Dokumen tersebut membahas tentang jadwal imunisasi untuk dua bayi yang lahir dari ibu dengan kondisi berbeda, yaitu ibu dengan hepatitis B dan ibu dengan TB paru. Dokumen juga menjelaskan definisi, tujuan, manfaat, syarat, dan jenis-jenis imunisasi dasar.
2. Keyword
Ny. An inpartu
Prematur
Bblr 1800gr
hbsAg (+)
Ny. Es inpartu
Bblcb 2700gr
Ibu tb paru aktif 1
bulan
Imunisasi
3. Klarifikasi istilah
BBLR : berat bayi lahir rendah, setiap bayi baru
lahir dengan berat badan kurang atau sama
dengan 2500gr
Inpartu : seorang wanita yang sedang dalam
keadaan persalinan
Pervagina : persalinan yang dimulai secara
sepontan beresiko rendah pada awal persalinan
dan tetap demikian selama proses persalinan.
4. BBLCB : partus matur atau aterm dengan masa
kehamilan 37-42 minggu atau janin matur dengan
BB 2500-4000gr.
Imunisasi : imunisasi dan vaksinasi sering diartikan
sama , imunisasi adalah suatu pemindahan antibodi
secara pasif, vaksinasi sebagai pemberian vaksin
yang dapat dirangsang pembentukan imunitas dari
sistem imun di dalam tubuh.
HbsAg : merupakan parameter untuk mengetahui
atau sebagai penanda awal apakah seorang
terinfeksi hepatitis B.
5. Rumusan masalah Apa tujuan dari imunisasi ?
Apa penyebab kehamilan prematur ?
Adakah pengaruh ibu bermasalah dengan BBL ?
Apakah anak bisa tertular dari ibu hepatitis B dan TB
paru positif ?
Apa yang harus dilakukan dokter pada anak ny. An
dengan kehamilan prematur, BBLR 1800gr, dan ibu
HBSAg (+)?
Bagaimana penatalaksanaan awal untuk anak dari ibu
TB paru positif ?
Bagaimana jadwal imunisasi kdua anak tersebut?
Apa dampak jika tidak dilakukan pencegahan pada
kedua bayi tersebut?
Pemeriksaan penunjang apa yang bisa dilakukan untuk
kedua anak tersebut?
6. Hipotesis
Apa tujuan dari imunisasi ?
jawab : untuk mencegah terjadinya penyakit
tertentu pada sekelompok masyarakat,
menurunkan prevalensi penyakit, membuat
kekebalan tubuh, eradikasi penyakit.
Apa penyebab kehamilan prematur ?
jawab : faktor ibu ( nutrisi, infeksi, preklamsi,
penyalahangunaan obat2an,ketuban pecah
dini,insufisiensi placenta,
faktor fetal : kehamilan ganda atau multiple,
distress janin, eritoblastosis, hidrop fetalis
faktor placenta ( previa ), solusio
7. Adakah pengaruh ibu bermasalah dengan BBL ?
jawab : ada, karena BBLR dapat terinfeksi dari ibu
Apakah anak bisa tertular dari ibu hepatitis B dan TB
paru positif ?
jawab ? Bisa, hepatitis B: cairan tubuh, darah ibu
saat melahirkan
TB paru : placenta, menghirup amnion yang
tercemar atau melalui pernafasan setelah bayi lahir.
8. Apa yang harus dilakukan dokter pada anak ny. An
dengan kehamilan prematur, BBLR 1800gr, dan ibu
HBSAg (+)?
jawab : saat lahir segera berikan vaksin hepatitis B
dan HBIG 0,5ml IM kurang dari 12 jam.
Bagaimana penatalaksanaan awal untuk anak dari
ibu TB paru positif ?
jawab :, hanya beri INH 5 mg/kg sekali sehari oral, 8
minggu baru test mantoux, tb positif beri OAT,
segera lakukan pemeriksaan anatomi placenta
9. Bagaimana jadwal imunisasi kedua anak tersebut?
jawab : anak dari ibu hepatitis B : kurang dari 12 jam
saat lahir, 1-2 bulan setelah vaksin pertama, 3-6
bulan,, butuh dosis HB 1, Hb 2, Hb 3, Hb 4,
- < 2000gr samapai 4 kali pemberian vaksin, periksa
HbsAg pada usia 9-15 bulan.
- ulangan umur 5 tahun dan 19 tahun
- jika anti HbsAg <10 dilakukan booster
10. Apa dampak jika tidak dilakukan pencegahan pada kedua bayi
tersebut?
jawab : ibu TB : bayi terkena TB sekitar 50% pada tahun
pertama yang disebut sebagai tuberkolisis prenatal, kematian
akibat Tb kongenital yang tidak terobati
- ibu hepatitis B : 9-10 bayi yang dilahirkan akan menjadi
karier selama hidupnya jika tidak mendapat vaksinasi, ada
masalah pada livernya
- infeksi hepatitis kronis
Pemeriksaan penunjang apa yang bisa dilakukan untuk kedua
anak tersebut?
jawab : tes HbsAg, tes TB, tes foto thorax, shake test, darah
rutin, analisis gas darah,histologi lambung, aspirasi lambung
12. LO
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami imunisasi
( definisi,syarat, manfaat,jadwal,jenis ( combo ) dan tata
cara : penyimpanan, persiapan alat, transportasi, teknik
safe injection, pencatatan dan pelaporan ), isi,
kontraindikasi, teknik .
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami bayi lahir
dari ibu bermasalah
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami dasar
imunologi vaksinasi
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami
imunokompremise yang mempengaruhi vaksinasi
14. Definisi
Imunisasi adalah
suatu cara untuk
meningkatkan
kekebalan seseorang
secara aktif terhadap
suatu antigen,
sehingga bila kelak ia
terpajan pada antigen
yang serupa tidak
terjadi penyakit
Imunisasi dasar
adalah pemberian
imunisasi awal pada
bayi yang baru lahir
sampai usia satu
tahun untuk mencapai
kadar kekebalan
diatas ambang
perlindungan.
(Depkes RI, 2005)
Definisi Definisi
15. Tujuan
Tujuan umum :
yakni untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian bayi akibat Penyakit Yang Dapat
Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Penyakit
dimaksud antara lain : Difteri, Tetanus,
Pertusis(batuk rejam), Measles (campak), Polio
dan Tuberculosis
16. Tujuan khusus :
a) Tercapainya target Universal Child
Immunization (UCI), yaitu cakupan imunisasi
lengkap minimal 80% secara merata pada bayi
di 100% desa Kelurahan pada tahun 2010.
17. b) Tercapainya ERAPO (Eradiksi Polio), yaitu tidak
adanya virus polio liar di Indonesia yang
dibuktikan dengan tidak ditemukannya virus
polio liar pada tahun 2008.
c) Tercapainya ETN (Eliminasi Tetanus
Neonatorum), artinya menurunkan kasus TN
sampai tingkat 1 per 1000 kelahiran hidup
dalam 1 tahun pada tahun 2008
18. d) Tercapainya RECAM (Reduksi Campak), artinya
angka kesakitan campak turun pada tahun 2006.
19. Manfaat
1. Untuk anak, bermanfaat mencegah penderitaan
yang disebabkan oleh penyakit menular yang
sering berjangkit
2. Untuk keluarga, bermanfaat menghilangkan
kecemasan serta biaya pengobatan jika anak
sakit
3. Untuk negara, bermanfaat memperbaiki derajat
kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan
berakal untuk melanjutkan pembangunan
negara (Depkes RI, 2001)
20. Syarat
Menurut Depkes RI (2005) :
1. Diberikan pada bayi atau anak yang sehat
2. Vaksin yang diberikan harus baik
3. Disimpan di lemari es dan belum lewat masa berlaku
4. Pemberian imunisasi dengan teknik yang tepat
5. Mengetahui jadwal imunisasi dengan melihat umur dan jenis
imunisasi yang diterima
6. Meneliti jenis vaksin yang diberikan
7. Memberikan dosis yang sesuai
8. Mencatat nomer batch pada buku anak atau kartu imunisasi
serta memberikan informent concent kepada orang tua atau
keluarga sebelum melakukan tindakan imunisasi yang
sebelumnya telah dijelaskan kepada orang tua apa manfaat
dan efek samping atau Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi yang
timbul setelah pemberian imunisasi.
21. Keadaan yang tidak boleh
memperoleh imunisasi
Sakit keras
Keadaan fisik lemah
Dalam masa tunas suatu penyakit
Sedang mendapat pengobatan dengan
kortikosteroid atau obat imunosupresif
23. Jadwal imunisasi
BCG
Imunisasi BCG diberikan optimal pada usia 2-3
bulan. Dosis untuk bayi dan anak < 1 tahun
adalah 0,05 ml. cara pemberian intrakutan di
daerah insersio M. deltoideus kanan.
24. Hepatitis B
Diberikan sedini mungkin setelah lahir.
Pemberian imunisasi hepatitis B harus berdasarkan
status HBsAg ibu pada saat melahirkan sebagai berikut
:
A. Bayi lahir dari ibu dengan status HBsAg yang tidak
diketahui. Diberikan vaksin rekombinan (HB Vax-II 5
µg atau energerix B 10 µg) atau vaksin plasma
derived 10 µg, IM , dalam waktu 12 jam setelah lahir.
Dosis kedua diberikan umur 1-2 bulan dan dosis
ketiga umur 6 bulan. Apabila pada pemeriksaan
selanjutnya diketahui ibu HbsAg-nya positif, segera
berikan 0,5 ml HBIG (sebelum 1 minggu)
25. B. Bayi lahir dari ibu HBsAg positif dalam waktu 12 jam
setelah lahir, secara bersamaan, diberikan 0,5 ml HBIG
dan vaksin rekombinan, IM di sisi tubuh yang berlainan.
Dosis kedua diberikan 1-2 bulan sesudahnya dan dosis
ketiga diberikan pada usia 6 bulan.
C. Bayi lahir dari ibu dengan HBsAg negatif diberikan
vaksin rekombinan atau vaksin plasma derived secara
IM , pada umur 2-6 bulan. Dosis kedua diberikan 1-2
bulan kemudian dan dosis ketiga diberikan 6 bulan
setelah imunisasi pertama.
26. DPT
Imunisasi DPT dasar diberikan 3 kali sejak umur
2 bulan dengan interval 4-6 minggu.
1. DPT 1 diberikan pada umur 2-4 bulan
2. DPT 2 pada umur 3-5 bulan
3. DPT 3 pada umur 4-6 bulan.
Ulangan (DPT4) selanjutnya diberikan satu
tahun setelah DPT 3 yaitu pada umur 18-24
bulan dan DPT 5 pada saat masuk sekolah
umur 5-7 tahun (BIAS). Ulangan DT 6 diberikan
pada umur 12 tahun, mengingat masih dijumpai
defteri pada umur .> 10 tahun
27. Polio
Polio-0 saat bayi baru lahir akan
dipulangkan dr rs
Polio- 2, 3, 4 usia 2, 4, 6 bulan; interval
antar 2 imunisasi tidak kurang dr 4 minggu
Imunisasi polio ulangan 1 th sejak
imunisasi polio-4 selanjutnya saat
masuk sekolah usia 5-6 th
Bila terlambat, jangan mengulang
vaksinasi dr awal, tetap lanjutkan dan
lengkapi vaksinasi sesuai jadwal, tanpa
melihat jarak waktu dari pemberian
sebelumnya
28. Campak
Diberikan pada umur 9 bulan , dalam satu dosis 0,5
ml sub-kutan dalam. Pemberian vaksin campak
ulangan pada saat masuk sekolah dasar (5-6
tahun).
29. MMR
Vaksin I usia 15-18 bln, min interval 6
bulan dgn imunisasi campak (usia 9 bln)
Dosis 0,5 ml subkutan
Diberikan minimal 1 bulan sebelum atau
sesudah imunisasi lain
MMR-2 diberikan pd usia 6 th
30. Hib (H. influenzae tipe B)
Diberikan sejak umur 2-4-6 bl, ulangan
pada 18 bulan, Dosis: 0,5 ml secara
intramuskular.
Bila anak belum pernah vaksinasi Hib,
datang pada usia 1-5 th Hib hanya
diberikan 1x
32. Vaksin PCV diberikan sjk usia 2 bln – 9 th, Dosis
pertama tdk diberikan sebelum usia 6 minggu.
Bayi BBLR ( 1500g) diberikan usia kronologis
6-8 mgg, tanpa memperhatikan usia kehamilan
33. Hepatitis A
Umur > 2 tahun, dosis
2-12 tahun 720 U ~ 0,5 ml
> 19 tahun 1440 U ~ 1 ml
2 dosis, ulangan 6 -12 bulan berikutnya
34. Varisella
Diberikan usia 1 th, dosis 0,5 ml, subkutan, 1x
Anak yg kontak dgn pasien varisela dapat
mencegah bila diberikan < 72 jam setelah kontak
usia > 13 th / dewasa diberikan 2x dng jarak 4-
8 minggu
35. Rotavirus
Monovalen dan Pentavalen ( 5 strain virus)
Dosis :
Monovalen : oral 2x, dosis pertama usia 6-14 mgg,
dosis kedua minimal interval 4 minggu. Tidak
melampaui usia 24 minggu
Pentavalen : oral 3x, dosis pertama usia 6-12 mgg,
interval dr ke-2 dan ke-3 adalah 4-10 mgg,
diberikan pd usia < 32 mgg (interval min 4 mgg)
36. Jenis – Jenis Imunisasi dan Kombo
Gita Risti Novianti
201110330311013
37. Vaksin
BCG Berasal dari kuman Bacillus Calmette Guerin yg telah
dilemahkan
; Memberikan kekebalan terhadap penyakit TBC
DPT Berasal dari kuman Bordetella Pertusis yg telah dimatikan ;
Memberikan kekebalan terhadap penyakit Difteria pertusis
dan Tetanus
Hepatitis B Berasal dari protein kuman hepatitis B;
Melindungi anak dari virus hepatitis B yang dapat
menginfeksi hati
Campak Berasal dari virus yang dilemahkan;
Memberikan kekebalan terhadap penyakit campak
Polio Berasal dari kuman yg dilemahkan ;
Memberikan kekebalan terhadap penyakit poliomyelitis
Influenza Bertujuan untuk memberikan kekebalan bagi tubuh terhadap
serangan virus influenza
38. Vaksin
MMR Virus yang dilemahkan
Hepatitis A Strain hepatitis A inaktivasi ;
HPV melindungi terhadap dua jenis virus penyebab penyakit
menular seksual yang merupakan penyebab paling umum
kanker serviks
40. Vaksin Kombo
Vaksin Kombo merupakan gabungan beberapa
antigen tunggal menjadi satu jenis produk antigen
untuk mencegah penyakit yang berbeda.
Misalnya vaksin kombinasi DPT/Hb adalah
gabungan antigen D-P-T dengan antigen Hb
untuk mencegah penyakit difteria, pertusis,
tetanus, dan Hb.
41. Mengapa ada Vaksin Kombinasi?
Alasan utama pembuatan vaksin kombinasi
adalah :
1. Kemasannya lebih praktis dibandingkan dengan
vaksin monovalen, sehingga mempermudah
pemberian maka dapat meningkatkan vakupan
imunisasi
2. Mengurangi frekuensi kunjungan ke fasilitas
kesehatan sehingga mengurangi biaya
pengobatan
3. Untuk mengejar imunisasi yang terlambat.
44. Indikasi :
Vaksin ini digunakan
untuk pencegahan
terhadap difteri, tetanus,
pertusis, hepatitis B,
dan infeksi
Haemophilus influenzae
tipe B secara stimultan.
Cara Pemberian:
disuntikkan secara im
pada anterolateral
vastus lateralis
Jadwal imunisasi :
tidak diberikan pada
BBL, vaksin ini efektif
aman digunakan
bersamaan dengan
vaksin BCG, campak,
polio, vitamin A, yellow
fever.
Efek samping :
KIPI yang terjadi tidak
berbeda secara
bermakna dengan
vaksin yang diberikan
secara terpisah.
45. Kontraindikasi :
Hipersensitif
Pada dosis pertama
DPT mis. Kejang yg
KI trhdp komponen
pertusis diganti
dengan vaksin DT
saja, sedangkan
vaksin Hep. B dan
HiB diberikan secara
terpisah
Penyimpanan :
Harus disimpan dan
ditransportasikan
pada suhu antara +2
dan 8 derajat celcius.
46. LOKASI PENYUNTIKAN &TEKNIK
PENYUNTIKAN
Jarum suntik harus
disuntikkan dengan
sudut 45°-60° ke otot
vastus lateralis atau
otot deltoid.
Pada otot vastus,
jarum diarahkan ke
lutut, pada deltoid
jarum diarahkan ke
pundak.
Otot vastus lateralis
dipakai pada bayi
<12 bulan
47. BCG
Sebelum disuntikkan
vaksin BCG harus
dilarutkan dengan 4 ml
pelarut NaCl 0,9%.
Melarutkan dengan
menggunakan alat
suntik steril dengan
jarum panjang.
Dosis pemberian 0,05
ml pada neonatus dan
0,1 pada usia 2-3
bulan, sebanyak 1 kali
IC.
48. POLIO
Sebelum digunakan pipet penetes
harus dipasangkan pada vial
vaksin.
Diberilan secara oral, 1 dosis
adalah 2 (dua) tetes sebanyak 4
kali (dosis) pemberian, dengan
interval setiap dosis minimal 4
minggu.
Setiap membuka vial baru harus
menggunakan penetes (dropper)
yang baru.
Di unit pelayanan statis, vaksin
polio yang telah dibuka hanya
boleh digunakan selama 2 minggu
dengan ketentuan :
vaksin belum kadaluarsa
vaksin disimpan dalam suhu 2
derajat Celcius sampai dengan
8 derajat Celcius
tidak pernah terendam air
sterilitasnya terjaga
VVM (Vaksin Vial Monitor)
49. DPT
Pemberian dengan cara intra
muskuler 0,5 ml pada tengah
pangkal paha.
Diberikan pada bulan ke 2, 4, 6,
18, tahun ke 5, dan 12.
Dalam pelayanan di unit statis,
vaksin yang sudah dibuka dapat
dipergunakan paling lama 4
minggu dengan penyimpanan
sesuai ketentuan.
Reaksi lokal seperti rasa sakit,
kemerahan dan pembengkakan
di sekitar tempat penyuntikan.
Reaksi yang terjadi bersifat
ringan dan biasanya hilang
setelah 2 hari.
50. HEPATITIS
Sebelum digunakan vaksin
harus dikocok terlebih dahulu
agar suspensi menjadi
homogen.
Sebelum disuntikkan,
kondisikan vaksin hingga
mencapai suhu kamar.
Vaksin disuntikkan dengan
dosis 0,5 ml atau 1(buah) HB,
pemberian suntikkan secara
intra muskuler, sebaiknya pada
anterolateral paha.
Pemberian sebanyak 3 dosis.
Dosis pertama diberikan pada
usia <12 jam, kedua pada usia
2 bulan dan yang ketiga pada
usia 6 bulan.
Di unit pelayanan statis, vaksin
HB yang telah dibuka hanya
boleh digunakan selama 4
minggu.Sedangkan di
posyandu vaksin yang sudah
51. CAMPAK
Sebelum disuntikkan vaksin
Campak terlebih dahulu harus
dilarutkan dengann pelarut
steril yang telah tersedia yang
berisi 5 ml cairan pelarut
aquabidest.
Dosis pemberian 0,5 ml
disuntikkan secara subkutan
pada lengan atas, pada usia 9-
11 bulan. Dan ulangan
(booster) pada usia 6-7 tahun
(kelas 1 SD) setelah cath-up
campaign Campak pada anak
Sekolah Dasar kelas 1-6.
Vaksin campak yang sudah
dilarutkan hanya boleh
digunakan maksimum 6 jam.
Efek samping dapat berupa
demam ringan dan kemerahan
selama 3 hari yang dapat
terjadi 8-12 hari setelah
53. Pencatatan dan Pelaporan
Definisi :
Pencatatan dan pelaporan imunisasi adalah pencatatan
dan pelaporan data program imunisasi, meliputi hasil
cakupan imunisasi, data logistik, dan inventaris
peralatan imunisasi dan kasus yang diduga KIPI atau
KIPI
54. Pencatatan dan Pelaporan
Manfaat :
1. Memantau hasil kegiatan dan mengambil tindakan
koreksi secara cepat terutama pada tingkat puskesmas
dan kabupaten/kota
2. Memantau distribusi serta efiisiensi penggunaan
logistik
3. Membuat analisis untuk perbaikan program dan
perencanaan
4. Sebagai pertanggungjawaban akuntabilitas program
55. Pencatatan
Pelayanan Luar Gedung (Tingkat Desa)
Data cakupan imunisasi
Pelayanan Dalam Gedung (Tingkat Puskesmas)
Data cakupan imunisasi
Data rekapitulasi pelayanan imunisasi
Data Vaksin dan Logistik Lainnya
Data Suhu Lemari Es
56.
57. Pelaporan Cakupan imunisasi rutin setiap bulan dari puskesmas
ke kabupaten/kota, provinsi, pusat
UCI desa dilaporkan dalam periode satu tahun
Cakupan imunisasi dan pemakaian vaksin dan
logistik BIAS
Laporan pemakaian vaksin dan logistik
Laporan keadaan rantai vaksin
Kasus KIPI atau diduga KIPI
58. Pelaporan KIPI
Identitas anak lengkap dan jelas
Jenis vaksin yang diberikan, dosis, nomor batch, siapa
yang memberikan. Vaksin sisa disimpan dan
diperlakukan seperti vaksin utuh (perhatikan cold
chain)
Nama dokter yang bertanggung jawab
Riwayat KIPI pada imunisasi terdahulu
59. Gejala klinis yang timbul dan atau diagnosis. Pengobatan
yang diberikan dan perjalanan . Hasil laboratorium,
penyakit lain
Waktu pemberian imunisasi
Saat timbulnya KIPI hingga diketahui, berapa lama interval
waktu antara pemberian imunisasi dengan terjadinya KIPI,
lama gejala KIPI.
Apakah terdapat gejala sisa, setelah dirawat dan sembuh
Bagaimana cara menyelesaikan masalah KIPI
Adakah tuntutan dari keluarga
61. Definisi
Bayi Baru Lahir yang terlahir dari Ibu yang
bermasalah
menderita suatu penyakit sebelum, selama
hamil, atau pada saat menghadapi proses
persalinan.
62. penyakit
kecurigaan infeksi intra uterin, Hepatitis B,
Tuberkulosis, Diabetes Mellitus, Sifilis,
dan HIV yang tampaknya jumlah penderita
semakin meningkat serta Ibu dengan
kecanduan Obat.
63. Tanda tanda ibu mengalami
infeksi
Ibu mengalami panas tubuh lebih atau sama dengan 38
C selama proses
persalinan sampai 3 hari pasca persalinan,
Cairan ketuban hijau keruh apalagi berbau busuk,
Cairan ketuban pecah 18 sampai 24 jam sebelum bayi
lahir, Atau pecah pada saat umur kehamilan baru
menginjak 37 minggu.
64. Ibu dg hepatitis b
1. Bila ibu mengidap HBsAg positif untuk jangka waktu lebih dari 6 bulan dan
tetap positif selama masa kehamilan dan melahirkan.
2. Bila status HbsAg positif tidak disertai dengan peningkatan SGOT/PT maka,
status ibu adalah pengidap hepatitis B.
3. Bila disertai dengan peningkatan SGOT/PT pada lebih dari kali
pemeriksaan
dengan interval pemeriksaan 2-3 bulan, maka status ibu adalah penderita
hepatitis B kronik.
4. Status HbsAg positif tersebut dapat disertai dengan atau tanpa HBeAg
positif.
65. PENGELOLAAN BAYI BARU LAHIR
DENGAN IBU HEPATITIS B
Ibu yang menderita hepatitis akut atau test serologis HBsAg positif, dapat
menularkan
hepatitis B pada bayinya :
Berikan dosis awal Vaksin Hepatitis B (VHB) 0,5 ml segera setelah lahir,
seyogyanya dalam 12 jam sesudah lahir disusul dosis ke-2, dan ke-3 sesuai dengan
jadwal imunisasi hepatitis.
Bila tersedia pada saat yang sama beri Imunoglobulin Hepatitis B 200 IU IM
(0,5 ml) disuntikkan pada paha yang lainnya, dalam waktu 24 jam sesudah lahir
(sebaiknya dalam waktu 12 jam setelah bayi lahir).
Mengingat mahalnya harga immunoglobulin hepatitis B, maka bila orang tua tidak
mempunyai biaya, dilandaskan pada beberapa penelitian, pembelian HBIg tersebut
tidak dipaksakan. Dengan catatan, imunisai aktif hepatitis B tetap diberikan
secepatnya.
Yakinkan ibu untuk tetap menyusui dengan ASI, apabila vaksin diatas sudah
diberikan (Rekomendasi CDC), tapi apabila ada luka pada puting susu dan ibu
mengalami Hepatitis Akut, sebaiknya tidak diberikan ASI.
66. Penatalaksanaan khusus
a. Dilakukan pemeriksaan anti HBs dan HbaAg berkala pada usia 7 bulan (satu bulan
setelah penyuntikan vaksin hepatitis B ketiga) 1, 3, 5 tahun dan selanjutnya setiap
1 tahun.
1) Bila pada usia 7 bulan tersebut anti HBs positif, dilakukan pemeriksaan ulang
anti HBs dan HBsAg pada usia 1, 3, 5 dan 10 tahun.
2) Bila anti HBs dan HBsAg negatif, diberikan satu kali tambahan dosis vaksinasi
dan satu bulan kemudian diulang pemeriksaan anti HBs. Bila anti HBs positif,
dilakukan pemeriksaan yang sama pada usia 1, 3, dan 5 tahun seperti pada butir a.
3) Bila pasca vaksinasi tambahan tersebut anti HBs dan HBsAg tetap negatif, bayi
dinyatakan sebagai non responders dan memerlukan pemeriksaan lanjutan yang
tidak akan dibahas pada makalah ini karena terlalu teknis.
67. 4) Bila pada usia 7 bulan anti HBs negatif dan HBsAg positif, dilakukan
pemeriksaan HBsAg ulangan 6 bulan kemudian. Bila masih positif,
dianggap
sebagai hepatitis kronis dan dilakukan pemeriksaan SGOT/PT, USG
hati, alfa
feto protein, dan HBsAg, idealnya disertai dengan pemeriksaan
HBV-DNA
setiap 1-2 tahun.
b. Bila HBsAg positif selama 6 bulan, dilakukan pemeriksaan
SGOT/PT setiap 2-3
bulan. Bila SGOT/PT meningkat pada lebih dari 2 kali pemeriksaan
dengan interval
waktu 2-3 bulan, pertimbangkan terapi anti virus.
68. Bayi lahir dengan ibu TB
Bila menderita Tuberkulosis paru aktif dan mendapat pengobatan kurang dari
2 bulan sebelum melahirkan, atau didiagnosis TBC setelah melahirkan :
Jangan diberi vaksin BCG saat setelah lahir;
Beri profilaksis Isoniazid (INH) 5 mg/kg sekali sehari secara oral;
Pada umur 8 minggu lakukan evaluasi kembali, catat berat badan dan lakukan
pemeriksaan tes Mantoux dan radiologi bila memungkinkan :
bila ditemukan kecurigaan TBC aktif, mulai berikan pengobatan anti TBC
lengkap (sesuaikan dengan program pengobatan TBC pada bayi dan anak dan
kirim ke pusat pelayanan kesehatan setempat);
bila bayi baik dan dan hasil tes negatif, lanjutkan pencegahan dengan
isoniazid selama waktu 6 bulan
69. Tunda pemberian vaksin BCG sampai 2 minggu
setelah pengobatan selesai. Bila
vaksin BCG sudah terlanjur diberikan, ulang
pemberiannya 2 minggu setelah
pengobatan INH selesai.
Yakinkan ibu bahwa ASI tetap boleh diberikan.
Lakukan tindak lanjut terhadap
bayinya tiap 2 minggu untuk menilai kenaikan berat
bayi.
Obat yang diminum ibunya seperti INH, Rifampisin,
Ethambutol, aman untuk
Breast Feeding. Tapi pemberian PAS pada ibu, hati
hati karena efek pada bayinya.
71. Ilmu yang mempelajari reaksi/ perubahan yang terjadi di dalam
tubuh sebagai akibat masuknya benda asing atau yang dianggap
asing oleh tubuh
Imunologi
72. Sistem Imun
Respon imune
Innate
(Nonspecific)
1o line of defense
Adaptive
(Specific)
2o line of defense
Protects/re-exposure
Cellular Components Humoral Components Cellular Components Humoral Components
Interactions between the two systems
77. Hours Days
Time after infection
Complement
6 12 1 3 5
NK cells
Phagocytes
Epithelial
barriers
Microbe
T lymphocytes
B lymphocytes Antibodies
Effector T cells
Adaptive immunityInnate immunity
0
Innate and adaptive immunity
IMMUNE RESPONSE
85. Imunitas Pasif
Placental Transfer of
IgG
Colostral transfer of IgA
Antibodies or
immunoglobulin
Immune cells
Natural Artificial
86. Istilah
• Imunisasi : pemindahan / transfer
antibodi secara pasif
• Vaksinasi : pemberian vaksin
(antigen) yang dapat merangsang
pembentukan imunitas (antibodi) dari
sistem imun di dalam tubuh
• Istilah imunisasi lebih umum dipakai
mencakup kedua pengertian di atas
87. Imunisasi Aktif
• Tubuh anak akan
membuat sendiri zat
anti setelah mendapat
rangsangan antigen
• Membutuhkan waktu
yang lama untuk
membuat zat anti
• Kekebalan bertahan
lama (bertahun-tahun)
• Ex: vaksin BCG
Imunisasi Pasif
• Zat anti diperoleh dari
luar anak
• Tidak butuh waktu
yang lama untuk
membuat zat anti
• Kekebalan tdk brlgsg
lama (hanya bbrapa
bulan)
• Ex: pemberian HBIg
Untuk memperoleh kekebalan yang cukup,
jumlah zat anti dalam tubuh harus
meningkat
Dasar Imunisasi
88. Kelebihan dan Kekurangan Imunisasi
Pasif
Advantages
Immediate Protection
Disadvantages
No Long term
Protection
Serum Sickness
Risk Of hepatitis and
Aids
etc
90. Infection dan Immunity
infection immunity
Bolus of infection x virulence
immunity
Disease =
Jaminan imunisasi terhadap suatu penyakit
≠ 100%.
Jadi bisa saja anak terkena peny. ttt
meski telah diimunisasi. Namun akan
berlangsung ringan dan tidak
91.
92.
93. Sistem imun yang melindungi tubuh terhadap mikroba
penyerang dan benda benda yang ada dalam lingkungan ,ada
dua bentuk :
Imunitas alamiah,yg sudah ada sejak lahir dan melindungi
neonatus dari mikroba patogen.
Imunitas adaptif,atau didapat yg timbul pada inang sebagai
akibat terkena pajanan mikroba atau benda asing.
Imunology Klinik,medical notes,Michael J.Parmely
94. IMMUNOCOMPROMISED
Immunocompromised adalah suatu kondisi abnormal
dimana kemampuan seseorang untuk melawan infeksi
mengalami penurunan.hal ini dapat disebabkan oleh
proses penyakit,obat-obatan tertentu,atau kondisi saat
lahir.
kamuskesehatan
95. Fungsi primer sistem imun adalah melenyapkan agen infeksi dan
meminimalkan kerusakan yg terjadi
96. FAKTOR PENYEBAB IMMUNOCOMPROMISED
Neutropeni
Adanya kerusakan pada imunitas seluler dan humoral
Perubahan pada sawar fisik
Gizi buruk
Adanya obstruksi
Saripediatri.IDAI.or.id/abstrak
97. Defek genetik
Infeksi
Immunodefisiensi transien (campak,varicella)
Immunodefisiensi permanent (infeksi HIV,infeksi Rubella kongenital)
Obat atau toksin
Immunosupresan(kortikosteroid,siklosporin)
Antikonvulsan(fenitoin)
Penyakit nutrisi atau metabolik
Malnutrisi(misal kwashihorkor),defisiensi
vitamin(biotin,transkobalamin)
Stiehm dkk,2005
98. Kurang tidur
Racun tubuh
Tubuh memproduksi racun sendiri selama metabolisme.jika racun tidak
berhasil keluar tubuh dapat berdampak buruk pada sistem kekebalan
tubuh
Paparan zat berbahaya
Bahan pembersih kimia biasanya sering ditemukan dirumah.
Kekurangan gizi
Dimana tubuh memerlukan mikronutrien seperti vitamin dan
mineral.Kekurangan gizi berkepanjangan bisa berakibat fatal
101. Imunisasi Polio
Kontraindikasi OPV untuk pasien :
- Pasien yang sedang terapi kortokosteroid
- Pasien HIV
Kontaindikasi IPV untuk :
- Tidak ada kontraindikasi untuk bayi yang
terinfeksi HIV untuk tidak diberikan imunisasi
polio secara IPV
- Vaksin polio pada ibu hamil tidak diberikan
103. Imunisasi Campak
Kontraindikasi :
- pada pasien yang mengalami imunodefisiensi
- pasien yang menderita gangguan respon imun
karena leukimia atau limfoma
- wanita hamil
104. Imunisasi MMR
Kontraindikasi untuk :
penderita HIV
Pasien yang mendapat terapi imunosupresif,
antimetabolit,alkylating agent atau radiasi
Wanita hamil
Pasien dengan terapi imunokompremise berat
dapat diberikan imunisasi setelah 3 bulan
106. Pasien imonokompremise
Kenapa tidak boleh
di imunisasi???
Tidak boleh diberi vaksin
hidup karena vaksin akan
bereplikasi didalam tubuh
Vaksin OPV, MMR, BCG
107. Imunisasi yang boleh diberikan
Hepatitis B, hepatitis A, DPT, influenza dan HIB
108. Pasien dalam terapi
kortikosteroid
Pasien dengan terapi kortikosteroid topikal,injeksi
lokal misal aerosol,salep kulit, kortikosteroid dosis
rendah boleh diberikan vaksin hidup
Jika terapi kortikosteroid dosis tinggi setiap hari
atau selang hari selama lebih dari 14 hari bisa
diberikan vaksin hidup setelah penghentian
pengobatan 1 bulan
109. Pasien infeksi HIV
Vaksin hidup tidak dapat diberikan karena akan
mengaktifkan sistem imun yang dapat
meningkatkan replikasivirus HIV sehingga
memperberat penyakit HIV
110. Pasien transplantasi sumsum tulang
Pasien resipien akan mengalami imunodefisiensi
karena :
- pengobatan imunosupresi terhadap penyakit
primer
- kemoterapi atau radioterapi yang diberikan pada
penjamu
-reaktivitas imunologi
- pengobatan imunosupresi yang diberikan
setelah transplantasi diberikan
Jadi pasien ini bisa diberikan imunisasi sebelum
melakukan tranplantasi seperti imunisasi polio
dan DPT
111.
112.
113. 1. Ny. An menunjukkan HbsAg (+) melahirkan anak
laki-laki usia kehamilan prematur dengan BBLR
1800 gr.
Permasalahan : Virus Hepatitis B menyebabkan penyakit
hepatitis pd manusia. Manifestasi klinis berupa hepatitis akut;
berkembang menjadi kronis dan dapat berakibat menjadi
hepatoselular karsinoma fatal. Bayi yang lahir dari ibu dengan
HbsAg (+) dapat terinfeksi saat periode perinatal (transmisi
vertikal) dan resiko infeksi hepatitis kronis pada bayinya
sebesar 80 sampai 95%
Pembahasan:
114. PRENATAL
• kunjungan pertama bumil
dan trisemester ketiga
lakukan screening Hepatitis
B
• imunisasi HBV pd bumil
dengan faktor resiko tinggi
(pasangan sex >1 dalam 6
bln terakhir, evaluasi atau
pengobatan terdahulu utk
PMS, penggunaan obat-
obatan injeksi, pasangan sex
HbsAg (+))
• 1 minggu sebelum taksiran
partus, usahakan pula
pemberian HBIG
• diskusikan dg dokter
spesialis anak atau bidan
yang akan menolong
persalinan.
PERINATAL
• POST EXPOSURE
IMMUNOPROPHYLAXIS
WITH HEPATITIS B
VACCINE AND HBIG CAN
EFFECTIVELY PREVENT
INFECTION AFTER
EXPOSURE TO THE
VIRUS”
• beri vaksin HB-1 0,5 mL IM
setelah lahir (<12 jam)
• usahakan beri HBIG 200 IU
IM (0,5mL) pada paha
lainnya (<12jam)
• tetap beri ASI, apabila vaksin
diatas sudah diberikan
(Rekomendasi CDC), bila
ada luka di puting susu ibu
dg hepatitis akut pemberian
ASI sebaiknya tidak
dilakukan.
PASCA PERIODE
PERINATAL
• jadwal imunisasi HBV
berikutnya diberikan sesuai
dengan jadwal HB-2 usia
1 bln, HB-3 usia 3-6 bln.
(BBLR <2000gr memerlukan
4 serial dosis vaksin pada
usia 0, 1, 2-3, 6-7 bln
• testing Anti-HBs dan HbsAg
pada usia 7 bln lalu 1,3,5 th
dan selanjutnya tiap th
• Bila HBsAg (+) selama 6
bulan, lakukan pemeriksaan
SGOT/PT tiap 2-3 bln. Bila
SGOT/PT meningkat pd lebih
dari 2 kali pemeriksaan dg
interval 2-3 bln,
pertimbangkan terapi anti
virus
• pemantauan tumbuh-
kembang, gizi, serta
pemberian imunisasi,
dilakukan sebagaimana
pemantauan terhadap bayi
normal lainnya.
115. 2. Ny. Es menderita TB paru aktif melahirkan bayi
perempuan BBLCB 2700gr.
Permasalahan : Pada ibu yang menderita
Tuberkulosis aktif, penularan dapat terjadi
sebelum bayi lahir melalui plasenta, atau
menghirup amnion yang tercemar, atau melalui
pernapasan setelah bayi lahir . Yang sangat
tinggi resiko terjadi TB bayi adalah pada saat
proses persalinan dan segera sesudah lahir
Pembahasan
116. PRENATAL
• screening TB pd
bumil dg faktor
resiko (kemiskinan,
penggunaan obat-
obatan, HIV,
lingkungan tinggal,
imigran dr daerah
endemis)
• pemberian vaksin
BCG kontraindikasi
pd bumil
• terapi pencegahan
dg INH sangat efektif
dan tak ada resiko
teratogenik dg dosis
standar (max 300
mg/hri) selama 6-12
bln
PERINATAL
• jangan diberi vaksin
BCG saat setelah
lahir
• beri profilaksis
Isoniazid (INH) 5
mg/kg sekali sehari
secara oral
• yakinkan ibu bahwa
ASI tetap boleh
diberikan. Lakukan
tindak lanjut
terhadap bayinya
tiap 2 minggu untuk
menilai kenaikan
berat bayi
• Obat yang diminum
ibunya seperti INH,
Rifampisin,
Ethambutol, aman
untuk Breast
Feeding.
PASCA PERIODE
PERINATAL
• jadwal imunisasi BCG
ditunda sampai 2minggu
pengobatan selesai
• pada umur 8 minggu
lakukan evaluasi, catat
berat badan dan lakukan
pemeriksaan tes Mantoux
dan radiologi
• bila ditemukan kecurigaan
TBC aktif, mulai berikan
pengobatan anti TBC
lengkap (sesuaikan
dengan program
pengobatan TBC pada
bayi dan anak
• § bila bayi baik dan dan
hasil tes negatif, lanjutkan
pencegahan dengan
isoniazid selama waktu 6
bulan.
• pemantauan tumbuh-
kembang, gizi, serta
pemberian imunisasi,
dilakukan sebagaimana
pemantauan terhadap
bayi normal lainnya.