agar pada setiap jabatan dalam sebuah organisasi dapat berjalan dengan lancar, maka perlu melakukan analisis jabatan dalam manajemen sumber daya manusia
agar pada setiap jabatan dalam sebuah organisasi dapat berjalan dengan lancar, maka perlu melakukan analisis jabatan dalam manajemen sumber daya manusia
Kepemimpinan adalah kemampuan dan kesiapan seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak orang atau kelompok agar menerima pengaruh tersebut
Pendekatan kesifatan, memandang kepemimpinan sebagai suatu kombinasi sifat-sifat (traits)yang tampak pada seseorang.
Pendekatan perilaku merupakan pendekatan yang berdasarkan pemikiran bahwa keberhasilan atau kegagalan pemimpin ditentukan oleh sikap dan gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh pemimpin.
Merancang Kinerja Unggul Organisasi Melalui Diagnostic ReadingTri Widodo W. UTOMO
Materi Ceramah Untuk Penguatan Agenda Diagnostic Reading
Diklat Kepemimpinan Tingkat I dan II LAN-RI
2016
Dr. Tri Widodo W. Utomo, SH.,MA
Deputi Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
Jl. Veteran No, 10 Jakarta
http:inovasi.lan.go.id
Kepemimpinan adalah kemampuan dan kesiapan seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak orang atau kelompok agar menerima pengaruh tersebut
Pendekatan kesifatan, memandang kepemimpinan sebagai suatu kombinasi sifat-sifat (traits)yang tampak pada seseorang.
Pendekatan perilaku merupakan pendekatan yang berdasarkan pemikiran bahwa keberhasilan atau kegagalan pemimpin ditentukan oleh sikap dan gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh pemimpin.
Merancang Kinerja Unggul Organisasi Melalui Diagnostic ReadingTri Widodo W. UTOMO
Materi Ceramah Untuk Penguatan Agenda Diagnostic Reading
Diklat Kepemimpinan Tingkat I dan II LAN-RI
2016
Dr. Tri Widodo W. Utomo, SH.,MA
Deputi Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
Jl. Veteran No, 10 Jakarta
http:inovasi.lan.go.id
Organisasi Berkinerja Tinggi (High Performance Organization)Tri Widodo W. UTOMO
Disampaikan untuk Diklat Management of Training
Pusdiklat Teknis dan Fungsional LAN-RI
Jakarta, 12 Maret 2016
Dr. Tri Widodo W. Utomo, SH.,MA
Deputi Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
Jl. Veteran No. 10 Jakarta
http://inovasi.lan.go.id
Disampaikan untuk Diklat Kepemimpinan II
PKP2A II LAN Makassar, 22 Agustus 2016
Dr. Tri Widodo W. Utomo, SH.,MA
Deputi Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
http://inovasi.lan.go.id
Di era globalisasi, inovasi di sektor publik merupakan suatu strategi yang harus ditempuh oleh Indonesia untuk meningkatkan daya saing bangsa guna mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain. Dewasa ini, tidak dapat dipungkiri bahwa kemauan berinovasi (willingness to innovate) dan kemampuan berinovasi (ability to innovate) di lingkungan birokrasi dirasakan masih rendah. Inovasi masih merupakan hal yang aneh, tidak disukai, bahkan cenderung dihindari karena pandangan yang keliru bahwa inovasi merupakan sesuatu yang tidak sejalan dengan kebijakan. Kondisi ini tentu tidak dapat dibiarkan berjalan terus namun harus dihentikan dan bahkan perlu dibalik. Kalangan birokrasi pemerintah perlu diyakinkan bahwa berinovasi di sektor publik itu menyenangkan dan mudah dilakukan.
Atas dasar itulah kami menyusun pedoman pengelolaan laboratorium inovasi administrasi negara ini. Pedoman ini dimaksudkan untuk memudahkan para champion inovation atau fasilitator laboratorium inovasi administrasi negara dalam membantu setiap instansi pemerintah (pusat dan daerah) untuk berinovasi di sektor publik. Dalam pedoman ini, ditegaskan bahwa pengelolaan laboratorium inovasi administrasi negara ditempuh melalui lima tahap yaitu tahap drum up, diagnose, design, deliver dan display. Setiap tahap memiliki tujuan dan metode tersendiri yang saling bersinergi untuk menghasilkan suatu inovasi di sektor publik. Penguasaan yang baik dari champion innovation terhadap keseluruhan tahap tersebut diharapkan dapat mengubah mindset atau pola pikir pejabat pada instansi pemerintah untuk menyukai inovasi, mau berinovasi, dan mampu berinovasi.
Sebagai sebuah proses awal, pedoman ini tentu masih membutuhkan sentuhan-sentuhan yang lebih inovatif lagi. Untuk itu, berbagai pemikiran dan kontribusi seluruh pihak sangat diharapkan demi perbaikan dan percepatan mewujudkan administrasi negara yang inovatif. Salam Inovasi Tiada Henti…!!
Merancang Inovasi: Transformasi Gagasan Kreatif Menjadi Rencana AksiTri Widodo W. UTOMO
Seri Inovasi Administrasi Negara No. 16
Pengantar Diskusi Untuk Pematangan Lab. Inovasi (Inno-Lab) pada tahap “Designing Innovation”
Jakarta, 4 Maret 2015
Manajemen strategi merupakan proses atau rangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh, disertai penetapan cara melaksanaka nya, yang dibuat oleh pimpinan dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran didalam suatu organisasi, untuk mencapai tujuan.
Sedangkan menurut Hadar Nawawi (2005;148-149), pengertian manajemen strategi adalah perencanaan berskala besar (disebut perencanaan strategi) yang berorientasi pada
jangkauan masa depan yang jauh (disebut visi), dan ditetapkan sebagai keputusan pimpinan tertinggi (keputusan yang bersifat mendasar dan prinsipil, agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif (disebut misi), dalam usaha menghasilkan sesuatu (perencanaan operasional untuk menghasilkan barang dan / atau jasa serta pelayanan) yang berkualitas, dengan diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan (disebut tujuan strategis) dan berbagai sasaran (tujuan operasional)organisasi.
Komponen pertama adalah perencanaan strategi dengan unsur-unsurnya yang terdiri dari visi, misi, tujuan dan strategi utama organisasi. Sedangkan komponen kedua adalah perencanaan operasional dengan unsur-unsurnya sasaran dan tujuan operasional, pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen berupa fungsi pengorganisasian, fungsi pelaksanaan dan fungsi penganggaran, kebijaksanaan situasional, jaringan kerja internal dan eksternal, fungsi kontrol dan evaluasi sertaumpan balik.
Analisis lingkungan adalah suatu proses monitoring terhadap lingkungan organisasi yang bertujuan untuk mengidentifikasikan peluang (opportunities) dan tantangan (threads) yang mempengaruhi kemampuan organisasi untuk mencapai tujuannya. Tujuan dilakukan analisis lingkungan adalah mengantisipasi lingkungan organisasi sehingga dapat berreaksi secara cepatdan tepat untuk mensukseskan organisasi.
Alfred Chandler mengatakan bahwa strategi adalah suatu penentuan sasaran dan tujuan dasar jangka panjang dari suatu organisasi (perusahaan) serta pengadopsian seperangkat tindakanserta alokasi sumber-sumber yang perlu untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut. Dalam kajiannya tentang strategi, Henry Mintzberg mencatat bahwa setidaknya strategi tidak sekedar memiliki dua elemen definisi, yaitu sebagai perencanaan (plan) dan pola (pattern). Lebih dalam lagi, ia mengungkapkan bahwa definisi strategi telah berkembang dengan tiga „P‟ baru, yaitu posisi (position), perspektif (perspective), dan penerapan (poly)
Governance is about strengthening service delivery performance and responsiveness. In turn, better service delivery will make governance tangible and desirable, for government and the citizen. To increase service delivery, public sector need to implement innovation.
Budget reform in Indonesia since 2003 has fundamentally changed the government's budget structure. From line items to performance-based budgets. The presentation also changed from T-account to I-account.
In the context of the Economic System, Indonesia has a specialty, as mandated by the 1945 Constitution. The founders of Indonesia expressly stated that the Indonesian economic system is a system based on the People's Economy. This means, the Indonesian Economic System is different from the economic system implemented in other countries.
The Indonesian Economic System mandates that the economic pace must be carried out by the Three Pillars, namely; (1) State, through State Owned Enterprises, (2) Private, through Companies, and (3) People, through Cooperatives. In fact, the pillars of the Indonesian economy proclaimed by the Founders of the Nation have been adopted in the Global Governance Paradigm. This means that we must be grateful to have National Founders who are very visionary.
Along the way, it has been proven that the various economic crises that hit the world had very minimal negative impacts on the Indonesian economy. Why is that, because Indonesia has resilience from the Three Pillars of economic actors.
What is surprising is that in times of crisis, the Pillars that are resilient and still exist are Cooperatives and Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs).
Disampaikan pada PKN Tingkat II Angkatan IV-2024 BPSDM Provinsi Jawa Tengah dengan Tema “Transformasi Tata Kelola Pelayanan Publik untuk Mewujudkan Perekonomian Tangguh, Berdayasaing, dan Berkelanjutan”
Dr. Tri Widodo Wahyu Utomo, S.H., MA
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Muh Saleh
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 merupakan survei yang mengintegrasikan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGI). SKI 2023 dikerjakan untuk menilai capaian hasil pembangunan kesehatan yang dilakukan pada kurun waktu lima tahun terakhir di Indonesia, dan juga untuk mengukur tren status gizi balita setiap tahun (2019-2024). Data yang dihasilkan dapat merepresentasikan status kesehatan tingkat Nasional sampai dengan tingkat Kabupaten/Kota.
Ketersediaan data dan informasi terkait capaian hasil pembangunan kesehatan penting bagi Kementerian Kesehatan, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai bahan penyusunan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang lebih terarah dan tepat sasaran berbasis bukti termasuk pengembangan Rencana Pembangunan Kesehatan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2024-2029) oleh Kementerian PPN/Bappenas. Dalam upaya penyediaan data yang valid dan akurat tersebut, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam penyusunan metode dan kerangka sampel SKI 2023, serta bersama dengan Lintas Program di Kementerian Kesehatan, World Health Organization (WHO) dan World Bank dalam pengembangan instrumen, pedoman hingga pelaporan survei.
Disampaikan dalam Drum-up Laboratorium Inovasi Kabupaten Sorong, 27 Mei 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, S.H., MA.
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Kementerian Kesehatan menggulirkan transformasi sistem kesehatan.
Terdapat 6 pilar transformasi sistem kesehatan sebagai penopang kesehatan
Indonesia yaitu: 1) Transformasi pelayanan kesehatan primer; 2) Transformasi
pelayanan kesehatan rujukan; 3) Transformasi sistem ketahanan kesehatan;
4) Transformasi sistem pembiayaan kesehatan; 5) Transformasi SDM
kesehatan; dan 6) Transformasi teknologi kesehatan.
Transformasi pelayanan kesehatan primer dilaksanakan melalui edukasi
penduduk, pencegahan primer, pencegahan sekunder dan peningkatan
kapasitas serta kapabilitas pelayanan kesehatan primer. Pilar prioritas
pertama ini bertujuan menata kembali pelayanan kesehatan primer yang ada,
sehingga mampu melayani seluruh penduduk Indonesia dengan pelayanan
kesehatan yang lengkap dan berkualitas.
Penataan struktur layanan kesehatan primer tersebut membutuhkan
pendekatan baru yang berorientasi pada kebutuhan layanan di setiap
siklus kehidupan yang diberikan secara komprehensif dan terintegrasi
antar tingkatan fasilitas pelayanan kesehatan. Pendekatan baru ini disebut
sebagai Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer, melibatkan Puskesmas, unit
pelayanan kesehatan di desa/kelurahan yang disebut juga sebagai Puskesmas
Pembantu dan Posyandu. Selanjutnya juga akan melibatkan seluruh fasilitas
pelayanan kesehatan primer.
2. PENDAHULUAN
Dalam kerangka upaya melakukan perubahan atau
perbaikan pada suatu organisasi atau instansi
diperlukan berbagai strategi untuk menciptakan
organisasi yang efektif dan efisien
Selain itu juga perubahan harus dapat mendukung
pencapaian program-program nasional yang menjadi
tugas pokok dan fungsi dari organisasi atau instansi
yang bersangkutan
3. MELAKUKAN DIAGNOSA
Strategi penting dalam upaya Perbaikan atau Perubahan
tersebut adalah melakukan DIAGNOSA.
Apa itu DIAGNOSA? :
1. Penelaahan secara sistematis untuk mengetahui
keadaan organisasi pada saat ini,
2. Menemukan berbagai masalah dan penyebabnya,
3. Mendapatkan pijakan untuk pemilihan strategi
perbaikan atau perubahan,
4. Menerapkan analisis data dan informasi secara
sistematis.
(ADAPTASI DARI BROWN, 2011)
4. PENTINGNYA MELAKUKAN DIAGNOSA
1. Untuk mengetahui apa yang harus dirubah, bagaimana
dan kenapa,
2. Simplifikasi dari situasi yang rumit,
3. Identifikasi prioritas yang memerlukan perhatian,
4. Mendalami elemen organisasi (misalnya: strategi,
struktur) dan keterkaitan serta interaksinya,
5. Mendapatkan “bahasa” dan persepsi yang sama dalam
mendiskusikan karakteristik organisasi,
6. Mendapatkan petunjuk tahapan upaya-upaya yang harus
dilakukan dalam masa perubahan,
7. Membuat kita lebih efisien dan rasional dalam kita
memahami dan merubah suatu organisasi.
5. LANGKAH LANGKAH DIAGNOSA
Langkah Langkah DIAGNOSA meliputi:
Langkah 1: Identifikasi Tentatif Permasalahan
Langkah 2: Mengumpulkan Data
Langkah 3: Menganalisa Data
Langkah 4: Umpan Balik Informasi dari Data
Langkah 5: Mengumpulkan Data Tambahan
Langkah 6: Akar Permasalahan Teridentifikasi
Langkah 7: Mengukur Motivasi Personil
Langkah 8: Diagnosa dan Memecahkan Masalah
Langkah 9: Memonitor dan Mengassess Hasil
(ADAPTASI DARI BROWN, 2011)
6. MELAKUKAN DIAGNOSA
DIAGNOSA yang dilakukan meliputi:
1. Diagnosa Organisasi
2. Diagnosa Komponen
3. Diagnosa Kesiapan Untuk Berubah
7. DIAGNOSA ORGANISASI
DIAGNOSA ORGANISASI diartikan sebagai:
“Mendiagnosa atau meng”asses” tingkat fungsionalitas
organisasi atau instansi, dalam rangka merancang
intervensi atau bentuk-bentuk perubahan yang akan
dilakukan”
(ADAPTASI DARI BEER & SPECTOR 1993)
8. MODEL MODEL DIAGNOSA ORGANISASI
Model model DIAGNOSA ORGANISASI antara lain:
1. Force Field Analysis,
2. Six Box Model,
3. 7S Framework,
4. Star Model,
5. Congruence Model,
6. Four Frames Model.
9. FORCE FIELD ANALYSIS
Model ini dikembangkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1951
Model ini mengidentifikasi baik Kekuatan Pendorong maupun Kekuatan
Penghalang dalam melakukan perubahan dalam suatu organisasi. Sehingga
keseimbangan yang diharapkan dari dua kekuatan tersebut dapat
direncanakan.
11. SIX BOX MODEL
Model ini dikembangkan oleh
Weisbord pada tahun 1976.
Fokus pada 6 variabel:
1. Purpose,
2. Structure,
3. Rewards,
4. Helpful mechanisms,
5. Relationship,
6. Leadership.
Model ini berguna untuk menelaah
seluruh variabel yang menjadi
perhatian, meskipun hanya satu
variabel yang teridentifikasi
sebagai variabel utama yang harus
mendapatkan perhatian.
12. 7S FRAMEWORK
Model ini dikembangkan oleh
Perusahaan Konsultan McKinsey & Co.
Model ini berfokus pada tujuh
komponen yang berpengaruh pada
efektivitas organisasi, yakni:
1. Structure,
2. Systems,
3. Style,
4. Staff,
5. Skills,
6. Strategy and
7. Superordinate Goals.
Keterhubungan dari variabel-variabel
ini sangat penting dalam menentukan
kesuksesan perubahan.
13. STAR MODEL
Model ini dikembangkan oleh
Galbraith pada tahun 1977
Suatu organisasi kan efektif
manakala lima komponen dari
organisasi yang terdiri dari:
1. Strategy,
2. Structure,
3. Processes and later capability,
4. Reward systems,
5. People practices.
Berada dalam satu jalur yang sama
dan selaras.
14. CONGRUENCE MODEL
Model ini dikembangkan oleh
David Nadler dan Michael
Tushman pada tahun 1980
Organisasi terdiri dari 4
komponen:
1. Task,
2. Individual,
3. Formal organizational
arrangements,
4. Information
Organization
Dipengaruhi oleh konteks
dimana strategi dibuat sehingga
output merupakan kinerja dari
organisasi.
15. STAR MODEL
Model ini dikembangkan oleh
Galbraith pada tahun 1977
Suatu organisasi kan efektif
manakala lima komponen dari
organisasi yang terdiri dari:
1. Strategy,
2. Structure,
3. Processes and later capability,
4. Reward systems,
5. People practices.
Berada dalam satu jalur yang sama
dan selaras.
16. FOUR FRAMES MODEL
Model ini dikembangkan oleh
Bolman dan Deal pada tahun
1989
Model ini mengemukakan empat
kotak bagi para
manajer/pimpinan untuk
mengonseptualisasikan
bagaimana suatu organisasi
dijalankan.
17. DIAGNOSA KOMPONEN
DIAGNOSA KOMPONEN diartikan sebagai:
“Mendiagnosa berbagai komponen yang berpengaruh
terhadap kinerja organisasi, baik komponen di dalam
maupun di luar organisasi”
18. 1. PESTEL Framework
Menganalisa 6 faktor lingkungan eksternal organisasi
yang meliputi:
1) Politik,
2) Ekonomi,
3) Sosial,
4) Teknologi,
5) Environmental,
6) legal.
DIAGNOSA KOMPONEN
19. 2. Analisa Dengan Skenario (Scenario Analysis)
Membuat skenario akan kemungkinan dimasa depan
yang akan sangat berpengaruh pada organisasi di masa
depan.
3. Analisis Kesenjangan (Gap Analysis)
Untuk mengaji ulang posisi organisasi berdasarkan
referensi dimana mereka (organisasi atau instansi lain)
berada dan kemana mereka akan menuju.
DIAGNOSA KOMPONEN
20. 4. Elemen dari Strategi (Elements of Strategy)
Berikut ini adalah lima elemen dari strategi yang harus
diperkuat:
1) Lingkungan,
2) Peralatan,
3) Kekhasan,
4) Penahapan,
5) Harga yang paling murah
Ketidak sinkronan dari salah satu elemen merupakan hal
yang harus segera dilakukan perubahan.
DIAGNOSA KOMPONEN
21. 5. Pengajian Strategi (Strategic Inventory)
Untuk mengidentifikasi asumsi-asumsi strategi dari
manajer atau pemimpin dan mengukur konsistensinya
dengan lingkungan organisasi. Dengan ini dapat
ditetapkan apakah strategi ini menjadi fokus perubahan.
6. Percobaan Kilat (Newsflash Exercise)
Ini merupakan percobaan yang mendorong para
pemimpin untuk secara spesifik dan teliti tentang ihwal
program perubahan dan mengerti ihwal apa yang
menjadi outcome dari perubahan tersebut.
DIAGNOSA KOMPONEN
22. 7. Budaya (Cultural Web)
Diagnosa ini memberikan cara untuk memetakan budaya
organisasi yang menyangkut tujuh elemen:
1) Paradigma,
2) Kegiatan Ritual dan rutin,
3) Cerita,
4) Pertanda,
5) Sistem Pengawasan,
6) Struktur Kekuasaan,
7) Struktur Organisasi
DIAGNOSA KOMPONEN
23. 8. Organisasi Nirbatas (The Boundaryless
Organization)
Kesuksesan akan didapat hanya bila pembatas gerak
dari organisasi dapat didiagnosa dan dikurangi.
Pembatas ini meliputi:
1) Vertikal,
2) Horizontal,
3) External,
4) Geographis.
DIAGNOSA KOMPONEN
24. 9. Dilema Struktural (Structural Dilemmas)
Diagnosa kemungkinan dilema-dilema struktural yang
akan dihadapi selama masa perubahan, sehingga dapat
disiapkan pemecahannya (“traded-off” ) pada saat proses
perubahan.
DIAGNOSA KOMPONEN
25. DIAGNOSA KESIAPAN UNTUK BERUBAH
Mengukur kesiapan untuk berubah merupakan variabel
antara strategi manajemen perubahan dan outcome
yang ingin dihasilkan dengan strategi tersebut.
26. KESIAPAN UNTUK BERUBAH
Audit kesiapan untuk berubah dapat menghasilkan indikasi
dari outcome yang akan dicapai dari upaya perubahan. Audit
dapat dilakukan sembarang waktu saat proses berlangsung.
Beberapa cara untuk melakukan pengukuran:
a. Kuestioner,
b. Analisis Stakeholder: Fokus pada posisi dari stakeholders pada
proses perubahan dan membuat agar pimpinan terinformasikan
dengan baik akan bagaimana mengatasi masalah yang akan
timbul.
c. Force-field analysis: Untuk mengidentifikasi faktor penghambat
dan faktor pendorong perubahan.
27. BENTUK PERUBAHAN
Setelah dilakukan diagnosa maka dapat dilakukan
rencana perbaikan atau perubahan pada organisasi atau
instansi.
Bentuk perubahannya antara lain:
1. Penciutan Organisasi (Downsizing)
2. Penerapan Teknologi atau Inovasi,
3. Merger (Penggabungan).
28. PENUTUP
Dengan Diagnosa maka dapat diidentifikasikan akar
permasalahan yang harus diperbaiki dalam strategi
organisasi untuk menuju organisasi atau instansi yang
berkinerja tinggi