleh setan. Mengapa engkau menangisi kemuliaan
yang telah berlalu dan anak yang telah mati?" Perempuan itu berkata: "Mengapa
engkau tidak berdoa kepada Allah agar Dia menghilangkan cobaan darimu dan
5. 5
menyembuhkanmu serta menghilangkan kesedihannmu?" Nabi Ayyub ‘Alahis
Salâm berkata: "Berapa lama kita merasakan kebahagiaan?" Isterinya menjawab:
"Delapan tahun." Ayyub berkata: "Berapa lama kita mendapat penderitaan?"
Isterinya menjawab: "Tujuh tahun." Ayyub berkata: "Aku malu jika aku meminta
agar Allah SWT melepaskan penderitaanku ketika aku melihat masa
kebahagiaanku. Sungguh imanmu tampak melemah dan keputusan Allah SWT
membuat hatimu menjadi sempit. Seandainya aku sembuh dan kembali kepada
kekuatanku, niscaya aku akan memukulmu dengan seratus kali pukulan dari
tongkat. Sejak hari ini, aku tidak memakan dari makananmu dan dari minumanmu
atau memerintahkanmu untuk melakukan suatu urusan. Maka pergilah kau
dariku."
Akhirnya, isteri Nabi Ayyub ‘Alahis Salâm pergi sehingga Nabi Ayyub
‘Alahis Salâm tinggal sendirian dalam keadaan sabar menanggung penderitaanya.
Penderitaan yang seandainya ditimpakan kepada gunung niscaya gunung tidak
akan mampu menahannya. Kemudian Nabi Ayyub ‘Alahis Salâm berdoa kepada
Allah SWT dalam keadaan penuh kasih sayang dan meminta belas kasih kepada-
Nya. Beliau berdoa agar Allah SWT menyembuhkannya. Dan akhirnya, doanya
dikabulkan oleh Allah SWT. Demikianlah riwayat yang populer berkenaan dengan
penderitaan Nabi Ayyub ‘Alahis Salâm dan kesabarannya.
Sebagian ulama berpendapat bahwa riwayat di atas adalah riwayat yang
‘lemah’, karena ia sesuai dengan ‘teks Taurat’ yang menjelaskan sakitnya Nabi
Ayyub ‘Alahis Salâm. Begitu juga mereka (sebagian ulama) tidak menerima jika
dikatakan bahwa penyakitnya sangat buruk sekali yang menyebabkan masyarakat
lari darinya sebagaimana dikatakan oleh ‘dongeng-dongeng kuno’. Bagi mereka,
riwayat semacam itu bertentangan dengan kedudukan kenabian. Yang perlu kita
perhatikan dan perlu kita pastikan adalah apa-apa yang telah disampaikan oleh al-
Qur'an berkenaan dengan cerita Nabi Ayyub ‘Alahis Salâm. Al-Qur'an adalah kitab
satu-satunya yang pasti benar yang tiada kebatilan di depan dan di belakangnya.
Allah SWT berfirman:
٣٨
٣٨
"Dan (ingatlah kisah) Ayyub ketika ia menyeru Tuhannya: ('Ya Tuhanku), sesungguhnya
aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara
semua penyayang.' Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan
6. 6
penyahit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat
gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi
peringatan bagi semua yang menyembah Allah." (QS. al-Anbiyâ'/21: 83-84)
Kita telah memahami bahwa Nabi Ayyub ‘Alahis Salâm adalah hamba
yang saleh dari hamba-hamba Allah SWT. Allah SWT menginginkan untuk
mengujinya dalam hartanya, keluarganya, dan badannya. Hartanya hilang sehingga
ia menjadi orang fakir setelah sebelumnya ia termasuk orang yang paling kaya.
Kemudian ia ditinggalkan oleh isterinya dan keluarganya sehingga ia merasakan
arti kesunyian dan kesendirian lalu ia ditimpa penyakit dalam tubuhnya dan ia
merasa menderita karenanya, tetapi beliau tetap sabar menghadapi semua itu dan
tetap bersyukur kepada Allah SWT.
Sakit yang dideritanya cukup lama sehingga beliau menghabiskan waktu-
waktu dan hari-harinya dalam keadaan sendirian bersama penyakitnya, rasa
sedihnya, dan kesendiriannya. Demikianlah Nabi Ayyub ‘Alahis Salâm merasakan
segi tiga penderitaan. Segi tiga penderitaan dalam hidupnya, yaitu: sakit, kesedihan,
dan kesendirian. Di saat beliau mendapat cobaan seperti itu, pada suatu hari datang
pada beliau salah satu ‘pemikiran setan’. Pikiran itu berputar-putar di relung
hatinya; pikiran itu mengatakan padanya, wahai Ayyub penyakit ini dan
penderitaan yang engkau rasakan oleh karena godaaan dariku. Seandainya engkau
berhenti untuk bersabar dalam satu hari saja niscaya penyakitmu akan hilang
darimu. Kemudian manusia-manusia berbisik-bisik dan berkata: Seandainya Allah
SWT mencintainya niscaya ia tidak akan merasakan penderitaan yang begitu hebat.
Demikianlah pemikiran yang jahat itu. Setan tidak mampu untuk mengganggu
seseorang kecuali dengan izin Allah SWT, sebagaimana Allah SWT tidak
menjadikan cinta-Nya kepada manusia identik dengan kesehatan mereka.
Sesungguhnya Allah SWT menguji mereka sebagaimana yang dikehendaki-Nya.
Pikiran setan itu berputar di sekitar hati Nabi Ayyub ‘Alahis Salâm seperti
berputarnya lalat di musim panas di sekitar kepala manusia, namun beliau mampu
menghilangkan pikiran ini dan sambil tersenyum kepada dirinya sendiri, beliau
berkata: "Keluarlah hai setan! Sungguh aku tidak akan berhenti bersabar, bersyukur
dan beribadah." Akhirnya, pikiran jahat itu dengan rasa putus asa keluar dari akal
Nabi Ayyub ‘Alahis Salâm. Nabi Ayyub ‘Alahis Salâm duduk dalam keadaaan marah
karena setan berani untuk mengganggunya. Beliau membayangkan bahwa boleh
jadi setan berani menggodanya dengan memanfaatkan kesendiriannya,
penderitaannya dan penyakitnya.
Isteri Nabi Ayyub ‘Alahis Salâm datang dalam keadaan terlambat dan
mendapati Nabi Ayyub ‘Alahis Salâm dalam keadaan marah. Isterinya itu menutupi
kepalanya dengan suatu kain tertutup. Isteri Nabi Ayyub ‘Alahis Salâm
menghadirkan atau menghidangkan makanan yang baik untuknya. Nabi Ayyub
‘Alahis Salâm bertanya padanya: "Dari mana engkau mendapati uang?" Nabi Ayyub
7. 7
‘Alahis Salâm telah bersumpah akan memukulnya seratus kali pukulan dengan
tongkat ketika beliau sembuh, tetapi kesabarannya sungguh sangat luas seperti
sungai yang besar. Dan di waktu sore, setelah mengetahui kehalalan makanan yang
dihidangkan, beliau pun memakannya. Kemudian Nabi Ayyub ‘Alahis Salâm keluar
menuju ke gunung dan berdoa kepada Tuhannya.
Allah SWT berfirman:
٨٤
٨٤
٨٨
٨٨
"Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika ia menyeru Tuhannya: 'Sesungguhnya aku
diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan.' (Allah berfirman): 'Hantamkanlah kakimu;
inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum. Dan Kami anugerahi dia (dengan
mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak
mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai
pikiran. Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukullah dengan itu dan
janganlah kamu melanggar sumpah. Sesugguhnya Kami mendapati dia (Ayyub) seorang
yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia sangat taat (hepada Tuhannya)."
(QS. Shâd/38: 41-44)
Bagaimana kita memahami perkataan Nabi Ayyub ‘Alahis Salâm
"Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan? Nabi Ayyub ‘Alahis
Salâm ingin mengadukan kepada Tuhannya perihal keberanian setan padanya, di
mana setan membayangkan bahwa ia dapat mengganggunya. Nabi Ayyub ‘Alahis
Salâm tidak percaya bahwa sakit yang dideritanya adalah datang karena pengaruh
setan.
Demikianlah pemahaman yang sesuai dengan kema’shuman
(keterpeliharaan dari dosa) para nabi dan kesempumaan mereka. Allah SWT
memerintahkan beliau untuk mandi di salah satu mata air di gunung. Allah SWT
memerintahkannya agar beliau minum dari mata air ini. Kemudian Nabi Ayyub
‘Alahis Salâm melaksanakan perintah ini dan mandi serta minum. Belum lama
beliau minum pada tegukan yang terakhir sehingga beliau merasakan sehat dan
8. 8
sembuh total dari penyakitnya. Kemudian suhu panas dalam tubuhnya pun kembali
normal seperti biasanya. Allah SWT memberikan kepada Ayyub dan keluarganya
dan orang-orang yang seperti mereka suatu rahmat dari sisi-Nya sehingga Nabi
Ayyub ‘Alahis Salâm tidak kembali sendirian. Allah SWT memberinya berlipat-lipat
kekayaan dan kemuliaan dari sisi-Nya sehingga Ayyub tidak menjadi fakir.
Nabi Ayyub ‘Alahis Salâm kembali mendapatkan kesehatannya setelah
lama merasakan penderitaan dan sakit; Nabi Ayyub ‘Alahis Salâm bersyukur kepada
Allah SWT. Beliau telah bersumpah untuk memukul isterinya sebanyak seratus
pukulan dengan tongkat ketika beliau sembuh. Sekarang beliau sembuh maka Allah
SWT mengetahui bahwa beliau tidak bermaksud untuk memukul isterinya. Namun
agar beliau tidak sampai melanggar janjinya dan sumpahnya, Allah SWT
memerintahkannya agar segera mengumpulkan seikat ranting dari bunga Raihan
yang berjumlah seratus dan hendaklah beliau memukulkan itu kepada isterinya
dengan sekali pukulan. Dengan demikian, beliau telah memenuhi sumpahnya dan
tidak berbohong. Allah SWT membalas kesabaran Ayyub dan memujinya dalam al-
Qur'an sebagaimana firman-Nya dalam QS Shâd/38: 44 di atas.
‘Ibrah (Pelajaran) Dari Kisah Ini
Nabi Ayyub ‘Alahis Salâm adalah salah seorang Nabi yang sangat penting
dan patut dikenang sebagai teladan. Kisah Nabi Ayyub ‘Alahis Salâm berbeda dari
pada kisah nabi-nabi lain. Melalui kisahnya, kita dapat melihat perjuangan umat
manusia pada tingkat yang lebih pribadi. Allah tidak memberitahu kita tentang
metode Nabi Ayyub ‘Alahis Salâm berkhutbah atau bagaimana orang bereaksi
terhadap peringatannya. Allah tidak memberitahu kita tentang nasib orang-orang
pada masa Nabi Ayyub ‘Alahis Salâm Sebaliknya, Dia memberitahu kita tentang
kesabaran Nabi Ayyub ‘alahis salâm. Contoh dari perjalanan hidupnya
menunjukkan bahwa barangsiapa yang tetap (bersikap) ‘sabar’ di bawah tekanan
dalam keadaan apa pun juga, tidak akan luput dari imbalan yang tinggi di
kemudian hari.
Allah mengatakan kepada kita bahwa kisah Nabi Ayyub ‘Alahis Salâm
adalah pengingat untuk semua orang yang menyembah Allah. Ketika seseorang
benar-benar menyembah Allah dengan berserah diri sepenuhnya, maka ia perlu
memiliki kesabaran. Sangat mudah untuk menyembah selama beberapa hari atau
bahkan berminggu-minggu, tetapi kita harus selalu ‘konsisten’ (bersikap istiqamah).
Berdoa dan shalat di malam hari membutuhkan kesabaran, puasa memerlukan
kesabaran, hidup dengan kesengsaraan dan cobaan membutuhkan kesabaran.
Kehidupan dunia ini adalah ujian dan dalam rangka untuk lulus dan diganjari
dengan surga, kita perlu untuk mendapatkan kesabaran seperti yang dimiliki Nabi
Ayyub ‘alahis salâm.
Simaklah firman Allah berikut:
9. 9
ۗ
ۖ
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-
orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan:
“Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji’ûn”. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang
sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat
petunjuk.” (QS al-Baqarah/2: 155-157)
Marilah kita belajar kepada Nabi Ayyub ‘alahis salâm, bersikap ‘sabar’
dalam keadaan apa pun, dan jadikanlah sabar dan shalat sebagai media kita dengan
harapan Allah akan selalu menyertai diri kita. Sebagaimana firmanNya:
“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan
shalat (Maksudnya: “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu”). Sesungguhnya
Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS al-Baqarah/2: 153)
Ibda’ bi nafsik!