SlideShare a Scribd company logo
LAPORAN RESMI MODUL III
BIOMECHANIC AND MANUAL MATERIAL HANDLING
LABORATORIUM ERGONOMI DAN PERANCANGAN
SISTEM KERJA
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2014-2015
LAPORANRESMI
PRAKTIKUMERGONOMI
PERIODESEMESTERGASAL2014
KELOMPOK 26
NAMA : DWI ANDRIYANTO
AYU RAHMAWATI
ACHMAD AGUNG F.
NIM : 130421100011
130421100043
130421100077
SHIFT : 04
ASISTEN : DWI ATIKA MEIRINA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dunia industri saat ini sangat berkembang, berkembangnya dunia industri
mempunyai banyak faktor penting, salah satu faktornya adalah dunia industri
membutuhkan karyawan yang bagus dalam segala aspek, contohnya kecerdasan dan
fisik setiap karyawan. Kekuatan fisik setiap karyawan sangat penting agar para pekerja
tidak mengalami kelelahan pada saat bekerja, misalnya mengangkat beban hasil
produksi perusahaan. Dalam melakukan aktivitas pekerjaan yang sangat banyak, kita
membutuhkan kekuatan fisik pekerja dalam menunjang keselamatan dan keamanan
pekerja. Agar fisik pekerja tidak mengalami kelelahan, selamat dan aman. Dapat
didukung menggunakan perhitungan biomekanika. Biomekanika merupakan suatu
aplikasi dari mekanika teknik untuk menganalisa sistem kerangka otot manusia. Dengan
biomekanika dapat dianalisa apakah sikap atau posisi kerja seseorang dapat memberikan
resiko cidera. Sehingga diharapkan resiko cidera pada seseorang dapat dicegah
(Nurmianto, 2008).
Dalam perhitungan biomekanika terdapat berbagai macam, salah satunya
perhitungan adalah Action Limit merupakan kelanjutan tindakan untuk mengantisipasi,
mencegah dan mengkoreksi proses produksi yang tidak sesuai dan memastikan bahwa
proses tersebut tidak berulang. Dan Maximum Permissible Limit (MPL) merupakan
batas besarnya gaya tekan pada segmen L5/S1 dari kegiatan pengangkatan dalam stauan
newton yang distandarkan oleh NIOSH pada tahun 1981 (Siska, 2012)
Dalam praktikum ergonomi modul 3 tentang Biomechanic and Manual Material
Handling, kita telah memilih satu operator. Pertama kita mengukur tinggi dan berat
beban operator. Lalu melakukan percobaan untuk analisis gaya dan momen serta AL
dan MPL. Dan juga melakukan percobaan untuk perhitungan RWL dan LI. Kemudian
operator akan mengangkat beban seberat 10 kg. Lalu kita mengukur posisi awal beban
dan posisi akhir beban. Setelah itu kita menghitung frekuensi bimekanika atau kekuatan
fisik dari operator.
2.1 Tujuan Praktikum
Berikut merupakan tujuan umum dan tujuan khusus dari praktikum biomekanika,
yaitu:
2.1.1. Tujuan Umum
Berikut merupakan tujuan khusus dari parktikum biomekanika, yaitu:
1. Praktikan mampu memahami konsep-konsep dasar ergonomi.
2. Praktikan dapat memahami dan menerapkan antropometri dalam perancangan
produk.
3. Praktikan dapat menghitung dan mengklasifikasikan beban kerja berdasarkan
aktivitas kerja.
2.1.2 Tujuan Khusus
Berikut merupakan tujuan khusus dari praktikum biomekanika, yaitu:
1. Mampu menghitung besar gaya dan momen pada setiap segmen tubuh manusia saat
mengangkat beban.
2. Mampu menghitung besarnya gaya kompresi pada disc yang terletak di antara
lumbar ke-5 (L5) dan sacrum ke-1 (S1).
3. Mampu menganalisa postur kerja dengan metode REBA dan OWAS.
4. Mampu mengukur faktor-faktor yang terkait dengan perhiutungan AL dan RWL.
5. Mampu menghitung besaran AL, MPL, RWL dan LI.
6. Mampu menentukan apakah suatu pekerjaan penanganan bahan termasuk kategori
aman, berpotensi menimbulkan cidera atau membahayakan bagi operator atau
subjek berdasarkan metode REBA, OWAS, RWL dan LI.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Biomekanika
Menurut Nurmianto (2008), biomekanika merupakan suatu aplikasi dari mekanika
teknik untuk menganalisa sistem kerangka otot manusia. Dengan biomekanika dapat
dianalisa apakah sikap atau posisi kerja seseorang dapat memberikan resiko cidera.
Sehingga diharapkan resiko cidera pada seseorang dapat dicegah.
Konsep biomekanika pada dasarnya sama dengan mekanika. Karena biomekanika
merupakan aplikasi dari mekanika. Sehingga pada biomeknika dipelajari juga dua
cabang mekanika yaitu statika dan dinamika.
Statika digunakan untuk meneliti sistem yang tidak bergerak atau bergerak pada
kecepata konstan. Pada kasus ini, sistem yang statis dianggap dalam keadaan seimbang.
Pada statika juga dikenal istilah equilibrium, yaitu keadaan seimbang dimana tidak ada
percepatan.
Dalam suatu sistem kerja, konsep biomekanika dapat diterapkan pada berbagai
jenis pekerjaan. Diantaranya adalah dapat digunakan menganalisa sikap duduk pada
pekerja kantor, manual material handling. Khusus pada manual material handling
dibutuhkan suatu sikap kerja yang meminimalisir resiko pada disc yang terletak di
antara lumbar ke-5 (L5) dan sacrum ke-1 (S1) pada ruas tulang belakang.
2.2. Pemodelan Biomekanika
Menurut Santoso (2008), pemodelan biomekanika ini dikembangkan untuk
memperkirakan gaya serta momen yang digunakan tubuh saat pergerakkan, model ini
juga memperkirakan postur tubuh saat seseorang melakukan aktivitas yang beresiko
menyebabkan cedera musculoskeletal, dalam pengembangannya model biomekanika
dapat dibedakan menurut tipe analisis gerakannya yaitu statis dan dinamis, sedangkan
analisis gaya pada model tersebut dapat melalui pendekatan dua dimensi atau tiga
dimensi. Pemodelan gerakan tubuh manusia dapat digolongkan berdasarkan pendekatan
yang diambil :
1. Pendekatan teori yang menggunakan basis pengetahuan dalam bidang fisiologi,
mekanika, dan robotika untuk merancang persamaan matematika yang
memberikan simulasi gerakan tubuh manusia. Selanjutnya dapat dipelajari dengan
simulasi menggunakan model tersebut dan hasilnya dibandingkan dengan data asli
yang diukur dari tubuh manusia.
2. Pengukuran secara langsung mendapatkan model yang
representatif menggambarkan hibungan antar variabel dalam gerakan tubuh
manusia. Kedua pendekatan ini akan bertemu, utamanya bila sebuah studi gerakan
tubuh manusia diarahkan pada aplikasi tertentu, misalnya analisa patologi maupun
rehabilitasi dari suatu kelumpuhan tertentu.
2.3 Pengukuran Kerja Biomekanika
Dalam pengukuran biomekanika terdapat berbagai macam pengukuran, antara
lain:
2.3.1 Disc L5/S1 Dalam Aktivitas Pengangkatan
Menurut Mulyaningrum (2009), disc berfungsi sebagai peredam getaran pada
saat tubuh bergerak baik pada saat translasi dan rotasi. Sedangkan disc L5/S1
merupakan pengertian dari lumbar 5 dan sacrum 1, bagian ini merupakan titik rawan
dalam sistem rangka. Analisa dari berbagai macam pekerjaan yang menunjukkan rasa
nyeri (ngilu) berhubungan erat dengan beban kompresi (tekan) yang terjadi pada
(L5/S1). (Chaffin and Park, 1973)
Pada segmen L5/S1 dari kegiatan pengangkatan dalam satuan Newton yang
distandarkan oleh NIOSH (National Instiute of Occupational Safety and Health) tahun
1981. Besar gaya tekannya adalah di bawah 6500 N pada L5/S1. Sedangkan batasan
gaya angkatan normal (the Action Limit) sebesar 3500 pada L5/S1. Sehingga, apabila
Fc < AL (aman), AL < Fc < MPL (perlu hati-hati) dan apabila Fc > MPL (berbahaya).
Batasan gaya angkat maksimum yang diijinkan , yang direkomendasikan NIOSH
(1991) adalah berdasarkan gaya tekan sebesar 6500 N pd L5/S1 , namun hanya 1%
wanita dan 25% pria yang diperkirakan mampu melewati batasan angkat ini.
Perlu diperhatikan bahwa nilai dari analisa biomekanika adalah rentang postur
atau posisi aktifitas kerja, ukuran beban, dan ukuran manusia yang dievaluasi.
Sedangkan kriteria keselamatan adalah berdasar pada beban tekan (compression load)
pada intebral disc antara lumbar nomor lima dan sacrum nomor satu (L5/S1).
Telah ditemukan pula bahwa 85-95% dari penyakit hernia pada disc terjadi
dengan relatif frekuensi pada L4/L5 dan L5/S1. Kebanyakan penyakit-penyakit tulang
belakang adalah merupakan hernia pada intervertebral disk yaitu keluarnya inti
intervertebral (pulpy nucleus) yang disebabkan oleh rusaknya lapisan pembungkus
intervertebral disk. Karena pada bagian disc L5/S1 terdapat selaput yang berisi cairan
yang dapat pecah jika beban terlalu besar. Jika disc pecah maka berpotensi mengalami
kelumpuhan.
2.3.2 Action Limit (AL) dan Maximum Permissible Limit (MPL)
Menurut Purwaningsih (2007), Action Limit merupakan kelanjutan tindakan
untuk mengantisipasi, mencegah dan mengkoreksi proses produksi yang tidak sesuai
dan memastikan bahwa proses tersebut tidak berulang. Untuk menghitung AL dan
MPL hanya diperlukan untuk mengetahui berat obyek yang diangkat, lokasi beban
yang berhubungan dengan pekerja, jarak dan frekuensi angkat, dan durasi dari
kegiatan mengangkat.
Menurut Purwaningsih (2007), Maximum Permissible Limit (MPL) merupakan
batas besarnya gaya tekan pada segmen L5/S1 dari kegiatan pengangkatan dalam
satuan newton yang distandarkan oleh NIOSH pada tahun 1981. Besar gaya
maksimum tekannya (MPL) adalah dibawah 6500 N pada L5/S1. Sedangkan batasan
gaya angkatan normal (Action Limit) sebesar 3500 N pada L5/S1. Sehingga:
1. Fc<AL dikategorikan aman
2. AL<Fc<MPL dikategorikan perlu hati-hati, dan
3. FC<MPL dikategorikan berbahaya
Evan dan Lisner (1962) dan Sonoda (1962) melakukan penelitian dengan uji
tekan pada spine (tulang belakang). Mereka menemukan bahwa tulang belakang yang
sehat tidak mudah terkena hernia, akan tetapi lebih mudah rusak/retak jika disebabkan
oleh beban yang ditanggung oleh segmen tulang belakang (spinal) dan yang terjadi
dengan diawali oleh rusaknya bagian atas/bawah segmen tulang belakang (the
castingend-plates in the vertebrae).
Dalam biomekanika perhitungan guna mencari momen dan gaya dapat dilakukan
dengan cara menghitung gaya dan momen secara parsial atau menghitung tiap segmen
yang menyusun tubuh manusia. Besaran AL dapat dihitung dengan rumus :
AL = k x HF x VF x DF x FF (1)
Keterangan :
k = load constant, konstanta beban yang besarnya : 40 kg
HF = horizontal factor, faktor horizontal yang besarnya : 15/H
VF = vertical factor, faktor vertikal yang besarnya : 0,004 V-75
DF = distance factor, faktor jarak yang besarnya : 0,7+7,5 D
FF = frequency factor, faktor frekuensi yang besarnya : 1-F/Fmax
H = jarak antara titik berat beban dan titik tengah antara kedua mata kaki pada titik
awal pengangkatan
V = jarak beban dari lantai pada titik awal pengangkatan
D = jarak perpindahan vertikal beban
F = frekuensi rata-rata aktivitas pengangkatan
2.3.3 Recommended Weight Limit (RWL) dan Lifting Index (LI)
Menurut Siska (2012), perhitungan nilai Recommended Weight Limit (RWL)
apabila telah diperoleh batas-batas pengangkatan yang dianjurkan sesuai dengan nilai
berat beban diangkat, RWL orgin dan RWL destination. Pada jenis pekerjaan
keempat, apabila terdapat nilai RWL destination yang melebihi batas dari nilai RWL
destination yang dianjurkan, maka perlu adanya perubahan dari konstanta beban dan
faktor-faktor pengali yaitu pengali horizontal faktor pengali vertikal, faktor pengali
jarak, faktor pengali frekuensi, faktor pengali asimetri, faktor pengali kopling.
Sedangkan untuk jenis pekerjan lainnya telah sesuai dengan batas yang dianjurkan
nilai RWL. Dapat diketahui rumus fungsi dari RWL adalah sebagai berikut:
RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM (2)
Keterangan :
LC : (Lifting Constanta) konstanta pembebanan
HM : (Horizontal Multiplier) faktor pengali horisontal
VM : (Vertical Multiplier) faktor pengali vertikal
DM : (Distance Multiplier) faktor pengali perpindahan
AM : (Asymentric Multiplier) faktor pengali asimentrik
FM : (Frequency Multiplier) faktor pengali frekuensi
CM : (Coupling Multiplier) faktor pengali kopling (handle)
Menurut Siska (2012), perhitungan nilai Lifting Index (LI) merupakan
perbandingan antara berat beban dengan nilai RWL, dimana persamaannya sebagai
berikut:
LI = RWL/L (3)
Dimana L = Berat
Apabila LI < 1, maka aktivitas tersebut tidak mengandung resiko cidera tulang
belakang. Jika LI > 1, maka aktivitas tersebut mengandung resiko cidera tulang
belakang. Dalam tubuh manusia terdapat tiga jenis gaya, yaitu:
1. Gaya Gravitasi, yaitu gaya yang melalui pusat massa dari tiap segmen tubuh
manusia dengan arah ke bawah. Besar gayanya adalah massa dikali percepatan
gravitasi ( F = m.g )
2. Gaya Reaksi yaitu gaya yang terjadi akibat beban pada segmen tubuh atau berat
segmen tubuh itu sendiri.
3. Gaya otot yaitu gaya yang terjadi pada bagian sendi, baik akibat gesekan sendi
atau akibat gaya pada otot yang melekat pada sendi. Gaya ini menggambarkan
besarnya momen otot.eban yang akan dipindahkan.
2.3.4 REBA
Menurut Budiman (2006), metode Rapid Entery Body Assesment (REBA)
merupakan metode yang dapat digunakan secara cepat untuk menilai postur seorang
pekerja. Adapun input yang digunakan dalam aplikasi metode REBA merupakan
pengambilan data postur pekerja menggunakan handicam, penentuan sudut pada
batang tubuh, leher, kaki, lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan.
Metode ini telah diaplikasikan pada aktivitas dan metode REBA juga tepat untuk
menganalisa aktivitas MMH (Material Manual Handling) yang dominan
menggunakan tubuh bagian atas karena tubuh bagian atas dianalisa secara detail.
Untuk menghitung level resiko posisi kerja usulan berdasarkan REBA adalah
menghitung posisi kerja usulan berdasarkan metode REBA. Lalu dapat kita ketahui
apakah posisi kerja usulan berada pada level yang lebih baik dari pada level
sebelumnya.
2.3.5 OWAS
Menurut Budiman (2006), metode OWAS telah diaplikasikan pada tahun tujuh
puluhan di perusahaan besi baja di Finlandia. Institute of Occupational Health
menganalisis postur seluruh bagian tubuh dengan posisi duduk dan berdiri. Metode ini
juga telah digunakan untuk menganalisis postur di Indonesia, dengan menggunakan
OWASCA (OWAS Computer-Aided), yakni metode OWAS yang diintegrasikan
dengan komputer. Analisis dilakukan pada seluruh bagian tubuh pada posisi duduk
dan berdiri. Input metode OWAS adalah sebagai berikut :
1.Data postur punggung
2.Data postur lengan.
3.Data postur kaki
4.Data berat beban yang diangkat.
Metode OWAS telah diaplikasikan di Malaysia untuk merancang stasiun kerja.
Hasil dari perancangan stasiun kerja dengan metode OWAS dapat mengurangi posisi
kerja yang berbahaya dari 80% menjadi 66%.
OWAS menganalisis postur seluruh tubuh namun tidak secara detail, faktor sudut
yang dibentuk oleh postur pada aktivitas MMH (Material Manual Handling) tidak
diperhatikan, pemakaian tenaga otot statik atau repetitif juga belum dianalisis. Hal
tersebut merupakan kekurangan metode OWAS.
2.4 Manual Material Handling (MMH)
Menurut Wignjosoebroto (1996), pengertian Material Manual Handling (MMH)
merupakan seni dan ilmu yang meliputi penanganan (handling), pemindahan (moving),
pengepakan (packaging), penyimpanan (storing) dan pengawasan (controlling) dari
material dengan segala bentuknya.
Selama ini pengertian Manual Material Handling (MMH) hanya sebatas pada
kegiatan lifting dan lowering yang melihat aspek kekuatan vertikal. Padahal kegiatan
MMH tidak terbatas pada kegiatan tersebut diatas, masih ada kegiatan pushing dan
pulling di dalam kegiatan MMH. Kegiatan MMH yang sering dilakukan oleh pekerja di
dalam industri antara lain:
1. Kegiatan pengangkatan benda (LiftingTask)
2. Kegiatan pengantaran benda (Carying Task)
3. Kegiatan mendorong benda (Pushing Task)
4. Kegiatan menarik benda (Pulling Task)
Metode yang dipakai dalam MMH antara lain RWL dan LI. RWL merupakan
persamaan pembebasan yang direkomendasikan oleh NIOSH (National Institude
Ochupational Safety and Health) pada tahun 1991 di Amerika Serikat. RWL adalah
batas beban yang dapat dipindahkan oleh pekerja industri dalam jangka waktu tertentu
(tidak lebih dari 8 jam) tanpa menimbulkan resiko terjadinya cedera tulang belakang.
Persamaan NIOSH berlaku pada keadaan:
1. Beban yang diberikan adalah beban statis, tidak ada penambahan, ataupun
pengurangan beban di tengah-tengah pekerjaan.
2. Beban diangkat dengan kedua tangan.
3. Pengangkatan atau penurunan beban dilakukan dalam jangka waktu maximal 8 jam.
4. Pengangkatan atau penurunan beban tidak boleh dilakukan saat duduk/berlutut.
5. Tempat kerja tidak sempit.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Peralatan Praktikum
Berikut merupakan peralatan yang digunakan dalam praktikum biomekanika,
yaitu:
1. Beban
2. Timbangan badan
3. Penggaris
4. Kamera
5. Stopwatch
6. Meja kerja
7. Conveyor
8. Lembar pengamatan (Checksheet)
3.2 Subjek Percobaan
Berikut merupakan data normal dari subjek percobaan praktikum biomekanika,
yaitu:
1. Nama Operator : Ayu Rahmawati
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Tinggi Badan : 156 cm / 1,56 m
4. Berat badan : 40 kg / 400 N
5. Berat beban : 10 kg
6. Uraian posisi yang didapatkan :
Posisi 1 : 7 (berdiri tegak lurus siap meletakkan beban di atas meja/beban lebih jauh
di depan dada)
Posisi 2 : 3 (berdiri – kaki menekuk – punggung tegak dengan beban di depan
dada)
3.3 Prosedur Kerja
Berikut merupakan prosedur kerja dalam praktikum biomekanika, yaitu:
Percobaan dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu: pekerjaan pengangkatan untuk
analisis gaya dan momen yang bekerja pada setiap segmen tubuh dan pekerjaan
pengangkatan untuk perhitungan indeks pengangkatan (lifting index).
a. Percobaan untuk analisis gaya dan momen serta AL dan MPL
Berikut merupakan prosedur percobaan untuk analisis gaya dan momen serta AL
dan MPL, yaitu:
1. Siapkan beban dengan berat 10 kg dan 15 kg.
2. Lakukan percobaan mengangkat beban dengan 3 postur tubuh berbeda di antara
postur-postur berikut ini:
Posisi 1 : 7 (berdiri tegak lurus siap meletakkan beban di atas meja/beban lebih jauh
di depan dada)
Posisi 2 : 3 (berdiri – kaki menekuk – punggung tegak dengan beban di depan
dada)
3. Ambil gambar operator pada setiap postur saat sedang mengangkat beban.
4. Lakukan pencatatan atau perhitungan data-data yang diperlukan untuk analisis gaya
dan momen serta Action Limit (AL) dan Maximum Permissible Limit (MPL), seperti:
a. Berat beban
b. Jarak sumbu pikul ke pusat massa beban
c. Sudut inklinasi badan terhadap relatif terhadap horisontal
d. Sudut inklinasi kaki terhadap horisontal
e. Berat badan yang ditanggung (di atas) disc L5/S1
f. Luas diafragma perut
g. Jarak dari gaya perut ke L5/S1
i. Jarak dari otot spinal erector ke L5/S1, dll.
b. Percobaan untuk perhitungan RWL dan LI
Berikut merupakan prosedur percobaan untuk perhitungan RWL dan LI, yaitu:
1. Siapkan 2 beban dengan berat 10 kg dan 15 kg, dengan kemudahan handling baik dan
tidak baik.
2. Pilih 2 kombinasi dari faktor-faktor yang terdapat pada tabel 3.3.1
3. Lakukan percobaan, seorang operator memindahkan beban dari posisi awal ke posisi
akhir sebanyak 10 kali angkatan!
4. Ambil gambar operator pada setiap postur saat mengangkat beban, yaitu:
a. Saat mulai mengangkat beban di posisi awal beban,
b. Sedang mengangkat beban,
c. Saat meletakkan beban di posisi akhir beban.
5. Lakukan pencatatan data-data yang diperlukan untuk menghitung RWL dan LI,
seperti:
a. Berat beban
b. Jarak horisontal beban dari operator pada posisi awal
c. Jarak horisontal beban dari operator pada posisi akhir
d. Jarak vertikal beban dari lantai pada posisi awal
e. Jarak vertikal beban dari lantai pada posisi akhir
f. Sudut asimetri yang terbentuk selama memindahkan beban
g. Kategori pegangan
h. Waktu yang diperlukan, dll.
Tabel 3.3.1 Tingkat faktor-faktor pengali dalam percobaan
Vo1 Ho1 Vd1 Hd1 α1 C1
Vo2 Ho2 Vd2 Hd2 α2 C2
Sudut Asimetri Tubuh (α) Kategori pegangan
Titik Awal Titik Akhir
Ketinggian Jarak Ketinggian Jarak
Keterangan :
V0 = Jarak vertikal benda dari lantai pada titik awal pengangkatan
Vd = Jarak vertikal benda dari lantai pada titik akhir pengangkatan
H0 = Jarak horisontal benda dari subjek pada titik awal pengangkatan
Hd = Jarak horisontal benda dari subjek pada titik akhir pengangkatan
Mulai
Persiapan Alat
Praktikum
Identifikasi Masalah
Menentukan Tujuan
Praktikum
Melakukan Pengumpulan Data :
1. Mengukur tinggi badan dan berat badan
2. Melakukan pengukuran RWL / LI
3. Melakukan pengukuran AL / MPL
Pengolahan Data :
1. Melakukan perhitungan gaya dan momen
2. Metode RWL / LI
3. Metode AL / MPL
4. Metode REBA
5. Metode OWAS
Analisa dan Interprestasi Data
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Tahap Persiapan
Tahap Identifikasi
Tahap Pengumpulan
Data
Tahap Pengolahan
Data
Tahap Analisa dan
Interpretasi Data
Tahap Kesimpulan
dan Saran
3.4 Flowchart Prosedur Praktikum
Berikut merupakan flowchart prosedur praktikum biomekanika, yaitu:
Gambar 3.3.1 Flowchart prosedur praktikum biomekanika
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengumpulan Data
Pada praktikum tentang Biomechanics and Manual Material Handling didapatkan
data berupa tinggi dan berat badan operator.
4.1.1 Data Tinggi dan Berat Badan
Berikut merupakan tabel tentang nama, tinggi badan dan berat badan operator.
Tabel 3.4.2 Data Tinggi dan Berat Kelompok
4.1.2 Data Segmen Panjang Dan Segmen Berat
Untuk menentukan nilai panjang dan berat segmen tubuh dapat menggunakan
tabel berikut yang berisi tentang macam segmentasi tubuh dan nilai segmen panjang
dan segmen berat.
Tabel 3.4.3 Panjang Segmen Tubuh
(Sumber: Chaffin. D. B. dan Anderson, G.B.J., 1991 Occupational Biomechanics, Edition)
No Nama Operator Tinggi Badan (m) Berat Badan (kg)
1 Ayu Rahmawati 1.56 40
Tabel 3.4.4 Berat Segmen Tubuh
Dimana: *W = total berat badan (Kg)
(Sumber: Tayyaari F, dan Smith, J. L., 1997 Occupational Ergonomics: Prinsiples and
Applications)
Tabel 3.4.5 Pusat Massa Tubuh
Segmentasi Tubuh Pusat
Massa
Atas
Pusat
Massa
Bawah
(digunakan dalam contoh kerja)
Telapak Tangan 50,6% 49,4%
Lengan Bawah 43,0% 57,0%
Lengan Atas 43,6% 56,4%
Upper Limb 60,4% 39,6%
Paha 43,3% 56,7%
Betis 43,3% 56,7%
Kaki 42,9% 57,1%
(Sumber: Tayyari F, dan Smith, J. L., 1997 Occupational Ergonomics: Prinsiples and
Applications)
4.1.3 Data Pengali Frekuensi Dan Kopling
Pada data pengali frekuensi dan kopling untuk data RWL/LI dapat
menggunakan tabel berikut.
Tabel 3.4.6 Tabel Pengali Frekuensi
Frekuensi Durasi Kerja
Angkutan/mnt ≤ 1 jam 1 jam ≤ t ≤ 2 jam 2 jam ≤ t ≤ 8 jam
(F) V < 30 V ≥ 30 V < 30 V ≥ 30 V < 30 V ≥ 30
≤ 0,2 1,00 1,00 0,95 0,92 0,85 0,85
0,5 0,97 0,97 0,92 0,88 0,81 0,81
1 0,94 0,94 0,88 0,84 0,75 0,75
2 0,91 0,91 0,84 0,79 0,65 0,65
3 0,88 0,88 0,79 0,70 0,55 0,55
4 0,84 0,84 0,70 0,60 0,45 0,45
5 0,80 0,80 0,60 0,50 0,35 0,35
6 0,75 0,75 0,50 0,42 0,27 0,27
7 0,70 0,70 0,42 0,35 0,22 0,22
8 0,60 0,60 0,35 0,30 0,18 0,18
9 0,52 0,52 0,30 0,26 0,00 0,15
10 0,45 0,45 0,26 0,23 0,00 0,13
11 0,41 0,41 0,00 0,21 0,00 0,00
12 0.37 0.37 0,00 0,00 0,00 0,00
13 0 0,34 0,00 0,00 0,00 0,00
14 0,00 0,31 0,00 0,00 0,00 0,00
15 0,00 0,28 0,00 0,00 0,00 0,00
> 15 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
≥ 15 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Keterangan:
Untuk frekuensi pengangkatan kurang atau hanya 1 kali dalam 5 menit
ditetapkan F = 2 Lift/mnt
Tabel 3.4.7 Tabel Pengali Kopling
Coupling V < 30 (inches) V > 30 (iches)
Type (75 Cm) (75 Cm)
Good 1,00 1,00
Fair 0,95 1,00
Poor 0,90 0,95
4.1.4 Data Faktor Level AL Dan RWL
Pada data faktor level AL dan RWL hanya menggunakan data dari kelompok
masing-masing.
Tabel 3.4.8 Tabel Data Faktor AL
Jarak (m) Ketinggian (m) Jarak (m) Ketinggian (m)
26 3 0.4 0.76 0.43 0.87 13
Kelompok Posisi
Posisi awal beban Posisi akhir beban
Frekuensi
Tabel 3.4.9 Tabel Data Faktor RWL
4.2 Pengolahan data
Setelah mendapatkan data yang iperlukan berlanjut dengan pengolahan data dari
data tersebut.
4.2.1 Gaya dan Momen pada Setiap Segmen Tubuh
Berikut merupakan pengolahan data yang terdiri dari gaya dan momen pada
setiap segmen tubuh yaitu:
4.2.1.1 Posisi 7 (berdiri tegak lurus siap meletakkan beban di atas
meja/beban lebih jauh di depan dada)
Gambar 3.4.2 Posisi 7 berdiri tegak lurus siap meletakkan beban di atas meja/beban lebih jauh
di depan dada
H (m) V (m) H (m) V (m)
Baik 0.64 0.57 0.54 0.87 1.14 90
Buruk 0.66 0.56 0.5 1.08 1.13 0
A (o)
26
Kelompok Pegangan
Posisi awal Posisi akhir beban
Time (t)
173.6°
147.4°
98.2°
86.2°
3.8°
176.2°
113.3°
Tabel 3.4.10 Tabel Segmentasi dan Sudut Tubuh pada posisi 7
Segmen Tubuh Berat (N) Panjang (m) Pusat Massa (λ) Sudut (⁰)
Telapak Tangan 2.4 0.16848 49,4% 65.1
Lengan Bawah 6.8 0.22776 57,0% 58.5
Lengan Atas 11.2 0.29016 56,4% 65.2
Punggung 200 0.44928 39,6% 81.1
Paha 40 0.3822 56,7% 85.8
Betis 17.2 0.38376 56,7% 90
Kaki 5.6 0.23712 57,1% 21.2
a. Telapak tangan
∑Fy = 0
∑Fx = 0 → tidak ada gaya horizontal
∑M = 0
SL1 = 0,16848 m
WH = 0,6% 𝑥 Wbadan
WH = 0,6% 𝑥 400 N
= 2,4 N
Fyw =
W0
2
+ WH
=
100
2
+ 2,4 N
= 50 + 2,4 N
= 52,4 N
Mw = Fyw 𝑥 SL1 𝑥 cos θ1
= 52,4 N 𝑥 0,16848 m 𝑥 cos 65,1⁰
= 52,4 N 𝑥 0,16848 m 𝑥 0,421
= 3,716736192 Nm
Dimana : W0 = gaya berat benda (N)
WH = gaya berat yang diterima tangan (N)
Fyw = resultan gaya (y)pada tangan (N)
Mw = resultan momen pada tangan (Nm)
SL1 = panjang tangan (m)
θ = sudut inklinasi tangan relatif terhadap horizontal (N)
Fxw
WH
SL1
Mw
65.1°
b. Lengan bawah
∑Fy = 0
∑Fx = 0 → tidak ada gaya horizontal
∑M = 0
SL2 = 0,22776 m
WLA = 1,7% 𝑥 Wbadan
= 1,7% 𝑥 400 N
= 6,8 N
Fye = Fyw + WLA
= 52,4 N + 6,8 N
= 59,2 N
Me = Mw + (WLA 𝑥 λ2 x SL2 𝑥 cosθ2) + (Fyw 𝑥 SL2 𝑥 cosθ2)
= 3,716736192 + (6,8𝑥57,0%𝑥0,22776𝑥cos58,50) +
(52,4 𝑥0,22776𝑥cos58,50)
= 3,716736192 + 0,46082043 + 6,229873728
= 10,40749035 Nm
c. Lengan atas
Fy = 0
∑Fx = 0 →tidak ada gaya horizontal
∑M = 0
SL3 = 0,29016 m
WUA = 2,8% 𝑥 Wbadan
= 2,8% 𝑥 400 N
= 11,2 N
Fys = Fye + WUA
SL2
Fye
Fxe
WLA
-Fxw
-Fyw
λ2
Me
-Mw
58.5°
Fys
Fxs
WUA
-Fxe
-Fye
SL3
λ3
Ms
-Me
65.2°
= 59,2 N + 11,2 N
= 70,4 N
Ms = Me + (WUA 𝑥 λ3 𝑥 SL3 𝑥 cosθ3) + (Fye 𝑥 SL3 𝑥 cosθ3)
= 10,40749035 + (11,2 𝑥 56,4% 𝑥 0,29016 𝑥 cos65,20) +
(59,2 𝑥 0,29016 𝑥 cos65,20)
= 10,40749035 + 0,743467915005 + 7.197360768
= 18,348319033005 Nm
d. Punggung
∑Fy = 0
∑Fx = 0 →tidak ada gaya horizontal
∑M = 0
SL4 = 0,44928 m
WT = 50% 𝑥 Wbadan
= 50% 𝑥 400 N
= 200 N
Fyt = 2Fys + WT
= 2(70,4 N) + 200N
= 340,8 N
Mt = 2Ms + (WT 𝑥 λ4 𝑥 SL4 𝑥 cosθ4) + (2Fys 𝑥 SL4 𝑥 cosθ4)
= 2(18,348319033005 ) + (200 𝑥 39,6% 𝑥 0,44928 𝑥 cos81,10) +
(2(70,4) 𝑥 0,44928 𝑥 cos81,10)
= 36,69663806601 + 5,479778304 + 9,741828096
= 51,91824446601 Nm
-Fxs
-Fys
Fxt
SL4
λ4
-Ms
Mt
Fyt
81.1°
WT
e. Paha
∑Fy = 0
∑Fx = 0 →tidak ada gaya horizontal
∑M = 0 →tidak berputar
SL5 = 0,3822 m
Wth = 10% 𝑥 Wbadan
= 10% 𝑥 400 N
= 40 N
FyTh = Fyt + Wth
= 340,8 N + 40 N
= 380,8 N
Mth = 1/2Mt + (WT 𝑥 λ5 𝑥 SL5 𝑥 cosθ5) + (1/2Fyt 𝑥 SL5 𝑥 cosθ5)
=
1
2
(51,91824446601) + (200 𝑥 56,7% 𝑥 0,3822 𝑥 cos85,80) +
(
1
2
(340,8) 𝑥 0,3822 𝑥 cos85,80
)
= 25,95912223 + 3,16392804 + 4,75426224
= 33,87731251 Nm
FyTh
FxTh
Wth
-Fxt
-Fyt
SL5
λ5SL5
Mth
-Mt
85.8°
f. Betis
∑Fy = 0
∑Fx = 0 →tidak ada gaya horizontal
∑M = 0 →tidak berputar
SL6 = 0,38376 m
Wc = 4,3% 𝑥 Wbadan
= 4,3% 𝑥 400 N
= 17,2 N
Fyc = FyTh + Wc
= 380,8 N + 17,2 N
= 398 N
Mc = MTh + (Wc 𝑥 λ6 𝑥 SL6 𝑥 cosθ6) + (FyTh 𝑥 SL6 𝑥 cosθ6)
= 33,87731251 + (17,2 𝑥 56,7% 𝑥 0,38376 𝑥 cos900
) +
(380,8 𝑥 0,38376 𝑥 cos900
)
= 33,87731251 + 0 + 0
= 33,87731251 Nm
g. Kaki
∑Fy = 0
∑Fx = 0 →tidak ada gaya horizontal
∑M = 0 →tidak berputar
SL7 = 0,23712 m
Wf = 1,4% 𝑥 400 N
= 5,6 N
Fyf = Fyc + Wf
= 398 N + 5,6 N
= 403,6 N
Mf = Mc + (Wf 𝑥 λ7 𝑥 SL7) + (Fyf 𝑥 SL7)
= 33,87731251 + (5,6 𝑥 57,1% 𝑥 0,23712) + (403,6 𝑥 0,23712)
= 33,87731251 + 0,758214912 + 95,701632
= 130,337159422 Nm
-FyTh
-FxTh
W0
FxC
FyZ
SL6
λ6SL6
-MTh
Mc
90.0°
Fxf
Fyf
-FyC
-FxC
Wf
Mf
-Mc
SL7
λ7SL7 21.2°
4.2.1.2 Posisi 3 (berdiri – kaki menekuk – punggung tegak dengan beban di
depan dada)
Gambar 3.4.3 Posisi berdiri – kaki menekuk – punggung tegak dengan beban di depan dada
Tabel 3.4.11 Tabel Segmentasi dan Sudut Tubuh pada posisi 3
Segmen Tubuh Berat (N) Panjang (m) Pusat Massa (λ) Sudut (⁰)
Telapak Tangan 2.4 0.16848 49,4% 50.4
Lengan Bawah 6.8 0.22776 57,0% 0
Lengan Atas 11.2 0.29016 56,4% 90
Punggung 200 0.44928 39,6% 77.8
Paha 40 0.3822 56,7% 60.4
Betis 17.2 0.38376 56,7% 76.1
Kaki 5.6 0.23712 57,1% 33.3
137.1°
135.8°
15.4°
74.6°
61.4°
28.6°
139.3°
99.7°
a. Telapak tangan
∑Fy = 0
∑Fx = 0 → tidak ada gaya horizontal
∑M = 0
SL1 = 0,16848 m
WH = 0,6% 𝑥 Wbadan
WH = 0,6% 𝑥 400 N
= 2,4 N
Fyw =
W0
2
+ WH
=
100
2
+ 2,4 N
= 50 + 2,4 N
= 52,4 N
Mw = Fyw 𝑥 SL1 𝑥 cos θ1
= 52,4 N 𝑥 0,16848 m 𝑥 cos 50,4⁰
= 52,4 N 𝑥 0,16848 m 𝑥 0,395
= 5,623660224 Nm
b. Lengan bawah
SL2
λ2
Fxe
Fye
WLA
-Fxw
-Fyw
Me
-Mw
∑Fy = 0
∑Fx = 0 → tidak ada gaya horizontal
∑M = 0
SL2 = 0,22776 m
Fyw
Fxw
W0
WH
SL1
Mw
50.4°
WLA = 1,7% 𝑥 Wbadan
= 1,7% 𝑥 400 N
= 6,8 N
Fye = Fyw + WLA
= 52,4 N + 6,8 N
= 59,2 N
Me = Mw + (WLA 𝑥 λ2 x SL2 𝑥 cosθ2) + (Fyw 𝑥 SL2 𝑥 cosθ2)
= 5,623660224 + (6,8𝑥57,0% 𝑥 0,22776 𝑥 cos00) +
(52,4 𝑥 0,22776 𝑥 cos00)
= 5,623660224 + 0,88279776 + 11,934624
= 18,44108198 Nm
c. Lengan atas
∑Fy = 0
∑Fx = 0 →tidak ada gaya horizontal
∑M = 0
SL3 = 0,29016 m
WUA = 2,8% 𝑥 Wbadan
= 2,8% 𝑥 400 N
= 11,2 N
Fys = Fye + WUA
= 59,2 N + 11,2 N
= 70,4 N
Ms = Me + (WUA 𝑥 λ3 𝑥 SL3 𝑥 cosθ3) + (Fye 𝑥 SL3 𝑥 cosθ3)
= 18,44108198 + (11,2 𝑥 56,4% 𝑥 0,29016 𝑥 cos900) +
(59,2 𝑥 0,29016 𝑥 cos900)
90.0°
WUA
SL3
λ3
FYs
FXS
-Fye
-Fxe
Ms
-Me
= 18,44108198 + 0 + 0
= 18,44108198 Nm
d. Punggung
∑Fy = 0
∑Fx = 0 →tidak ada gaya horizontal
∑M = 0
SL4 = 0,44928 m
WT = 50% 𝑥 Wbadan
= 50% 𝑥 400 N
= 200 N
Fyt = 2Fys + WT
= 2(70,4 N) + 200N
= 340,8 N
Mt = 2Ms + (WT 𝑥 λ4 𝑥 SL4 𝑥 cosθ4) + (2Fys 𝑥 SL4 𝑥 cosθ4)
= 2(18,44108198 ) + (200 𝑥 39,6% 𝑥 0,44928 𝑥 cos77,80) +
(2(70,4) 𝑥 0,44928 𝑥 cos77,80)
= 36,88216396 + 7,508007936 + 13,347569664
= 57,73774156 Nm
SL4
λ4
-Fxs
-Fys
WT
Fyx
Fxt
-Ms
Mt
77.8°
e. Paha
∑Fy = 0
∑Fx = 0 →tidak ada gaya horizontal
∑M = 0 →tidak berputar
SL5 = 0,3822 m
Wth = 10% 𝑥 Wbadan
= 10% 𝑥 400 N
= 40 N
FyTh = Fyt + Wth
= 340,8 N + 40 N
= 380,8 N
Mth = 1/2Mt + (WT 𝑥 λ5 𝑥 SL5 𝑥 cosθ5) + (1/2Fyt 𝑥 SL5 𝑥 cosθ5)
=
1
2
(57,73774156) + (200 𝑥 56,7% 𝑥 0,3822 𝑥 cos60,40) +
(
1
2
(340,8) 𝑥 0,3822 𝑥 cos60,40
)
= 28,86887078 + 21,36734964 + 32,10755184
= 82,34377226 Nm
-Fyt
-Fxt
Wth
FyTh
FxTh
SL5
λ5SL5
Mth
-Mt
60.4°
f. Betis
∑Fy = 0
∑Fx = 0 →tidak ada gaya horizontal
∑M = 0 →tidak berputar
SL6 = 0,38376 m
Wc = 4,3% 𝑥 Wbadan
= 4,3% 𝑥 400 N
= 17,2 N
Fyc = FyTh + Wc
= 380,8 N + 17,2 N
= 398 N
Mc = MTh + (Wc 𝑥 λ6 𝑥 SL6 𝑥 cosθ6) + (FyTh 𝑥 SL6 𝑥 cosθ6)
= 82,34377226 + (17,2 𝑥 56,7% 𝑥 0,38376 𝑥 cos76,10
) +
(380,8 𝑥 0,38376 𝑥 cos76,10
)
= 82,34377226 + 0,89821944576 + 35,07259392
= 118,31458562576 Nm
g. Kaki
∑Fy = 0
∑Fx = 0 →tidak ada gaya
horizontal
∑M = 0 →tidak berputar
SL7 = 0,23712 m
Wf = 1,4% 𝑥 400 N
= 5,6 N
Fyf = Fyc + Wf
= 398 N + 5,6 N
= 403,6 N
-FyTh
-FxTh
W0
FxC
FyZ
SL6
λ6SL6
-MTh
Mc
76.1°
Fxf
Fyf
-FyC
-FxC
Wf
Mf
-Mc
SL7
λ7SL7 21.8°
Mf = Mc + (Wf 𝑥 λ7 𝑥 SL7) + (Fyf 𝑥 SL7)
= 118,31458562576 + (5,6 𝑥 57,1% 𝑥 0,23712) + (403,6 𝑥 0,23712)
= 118,31458562576 + 0,758214912 + 95,701632
= 214,77443253776 Nm
4.2.1.3 Analisa Gaya dan Momen Pada Setiap Segmen Tubuh
Setelah dilakukan perhitungan pada setiap segmen tubuh, selanjutnya akan
dianalisa data-data tersebut sebagai berikut:
Tabel 3.4.12 Rekapitulasi Nilai Momen Segmen Tubuh Tiap Posisi
Posisi 7 Posisi 3
1 Telapak Tangan 3.716736192 5.623660224
2 Lengan Bawah 10.40749035 18.44108198
3 Lengan Atas 18.34831903 18.44108198
4 Punggung 51.91824447 57.73774156
5 Paha 33.87731251 82.34377226
6 Betis 33.87731251 118.3145856
7 Kaki 130.3371594 214.7744325
8 Inklinasi Perut
9 Inklinasi Paha
No Segmen Tubuh
Momen (Nm)
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pada posisi 7 dengan segmen kaki
mempunyai nilai momen sebesar 130,3371594Nm yang lebih besar dari posisi 3 dengan
segmen kaki mempunyai nilai momen sebesar 214,7744325.
4.2.2 Perhitungan MPL (Berdasarkan Analisa Momen)
Berikut adalah perhitungan dari data yang didapatkan dengan menggunakan
metode MPL (Maximum Permissible Limit) dari kedua posisi
4.2.2.1 Posisi 7 (berdiri tegak lurus siap meletakkan beban di atas
meja/beban lebih jauh di depan dada)
Berikut perhitungan MPL yang dilakukan pada posisi 7
Tabel 3.4.13 Tabel segmen dan sudut tubuh posisi 7
Segmen Tubuh Panjang (m) Sudut (˚) Momen (Nm)
Telapak Tangan 0.16848 65.1 3.716736192
Lengan Bawah 0.22776 58.5 10.40749035
Lengan Atas 0.29016 65.2 18.34831903
Punggung 0.44928 81.1 51.91824447
Paha 0.3822 85.8 33.87731251
Betis 0.38376 90 33.87731251
Kaki 0.23712 21.2 130.3371594
Sudut Inklinasi Perut ⨀H = 98.2
Sudut Inklinasi Paha ⨀T = 86.2
a. Gaya perut (FA) dan tekanan perut (PA) untuk posisi 7
PA =
10−4 [43−0,36 (⨀H+⨀T)][𝑀𝐿5/𝑠1]1,8
0,0075
(N/m2
)
=
10−4
[43−0,36 (98,2+86,2)][51,91824447]
1,8
0,0075
(N/m2
)
= 381,4464148 N/m2
FA = PA x AA (Newton)
= 381,4464148 x 0,0465 m2
= 17,73725829 (Newton)
Wtot = W0 + 2WH + 2WLA + 2WUA + Wt
= 100 + 2(2,4) + 2(6,8) + 2(11,2) + 200
= 340,8 N
Keterangan :
PA = Tekanan Perut
FA = Gaya Perut (N)
AA = Luas Diafragma (0,0465 m2
)
⨀H = Sudut inklinasi perut
⨀T = Sudut inklinasi paha
Wtot = Gaya keseluruhan yang terjadi
M(L5/S1) = Mt = Momen resultan pada L5/S1
b. Gaya Otot Pada Spinal Elector
FM =
M(L5/S1) −FA .D
𝐸
=
51,91824447 −(17,73725829 x 0,11)
0,05
=
51,91824447−1,9510984119
0,05
= 999,342921162 N
Keterangan :
FM = Gaya otot pada spinal erector (Newton)
E = Panjang lengan momen otot spinal erector dari L5/S1 (0,05 m)
D = Jarak dari gaya perut ke L5/S1 (0,11 m)
c. Gaya Kompresi Pada L5/S1
FC = Wtot x cos θ – (FA + FM)
= 340,8 N x cos 98,2ᵒ - (17,73725829 N +999,342921162 N)
= 48,3936 N – 1017,080179452 N
= 968,686579452 N
d. Gaya Kompresi Pada Kaki
Wtot = 2WTH + 2Wc + 2Wf
= 2(40) + 2(17,2) + 2(5,6)
= 80 + 34,4 + 11,2
= 125,6 N
Fcf = Fc L5/S1 + Wtot x cos θ
= 968,686579452 N + 340,8 N x cos 86,2ᵒ
= 968,686579452 N + 22,4928 N
= 991,179379452 N
4.2.2.2 Posisi 3 (berdiri – kaki menekuk – punggung tegak dengan beban di
depan dada)
Berikut perhitungan MPL yang dilakukan pada posisi 3
Tabel 3.4.14 Tabel segmen dan sudut tubuh posisi 3
Segmen Tubuh Panjang (m) Sudut (˚) Momen (Nm)
Telapak Tangan 0.16848 50.4 5.623660224
Lengan Bawah 0.22776 0 18.44108198
Lengan Atas 0.29016 90 18.44108198
Punggung 0.44928 77.8 57.73774156
Paha 0.3822 29.3 82.34377226
Betis 0.38376 76.1 118.3145856
Kaki 0.23712 33.3 214.7744325
Sudut Inklinasi Perut ⨀H = 74.6
Sudut Inklinasi Paha ⨀T = 61.4
a. Gaya perut (FA) dan tekanan perut (PA) untuk posisi 3
PA =
10−4 [43−0,36 (⨀H+⨀T)][𝑀𝐿5/𝑠1]1,8
0,0075
(N/m2)
=
10−4
[43−0,36 (74,6+61,4)][57,73774156]
1,8
0,0075
(N/m2)
= 117,7098002 N/m2
FA = PA x AA (Newton)
= 117,7098002 x 0,0465 m2
= 5,4735057093 (Newton)
Wtot = W0 + 2WH + 2WLA + 2WUA + Wt
= 100 + 2(2,4) + 2(6,8) + 2(11,2) + 200
= 340,8 N
b. Gaya Otot Pada Spinal Elector
FM =
M(L5/S1) −FA .D
𝐸
=
57,73774156 −(5,4735057093 x 0,11)
0,05
=
57,73774156− 0.602085628023
0,05
= 1142,71311863954 N
c. Gaya Kompresi Pada L5/S1
FC = Wtot x cos θ – (FA + FM)
= 340,8 N x cos 74,6ᵒ - (5,4735057093 N + 1142,71311863954 N)
= 90,312 N – 1148,18662434884 N
= 1057,87462434884 N
d. Gaya Kompresi Pada Kaki
Wtot = 2WTH + 2Wc + 2Wf
= 2(40) + 2(17,2) + 2(5,6)
= 80 + 34,4 + 11,2
= 125,6 N
Fcf = Fc L5/S1 + Wtot x cos θ
= 1057,87462434884 N + 340,8 N x cos 61,4ᵒ
= 1057,87462434884 N + 162,9024 N
= 1220,77702434884 N
4.2.2.3 Hasil Analisis Gaya Kompresi dan Momen Pada L5/S1
Berdasarkan dari hasil yang diperoleh pada posisi 7 menghasilkan gaya
kompresi L5/S1 sebesar 968,686579452 N. Nilai tersebut kurang dari 3400 N
sehingga pekerjaan tersebut tidak membahayakan bagi pekerja. Sedangkan pada
posisi 3 diperoleh gaya kompresi L5/S1 adalah 1057,87462434884 N. Nilai
tersebut kurang dari 3400 N sehingga pekerjaan tersebut juga tidak
membahayakan bagi pekerja.
4.2.2.4 Hasil Analisa Gaya Kompresi dan Momen Pada Telapak Kaki
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada posisi 7 menghasilkan gaya
kompresi pada kaki sebesar 991,179379452 N. Nilai tersebut kurang dari 3400 N
sehingga pekerjaan tersebut tidak membahayakan bagi pekerja. Sedangkan pada
posisi 3 menghasilkan gaya kompresi pada kaki sebesar 1220,77702434884 N.
Nilai tersebut kurang dari 3400 N sehingga pekerjaan tersebut juga tidak
membahayakan bagi pekerja.
4.2.3 Perhitungan AL dan MPL
Untuk menghitung AL dan MPL hanya diperlukan untuk mengetahui berat
obyek yang diangkat, lokasi beban yang berhubungan dengan pekerja, jarak dan
frekuensi angkat, dan durasi dari kegiatan mengangkat.
AL = k x HF x VF x DF x FF
Keterangan :
k = load constant, konstanta beban yang besarnya : 40 kg
HF = horizontal factor, faktor horizontal yang besarnya : 15/H
VF = vertical factor, faktor vertical yang besarnya : 0,004 IV-75I
DF = distance factor, faktor jarak yang besarnya : 0,7 + 7,5 D
FF = frequency factor, faktor frekuensi yang besarnya : 1 – F/Fmax
H = jarak antara titik berat beban dan titik tengah antara kedua mata kaki pada titik
awal pengangkatan
V = jarak beban dari lantai pada titik awal pengangkatan
D = jarak perpindahan vertiksl beban
F = frekuensi rata-rata aktivitas pengangkatan
Besaran Fmax dapat dilihat pada tabel:
Tabel 3.4.15 Fmax untuk perhitungan AL
Berdiri, V>75 cm Membungkuk, V ≤75cm
1 jam 18 15
8 jam 15 12
Lokasi vertikal rata-rata
Periode
(Waters dalam Marras dan Karwoski, 2006)
Tabel 3.4.16 Faktor level pengangkatan MPL
Jarak (cm) Ketinggian (cm) Jarak (cm) Ketinggian (cm)
26 3 40 76 43 87 13
Posisi Awal Beban Posisi Akhir Beban
FrekuensiPosisiKelompok
4.2.3.1 Posisi 3 (berdiri – kaki menekuk – punggung tegak dengan beban di
depan dada)
Diketahui:
k = 40kg
HF = 15/40
VF = 0,004|(76-75)|
DF = 0,7+(7,5x(87-76))
FF = 1-(13/18)
Maka, AL= k x HF x VF x DF x FF
= 40kg x (15/40) x (0,004|(76-75)|) x (0,7+(7,5x(87-76))) x 1-
(13/18)
= 40 x 0,375 x 0,004 x 83,2 x 0,28
= 1,39776 Kg
=13,9776 N
4.2.3.2 Hasil Analisa AL dan MPL
Berikut merupakan analisa hasil AL dan MPL yang telah diperoleh pada
subbab sebelumnya.
Kesimpulan:
Fc < AL (Aman)
AL < Fc < MPL (Perlu hati-hati)
Fc > MPL (Berbahaya)
Tabel 3.4.17 Analisa AL dan MPL
No Posisi AL(N) Gaya kompresi pada L5/S1 (Fc) MPL
1 3 13.9776 15797.12299 6400 N
(Sumber: Maras and Korwasoki, 2006)
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa nilai AL sebesar 13,9776 N
lebih kecil dari pada nilai Fc dengan ketetapan 3400 N dan nilai Fc lebih besar
dari MPL dengan ketetapan 6400 N. Sehingga didapatkan Fc>MPL, jadi pada
posisi 3 yang diperagakan oleh operator kelompok 26 adalah berbahaya dalam
posisi tersebut.
4.2.4 Perhitungan RWL dan LI
RWL merupakan salah satu rekomendasi pada batas beban yang dapat diangkat
oleh manusia tanpa menimbulkan cidera sedikitpun. Berikut rumus untuk menghitung
nilai RWL:
RWL= LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
Keterangan:
LC = konstanta beban: 23 Kg
HM = faktor pengali horizontal: 25/H
FM = faktor pengali frekuensi
CM = faktor pengali kopling (handle)
VM = faktor pengali vertikal
DM = faktor pengali perpindahan
AM = faktor pengali asimetrik: 1- 00326|V-69|
H = jarak beban terhadap titik pusat tubuh (awal)
V = jarak beban terhadap lantai (awal)
D = jarak perpindahan beban (jarak vertikal akhir - jarak vertikal awal)
A = sudut simetri putaran yang dibentuk tubuh
VM (Indonesia) = 1 - 0,00326|V-69|
DM = 0,82 +
4,5
𝐷
AM = 1 - 0,0032 x A
Setelah perhitungan RWL diketahui, selanjutnya perhitungan Liftng Index, untuk
mengetahui index pengangkatan yang tidak mengandung resiko cidera tulang
belakang, dengan persamaan:
LI =
𝐁𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐛𝐞𝐛𝐚𝐧
𝑅𝑊𝐿
Keterangan:
Jika LI < 1, maka aktivitas tersebut tidak mengandung resiko cidera tulang belakang.
Jika LI ≥ 1, maka aktivitas tersebut mengandung resiko cidera tulang belakang.
Tabel 3.4.18 Faktor level pengangkatan RWL
H (m) V (m) H (m) V (m)
Baik 0.64 0.57 0.54 0.87 1.14 90
Buruk 0.66 0.56 0.5 1.08 1.13 0
26
A (o)Kelompok Pegangan
Posisi awal Posisi akhir beban
Time (t)
4.2.4.1 RWL 1 (pegangan baik)
a. Posisi awal
Berikut perhitungan RWL 1 (pegangan baik):
Diketahui:
LC = 23 Kg
HM = 25/64
FM = 0,45
CM = 1
VM = 1 - 0,00326|57-69|
DM = 0,82 +
4,5
87−57
AM = 1 – 0,0032 x 90
RWL= LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
= 23 x (25/64) x (1 - 0,00326|57-69|) x (0,82+
4,5
87−57
) x (1 – 0,0032 x
90) x 0,45 x 1
= 23 x 0,390625 x 0,96088 x 0,97 x 0,712 x 0,45 x 1
= 2,683003668
LI =
𝐁𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐛𝐞𝐛𝐚𝐧
𝑅𝑊𝐿
= 10/2,683003668
= 3,727165982
b. Posisi akhir
Diketahui:
LC = 23 Kg
HM = 25/54
FM = 0,45
CM = 1
VM = 1 - 0,00326|87-69|
DM = 0,82 +
4,5
87−57
AM = 1 – 0,0032 x 90
RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
= 23 x (25/54) x (1 - 0,00326|87-69|) x (0,82+
4,5
87−57
) x (1 – 0,0032 x 90)
x 0,45 x 1
= 23 x 0,462962963 x 0,94132 x 0,97 x 0,712 x 0,45 x 1
= 3,115125965
LI =
𝐁𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐛𝐞𝐛𝐚𝐧
𝑅𝑊𝐿
= 10/3,115125965
= 3,210143061
4.2.4.1 RWL 2 (pegangan buruk)
a. Posisi awal
Berikut perhitungan RWL 2 (pegangan buruk):
Diketahui:
LC = 23 Kg
HM = 25/66
FM = 0,45
CM = 0,90
VM = 1- 0,00326|56-69|
DM = 0,82+
4,5
108−56
AM = 1 - 0,0032 x 0
RWL= LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
= 23 x (25/66) x (1- 0,00326|56-69|) x (0,82+
4,5
108−56
) x (1 - 0,0032 x 0) x
0,45 x 0,90
= 23 x 0,37878 x 0,95762 x 0,9065 x 1 x 0,45 x 0,90
= 3,062886581
LI =
𝐁𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐛𝐞𝐛𝐚𝐧
𝑅𝑊𝐿
= 10/3,062886581
= 3,264893993
b. Posisi akhir
Diketahui:
LC = 23 Kg
HM = 25/50
FM = 0,45
CM = 0,95
VM = 1 - 0,00326|108-69|
DM = 0,82+
4,5
108−56
AM = 1 - 0,0032 x 0
RWL= LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
= 23 x (25/50) x (1 - 0,00326|108-69|) x (0,82+
4,5
108−56
) x (1 – 0,0032 x 0) x
0,45 x 0,95
= 23 x 0,5 x 0,87286 x 0,95762 x 1 x 0,45 x 0,95
= 4,1093370048195
LI =
𝐁𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐛𝐞𝐛𝐚𝐧
𝑅𝑊𝐿
= 10/3,89305611
= 2,568676052
4.2.4.3 Hasil analisa RWL dan LI
Setelah dilakukan perhitungan nilai pada RWL dan LI pegangan baik dan
buruk, didapatkan masing-masing nilai RWL. Posisi 7 dengan menggunakan
pegangan baik pada posisi awal yang disarankan adalah 2,683003668 dan nilai
LI = 3,727165982 atau LI > 1, jadi pada posisi ini mengandung resiko cidera
pada tulang belakang. Sedangkan pada posisi akhir nilai RWL yang disarankan
adalah 3,115125965 dan nilai LI = 3,210143061 atau LI > 1, maka pada posisi
ini juga mengandung resiko cidera pada tulang belakang. Posisi 3 dengan
menggunakan pegangan buruk pada posisi awal yang disarankan adalah
3,062886581 dan nilai LI = 3,264893993 atau LI > 1, maka pada posisi ini
mengandung resiko cidera pada tulang belakang. Sedangkan pada posisi akhir
yang disarankan adalah 3,89305611 dan nilai LI = 2,568676052 atau LI > 1,
maka pada posisi ini juga mengandung resiko cidera pada tulang belakang.
4.2.5 Pengolahan dan analisis data menggunakan metode REBA dan OWAS
Berikut merupakan pengolahan dan analisis posisi 3 dan posisi 7 dengan
menggunkan metode REBA dan OWAS.
4.2.5.1 Pengolahan mengggunakan metode REBA
Berikut merupakan gambar dari operator sedang melakukan aktivitas
mengangkat beban pada posisi 7 yang digunakan sebagai penentuan uji metode
REBA.
173.6°
147.4°
98.2°
86.2°
3.8°
176.2°
113.3°
Gambar 3.4.4 Bentuk Posisi 7
Gambar 3.4.5 REBA employee assesment worksheet pada posisi 7
Di atas merupakan hasil aktivitas pengangkatan beban kerja pada posisi 7
sesuai dengan tabel REBA. Untuk nilai neck (leher) sebesar 1 dengan
memperhatikan sudut yang dibentuk antara 0-200
. Untuk locate trunk position
(posisi bentuk tubuh) sebesar 2 yang bersudut di antara 0-200
. Untuk legs (kaki)
sebesar 1 yang berdiri tegak lurus. Dan posture score A adalah 2 ditambah 1 sesuai
dengan berat beban yang diangkat sebesar 10kg. Sehingga score A bernilai 3.
Untuk nilai locate upper arm position (posisi lengan atas) sebesar 2 dengan
memperhatikan sudut yang dibentuk antara 20-450
. Untuk nilai locate lower arm
position (posisi lengan bawah) sebesar 1 yang bersudut antara 60-1000
. Untuk nilai
locate wirst position posisi telapak tangan) sebesar 2 yang bersudut antara 150
. Dan
posture score B adalah 2 ditambah 2 dengan memperhatikan pegangan yang
digunakan yaitu pegangan buruk. Segingga score B bernilai 3. Dengan
memperhatikan score A dan B didapatkan score C sebesar 3 ditambah 1 sesuai
dengan lama aktivitas yang dikerjakan yaitu > 1 menit. Jadi final REBA score
adalah 4.
Berikut merupakan gambar dari operator sedang melakukan aktivitas
mengangkat beban pada posisi 3 yang digunakan sebagai penentuan uji metode REBA.
137.1°
135.8°
15.4°
74.6°
61.4°
28.6°
139.3°
99.7°
Gambar 3.4.6 Bentuk Posisi 3
Gambar 3.4.7 REBA employee assesment worksheet pada posisi 3
Di atas merupakan hasil aktivitas pengangkatan beban kerja pada posisi 3
sesuai dengan tabel REBA. Untuk nilai neck (leher) sebesar 1 dengan
memperhatikan sudut yang dibentuk antara 0-200
. Untuk locate trunk position
(posisi bentuk tubuh) sebesar 3 yang bersudut di antara 20-600
. Untuk legs (kaki)
sebesar 2 yang bersudut >600
. Dan posture score A adalah 4 ditambah 1 sesuai
dengan berat beban yang diangkat sebesar 10kg. Sehingga score A bernilai 5.
Untuk nilai locate upper arm position (posisi lengan atas) sebesar 3 dengan
memperhatikan sudut yang dibentuk antara 45-900
. Untuk nilai locate lower arm
position (posisi lengan bawah) sebesar 2 yang bersudut >1000
. Untuk nilai locate
wirst position (posisi telapak tangan) sebesar 2 yang bersudut antara 150
. Dan
posture score B adalah 5 ditambah 2 dengan memperhatikan pegangan yang
digunakan yaitu pegangan buruk. Segingga score B bernilai 7. Dengan
memperhatikan score A dan B didapatkan score C sebesar 8 ditambah 1 sesuai
9
dengan lama aktivitas yang dikerjakan yaitu > 1 menit. Jadi final REBA score
adalah 9.
4.2.5.2 Hasil Analisis REBA
Berikut ini merupakan kesimpulan dari uji REBA yang telah dilakukan.
Tabel 3.4.19 REBA Decision
Setelah melakukan uji REBA pada posisi 7 dan posisi 3 termasuk dalam
Action Level (kategori tindakan) nomor 2 dan 3. Pada posisi 7 didapat Score Reba
antara 4-7 dengan Risk Level (tingkat resiko)nya adalah Medium (sedang) dan
pada Actionnya (tindakan) adalah Necessary (butuh perbaikan). Sedangkan pada
posisi 3 didapat Score Reba antara 8-10 dengan Risk Level (tingkat resiko)nya
adalah High (tinggi) dan pada Actionnya (tindakan) adalah Necessary soon (butuh
perbaikan segera).
4.2.5.3 Pengolahan Data Menggunakan Metode OWAS
Metode OWAS memberikan informasi penilaian postur tubuh pada saat
bekerja sehingga dapat melakukan evaluasi dini atas resiko kecelakaan tubuh
manusia yang terdiri atas beberapa bagian penting, yaitu:
1. Punggung (back)
2. Lengan (arm)
3. Kaki (leg)
4. Beban kerja
5. Fase kerja
Penilaian tersebut digabungkan untuk melakukan perbaikan kondisi bagian
postur tubuh yang beresiko terhadap kecelakaan. Secara jelas penilaian postur
tubuh pada saat bekerja dapat ditunjukkan sebagai berikut :
1. Penilaian pada punggung (back) diberikan kriteria nilai 1 s.d
2. Penilaian pada lengan (arms) diberikan kriteria nilai 1 s.d 3:
3. Penilaian pada kaki (legs) diberikan kriteria nilai 1 s.d 7:
4. Penilaian pada beban (load/use factor) diberikan kriteria nilai 1 s.d 3:
Berikut merupakan gambar dari operator pada posisi 7
.Gambar 3.4.8 Bentuk Posisi 7
Tabel 3.4.20 Penilaian Postur Kerja Metode OWAS pada posisi 7
Bedasarkan tabel di atas nilai OWAS yang didapatkan dari pengujian
tersebut adalah back sebesar 1 yaitu punggung tegap, pada arms 1 yaitu kedua
tangan berada di bawah level ketinggian bahu, pada legs sebesar 2 yaitu berdiri
dengan kedua kaki lurus dan pada use of force sebesar 2 sesuai dengan beban
yaitu 10-20 kg. Sehingga mendapatkan hasil koordinat pada angka 1.
Berikut merupakan gambar dari operator pada posisi 3
Gambar 3.4.9 Bentuk Posisi 3
Tabel 3.4.21 Penilaian Postur Kerja Metode OWAS pada posisi 3
Bedasarkan tabel di atas nilai OWAS yang didapatkan dari pengujian
tersebut adalah back sebesar 2 yaitu punggung memebungkuk ke depan, pada
arms 1 yaitu kedua lengan berada di bawah level ketinggian bahu, pada legs
sebesar 4 yaitu berdiri dengan kedua kaki lutut sedikit tertekuk dan pada use of
force sebesar 2 sesuai dengan beban yaitu 10-20 kg. Sehingga mendapatkan
hasil koordinat pada angka 2.
4.2.5.4 Hasil Analisis OWAS
Berikut merupakan hasil dari pengujian OWAS yang sudah dilakukan.
Tabel 3.4.22 Kategori Tindakan kerja OWAS posisi 7
Berdasarkan tabel di atas tingkat kategori tindakan kerja OWAS terdapat
pada kategori 1 yaitu pada sikap ini tidak ada masalah pada sistem
musculoskeletal (tidak berbahaya). Tidak perlu ada perbaikan.
Tabel 3.4.23 Kategori Tindakan kerja OWAS posisi 3
Berdasarkan tabel di atas tingkat kategori tindakan kerja OWAS terdapat
pada kategori 2 yaitu pada sikap ini berbahaya pada sistem musculoskeletal. Jadi
perlu perbaikan dimasa yang akan datang.
4.2.6 Perbandingan Hasil Analisis RWL & LI, REBA dan OWAS
Setelah melakukan semua pengujian dari beberapa metode didapatkan
kesimpulan pada setiap metode.
Tabel 3.4.24 Hasil Perbandingan Metode
AL/MPL RWL/LI REBA OWAS
1 7 - Beresiko Cidera Tulang Belakang Butuh Perbaikan Tidak Perlu Perbaikan
2 3 Perlu Hati-Hati Beresiko Cidera Tulang Belakang Butuh Perbaikan Segera Perlu Perbaikan
Kesimpulan Metode
No Posisi
Berdasarkan tabel di atas didapatkan nilai antar metode yang dilakukan pada
posisi 7 dan posisi 3. Dimana pada posisi 3 metode AL/MPL mendapatkan hasil
analisa bahwa posisi yang diperagakan oleh operator tersebut adalah perlu hati-hati
dalam posisi tersebut. Untuk posisi 7 tidak mendapatkan hasil karena tidak dilakukan
perhitungan. Pada RWL/LI untuk posisi 7 dan 3 mendapatkan hasil analisa bahwa
aktivitas yang dilakukan mengandung resiko cidera tulang belakang. Pada metode
REBA untuk posisi 7 kategori risk level adalah medium dan untuk kategori action
yaitu necessary. Untuk posisi 3 kategori risk level adalah high dan untuk kategori
action yaitu necessary soon. Pada metode OWAS untuk posisi 7 termasuk ke dalam
kategori 1 yaitu tidak ada masalah pada sistem musculoskeletal (tidak berbahaya).
Sehingga tidak perlu ada perbaikan. Sedangkan untuk posisi 3 termasuk ke dalam
kategori 2 yaitu pada sikap ini berbahaya.Sehingga perlu perbaikan dimasa yang
akan datang.
4.3 Rancangan Metode Kerja Berdasarkan Prinsip Biomekanika
Setelah melakukan pengujian dan perhitungan dengan semua metode yang
ditentukan pada posisi 3 dan posisi 7 ditinjau dari beberapa segi kenyamanan adalah
kurang. Sehingga untuk memberikan hasil kenyamanan yang lebih baik pada posisi 3
harus diubah menjadi posisi tubuh yang lebih baik dalam mengangkat suatu beban,
karena apabila mengangkat beban dengan posisi tubuh seperti pada posisi 3 gaya yang
terjadi pada kaki besar dan membuat kaki cepat lelah. Sedangkan pada posisi 7 dalam
meletakan beban posisi tangan lebih baik didekatkan dengan dada agar gaya yang
terjadi pada telapak tangan tidak terlalu besar.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
Berikut merupakan kesimpulan dari praktikum ergonomi modul 3 tentang
biomekanika, yaitu:
1. Besarnya gaya dan momen pada setiap segmen tubuh operator pada posisi 7 saat
mengangkat beban adalah pada telapak tangan yaitu 3,716736192, pada lengan
bawah yaitu 10,40749035, pada lengan atas yaitu 18,348319033005, pada
punggung yaitu 51,91824446601, pada paha yaitu 33,87731251, pada betis yaitu
33,87731251 dan pada kaki yaitu 130,3371594. Sedangkan pada posisi 3 saat
mengangkat beban adalah telapak tangan yaitu 5,623660224, pada lengan bawah
yaitu 18,44108198, pada lengan atas yaitu 18,44108198, pada punggung yaitu
57,73774156, pada paha yaitu 82,34377226, pada betis yaitu 118,31458562576
dan pada kaki yaitu 214,77443253776.
2. Besarnya gaya kompresi pada disc yang terletak di antara lumbar ke-5 (L5) dan
sacrum ke-1 (S1) pada operator saat posisi 7 adalah 968,686579452 N. Sedangkan
lumbar ke-5 (L5) dan sacrum ke-1 (S1) pada operator saat posisi 3 adalah
1057,87462434884 N.
3. Dalam menganalisa postur kerja dengan metode REBA dan OWAS hal yang harus
diperhatikan adalah kesesuaian kondisi pada setiap posisi yang dilakukan operator
dengan tabel ketentuan pada kedua metode. Pada posisi 7 mendapatkan final REBA
score sebesar 4 dan kategori risk level (tingkat resiko)nya adalah medium (sedang)
dan action (tindakan)nya adalah necessary (butuh perbaikan). Untuk posisi 3
mendapatkan final REBA score sebesar 9 dan kategori risk level (tingkat resiko)
nya high (tinggi) dan action (tinakan)nya adalah necessary soon (butuh perbaikan
segera). Sedangkan pada metode OWAS pada posisi 7 mendapatkan hasil akhir 1
dan untuk kategori tindakan kerja termasuk kedalam kategori 1 yaitu pada sikap ini
tidak ada masalah pada sistem musculoskeletal (tidak berbahaya). Tidak perlu ada
perbaikan. Untuk posisi 3 mendapatkan hasil akhir 2 dan untuk kategori tindakan
kerja termasuk kedalam kategori 2 yaitu pada sikap ini berbahaya pada sistem
musculoskeletal. Jadi perlu perbaikan dimasa yang akan datang.
4. Faktor yang terkait dengan perhitungan AL dan MPL adalah untuk mengetahui
berat obyek yang diangkat, lokasi beban yang berhubungan dengan pekerja, jarak
dan frekuensi angkat, dan durasi dari kegiatan mengangkat. Serta untuk mengetahui
indeks pengangkatan yang tidak mengandung resiko cidera tulang belakang.
5. Perhitungan AL pada posisi 3 mendapatkan hasil 13,9776 N dan hasil MPL adalah
berbahaya karena Fc > MPL. Perhitungan RWL pada posisi 7 dengan pegangan
baik mendapatkan hasil 2,683003668 untuk posisi awal dan mendapatkan hasil
3,115125965 untuk posisi akhir. Pada posisi 3 dengan pegangan buruk
mendapatkan hasil 3,062886581 untuk posisi awal dan mendapatkan hasil
4,1093370048195 untuk posisi akhir. Perhitungan LI pada posisi 7 dengan
pegangan baik mendapatkan hasil 3,727165982 untuk posisi awal dan mendapatkan
hasil 3,210143061 untuk posisi akhir. Pada posisi 3 dengan pegangan buruk
mendapatkan hasil 3,264893993 pada posisi awal dan mendapatkan hasil
2,568676052 pada posisi akhir.
6. Berdasarkan metode REBA, OWAS, RWL dan LI dapat disimpulkan bebrapa
kondisi. Untuk metode REBA pada posisi 7 kategori risk level (tingkat resiko)
adalah medium (sedang) dan kategori action (tindakan) yaitu necessary artinya
butuh perbaikan. Pada posisi 3 kategori risk level (tingkat resiko) adalah high
(tinggi) dan kategori action (tindakan) yaitu necessary soon artinya membutuhkan
perbaikan untuk waktu yang akan datang. Untuk metode OWAS pada posisi 7
adalah kategori 1 yang artinya tidak ada masalah (tidak berbahaya). Pada posisi 3
adalah kategori 2 yang artinya pada sikap ini berbahaya. Sedangkan untuk metode
RWL dan LI pada posisi 7 dan 3 mendapatkan hasil posisi tersebut beresiko cidera
tulang belakang.
b. Saran
Berikut merupakan saran dari praktikum ergonomi modul 3 tentang biomekanika,
yaitu:
1. Praktikan seharusnya dapat mencontohkan posisi pengangkatan beban dengan tepat
dan benar agar tidak terjadi kesalahan pada perhitungan biomekanikanya.
2. Pada saat praktimum sebaiknya asisten mendampingi setiap kelompok agar tidak
terjadi kekeliruan pada pengambilan data praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, Edi. 2006. Perbandingan Metode-metode Biomekanika Untuk Menganalisisis
Postur Pada Aktivitas Manual Material Handling (MMH). Purwokerto :
Program Studi Teknik Industri Sekolah Tinggi Wiworotomo Purwokerto
Mulyaningrum, Rina. 2009. Analisis Aktivitas Angkat Beban Ditinjau Dari
Biomekanika Dan Fisiologi. Surakarta : Jurusan Teknik Industri, Fakultas
Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Nurmianto, Eko. 2008. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya : Penerbit
Guna Widya.
Purwaningsih, Ratna. 2007. Ergonomi Industri. Semarang : Program Studi Teknik
Industri Universitas Diponegoro.
Santoso, Muhammad. 2008. Pemodelan Biomekanika, Analisis Manual Material
Handling
di PT IGLAS Gresik. Madura : Program Studi Teknik Industri, Fakultas
Teknik, Universitas Trunojoyo Madura.
Siska, Merry. 2012. Analisa Posisi Kerja Pada Proses Pencetakan Batu Bata
Menggunakan Metode NIOSH. Pekanbaru Riau : Jurusan Teknik Industri,
Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Suska Riau.
Wignjosoebroto, Sritomo. 1996. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Surabaya : Penerbit
Guna Widya.

More Related Content

What's hot

6.1. PENGUKURAN WAKTU KERJA TIDAK LANGSUNG METODE MTM
6.1. PENGUKURAN WAKTU KERJA TIDAK LANGSUNG METODE MTM6.1. PENGUKURAN WAKTU KERJA TIDAK LANGSUNG METODE MTM
6.1. PENGUKURAN WAKTU KERJA TIDAK LANGSUNG METODE MTM
Universitas Qomaruddin, Gresik, Indonesia
 
PETA - PETA KERJA (Industrial Engineering)
PETA - PETA KERJA (Industrial Engineering)PETA - PETA KERJA (Industrial Engineering)
PETA - PETA KERJA (Industrial Engineering)Try Martanto
 
Presentasi Analytic Hierarchy Process (AHP)
Presentasi Analytic Hierarchy Process (AHP)Presentasi Analytic Hierarchy Process (AHP)
Presentasi Analytic Hierarchy Process (AHP)
Dex Gunt
 
Tabel faktor suku bunga majemuk
Tabel faktor suku bunga majemukTabel faktor suku bunga majemuk
Tabel faktor suku bunga majemuk
Simon Patabang
 
Analisis dan Pengukuran Kerja : Peta-Peta Kerja
Analisis dan Pengukuran Kerja : Peta-Peta KerjaAnalisis dan Pengukuran Kerja : Peta-Peta Kerja
Analisis dan Pengukuran Kerja : Peta-Peta Kerja
prihase
 
Contoh soal perancangan dan pengukuran kerja
Contoh soal perancangan dan pengukuran kerjaContoh soal perancangan dan pengukuran kerja
Contoh soal perancangan dan pengukuran kerja
AriIsmawan
 
4. metode transportasi
4. metode transportasi4. metode transportasi
4. metode transportasi
Lembayung Senja
 
Contoh soal Teori antrian khusus Poisson
Contoh soal Teori antrian khusus PoissonContoh soal Teori antrian khusus Poisson
Contoh soal Teori antrian khusus PoissonLilies DLiestyowati
 
13.analisa korelasi
13.analisa korelasi13.analisa korelasi
13.analisa korelasi
Hafiza .h
 
Pengukuran kerja tidak langsung
Pengukuran kerja tidak langsungPengukuran kerja tidak langsung
Pengukuran kerja tidak langsung
Deni Irawan
 
Contoh Soal, Hasil Olahan dan Interpretasi Hasil Olahan SPSS
Contoh Soal, Hasil Olahan dan Interpretasi Hasil Olahan SPSSContoh Soal, Hasil Olahan dan Interpretasi Hasil Olahan SPSS
Contoh Soal, Hasil Olahan dan Interpretasi Hasil Olahan SPSS
Propaningtyas Windardini
 
Soal matstat ngagel+jawabannya
Soal matstat ngagel+jawabannyaSoal matstat ngagel+jawabannya
Soal matstat ngagel+jawabannyaKana Outlier
 
06. Konsep Pola Umum Aliran Bahan, dan Peralatan Pemindahan Bahan
06. Konsep Pola Umum Aliran Bahan, dan Peralatan Pemindahan Bahan06. Konsep Pola Umum Aliran Bahan, dan Peralatan Pemindahan Bahan
06. Konsep Pola Umum Aliran Bahan, dan Peralatan Pemindahan Bahan
Mercu Buana University
 
Distribusi Seragam, Bernoulli, dan Binomial
Distribusi Seragam, Bernoulli, dan BinomialDistribusi Seragam, Bernoulli, dan Binomial
Distribusi Seragam, Bernoulli, dan Binomial
Silvia_Al
 
Ukuran variasi atau dispersi (penyebaran)
Ukuran variasi atau dispersi (penyebaran)Ukuran variasi atau dispersi (penyebaran)
Ukuran variasi atau dispersi (penyebaran)
eyepaste
 
Perbaikan metode perakitan steker melalui peta tangan kiri dan tangan kanan (...
Perbaikan metode perakitan steker melalui peta tangan kiri dan tangan kanan (...Perbaikan metode perakitan steker melalui peta tangan kiri dan tangan kanan (...
Perbaikan metode perakitan steker melalui peta tangan kiri dan tangan kanan (...Julita Anggrek
 

What's hot (20)

6.1. PENGUKURAN WAKTU KERJA TIDAK LANGSUNG METODE MTM
6.1. PENGUKURAN WAKTU KERJA TIDAK LANGSUNG METODE MTM6.1. PENGUKURAN WAKTU KERJA TIDAK LANGSUNG METODE MTM
6.1. PENGUKURAN WAKTU KERJA TIDAK LANGSUNG METODE MTM
 
PETA - PETA KERJA (Industrial Engineering)
PETA - PETA KERJA (Industrial Engineering)PETA - PETA KERJA (Industrial Engineering)
PETA - PETA KERJA (Industrial Engineering)
 
Presentasi Analytic Hierarchy Process (AHP)
Presentasi Analytic Hierarchy Process (AHP)Presentasi Analytic Hierarchy Process (AHP)
Presentasi Analytic Hierarchy Process (AHP)
 
Tabel faktor suku bunga majemuk
Tabel faktor suku bunga majemukTabel faktor suku bunga majemuk
Tabel faktor suku bunga majemuk
 
Analisis dan Pengukuran Kerja : Peta-Peta Kerja
Analisis dan Pengukuran Kerja : Peta-Peta KerjaAnalisis dan Pengukuran Kerja : Peta-Peta Kerja
Analisis dan Pengukuran Kerja : Peta-Peta Kerja
 
Contoh soal perancangan dan pengukuran kerja
Contoh soal perancangan dan pengukuran kerjaContoh soal perancangan dan pengukuran kerja
Contoh soal perancangan dan pengukuran kerja
 
4. metode transportasi
4. metode transportasi4. metode transportasi
4. metode transportasi
 
Contoh soal Teori antrian khusus Poisson
Contoh soal Teori antrian khusus PoissonContoh soal Teori antrian khusus Poisson
Contoh soal Teori antrian khusus Poisson
 
13.analisa korelasi
13.analisa korelasi13.analisa korelasi
13.analisa korelasi
 
Bab 9-cpm-pert
Bab 9-cpm-pertBab 9-cpm-pert
Bab 9-cpm-pert
 
contoh soal program linear
contoh soal program linearcontoh soal program linear
contoh soal program linear
 
Pengukuran kerja tidak langsung
Pengukuran kerja tidak langsungPengukuran kerja tidak langsung
Pengukuran kerja tidak langsung
 
Contoh Soal, Hasil Olahan dan Interpretasi Hasil Olahan SPSS
Contoh Soal, Hasil Olahan dan Interpretasi Hasil Olahan SPSSContoh Soal, Hasil Olahan dan Interpretasi Hasil Olahan SPSS
Contoh Soal, Hasil Olahan dan Interpretasi Hasil Olahan SPSS
 
Soal matstat ngagel+jawabannya
Soal matstat ngagel+jawabannyaSoal matstat ngagel+jawabannya
Soal matstat ngagel+jawabannya
 
Pengantar Statistika 2
Pengantar Statistika 2Pengantar Statistika 2
Pengantar Statistika 2
 
06. Konsep Pola Umum Aliran Bahan, dan Peralatan Pemindahan Bahan
06. Konsep Pola Umum Aliran Bahan, dan Peralatan Pemindahan Bahan06. Konsep Pola Umum Aliran Bahan, dan Peralatan Pemindahan Bahan
06. Konsep Pola Umum Aliran Bahan, dan Peralatan Pemindahan Bahan
 
Distribusi Seragam, Bernoulli, dan Binomial
Distribusi Seragam, Bernoulli, dan BinomialDistribusi Seragam, Bernoulli, dan Binomial
Distribusi Seragam, Bernoulli, dan Binomial
 
Ukuran variasi atau dispersi (penyebaran)
Ukuran variasi atau dispersi (penyebaran)Ukuran variasi atau dispersi (penyebaran)
Ukuran variasi atau dispersi (penyebaran)
 
Distribusi poisson
Distribusi poissonDistribusi poisson
Distribusi poisson
 
Perbaikan metode perakitan steker melalui peta tangan kiri dan tangan kanan (...
Perbaikan metode perakitan steker melalui peta tangan kiri dan tangan kanan (...Perbaikan metode perakitan steker melalui peta tangan kiri dan tangan kanan (...
Perbaikan metode perakitan steker melalui peta tangan kiri dan tangan kanan (...
 

Viewers also liked

Modul 4 Design And Redesign Product
Modul 4 Design And Redesign ProductModul 4 Design And Redesign Product
Modul 4 Design And Redesign Product
Dwi Andriyanto
 
1 biomekanika bagian 2
1 biomekanika bagian 21 biomekanika bagian 2
1 biomekanika bagian 2Dwi Ayu
 
Biomekanika
BiomekanikaBiomekanika
Biomekanika
Sulistia Rini
 
Biomekanika
BiomekanikaBiomekanika
Biomekanika
Sulistia Rini
 
Minggu5 analisis postur kerja
Minggu5 analisis postur kerjaMinggu5 analisis postur kerja
Minggu5 analisis postur kerja
aanansor
 
Laporan resmi praktikum ttck final c2
Laporan resmi praktikum ttck final c2Laporan resmi praktikum ttck final c2
Laporan resmi praktikum ttck final c2Hidayat65
 
Jurnal Ergonomi
Jurnal ErgonomiJurnal Ergonomi
Jurnal Ergonomi
Sheren Yuanggra
 
Presentación induccion, capacitacion corta
Presentación induccion, capacitacion cortaPresentación induccion, capacitacion corta
Presentación induccion, capacitacion corta
Asesorias Salud Ocupacional Ambiental
 
Biomekanika
BiomekanikaBiomekanika
Biomekanika
Andi Kullolli
 
Application of ergonomics for SME workplace productivity and safety improvements
Application of ergonomics for SME workplace productivity and safety improvementsApplication of ergonomics for SME workplace productivity and safety improvements
Application of ergonomics for SME workplace productivity and safety improvements
Winning Minds Solutions
 
Aa10 evidencia 10 comprensión de la vigilancia epidemiológica en los factores...
Aa10 evidencia 10 comprensión de la vigilancia epidemiológica en los factores...Aa10 evidencia 10 comprensión de la vigilancia epidemiológica en los factores...
Aa10 evidencia 10 comprensión de la vigilancia epidemiológica en los factores...
Sofy Arango
 
Gaya pada tubuh serta analisa gaya dan kegunaan klinik,ultrasonik dan alat-al...
Gaya pada tubuh serta analisa gaya dan kegunaan klinik,ultrasonik dan alat-al...Gaya pada tubuh serta analisa gaya dan kegunaan klinik,ultrasonik dan alat-al...
Gaya pada tubuh serta analisa gaya dan kegunaan klinik,ultrasonik dan alat-al...
Dian Malasari
 
2 gatiso en implementacion de s 2
2 gatiso en implementacion de s 22 gatiso en implementacion de s 2
2 gatiso en implementacion de s 2KnHack
 
dolor lumbar
dolor lumbardolor lumbar
dolor lumbar
GERMAN GUTIERREZ
 
Manual handling K3
Manual handling K3Manual handling K3
Manual handling K3
Mirza Crizta
 
PELATIHAN K3RS AND PENANGANAN B3 DI RSUD Dr SOETOMO SURABAYA_SEPT 2014 1577
PELATIHAN K3RS AND PENANGANAN B3 DI RSUD Dr SOETOMO SURABAYA_SEPT  2014  1577PELATIHAN K3RS AND PENANGANAN B3 DI RSUD Dr SOETOMO SURABAYA_SEPT  2014  1577
PELATIHAN K3RS AND PENANGANAN B3 DI RSUD Dr SOETOMO SURABAYA_SEPT 2014 1577
sujatno angga
 
Pengantar statistika & pengolahan data
Pengantar statistika & pengolahan dataPengantar statistika & pengolahan data
Pengantar statistika & pengolahan data
Onna Hikari Ichi
 
Inducción, adiestramiento, capacitación y desarrollo.
Inducción, adiestramiento, capacitación y desarrollo.Inducción, adiestramiento, capacitación y desarrollo.
Inducción, adiestramiento, capacitación y desarrollo.Leydis Marian Mancilla Garcia
 

Viewers also liked (20)

Modul 4 Design And Redesign Product
Modul 4 Design And Redesign ProductModul 4 Design And Redesign Product
Modul 4 Design And Redesign Product
 
1 biomekanika bagian 2
1 biomekanika bagian 21 biomekanika bagian 2
1 biomekanika bagian 2
 
Biomekanika
BiomekanikaBiomekanika
Biomekanika
 
Biomekanika
BiomekanikaBiomekanika
Biomekanika
 
Minggu5 analisis postur kerja
Minggu5 analisis postur kerjaMinggu5 analisis postur kerja
Minggu5 analisis postur kerja
 
Laporan resmi praktikum ttck final c2
Laporan resmi praktikum ttck final c2Laporan resmi praktikum ttck final c2
Laporan resmi praktikum ttck final c2
 
Jurnal Ergonomi
Jurnal ErgonomiJurnal Ergonomi
Jurnal Ergonomi
 
Presentación induccion, capacitacion corta
Presentación induccion, capacitacion cortaPresentación induccion, capacitacion corta
Presentación induccion, capacitacion corta
 
Biomekanika
BiomekanikaBiomekanika
Biomekanika
 
Owas
OwasOwas
Owas
 
Laporan Akhir KP
Laporan Akhir KPLaporan Akhir KP
Laporan Akhir KP
 
Application of ergonomics for SME workplace productivity and safety improvements
Application of ergonomics for SME workplace productivity and safety improvementsApplication of ergonomics for SME workplace productivity and safety improvements
Application of ergonomics for SME workplace productivity and safety improvements
 
Aa10 evidencia 10 comprensión de la vigilancia epidemiológica en los factores...
Aa10 evidencia 10 comprensión de la vigilancia epidemiológica en los factores...Aa10 evidencia 10 comprensión de la vigilancia epidemiológica en los factores...
Aa10 evidencia 10 comprensión de la vigilancia epidemiológica en los factores...
 
Gaya pada tubuh serta analisa gaya dan kegunaan klinik,ultrasonik dan alat-al...
Gaya pada tubuh serta analisa gaya dan kegunaan klinik,ultrasonik dan alat-al...Gaya pada tubuh serta analisa gaya dan kegunaan klinik,ultrasonik dan alat-al...
Gaya pada tubuh serta analisa gaya dan kegunaan klinik,ultrasonik dan alat-al...
 
2 gatiso en implementacion de s 2
2 gatiso en implementacion de s 22 gatiso en implementacion de s 2
2 gatiso en implementacion de s 2
 
dolor lumbar
dolor lumbardolor lumbar
dolor lumbar
 
Manual handling K3
Manual handling K3Manual handling K3
Manual handling K3
 
PELATIHAN K3RS AND PENANGANAN B3 DI RSUD Dr SOETOMO SURABAYA_SEPT 2014 1577
PELATIHAN K3RS AND PENANGANAN B3 DI RSUD Dr SOETOMO SURABAYA_SEPT  2014  1577PELATIHAN K3RS AND PENANGANAN B3 DI RSUD Dr SOETOMO SURABAYA_SEPT  2014  1577
PELATIHAN K3RS AND PENANGANAN B3 DI RSUD Dr SOETOMO SURABAYA_SEPT 2014 1577
 
Pengantar statistika & pengolahan data
Pengantar statistika & pengolahan dataPengantar statistika & pengolahan data
Pengantar statistika & pengolahan data
 
Inducción, adiestramiento, capacitación y desarrollo.
Inducción, adiestramiento, capacitación y desarrollo.Inducción, adiestramiento, capacitación y desarrollo.
Inducción, adiestramiento, capacitación y desarrollo.
 

Similar to Modul 3 Biomechanic And Manual Material Handling

1566 2835-1-sm
1566 2835-1-sm1566 2835-1-sm
1566 2835-1-sm
Paul Young
 
03._Biomekanika _ergonomi [Autosaved].pptx
03._Biomekanika _ergonomi [Autosaved].pptx03._Biomekanika _ergonomi [Autosaved].pptx
03._Biomekanika _ergonomi [Autosaved].pptx
CHOIR6
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
MeizyAnggun
 
Basic biomechanics and workstation design
Basic biomechanics and workstation designBasic biomechanics and workstation design
Basic biomechanics and workstation design
KhairaniRachmaidah
 
Chapter i
Chapter iChapter i
Chapter i
Hamdani Nurdin
 
Jurnal rinceeeeeeeeeeeee2
Jurnal rinceeeeeeeeeeeee2Jurnal rinceeeeeeeeeeeee2
Jurnal rinceeeeeeeeeeeee2
dedek riaahna purba
 
Analisis manual material handling dengan biomekanika
Analisis manual material handling dengan biomekanikaAnalisis manual material handling dengan biomekanika
Analisis manual material handling dengan biomekanika
suto laksana
 
Maulana yusuf pertemuan 14
Maulana yusuf pertemuan 14Maulana yusuf pertemuan 14
Maulana yusuf pertemuan 14
MaulanaYusuf127
 
Basic biomechanic and workstation design
Basic biomechanic and workstation designBasic biomechanic and workstation design
Basic biomechanic and workstation design
ReinandaIsfania
 
aspek mekanika dalam biosistem.pptx
aspek mekanika dalam biosistem.pptxaspek mekanika dalam biosistem.pptx
aspek mekanika dalam biosistem.pptx
Mhd. Zaky Daniyal
 
Basic biomechanics and workstation design
Basic biomechanics and workstation designBasic biomechanics and workstation design
Basic biomechanics and workstation design
HnAlfiany
 
BASIC BIOMECHANICS AND WORKSTATION DESIGN
BASIC BIOMECHANICS AND WORKSTATION DESIGNBASIC BIOMECHANICS AND WORKSTATION DESIGN
BASIC BIOMECHANICS AND WORKSTATION DESIGN
Mochammad Raihan
 
Basic Biomechanics and Workstation Design (chap.12)
Basic Biomechanics and Workstation Design (chap.12)Basic Biomechanics and Workstation Design (chap.12)
Basic Biomechanics and Workstation Design (chap.12)
RanaAlya
 
Modul 2 Physiological Performance
Modul 2 Physiological PerformanceModul 2 Physiological Performance
Modul 2 Physiological Performance
Dwi Andriyanto
 
Afifah mardhiyah
Afifah mardhiyah Afifah mardhiyah
Afifah mardhiyah
afifahmardhiyah1
 
fisiologi psikologi dan biomekanika pekerja
fisiologi psikologi dan biomekanika pekerjafisiologi psikologi dan biomekanika pekerja
fisiologi psikologi dan biomekanika pekerja
annisazahra29
 
Pemil herdiana 6017210066 basic biomechanics
Pemil herdiana 6017210066 basic biomechanicsPemil herdiana 6017210066 basic biomechanics
Pemil herdiana 6017210066 basic biomechanics
PemilHerdiana
 
Siva Alfira, Power Point Human Engineering
Siva Alfira, Power Point Human EngineeringSiva Alfira, Power Point Human Engineering
Siva Alfira, Power Point Human Engineering
sivaalfira
 
Basic Biomechanics and Workstation design 347 William S. Marras
Basic Biomechanics and Workstation design 347 William S. MarrasBasic Biomechanics and Workstation design 347 William S. Marras
Basic Biomechanics and Workstation design 347 William S. Marras
Emiliacindy
 
Vol 2 n0 15 Jul 2017
Vol 2 n0 15 Jul 2017Vol 2 n0 15 Jul 2017
Vol 2 n0 15 Jul 2017
sttm cileungsi
 

Similar to Modul 3 Biomechanic And Manual Material Handling (20)

1566 2835-1-sm
1566 2835-1-sm1566 2835-1-sm
1566 2835-1-sm
 
03._Biomekanika _ergonomi [Autosaved].pptx
03._Biomekanika _ergonomi [Autosaved].pptx03._Biomekanika _ergonomi [Autosaved].pptx
03._Biomekanika _ergonomi [Autosaved].pptx
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Basic biomechanics and workstation design
Basic biomechanics and workstation designBasic biomechanics and workstation design
Basic biomechanics and workstation design
 
Chapter i
Chapter iChapter i
Chapter i
 
Jurnal rinceeeeeeeeeeeee2
Jurnal rinceeeeeeeeeeeee2Jurnal rinceeeeeeeeeeeee2
Jurnal rinceeeeeeeeeeeee2
 
Analisis manual material handling dengan biomekanika
Analisis manual material handling dengan biomekanikaAnalisis manual material handling dengan biomekanika
Analisis manual material handling dengan biomekanika
 
Maulana yusuf pertemuan 14
Maulana yusuf pertemuan 14Maulana yusuf pertemuan 14
Maulana yusuf pertemuan 14
 
Basic biomechanic and workstation design
Basic biomechanic and workstation designBasic biomechanic and workstation design
Basic biomechanic and workstation design
 
aspek mekanika dalam biosistem.pptx
aspek mekanika dalam biosistem.pptxaspek mekanika dalam biosistem.pptx
aspek mekanika dalam biosistem.pptx
 
Basic biomechanics and workstation design
Basic biomechanics and workstation designBasic biomechanics and workstation design
Basic biomechanics and workstation design
 
BASIC BIOMECHANICS AND WORKSTATION DESIGN
BASIC BIOMECHANICS AND WORKSTATION DESIGNBASIC BIOMECHANICS AND WORKSTATION DESIGN
BASIC BIOMECHANICS AND WORKSTATION DESIGN
 
Basic Biomechanics and Workstation Design (chap.12)
Basic Biomechanics and Workstation Design (chap.12)Basic Biomechanics and Workstation Design (chap.12)
Basic Biomechanics and Workstation Design (chap.12)
 
Modul 2 Physiological Performance
Modul 2 Physiological PerformanceModul 2 Physiological Performance
Modul 2 Physiological Performance
 
Afifah mardhiyah
Afifah mardhiyah Afifah mardhiyah
Afifah mardhiyah
 
fisiologi psikologi dan biomekanika pekerja
fisiologi psikologi dan biomekanika pekerjafisiologi psikologi dan biomekanika pekerja
fisiologi psikologi dan biomekanika pekerja
 
Pemil herdiana 6017210066 basic biomechanics
Pemil herdiana 6017210066 basic biomechanicsPemil herdiana 6017210066 basic biomechanics
Pemil herdiana 6017210066 basic biomechanics
 
Siva Alfira, Power Point Human Engineering
Siva Alfira, Power Point Human EngineeringSiva Alfira, Power Point Human Engineering
Siva Alfira, Power Point Human Engineering
 
Basic Biomechanics and Workstation design 347 William S. Marras
Basic Biomechanics and Workstation design 347 William S. MarrasBasic Biomechanics and Workstation design 347 William S. Marras
Basic Biomechanics and Workstation design 347 William S. Marras
 
Vol 2 n0 15 Jul 2017
Vol 2 n0 15 Jul 2017Vol 2 n0 15 Jul 2017
Vol 2 n0 15 Jul 2017
 

More from Dwi Andriyanto

Modul 1 Anthropometry
Modul 1 AnthropometryModul 1 Anthropometry
Modul 1 Anthropometry
Dwi Andriyanto
 
Uji kekerasan
Uji kekerasanUji kekerasan
Uji kekerasan
Dwi Andriyanto
 
Fiberglass
FiberglassFiberglass
Fiberglass
Dwi Andriyanto
 
Laju korosi
Laju korosiLaju korosi
Laju korosi
Dwi Andriyanto
 
Non destructive test (ndt)
Non destructive test (ndt)Non destructive test (ndt)
Non destructive test (ndt)
Dwi Andriyanto
 
Makalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat Sektor
Makalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat SektorMakalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat Sektor
Makalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat SektorDwi Andriyanto
 
Keseimbangan empat sektor
Keseimbangan empat sektorKeseimbangan empat sektor
Keseimbangan empat sektor
Dwi Andriyanto
 

More from Dwi Andriyanto (7)

Modul 1 Anthropometry
Modul 1 AnthropometryModul 1 Anthropometry
Modul 1 Anthropometry
 
Uji kekerasan
Uji kekerasanUji kekerasan
Uji kekerasan
 
Fiberglass
FiberglassFiberglass
Fiberglass
 
Laju korosi
Laju korosiLaju korosi
Laju korosi
 
Non destructive test (ndt)
Non destructive test (ndt)Non destructive test (ndt)
Non destructive test (ndt)
 
Makalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat Sektor
Makalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat SektorMakalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat Sektor
Makalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat Sektor
 
Keseimbangan empat sektor
Keseimbangan empat sektorKeseimbangan empat sektor
Keseimbangan empat sektor
 

Recently uploaded

436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
rhamset
 
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdfTUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
jayakartalumajang1
 
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdfDaftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Tsabitpattipeilohy
 
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong dCOOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
delphijean1
 
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
HADIANNAS
 
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptxRANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
muhammadiswahyudi12
 
Metode Clayperon (Persamaan Tiga Momen) untuk balok menerus.pptx
Metode Clayperon (Persamaan Tiga Momen) untuk balok menerus.pptxMetode Clayperon (Persamaan Tiga Momen) untuk balok menerus.pptx
Metode Clayperon (Persamaan Tiga Momen) untuk balok menerus.pptx
ssuser2537c0
 
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASASURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
AnandhaAdkhaM1
 
1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf
1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf
1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf
AdityaWahyuDewangga1
 
NADIA FEBIANTI TUGAS PPT(GAMMA APP).pptx
NADIA FEBIANTI TUGAS PPT(GAMMA APP).pptxNADIA FEBIANTI TUGAS PPT(GAMMA APP).pptx
NADIA FEBIANTI TUGAS PPT(GAMMA APP).pptx
nadiafebianti2
 
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptxTUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
indahrosantiTeknikSi
 

Recently uploaded (11)

436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
 
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdfTUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
 
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdfDaftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
 
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong dCOOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
 
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
 
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptxRANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
 
Metode Clayperon (Persamaan Tiga Momen) untuk balok menerus.pptx
Metode Clayperon (Persamaan Tiga Momen) untuk balok menerus.pptxMetode Clayperon (Persamaan Tiga Momen) untuk balok menerus.pptx
Metode Clayperon (Persamaan Tiga Momen) untuk balok menerus.pptx
 
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASASURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
 
1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf
1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf
1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf
 
NADIA FEBIANTI TUGAS PPT(GAMMA APP).pptx
NADIA FEBIANTI TUGAS PPT(GAMMA APP).pptxNADIA FEBIANTI TUGAS PPT(GAMMA APP).pptx
NADIA FEBIANTI TUGAS PPT(GAMMA APP).pptx
 
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptxTUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
 

Modul 3 Biomechanic And Manual Material Handling

  • 1. LAPORAN RESMI MODUL III BIOMECHANIC AND MANUAL MATERIAL HANDLING LABORATORIUM ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA 2014-2015 LAPORANRESMI PRAKTIKUMERGONOMI PERIODESEMESTERGASAL2014 KELOMPOK 26 NAMA : DWI ANDRIYANTO AYU RAHMAWATI ACHMAD AGUNG F. NIM : 130421100011 130421100043 130421100077 SHIFT : 04 ASISTEN : DWI ATIKA MEIRINA
  • 2. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia industri saat ini sangat berkembang, berkembangnya dunia industri mempunyai banyak faktor penting, salah satu faktornya adalah dunia industri membutuhkan karyawan yang bagus dalam segala aspek, contohnya kecerdasan dan fisik setiap karyawan. Kekuatan fisik setiap karyawan sangat penting agar para pekerja tidak mengalami kelelahan pada saat bekerja, misalnya mengangkat beban hasil produksi perusahaan. Dalam melakukan aktivitas pekerjaan yang sangat banyak, kita membutuhkan kekuatan fisik pekerja dalam menunjang keselamatan dan keamanan pekerja. Agar fisik pekerja tidak mengalami kelelahan, selamat dan aman. Dapat didukung menggunakan perhitungan biomekanika. Biomekanika merupakan suatu aplikasi dari mekanika teknik untuk menganalisa sistem kerangka otot manusia. Dengan biomekanika dapat dianalisa apakah sikap atau posisi kerja seseorang dapat memberikan resiko cidera. Sehingga diharapkan resiko cidera pada seseorang dapat dicegah (Nurmianto, 2008). Dalam perhitungan biomekanika terdapat berbagai macam, salah satunya perhitungan adalah Action Limit merupakan kelanjutan tindakan untuk mengantisipasi, mencegah dan mengkoreksi proses produksi yang tidak sesuai dan memastikan bahwa proses tersebut tidak berulang. Dan Maximum Permissible Limit (MPL) merupakan batas besarnya gaya tekan pada segmen L5/S1 dari kegiatan pengangkatan dalam stauan newton yang distandarkan oleh NIOSH pada tahun 1981 (Siska, 2012) Dalam praktikum ergonomi modul 3 tentang Biomechanic and Manual Material Handling, kita telah memilih satu operator. Pertama kita mengukur tinggi dan berat beban operator. Lalu melakukan percobaan untuk analisis gaya dan momen serta AL dan MPL. Dan juga melakukan percobaan untuk perhitungan RWL dan LI. Kemudian operator akan mengangkat beban seberat 10 kg. Lalu kita mengukur posisi awal beban dan posisi akhir beban. Setelah itu kita menghitung frekuensi bimekanika atau kekuatan fisik dari operator.
  • 3. 2.1 Tujuan Praktikum Berikut merupakan tujuan umum dan tujuan khusus dari praktikum biomekanika, yaitu: 2.1.1. Tujuan Umum Berikut merupakan tujuan khusus dari parktikum biomekanika, yaitu: 1. Praktikan mampu memahami konsep-konsep dasar ergonomi. 2. Praktikan dapat memahami dan menerapkan antropometri dalam perancangan produk. 3. Praktikan dapat menghitung dan mengklasifikasikan beban kerja berdasarkan aktivitas kerja. 2.1.2 Tujuan Khusus Berikut merupakan tujuan khusus dari praktikum biomekanika, yaitu: 1. Mampu menghitung besar gaya dan momen pada setiap segmen tubuh manusia saat mengangkat beban. 2. Mampu menghitung besarnya gaya kompresi pada disc yang terletak di antara lumbar ke-5 (L5) dan sacrum ke-1 (S1). 3. Mampu menganalisa postur kerja dengan metode REBA dan OWAS. 4. Mampu mengukur faktor-faktor yang terkait dengan perhiutungan AL dan RWL. 5. Mampu menghitung besaran AL, MPL, RWL dan LI. 6. Mampu menentukan apakah suatu pekerjaan penanganan bahan termasuk kategori aman, berpotensi menimbulkan cidera atau membahayakan bagi operator atau subjek berdasarkan metode REBA, OWAS, RWL dan LI.
  • 4. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Biomekanika Menurut Nurmianto (2008), biomekanika merupakan suatu aplikasi dari mekanika teknik untuk menganalisa sistem kerangka otot manusia. Dengan biomekanika dapat dianalisa apakah sikap atau posisi kerja seseorang dapat memberikan resiko cidera. Sehingga diharapkan resiko cidera pada seseorang dapat dicegah. Konsep biomekanika pada dasarnya sama dengan mekanika. Karena biomekanika merupakan aplikasi dari mekanika. Sehingga pada biomeknika dipelajari juga dua cabang mekanika yaitu statika dan dinamika. Statika digunakan untuk meneliti sistem yang tidak bergerak atau bergerak pada kecepata konstan. Pada kasus ini, sistem yang statis dianggap dalam keadaan seimbang. Pada statika juga dikenal istilah equilibrium, yaitu keadaan seimbang dimana tidak ada percepatan. Dalam suatu sistem kerja, konsep biomekanika dapat diterapkan pada berbagai jenis pekerjaan. Diantaranya adalah dapat digunakan menganalisa sikap duduk pada pekerja kantor, manual material handling. Khusus pada manual material handling dibutuhkan suatu sikap kerja yang meminimalisir resiko pada disc yang terletak di antara lumbar ke-5 (L5) dan sacrum ke-1 (S1) pada ruas tulang belakang. 2.2. Pemodelan Biomekanika Menurut Santoso (2008), pemodelan biomekanika ini dikembangkan untuk memperkirakan gaya serta momen yang digunakan tubuh saat pergerakkan, model ini juga memperkirakan postur tubuh saat seseorang melakukan aktivitas yang beresiko menyebabkan cedera musculoskeletal, dalam pengembangannya model biomekanika dapat dibedakan menurut tipe analisis gerakannya yaitu statis dan dinamis, sedangkan analisis gaya pada model tersebut dapat melalui pendekatan dua dimensi atau tiga dimensi. Pemodelan gerakan tubuh manusia dapat digolongkan berdasarkan pendekatan yang diambil : 1. Pendekatan teori yang menggunakan basis pengetahuan dalam bidang fisiologi, mekanika, dan robotika untuk merancang persamaan matematika yang
  • 5. memberikan simulasi gerakan tubuh manusia. Selanjutnya dapat dipelajari dengan simulasi menggunakan model tersebut dan hasilnya dibandingkan dengan data asli yang diukur dari tubuh manusia. 2. Pengukuran secara langsung mendapatkan model yang representatif menggambarkan hibungan antar variabel dalam gerakan tubuh manusia. Kedua pendekatan ini akan bertemu, utamanya bila sebuah studi gerakan tubuh manusia diarahkan pada aplikasi tertentu, misalnya analisa patologi maupun rehabilitasi dari suatu kelumpuhan tertentu. 2.3 Pengukuran Kerja Biomekanika Dalam pengukuran biomekanika terdapat berbagai macam pengukuran, antara lain: 2.3.1 Disc L5/S1 Dalam Aktivitas Pengangkatan Menurut Mulyaningrum (2009), disc berfungsi sebagai peredam getaran pada saat tubuh bergerak baik pada saat translasi dan rotasi. Sedangkan disc L5/S1 merupakan pengertian dari lumbar 5 dan sacrum 1, bagian ini merupakan titik rawan dalam sistem rangka. Analisa dari berbagai macam pekerjaan yang menunjukkan rasa nyeri (ngilu) berhubungan erat dengan beban kompresi (tekan) yang terjadi pada (L5/S1). (Chaffin and Park, 1973) Pada segmen L5/S1 dari kegiatan pengangkatan dalam satuan Newton yang distandarkan oleh NIOSH (National Instiute of Occupational Safety and Health) tahun 1981. Besar gaya tekannya adalah di bawah 6500 N pada L5/S1. Sedangkan batasan gaya angkatan normal (the Action Limit) sebesar 3500 pada L5/S1. Sehingga, apabila Fc < AL (aman), AL < Fc < MPL (perlu hati-hati) dan apabila Fc > MPL (berbahaya). Batasan gaya angkat maksimum yang diijinkan , yang direkomendasikan NIOSH (1991) adalah berdasarkan gaya tekan sebesar 6500 N pd L5/S1 , namun hanya 1% wanita dan 25% pria yang diperkirakan mampu melewati batasan angkat ini. Perlu diperhatikan bahwa nilai dari analisa biomekanika adalah rentang postur atau posisi aktifitas kerja, ukuran beban, dan ukuran manusia yang dievaluasi. Sedangkan kriteria keselamatan adalah berdasar pada beban tekan (compression load) pada intebral disc antara lumbar nomor lima dan sacrum nomor satu (L5/S1). Telah ditemukan pula bahwa 85-95% dari penyakit hernia pada disc terjadi dengan relatif frekuensi pada L4/L5 dan L5/S1. Kebanyakan penyakit-penyakit tulang
  • 6. belakang adalah merupakan hernia pada intervertebral disk yaitu keluarnya inti intervertebral (pulpy nucleus) yang disebabkan oleh rusaknya lapisan pembungkus intervertebral disk. Karena pada bagian disc L5/S1 terdapat selaput yang berisi cairan yang dapat pecah jika beban terlalu besar. Jika disc pecah maka berpotensi mengalami kelumpuhan. 2.3.2 Action Limit (AL) dan Maximum Permissible Limit (MPL) Menurut Purwaningsih (2007), Action Limit merupakan kelanjutan tindakan untuk mengantisipasi, mencegah dan mengkoreksi proses produksi yang tidak sesuai dan memastikan bahwa proses tersebut tidak berulang. Untuk menghitung AL dan MPL hanya diperlukan untuk mengetahui berat obyek yang diangkat, lokasi beban yang berhubungan dengan pekerja, jarak dan frekuensi angkat, dan durasi dari kegiatan mengangkat. Menurut Purwaningsih (2007), Maximum Permissible Limit (MPL) merupakan batas besarnya gaya tekan pada segmen L5/S1 dari kegiatan pengangkatan dalam satuan newton yang distandarkan oleh NIOSH pada tahun 1981. Besar gaya maksimum tekannya (MPL) adalah dibawah 6500 N pada L5/S1. Sedangkan batasan gaya angkatan normal (Action Limit) sebesar 3500 N pada L5/S1. Sehingga: 1. Fc<AL dikategorikan aman 2. AL<Fc<MPL dikategorikan perlu hati-hati, dan 3. FC<MPL dikategorikan berbahaya Evan dan Lisner (1962) dan Sonoda (1962) melakukan penelitian dengan uji tekan pada spine (tulang belakang). Mereka menemukan bahwa tulang belakang yang sehat tidak mudah terkena hernia, akan tetapi lebih mudah rusak/retak jika disebabkan oleh beban yang ditanggung oleh segmen tulang belakang (spinal) dan yang terjadi dengan diawali oleh rusaknya bagian atas/bawah segmen tulang belakang (the castingend-plates in the vertebrae). Dalam biomekanika perhitungan guna mencari momen dan gaya dapat dilakukan dengan cara menghitung gaya dan momen secara parsial atau menghitung tiap segmen yang menyusun tubuh manusia. Besaran AL dapat dihitung dengan rumus : AL = k x HF x VF x DF x FF (1) Keterangan : k = load constant, konstanta beban yang besarnya : 40 kg HF = horizontal factor, faktor horizontal yang besarnya : 15/H
  • 7. VF = vertical factor, faktor vertikal yang besarnya : 0,004 V-75 DF = distance factor, faktor jarak yang besarnya : 0,7+7,5 D FF = frequency factor, faktor frekuensi yang besarnya : 1-F/Fmax H = jarak antara titik berat beban dan titik tengah antara kedua mata kaki pada titik awal pengangkatan V = jarak beban dari lantai pada titik awal pengangkatan D = jarak perpindahan vertikal beban F = frekuensi rata-rata aktivitas pengangkatan 2.3.3 Recommended Weight Limit (RWL) dan Lifting Index (LI) Menurut Siska (2012), perhitungan nilai Recommended Weight Limit (RWL) apabila telah diperoleh batas-batas pengangkatan yang dianjurkan sesuai dengan nilai berat beban diangkat, RWL orgin dan RWL destination. Pada jenis pekerjaan keempat, apabila terdapat nilai RWL destination yang melebihi batas dari nilai RWL destination yang dianjurkan, maka perlu adanya perubahan dari konstanta beban dan faktor-faktor pengali yaitu pengali horizontal faktor pengali vertikal, faktor pengali jarak, faktor pengali frekuensi, faktor pengali asimetri, faktor pengali kopling. Sedangkan untuk jenis pekerjan lainnya telah sesuai dengan batas yang dianjurkan nilai RWL. Dapat diketahui rumus fungsi dari RWL adalah sebagai berikut: RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM (2) Keterangan : LC : (Lifting Constanta) konstanta pembebanan HM : (Horizontal Multiplier) faktor pengali horisontal VM : (Vertical Multiplier) faktor pengali vertikal DM : (Distance Multiplier) faktor pengali perpindahan AM : (Asymentric Multiplier) faktor pengali asimentrik FM : (Frequency Multiplier) faktor pengali frekuensi CM : (Coupling Multiplier) faktor pengali kopling (handle) Menurut Siska (2012), perhitungan nilai Lifting Index (LI) merupakan perbandingan antara berat beban dengan nilai RWL, dimana persamaannya sebagai berikut: LI = RWL/L (3) Dimana L = Berat
  • 8. Apabila LI < 1, maka aktivitas tersebut tidak mengandung resiko cidera tulang belakang. Jika LI > 1, maka aktivitas tersebut mengandung resiko cidera tulang belakang. Dalam tubuh manusia terdapat tiga jenis gaya, yaitu: 1. Gaya Gravitasi, yaitu gaya yang melalui pusat massa dari tiap segmen tubuh manusia dengan arah ke bawah. Besar gayanya adalah massa dikali percepatan gravitasi ( F = m.g ) 2. Gaya Reaksi yaitu gaya yang terjadi akibat beban pada segmen tubuh atau berat segmen tubuh itu sendiri. 3. Gaya otot yaitu gaya yang terjadi pada bagian sendi, baik akibat gesekan sendi atau akibat gaya pada otot yang melekat pada sendi. Gaya ini menggambarkan besarnya momen otot.eban yang akan dipindahkan. 2.3.4 REBA Menurut Budiman (2006), metode Rapid Entery Body Assesment (REBA) merupakan metode yang dapat digunakan secara cepat untuk menilai postur seorang pekerja. Adapun input yang digunakan dalam aplikasi metode REBA merupakan pengambilan data postur pekerja menggunakan handicam, penentuan sudut pada batang tubuh, leher, kaki, lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan. Metode ini telah diaplikasikan pada aktivitas dan metode REBA juga tepat untuk menganalisa aktivitas MMH (Material Manual Handling) yang dominan menggunakan tubuh bagian atas karena tubuh bagian atas dianalisa secara detail. Untuk menghitung level resiko posisi kerja usulan berdasarkan REBA adalah menghitung posisi kerja usulan berdasarkan metode REBA. Lalu dapat kita ketahui apakah posisi kerja usulan berada pada level yang lebih baik dari pada level sebelumnya. 2.3.5 OWAS Menurut Budiman (2006), metode OWAS telah diaplikasikan pada tahun tujuh puluhan di perusahaan besi baja di Finlandia. Institute of Occupational Health menganalisis postur seluruh bagian tubuh dengan posisi duduk dan berdiri. Metode ini juga telah digunakan untuk menganalisis postur di Indonesia, dengan menggunakan OWASCA (OWAS Computer-Aided), yakni metode OWAS yang diintegrasikan dengan komputer. Analisis dilakukan pada seluruh bagian tubuh pada posisi duduk dan berdiri. Input metode OWAS adalah sebagai berikut :
  • 9. 1.Data postur punggung 2.Data postur lengan. 3.Data postur kaki 4.Data berat beban yang diangkat. Metode OWAS telah diaplikasikan di Malaysia untuk merancang stasiun kerja. Hasil dari perancangan stasiun kerja dengan metode OWAS dapat mengurangi posisi kerja yang berbahaya dari 80% menjadi 66%. OWAS menganalisis postur seluruh tubuh namun tidak secara detail, faktor sudut yang dibentuk oleh postur pada aktivitas MMH (Material Manual Handling) tidak diperhatikan, pemakaian tenaga otot statik atau repetitif juga belum dianalisis. Hal tersebut merupakan kekurangan metode OWAS. 2.4 Manual Material Handling (MMH) Menurut Wignjosoebroto (1996), pengertian Material Manual Handling (MMH) merupakan seni dan ilmu yang meliputi penanganan (handling), pemindahan (moving), pengepakan (packaging), penyimpanan (storing) dan pengawasan (controlling) dari material dengan segala bentuknya. Selama ini pengertian Manual Material Handling (MMH) hanya sebatas pada kegiatan lifting dan lowering yang melihat aspek kekuatan vertikal. Padahal kegiatan MMH tidak terbatas pada kegiatan tersebut diatas, masih ada kegiatan pushing dan pulling di dalam kegiatan MMH. Kegiatan MMH yang sering dilakukan oleh pekerja di dalam industri antara lain: 1. Kegiatan pengangkatan benda (LiftingTask) 2. Kegiatan pengantaran benda (Carying Task) 3. Kegiatan mendorong benda (Pushing Task) 4. Kegiatan menarik benda (Pulling Task) Metode yang dipakai dalam MMH antara lain RWL dan LI. RWL merupakan persamaan pembebasan yang direkomendasikan oleh NIOSH (National Institude Ochupational Safety and Health) pada tahun 1991 di Amerika Serikat. RWL adalah batas beban yang dapat dipindahkan oleh pekerja industri dalam jangka waktu tertentu (tidak lebih dari 8 jam) tanpa menimbulkan resiko terjadinya cedera tulang belakang. Persamaan NIOSH berlaku pada keadaan:
  • 10. 1. Beban yang diberikan adalah beban statis, tidak ada penambahan, ataupun pengurangan beban di tengah-tengah pekerjaan. 2. Beban diangkat dengan kedua tangan. 3. Pengangkatan atau penurunan beban dilakukan dalam jangka waktu maximal 8 jam. 4. Pengangkatan atau penurunan beban tidak boleh dilakukan saat duduk/berlutut. 5. Tempat kerja tidak sempit.
  • 11. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Peralatan Praktikum Berikut merupakan peralatan yang digunakan dalam praktikum biomekanika, yaitu: 1. Beban 2. Timbangan badan 3. Penggaris 4. Kamera 5. Stopwatch 6. Meja kerja 7. Conveyor 8. Lembar pengamatan (Checksheet) 3.2 Subjek Percobaan Berikut merupakan data normal dari subjek percobaan praktikum biomekanika, yaitu: 1. Nama Operator : Ayu Rahmawati 2. Jenis Kelamin : Perempuan 3. Tinggi Badan : 156 cm / 1,56 m 4. Berat badan : 40 kg / 400 N 5. Berat beban : 10 kg 6. Uraian posisi yang didapatkan : Posisi 1 : 7 (berdiri tegak lurus siap meletakkan beban di atas meja/beban lebih jauh di depan dada) Posisi 2 : 3 (berdiri – kaki menekuk – punggung tegak dengan beban di depan dada)
  • 12. 3.3 Prosedur Kerja Berikut merupakan prosedur kerja dalam praktikum biomekanika, yaitu: Percobaan dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu: pekerjaan pengangkatan untuk analisis gaya dan momen yang bekerja pada setiap segmen tubuh dan pekerjaan pengangkatan untuk perhitungan indeks pengangkatan (lifting index). a. Percobaan untuk analisis gaya dan momen serta AL dan MPL Berikut merupakan prosedur percobaan untuk analisis gaya dan momen serta AL dan MPL, yaitu: 1. Siapkan beban dengan berat 10 kg dan 15 kg. 2. Lakukan percobaan mengangkat beban dengan 3 postur tubuh berbeda di antara postur-postur berikut ini: Posisi 1 : 7 (berdiri tegak lurus siap meletakkan beban di atas meja/beban lebih jauh di depan dada) Posisi 2 : 3 (berdiri – kaki menekuk – punggung tegak dengan beban di depan dada) 3. Ambil gambar operator pada setiap postur saat sedang mengangkat beban. 4. Lakukan pencatatan atau perhitungan data-data yang diperlukan untuk analisis gaya dan momen serta Action Limit (AL) dan Maximum Permissible Limit (MPL), seperti: a. Berat beban b. Jarak sumbu pikul ke pusat massa beban c. Sudut inklinasi badan terhadap relatif terhadap horisontal d. Sudut inklinasi kaki terhadap horisontal e. Berat badan yang ditanggung (di atas) disc L5/S1 f. Luas diafragma perut g. Jarak dari gaya perut ke L5/S1 i. Jarak dari otot spinal erector ke L5/S1, dll. b. Percobaan untuk perhitungan RWL dan LI Berikut merupakan prosedur percobaan untuk perhitungan RWL dan LI, yaitu: 1. Siapkan 2 beban dengan berat 10 kg dan 15 kg, dengan kemudahan handling baik dan tidak baik. 2. Pilih 2 kombinasi dari faktor-faktor yang terdapat pada tabel 3.3.1
  • 13. 3. Lakukan percobaan, seorang operator memindahkan beban dari posisi awal ke posisi akhir sebanyak 10 kali angkatan! 4. Ambil gambar operator pada setiap postur saat mengangkat beban, yaitu: a. Saat mulai mengangkat beban di posisi awal beban, b. Sedang mengangkat beban, c. Saat meletakkan beban di posisi akhir beban. 5. Lakukan pencatatan data-data yang diperlukan untuk menghitung RWL dan LI, seperti: a. Berat beban b. Jarak horisontal beban dari operator pada posisi awal c. Jarak horisontal beban dari operator pada posisi akhir d. Jarak vertikal beban dari lantai pada posisi awal e. Jarak vertikal beban dari lantai pada posisi akhir f. Sudut asimetri yang terbentuk selama memindahkan beban g. Kategori pegangan h. Waktu yang diperlukan, dll. Tabel 3.3.1 Tingkat faktor-faktor pengali dalam percobaan Vo1 Ho1 Vd1 Hd1 α1 C1 Vo2 Ho2 Vd2 Hd2 α2 C2 Sudut Asimetri Tubuh (α) Kategori pegangan Titik Awal Titik Akhir Ketinggian Jarak Ketinggian Jarak Keterangan : V0 = Jarak vertikal benda dari lantai pada titik awal pengangkatan Vd = Jarak vertikal benda dari lantai pada titik akhir pengangkatan H0 = Jarak horisontal benda dari subjek pada titik awal pengangkatan Hd = Jarak horisontal benda dari subjek pada titik akhir pengangkatan
  • 14. Mulai Persiapan Alat Praktikum Identifikasi Masalah Menentukan Tujuan Praktikum Melakukan Pengumpulan Data : 1. Mengukur tinggi badan dan berat badan 2. Melakukan pengukuran RWL / LI 3. Melakukan pengukuran AL / MPL Pengolahan Data : 1. Melakukan perhitungan gaya dan momen 2. Metode RWL / LI 3. Metode AL / MPL 4. Metode REBA 5. Metode OWAS Analisa dan Interprestasi Data Kesimpulan dan Saran Selesai Tahap Persiapan Tahap Identifikasi Tahap Pengumpulan Data Tahap Pengolahan Data Tahap Analisa dan Interpretasi Data Tahap Kesimpulan dan Saran 3.4 Flowchart Prosedur Praktikum Berikut merupakan flowchart prosedur praktikum biomekanika, yaitu: Gambar 3.3.1 Flowchart prosedur praktikum biomekanika
  • 15. BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pada praktikum tentang Biomechanics and Manual Material Handling didapatkan data berupa tinggi dan berat badan operator. 4.1.1 Data Tinggi dan Berat Badan Berikut merupakan tabel tentang nama, tinggi badan dan berat badan operator. Tabel 3.4.2 Data Tinggi dan Berat Kelompok 4.1.2 Data Segmen Panjang Dan Segmen Berat Untuk menentukan nilai panjang dan berat segmen tubuh dapat menggunakan tabel berikut yang berisi tentang macam segmentasi tubuh dan nilai segmen panjang dan segmen berat. Tabel 3.4.3 Panjang Segmen Tubuh (Sumber: Chaffin. D. B. dan Anderson, G.B.J., 1991 Occupational Biomechanics, Edition) No Nama Operator Tinggi Badan (m) Berat Badan (kg) 1 Ayu Rahmawati 1.56 40
  • 16. Tabel 3.4.4 Berat Segmen Tubuh Dimana: *W = total berat badan (Kg) (Sumber: Tayyaari F, dan Smith, J. L., 1997 Occupational Ergonomics: Prinsiples and Applications) Tabel 3.4.5 Pusat Massa Tubuh Segmentasi Tubuh Pusat Massa Atas Pusat Massa Bawah (digunakan dalam contoh kerja) Telapak Tangan 50,6% 49,4% Lengan Bawah 43,0% 57,0% Lengan Atas 43,6% 56,4% Upper Limb 60,4% 39,6% Paha 43,3% 56,7% Betis 43,3% 56,7% Kaki 42,9% 57,1% (Sumber: Tayyari F, dan Smith, J. L., 1997 Occupational Ergonomics: Prinsiples and Applications)
  • 17. 4.1.3 Data Pengali Frekuensi Dan Kopling Pada data pengali frekuensi dan kopling untuk data RWL/LI dapat menggunakan tabel berikut. Tabel 3.4.6 Tabel Pengali Frekuensi Frekuensi Durasi Kerja Angkutan/mnt ≤ 1 jam 1 jam ≤ t ≤ 2 jam 2 jam ≤ t ≤ 8 jam (F) V < 30 V ≥ 30 V < 30 V ≥ 30 V < 30 V ≥ 30 ≤ 0,2 1,00 1,00 0,95 0,92 0,85 0,85 0,5 0,97 0,97 0,92 0,88 0,81 0,81 1 0,94 0,94 0,88 0,84 0,75 0,75 2 0,91 0,91 0,84 0,79 0,65 0,65 3 0,88 0,88 0,79 0,70 0,55 0,55 4 0,84 0,84 0,70 0,60 0,45 0,45 5 0,80 0,80 0,60 0,50 0,35 0,35 6 0,75 0,75 0,50 0,42 0,27 0,27 7 0,70 0,70 0,42 0,35 0,22 0,22 8 0,60 0,60 0,35 0,30 0,18 0,18 9 0,52 0,52 0,30 0,26 0,00 0,15 10 0,45 0,45 0,26 0,23 0,00 0,13 11 0,41 0,41 0,00 0,21 0,00 0,00 12 0.37 0.37 0,00 0,00 0,00 0,00 13 0 0,34 0,00 0,00 0,00 0,00 14 0,00 0,31 0,00 0,00 0,00 0,00 15 0,00 0,28 0,00 0,00 0,00 0,00 > 15 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 ≥ 15 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Keterangan: Untuk frekuensi pengangkatan kurang atau hanya 1 kali dalam 5 menit ditetapkan F = 2 Lift/mnt Tabel 3.4.7 Tabel Pengali Kopling Coupling V < 30 (inches) V > 30 (iches) Type (75 Cm) (75 Cm) Good 1,00 1,00 Fair 0,95 1,00 Poor 0,90 0,95 4.1.4 Data Faktor Level AL Dan RWL Pada data faktor level AL dan RWL hanya menggunakan data dari kelompok masing-masing. Tabel 3.4.8 Tabel Data Faktor AL Jarak (m) Ketinggian (m) Jarak (m) Ketinggian (m) 26 3 0.4 0.76 0.43 0.87 13 Kelompok Posisi Posisi awal beban Posisi akhir beban Frekuensi
  • 18. Tabel 3.4.9 Tabel Data Faktor RWL 4.2 Pengolahan data Setelah mendapatkan data yang iperlukan berlanjut dengan pengolahan data dari data tersebut. 4.2.1 Gaya dan Momen pada Setiap Segmen Tubuh Berikut merupakan pengolahan data yang terdiri dari gaya dan momen pada setiap segmen tubuh yaitu: 4.2.1.1 Posisi 7 (berdiri tegak lurus siap meletakkan beban di atas meja/beban lebih jauh di depan dada) Gambar 3.4.2 Posisi 7 berdiri tegak lurus siap meletakkan beban di atas meja/beban lebih jauh di depan dada H (m) V (m) H (m) V (m) Baik 0.64 0.57 0.54 0.87 1.14 90 Buruk 0.66 0.56 0.5 1.08 1.13 0 A (o) 26 Kelompok Pegangan Posisi awal Posisi akhir beban Time (t) 173.6° 147.4° 98.2° 86.2° 3.8° 176.2° 113.3°
  • 19. Tabel 3.4.10 Tabel Segmentasi dan Sudut Tubuh pada posisi 7 Segmen Tubuh Berat (N) Panjang (m) Pusat Massa (λ) Sudut (⁰) Telapak Tangan 2.4 0.16848 49,4% 65.1 Lengan Bawah 6.8 0.22776 57,0% 58.5 Lengan Atas 11.2 0.29016 56,4% 65.2 Punggung 200 0.44928 39,6% 81.1 Paha 40 0.3822 56,7% 85.8 Betis 17.2 0.38376 56,7% 90 Kaki 5.6 0.23712 57,1% 21.2 a. Telapak tangan ∑Fy = 0 ∑Fx = 0 → tidak ada gaya horizontal ∑M = 0 SL1 = 0,16848 m WH = 0,6% 𝑥 Wbadan WH = 0,6% 𝑥 400 N = 2,4 N Fyw = W0 2 + WH = 100 2 + 2,4 N = 50 + 2,4 N = 52,4 N Mw = Fyw 𝑥 SL1 𝑥 cos θ1 = 52,4 N 𝑥 0,16848 m 𝑥 cos 65,1⁰ = 52,4 N 𝑥 0,16848 m 𝑥 0,421 = 3,716736192 Nm Dimana : W0 = gaya berat benda (N) WH = gaya berat yang diterima tangan (N) Fyw = resultan gaya (y)pada tangan (N) Mw = resultan momen pada tangan (Nm) SL1 = panjang tangan (m) θ = sudut inklinasi tangan relatif terhadap horizontal (N) Fxw WH SL1 Mw 65.1°
  • 20. b. Lengan bawah ∑Fy = 0 ∑Fx = 0 → tidak ada gaya horizontal ∑M = 0 SL2 = 0,22776 m WLA = 1,7% 𝑥 Wbadan = 1,7% 𝑥 400 N = 6,8 N Fye = Fyw + WLA = 52,4 N + 6,8 N = 59,2 N Me = Mw + (WLA 𝑥 λ2 x SL2 𝑥 cosθ2) + (Fyw 𝑥 SL2 𝑥 cosθ2) = 3,716736192 + (6,8𝑥57,0%𝑥0,22776𝑥cos58,50) + (52,4 𝑥0,22776𝑥cos58,50) = 3,716736192 + 0,46082043 + 6,229873728 = 10,40749035 Nm c. Lengan atas Fy = 0 ∑Fx = 0 →tidak ada gaya horizontal ∑M = 0 SL3 = 0,29016 m WUA = 2,8% 𝑥 Wbadan = 2,8% 𝑥 400 N = 11,2 N Fys = Fye + WUA SL2 Fye Fxe WLA -Fxw -Fyw λ2 Me -Mw 58.5° Fys Fxs WUA -Fxe -Fye SL3 λ3 Ms -Me 65.2°
  • 21. = 59,2 N + 11,2 N = 70,4 N Ms = Me + (WUA 𝑥 λ3 𝑥 SL3 𝑥 cosθ3) + (Fye 𝑥 SL3 𝑥 cosθ3) = 10,40749035 + (11,2 𝑥 56,4% 𝑥 0,29016 𝑥 cos65,20) + (59,2 𝑥 0,29016 𝑥 cos65,20) = 10,40749035 + 0,743467915005 + 7.197360768 = 18,348319033005 Nm d. Punggung ∑Fy = 0 ∑Fx = 0 →tidak ada gaya horizontal ∑M = 0 SL4 = 0,44928 m WT = 50% 𝑥 Wbadan = 50% 𝑥 400 N = 200 N Fyt = 2Fys + WT = 2(70,4 N) + 200N = 340,8 N Mt = 2Ms + (WT 𝑥 λ4 𝑥 SL4 𝑥 cosθ4) + (2Fys 𝑥 SL4 𝑥 cosθ4) = 2(18,348319033005 ) + (200 𝑥 39,6% 𝑥 0,44928 𝑥 cos81,10) + (2(70,4) 𝑥 0,44928 𝑥 cos81,10) = 36,69663806601 + 5,479778304 + 9,741828096 = 51,91824446601 Nm -Fxs -Fys Fxt SL4 λ4 -Ms Mt Fyt 81.1° WT
  • 22. e. Paha ∑Fy = 0 ∑Fx = 0 →tidak ada gaya horizontal ∑M = 0 →tidak berputar SL5 = 0,3822 m Wth = 10% 𝑥 Wbadan = 10% 𝑥 400 N = 40 N FyTh = Fyt + Wth = 340,8 N + 40 N = 380,8 N Mth = 1/2Mt + (WT 𝑥 λ5 𝑥 SL5 𝑥 cosθ5) + (1/2Fyt 𝑥 SL5 𝑥 cosθ5) = 1 2 (51,91824446601) + (200 𝑥 56,7% 𝑥 0,3822 𝑥 cos85,80) + ( 1 2 (340,8) 𝑥 0,3822 𝑥 cos85,80 ) = 25,95912223 + 3,16392804 + 4,75426224 = 33,87731251 Nm FyTh FxTh Wth -Fxt -Fyt SL5 λ5SL5 Mth -Mt 85.8°
  • 23. f. Betis ∑Fy = 0 ∑Fx = 0 →tidak ada gaya horizontal ∑M = 0 →tidak berputar SL6 = 0,38376 m Wc = 4,3% 𝑥 Wbadan = 4,3% 𝑥 400 N = 17,2 N Fyc = FyTh + Wc = 380,8 N + 17,2 N = 398 N Mc = MTh + (Wc 𝑥 λ6 𝑥 SL6 𝑥 cosθ6) + (FyTh 𝑥 SL6 𝑥 cosθ6) = 33,87731251 + (17,2 𝑥 56,7% 𝑥 0,38376 𝑥 cos900 ) + (380,8 𝑥 0,38376 𝑥 cos900 ) = 33,87731251 + 0 + 0 = 33,87731251 Nm g. Kaki ∑Fy = 0 ∑Fx = 0 →tidak ada gaya horizontal ∑M = 0 →tidak berputar SL7 = 0,23712 m Wf = 1,4% 𝑥 400 N = 5,6 N Fyf = Fyc + Wf = 398 N + 5,6 N = 403,6 N Mf = Mc + (Wf 𝑥 λ7 𝑥 SL7) + (Fyf 𝑥 SL7) = 33,87731251 + (5,6 𝑥 57,1% 𝑥 0,23712) + (403,6 𝑥 0,23712) = 33,87731251 + 0,758214912 + 95,701632 = 130,337159422 Nm -FyTh -FxTh W0 FxC FyZ SL6 λ6SL6 -MTh Mc 90.0° Fxf Fyf -FyC -FxC Wf Mf -Mc SL7 λ7SL7 21.2°
  • 24. 4.2.1.2 Posisi 3 (berdiri – kaki menekuk – punggung tegak dengan beban di depan dada) Gambar 3.4.3 Posisi berdiri – kaki menekuk – punggung tegak dengan beban di depan dada Tabel 3.4.11 Tabel Segmentasi dan Sudut Tubuh pada posisi 3 Segmen Tubuh Berat (N) Panjang (m) Pusat Massa (λ) Sudut (⁰) Telapak Tangan 2.4 0.16848 49,4% 50.4 Lengan Bawah 6.8 0.22776 57,0% 0 Lengan Atas 11.2 0.29016 56,4% 90 Punggung 200 0.44928 39,6% 77.8 Paha 40 0.3822 56,7% 60.4 Betis 17.2 0.38376 56,7% 76.1 Kaki 5.6 0.23712 57,1% 33.3 137.1° 135.8° 15.4° 74.6° 61.4° 28.6° 139.3° 99.7°
  • 25. a. Telapak tangan ∑Fy = 0 ∑Fx = 0 → tidak ada gaya horizontal ∑M = 0 SL1 = 0,16848 m WH = 0,6% 𝑥 Wbadan WH = 0,6% 𝑥 400 N = 2,4 N Fyw = W0 2 + WH = 100 2 + 2,4 N = 50 + 2,4 N = 52,4 N Mw = Fyw 𝑥 SL1 𝑥 cos θ1 = 52,4 N 𝑥 0,16848 m 𝑥 cos 50,4⁰ = 52,4 N 𝑥 0,16848 m 𝑥 0,395 = 5,623660224 Nm b. Lengan bawah SL2 λ2 Fxe Fye WLA -Fxw -Fyw Me -Mw ∑Fy = 0 ∑Fx = 0 → tidak ada gaya horizontal ∑M = 0 SL2 = 0,22776 m Fyw Fxw W0 WH SL1 Mw 50.4°
  • 26. WLA = 1,7% 𝑥 Wbadan = 1,7% 𝑥 400 N = 6,8 N Fye = Fyw + WLA = 52,4 N + 6,8 N = 59,2 N Me = Mw + (WLA 𝑥 λ2 x SL2 𝑥 cosθ2) + (Fyw 𝑥 SL2 𝑥 cosθ2) = 5,623660224 + (6,8𝑥57,0% 𝑥 0,22776 𝑥 cos00) + (52,4 𝑥 0,22776 𝑥 cos00) = 5,623660224 + 0,88279776 + 11,934624 = 18,44108198 Nm c. Lengan atas ∑Fy = 0 ∑Fx = 0 →tidak ada gaya horizontal ∑M = 0 SL3 = 0,29016 m WUA = 2,8% 𝑥 Wbadan = 2,8% 𝑥 400 N = 11,2 N Fys = Fye + WUA = 59,2 N + 11,2 N = 70,4 N Ms = Me + (WUA 𝑥 λ3 𝑥 SL3 𝑥 cosθ3) + (Fye 𝑥 SL3 𝑥 cosθ3) = 18,44108198 + (11,2 𝑥 56,4% 𝑥 0,29016 𝑥 cos900) + (59,2 𝑥 0,29016 𝑥 cos900) 90.0° WUA SL3 λ3 FYs FXS -Fye -Fxe Ms -Me
  • 27. = 18,44108198 + 0 + 0 = 18,44108198 Nm d. Punggung ∑Fy = 0 ∑Fx = 0 →tidak ada gaya horizontal ∑M = 0 SL4 = 0,44928 m WT = 50% 𝑥 Wbadan = 50% 𝑥 400 N = 200 N Fyt = 2Fys + WT = 2(70,4 N) + 200N = 340,8 N Mt = 2Ms + (WT 𝑥 λ4 𝑥 SL4 𝑥 cosθ4) + (2Fys 𝑥 SL4 𝑥 cosθ4) = 2(18,44108198 ) + (200 𝑥 39,6% 𝑥 0,44928 𝑥 cos77,80) + (2(70,4) 𝑥 0,44928 𝑥 cos77,80) = 36,88216396 + 7,508007936 + 13,347569664 = 57,73774156 Nm SL4 λ4 -Fxs -Fys WT Fyx Fxt -Ms Mt 77.8°
  • 28. e. Paha ∑Fy = 0 ∑Fx = 0 →tidak ada gaya horizontal ∑M = 0 →tidak berputar SL5 = 0,3822 m Wth = 10% 𝑥 Wbadan = 10% 𝑥 400 N = 40 N FyTh = Fyt + Wth = 340,8 N + 40 N = 380,8 N Mth = 1/2Mt + (WT 𝑥 λ5 𝑥 SL5 𝑥 cosθ5) + (1/2Fyt 𝑥 SL5 𝑥 cosθ5) = 1 2 (57,73774156) + (200 𝑥 56,7% 𝑥 0,3822 𝑥 cos60,40) + ( 1 2 (340,8) 𝑥 0,3822 𝑥 cos60,40 ) = 28,86887078 + 21,36734964 + 32,10755184 = 82,34377226 Nm -Fyt -Fxt Wth FyTh FxTh SL5 λ5SL5 Mth -Mt 60.4°
  • 29. f. Betis ∑Fy = 0 ∑Fx = 0 →tidak ada gaya horizontal ∑M = 0 →tidak berputar SL6 = 0,38376 m Wc = 4,3% 𝑥 Wbadan = 4,3% 𝑥 400 N = 17,2 N Fyc = FyTh + Wc = 380,8 N + 17,2 N = 398 N Mc = MTh + (Wc 𝑥 λ6 𝑥 SL6 𝑥 cosθ6) + (FyTh 𝑥 SL6 𝑥 cosθ6) = 82,34377226 + (17,2 𝑥 56,7% 𝑥 0,38376 𝑥 cos76,10 ) + (380,8 𝑥 0,38376 𝑥 cos76,10 ) = 82,34377226 + 0,89821944576 + 35,07259392 = 118,31458562576 Nm g. Kaki ∑Fy = 0 ∑Fx = 0 →tidak ada gaya horizontal ∑M = 0 →tidak berputar SL7 = 0,23712 m Wf = 1,4% 𝑥 400 N = 5,6 N Fyf = Fyc + Wf = 398 N + 5,6 N = 403,6 N -FyTh -FxTh W0 FxC FyZ SL6 λ6SL6 -MTh Mc 76.1° Fxf Fyf -FyC -FxC Wf Mf -Mc SL7 λ7SL7 21.8°
  • 30. Mf = Mc + (Wf 𝑥 λ7 𝑥 SL7) + (Fyf 𝑥 SL7) = 118,31458562576 + (5,6 𝑥 57,1% 𝑥 0,23712) + (403,6 𝑥 0,23712) = 118,31458562576 + 0,758214912 + 95,701632 = 214,77443253776 Nm 4.2.1.3 Analisa Gaya dan Momen Pada Setiap Segmen Tubuh Setelah dilakukan perhitungan pada setiap segmen tubuh, selanjutnya akan dianalisa data-data tersebut sebagai berikut: Tabel 3.4.12 Rekapitulasi Nilai Momen Segmen Tubuh Tiap Posisi Posisi 7 Posisi 3 1 Telapak Tangan 3.716736192 5.623660224 2 Lengan Bawah 10.40749035 18.44108198 3 Lengan Atas 18.34831903 18.44108198 4 Punggung 51.91824447 57.73774156 5 Paha 33.87731251 82.34377226 6 Betis 33.87731251 118.3145856 7 Kaki 130.3371594 214.7744325 8 Inklinasi Perut 9 Inklinasi Paha No Segmen Tubuh Momen (Nm) Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pada posisi 7 dengan segmen kaki mempunyai nilai momen sebesar 130,3371594Nm yang lebih besar dari posisi 3 dengan segmen kaki mempunyai nilai momen sebesar 214,7744325.
  • 31. 4.2.2 Perhitungan MPL (Berdasarkan Analisa Momen) Berikut adalah perhitungan dari data yang didapatkan dengan menggunakan metode MPL (Maximum Permissible Limit) dari kedua posisi 4.2.2.1 Posisi 7 (berdiri tegak lurus siap meletakkan beban di atas meja/beban lebih jauh di depan dada) Berikut perhitungan MPL yang dilakukan pada posisi 7 Tabel 3.4.13 Tabel segmen dan sudut tubuh posisi 7 Segmen Tubuh Panjang (m) Sudut (˚) Momen (Nm) Telapak Tangan 0.16848 65.1 3.716736192 Lengan Bawah 0.22776 58.5 10.40749035 Lengan Atas 0.29016 65.2 18.34831903 Punggung 0.44928 81.1 51.91824447 Paha 0.3822 85.8 33.87731251 Betis 0.38376 90 33.87731251 Kaki 0.23712 21.2 130.3371594 Sudut Inklinasi Perut ⨀H = 98.2 Sudut Inklinasi Paha ⨀T = 86.2 a. Gaya perut (FA) dan tekanan perut (PA) untuk posisi 7 PA = 10−4 [43−0,36 (⨀H+⨀T)][𝑀𝐿5/𝑠1]1,8 0,0075 (N/m2 ) = 10−4 [43−0,36 (98,2+86,2)][51,91824447] 1,8 0,0075 (N/m2 ) = 381,4464148 N/m2 FA = PA x AA (Newton) = 381,4464148 x 0,0465 m2 = 17,73725829 (Newton) Wtot = W0 + 2WH + 2WLA + 2WUA + Wt = 100 + 2(2,4) + 2(6,8) + 2(11,2) + 200 = 340,8 N Keterangan : PA = Tekanan Perut FA = Gaya Perut (N) AA = Luas Diafragma (0,0465 m2 ) ⨀H = Sudut inklinasi perut ⨀T = Sudut inklinasi paha
  • 32. Wtot = Gaya keseluruhan yang terjadi M(L5/S1) = Mt = Momen resultan pada L5/S1 b. Gaya Otot Pada Spinal Elector FM = M(L5/S1) −FA .D 𝐸 = 51,91824447 −(17,73725829 x 0,11) 0,05 = 51,91824447−1,9510984119 0,05 = 999,342921162 N Keterangan : FM = Gaya otot pada spinal erector (Newton) E = Panjang lengan momen otot spinal erector dari L5/S1 (0,05 m) D = Jarak dari gaya perut ke L5/S1 (0,11 m) c. Gaya Kompresi Pada L5/S1 FC = Wtot x cos θ – (FA + FM) = 340,8 N x cos 98,2ᵒ - (17,73725829 N +999,342921162 N) = 48,3936 N – 1017,080179452 N = 968,686579452 N d. Gaya Kompresi Pada Kaki Wtot = 2WTH + 2Wc + 2Wf = 2(40) + 2(17,2) + 2(5,6) = 80 + 34,4 + 11,2 = 125,6 N Fcf = Fc L5/S1 + Wtot x cos θ = 968,686579452 N + 340,8 N x cos 86,2ᵒ = 968,686579452 N + 22,4928 N = 991,179379452 N
  • 33. 4.2.2.2 Posisi 3 (berdiri – kaki menekuk – punggung tegak dengan beban di depan dada) Berikut perhitungan MPL yang dilakukan pada posisi 3 Tabel 3.4.14 Tabel segmen dan sudut tubuh posisi 3 Segmen Tubuh Panjang (m) Sudut (˚) Momen (Nm) Telapak Tangan 0.16848 50.4 5.623660224 Lengan Bawah 0.22776 0 18.44108198 Lengan Atas 0.29016 90 18.44108198 Punggung 0.44928 77.8 57.73774156 Paha 0.3822 29.3 82.34377226 Betis 0.38376 76.1 118.3145856 Kaki 0.23712 33.3 214.7744325 Sudut Inklinasi Perut ⨀H = 74.6 Sudut Inklinasi Paha ⨀T = 61.4 a. Gaya perut (FA) dan tekanan perut (PA) untuk posisi 3 PA = 10−4 [43−0,36 (⨀H+⨀T)][𝑀𝐿5/𝑠1]1,8 0,0075 (N/m2) = 10−4 [43−0,36 (74,6+61,4)][57,73774156] 1,8 0,0075 (N/m2) = 117,7098002 N/m2 FA = PA x AA (Newton) = 117,7098002 x 0,0465 m2 = 5,4735057093 (Newton) Wtot = W0 + 2WH + 2WLA + 2WUA + Wt = 100 + 2(2,4) + 2(6,8) + 2(11,2) + 200 = 340,8 N b. Gaya Otot Pada Spinal Elector FM = M(L5/S1) −FA .D 𝐸 = 57,73774156 −(5,4735057093 x 0,11) 0,05 = 57,73774156− 0.602085628023 0,05 = 1142,71311863954 N
  • 34. c. Gaya Kompresi Pada L5/S1 FC = Wtot x cos θ – (FA + FM) = 340,8 N x cos 74,6ᵒ - (5,4735057093 N + 1142,71311863954 N) = 90,312 N – 1148,18662434884 N = 1057,87462434884 N d. Gaya Kompresi Pada Kaki Wtot = 2WTH + 2Wc + 2Wf = 2(40) + 2(17,2) + 2(5,6) = 80 + 34,4 + 11,2 = 125,6 N Fcf = Fc L5/S1 + Wtot x cos θ = 1057,87462434884 N + 340,8 N x cos 61,4ᵒ = 1057,87462434884 N + 162,9024 N = 1220,77702434884 N 4.2.2.3 Hasil Analisis Gaya Kompresi dan Momen Pada L5/S1 Berdasarkan dari hasil yang diperoleh pada posisi 7 menghasilkan gaya kompresi L5/S1 sebesar 968,686579452 N. Nilai tersebut kurang dari 3400 N sehingga pekerjaan tersebut tidak membahayakan bagi pekerja. Sedangkan pada posisi 3 diperoleh gaya kompresi L5/S1 adalah 1057,87462434884 N. Nilai tersebut kurang dari 3400 N sehingga pekerjaan tersebut juga tidak membahayakan bagi pekerja. 4.2.2.4 Hasil Analisa Gaya Kompresi dan Momen Pada Telapak Kaki Berdasarkan hasil yang diperoleh pada posisi 7 menghasilkan gaya kompresi pada kaki sebesar 991,179379452 N. Nilai tersebut kurang dari 3400 N sehingga pekerjaan tersebut tidak membahayakan bagi pekerja. Sedangkan pada posisi 3 menghasilkan gaya kompresi pada kaki sebesar 1220,77702434884 N. Nilai tersebut kurang dari 3400 N sehingga pekerjaan tersebut juga tidak membahayakan bagi pekerja.
  • 35. 4.2.3 Perhitungan AL dan MPL Untuk menghitung AL dan MPL hanya diperlukan untuk mengetahui berat obyek yang diangkat, lokasi beban yang berhubungan dengan pekerja, jarak dan frekuensi angkat, dan durasi dari kegiatan mengangkat. AL = k x HF x VF x DF x FF Keterangan : k = load constant, konstanta beban yang besarnya : 40 kg HF = horizontal factor, faktor horizontal yang besarnya : 15/H VF = vertical factor, faktor vertical yang besarnya : 0,004 IV-75I DF = distance factor, faktor jarak yang besarnya : 0,7 + 7,5 D FF = frequency factor, faktor frekuensi yang besarnya : 1 – F/Fmax H = jarak antara titik berat beban dan titik tengah antara kedua mata kaki pada titik awal pengangkatan V = jarak beban dari lantai pada titik awal pengangkatan D = jarak perpindahan vertiksl beban F = frekuensi rata-rata aktivitas pengangkatan Besaran Fmax dapat dilihat pada tabel: Tabel 3.4.15 Fmax untuk perhitungan AL Berdiri, V>75 cm Membungkuk, V ≤75cm 1 jam 18 15 8 jam 15 12 Lokasi vertikal rata-rata Periode (Waters dalam Marras dan Karwoski, 2006) Tabel 3.4.16 Faktor level pengangkatan MPL Jarak (cm) Ketinggian (cm) Jarak (cm) Ketinggian (cm) 26 3 40 76 43 87 13 Posisi Awal Beban Posisi Akhir Beban FrekuensiPosisiKelompok
  • 36. 4.2.3.1 Posisi 3 (berdiri – kaki menekuk – punggung tegak dengan beban di depan dada) Diketahui: k = 40kg HF = 15/40 VF = 0,004|(76-75)| DF = 0,7+(7,5x(87-76)) FF = 1-(13/18) Maka, AL= k x HF x VF x DF x FF = 40kg x (15/40) x (0,004|(76-75)|) x (0,7+(7,5x(87-76))) x 1- (13/18) = 40 x 0,375 x 0,004 x 83,2 x 0,28 = 1,39776 Kg =13,9776 N 4.2.3.2 Hasil Analisa AL dan MPL Berikut merupakan analisa hasil AL dan MPL yang telah diperoleh pada subbab sebelumnya. Kesimpulan: Fc < AL (Aman) AL < Fc < MPL (Perlu hati-hati) Fc > MPL (Berbahaya) Tabel 3.4.17 Analisa AL dan MPL No Posisi AL(N) Gaya kompresi pada L5/S1 (Fc) MPL 1 3 13.9776 15797.12299 6400 N (Sumber: Maras and Korwasoki, 2006) Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa nilai AL sebesar 13,9776 N lebih kecil dari pada nilai Fc dengan ketetapan 3400 N dan nilai Fc lebih besar dari MPL dengan ketetapan 6400 N. Sehingga didapatkan Fc>MPL, jadi pada posisi 3 yang diperagakan oleh operator kelompok 26 adalah berbahaya dalam posisi tersebut.
  • 37. 4.2.4 Perhitungan RWL dan LI RWL merupakan salah satu rekomendasi pada batas beban yang dapat diangkat oleh manusia tanpa menimbulkan cidera sedikitpun. Berikut rumus untuk menghitung nilai RWL: RWL= LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM Keterangan: LC = konstanta beban: 23 Kg HM = faktor pengali horizontal: 25/H FM = faktor pengali frekuensi CM = faktor pengali kopling (handle) VM = faktor pengali vertikal DM = faktor pengali perpindahan AM = faktor pengali asimetrik: 1- 00326|V-69| H = jarak beban terhadap titik pusat tubuh (awal) V = jarak beban terhadap lantai (awal) D = jarak perpindahan beban (jarak vertikal akhir - jarak vertikal awal) A = sudut simetri putaran yang dibentuk tubuh VM (Indonesia) = 1 - 0,00326|V-69| DM = 0,82 + 4,5 𝐷 AM = 1 - 0,0032 x A Setelah perhitungan RWL diketahui, selanjutnya perhitungan Liftng Index, untuk mengetahui index pengangkatan yang tidak mengandung resiko cidera tulang belakang, dengan persamaan: LI = 𝐁𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐛𝐞𝐛𝐚𝐧 𝑅𝑊𝐿 Keterangan: Jika LI < 1, maka aktivitas tersebut tidak mengandung resiko cidera tulang belakang. Jika LI ≥ 1, maka aktivitas tersebut mengandung resiko cidera tulang belakang. Tabel 3.4.18 Faktor level pengangkatan RWL H (m) V (m) H (m) V (m) Baik 0.64 0.57 0.54 0.87 1.14 90 Buruk 0.66 0.56 0.5 1.08 1.13 0 26 A (o)Kelompok Pegangan Posisi awal Posisi akhir beban Time (t)
  • 38. 4.2.4.1 RWL 1 (pegangan baik) a. Posisi awal Berikut perhitungan RWL 1 (pegangan baik): Diketahui: LC = 23 Kg HM = 25/64 FM = 0,45 CM = 1 VM = 1 - 0,00326|57-69| DM = 0,82 + 4,5 87−57 AM = 1 – 0,0032 x 90 RWL= LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM = 23 x (25/64) x (1 - 0,00326|57-69|) x (0,82+ 4,5 87−57 ) x (1 – 0,0032 x 90) x 0,45 x 1 = 23 x 0,390625 x 0,96088 x 0,97 x 0,712 x 0,45 x 1 = 2,683003668 LI = 𝐁𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐛𝐞𝐛𝐚𝐧 𝑅𝑊𝐿 = 10/2,683003668 = 3,727165982 b. Posisi akhir Diketahui: LC = 23 Kg HM = 25/54 FM = 0,45 CM = 1 VM = 1 - 0,00326|87-69| DM = 0,82 + 4,5 87−57 AM = 1 – 0,0032 x 90
  • 39. RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM = 23 x (25/54) x (1 - 0,00326|87-69|) x (0,82+ 4,5 87−57 ) x (1 – 0,0032 x 90) x 0,45 x 1 = 23 x 0,462962963 x 0,94132 x 0,97 x 0,712 x 0,45 x 1 = 3,115125965 LI = 𝐁𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐛𝐞𝐛𝐚𝐧 𝑅𝑊𝐿 = 10/3,115125965 = 3,210143061 4.2.4.1 RWL 2 (pegangan buruk) a. Posisi awal Berikut perhitungan RWL 2 (pegangan buruk): Diketahui: LC = 23 Kg HM = 25/66 FM = 0,45 CM = 0,90 VM = 1- 0,00326|56-69| DM = 0,82+ 4,5 108−56 AM = 1 - 0,0032 x 0 RWL= LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM = 23 x (25/66) x (1- 0,00326|56-69|) x (0,82+ 4,5 108−56 ) x (1 - 0,0032 x 0) x 0,45 x 0,90 = 23 x 0,37878 x 0,95762 x 0,9065 x 1 x 0,45 x 0,90 = 3,062886581 LI = 𝐁𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐛𝐞𝐛𝐚𝐧 𝑅𝑊𝐿 = 10/3,062886581 = 3,264893993
  • 40. b. Posisi akhir Diketahui: LC = 23 Kg HM = 25/50 FM = 0,45 CM = 0,95 VM = 1 - 0,00326|108-69| DM = 0,82+ 4,5 108−56 AM = 1 - 0,0032 x 0 RWL= LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM = 23 x (25/50) x (1 - 0,00326|108-69|) x (0,82+ 4,5 108−56 ) x (1 – 0,0032 x 0) x 0,45 x 0,95 = 23 x 0,5 x 0,87286 x 0,95762 x 1 x 0,45 x 0,95 = 4,1093370048195 LI = 𝐁𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐛𝐞𝐛𝐚𝐧 𝑅𝑊𝐿 = 10/3,89305611 = 2,568676052 4.2.4.3 Hasil analisa RWL dan LI Setelah dilakukan perhitungan nilai pada RWL dan LI pegangan baik dan buruk, didapatkan masing-masing nilai RWL. Posisi 7 dengan menggunakan pegangan baik pada posisi awal yang disarankan adalah 2,683003668 dan nilai LI = 3,727165982 atau LI > 1, jadi pada posisi ini mengandung resiko cidera pada tulang belakang. Sedangkan pada posisi akhir nilai RWL yang disarankan adalah 3,115125965 dan nilai LI = 3,210143061 atau LI > 1, maka pada posisi ini juga mengandung resiko cidera pada tulang belakang. Posisi 3 dengan menggunakan pegangan buruk pada posisi awal yang disarankan adalah 3,062886581 dan nilai LI = 3,264893993 atau LI > 1, maka pada posisi ini mengandung resiko cidera pada tulang belakang. Sedangkan pada posisi akhir yang disarankan adalah 3,89305611 dan nilai LI = 2,568676052 atau LI > 1, maka pada posisi ini juga mengandung resiko cidera pada tulang belakang.
  • 41. 4.2.5 Pengolahan dan analisis data menggunakan metode REBA dan OWAS Berikut merupakan pengolahan dan analisis posisi 3 dan posisi 7 dengan menggunkan metode REBA dan OWAS. 4.2.5.1 Pengolahan mengggunakan metode REBA Berikut merupakan gambar dari operator sedang melakukan aktivitas mengangkat beban pada posisi 7 yang digunakan sebagai penentuan uji metode REBA. 173.6° 147.4° 98.2° 86.2° 3.8° 176.2° 113.3° Gambar 3.4.4 Bentuk Posisi 7
  • 42. Gambar 3.4.5 REBA employee assesment worksheet pada posisi 7 Di atas merupakan hasil aktivitas pengangkatan beban kerja pada posisi 7 sesuai dengan tabel REBA. Untuk nilai neck (leher) sebesar 1 dengan memperhatikan sudut yang dibentuk antara 0-200 . Untuk locate trunk position (posisi bentuk tubuh) sebesar 2 yang bersudut di antara 0-200 . Untuk legs (kaki) sebesar 1 yang berdiri tegak lurus. Dan posture score A adalah 2 ditambah 1 sesuai dengan berat beban yang diangkat sebesar 10kg. Sehingga score A bernilai 3. Untuk nilai locate upper arm position (posisi lengan atas) sebesar 2 dengan memperhatikan sudut yang dibentuk antara 20-450 . Untuk nilai locate lower arm position (posisi lengan bawah) sebesar 1 yang bersudut antara 60-1000 . Untuk nilai locate wirst position posisi telapak tangan) sebesar 2 yang bersudut antara 150 . Dan posture score B adalah 2 ditambah 2 dengan memperhatikan pegangan yang digunakan yaitu pegangan buruk. Segingga score B bernilai 3. Dengan memperhatikan score A dan B didapatkan score C sebesar 3 ditambah 1 sesuai dengan lama aktivitas yang dikerjakan yaitu > 1 menit. Jadi final REBA score adalah 4.
  • 43. Berikut merupakan gambar dari operator sedang melakukan aktivitas mengangkat beban pada posisi 3 yang digunakan sebagai penentuan uji metode REBA. 137.1° 135.8° 15.4° 74.6° 61.4° 28.6° 139.3° 99.7° Gambar 3.4.6 Bentuk Posisi 3
  • 44. Gambar 3.4.7 REBA employee assesment worksheet pada posisi 3 Di atas merupakan hasil aktivitas pengangkatan beban kerja pada posisi 3 sesuai dengan tabel REBA. Untuk nilai neck (leher) sebesar 1 dengan memperhatikan sudut yang dibentuk antara 0-200 . Untuk locate trunk position (posisi bentuk tubuh) sebesar 3 yang bersudut di antara 20-600 . Untuk legs (kaki) sebesar 2 yang bersudut >600 . Dan posture score A adalah 4 ditambah 1 sesuai dengan berat beban yang diangkat sebesar 10kg. Sehingga score A bernilai 5. Untuk nilai locate upper arm position (posisi lengan atas) sebesar 3 dengan memperhatikan sudut yang dibentuk antara 45-900 . Untuk nilai locate lower arm position (posisi lengan bawah) sebesar 2 yang bersudut >1000 . Untuk nilai locate wirst position (posisi telapak tangan) sebesar 2 yang bersudut antara 150 . Dan posture score B adalah 5 ditambah 2 dengan memperhatikan pegangan yang digunakan yaitu pegangan buruk. Segingga score B bernilai 7. Dengan memperhatikan score A dan B didapatkan score C sebesar 8 ditambah 1 sesuai 9
  • 45. dengan lama aktivitas yang dikerjakan yaitu > 1 menit. Jadi final REBA score adalah 9. 4.2.5.2 Hasil Analisis REBA Berikut ini merupakan kesimpulan dari uji REBA yang telah dilakukan. Tabel 3.4.19 REBA Decision Setelah melakukan uji REBA pada posisi 7 dan posisi 3 termasuk dalam Action Level (kategori tindakan) nomor 2 dan 3. Pada posisi 7 didapat Score Reba antara 4-7 dengan Risk Level (tingkat resiko)nya adalah Medium (sedang) dan pada Actionnya (tindakan) adalah Necessary (butuh perbaikan). Sedangkan pada posisi 3 didapat Score Reba antara 8-10 dengan Risk Level (tingkat resiko)nya adalah High (tinggi) dan pada Actionnya (tindakan) adalah Necessary soon (butuh perbaikan segera). 4.2.5.3 Pengolahan Data Menggunakan Metode OWAS Metode OWAS memberikan informasi penilaian postur tubuh pada saat bekerja sehingga dapat melakukan evaluasi dini atas resiko kecelakaan tubuh manusia yang terdiri atas beberapa bagian penting, yaitu: 1. Punggung (back) 2. Lengan (arm) 3. Kaki (leg) 4. Beban kerja 5. Fase kerja Penilaian tersebut digabungkan untuk melakukan perbaikan kondisi bagian postur tubuh yang beresiko terhadap kecelakaan. Secara jelas penilaian postur tubuh pada saat bekerja dapat ditunjukkan sebagai berikut :
  • 46. 1. Penilaian pada punggung (back) diberikan kriteria nilai 1 s.d 2. Penilaian pada lengan (arms) diberikan kriteria nilai 1 s.d 3: 3. Penilaian pada kaki (legs) diberikan kriteria nilai 1 s.d 7: 4. Penilaian pada beban (load/use factor) diberikan kriteria nilai 1 s.d 3: Berikut merupakan gambar dari operator pada posisi 7 .Gambar 3.4.8 Bentuk Posisi 7
  • 47. Tabel 3.4.20 Penilaian Postur Kerja Metode OWAS pada posisi 7 Bedasarkan tabel di atas nilai OWAS yang didapatkan dari pengujian tersebut adalah back sebesar 1 yaitu punggung tegap, pada arms 1 yaitu kedua tangan berada di bawah level ketinggian bahu, pada legs sebesar 2 yaitu berdiri dengan kedua kaki lurus dan pada use of force sebesar 2 sesuai dengan beban yaitu 10-20 kg. Sehingga mendapatkan hasil koordinat pada angka 1. Berikut merupakan gambar dari operator pada posisi 3 Gambar 3.4.9 Bentuk Posisi 3
  • 48. Tabel 3.4.21 Penilaian Postur Kerja Metode OWAS pada posisi 3 Bedasarkan tabel di atas nilai OWAS yang didapatkan dari pengujian tersebut adalah back sebesar 2 yaitu punggung memebungkuk ke depan, pada arms 1 yaitu kedua lengan berada di bawah level ketinggian bahu, pada legs sebesar 4 yaitu berdiri dengan kedua kaki lutut sedikit tertekuk dan pada use of force sebesar 2 sesuai dengan beban yaitu 10-20 kg. Sehingga mendapatkan hasil koordinat pada angka 2. 4.2.5.4 Hasil Analisis OWAS Berikut merupakan hasil dari pengujian OWAS yang sudah dilakukan. Tabel 3.4.22 Kategori Tindakan kerja OWAS posisi 7 Berdasarkan tabel di atas tingkat kategori tindakan kerja OWAS terdapat pada kategori 1 yaitu pada sikap ini tidak ada masalah pada sistem musculoskeletal (tidak berbahaya). Tidak perlu ada perbaikan. Tabel 3.4.23 Kategori Tindakan kerja OWAS posisi 3
  • 49. Berdasarkan tabel di atas tingkat kategori tindakan kerja OWAS terdapat pada kategori 2 yaitu pada sikap ini berbahaya pada sistem musculoskeletal. Jadi perlu perbaikan dimasa yang akan datang. 4.2.6 Perbandingan Hasil Analisis RWL & LI, REBA dan OWAS Setelah melakukan semua pengujian dari beberapa metode didapatkan kesimpulan pada setiap metode. Tabel 3.4.24 Hasil Perbandingan Metode AL/MPL RWL/LI REBA OWAS 1 7 - Beresiko Cidera Tulang Belakang Butuh Perbaikan Tidak Perlu Perbaikan 2 3 Perlu Hati-Hati Beresiko Cidera Tulang Belakang Butuh Perbaikan Segera Perlu Perbaikan Kesimpulan Metode No Posisi Berdasarkan tabel di atas didapatkan nilai antar metode yang dilakukan pada posisi 7 dan posisi 3. Dimana pada posisi 3 metode AL/MPL mendapatkan hasil analisa bahwa posisi yang diperagakan oleh operator tersebut adalah perlu hati-hati dalam posisi tersebut. Untuk posisi 7 tidak mendapatkan hasil karena tidak dilakukan perhitungan. Pada RWL/LI untuk posisi 7 dan 3 mendapatkan hasil analisa bahwa aktivitas yang dilakukan mengandung resiko cidera tulang belakang. Pada metode REBA untuk posisi 7 kategori risk level adalah medium dan untuk kategori action yaitu necessary. Untuk posisi 3 kategori risk level adalah high dan untuk kategori action yaitu necessary soon. Pada metode OWAS untuk posisi 7 termasuk ke dalam kategori 1 yaitu tidak ada masalah pada sistem musculoskeletal (tidak berbahaya). Sehingga tidak perlu ada perbaikan. Sedangkan untuk posisi 3 termasuk ke dalam kategori 2 yaitu pada sikap ini berbahaya.Sehingga perlu perbaikan dimasa yang akan datang. 4.3 Rancangan Metode Kerja Berdasarkan Prinsip Biomekanika Setelah melakukan pengujian dan perhitungan dengan semua metode yang ditentukan pada posisi 3 dan posisi 7 ditinjau dari beberapa segi kenyamanan adalah kurang. Sehingga untuk memberikan hasil kenyamanan yang lebih baik pada posisi 3 harus diubah menjadi posisi tubuh yang lebih baik dalam mengangkat suatu beban, karena apabila mengangkat beban dengan posisi tubuh seperti pada posisi 3 gaya yang terjadi pada kaki besar dan membuat kaki cepat lelah. Sedangkan pada posisi 7 dalam meletakan beban posisi tangan lebih baik didekatkan dengan dada agar gaya yang terjadi pada telapak tangan tidak terlalu besar.
  • 50. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan Berikut merupakan kesimpulan dari praktikum ergonomi modul 3 tentang biomekanika, yaitu: 1. Besarnya gaya dan momen pada setiap segmen tubuh operator pada posisi 7 saat mengangkat beban adalah pada telapak tangan yaitu 3,716736192, pada lengan bawah yaitu 10,40749035, pada lengan atas yaitu 18,348319033005, pada punggung yaitu 51,91824446601, pada paha yaitu 33,87731251, pada betis yaitu 33,87731251 dan pada kaki yaitu 130,3371594. Sedangkan pada posisi 3 saat mengangkat beban adalah telapak tangan yaitu 5,623660224, pada lengan bawah yaitu 18,44108198, pada lengan atas yaitu 18,44108198, pada punggung yaitu 57,73774156, pada paha yaitu 82,34377226, pada betis yaitu 118,31458562576 dan pada kaki yaitu 214,77443253776. 2. Besarnya gaya kompresi pada disc yang terletak di antara lumbar ke-5 (L5) dan sacrum ke-1 (S1) pada operator saat posisi 7 adalah 968,686579452 N. Sedangkan lumbar ke-5 (L5) dan sacrum ke-1 (S1) pada operator saat posisi 3 adalah 1057,87462434884 N. 3. Dalam menganalisa postur kerja dengan metode REBA dan OWAS hal yang harus diperhatikan adalah kesesuaian kondisi pada setiap posisi yang dilakukan operator dengan tabel ketentuan pada kedua metode. Pada posisi 7 mendapatkan final REBA score sebesar 4 dan kategori risk level (tingkat resiko)nya adalah medium (sedang) dan action (tindakan)nya adalah necessary (butuh perbaikan). Untuk posisi 3 mendapatkan final REBA score sebesar 9 dan kategori risk level (tingkat resiko) nya high (tinggi) dan action (tinakan)nya adalah necessary soon (butuh perbaikan segera). Sedangkan pada metode OWAS pada posisi 7 mendapatkan hasil akhir 1 dan untuk kategori tindakan kerja termasuk kedalam kategori 1 yaitu pada sikap ini tidak ada masalah pada sistem musculoskeletal (tidak berbahaya). Tidak perlu ada perbaikan. Untuk posisi 3 mendapatkan hasil akhir 2 dan untuk kategori tindakan kerja termasuk kedalam kategori 2 yaitu pada sikap ini berbahaya pada sistem musculoskeletal. Jadi perlu perbaikan dimasa yang akan datang.
  • 51. 4. Faktor yang terkait dengan perhitungan AL dan MPL adalah untuk mengetahui berat obyek yang diangkat, lokasi beban yang berhubungan dengan pekerja, jarak dan frekuensi angkat, dan durasi dari kegiatan mengangkat. Serta untuk mengetahui indeks pengangkatan yang tidak mengandung resiko cidera tulang belakang. 5. Perhitungan AL pada posisi 3 mendapatkan hasil 13,9776 N dan hasil MPL adalah berbahaya karena Fc > MPL. Perhitungan RWL pada posisi 7 dengan pegangan baik mendapatkan hasil 2,683003668 untuk posisi awal dan mendapatkan hasil 3,115125965 untuk posisi akhir. Pada posisi 3 dengan pegangan buruk mendapatkan hasil 3,062886581 untuk posisi awal dan mendapatkan hasil 4,1093370048195 untuk posisi akhir. Perhitungan LI pada posisi 7 dengan pegangan baik mendapatkan hasil 3,727165982 untuk posisi awal dan mendapatkan hasil 3,210143061 untuk posisi akhir. Pada posisi 3 dengan pegangan buruk mendapatkan hasil 3,264893993 pada posisi awal dan mendapatkan hasil 2,568676052 pada posisi akhir. 6. Berdasarkan metode REBA, OWAS, RWL dan LI dapat disimpulkan bebrapa kondisi. Untuk metode REBA pada posisi 7 kategori risk level (tingkat resiko) adalah medium (sedang) dan kategori action (tindakan) yaitu necessary artinya butuh perbaikan. Pada posisi 3 kategori risk level (tingkat resiko) adalah high (tinggi) dan kategori action (tindakan) yaitu necessary soon artinya membutuhkan perbaikan untuk waktu yang akan datang. Untuk metode OWAS pada posisi 7 adalah kategori 1 yang artinya tidak ada masalah (tidak berbahaya). Pada posisi 3 adalah kategori 2 yang artinya pada sikap ini berbahaya. Sedangkan untuk metode RWL dan LI pada posisi 7 dan 3 mendapatkan hasil posisi tersebut beresiko cidera tulang belakang. b. Saran Berikut merupakan saran dari praktikum ergonomi modul 3 tentang biomekanika, yaitu: 1. Praktikan seharusnya dapat mencontohkan posisi pengangkatan beban dengan tepat dan benar agar tidak terjadi kesalahan pada perhitungan biomekanikanya. 2. Pada saat praktimum sebaiknya asisten mendampingi setiap kelompok agar tidak terjadi kekeliruan pada pengambilan data praktikum.
  • 52. DAFTAR PUSTAKA Budiman, Edi. 2006. Perbandingan Metode-metode Biomekanika Untuk Menganalisisis Postur Pada Aktivitas Manual Material Handling (MMH). Purwokerto : Program Studi Teknik Industri Sekolah Tinggi Wiworotomo Purwokerto Mulyaningrum, Rina. 2009. Analisis Aktivitas Angkat Beban Ditinjau Dari Biomekanika Dan Fisiologi. Surakarta : Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Nurmianto, Eko. 2008. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya : Penerbit Guna Widya. Purwaningsih, Ratna. 2007. Ergonomi Industri. Semarang : Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro. Santoso, Muhammad. 2008. Pemodelan Biomekanika, Analisis Manual Material Handling di PT IGLAS Gresik. Madura : Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Trunojoyo Madura. Siska, Merry. 2012. Analisa Posisi Kerja Pada Proses Pencetakan Batu Bata Menggunakan Metode NIOSH. Pekanbaru Riau : Jurusan Teknik Industri, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Suska Riau. Wignjosoebroto, Sritomo. 1996. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Surabaya : Penerbit Guna Widya.