BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah manajemen sains adalah pemrograman linear. Pemrograman linear merupakan kelompok teknik analisis kuantitatif yang mengandalkan model matematika atau model simbolik sebagai wadahnya. Artinya, setiap masalah yang kita hadapi dalam suatu sistem permasalahan tertentu perlu dirumuskan dulu dalam simbol-simbol matematika tertentu, jika kita inginkan bantuan pemrograman linear sebagai alat analisisnya.
Metode grafik merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah pemrograman linear yang melibatkan dua peubah keputusan. Membahas mengenai masalah meminimumkan fungsi kendala bertanda ≥, fungsi kendala bertanda = tidak ada penyelesaian layak, tidak ada penyelesaian optimal, beberapa alternatif optimal, dan wilayah kelayakan yang tidak terikat dapat terjadi saat menyelesaikan masalah pemrograman linear dengan menggunakan prosedur penyelesaian grafik. Kasus-kasus ini juga dapat terjadi saat menggunakan metode simpleks.
Metode simplek untuk linier programming dikembangkan pertama kali oleh George Dantzing pada tahun 1947, kemudian digunakan juga pada penugasan di Angkatan Udara Amerika Serikat. Dia mendemonstrasikan bagaimana menggunakan fungsi tujuan (iso-profit) dalam upaya menemukan solosi diantara beberapa kemungkinan solosi sebuah persoalan linier programming.
Proses penyelesaiaanya dalam metode simplek, dilakukan secara berulang-ulang (iterative) sedemikian rupa dengan menggunakan pola tertentu (standart) sehingga solusi optimal tercapai.
Ciri lain dari metode simplek adalah bahwa setiap solusi yang baru akan menghasilkan sebuah nilai fungsi tujuan yang lebih besar daripada solosi sebelumnya.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
Bagaimana cara mencari nilai maksimum dengan menggunakan metode simpleks?
Bagaimana cara menyelesaikan masalah/kendala (syarat) bertanda “=”?
Bagaimana cara mencari nilai minimum dengan menggunakan metode simpleks?
Bagaimana cara membedakan antara asalah primal dan dual dalam program linear?
Kapan pemrograman linear dikatakan mengalami degenerasi?
Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain :
Dapat menyelesaikan masalah maksimasi dalam program linear
Dapat menyelesaikan masalah / kendala (syarat) bertanda “=” pada program linear
Dapat menyelesaikan masalah minimasi dalam program linear
Dapat mengetahui dan membedakan antara masalah primal dan dual dalam program linear
Dapat menyelesaikan masalah degeneracy / kemerosotan dalam program linear
BAB II
PEMBAHASAN
Masalah Maksimasi
Untuk menyelesaikan masalah maksimasi maka programasi linear harus lebih dahulu ditulis dalam bentuk standar. Dengan bentuk standar dimaksudkan adalah permasalahan programasi linear yang berwujud permasalahan maksimasi dengan batasan-batasan (kendala) yang bertanda kurang dari
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah manajemen sains adalah pemrograman linear. Pemrograman linear merupakan kelompok teknik analisis kuantitatif yang mengandalkan model matematika atau model simbolik sebagai wadahnya. Artinya, setiap masalah yang kita hadapi dalam suatu sistem permasalahan tertentu perlu dirumuskan dulu dalam simbol-simbol matematika tertentu, jika kita inginkan bantuan pemrograman linear sebagai alat analisisnya.
Metode grafik merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah pemrograman linear yang melibatkan dua peubah keputusan. Membahas mengenai masalah meminimumkan fungsi kendala bertanda ≥, fungsi kendala bertanda = tidak ada penyelesaian layak, tidak ada penyelesaian optimal, beberapa alternatif optimal, dan wilayah kelayakan yang tidak terikat dapat terjadi saat menyelesaikan masalah pemrograman linear dengan menggunakan prosedur penyelesaian grafik. Kasus-kasus ini juga dapat terjadi saat menggunakan metode simpleks.
Metode simplek untuk linier programming dikembangkan pertama kali oleh George Dantzing pada tahun 1947, kemudian digunakan juga pada penugasan di Angkatan Udara Amerika Serikat. Dia mendemonstrasikan bagaimana menggunakan fungsi tujuan (iso-profit) dalam upaya menemukan solosi diantara beberapa kemungkinan solosi sebuah persoalan linier programming.
Proses penyelesaiaanya dalam metode simplek, dilakukan secara berulang-ulang (iterative) sedemikian rupa dengan menggunakan pola tertentu (standart) sehingga solusi optimal tercapai.
Ciri lain dari metode simplek adalah bahwa setiap solusi yang baru akan menghasilkan sebuah nilai fungsi tujuan yang lebih besar daripada solosi sebelumnya.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
Bagaimana cara mencari nilai maksimum dengan menggunakan metode simpleks?
Bagaimana cara menyelesaikan masalah/kendala (syarat) bertanda “=”?
Bagaimana cara mencari nilai minimum dengan menggunakan metode simpleks?
Bagaimana cara membedakan antara asalah primal dan dual dalam program linear?
Kapan pemrograman linear dikatakan mengalami degenerasi?
Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain :
Dapat menyelesaikan masalah maksimasi dalam program linear
Dapat menyelesaikan masalah / kendala (syarat) bertanda “=” pada program linear
Dapat menyelesaikan masalah minimasi dalam program linear
Dapat mengetahui dan membedakan antara masalah primal dan dual dalam program linear
Dapat menyelesaikan masalah degeneracy / kemerosotan dalam program linear
BAB II
PEMBAHASAN
Masalah Maksimasi
Untuk menyelesaikan masalah maksimasi maka programasi linear harus lebih dahulu ditulis dalam bentuk standar. Dengan bentuk standar dimaksudkan adalah permasalahan programasi linear yang berwujud permasalahan maksimasi dengan batasan-batasan (kendala) yang bertanda kurang dari
Week 8 - Sistem Antrean Trafik23134.ppsxwdanang312
Segmen satelit adalah satelit – satelit GPS yang mengorbit di angkasa sebagai stasiun radio. Satelit GPS tersebut dilengkapi antena-antena untuk mengirim dan menerima sinyal-sinyal gelombang. Gelombang tersebut selanjutnya dipancarkan ke bumi dan diterima oleh receive receiver GPS yang ada di bumi dan dapat digunakan untuk menentukan informasi posisi, kecepatan dan waktu. Konstelasi standar dari satelit GPS terdiri dari 24 satelit yang menempati 6 bidang orbit. Satelit GPS mengelilingi bumi/mengorbit 2 kali dalam sehari pada ketinggian ± 20.000 km di atas permukaan bumi.
Segmen satelit adalah satelit – satelit GPS yang mengorbit di angkasa sebagai stasiun radio. Satelit GPS tersebut dilengkapi antena-antena untuk mengirim dan menerima sinyal-sinyal gelombang. Gelombang tersebut selanjutnya dipancarkan ke bumi dan diterima oleh receive receiver GPS yang ada di bumi dan dapat digunakan untuk menentukan informasi posisi, kecepatan dan waktu. Konstelasi standar dari satelit GPS terdiri dari 24 satelit yang menempati 6 bidang orbit. Satelit GPS mengelilingi bumi/mengorbit 2 kali dalam sehari pada ketinggian ± 20.000 km di atas permukaan bumi.
Segmen satelit adalah satelit – satelit GPS yang mengorbit di angkasa sebagai stasiun radio. Satelit GPS tersebut dilengkapi antena-antena untuk mengirim dan menerima sinyal-sinyal gelombang. Gelombang tersebut selanjutnya dipancarkan ke bumi dan diterima oleh receive receiver GPS yang ada di bumi dan dapat digunakan untuk menentukan informasi posisi, kecepatan dan waktu. Konstelasi standar dari satelit GPS terdiri dari 24 satelit yang menempati 6 bidang orbit. Satelit GPS mengelilingi bumi/mengorbit 2 kali dalam sehari pada ketinggian ± 20.000 km di atas permukaan bumi.
Segmen satelit adalah satelit – satelit GPS yang mengorbit di angkasa sebagai stasiun radio. Satelit GPS tersebut dilengkapi antena-antena untuk mengirim dan menerima sinyal-sinyal gelombang. Gelombang tersebut selanjutnya dipancarkan ke bumi dan diterima oleh receive receiver GPS yang ada di bumi dan dapat digunakan untuk menentukan informasi posisi, kecepatan dan waktu. Konstelasi standar dari satelit GPS terdiri dari 24 satelit yang menempati 6 bidang orbit. Satelit GPS mengelilingi bumi/mengorbit 2 kali dalam sehari pada ketinggian ± 20.000 km di atas permukaan bumi.
Segmen satelit adalah satelit – satelit GPS yang mengorbit di angkasa sebagai stasiun radio. Satelit GPS tersebut dilengkapi antena-antena untuk mengirim dan menerima sinyal-sinyal gelombang. Gelombang tersebut selanjutnya dipancarkan ke bumi dan diterima oleh receive receiver GPS yang ada di bumi dan dapat digunakan untuk menentukan informasi posisi, kecepatan dan waktu. Konstelasi standar dari satelit GPS terdiri dari 24 satelit yang menempati 6 bidang orbit. Satelit GPS mengelilingi bumi/mengorbit 2 kali dalam sehari pada ketinggian ± 20.000 km di atas permukaan bumi.
Segmen satelit adalah satelit – satelit GPS yang mengorbit di angkasa sebagai stasiun radio. Satelit GPS terse
Week 8 - Sistem Antrean Trafik23134.ppsxwdanang312
Segmen satelit adalah satelit – satelit GPS yang mengorbit di angkasa sebagai stasiun radio. Satelit GPS tersebut dilengkapi antena-antena untuk mengirim dan menerima sinyal-sinyal gelombang. Gelombang tersebut selanjutnya dipancarkan ke bumi dan diterima oleh receive receiver GPS yang ada di bumi dan dapat digunakan untuk menentukan informasi posisi, kecepatan dan waktu. Konstelasi standar dari satelit GPS terdiri dari 24 satelit yang menempati 6 bidang orbit. Satelit GPS mengelilingi bumi/mengorbit 2 kali dalam sehari pada ketinggian ± 20.000 km di atas permukaan bumi.
Segmen satelit adalah satelit – satelit GPS yang mengorbit di angkasa sebagai stasiun radio. Satelit GPS tersebut dilengkapi antena-antena untuk mengirim dan menerima sinyal-sinyal gelombang. Gelombang tersebut selanjutnya dipancarkan ke bumi dan diterima oleh receive receiver GPS yang ada di bumi dan dapat digunakan untuk menentukan informasi posisi, kecepatan dan waktu. Konstelasi standar dari satelit GPS terdiri dari 24 satelit yang menempati 6 bidang orbit. Satelit GPS mengelilingi bumi/mengorbit 2 kali dalam sehari pada ketinggian ± 20.000 km di atas permukaan bumi.
Segmen satelit adalah satelit – satelit GPS yang mengorbit di angkasa sebagai stasiun radio. Satelit GPS tersebut dilengkapi antena-antena untuk mengirim dan menerima sinyal-sinyal gelombang. Gelombang tersebut selanjutnya dipancarkan ke bumi dan diterima oleh receive receiver GPS yang ada di bumi dan dapat digunakan untuk menentukan informasi posisi, kecepatan dan waktu. Konstelasi standar dari satelit GPS terdiri dari 24 satelit yang menempati 6 bidang orbit. Satelit GPS mengelilingi bumi/mengorbit 2 kali dalam sehari pada ketinggian ± 20.000 km di atas permukaan bumi.
Segmen satelit adalah satelit – satelit GPS yang mengorbit di angkasa sebagai stasiun radio. Satelit GPS tersebut dilengkapi antena-antena untuk mengirim dan menerima sinyal-sinyal gelombang. Gelombang tersebut selanjutnya dipancarkan ke bumi dan diterima oleh receive receiver GPS yang ada di bumi dan dapat digunakan untuk menentukan informasi posisi, kecepatan dan waktu. Konstelasi standar dari satelit GPS terdiri dari 24 satelit yang menempati 6 bidang orbit. Satelit GPS mengelilingi bumi/mengorbit 2 kali dalam sehari pada ketinggian ± 20.000 km di atas permukaan bumi.
Segmen satelit adalah satelit – satelit GPS yang mengorbit di angkasa sebagai stasiun radio. Satelit GPS tersebut dilengkapi antena-antena untuk mengirim dan menerima sinyal-sinyal gelombang. Gelombang tersebut selanjutnya dipancarkan ke bumi dan diterima oleh receive receiver GPS yang ada di bumi dan dapat digunakan untuk menentukan informasi posisi, kecepatan dan waktu. Konstelasi standar dari satelit GPS terdiri dari 24 satelit yang menempati 6 bidang orbit. Satelit GPS mengelilingi bumi/mengorbit 2 kali dalam sehari pada ketinggian ± 20.000 km di atas permukaan bumi.
Segmen satelit adalah satelit – satelit GPS yang mengorbit di angkasa sebagai stasiun radio. Satelit GPS terse
ARIF RAHMAN, (2012), Pendekatan Antrian M/M/c Dalam Perencanaan Kebutuhan Tenaga Kerja Dengan Teknik Shojinka Pada Sistem Layanan Bersifat Stokastik, Prosiding Seminar Nasional Teknoin, Yogyakarta, pp. B.27-B.32
Ada beberapa jenis gelombang yang dapat dibedakan berdasarkan kriteria tertentu. Berikut adalah beberapa kriteria dan jenis gelombang yang sesuai:
• Berdasarkan arah getarannya, gelombang dapat dibagi menjadi gelombang longitudinal dan gelombang transversal1. Gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah getarannya sejajar dengan arah rambatannya, seperti gelombang bunyi. Gelombang transversal adalah gelombang yang arah getarannya tegak lurus dengan arah rambatannya, seperti gelombang cahaya dan gelombang pada tali2.
• Berdasarkan amplitudonya, gelombang dapat dibagi menjadi gelombang berjalan dan gelombang stasioner2. Gelombang berjalan adalah gelombang yang memiliki amplitudo tetap pada setiap titik yang dilalui gelombang, seperti gelombang pada tali. Gelombang stasioner adalah gelombang yang terbentuk dari dua gelombang berjalan yang berlawanan arah dan memiliki frekuensi dan amplitudo yang sama, seperti gelombang pada senar gitar2.
• Berdasarkan medium rambatnya, gelombang dapat dibagi menjadi gelombang mekanik dan gelombang elektromagnetik3. Gelombang mekanik adalah gelombang yang membutuhkan media dalam proses perambatannya, seperti gelombang pada tali, bunyi, dan air. Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang dapat merambat tanpa media, seperti gelombang radio, mikro, inframerah, tampak, ultraviolet, X, dan gamma.
2. Pengertian dan Definisi
• Antrian adalah gambaran kondisi kinerja suatu sistem produksi/pelayanan yang
ditandai dengan adanya suatu panjang antrian dan waktu tunggu tertentu.
• Antrian terjadi karena adanya unsur random (memoriless) dalam sistem kedatangan
dan pelayanan.
• Beberapa contoh antrian:
– Kendaraan yang menunggu di lampu lalulintas
– Kendaraan yang meunggu di loket jalan tol
– Pasien yang menunggu di rumah sakit
– Kendaraan yang menunggu giliran di bengkel
– Surat yang menunggu pengetikan oleh sekretaris
– Sistem inventory barang di gudang
Elemen dasar Model Antrian
• Model antrian adalah model yang menggambarkan kondisi elemen suatu antrian
secara matematis.
• Elemen Antrian umumnya terdiri dari:
– Gambaran distribusi kedatangan (arrival process)
– Gambaran distribusi waktu pelayanan (service time)
– Desain fasilitas pelayanan
– Disiplin pelayanan
– Kapasitas jumlah antrian
– Gambaran sumber permintaan (calling source)
– Perilaku orang yang antri
Sistem Produksi / Pelayanan
Model Model
Kedatangan Pelayanan
INPUT PROCES OUTPU
Distribusi S
Disiplin T
kedatangan Antrian pelayanan
Perilaku Fasilitas
orang pelayanan
Sumber Kapasitas
permintaan antrian
Slide 2
3. Jenis dan Tipologi Antrian
• Sistem Antrian
1
Antrian atau
Lajur tunggu
2
xxxxxxxxx | Keberangkatan
Kedatangan | Pelanggan
Pelanggan
|
c
Fasilitas
Pelayanan
Notasi Antrian
• Kodifikasi / Notasi Kendall-Lee D.G. Kendall (1953) dan A.M. Lee (1966)
(a/b/c) : (d/e/f)
a = distribusi kedatangan
b = distribusi waktu pelayanan
c = jumlah server paralel (1,2…∞)
d = disiplin pelayanan (FCFS, LCFS, SIRO)
e = kapasitas sistem (antrian + service)
f = ukuran sumber permintaan.
Pola Distribusi Kedatangan dan Pelayanan
Pola distribusi kedatangan dan waktu pelayanan
M = Ditribusi kedatangan/keberangkatan Poisson (Markovian) atau distribusi waktu antar
kedatangan/ waktu pelayanan exponential.
D = waktu antar kedatangan dan pelayanan konstan atau deterministik
Ek = Distribusi Erlang atau gamma dengan parameter k
GI = Distribusi independen umum untuk kedatangan atau waktu antar kedatangan
G = Distribusi umum untuk keberangkatan atau waktu pelayanan.
Slide 3
4. Model Antrian
1. Pola Distribusi Kedatangan/Keberangkatan
Tingkat kedatangan/keberangkatan umumnya mengikuti distribusi diskrit Poison:
mean = variance = λt
λ = tingkat kedatangan per satuan waktu
2. Pola Distribusi waktu antar-kedatangan ( interarrival ) / waktu pelayanan umumnya
mengikuti distribusi kontinyu exponential:
f (T) = α e -αT T>0…
mean = 1/α ; variance = 1/α2
α = tingkat kedatangan per satuan waktu
Ukuran Kinerja Antrian
Pada kondisi stabil, ukuran kinerja antrian dapat digambarkan oleh parameter berikut:
Ls = rata-rata jumlah orang dalam sistem
Lq = rata-rata panjang antrian
Ws = rata-rata waktu tunggu dalam sistem (dalam antrian + dalam pelayanan)
Wq = rata-rata waktu tunggu dalam antrian
Intensitas = ρ = λ/ µ < 1.0
Ukuran Kinerja Antrian
Tingkat Kedatangan = λ
Tingkat pelayanan = µ
Ls = λ Ws
Lq = λ Wq
Ws = Wq + 1/µ
Slide 4
5. Rumus Antrian Tipe
Ukuran Kinerja Antrian (M/M/1): (GD/ ∞/ ∞)
Pn = Probabilitas n Pn = (1-ρ) ρ n
Ls = Σ n.pn Ls = ρ/(1-ρ)
Ws = Ls/λ Ws = 1/ µ(1- ρ)
Wq = Ws-1/µ Wq = ρ/ µ(1- ρ)
Lq = λWq Lq = ρ 2 /(1-ρ)
Notasi Dalam Sistem Antrian
n = jumlah pelanggan dalam sistem
Pn = probabilitas kepastian n pelanggan dalam sistem
λ = jumlah rata-rata pelanggan yang datang per satuan waktu
μ = jumlah rata-rata pelanggan yang dilayani per satuan waktu
Po = probabilitas tidak ada pelanggan dalam sistem
P = tingkat intensitas fasilitas pelayanan
L = jumlah rata-rata pelanggan yang diharapkan dalam sistem
Lq = jumlah pelanggan yang diharapkan menunggu dalam sistem
W = waktu yang diharapkan oleh pelanggan selama dalam sistem
Wq = waktu yang diharapkan oleh pelanggan selama menunggu dalam
antrian
1/ μ = waktu rata-rata pelayanan
1/ λ = waktu rata-rata antar kedatangan
Slide 5 jumlah fasilitas pelayanan
S =
6. Contoh Antrian Tipe
(M/M/1): (GD/ ∞/ ∞)
Contoh Soal 1:
Sebuah gerbang tol memiliki tingkat kedatangan rata-rata 400 kendaraan per jam mengikuti
distribusi Poisson. Rata-rata kendaraan dilayani selama 7 detik yang sebarannya mengikuti
distribusi exponensial.
Hitung Panjang antrian rata-rata (Lq) dan waktu antrian rata-rata Wq.
Jawab:
Tingkat kedatangan = λ = 400 kendaraan/jam
Tingkat pelayanan = µ = 3600/7= 514 kendaraan/jam
Tingkat intensitas ρ = λ/ µ = 400/514 = 0.778 < 1
Mengingat tipe antrian adalah (M/M/1), maka
Ls = ρ/(1-ρ) = 0.778/(1-0.778) = 3.5 kendaraan
Ws = 1/ µ(1- ρ) = 1/514(1-0.778)=31.5 dtk
Wq = ρ/ µ(1- ρ) = 0.778/514(1-0.778)=24.5 dtk
Lq = ρ2/(1-ρ) =0.7782/(1-0.778)=2.72 ≈ 3 kendaraan
Jadi panjang antrian rata-rata adalah = 3 kendaraan, dengan waktu antrian rata-rata 24.5 detik.
Contoh Soal 2 :
UD ABC mengoperasikan satu buah pompa bensin dengan satu orang pekerja yaitu Ali. Rata-
rata tingkat kedatangan kendaraan mengikuti distribusi Poisson, yaitu 20 kendaraan/jam. Ali
dapat melayani rata-rata 25 kendaraan/jam. Jika diasumsikan model sistem antrian yang
digunakan adalah M/M/1, hitunglah:
1) Tingkat intensitas (kegunaan) pelayanan
2) Jumlah rata-rata kendaraan yang diharapkan dalam sistem
3) Jumlah kendaraan yang diharapkan menunggu dalam antrian
4) Waktu yang diharapkan oleh setiap kendaraan selama dalam sistem (menunggu pelayanan)
5) Waktu yang diharapkan oleh setiap kendaraan untuk menunggu dalam antrian
Jawab.
Diketahui: λ = 20, μ = 25 p = λ / μ = 20/25 = 0.80
Bahwa Ali akan sibuk melayani kendaraan selama 80% dari waktunya, sedangkan 20% dari
waktunya (1-p) untuk istirahat
L = λ / (μ – λ) = 20 / (25 - 20) = 4, atau L = p / (1-p) = 0.80 / (1-0.80) = 4
Angka 4 menunjukkan bahwa Ali dapat mengharapkan 4 kendaraan yang berada dalam
sistem
Lq = λ2 / μ (μ – λ) = (20)2 / 25(25-20) = 3.2
Jadi kendaraan yang menunggu untuk dilayani dalam antrian sebanyak 3.2 kendaraan
W = 1 / (μ – λ) = 1 / (25 - 20) = 0.2 jam atau 12 menit
Jadi waktu rata-rata kendaraan menunggu dalam sistem selama 12 menit
Wq = λ / μ (μ – λ) = 20 / 25(25 - 20) = 0.16 jam atau 9.6 menit
Jadi waktu rata-rata kendaraan menunggu dalam antrian selama 9.6 menit
Slide 6
7. Latihan Soal.
1.Sebuah Airport dapat menerima 2 pesawat dalam kurun waktu 3 menit dengan variasi
mengikuti distribusi poisson. Rata-rata waktu tunggu mempunyai distribusi exponential
sebesar 5 menit
a) Berapa rata-rata waktu antar kedatangan pesawat ?
b) Berapa peluang sistem dalam keadaan sibuk guna melayani pesawat-2 tersebut ?
c) Berapa jumlah rata-rata pesawat yang dapat dilayani dalam sistem ?
Jawab:
Kronologis simulasi antrian
Tabel 1. Waktu antar Kedatangan (menit) Tabel 2. Waktu Service (menit)
Antar Jam waktu Waktu
Customer Customer
Kedatangan Kedatangan Pelayanan
1 0 0 1 2
2 2 2 2 1
3 4 6 3 3
4 1 7 4 2
5 2 9 5 1
6 6 15 6 4
Tabel 3. Hasil Simulasi
Nomor Waktu (jam) Awal Waktu Akhir
Customer Kedatangan Pelayanan Pelayanan Pelayanan
1 0 (jam)
0 (durasi)
2 (jam)
2
2 2 2 1 3
3 6 6 3 9
4 7 9 2 11
5 9 11 1 12
6 15 15 4 19
Tabel 4. Kronologis Urutan Kejadian
Nomor Waktu
Tipe Kejadian
Pelanggan (jam)
Kedatangan 1 0
Keberangkatan 1 2
Kedatangan 2 2
Keberangkatan 2 3
Kedatangan 3 6
Kedatangan 4 7
Keberangkatan 3 9
Kedatangan 5 9
Keberangkatan 4 11
Keberangkatan 5 12
Kedatangan 6 15
Keberangkatan 6 19
Slide 7
8. 2. Perusahaan A sedang mencoba menentukan rata-rata customer menunggu dalam
sistem , jika customer rata-rata menunggu lebih dari 10 menit maka pihak perusahaan
akan menambah kasir dan memberikan bonus. Data yang didapat pada tabel A.8.5
dan tabel A.8.6 Kasir buka jam 9 pagi. Pertanyaannya:
a) Apakah perlu menambah kasir dengan simulasi 15 kali ?
b) Customer ke berapa yang mendapatkan bonus ?
Jawab:
Tabel 5. Waktu Pelayanan Tabel 6. Waktu Kedatangan
Waktu Probabilitas Waktu antar Probabilitas
Pelayanan Frequensi Kedatangan (Frequensi)
0 0 0 0,1
1 0,35
1 0,25
2 0,25
2 0,2
3 0,15
3 0,4
4 0,1
4 0,15 5 0,05
Tabel 7. Interval Bilangan Acak
Kedatangan Pelayanan
Antar Kumulatif Interval Waktu Kumulatif Interval
Kedatangan Probabilitas Bilangan acak Pelayanan Probabilitas Bilangan acak
0 0,1 1 - 10 0 0 -
1 0,45 11 - 45 1 0,25 1 - 25
2 0,7 46 - 70 2 0,45 26 - 45
3 0,85 71 - 85 3 0,85 46 - 85
4 0,95 86 - 95 4 1 86 - 99
5 1 99
Tabel Bilangan Acak untuk Service dan Kedatangan
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Service 52 37 82 69 98 96 33 50 88 90 50 27 45 81 66
Arrival 50 28 68 36 90 62 27 50 18 36 61 21 46 1 14
Pertanyaan:
Apakah perlu menambah Kasir dengan simulasi 15 kali?
Customer ke berapa yang mendapatkan Bonus?
Slide 8