SlideShare a Scribd company logo
1 of 116
CARA MUDAH BELAJAR NEUROANATOMI
(Sebuah buku mewarnai dengan penjelasan yang ringkas)
dr. Gregory Budiman, M.Biomed
KATA PENGANTAR
Neuroanatomi merupakan pelajaran yang agak sulit dipahami. Kebanyakan
mahasiswa mengalami kesulitan untuk membayangkan bangunan-bangunan dan sirkuit-
sirkuit neuroanatomi yang begitu rumit.
Ruang lingkup buku ini terbatas pada gross neuroanatomi dan jaras
neuroanatomi yang penting saja sehingga mahasiswa dapat menemukan ide pokoknya
dengan cepat. Buku ini ditulis dengan sistematika yang sederhana dan tidak rumit.
Buku ini membantu mahasiswa untuk belajar menggunakan 3 aspek :
1. Aspek visual :
 Membaca teks yang sederhana dan jelas
 Melihat langsung gambar dengan petunjuknya
Aspek ini memudahkan mahasiswa untuk membayangkan dan memahami jaras-
jaras anatomi.
2. Aspek Auditorik :
 Mendengar dari kuliah
 Diskusi kelompok
Pada bagian akhir buku ini terdapat pertanyaan untuk diskusi
3. Aspek kinestetik :
• Merunut dan mewarnai jaras-jaras neuroanatomi
Dengan mewarnai dan merunut gambar dan jaras-jaras neuroanatomi maka
pemahaman materi akan lebih optimal dan mahasiswa dapat dengan mudah
menerangkan kembali apa yang telah dipelajarinya.
dr. Gregory Budiman, M.Biomed
Staf Pengajar Neuroanatomi FKUI
KATA SAMBUTAN
Fakultas Kedokteran telah mengalami perubahan paradigma pengajaran
yang tadinya teacher-centered instruction menjadi student-centered learning.
Alokasi waktu untuk perkuliahan (ceramah satu arah) menjadi sangat sedikit
sekali oleh sebab itu mahasiswa membutuhkan buku-buku panduan ringkas
yang dapat memfasilitasi mereka saat melakukan pendalaman materi secara
mandiri.
Buku “Cara Mudah Belajar Neuroanatomi” merupakan buku suplemen
yang menunjang buku-buku teks Neuroanatomi lainnya. Buku ini memudahkan
mahasiswa dalam memahami jaras-jaras yang menghubungkan bangunan-
bangunan pada sistem saraf pusat. Pemahaman mengenai jaras-jaras
neuroanatomi merupakan modal dasar untuk mendalami aspek klinis bidang
neurologi.
Buku ini merupakan hasil kreatifitas staf pengajar dalam memberikan
inovasi pada proses pembelajaran kurikulum berbasis kompetensi. Jordan &
Spencer berkata,” ...student-centered learning demands that not only the
teachers are experts in their field but also – and more importanly – that they
understand how people learn”. Semoga buku ini dapat memberi pencerahan
bagi para mahasiswa fakultas kedokteran dalam memahami neuroanatomi.
Dr.dr. Ratna Sitompul, SpM(K)
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Komponen Saraf di Medula Spinalis
Lengkung Refleks Sederhana
Jaras-jaras Asenden pada Medula Spinalis
Jaras-jaras Desenden pada Medula Spinalis
Tractus Corticobulbaris
Susunan Saraf Otonom
Refleks Berkemih
Jaras Penghidu
Jaras Visual
Saraf-saraf Penggerak Bola Mata (Nervus III, IV, VI)
Gerak Bola Mata Konjugat
Refleks Cahaya Langsung, Refleks Cahaya Konsensual, dan refleks Akomodasi
Komponen Saraf N.V
Refleks Kornea dan Refleks Masseter
Komponen Saraf N.VII
Jaras-jaras Pendengaran
Komponen Saraf N.IX
Komponen Saraf N.X, N.XI, N.XII
Pertanyaan Untuk Diskusi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Komponen Saraf Di Medula Spinalis
Gambar 2 Lengkung Refleks Sederhana
Gambar 3 Jaras-jaras Asenden pada Medula Spinalis
Gambar 4 Jaras-jaras Desenden pada Medula Spinalis
Gambar 5 Tractus Corticobulbaris
Gambar 6 Diagram Distribusi Persarafan Otonom
Gambar 7 Susunan Saraf Otonom
Gambar 8 Refleks Berkemih
Gambar 9 Lapang Pandang Akibat Lesi Tertentu
Gambar 10 Jaras Penghidu
Gambar 11 Jaras Visual
Gambar 12 Komponen N.III, IV, VI
Gambar 13 Gerak Primer Bola Mata Kiri
Gambar 14 Gerakan Kombinasi (Yoke Muscle)
Gambar 15 Diagram Gerakan Kombinasi (Yoke Muscle)
Gambar 16 Gerak Bola Mata Konjugat
Gambar 17 Refleks Cahaya Langsung, Refleks Cahaya Konsensual, dan
Refleks Akomodasi
Gambar 18 Komponen Saraf N.V
Gambar 19 Refleks Kornea dan Refleks Masseter
Gambar 20 Komponen Saraf N.VII
Gambar 21 Jaras Pendengaran
Gambar 22 Komponen Saraf N.IX
Gambar 23 Komponen Saraf N.X, XI, XII
PEMBAGIAN SUSUNAN SARAF
Sistem saraf secara garis besar dibagi menjadi :
• Sistem Saraf Pusat (terdiri atas otak dan medulla spinalis)
• Sistem Saraf Tepi (terdiri atas saraf kranial dan saraf spinal)
Sistem saraf pusat berasal dari beberapa gelembung otak yang terbagi menjadi :
1. Telencephalon : berkembang menjadi hemisferium cerebri dan
ganglia basalia
2. Diencephalon : berkembang menjadi thalamus, epithalamus,
metathalamus, hipothalamus
3. Mesencephalon : merupakan bagian yang terdiri atas crus cerebri,
tegmentum dan tectum
4. Metencephalon : berkembang menjadi pons dan cerebellum
5. Myelencephalon : berkembang menjadi medulla oblongata
Secara garis besar bagian-bagian otak memiliki fungsi sebagai berikut:
• Cortex cerebri : untuk fungsi luhur yaitu berpikir, bahasa, pemahaman,
gerakan sadar, sensasi dan persepsi
• Ganglia basal : berfungsi untuk koordinasi gerakan dalam sistem
ekstrapiramidal
• Thalamus: berfungsi untuk relay impuls sensorik menuju korteks
cerebri, dan juga pengaturan gerakan motorik
• Hipothalamus : berfungsi untuk pengaturan suhu tubuh, rasa lapar dan
haus, irama circadian.
• Hippocampus : berfungsi untuk pembelajaran dan memori
• Sistem limbik : berfungsi untuk pengaturan emosi
• Cerbellum : berfungsi untuk koordinasi gerakan dan keseimbangan
• Mesencephalon : berfungsi untuk koordinasi penglihatan dan
pendengaran
• Pons : befungsi untuk koordinasi gerakan.
• Medulla oblongata : berfungsi sebagai pusat vegetatif , pusat napas,
denyut jantung, dan fungsi otonom lainnya
Cerebrum Aspectus Lateralis:
1. Pars orbitalis gyrus frontalis
inferior
2. Pars triangularis gyrus
frontalis inferiior
3. Pars oppercularis gyrus
frontalis inferior
4. Gyrus frontalis media
5. Gyrus frontalis superior
6. Gyrus precentralis
7. Sulcus centralis Rollandi
8. Gyrus postcentralis
9. Gyrus supramarginalis
10.Gyrus angularis
11.Lobus occipitalis
12.Gyrus temporalis superior
13.Sulcus temporalis superior
14.Gyrus temporalis media
15.Sulcus temporalis inferior
16.Gyrus temporalis inferior
17.Fissura lateralis Sylvii
Cerebrum aspectus medialis
1. Area Subcallosus
2. Uncus
3. Corpus callosum
4. Lobulus paracentralis
5. Septum pelucidum
6. Fornix
7. Precuneus
8. Fissura parietoocipitalis
9. Cuneus
10.Sulcus calcarina
11.Gyrus lingualis
12.Glandula pineale
13. Arbor vitae cerebellum
14. Hipothalamus
15. Hipofisis
16. Thalamus
17. Commisura posterior
18.Commisura anterior
19.Corpora quadrigemina
(colliculus superior et inferior)
20. Adhesio interthalamic
Cerebrum Aspectus Inferior :
1. Gyrus rectus/paraolfactoria
2. Bulbus olfactorius
3. Tractus olfactorius
4. N. Opticus
5. Chiasma opticum
6. Tuber cinerium
7. Corpora mamilare
8. Crus cerebri
9. Nucleus ruber
10. Aquaductus cerebri Sylvii
11. Uncus
12. Gyrus parahipocampalis
13. Gyrus occipitotemporalis
medial
14. Gyrus occipitotemporalis
lateral
Batang otak (aspectus ventralis)
1. Chiasma opticum
2. Tractus opticus
3. Tractus olfactorius
4. Substansia perforata anterior
5. Corpora mammilare
6. Substansia perforate posterior
7. Crus cerebri
8. N. III (oculomotorius)
9. N. IV (trochlearis
10. N.V (trigeminus)
11. Basis pontis
12. N.VI (abducens)
13. N. VII (facialis) & N.VIII
(vestibulocochlearis)
14. Pyramis
15. Oliva
16. Floculus
17. N.IX (glossopharyngeus)
18. N. X (vagus)
19. N. XI (accesorius
20. N. XII (hypoglossus)
21. Decussatio pyramidum
Batang otak (Aspectus dorsalis)
1. Pulvinar thalami
2. Ventrikel III
3. Capsula interna
4. Corpus pinealis
5. Corpus geniculatum laterale
6. Corpus geniculatum mediale
7. Colliculus superior
8. Colliculus inferior
9. N. IV (trochlearis)
10. Pedunculus cerebelli superior
11. Eminentia mediana
12. Pedunculus cerebelli media
13. Colliculus facialis
14. Pedunculus cerebelli inferior
15. Striae medullares
16. Trigonum n. XII
17. Trigonum n. X
18. Oliva
19. Tuberculum cuneatum
20. Tuberculum gracilis
Batang otak (aspectus medialis)
1. Genu corpus callosum
2. Truncus corpus callosum
3. Fornix
4. Plexus choroidalis
5. Adhesio interthalamica
6. Splenium corpus callosum
7. Commisura posterior
8. Corpus pineale
9. Corpora quadrigemina
10. Arbor vitae cerebellum
11. Foramen Magendie
12. Medulla oblongata
13. Ventrikel IV
14. Basis pontis
15. Aqua ductus cerebri Sylvii
16. Corpus mammilare
17. Hypofisis
18. Chiasma opticum
19. Commisura anterior
20. Thalamus
Potongan Coronal Cerebrum :
1. Corpus mammilare
2. Gyrus dentatus
3. Gyrus parahipocampalis
4. Hipocampus
5. Subiculum
6. Ventrikel III
7. Adhesio interhalamica
8. Thalamus
9. Fornix
10. Corpus callosum
11. Ventrikel lateral
12. Nucleus caudatus
13. Putamen
14. Globus pallidus
15. Claustrum
16. Cornu inferior ventrikel lateral
Potongan Horizontal Cerebrum :
1. Genu corpus callosum
2. Caput nucleus caudatus
3. Capsula extrema
4. Claustrum
5. Capsula externa
6. Cauda nucleus caudatus
7. Splenium corpus callosum
8. Septum pellucidum
9. Fornix
10. Putamen
11. Globus pallidus
12. Thalamus
13. Plexus choroidalis
Cerebellum aspectus superior
1. Fissura horizontalis
2. Fissura prima
3. Vermis
4. Lobus
5. Lobus
6. Lobus
7. Lobus
Cerebellum aspectus inferior:
1. Vermis
2. Pedunculus cerebelli
3. Flocculus
4. Tonsila cerebelli
VASKULARISASI SSP
Encephalon dilayani oleh 2 pasang arteriae besar yaitu :
Arteria carotis interna
arteri vertebralis
Kedua arteri besar ini membentuk circulus arteriosus cerebri Willisi.
Vaskularisasi Regional :
1. Cortex cerebri : aa. Cerebri anteriores, mediae, dan posteriores
2. Corpus striatum dan capsula interna : rr. centrales atau basales a.
cerebri media melalui substantia perforata anterior
3. thalamus : cabang-cabang a. cerebri posterior
4. hypothalamus : semua komponen circulus arteriosus Willisi
5. Cerebellum : aa.cerebelli superiores, aa.cerebelli inferiores
anteriores dan aa.cerebelli inferiores posteriores
6. Mesecncephalon :cabang-cabang a.cerebri posterior melalui
substantia perforata posterior
7. Pons : cabang-cabang a. basilaris
8. Medulla oblongata : aa. vertebrales dan a.basilaris
Aliran darah balik otak
Dibagi 2 kelompok :
9. venae superficiales berjalan pada permukaan cortex dan
mengalirkan darahnya ke sinus duramatris (terutama sinus
saggitaslis superior) dan vena basilaris dan vaena vertebrales.
10.venae profundae melayani struktur-struktur di dalam hemispherium
(corpus striatum, thalamus, capsula interna, dll). Terdiri atas: vena
thalamostriata di antara permukaan dorsal nucleus caudatus dan
thalamus, vena cerebri interna, pada atap ventriculus III, vena
cerebri magna Galeni terbentuk dari penggabungan 2 venae
cerebri internae.
Vaskularisasi Medulla Spinalis
Darah arterial mencapai medulla spinalis melalui 2 sumber utama:
o spinalis anterior dan posterior (merupakan cabang langsung dari
a.vertebralis)
o radicularis yang merupakan cabang dari rami spinales
aa.segmentales. Ramus spinalis mencapai canalis vertebralis
melalui foramen intervertebrale.
Darah vena :
Plexus venosus yang tak beraturan terdapat di ruang extradural dan
berhubungan dengan vena-vena segmental. Seluruh drainase vea berakhir ke
vena kava.
PELINDUNG SUSUNAN SARAF PUSAT
Pelindung extrakranial : SCALP
1. Skin
2. Connective tissue – kaya akan pembuluh darah dan saraf.
3. Aponeurosis – galea aponeurotica merupakan tendo dari otot epicranius
frontalis, epicranius occipitalis dan otot auricularis.
4. Loose connective tissue – merupakan “danger zone” karena dapat
menyebabkan hematom subgaleal apabila v.emissaria pecah.
5. Periosteum
Pelindung intrakranial : MENINGES
• Lapisan menigs terdiri atas pachymeninx (dura mater) dan
leptomeninx (arachnoidmater dan piamater)
• Duramater encephali terdiri dari 2 lapisan yang menempel menjadi
satu :
• Periosteal dura yang merupakan lapisan endocranium, kaya akan
pembuluh darah dan saraf.
• Meningeal dura merupakan lapisan yang lebih tipis.
• Kedua lapisan dura ini terpisah pada beberapa tempat dan
membentuk beberapa sinus duramatris.
• Pada tempat-tempat tertentu meningeal dura membentuk lipatan
yang menjadi sekat satu bagian otak dengan bagian lainnya.
Tempat-tempat tersebut :
• Falx cerebri : memisahkan hemispherium cerebri kanan dan kiri
(berbentuk bulan sabit)
• Tentorium cerebelli : memisahkan cerebellum dari lobi occipitales
cerebri
• Falx cerebelli : memisahkan hemispherium cerebelli kanan dan kiri,
berbentuk segitiga
• Diaphragma sellae : suatu lipatan yang membentuk bagian atap
suatu ruangan yang diisi oleh hypophysis.
• Celah di antara periosteal dura dan cranium merupakan ruang
potensial bukan ruang aktual. Hematom epidural dapat terjadi
apabila terjadi trauma yang mengakibatkan terisinya ruang epidural
dengan cairan darah (akibat pecahnya a. meningea media).
• Arachnoidmater merupakan lapisan tepat di bawah duramater dan
berbentuk seperti jaring laba-laba. Trabeculae merupakan jaring-
jaring yang menghubungkan arachnoid dengan lapisan piamater.
Ruang subdural juga merupakan ruang potensial oleh karena
arachnoidmater hampir menempel pada lapisan duramater.
Hematom subdural dapat terjadi akibat pecahnya vena cerebri
superior (bridging vein) yang melintas di antaranya. Sedangkan
ruang subarachnoid merupakan ruang aktual yang berisi liquor
cerebrospinalis. Perdarahan subarachnoid dapat terjadi akibat
pecahnya aneurisma pembuluh-pembuluh darah besar otak.
Perdarahan subarachnoid dapat diketahui dengan pengambilan
sampel LCS yang hemoragis.
• Piamater merupakan lapisan halus yang menempel pada otak dan
medulla spinalis dan mengikuti gyri dan sulci.
Susunan Sinus Duramatris
11.Sinus sagittalis superior, terdapat pada tepi atas falx cerebri dan
mempunyai hubungan dengan venae extracraniales melalui venae
emissariae. Sinus ini bermuara ke confluens sinuum.
12.Sinus sagittalis inferior, terdapat sepanjang tepi bawah falx cerebri
dan menuangkan isinya ke dalam sinus rectus
13.Sinus rectus, terletak pada garis pertemuan antara falx cerebri dan
tentorium cerebelli. Sinus ini menerima darah vena dari sinus
sagittalis inferior dan vena cerebri magna Galeni.
14.Confluens sinuum, terletak di dekat protuberantia occipitalis
interna, merupakan pertemuan sinus sagittalis superior, sinus
rectus dan kedua sinus transversus.
15.Sinus transversus, terletak sepanjang sulcus sinus transversi ossis
occipitalis.
16.Sinus sigmoideus, terletak sepanjang sulcus sinus sigmoidei,
merupakan lanjutan sinus transversus dan menuangkan isinya ke
vena jugularis interna.
17.Sinus cavernosus, merupakan struktur bilateral di sebelah kanan
dan kiri corpus sphenoidalis dan hypophysisi cerebri. Ke arah
anterior berhubungan dengan venae ophthalmicae, dengan
demikian terjadi hubungan antara sinus duramatris dengan venae
extracraniales. Ke arah posterior sinus cavernosus mempunyai
hubungan dengan sinus sigmoideus melalui sinus petrosus
superior dan inferior.
Pelindung pada medulla spinalis dari luar ke dalam :
• Dinding canalis vertebralis (terdiri atas vertebrae dan ligamenta)
• Lapisan jaringan lemak ekstradural yang mengandung banyak anyaman
pembuluh darah vena.
• Duramater
• Arachnoidmater
• Ruang subarachnoid yang berisi LCS
• Piamater.
Sistema Ventrikel dan Cisterna
• Ventriculus lateralis, terletak pada hemispheria cerebri :
o Cornu anterior (pada lobus frontalis)
o cornu posterior (pada lobus occipitalis)
o cornu inferior (pada lobus temporalis)
• Ventriculus tertius, merupakan ruang berbetuk celah di garis median pada
diencephalon (di antara thalamus). Berhubungan dengan ventriculus
lateralis melalui foramen interventrikularis Monroi. Ke arah caudal menuju
ke aquaductus cerebri Sylvii.
• Aquaductus cerebri Sylvii merupakan saluran pada mesencephalon
dengan diameter kecil menghubungkan ventriculus tertius dengan
ventriculus quartus
• Ventriculus quartus merupakan ruangan berbentuk rhomboid yang terletak
di sebelah dorsal pons dan medulla oblongata dan di sebelah ventral
cerebellum. Ke arah bawah berhubungan dengan canalis centralis. LCS
keluar dari ventriculus quartus menuju ruang subarachnoid melalui
aperturae laterales (foramina Luschka) dan apertura mediana (Foramen
Magendie).
• Canalis centralis merupakan suatu saluran sempit pada separuh bagian
caudal medulla oblongata (medulla oblongata tertutup) sampai ke medulla
spinalis. Pada conus medullaris canalis centralis sedikit melebar
lumennya yang sering disebut sebagai ventriculus terminalis. Lumen
canalis centralis tidak seluruhnya terbuka karena terjadi obliterasi.
Peredaran Liquor Cerebrospinalis
Liquor cerebrospinalis dihasilkan oleh plexus choroideus yang terdapat dalam
lapisan piamater yang menonjol ke dalam lumen ventriculi encephali, yaitu pada
dinding medial ventriculi laterales, atap ventriculus tertius, serta pada velum
medullare inferius ventriculi quarti.
Dari ventriculi laterales liquor cerebrospinalis mengalir ke dalm ventriculus tertius
melalui foramina interventricularia Monroi. Dari ventriculus tertius LCS dialirkan
ke ventriculus quartus melalui qauaductus cerebri Sylvii. Dari ventriculus quartus
LCS masuk ke ruang subarachnoid melalui apertura mediana dan apertuae
laterales. LCS akan mengalir ke seluruh ruang subarachnoid baik didaerah
encephalon maupun medulla spinalis. LCS yang menuju ke sepanjang sulci akan
diserap oleh granulatio arachnoidales masuk ke dalam sinus sagitalis superior.
Granulatio arachnoidales merupakan tonjolan-tonjolan kecil lapisan arachnoidea
ke dalam dinding sinus dura matris.
Suatu gangguan atau hambatan dalam pengaliran LCS dapat mengakibatkan
keadaan patologik :
• hydrocephalus internus (non communicans/obstruktif) terjadi oleh karena
penyumbatan di salah satu bagian susunan ventriculi encephali.
• hydrocephalus externus (communicans/non obstruktif) terjadi oleh karena
hambatan aliran LCS pada ruang subarachnoid. Dapat disebabkan
adanya perlekatan meninges akibat radang selaput otak.
Perluasan ruang subarachnoid (cysterna)
Cisterna cerebellomedullaris (cisterna magna), ruangan yang relatif lebar di
dorsal medulla oblongata dan di caudal cerebellum. Ruangan ini terdapat di
sekitar apertura mediana ventriculiquarti. Pengambilan LCS juga dapat dilakukan
di cisterna magna (punksi occipital).
Cisterna pontis, ruangan di garis median permukaan ventral pons sekitar a.
basilaris.
Cisterna interpeduncularis (basalis), ruangan di daerah fossa interpeduncularis
mesencephali.
Cisterna lumbalis merupakan ruang subarachnoid setinggi tepi caudal corpus
vertebrae Lumbalis I sampai corpus vertebrae sacralis II (pada orang dewasa).
Punksi lumbal biasanya ditusukkan di antara VL. III/IV atau VL.IV/V.
KOMPONEN SARAF DI MEDULLA SPINALIS
Pada medulla spinalis terdapat 4 komponen saraf :
• Aferen Somatik Umum (ASU) : komponen ini menghantarkan impuls
exteroceptif dan proprioceptif.
• Aferen Viseral Umum (AVU) : komponen ini menghantarkan impuls yang
berasal dari organ visera seperti impuls tarikan/regangan, perubahan
tekanan, perubahan kadar O2/CO2, perubahan kimiawi, dll.
• Eferen Somatik Umum (ESU) : komponen ini menghantarkan impuls
motorik ke otot rangka. Terdiri atas neuron motorik alfa dan gamma.
• Eferen Viseral Umum (EVU) : komponen ini menghantarkan impuls
otonom yang terdiri atas komponen simpatis dan parasimpatis.
Keterangan gambar 1:
1. Neuron motorik alfa : serabutnya berakhir pada otot rangka (otot
extrafusal). Neuron ini terletak pada kornu anterior substansia
grisea medulla spinalis lamina IX dari Rexed.
2. Neuron motorik gamma : serabutnya berakhir pada otot intrafusal
dari gelondong otot (muscle spindle). Neuron ini juga terletak pada
kornu anterior substansia grisea medulla spinalis lamina IX dari
Rexed.
3. Neuron simpatis preganglion : letaknya pada kornu
intermediolateralis substansia grisea medulla spinalis lamina VII
dari Rexed.
4. “Muscle spindle” : pada kedua ujungnya (bagian kontraktil) terdapat
otot intrafusal yang dipersarafi neuron motorik gamma.
5. Otot rangka : merupakan otot ekstrafusal
6. Kelenjar (juga termasuk organ visera lainnya) dipersarafi oleh
serabut saraf otonom.
7. Badan sel saraf simpatis postganglionik : membentuk ganglion
pada truncus simpaticus.
8. Ganglion simpaticus : dibentuk oleh kumpulan badan sel saraf
simpatis postganglionik.
9. Ganglion spinalis akar dorsal : dibentuk oleh badan sel
pseudounipolar dari serabut aferen ordo I.
10.Badan sel komponen saraf AVU
11.Badan sel komponen saraf ASU
12.Corpusculum Meissner : reseptor taktil/ raba yang terdapat di kulit
13.Organ viscera (intestinum)
14.Ramus komunikans albus : axon dari saraf simpatis preganglion
yang masuk ke ganglion simpaticus. Hanya terdapat pada segmen
thoracolumbal (T1-12, L1-2) yang merupakan pusat simpatis.
15.Ramus komunikans grisceus : axon dari saraf simpatis
postganglion yang keluar dari ganglion simpaticus untuk kembali
bergabung dengan saraf spinalis. Terdapat pada seluruh segmen
medulla spinalis.
Petunjuk mewarnai :
 ASU : merah
 AVU : jingga
 ESU : biru
 EVU : hijau
LENGKUNG REFLEKS SEDERHANA
Menurut jumlah sinapsnya lengkung refleks dibagi menjadi :
 Refleks monosinaps : terdiri atas 2 neuron dan 1 sinaps, disebut
juga refleks myotactic / refleks regang / refleks extensor.
Contohnya : refleks patella, refleks biceps, refleks tendo Achilles,
dll.
 Refleks bisinaps : terdiri atas 3 neuron (neuron sensorik-
interneuron-neuron motorik) dan 2 sinaps, disebut juga refleks
menarik diri (withdrawal reflex) / refleks superfisial / refleks flexor.
 Refleks polisinaps : terdiri atas banyak neuron dan banyak sinaps.
Merupakan refleks yang kompleks dan melibatkan beberapa
segmen medulla spinalis.
Keterangan gambar 2 :
A. Lengkung Refleks Bisinaps
1. Dermis
2. Reseptor nyeri (free nerve ending)
3. Serabut saraf sensoris
4. Badan sel saraf sensorik pada ganglion spinale
5. Interneuron
6. Neuron motorik alfa
7. Motor end plate pada otot rangka
B. Lengkung Refleks Monosinaps :
8. Reseptor anulospiral pada “muscle spindle” / fusus
neuromuscularis
9. Serabut saraf sensorik
10.Badan sel saraf sensorik pada ganglion spinale
11.Neuron motorik alfa
12.Motor end plate pada otot rangka
Komponen lengkung refleks terdiri atas :
Reseptor –> neuron sensorik –> (interneuron) –> neuron motorik –> efektor /
motor end plate pada otot rangka
Otot ekstrafusal, “Muscle spindle”, dan otot intrafusal
 Otot ekstrafusal adalah otot rangka yang mempunyai serabut melintang.
 “Muscle spindle” /fusus neuromuscularis merupakan kapsul jaringan ikat yang
mempunyai bagian kontraktil pada kedua ujungnya dan bagian non-kontraktil
di tengahnya.
 Otot intrafusal adalah otot yang terdapat pada “muscle spindle” / fusus
neuromuscularis pada bagian kontraktilnya.
C. Regangan Otot Rangka
Otot rangka yang teregang akan mengakibatkan regangan reseptor
anulospiral pada “muscle spindle”
13.Reseptor anulospiral (regangan reseptor anulospiral akan
mencetuskan impuls ke medulla spinalis)
14.Bagian non kontraktil “muscle spindle”
15.Bagian kontraktil “muscle spindle” (otot intrafusal)
16.Neuron sensorik
17.Neuron motorik alfa
18.Neuron motorik gamma
19.Motor end plate pada otot rangka.
Impuls akibat regangan reseptor anulospiral diteruskan oleh serabut sensorik
dan langsung bersinaps dengan motor neuron alfa dan motor neuron gamma.
D. Kontraksi Otot Rangka
20.serabut motorik alfa menuju ke otot ekstrafusal
21.Serabut motorik gamma menuju ke otot intrafusal
Otot rangka yang berkontraksi akan mengakibatkan “muscle spindle”
memendek sehingga reseptor anulospiral tidak lagi mencetuskan impuls.
Namun oleh karena adanya motor neuron gamma yang bekerja pada otot
intrafusal (bagian kontraktil muscle spindle) maka muscle spindel tetap
teregang (panjangnya dapat dipertahankan) sehingga impuls dari reseptor
anulospiral tetap ada.
Fungsi dari motor loop gamma ini adalah untuk mempertahankan kontinuitas
kontraksi otot rangka dengan cara mempertahankan regangan reseptor
anulospiral.
Petunjuk Mewarnai :
 Serabut sensorik : merah
 Interneuron : hijau
 Serabut motorik : biru
JARAS-JARAS ASENDEN PADA MEDULLA SPINALIS
Secara umum dibagi menjadi 3 sistem :
A. Sistem Penghantar Rasa Nyeri dan Suhu :
 Serabut ordo I : membentuk tractus dorsolateralis Lissauer
 Serabut ordo II : membentuk tractus spinothalamicus lateralis
 Serabut ordo III : membentuk tractus thalamocorticalis
B. Sistem Penghantar Rasa Raba Umum dan Tekanan :
 Serabut ordo I : membentuk tractus dorsolateralis Lissauer
 Serabut ordo II : membentuk tractus spinothalamicus anterior
 Serabut ordo III : membentuk tractus thalamocorticalis
C. Sistem Penghantar Rasa Raba Spesifik (diskriminasi 2 titik) dan
Propriosepsi :
 Serabut ordo I :
 membentuk fasciculus cuneatus (untuk anggota badan atas)
 membentuk fasciculus gracilis (untuk anggota badan bawah)
 Serabut ordo II : membentuk lemniscus medialis
 Serabut ordo III : membentuk tractus thalamocorticalis
Jaras-jaras lainnya:
 Tractus spinoreticularis / tractus spinoreticulothalamicus disebut juga
sebagai tractus paleospinothalamicus atau tractus spinothalamicus
indirek. Tractus ini berseifat multineuron dan multisinaps. Impuls nyeri
yang melalui jaras ini biasanya bersifat difus (nyeri tumpul), tidak
terlokalisasi dengan jelas dan kronis. Impuls ini pada formatio retikularis
akan mengalami fasilitasi atau inhibisi.
 Tractus spinocerebellaris dorsalis dan ventralis. Tractus ini
menghantarkan impuls proprioseptif . Namun, impuls yang melalui tractus
ini tidak mencapai level kesadaran. Impuls tersebut akan diolah untuk
menghasilkan koordinasi gerakan halus pada alat gerak.
o Tractus spinocerebellaris dorsalis : tidak menyilang garis
median, langsung menuju cerebellum melalui pedunculus
cerebelli inferior.
o Tractus spinocerebellaris ventralis : menyilang garis median 2
kali setinggi medulla spinalis dan setinggi pons setelah melalui
pedunculus cerebelli superior.
 Tractus spino-olivaris, tractus spinovestibularis, tractus
spinopontinus, tractus spinotectalis. Tractus-tractus ini masih belum
diketahui dengan pasti keberadaan dan fungsinya.
KETERANGAN GAMBAR 3
Sistem Penghantar Rasa Raba Spesifik dan Propriosepsi :
1. Serabut sensorik ordo I dari anggota badan bawah:
 Badan selnya terdapat pada ganglion spinale akar dorsal
 Axonnya membentuk fasciculus gracilis.
2. Fasciculus gracilis.
3. Serabut sensorik ordo I dari anggota badan atas :
 Badan selnya terdapat pada ganglion spinale akar dorsal
 Axonnya membentuk fasciculus cuneatus
4. Fasciculus cuneatus.
5. Neuron ordo II (nucleus gracilis dan nucleus cuneatus) terletak setinggi
medulla oblongata, kumpulan axonnya membentuk lemniscus medialis
6. Lemniscus medialis.
7. Neuron ordo III (pada nucleus ventralis posterolateralis thalami), axonnya
terproyeksi ke cortex cerebri area somaesthetic.
Sistem Penghantar Rasa Nyeri dan Suhu
8. Serabut sensorik ordo I :
 Badan selnya terdapat pada ganglion spinale akar dorsal
 Axonnya membentuk tractus dorsolateralis Lissauer
9. Tractus dorsolateralis Lissauer : naik 1-3 segmen medulla spinalis, berada
tepat di posterior dari kornu posterior substansia grisea medulla spinalis.
10. Neuron ordo II :
 Badan selnya terdapat pada kornu posterior substansia griscea
medulla spinalis pada sisi yang sama.
 Axonnya menyebrang garis median menuju ke kolumna lateralis
substansia alba medulla spinalis kemudian naik ke atas membentuk
tractus spinothalamikus lateralis.
11. Tractus spinothalamikus lateralis
12. Neuron ordo III (pada nucleus ventralis posterolateralis thalami), axonnya
terproyeksi ke cortex cerebri area somaesthetic.
Sistem Penghantar Raba Umum dan Tekanan tidak digambar. Perjalanannya
sama seperti Sistem Penghantar Nyeri dan Suhu namun tractus spinothalamikus
anterior menempati posisi di kolumna ventralis substansia alba medulla spinalis.
13. Hemiseksi medulla spinalis (Brown Sequard Syndrome)
 Setinggi lesi : kehilangan seluruh sensasi ipsilateral
 Di bawah lesi :
 Kehilangan sensasi proprioseptif dan raba spesifik ipsilateral
 Kehilangan sensasi nyeri dan suhu, raba umum dan tekan pada
sisi kontralateral
Petunjuk Mewarnai :
 Sistem Penghantar Raba spesifik dan Propriosepsi
 Serabut ordo I : hijau
 Serabut ordo II : biru
 Serabut ordo III : jingga
 Sistem Penghantar Nyeri dan Suhu
 Serabut ordo I : ungu
 Serabut ordo II : merah
 Serabut ordo III : coklat
 Sistem Penghantar Raba Umum dan Tekanan (tidak digambar)
JARAS-JARAS DESENDEN PADA MEDULLA SPINALIS
Tractus corticospinalis (tractus pyramidalis)
Merupakan jaras desenden yang penting dan berfungsi untuk perintah motorik
langsung di dalam keadaan sadar.
Tractus ini berasal dari axon-axon upper motor neuron yang berada pada cortex
motorik. Lintasan tractus ini :
 Membentuk corona radiata
 Melalui crus posteriorr capsula interna
 Melalui 1/3 tengah basis pedunculi
 Melalui basis pontis
 Sebagian besar serabut akan menyilang membentuk decussatio
pyramidum kemudian turun ke caudal sebagai tractus corticospinalis
lateralis.
 Sebagian kecil serabut yang tidak menyilang akan melanjutkan diri
sebagai tractus corticospinalis anterior melalui kolumna anterior
substansia alba medulla spinalis. Namun tractus ini juga akan
menyilang garis median sesaat sebelum berakhir pada segmen
medulla spinalis yang bersangkutan. Tractus ini terutama melayani
otot-otot batang badan.
 Tractus corticospinalis akan bersinaps dengan motor neuron alfa yang
terletak pada kornu anterior substansia grisea medulla spinalis.
Tractus Reticulospinalis
Berasal dari formatio retikularis batang otak menuju ke medulla spinalis. Diduga
tractus ini memiliki fungsi :
 Fasilitasi atau inhibisi terhadap aktivitas motorik
 Berperan dalam sistem saraf otonom
Tractus rubrospinalis
Berasal dari nucleus ruber mesencephali. Tractus ini langsung mengalami
decussatio setelah keluar dari nucleus rubber dan ke arah kaudal menuju
medulla spinalis untuk bersinaps dengan neuron motorik alfa dan gamma.
Fungsi tractus ini adalah fasilitasi tonus otot-otot fleksor dan inhibisi otot-otot
ekstensor.
Tractus vestibulospinalis
Berasal dari nucleus vestibularis dan langsung turun ke medulla spinalis tanpa
menyilang garis median. Fungsi tractus ini terutama untuk fasilitasi tonus otot-
otot ekstensor, inhibisi otot-otot fleksor,dan untuk refleks keseimbangan.
Tractus tectospinalis
Berasal dari sel-sel di bagian dalam colliculus superior dan langsung mengalami
decussatio kemudian turun ke medulla spinalis sampai segmen cervical saja.
Berperan dalam pengaruh refleks kepala dan leher akibat rangsangan
penglihatan.
Tractus olivospinalis
Berasal dari nucleus olivarius inferior dan langsung mengalami decussatio.
Fungsinya belum diketahui secara jelas.
 Fasciculus longitudinalis medialis (FLM)
 Merupakan berkas saraf yang menghubungkan beberapa nuclei pada
berbagai tingkatan batang otak.
 Pada tingkat medulla spinalis berkas ini berasal dari nucleus
vestibularis medialis, formatio reticularis, dan colliculus superior.
Berkas ini hanya terlihat jelas sampai tingkat segmen cervical medulla
spinalis.
 Fasciculus Proprius (tractus intersegmentalis)
 Merupakan serabut-serabut pendek yang naik dan turun pada medulla
spinalis (serabut assosiasi pada medulla spinalis). Tractus ini berperan
dalam refleks-refleks intersegmental.
KETERANGAN GAMBAR 4:
1. Upper motor neuron pada cortex cerebri
2. Decussatio pyramidum
3. Lower motor neuron pada cornu anterior substansia grisea
medulla spinalis
4. Tractus corticospinalis lateralis
 Tractus corticospinalis anterior (tidak digambar) tidak
mengalami decussatio namun pada segmen medulla
spinalis yang bersangkutan akan menyilang garis median.
A. Lesi setinggi capsula interna
 Axon dari upper motor neuron rusak sehingga seluruh anggota badan
mengalami kelumpuhan tipe UMN (upper motor neuron) pada sisi
kontralateral
B. Lesi setinggi medulla spinalis (Brown Sequard Syndrome)
 Setinggi lesi : kelumpuhan tipe LMN (lower motor neuron) ipsilateral akibat
rusaknya lower motor neuron pada kornu anterior substansia griscea
medulla spinalis.
 Di bawah lesi : kelumpuhan tipe UMN (upper motor neuron) ipsilateral
akibat rusaknya axon dari upper motor neuron.
Petunjuk Mewarnai :
 UMN : merah
 LMN : biru
TRACTUS CORTICOBULBARIS
Tractus corticobulbaris memiliki fungsi sama seperti tractus corticospinalis yaitu
aktivitas motorik oleh perintah langsung di dalam kesadaran.
Jaras ini berasal dari axon upper motor neuron di cortex cerebri dan berakhir
pada nucleus motorik di batang otak.
Sebagian besar nucleus motorik pada batang otak mendapatkan persarafan
bilateral dari kedua hemisferium cerebri. Namun beberapa nucleus hanya
mendapatkan persarafan dari sisi kontralateral saja.
Sebagai contoh :
 Nukleus motorik N.VII yang mempersarafi otot-otot wajah di bawah
mata hanya mendapatkan persarafan dari sisi kontralateral saja.
Namun nucleus motorik n.VII yang mempersarafi otot-otot wajah di
atas mata mendapatkan persarafan bilateral.
 Nukleus motorik N.XII untuk m. genioglossus hanya mendapatkan
persarafan dari sisi kontralateral saja. Namun otot-otot lidah lainnya
mendapat persarafan bilateral.
KETERANGAN GAMBAR 5:
1. Upper motor neuron pada korteks cerebri
2. Tractus corticobulbaris / tractus kortikonuklearis
3. Nukleus motorik N.VII (lower motor neuron) untuk otot-otot wajah di atas
mata
4. Nukleus motorik N.VII (lower motor neuron) untuk otot-otot wajah di
bawah mata
5. N. VII / n. facialis.
6. Tractus corticospinalis
A. Lesi setinggi capsula interna (lesi supranuclearis) menyebabkan :
 Lumpuhnya otot-otot wajah di bawah mata pada sisi kontralatera.
Otot wajah di atas mata mendapatkan persarafah bilateral
sehingga tidak lumpuh total. (tipe kelumpuhan : tipe UMN)
B. Lesi setinggi Nukleus Motorik N.VII sesisi (lesi nuclearis) :
 Kelumpuhan seluruh otot wajah ipsilateral tipe LMN
 Kelumpuhan anggota badan pada sisi kontralateral tipe UMN
 Kelumpuhan ini disebut hemiplegia alternans n.VII
C. Bell’s Palsy : kelumpuhan perifer N.VII (lesi infranuclear) mengakibatkan
kelumpuhan otot wajah ipsilateral tipe LMN
Petunjuk Mewarnai :
 UMN : merah
 LMN : biru
Susunan Saraf Otonom
Susunan saraf otonom adalah suatu sistem yang bekerja di luar kesadaran dan
berfungsi untuk pemeliharaan kelangsungan hidup manusia.
Perbedaan anatomis antara susunan saraf somatik (SSS) dan susunan saraf
otonom (SSO) :
 SSS hanya memiliki satu somatik motor neuron yang axonnya
langsung menuju ke target organ. Axonnya diselubungi myelin
yang sangat tebal.
 SSO memiliki 2 buah motor neuron yaitu motor neuron
preganglionik dan motor neuron postganglionik. Axon preganglionik
memiliki selubung myelin sedangkan axon postganglionik tidak
memiliki selubung myelin.
Susunan saraf otonom terbagi atas dua bagian yaitu persarafan simpatis dan
persarafan parasimpatis. Keduanya mempersarafi organ-organ visera namun
efeknya saling berlawanan.
Perbedaan Anatomis antara Persarafan Simpatis dan Parasimpatis
Karakteristik Simpatis Parasimpatis
Asal Segmen thoracolumbal
medulla spinalis
Segmen craniosacral.
Nucleus N.III,
N.VII,N.IX,N.X, medulla
spinalis segmen S2-4
Letak ganglia Dekat dengan medulla
spinalis. Ganglia
paravertebralis (truncus
simpaticus) dan ganglia
prevertebralis
Ganglio terletak dalam
target organ atau dekat
dengan target organ.
Panjang axon Axon preganglionik relatif
pendek, axon
postganglionik relatif
panjang
Axon preganglionik relatif
panjan, axon postganglionik
relatif pendek
Percabangan Axonnya memiliki banyak
percabangan yang tersebar
luas.
Axonnya memiliki sedikit
percabangan.
Keterangan Gambar :
A. Persarafan simpatis pada umumnya, terdiri atas :
 Serabut saraf preganglionik, akhiran sarafnya mengeluarkan
neurotransmitter asetil kolin.
 Serabut saraf postganglionik, akhiran sarafnya mengeluarkan
neurotransmitter norepineprin / noradrenalin
B. Persarafan simpatis untuk kelenjar keringat dan pembuluh darah di otot :
 Serabut saraf preganglionik, akhiran sarafnya mengeluarkan
neurotransmitter asetil kolin
 Serabut saraf postganglionik, akhiran sarafnya mengeluarkan
neurotransmitter asetil kolin.
C. Persarafan parasimpatis, terdiri atas :
 Serabut saraf preganglionik (lebih panjang)
 Serabut saraf postganglionik (lebih pendek, biasanya terdapat
pada target organ)
 Kedua akhiran saraf di atas mengeluarkan neurotransmitter asetil
kolin.
* Khusus persarafan simpatis yang menuju medulla adrenal serabut
preganglioniknya langsung menuju target organ. Pada medulla adrenal
terdapat neuron postganglionik yang telah mengalami modifikasi.
1. Badan sel serabut simpatis preganglionik, terletak pada kornu
intermediolateralis substansia grisea medulla spinalis.
2. Badan sel serabut saraf simpatis postganglionik, terletak pada ganglion
simpaticus / ganglion paravertebralis yang membentuk truncus simpaticus.
3. Badan sel serabut saraf simpatis postganglionik, yang akan membentuk
plexus caroticus dan mempersarafi daerah kepala.
4. Plexus caroticus pada arteri carotis interna.
5. Serabut saraf simpatis postganglionik yang berjalan bersama nervus
spinalis untuk mempersarafi daerah kulit dan otot.
6. Serabut saraf simpatis preganglionik yang membentuk nervus
sphlancnicus dan berakhir pada ganglion prevertebralis (ggl. Coeliacum).
7. Badan sel serabut saraf simpatis postganglionik yang terletak pada ggl.
coeliacum.
8. Badan sel serabut saraf simpatis postganglionik yang terletak pada ggl.
mesenterica superior.
9. Badan sel serabut saraf simpatis postganglionik yang terletak pada ggl.
mesenterica inferior.
10. Serabut saraf simpatis postganglion yang langsung keluar dari ganglion
simpaticus membentuk nervus cardiacus.
11. Nucleus dorsalis n. vagi, terletak pada batang otak.
12. N. vagus yang merupakan serabut saraf parasimpatis preganglionik.
13. Serabut saraf parasimpatis postganglionik, terletak pada target organ.
14. Badan sel serabut saraf parasimpatis preganglionik segmen sacral 2-4
Petunjuk Mewarnai
 Serabut saraf simpatis preganglionik : biru
 Serabut saraf simpatis postganglionik : merah
 Serabut saraf parasimpatis preganglionik : hijau
 Serabut saraf parasimpatis postganglionik : coklat
REFLEKS BERKEMIH
Refleks berkemih dimulai dari adanya rangsangan berupa regangan dari dinding
kandung kencing. Rangsang regangan ini akan diteruskan oleh serabut sensorik
yang mempunyai badan sel di ganglion spinale akar dorsal dan axonnya menuju
ke atas membentuk fasciculus gracilis. Apabila terjadi regangan berlebihan maka
timbul rangsang nyeri yang akan diteruskan oleh tractus spinothalamikus. Baik
rangsang regang dan rangsang nyeri akan sampai pada level kesadaran yaitu di
korteks serebri melalui thalamus (nucleus ventralis posterolateralis thalami).
Kontraksi dari vesica urinaria merupakan kerja dari persarafan simpatis yang
pusatnya terdapat pada kornu intermediolateralis substansia grisea medulla
spinalis segmen sacral 2-4. Korteks serebri secara sadar memerintahkan otot
sphincter vesica externa untuk relaksasi sehingga proses berkemih dapat
berlangsung.
Keterangan gambar:
1. Badan sel serabut saraf sensorik yang menghantarkan sensasi regangan
pada kandung kencing
2. Badan sel serabut saraf sensorik yang menghantarkan sensasi nyeri viseral
pada kandung kencing
3. Kumpulan axon neuron ordo I yang membentuk fasciculus gracilis.
4. Kumpulan axon ordo II yang membentuk tractus spinothalamicus.
5. Badan sel serabut saraf parasimpatis segmen sacral 2-4. Serabut saraf ini
akan merangsang kontraksi m. detrussor vesicae.
6. Badan sel serabut saraf simpatis preganglionik pada segmen lumbal.
7. Badan sel serabut saraf simpatis postganglionik pada ganglion mesenterica
inferior. Serabut saraf ini akan merangsang kontraksi m. sphincter vesicae
interna.
8. Upper motor neuron memberikan perintah secara sadar.
9. Lower motor neuron yang akan mempersarafi m. sphincter vesicae dibawah
kesadaran.
A. Lesi setinggi segmen lumbal : vesica urinaria dalam keadaan spastik
B. Lesi setinggi segmen sacral : vesica urinaria dalam keadaan flaccid.
Petunjuk Mewarnai
 Persarafan sensoris (1,2,3,4) : hijau
 Persarafan simpatis (6,7) : merah
 Persarafan parasimpatis (5) : biru
 Persarafan somatik eferen (8,9): coklat
JARAS PENGHIDU (N. I)
Impuls penghidu diterima oleh reseptor yang terdapat pada atap rongga hidung.
Sel-sel olfactorius adalah sel bipolar yang terletak pada mukosa nasi. Akson sel
tersebut menembus lamina cribrosa ossis ethmoidalis dan mencapai bulbus
olfactorius di fossa cranii anterior. Akson-akson tersebut bersinaps dengan sel
mitral dan membentuk glomerulus. Akson dari sel-sel mitral melintas ke arah
posterior membentuk traktus olfactorius. Akson dari sel-sel mitral memberi
cabang kolateral ke sel-sel granular pada bulbus olfactorius dan akson dari sel
granular bersinaps kembali dengan dendrite dari sel mitral sehingga memberi
rangkaian umpan balik positif yang dapat meningkatkan impuls.
Tractus olfactorius terbagi menjadi 3 bagian :
1. Stria olfactorius lateralis : merupakan traktus yang panjang dan besar.
Traktus ini mencapai bagian anterior dari uncus (cortex olfactoric primer)
2. Stria olfactorius medialis : traktus ini berakhir pada bagian anterior dari
lamina terminalis. Sebagian serabutnya menyilang melalui commisura
anterior menuju bulbus olfactorius kontralateral.
3. Stria olfactorius intermedius : traktus ini berakhir pada substansia
perforate anterior.
Keterangan Gambar :
Gambar Atas :
1. Bulbus olfactorius
2. Tractus olfactorius
3. Commisura anterior
4. Stria olfactorius lateralis
5. Stria olfactorius intermedialis
6. Stria olfactorius medialis
Gambar Bawah :
a. Reseptor pada mukosa cavum nasi
b. Sel neuron bipolar
c. Lamina cribrossa ossis ethmoidalis
d. Sel stelate
e. Sel purkinje
f. Tractus olfactorius
JARAS VISUAL (N.II)
Impuls visual dimulai dari retina. Cahaya yang masuk akan mengaktifkan sel-sel
fotoreseptor pada retina kemudian diteruskan melalui sel-sel bipolar (yang
merupakan neuron ordo I). Sel-sel bipolar ini akan bersinaps dengan sel-sel
ganglion (neuron ordo II) yang axonnya akan keluar dari bola mata dan
membentuk nervus opticus.
Nervus opticus bagian medial akan menyilang ke arah yang berlawanan
membentuk chiasma nervi optici. Setelah melalui chiasma nervi optici jaras ini
disebut tractus opticus. Sebagian besar serabut ini akan menuju ke corpus
geniculatum laterale dari thalamus dan bersinaps dengan neuron ordo III yang
axonnya terproyeksi ke cortex cerebri membentuk radiatio optica. Sebagian dari
jaras ini menyimpang ke arah temporal membentuk loop of Meyer.
Sebagian dari serabut tractus opticus ada yang langsung menuju ke nucleus
pretectalis, coliculus superior, dan nucleus suprachiasmatis.
Lesi pada lokasi tertentu :
I. Lesi pada nervus opticus akan mengakibatkan anopsia ipsi
lateral
II. Lesi pada chiasma n. optici akan mengakibatkan hemianopsia
bitemporalis
III. Lesi pada tractus opticus akan mengakibatkan hemianopsia
homonim kontralateral
IV. Lesi pada loop of Meyer, akan mengakibatkan quadranopsia
atas sisi kontralateral.
Gambar :
Keterangan gambar :
Lapang Pandang Mata kiri :
A. Kiri atas
B. Kanan atas
C. Kiri bawah
D. Kanan bawah
Lapang Pandang Mata Kanan :
E. Kiri atas
F. Kanan atas
G. Kiri bawah
H. Kanan bawah
a - h badan sel nervus opticus yang menerima rangsang cahaya dari lapang
pandang yang bersangkutan.
2. Corpus geniculatum laterale dari thalamus
3. Cuneus dari lobus occipitalis
4. Gyrus lingularis dari lobus occipitalis
Petunjuk Mewarnai
 Jaras untuk lapang pandang A : merah
 Jaras untuk lapang pandang B : jingga
 Jaras untuk lapang pandang C : kuning
 Jaras untuk lapang pandang D : hijau
 Jaras untuk lapang pandang E : biru
 Jaras untuk lapang pandang F : ungu
 Jaras untuk lapang pandang G : coklat
 Jaras untuk lapang pandang H : abu-abu
NERVUS III, IV, VI
Nervus III,IV,VI, merupakan saraf-saraf penggerak bola mata. Secara garis besar
gerakan bola mata dibagi dua macam :
1. Gerakan bola mata primer : gerakan bola mata oleh satu otot extrinsik
bola mata dimulai dari posisi primer (bola mata menghadap lurus ke
depan).
2. Gerakan bola mata kombinasi : gerakan bola mata oleh beberapa otot
extrinsik pada posisi tertentu (abduksi/adduksi)
Tabel gerakan bola mata primer :
Otot Aksi Persarafan
Rectus lateralis Abduksi VI (abducens)
Rectus medialis Adduksi III (oculomotorius)
Rectus superior Elevasi, intorsi, adduksi III (oculomotorius)
Rectus inferior Depresi, extorsi, adduksi III (oculomotorius)
Obliqus inferior Elevasi, extorsi, abduksi III (oculomotorius)
Obliqus superior Depresi, intorsi, abduksi IV (throclearis)
Tabel Gerakan kombinasi (yoke muscle)
Gerakan Bola mata kanan Bola mata kiri
Kanan - atas RL (abduksi) – RS (elevasi) RM (adduksi) – OI (elevasi)
Kanan - bawah RL (abduksi) – RI (depresi) RM (adduksi) – OS (depresi)
Kiri - atas RM (adduksi) – OI (elevasi) RL (abduksi) – RS (elevasi)
Kiri - bawah RM (adduksi) – OS (depresi) RL (abduksi) – RI (depresi)
Keterangan gambar :
RS : m. rectus superior
RI : m. rectus inferior
RM : m. rectus medialis
RL : m. rectus lateralis
OS : m. obliquus superior
OI : m. obliquus inferior
LP : m. levator palpebra
1. Nucleus motorik N. III
2. Nucleus motorik N. IV
3. Nucleus motorik N. VI
4. fasciculus longitudinalis medialis (FLM)
Keterangan :
RI, RM, OI mendapat persarafan dari nucleus N.III ipsilateral
RS mendapat persarafan dari nucleus N.III kontralateral
OS mendapat persarafan dari nucleus N.IV kontralateral
RL mendapat persarafan dari nucleus VI ipsilateral
LP mendapat persarafan bilateral dari nucleus N.III
Petunjuk Mewarnai
 Serabut saraf dari nucleus N. III : merah
 Serabut saraf dari nucleus N. IV : biru
 Serabut saraf dari nucleus N.VI : hijau
 Fasciculus longitudinalis medialis : coklat
REFLEKS KONJUGAT / Gerak bola mata konjugat
Pengontrolan pergerakan otot bola mata diatur oleh sistem vestibolo-okular.
Sistem ini memungkinkan mata untuk memfiksasi secara seksama suatu obyek
yang menarik perhatian tanpa menggerakkan kepala. Ketika mata mengamati
suatu lapang pandang maka kedua bola mata melakukan gerakan cepat dan
singkat untuk memfiksasi suatu obyek. Hal ini disebut sebagai gerakan sakadik.
Apabila obyek tersebut bergerak, maka kedua bola mata melakukan gerakan
mengikuti (smooth pursuit) agar obyek tetap berada di dalam focus yang tajam.
Kedua bola mata mengikuti objek dalam ruangan dengan cara mengontraksikan
dan mengendurkan otot-otot yang berbeda secara serentak. Gerakan ini disebut
tatapan konjugat (conjugate gaze).
Perintah gerakan bola mata secara sadar berasal dari lobus frontalis area
optokinetik. Sedangkan gerakan bola mata yang tak disadari dicetuskan dari
lobus occipitalis. Gerakan bola mata tak sadar ini biasanya mengikuti impuls
visual suatu objek yang bergerak.
Semua pergerakan bola mata juga mendapat masukan dari sistem vestibular.
Keterangan gambar :
1. Neuron motorik yang terletak pada lobus frontalis area optokinetik,
berfungsi untuk penglihatan konjugat secara sadar.
2. Neuron motorik yang terletak pada lobus occipitalis berfungsi untuk
penglihatan konjugat secara tak sadar.
3. Canalis semicircularis
4. Ganglion vestibulare, axonnya membentuk n. VIII
5. Nucleus vestibularis
6. Fasciculus longitudinalis medialis (FLM)
7. Interneuron
8. Neuron motorik N.VI kiri (innervasi RL bola mata kiri)
9. Neuron motorik N.III kanan ( innervasi RM bola mata kanan)
10. RL = musculus rectus lateralis
11.RM = musculus rectus medialis
Petunjuk Mewarnai
 Serabut saraf yang menuju nucleus vestibularis (1,2,4) : merah
 Fasciculus longitudinalis medialis (6) : biru
 Serabut saraf yang menuju otot bola mata (8,9) : hijau
REFLEKS CAHAYA LANGSUNG, REFLEKS CAHAYA KONSENSUAL, DAN
REFLEKS AKOMODASI
Refleks Cahaya Langsung dan Refleks Cahaya Konsensual
Apabila sorotan cahaya diarahkan pada salah satu mata maka kedua pupil bola
mata akan mengecil. Mengecilnya pupil sisi yang disorot cahaya disebut refleks
cahaya langsung, sedangkan mengecilnya pupil sisi yang tak disorot cahaya
disebut refleks cahaya konsensual.
Impuls aferen yang diterima retina diteruskan melalui nervus opticus, chiasma
nervi optici, dan tractus opticus. Sebagian kecil serabut dari tractus opticus
memisahkan diri menuju ke nucleus pretectalis. Dari nucleus pretectalis ini
impuls diteruskan oleh interneuron menuju nucleus parasimpatis Edinger
Westphal sisi kanan dan kiri. Dari nucleus Edinger Westphal keular axon
preganglionik yang akan bersinaps dengan neuron postganglionik di ganglion
ciliare dalam rongga mata. Serabut postganglionik ini melalui nervus ciliaris
brevis akan mempersarafi m. constrictor pupillae.
Refleks akomodasi
Apabila mata menatap sebuah objek yang bergerak mendekat, maka terjadi
peristiwa sebagai berikut :
 Kontraksi dari m.rectus medialis kedua bola mata untuk
konvergensi kedua axis bola mata
 Penebalan lensa oleh m.ciliaris untuk meningkatkan daya refraksi
 Konstriksi pupil untuk membatasi cahaya yang masuk (hanya
cahaya dari objek saja yang masuk melalui ketebalan lensa di
tengah)
Impuls cahaya dari retina diteruskan melalui nervus opticus, chiasma n. optici,
tractus opticus, corpus geniculatum laterale, dan radiatio optica menuju ke cortex
visual di lobus occipitalis Cortex visual ini terhubung oleh serabut assosiasi
menuju korteks area optokinetik di lobus frontalis. Dari area optokinetik terdapat
neuron yang axonnya membentuk serabut corticofugal menuju ke nucleus
motorik N. III dan nucleus parasimpatis Edinger Westphal. Nucleus motorik n. III
akan memberi impuls untuk kontraksi m. rectus medialis kedua sisi. Sedangkan
dari nucleus parasimpatis Edinger Westphal akan keluar serabut preganglionik
menuju ganglion ciliare. Dari ganglion ciliare keluar serabut postganglionik
melalui n. ciliaris brevis menuju ke m.constrictor pupillae dan m.ciliaris.
Keterangan gambar :
1. Nervus opticus (N.II)
2. Corpus geniculatum laterale
3. Radiatio optica
4. Serabut assosiasi occipitofrontalis
5. Serabut corticofugal (dari cortex menuju batang otak)
6. Nucleus Edinger Westphal
7. Nucleus motorik N.III
8. N.III yang menuju ke RM
9. RM = musculus rectus medialis
10. N.III yang menuju ke ganglion ciliaris
11.Ganglion ciliaris
12.N. ciliaris brevis
13. m. constrictor pupillae dan m. ciliaris
14.Sebagian serabut dari tractus opticus menuju ke area pretectalis
15.Area pretectal
16.Interneuron (menghubungkan area pretectal dengan nucleus Edinger
Westphal kanan dan kiri)
Petunjuk Mewarnai
 Nervus, tractus opticus, dan radiatio optica : jingga
 Serabut assosiasi occipitofrontalis : coklat
 Serabut corticofugal : hijau
 Serabut N. III yang menuju ke RM : merah
 Serabut N. III yang menuju ganglion ciliaris dan n. ciliaris brevis : biru
KOMPONEN SARAF N.V
Nervus trigeminus memiliki 4 buah nucleus yaitu nucleus sensoris principalis,
nucleus spinalis, nucleus mesencephalicus, dan nucleus motoris.
Komponen sensoris N.V
Komponen sensoris N.V memiliki distribusi yang sangat luas pada daerah
kepala.
 Sensasi nyeri dan temperatur dihantarkan oleh serabut saraf sensorik
ordo I yang mempunyai badan sel di ganglion semilunaris Gasseri.
Axonnya akan berakhir pada nucleus spinalis N.V dan bersinaps
dengan neuron sensorik ordo II yang axonnya membentuk lemniscus
trigeminalis menuju ke nucleus ventralis posteromedialis thalami sisi
kontralateral. Pada nucleus ventralis posteromedialis thalami terdapat
neuron ordo III yang axonnya akan terproyeksi menuju cortex cerebri
area somaesthesi. Nucleus spinalis n.V terbagi atas tiga bagian : pars
oralis menerima serabut sensorik yang berasal dari n. mandibularis,
pars intermedia menerima serabut sensorik yang berasal dari n.
maxillaris, dan pars caudalis menerima serabut sensorik yang berasal
dari n. ophthalmicus.
 Sensasi raba dan tekanan permukaan dihantarkan oleh serabut saraf
sensorik ordo I yang mempunyai badan sel di ganglion semilunaris
Gasseri. Axonnya akan berakhir pada nucleus sensoris principalis N.V
dan bersinaps dengan neuron ordo II yang axonnya membentuk
lemniscus trigeminalis menuju ke nucleus ventralis posteromedialis
thalami sisi kontralateral. Sebagian kecil axonnya ada juga yang
menuju ke nucleus ventralis posteromedialis thalami ipsilateral. Pada
nucleus ventralis posteromedialis thalami terdapat neuron ordo III yang
axonnya akan terproyeksi menuju cortex cerebri area somaesthesi.
 Sensasi proprioseptif untuk rahang secara khusus dihantarkan oleh
serabut saraf sensorik ordo I yang mempunyai badan sel di nucleus
mesencephalicus (bukan di ganglion semilunaris Gasseri). Axonnya
langsung bersinaps dengan nucleus motoris n.V yang berfungsi untuk
mengendalikan kontraksi otot-otot pengunyah (rangkaian gamma
motor loop).
Komponen Motorik N.V
Nucleus motoris n.V mendapat impuls dari upper motor neuron di kedua sisi
cortex cerebri yang axonnya membentuk tractus corticobulbaris. Selain itu
nucleus motoris n.V juga mendapat impuls dari formatio reticularis dan dari
nucleus mesencephalicus yang membentuk lengkung refleks monosinaptik.
Komponen motorik ini mempersarafi otot-otot pengunyah, m. tensor timpani, m.
tensor veli palatini, m. mylohyoid, dan m. digastricus venter anterior.
Keterangan gambar :
1. Serabut saraf sensorik ordo I yang menghantarkan raba umum, memiliki
badan sel di ganglion semilunaris Gasseri
2. Nucleus sensoris principalis n.V
3. Serabut saraf ordo II yang secara ipsilateral menuju thalamus
4. Serabut saraf ordo II yang secara kontralateral menuju ke nucleus
ventralis posteromedialis thalami (VPM), kumpulan axon ini membentuk
lemniscus trigeminalis / tractus trigeminothalamicus.
5. Neuron ordo III pada VPM yang terproyeksi ke korteks cerebri
6. Serabut saraf sensorik ordo I yang menghantarkan impuls nyeri dan
temperatur. Mempunyai badan sel di ganglion semilunaris Gasseri.
7. Nucleus tractus spinalis n.V (terbagi menjadi pars oralis, pars intermedia,
dan pars caudalis)
8. Serabut saraf ordo II yang secara kontralateral menuju ke nucleus
ventralis posteromedialis thalami (VPM).
9. Neuron ordo III pada VPM yang terproyeksi ke korteks cerebri
10.Kumpulan serabut saraf multineuronal menuju formatio reticularis dan
thalamus (tractus trigeminoreticulothalamicus).
11.Serabut saraf sensorik ordo I yang menghantarkan impuls proprioseptif.
Mempunyai badan sel di nucleus mesencephalicus dan langsung
bersinaps dengan neuron motorik n.V
12.Nucleus mesencephalicus
13. Nucleus motorik N.V
14.Portio minor n. trigeminus
15.Upper motor neuron pada cortex cerebri
16.Gangglion semilunaris Gasseri
N.VII, N.IX, dan N.X memiliki komponen sensorik yang juga membentuk tractus
spinalis n.V dan masuk ke nucleus spinalis n.V.
Petunjuk Mewarnai
 Serabut sensorik ordo I : biru
 Serabut sensorik ordo II : hijau
 Serabut sensorik ordo III : jingga
 Serabut motorik n.V : merah
REFLEKS KORNEA DAN REFLEKS MASSETER
Refleks Masseter
Untuk menguji refleks masseter / refleks rahang, hammer diketukkan pada dagu
maka rahang akan segera terkatup tiba-tiba. Pukulan hammer pada dagu akan
membuat muscle spindle dari otot masseter teregang. Regangan ini dihantarkan
oleh reseptor annulospiral melalui serabut sensorik yang memiliki badan sel
pada nucleus mesencephalicus dan langsung bersinaps dengan neuron motorik
N.V yang mempersarafi otot masseter.
Refleks Kornea
Untuk menguji refleks kornea, kapas basah yang dilinting disentuhkan pada
kornea mata pasien. Refleks kornea normal adalah positif dimana kedua mata
berkedip. Perjalanan impulsnya adalah sebagai berikut : sensasi dari kornea
dihantarkan serabut saraf sensorik yang memiliki badan sel di ganglion
semilunaris Gasseri. Serabut saraf ini bersinaps dengan interneuron di nucleus
sensoris principalis N.V. Interneuron ini akan bersinaps dengan kedua sisi
neuron motorik N.VII pada nucleus motorik n.VII yang mempersarafi m.
orbicularis oculi.
Keterangan gambar :
Refleks masseter :
1. Reseptor annulospiral dalam muscle spindle
2. Badan sel serabut sensorik ordo I pada nucleus mesencephalicus
3. Neuron motorik n.V
4. Musculus masseter
Refleks kornea :
5. Serabut sensorik ordo I yang menerima impuls dari kornea
6. Ganglion semilunaris Gasseri
7. Interneuron pada nucleus sensoris principalis n.V, menuju ke nucleus
motorik N.VII kiri dan kanan (bilateral)
8. Nucleus motorik n.VII
9. N. facialis proprius yang mempersarafi otot-otot wajah
10.M. orbicularis oculi.
Petunjuk Mewarnai
 Serabut sensorik : merah
 Interneuron : hijau
 Serabut motorik : biru
KOMPONEN SARAF N.VII
Komponen motorik :
• Eferen viseral khusus (EVK) dimana pusatnya terdapat pada nucleus
motorik N.VII. Nucleus motorik ini menerima impuls dari tractus
corticobulbaris, tractus extrapiramidalis, tractus tectospinalis, dan hubungan
refleks dari nucleus solitarius dan nucleus spinalis n. trigemini. Nucleus yang
mempersarafi otot wajah bagian bawah (di bawah mata) menerima impuls
dari serabut corticobulbaris sisi kontralateral, sedangkan nucleus yang
mempersarafi otot wajah bagian atas (di atas mata) mendapatkan persarafan
bilateral dari serabut corticobulbaris. Serabut motorik dari nucleus motorik ini
menuju bagain belakang pons dan mengitari nuclus N.VI (genu interna) dan
menuju pars petrosa os temporal. Nervus ini memberikan cabang ke
m.stapedius, otot-otot wajah dan kepala, platysma, venter posterior m.
digastricus, dan m. stylohyoideus.
• Eferen viseral umum (EVU) merupakan persarafan parasimpatis yang
pusatnya terletak pada nucleus salivatorius superior. Serabutnya (disebut n.
intermedius) menuju ke kelenjar-kelenjar dan membrana mukosa palatum,
cavum nasi, sinus paranasales, kelenjar lacrimalis, dan menuju kelenjar
submandibularis dan sublingualis melalui chorda tympani, n. lingualis, dan
ganglion submandibularis.
Komponen sensorik :
• Aferen viseral umum (AVU) merupakan persarafan sensoris yang
menghantarkan impuls viseral dari kelenjar-kelenjar.
• Aferen viseral khusus (AVK) merupakan persarafan sensoris yang
menghantarkan impuls pengecapan dari 2/3 anterior lidah.
• Aferen somatik umum (ASU) merupakan persarafan sensoris yang
menghantarkan impuls sensorik dari telinga luar
Semua serabut saraf viseral sensorik ordo I memiliki badan sel di ganglion
geniculi yang membentuk genu externa. Serabut ini menuju pons melalui n.
intermedius dan bersinaps dengan nucleus tractus solitarius. Pada nucleus
tractus solitarius terdapat serabut sensorik ordo II yang berakhir di nuclei thalami.
Dari thalamus terdapat serabut sensorik ordo III yang terproyeksi ke cortex
cerebri area somaesthetic. Serabut saraf somatik juga memiliki badan sel pada
ganglion geniculi dan terproyeksi ke nucleus traktus spinalis n.V. Neuron ordo II
pada nucleus traktus spinalis akan terproyeksi ke nucleus VPM kontralateral.
Keterangan gambar :
1. Nucleus motorik N. VII
2. M. stapedius
3. Otot-otot wajah
4. Nucleus salivatorius superior
5. Ganglion sphenopalatinum / pterigopalatinum
6. Mukosa cavum nasi
7. Glandula lacrimalis
8. Ganglion submandibularis
9. Glandula submandibularis dan glandula sublingualis
10.Serabut saraf sensorik ordo I yang menghantarkan impuls viseral dari
kelenjar-kelenjar
11.Badan sel saraf ordo I dari serabut no. 10 yang terletak pada ganglion
geniculi
12.Serabut sensorik ordo I yang menghantarkan impuls pengecapan (viseral
khusus) dari 2/3 anterior lidah.
13.Badan sel saraf ordo I dari serabut no. 12 yang terletak pada ganglion
geniculi
14.Nucleus tractus solitarius.
Petunjuk Mewarnai
 Serabut motorik N.VII : merah
 Serabut parasimpatis preganglionik : biru
 Serabut parasimpatis postganglionik : hijau
 Serabut sensorik viseral khusus : coklat
 Serabut sensorik viseral umum : jingga
JARAS-JARAS PENDENGARAN
Impuls yang berasal dari organ corti diteruskan oleh serabut saraf sensorik yang
mempunyai badan sel di ganglion spiralis. Axon-axon dari ganglion spiralis
membentuk n. cochlearis menuju ke pusat pendengaran. Sebagian besar axon
akan bersinpas di nucleus cochlearis ventralis, sebagian kecil di nucleus
cochlearis dorsalis. Dari nukleus cochlearis impuls diteruskan baik ke arah
ipsilateral maupun kontra lateral. Serabut-serabut yang menyebrang ke arah
kontralateral membentuk stria acustica menuju ke nucleus olivarius superior sisi
kontra lateral. Kumpulan badan sel yang terdapat di antara stria acustica disebut
corpus trapezoideum. Dari nucleus choclearis ventralis, sebagian serabut akan
bersinaps di nucleus olivarius superior. Serabut-serabut yang menuju ke
coliculus inferior membentuk leminscus lateralis dan di antaranya terdapat nuclei
lemniscus lateralis. Dari nucleus coliculus inferior serabut saraf menuju ke
corpus geniculatum mediale dan kemudian diteruskan ke cortex cerebri dengan
serabut-serabut yang membentuk radiatio acustica.
Keterangan gambar :
1. Ganglion spiralis
2. Nucleus cochlearis ventralis
3. Nucleus cochlearis dorsalis
4. stria acustica
5. Kumpulan badan sel yang membentuk corpus trapezoideum
6. Nucleus olivarius superior
7. Badan sel yang membentuk nucleus lemniscus lateralis
8. lemniscus lateralis
9. Nucleus coliculus inferior
10.Corpus geniculatum mediale
11.Radiatio acustica
Petunjuk Mewarnai
 Serabut yang menuju nucleus cochlearis : merah
 Serabut yang membentuk stria acustica : jingga
 Serabut yang membentuk lemniscus lateralis : hijau
 Serabut dari colliculus inferior menuju corpus geniculatum mediale : biru
 Radiatio acustica : ungu
KOMPONEN SARAF N. IX
Komponen Aferen Viseral Umum (AVU)
Komponen ini menghantarkan impuls dari daerah posterior lidah, tonsila, faring
bagian atas, mukosa telinga tengah, dan tuba pharyngotimpanica. Badan sel
serabut sensorik ordo I terdapat di ganglion inferior N.IX. Kemudian axonnya
bersinaps di nucleus tractus solitarius. Axon serabut sensorik ordo II menuju ke
nucleus ventralis posteromedialis thalami (VPM) kontralateral. Dari sini, axon
saraf sensori ordo III terproyeksi ke cortex cerebri.
Impuls dari sinus caroticus, yang terletak pada bifucatio carotis juga dihantarkan
melalui N.IX. Aferen serabut ini langsung bersinaps dengan nucleus dorsalis
N.X. Refleks sinus caroticus ini melibatkan n.IX dan N.X dan berfungsi untuk
mengatur tekanan darah.
Komponen Aferen Viseral Khusus (AVK)
Komponen ini menghantarkan impuls rasa spesifik dari 1/3 posterior lidah. Badan
sel serabut sensorik ordo I terdapat di ganglion inferior N.IX. Kemudian axonnya
bersinaps di nucleus tractus solitarius. Axon serabut sensorik ordo II menuju ke
nucleus ventralis posteromedialis thalami (VPM) kontralateral. Dari sini, axon
saraf sensoris ordo III terproyeksi ke cortex cerebri.
Komponen Aferen Somatik Umum (ASU)
Komponen ini menghantarkan impuls sensasi umum (nyeri, suhu, tekanan) di
daerah pharynx. Badan sel serabut sensorik ordo I terdapat di ganglion superior
N.IX. Kemudian axonnya bersinaps ke nucleus tractus spinalis N.V. Axon
serabut sensorik ordo II menuju ke VPM kontralateral. Dari sini, axon saraf
sensoris ordo III terproyeksi ke cortex cerebri.
Komponen Eferen Viseral Umum (EVU)
Komponen ini mempunyai pusat parasimpatis di nucleus salivatorius inferior.
Nucleus ini mendapat impuls dari pusat yang lebih tinggi yaitu hypothalamus,
formatio reticularis, dan nucleus tractus solitarius. Axon dari nucleus salivatorius
inferior menuju ke ganglion oticum (eferen preganglionik) melalui r. tympanicus
n.IX, plexus timpanicus, dan n.petrosus minor. Dari ganglion oticum terdapat
eferen postganglion yang menuju kelenjar parotis.
Komponen Eferen Viseral Khusus (EVK)
Komponen ini terdapat pada nucleus ambiguous bagian superior. Nucleus ini
mendapat impuls dari serabut corticobulbaris dari kedua sisi cortex cerebri. Dari
nucleus ini terdapat serabut motorik untuk m. stylopharyngeus.
Keterangan gambar :
1. Serabut saraf sensorik ordo I yang menghantar impuls somatik umum.
2. Badan sel saraf sensorik ordo I yang terletak pada ganglion superior N.IX
3. Neuron ordo II pada nucleus spinalis N.V
4. Neuron ordo III pada nucleus ventralis posteromedialis thalami (VPM)
5. Serabut saraf sensorik ordo I yang menghantar impuls viseral khusus
(pengecapan 1/3 posterior lidah)
6. Badan sel saraf sensorik ordo I yang terletak pada ganglion inferior N.IX
7. Neuron ordo II pada nucleus tractus solitarius
8. Neuron ordo III pada nucleus ventralis posteromedialis thalami (VPM)
9. Serabut saraf sensorik ordo I yang menghantar impuls viseral umum
10.Badan sel saraf sensorik ordo I yang terletak pada ganglion inferior N.IX
11.Jaras otonom yang menuju nucleus salivatorius inferior
12.Nucleus salivatorius inferior
13.Serabut saraf yang menghantarkan impuls otonom parasimpatis
14.Upper motor neuron
15.Lower motor neuron pada nucleus ambiguus
16.Serabut saraf yang mempersarafi otot-otot pharynx / larynx
Petunjuk Mewarnai
 Serabut sensorik ordo I : merah
 Serabut sensorik ordo II : biru
 Serabut sensorik ordo III : hijau
 Serabut UMN dan LMN n.IX : jingga
 Serabut parasimpatis n.IX : ungu
KOMPONEN SARAF N.X, N.XI, N.XII
Komponen Aferen Somatik Umum (ASU)
Komponen ini menghantarkan impuls sensorik umum dari sebagian telinga luar
dan meatus acusticus externus (r. auricularis), dan duramater dari fossa
posterior cerebri (r. meningealis recurrent). Serabut saraf sensorik ordo I
memiliki badan sel di ganglion nodosum superius N.X. Axonnya menuju ke
nucleus spinalis N.V. Dari nucleus spinais N.V terdapat axon yang menuju ke
VPM kontralateraldan dari VPM ke cortex cerebri.
Komponen Aferen Viseral Umum (AVU)
N. X memiliki komponen ini menghantarkan sensasi viseral dari daerah tractus
respiratorius dan tractus digestivus. Serabut saraf sensorik ordo I memiliki
badan sel di ganglion inferior N.X. Axonnya menuju ke nucleus tractus
solitarius. Dari nucleus tractus solitarius terdapat axon yang menuju ke VPM
kontralateraldan dari VPM ke cortex cerebri.
Komponen Aferen Viseral Khusus (AVK)
N. X memiliki komponen AVK pada yang mempersarafi area epiglotis
Komponen Eferen Viseral Umum (EVU)
Komponen ini merupakan komponen parasimpatis. Serabut sarafnya berasal dari
nucleus dorsalis N.X yang mengembara sampai ke organ-organ di cavum
thorax dan cavum abdomen. Serabut ini merupakan serabut preganglionik.
Sedangkan serabut postganglioniknya sangat pendek dan kumpulan badan
selnya (ganglia) terdapat pada organ yang bersangkutan.
Komponen Eferen Viseral Khusus (EVK)
Komponen ini merupakan komponen motorik yang berasal dari nucleus
ambiguous. Serabut saraf ini mempersarafi otot-otot pharynx dan palatum mole.
Sebagian serabut bergabung bersama N.XI pars cranialis untuk mempersarafi
otot-otot intrinsic larynx (n.laringeus recurrent). N.XI pars spinalis memiliki motor
neuron di cornu anterior dari medulla spinalis segmen cervical I-VI dan
mempersarafi m. trapezius dan m. sternocleidomastoideus.
N.XII memiliki nucleus motorik yang mempersarafi otot-otot lidah. Serabut dari
korteks lebih banyak yang menyeberang ke arah kontralateral
Keterangan gambar :
1. Serabut saraf sensorik ordo I yang menghantar impuls somatik umum.
2. Badan sel saraf ordo I pada ganglion superior N.X
3. Nucleus spinalis N.V
4. Serabut saraf sensorik ordo I yang menghantar impuls viseral umum
5. Badan sel saraf ordo I pada ganglion inferior N.X
6. Nucleus tractus solitarius
7. Jaras otonom yang menuju nucleus dorsalis n.X
8. Nucleus dorsalis N.X
9. Nervus yang menghantarkan impuls otonom parasimpatis
10.Serabut saraf UMN yang menuju nucleus ambiguous.
11.Lower motor neuron untuk N.X pada nucleus ambiguous
12.Serabut saraf LMN yang mempersarafi otot-otot pharynx / larynx
13.Serabut saraf UMN yang menuju nucleus ambiguous.
14.Lower motor neuron untuk N.XI pada nucleus ambiguous
15.Serabut saraf LMN yang akan bersatu dengan N.X untuk mempersarafi
otot-otot pharynx / larynx
16.Serabut saraf UMN yang menuju nucleus motorik pada cornu anterior
substansia grisea medulla spinalis
17.Lower motor neuron pada cornu anterior substansia grisea medulla
spinalis.
18.Serabut saraf LMN yang mempersarafi otot-otot leher (m.
sternocleidomastoideus dan m. trapezius)
19.Serabut saraf UMN yang menuju nucleus motorik N.XII.
20.Nucleus motorik N.XII
21.Serabut saraf LMN yang akan mempersarafi otot-otot lidah.
Petunjuk Mewarnai
 Serabut sensorik ordo I : merah
 Serabut sensorik ordo II : biru
 Serabut sensorik ordo III : hijau
 Serabut UMN dan LMN : jingga
 Serabut parasimpatis : ungu
STUDI KASUS
Kasus 1:
Budi, 12 tahun terjatuh dari pohon mangga dan mengalami fraktur multiple dan
transeksi medulla spinalis. Dokter IGD yang merawatnya menyatakan ia
mengalami tetraplegia. Kedua tangan dan kaki lumpuh, namun masih dapat
bernapas dan berbicara normal.
Refleks tendo (refleks regang) diperiksa dengan lengkap. Juga diperiksa
sensasi di kulit sesuai dengan dermatomnya.
 Apa yang dimaksud dengan dermatom? Apa makna klinis pemeriksaan
sensibilitas kulit?
Jawab :
 Sebutkan beberapa pemeriksaan refleks regang dan sebutkan segmen yang
bersangkutan.
Jawab:
Pertanyaan pembantu :
1. Budi mengalami kelumpuhan lengan dan kaki namun masih dapat
menarik napas dengan normal. Jelaskan kemungkinan segmen medulla
spinalis yang rusak!
Jawab:
2. Bagaimana hasil pemeriksaan dari refleks biceps dan refleks patella?
Berikan penjelasan!
Jawab :
3. Jelaskan mengapa kerusakan medulla spinalis setinggi lesi
mengakibatkan kelumpuhan tipe LMN sedangkan di bawah lesi
mengakibatkan kelumpuhan tipe UMN!
4. Jelaskan mengapa refleks regang meningkat pada kelumpuhan tipe UMN!
Kasus 2 :
Ibu Ani, 40 tahun, mengalami kecelakaan lalu lintas dan sedang ditangani oleh
dokter IGD. Pada pemeriksaan sensibilitas di kulit, kaki sebelah kanan sampai
perut kanan di bawah pusar mengalami anaesthesi. Sedangkan kelumpuhan
terjadi hanya pada kaki sebelah kiri. Menurut dokter, ibu Ani mengalami “Brown
Sequard Syndrome” (hemiseksi medulla spinalis).
Pertanyaan pembantu :
1. Kira-kira segmen medulla spinalis mana yang mengalami kerusakan?
2. Sebutkan jaras-jaras yang mengalami kerusakan!
3. Bagaimana hasil pemeriksaan refleks-refleks?
4. Bagaimana hasil pemeriksaan diskriminasi 2 titik pada kedua
kakinya?
Kasus 3 :
Seorang kakek berusia 70 tahun pernah mengalami “stroke” (cerebrovascular
accident. Sekarang ia mengalami kesulitan membaca karena tulisan yang ia
baca menjadi berbayang. Pada saat dokter menyuruh pasien melihat ke arah kiri
bawah, ternyata mata mejadi agak juling karena bola mata kanan tidak bisa
melirik ke bawah.
Pertanyaan :
1. Otot bola mata manakah yang mengalami kelumpuhan?
2. Nucleus nervi cranialis apa dan sebelah mana yang mengalami
kerusakan?
Beberapa bulan kemudian, kerusakan di batang otak semakin bertambah parah
sehingga kakek tersebut mengalami kelumpuhan seluruh otot wajah sebelah kiri
dan lidahnya selalu serong ke kanan apabila dijulurkan. Kakek juga mengalami
kelumpuhan alat gerak sebelah kanan.
3. Jelaskan mengapa kakek tersebut dapat mengalami kelumpuhan otot
wajah sebelah kiri dan kelumpuhan otot lidah dan alat gerak sebelah
kanan?
4. Otot-otot mana yang mengalami kelumpuhan UMN ? Otot-otot mana yang
mengalami kelumpuhan LMN?
5. Bagaimana membedakan kelumpuhan UMN dan LMN pada otot-otot
wajah?
DAFTAR PUSTAKA
Burt, Alvin, Textbook of Neuroanatomy, WB Saunders, London, 1997
Carpenter, Core Text of Neuroanatomy, 2nd Ed, The William & Wilkins
Company, Baltimore ,1978
Chusid, Joseph, Correlative Neuroanatomy and Functional Neurology , 17th Ed,
Lange Medical Publication California , 1979
Marieb, Elaine, Human Anatomy, 3rd Edition, Benjamin Cummings, New York,
2001
Noback, C, The Human Nervus System, Mc Graw Hill, Tokyo, 1967
Poritsky, Raphael, Neuroanatomical Pathways, WB Saunders, 1984
Ranson, S & Clark, S, The Anatomy of the Nervous System, 9th Ed, WB
Saunders Company, London, 1953
Snell, Richard, Clinical Neuroanatomy for Medical Students, , 2nd Ed, Little
Brown and Company, Boston, 1987
Williams Peter, et.al, GRAY”S Anatomy, 37th Ed, Churchill Livingstone, New
York, 1989

More Related Content

What's hot

Referat Ruptur Ginjal
Referat Ruptur GinjalReferat Ruptur Ginjal
Referat Ruptur GinjalKharima SD
 
151481841 case-bell-s-palsy
151481841 case-bell-s-palsy151481841 case-bell-s-palsy
151481841 case-bell-s-palsyhomeworkping4
 
Case Report BPPV
Case Report BPPVCase Report BPPV
Case Report BPPVKharima SD
 
Mengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan NeurologisMengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan NeurologisSeascape Surveys
 
Guillain barre sindrom
Guillain barre sindromGuillain barre sindrom
Guillain barre sindromFionna Pohan
 
Pendekatan Klinis Penurunan Kesadaran
Pendekatan Klinis Penurunan Kesadaran Pendekatan Klinis Penurunan Kesadaran
Pendekatan Klinis Penurunan Kesadaran Ade Wijaya
 
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)fikri asyura
 
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)Seascape Surveys
 
Buku saku tatalaksana kasus Malaria
Buku saku tatalaksana kasus MalariaBuku saku tatalaksana kasus Malaria
Buku saku tatalaksana kasus Malariahersu12345
 
Check list pemeriksaan neurologi 2
Check list pemeriksaan neurologi 2Check list pemeriksaan neurologi 2
Check list pemeriksaan neurologi 2cokordawahyu
 
Pendekatan klinis penurunan kesadaran pada anak
Pendekatan klinis penurunan kesadaran pada anakPendekatan klinis penurunan kesadaran pada anak
Pendekatan klinis penurunan kesadaran pada anakHury Tinus
 
Anatomi Terapan Pada Bahu dan Lengan Atas
Anatomi Terapan Pada Bahu dan Lengan AtasAnatomi Terapan Pada Bahu dan Lengan Atas
Anatomi Terapan Pada Bahu dan Lengan AtasDarwis Yang Terbuang
 
Anatomi hidung dan tenggorokan
Anatomi hidung dan tenggorokanAnatomi hidung dan tenggorokan
Anatomi hidung dan tenggorokanBrenda Panjaitan
 

What's hot (20)

Referat Ruptur Ginjal
Referat Ruptur GinjalReferat Ruptur Ginjal
Referat Ruptur Ginjal
 
151481841 case-bell-s-palsy
151481841 case-bell-s-palsy151481841 case-bell-s-palsy
151481841 case-bell-s-palsy
 
Case hernia putri
Case hernia putriCase hernia putri
Case hernia putri
 
Case Report BPPV
Case Report BPPVCase Report BPPV
Case Report BPPV
 
Mengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan NeurologisMengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan Neurologis
 
Guillain barre sindrom
Guillain barre sindromGuillain barre sindrom
Guillain barre sindrom
 
Keratitis mata
Keratitis mataKeratitis mata
Keratitis mata
 
Pendekatan Klinis Penurunan Kesadaran
Pendekatan Klinis Penurunan Kesadaran Pendekatan Klinis Penurunan Kesadaran
Pendekatan Klinis Penurunan Kesadaran
 
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
 
Referat low back pain
Referat low back painReferat low back pain
Referat low back pain
 
2. konjungtiva
2. konjungtiva2. konjungtiva
2. konjungtiva
 
Trauma maksilofasial
Trauma maksilofasialTrauma maksilofasial
Trauma maksilofasial
 
Herniasi Otak
Herniasi OtakHerniasi Otak
Herniasi Otak
 
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)
 
Buku saku tatalaksana kasus Malaria
Buku saku tatalaksana kasus MalariaBuku saku tatalaksana kasus Malaria
Buku saku tatalaksana kasus Malaria
 
Check list pemeriksaan neurologi 2
Check list pemeriksaan neurologi 2Check list pemeriksaan neurologi 2
Check list pemeriksaan neurologi 2
 
Tugas Anatomi Radiologi 1
Tugas Anatomi Radiologi 1Tugas Anatomi Radiologi 1
Tugas Anatomi Radiologi 1
 
Pendekatan klinis penurunan kesadaran pada anak
Pendekatan klinis penurunan kesadaran pada anakPendekatan klinis penurunan kesadaran pada anak
Pendekatan klinis penurunan kesadaran pada anak
 
Anatomi Terapan Pada Bahu dan Lengan Atas
Anatomi Terapan Pada Bahu dan Lengan AtasAnatomi Terapan Pada Bahu dan Lengan Atas
Anatomi Terapan Pada Bahu dan Lengan Atas
 
Anatomi hidung dan tenggorokan
Anatomi hidung dan tenggorokanAnatomi hidung dan tenggorokan
Anatomi hidung dan tenggorokan
 

Viewers also liked

Susunan saraf (neuroanatomi)
Susunan saraf (neuroanatomi)Susunan saraf (neuroanatomi)
Susunan saraf (neuroanatomi)Rini Mulyani
 
Anatomi otak & neurotransmitter
Anatomi otak & neurotransmitterAnatomi otak & neurotransmitter
Anatomi otak & neurotransmitterSeta Wicaksana
 
Neurotransmitter
NeurotransmitterNeurotransmitter
Neurotransmitteratika rizki
 
Neurofisiology extrapiramidal
Neurofisiology extrapiramidalNeurofisiology extrapiramidal
Neurofisiology extrapiramidalgassantoxoxo
 
Ey pmp parent presentation 2010
Ey pmp parent presentation 2010Ey pmp parent presentation 2010
Ey pmp parent presentation 2010Will Kirkwood
 
Pengaturan Fungsi Motorik oleh Medula Spinalis
Pengaturan Fungsi Motorik oleh Medula SpinalisPengaturan Fungsi Motorik oleh Medula Spinalis
Pengaturan Fungsi Motorik oleh Medula SpinalisImron Rosyadi
 
Anatomi persyarafan
Anatomi persyarafanAnatomi persyarafan
Anatomi persyarafanmateri-x2
 
Extrapiramidalis
ExtrapiramidalisExtrapiramidalis
ExtrapiramidalisMelda RD
 
Sistem saraf Pada Manusia ( Human Nervous System) Kelompok 1 ( Manik & Kharisma)
Sistem saraf Pada Manusia ( Human Nervous System) Kelompok 1 ( Manik & Kharisma)Sistem saraf Pada Manusia ( Human Nervous System) Kelompok 1 ( Manik & Kharisma)
Sistem saraf Pada Manusia ( Human Nervous System) Kelompok 1 ( Manik & Kharisma)Manik Puush
 
Menjadi Reseller dan Mitra Get Beauty
Menjadi Reseller dan Mitra Get BeautyMenjadi Reseller dan Mitra Get Beauty
Menjadi Reseller dan Mitra Get BeautyGregory Budiman
 
Hakim 6 (pagi) Medulla Spinalis dan Jaras
Hakim 6 (pagi) Medulla Spinalis dan JarasHakim 6 (pagi) Medulla Spinalis dan Jaras
Hakim 6 (pagi) Medulla Spinalis dan JarasR.F Hakim
 
Jaringan Penyangga Gigi
Jaringan Penyangga GigiJaringan Penyangga Gigi
Jaringan Penyangga GigiPSPDG-UNUD
 
Patofisiologi Infark Miokard Akut
Patofisiologi Infark Miokard AkutPatofisiologi Infark Miokard Akut
Patofisiologi Infark Miokard AkutImron Rosyadi
 
Neurology Sistem in Anatomy/ Sistem Saraf di Anatomi
Neurology Sistem in Anatomy/ Sistem Saraf di AnatomiNeurology Sistem in Anatomy/ Sistem Saraf di Anatomi
Neurology Sistem in Anatomy/ Sistem Saraf di AnatomiDimas Erda Widyamarta
 
Perceptual and motor development
Perceptual and motor developmentPerceptual and motor development
Perceptual and motor developmentCarla Piper
 
Anatomi saraf
Anatomi sarafAnatomi saraf
Anatomi sarafDnea Is
 
Sensasi dan Persepsi
Sensasi dan PersepsiSensasi dan Persepsi
Sensasi dan Persepsithoyyibatus
 

Viewers also liked (20)

Susunan saraf (neuroanatomi)
Susunan saraf (neuroanatomi)Susunan saraf (neuroanatomi)
Susunan saraf (neuroanatomi)
 
Anatomi otak & neurotransmitter
Anatomi otak & neurotransmitterAnatomi otak & neurotransmitter
Anatomi otak & neurotransmitter
 
Neurotransmitter
NeurotransmitterNeurotransmitter
Neurotransmitter
 
Neurofisiology extrapiramidal
Neurofisiology extrapiramidalNeurofisiology extrapiramidal
Neurofisiology extrapiramidal
 
Neurotransmitter ppt
Neurotransmitter pptNeurotransmitter ppt
Neurotransmitter ppt
 
Ey pmp parent presentation 2010
Ey pmp parent presentation 2010Ey pmp parent presentation 2010
Ey pmp parent presentation 2010
 
Pengaturan Fungsi Motorik oleh Medula Spinalis
Pengaturan Fungsi Motorik oleh Medula SpinalisPengaturan Fungsi Motorik oleh Medula Spinalis
Pengaturan Fungsi Motorik oleh Medula Spinalis
 
Anatomi persyarafan
Anatomi persyarafanAnatomi persyarafan
Anatomi persyarafan
 
Extrapiramidalis
ExtrapiramidalisExtrapiramidalis
Extrapiramidalis
 
Anatomi Sistem Saraf
Anatomi Sistem SarafAnatomi Sistem Saraf
Anatomi Sistem Saraf
 
Sistem saraf Pada Manusia ( Human Nervous System) Kelompok 1 ( Manik & Kharisma)
Sistem saraf Pada Manusia ( Human Nervous System) Kelompok 1 ( Manik & Kharisma)Sistem saraf Pada Manusia ( Human Nervous System) Kelompok 1 ( Manik & Kharisma)
Sistem saraf Pada Manusia ( Human Nervous System) Kelompok 1 ( Manik & Kharisma)
 
Menjadi Reseller dan Mitra Get Beauty
Menjadi Reseller dan Mitra Get BeautyMenjadi Reseller dan Mitra Get Beauty
Menjadi Reseller dan Mitra Get Beauty
 
Hakim 6 (pagi) Medulla Spinalis dan Jaras
Hakim 6 (pagi) Medulla Spinalis dan JarasHakim 6 (pagi) Medulla Spinalis dan Jaras
Hakim 6 (pagi) Medulla Spinalis dan Jaras
 
Jaringan Penyangga Gigi
Jaringan Penyangga GigiJaringan Penyangga Gigi
Jaringan Penyangga Gigi
 
Patofisiologi Infark Miokard Akut
Patofisiologi Infark Miokard AkutPatofisiologi Infark Miokard Akut
Patofisiologi Infark Miokard Akut
 
Neurology Sistem in Anatomy/ Sistem Saraf di Anatomi
Neurology Sistem in Anatomy/ Sistem Saraf di AnatomiNeurology Sistem in Anatomy/ Sistem Saraf di Anatomi
Neurology Sistem in Anatomy/ Sistem Saraf di Anatomi
 
Bell's palsy
Bell's palsyBell's palsy
Bell's palsy
 
Perceptual and motor development
Perceptual and motor developmentPerceptual and motor development
Perceptual and motor development
 
Anatomi saraf
Anatomi sarafAnatomi saraf
Anatomi saraf
 
Sensasi dan Persepsi
Sensasi dan PersepsiSensasi dan Persepsi
Sensasi dan Persepsi
 

Similar to Cara mudah belajar neuroanatomi

Anatomi dan Fisiologi Sistem Saraf
Anatomi dan Fisiologi Sistem Saraf Anatomi dan Fisiologi Sistem Saraf
Anatomi dan Fisiologi Sistem Saraf pjj_kemenkes
 
Brain and behavior power point of presentation
Brain and behavior power point of presentationBrain and behavior power point of presentation
Brain and behavior power point of presentationFitryYani2
 
SISTEM SARAF PUSAT DAN SARAF TEPI LENGKAP
SISTEM SARAF PUSAT DAN SARAF TEPI LENGKAPSISTEM SARAF PUSAT DAN SARAF TEPI LENGKAP
SISTEM SARAF PUSAT DAN SARAF TEPI LENGKAP01012015
 
Modul Sesi 11 RMIK140 Anatomi Fisiologi.pdf
Modul Sesi 11 RMIK140 Anatomi Fisiologi.pdfModul Sesi 11 RMIK140 Anatomi Fisiologi.pdf
Modul Sesi 11 RMIK140 Anatomi Fisiologi.pdfErwinGunawan21
 
Anatomi fisiologi-sistem-saraf
Anatomi fisiologi-sistem-sarafAnatomi fisiologi-sistem-saraf
Anatomi fisiologi-sistem-sarafsardiantidwitirta
 
Sistem Penginderaan
Sistem PenginderaanSistem Penginderaan
Sistem Penginderaanpjj_kemenkes
 
Sistem saraf
Sistem sarafSistem saraf
Sistem sarafIs Wanto
 
3.1.1.1 pengantar blok 3.1
3.1.1.1   pengantar blok 3.13.1.1.1   pengantar blok 3.1
3.1.1.1 pengantar blok 3.1Ahmad Muhtar
 
D4 b. perkembangan otak dan metode penelitian syaraf kognitif
D4 b. perkembangan otak dan metode penelitian syaraf kognitifD4 b. perkembangan otak dan metode penelitian syaraf kognitif
D4 b. perkembangan otak dan metode penelitian syaraf kognitifRosida Marasabessy
 
Sistem persarapan
Sistem persarapanSistem persarapan
Sistem persarapanrozifahrozi
 
Laporan PBL 1 Modul Hemiparesis
Laporan PBL 1 Modul HemiparesisLaporan PBL 1 Modul Hemiparesis
Laporan PBL 1 Modul HemiparesisAulia Amani
 

Similar to Cara mudah belajar neuroanatomi (20)

Anatomi dan fisiologi sistem persyarafan
Anatomi dan fisiologi sistem persyarafanAnatomi dan fisiologi sistem persyarafan
Anatomi dan fisiologi sistem persyarafan
 
Anatomi dan Fisiologi Sistem Saraf
Anatomi dan Fisiologi Sistem Saraf Anatomi dan Fisiologi Sistem Saraf
Anatomi dan Fisiologi Sistem Saraf
 
Brain and behavior power point of presentation
Brain and behavior power point of presentationBrain and behavior power point of presentation
Brain and behavior power point of presentation
 
SISTEM SARAF PUSAT DAN SARAF TEPI LENGKAP
SISTEM SARAF PUSAT DAN SARAF TEPI LENGKAPSISTEM SARAF PUSAT DAN SARAF TEPI LENGKAP
SISTEM SARAF PUSAT DAN SARAF TEPI LENGKAP
 
Neuroanatomi ub.pdf
Neuroanatomi ub.pdfNeuroanatomi ub.pdf
Neuroanatomi ub.pdf
 
Kepleh
KeplehKepleh
Kepleh
 
Modul Sesi 11 RMIK140 Anatomi Fisiologi.pdf
Modul Sesi 11 RMIK140 Anatomi Fisiologi.pdfModul Sesi 11 RMIK140 Anatomi Fisiologi.pdf
Modul Sesi 11 RMIK140 Anatomi Fisiologi.pdf
 
Anatomi fisiologi-sistem-saraf
Anatomi fisiologi-sistem-sarafAnatomi fisiologi-sistem-saraf
Anatomi fisiologi-sistem-saraf
 
Anatomi fisiologi sistem saraf
Anatomi fisiologi sistem sarafAnatomi fisiologi sistem saraf
Anatomi fisiologi sistem saraf
 
Lks sistem koordinasi
Lks sistem koordinasiLks sistem koordinasi
Lks sistem koordinasi
 
Sistem Penginderaan
Sistem PenginderaanSistem Penginderaan
Sistem Penginderaan
 
Sistem saraf
Sistem sarafSistem saraf
Sistem saraf
 
3.1.1.1 pengantar blok 3.1
3.1.1.1   pengantar blok 3.13.1.1.1   pengantar blok 3.1
3.1.1.1 pengantar blok 3.1
 
D4 b. perkembangan otak dan metode penelitian syaraf kognitif
D4 b. perkembangan otak dan metode penelitian syaraf kognitifD4 b. perkembangan otak dan metode penelitian syaraf kognitif
D4 b. perkembangan otak dan metode penelitian syaraf kognitif
 
Sistem persarapan
Sistem persarapanSistem persarapan
Sistem persarapan
 
Fisiologi sistem saraf
Fisiologi sistem sarafFisiologi sistem saraf
Fisiologi sistem saraf
 
Laporan PBL 1 Modul Hemiparesis
Laporan PBL 1 Modul HemiparesisLaporan PBL 1 Modul Hemiparesis
Laporan PBL 1 Modul Hemiparesis
 
Kuliah 4. neuroanatomi
Kuliah 4. neuroanatomi Kuliah 4. neuroanatomi
Kuliah 4. neuroanatomi
 
Anatomi_otak_pp.ppt
Anatomi_otak_pp.pptAnatomi_otak_pp.ppt
Anatomi_otak_pp.ppt
 
Anatomi_otak_pp.ppt
Anatomi_otak_pp.pptAnatomi_otak_pp.ppt
Anatomi_otak_pp.ppt
 

More from Gregory Budiman

Lipat gandakan penghasilan anda 10 x
Lipat gandakan penghasilan anda 10 xLipat gandakan penghasilan anda 10 x
Lipat gandakan penghasilan anda 10 xGregory Budiman
 
Produk Kosmetika Berbahaya dan Suntik Illegal
Produk Kosmetika Berbahaya dan Suntik IllegalProduk Kosmetika Berbahaya dan Suntik Illegal
Produk Kosmetika Berbahaya dan Suntik IllegalGregory Budiman
 
Memilih Kosmetika Yang Aman
Memilih Kosmetika Yang AmanMemilih Kosmetika Yang Aman
Memilih Kosmetika Yang AmanGregory Budiman
 
Strategi ekslusif get beauty
Strategi ekslusif get beautyStrategi ekslusif get beauty
Strategi ekslusif get beautyGregory Budiman
 
Seminar lets get beauty 2017
Seminar lets get beauty 2017Seminar lets get beauty 2017
Seminar lets get beauty 2017Gregory Budiman
 
Pelatihan beauty therapist (lengkap)
Pelatihan beauty therapist (lengkap)Pelatihan beauty therapist (lengkap)
Pelatihan beauty therapist (lengkap)Gregory Budiman
 
Seminar #GetBeauty with Healthy Skin
Seminar #GetBeauty with Healthy SkinSeminar #GetBeauty with Healthy Skin
Seminar #GetBeauty with Healthy SkinGregory Budiman
 
Bangga Menjadi Karyawan GB
Bangga Menjadi Karyawan GBBangga Menjadi Karyawan GB
Bangga Menjadi Karyawan GBGregory Budiman
 
Kligman formula dalam praktek skin care
Kligman formula dalam praktek skin careKligman formula dalam praktek skin care
Kligman formula dalam praktek skin careGregory Budiman
 
Perawatan wajah yg sehat dan terbebas dari zat
Perawatan wajah yg sehat dan terbebas dari zatPerawatan wajah yg sehat dan terbebas dari zat
Perawatan wajah yg sehat dan terbebas dari zatGregory Budiman
 
Krim Exfoliant : Efek timbulnya jerawat dan bruntusan
Krim Exfoliant : Efek timbulnya jerawat dan bruntusanKrim Exfoliant : Efek timbulnya jerawat dan bruntusan
Krim Exfoliant : Efek timbulnya jerawat dan bruntusanGregory Budiman
 
Perawatan kulit wajah sehari hari
Perawatan kulit wajah sehari hariPerawatan kulit wajah sehari hari
Perawatan kulit wajah sehari hariGregory Budiman
 
Hiperpolarisasi neuron sebagai patofisiologi fase arefleksia pada lesi
Hiperpolarisasi neuron sebagai patofisiologi fase arefleksia pada lesiHiperpolarisasi neuron sebagai patofisiologi fase arefleksia pada lesi
Hiperpolarisasi neuron sebagai patofisiologi fase arefleksia pada lesiGregory Budiman
 
Aspek medis pijat urut, refleksi, akupresur
Aspek medis pijat urut, refleksi, akupresurAspek medis pijat urut, refleksi, akupresur
Aspek medis pijat urut, refleksi, akupresurGregory Budiman
 
BIAS DALAM GERAKAN GEREJA KHARISMATIK
BIAS DALAM GERAKAN GEREJA KHARISMATIKBIAS DALAM GERAKAN GEREJA KHARISMATIK
BIAS DALAM GERAKAN GEREJA KHARISMATIKGregory Budiman
 
AKU TELAH DISALIBKAN DENGAN KRISTUS
AKU TELAH DISALIBKAN DENGAN KRISTUSAKU TELAH DISALIBKAN DENGAN KRISTUS
AKU TELAH DISALIBKAN DENGAN KRISTUSGregory Budiman
 
CASE STUDY ON CLINICAL NEUROANATOMY
CASE STUDY ON CLINICAL NEUROANATOMYCASE STUDY ON CLINICAL NEUROANATOMY
CASE STUDY ON CLINICAL NEUROANATOMYGregory Budiman
 
Competence Based Curriculum
Competence Based CurriculumCompetence Based Curriculum
Competence Based CurriculumGregory Budiman
 
Case: Hemisection of The Spinal Cord
Case: Hemisection of The Spinal CordCase: Hemisection of The Spinal Cord
Case: Hemisection of The Spinal CordGregory Budiman
 

More from Gregory Budiman (20)

Lipat gandakan penghasilan anda 10 x
Lipat gandakan penghasilan anda 10 xLipat gandakan penghasilan anda 10 x
Lipat gandakan penghasilan anda 10 x
 
Produk Kosmetika Berbahaya dan Suntik Illegal
Produk Kosmetika Berbahaya dan Suntik IllegalProduk Kosmetika Berbahaya dan Suntik Illegal
Produk Kosmetika Berbahaya dan Suntik Illegal
 
Memilih Kosmetika Yang Aman
Memilih Kosmetika Yang AmanMemilih Kosmetika Yang Aman
Memilih Kosmetika Yang Aman
 
Strategi ekslusif get beauty
Strategi ekslusif get beautyStrategi ekslusif get beauty
Strategi ekslusif get beauty
 
Seminar lets get beauty 2017
Seminar lets get beauty 2017Seminar lets get beauty 2017
Seminar lets get beauty 2017
 
Pelatihan beauty therapist (lengkap)
Pelatihan beauty therapist (lengkap)Pelatihan beauty therapist (lengkap)
Pelatihan beauty therapist (lengkap)
 
Seminar #GetBeauty with Healthy Skin
Seminar #GetBeauty with Healthy SkinSeminar #GetBeauty with Healthy Skin
Seminar #GetBeauty with Healthy Skin
 
Bangga Menjadi Karyawan GB
Bangga Menjadi Karyawan GBBangga Menjadi Karyawan GB
Bangga Menjadi Karyawan GB
 
Neuroanatomy lecture
Neuroanatomy lectureNeuroanatomy lecture
Neuroanatomy lecture
 
Kligman formula dalam praktek skin care
Kligman formula dalam praktek skin careKligman formula dalam praktek skin care
Kligman formula dalam praktek skin care
 
Perawatan wajah yg sehat dan terbebas dari zat
Perawatan wajah yg sehat dan terbebas dari zatPerawatan wajah yg sehat dan terbebas dari zat
Perawatan wajah yg sehat dan terbebas dari zat
 
Krim Exfoliant : Efek timbulnya jerawat dan bruntusan
Krim Exfoliant : Efek timbulnya jerawat dan bruntusanKrim Exfoliant : Efek timbulnya jerawat dan bruntusan
Krim Exfoliant : Efek timbulnya jerawat dan bruntusan
 
Perawatan kulit wajah sehari hari
Perawatan kulit wajah sehari hariPerawatan kulit wajah sehari hari
Perawatan kulit wajah sehari hari
 
Hiperpolarisasi neuron sebagai patofisiologi fase arefleksia pada lesi
Hiperpolarisasi neuron sebagai patofisiologi fase arefleksia pada lesiHiperpolarisasi neuron sebagai patofisiologi fase arefleksia pada lesi
Hiperpolarisasi neuron sebagai patofisiologi fase arefleksia pada lesi
 
Aspek medis pijat urut, refleksi, akupresur
Aspek medis pijat urut, refleksi, akupresurAspek medis pijat urut, refleksi, akupresur
Aspek medis pijat urut, refleksi, akupresur
 
BIAS DALAM GERAKAN GEREJA KHARISMATIK
BIAS DALAM GERAKAN GEREJA KHARISMATIKBIAS DALAM GERAKAN GEREJA KHARISMATIK
BIAS DALAM GERAKAN GEREJA KHARISMATIK
 
AKU TELAH DISALIBKAN DENGAN KRISTUS
AKU TELAH DISALIBKAN DENGAN KRISTUSAKU TELAH DISALIBKAN DENGAN KRISTUS
AKU TELAH DISALIBKAN DENGAN KRISTUS
 
CASE STUDY ON CLINICAL NEUROANATOMY
CASE STUDY ON CLINICAL NEUROANATOMYCASE STUDY ON CLINICAL NEUROANATOMY
CASE STUDY ON CLINICAL NEUROANATOMY
 
Competence Based Curriculum
Competence Based CurriculumCompetence Based Curriculum
Competence Based Curriculum
 
Case: Hemisection of The Spinal Cord
Case: Hemisection of The Spinal CordCase: Hemisection of The Spinal Cord
Case: Hemisection of The Spinal Cord
 

Recently uploaded

LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptxssuser1f6caf1
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 

Recently uploaded (20)

LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 

Cara mudah belajar neuroanatomi

  • 1. CARA MUDAH BELAJAR NEUROANATOMI (Sebuah buku mewarnai dengan penjelasan yang ringkas) dr. Gregory Budiman, M.Biomed
  • 2. KATA PENGANTAR Neuroanatomi merupakan pelajaran yang agak sulit dipahami. Kebanyakan mahasiswa mengalami kesulitan untuk membayangkan bangunan-bangunan dan sirkuit- sirkuit neuroanatomi yang begitu rumit. Ruang lingkup buku ini terbatas pada gross neuroanatomi dan jaras neuroanatomi yang penting saja sehingga mahasiswa dapat menemukan ide pokoknya dengan cepat. Buku ini ditulis dengan sistematika yang sederhana dan tidak rumit. Buku ini membantu mahasiswa untuk belajar menggunakan 3 aspek : 1. Aspek visual :  Membaca teks yang sederhana dan jelas  Melihat langsung gambar dengan petunjuknya Aspek ini memudahkan mahasiswa untuk membayangkan dan memahami jaras- jaras anatomi. 2. Aspek Auditorik :  Mendengar dari kuliah  Diskusi kelompok Pada bagian akhir buku ini terdapat pertanyaan untuk diskusi 3. Aspek kinestetik : • Merunut dan mewarnai jaras-jaras neuroanatomi Dengan mewarnai dan merunut gambar dan jaras-jaras neuroanatomi maka pemahaman materi akan lebih optimal dan mahasiswa dapat dengan mudah menerangkan kembali apa yang telah dipelajarinya.
  • 3. dr. Gregory Budiman, M.Biomed Staf Pengajar Neuroanatomi FKUI
  • 4. KATA SAMBUTAN Fakultas Kedokteran telah mengalami perubahan paradigma pengajaran yang tadinya teacher-centered instruction menjadi student-centered learning. Alokasi waktu untuk perkuliahan (ceramah satu arah) menjadi sangat sedikit sekali oleh sebab itu mahasiswa membutuhkan buku-buku panduan ringkas yang dapat memfasilitasi mereka saat melakukan pendalaman materi secara mandiri. Buku “Cara Mudah Belajar Neuroanatomi” merupakan buku suplemen yang menunjang buku-buku teks Neuroanatomi lainnya. Buku ini memudahkan mahasiswa dalam memahami jaras-jaras yang menghubungkan bangunan- bangunan pada sistem saraf pusat. Pemahaman mengenai jaras-jaras neuroanatomi merupakan modal dasar untuk mendalami aspek klinis bidang neurologi. Buku ini merupakan hasil kreatifitas staf pengajar dalam memberikan inovasi pada proses pembelajaran kurikulum berbasis kompetensi. Jordan & Spencer berkata,” ...student-centered learning demands that not only the teachers are experts in their field but also – and more importanly – that they understand how people learn”. Semoga buku ini dapat memberi pencerahan bagi para mahasiswa fakultas kedokteran dalam memahami neuroanatomi. Dr.dr. Ratna Sitompul, SpM(K) Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
  • 5. DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Komponen Saraf di Medula Spinalis Lengkung Refleks Sederhana Jaras-jaras Asenden pada Medula Spinalis Jaras-jaras Desenden pada Medula Spinalis Tractus Corticobulbaris Susunan Saraf Otonom Refleks Berkemih Jaras Penghidu Jaras Visual Saraf-saraf Penggerak Bola Mata (Nervus III, IV, VI) Gerak Bola Mata Konjugat Refleks Cahaya Langsung, Refleks Cahaya Konsensual, dan refleks Akomodasi Komponen Saraf N.V Refleks Kornea dan Refleks Masseter Komponen Saraf N.VII Jaras-jaras Pendengaran Komponen Saraf N.IX Komponen Saraf N.X, N.XI, N.XII Pertanyaan Untuk Diskusi
  • 6. DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Komponen Saraf Di Medula Spinalis Gambar 2 Lengkung Refleks Sederhana Gambar 3 Jaras-jaras Asenden pada Medula Spinalis Gambar 4 Jaras-jaras Desenden pada Medula Spinalis Gambar 5 Tractus Corticobulbaris Gambar 6 Diagram Distribusi Persarafan Otonom Gambar 7 Susunan Saraf Otonom Gambar 8 Refleks Berkemih Gambar 9 Lapang Pandang Akibat Lesi Tertentu Gambar 10 Jaras Penghidu Gambar 11 Jaras Visual Gambar 12 Komponen N.III, IV, VI Gambar 13 Gerak Primer Bola Mata Kiri Gambar 14 Gerakan Kombinasi (Yoke Muscle) Gambar 15 Diagram Gerakan Kombinasi (Yoke Muscle) Gambar 16 Gerak Bola Mata Konjugat Gambar 17 Refleks Cahaya Langsung, Refleks Cahaya Konsensual, dan Refleks Akomodasi Gambar 18 Komponen Saraf N.V Gambar 19 Refleks Kornea dan Refleks Masseter Gambar 20 Komponen Saraf N.VII Gambar 21 Jaras Pendengaran Gambar 22 Komponen Saraf N.IX Gambar 23 Komponen Saraf N.X, XI, XII
  • 7. PEMBAGIAN SUSUNAN SARAF Sistem saraf secara garis besar dibagi menjadi : • Sistem Saraf Pusat (terdiri atas otak dan medulla spinalis) • Sistem Saraf Tepi (terdiri atas saraf kranial dan saraf spinal) Sistem saraf pusat berasal dari beberapa gelembung otak yang terbagi menjadi : 1. Telencephalon : berkembang menjadi hemisferium cerebri dan ganglia basalia 2. Diencephalon : berkembang menjadi thalamus, epithalamus, metathalamus, hipothalamus 3. Mesencephalon : merupakan bagian yang terdiri atas crus cerebri, tegmentum dan tectum 4. Metencephalon : berkembang menjadi pons dan cerebellum 5. Myelencephalon : berkembang menjadi medulla oblongata Secara garis besar bagian-bagian otak memiliki fungsi sebagai berikut: • Cortex cerebri : untuk fungsi luhur yaitu berpikir, bahasa, pemahaman, gerakan sadar, sensasi dan persepsi • Ganglia basal : berfungsi untuk koordinasi gerakan dalam sistem ekstrapiramidal • Thalamus: berfungsi untuk relay impuls sensorik menuju korteks cerebri, dan juga pengaturan gerakan motorik • Hipothalamus : berfungsi untuk pengaturan suhu tubuh, rasa lapar dan haus, irama circadian. • Hippocampus : berfungsi untuk pembelajaran dan memori • Sistem limbik : berfungsi untuk pengaturan emosi • Cerbellum : berfungsi untuk koordinasi gerakan dan keseimbangan • Mesencephalon : berfungsi untuk koordinasi penglihatan dan pendengaran
  • 8. • Pons : befungsi untuk koordinasi gerakan. • Medulla oblongata : berfungsi sebagai pusat vegetatif , pusat napas, denyut jantung, dan fungsi otonom lainnya
  • 9.
  • 10. Cerebrum Aspectus Lateralis: 1. Pars orbitalis gyrus frontalis inferior 2. Pars triangularis gyrus frontalis inferiior 3. Pars oppercularis gyrus frontalis inferior 4. Gyrus frontalis media 5. Gyrus frontalis superior 6. Gyrus precentralis 7. Sulcus centralis Rollandi 8. Gyrus postcentralis 9. Gyrus supramarginalis 10.Gyrus angularis 11.Lobus occipitalis 12.Gyrus temporalis superior 13.Sulcus temporalis superior 14.Gyrus temporalis media 15.Sulcus temporalis inferior 16.Gyrus temporalis inferior 17.Fissura lateralis Sylvii
  • 11. Cerebrum aspectus medialis 1. Area Subcallosus 2. Uncus 3. Corpus callosum 4. Lobulus paracentralis 5. Septum pelucidum 6. Fornix 7. Precuneus 8. Fissura parietoocipitalis 9. Cuneus 10.Sulcus calcarina 11.Gyrus lingualis 12.Glandula pineale 13. Arbor vitae cerebellum 14. Hipothalamus 15. Hipofisis 16. Thalamus
  • 12. 17. Commisura posterior 18.Commisura anterior 19.Corpora quadrigemina (colliculus superior et inferior) 20. Adhesio interthalamic
  • 13. Cerebrum Aspectus Inferior : 1. Gyrus rectus/paraolfactoria 2. Bulbus olfactorius 3. Tractus olfactorius 4. N. Opticus 5. Chiasma opticum 6. Tuber cinerium 7. Corpora mamilare 8. Crus cerebri 9. Nucleus ruber 10. Aquaductus cerebri Sylvii 11. Uncus 12. Gyrus parahipocampalis 13. Gyrus occipitotemporalis medial 14. Gyrus occipitotemporalis lateral
  • 14. Batang otak (aspectus ventralis) 1. Chiasma opticum 2. Tractus opticus 3. Tractus olfactorius 4. Substansia perforata anterior 5. Corpora mammilare 6. Substansia perforate posterior 7. Crus cerebri 8. N. III (oculomotorius) 9. N. IV (trochlearis 10. N.V (trigeminus) 11. Basis pontis 12. N.VI (abducens)
  • 15. 13. N. VII (facialis) & N.VIII (vestibulocochlearis) 14. Pyramis 15. Oliva 16. Floculus 17. N.IX (glossopharyngeus) 18. N. X (vagus) 19. N. XI (accesorius 20. N. XII (hypoglossus) 21. Decussatio pyramidum
  • 16. Batang otak (Aspectus dorsalis) 1. Pulvinar thalami 2. Ventrikel III 3. Capsula interna 4. Corpus pinealis 5. Corpus geniculatum laterale 6. Corpus geniculatum mediale 7. Colliculus superior 8. Colliculus inferior 9. N. IV (trochlearis) 10. Pedunculus cerebelli superior 11. Eminentia mediana 12. Pedunculus cerebelli media 13. Colliculus facialis 14. Pedunculus cerebelli inferior 15. Striae medullares 16. Trigonum n. XII
  • 17. 17. Trigonum n. X 18. Oliva 19. Tuberculum cuneatum 20. Tuberculum gracilis
  • 18. Batang otak (aspectus medialis) 1. Genu corpus callosum 2. Truncus corpus callosum 3. Fornix 4. Plexus choroidalis 5. Adhesio interthalamica 6. Splenium corpus callosum 7. Commisura posterior 8. Corpus pineale 9. Corpora quadrigemina 10. Arbor vitae cerebellum 11. Foramen Magendie 12. Medulla oblongata 13. Ventrikel IV 14. Basis pontis 15. Aqua ductus cerebri Sylvii 16. Corpus mammilare 17. Hypofisis 18. Chiasma opticum 19. Commisura anterior 20. Thalamus
  • 19. Potongan Coronal Cerebrum : 1. Corpus mammilare 2. Gyrus dentatus 3. Gyrus parahipocampalis 4. Hipocampus 5. Subiculum 6. Ventrikel III 7. Adhesio interhalamica 8. Thalamus 9. Fornix 10. Corpus callosum 11. Ventrikel lateral 12. Nucleus caudatus 13. Putamen 14. Globus pallidus 15. Claustrum 16. Cornu inferior ventrikel lateral
  • 20. Potongan Horizontal Cerebrum : 1. Genu corpus callosum 2. Caput nucleus caudatus 3. Capsula extrema 4. Claustrum 5. Capsula externa 6. Cauda nucleus caudatus 7. Splenium corpus callosum 8. Septum pellucidum 9. Fornix 10. Putamen 11. Globus pallidus 12. Thalamus 13. Plexus choroidalis
  • 21. Cerebellum aspectus superior 1. Fissura horizontalis 2. Fissura prima 3. Vermis 4. Lobus 5. Lobus 6. Lobus 7. Lobus
  • 22. Cerebellum aspectus inferior: 1. Vermis 2. Pedunculus cerebelli 3. Flocculus 4. Tonsila cerebelli
  • 23.
  • 24. VASKULARISASI SSP Encephalon dilayani oleh 2 pasang arteriae besar yaitu : Arteria carotis interna arteri vertebralis Kedua arteri besar ini membentuk circulus arteriosus cerebri Willisi. Vaskularisasi Regional : 1. Cortex cerebri : aa. Cerebri anteriores, mediae, dan posteriores 2. Corpus striatum dan capsula interna : rr. centrales atau basales a. cerebri media melalui substantia perforata anterior 3. thalamus : cabang-cabang a. cerebri posterior 4. hypothalamus : semua komponen circulus arteriosus Willisi 5. Cerebellum : aa.cerebelli superiores, aa.cerebelli inferiores anteriores dan aa.cerebelli inferiores posteriores 6. Mesecncephalon :cabang-cabang a.cerebri posterior melalui substantia perforata posterior 7. Pons : cabang-cabang a. basilaris 8. Medulla oblongata : aa. vertebrales dan a.basilaris
  • 25. Aliran darah balik otak Dibagi 2 kelompok : 9. venae superficiales berjalan pada permukaan cortex dan mengalirkan darahnya ke sinus duramatris (terutama sinus saggitaslis superior) dan vena basilaris dan vaena vertebrales. 10.venae profundae melayani struktur-struktur di dalam hemispherium (corpus striatum, thalamus, capsula interna, dll). Terdiri atas: vena thalamostriata di antara permukaan dorsal nucleus caudatus dan thalamus, vena cerebri interna, pada atap ventriculus III, vena cerebri magna Galeni terbentuk dari penggabungan 2 venae cerebri internae. Vaskularisasi Medulla Spinalis Darah arterial mencapai medulla spinalis melalui 2 sumber utama: o spinalis anterior dan posterior (merupakan cabang langsung dari a.vertebralis) o radicularis yang merupakan cabang dari rami spinales aa.segmentales. Ramus spinalis mencapai canalis vertebralis melalui foramen intervertebrale. Darah vena : Plexus venosus yang tak beraturan terdapat di ruang extradural dan berhubungan dengan vena-vena segmental. Seluruh drainase vea berakhir ke vena kava.
  • 26.
  • 27.
  • 28. PELINDUNG SUSUNAN SARAF PUSAT Pelindung extrakranial : SCALP 1. Skin 2. Connective tissue – kaya akan pembuluh darah dan saraf. 3. Aponeurosis – galea aponeurotica merupakan tendo dari otot epicranius frontalis, epicranius occipitalis dan otot auricularis. 4. Loose connective tissue – merupakan “danger zone” karena dapat menyebabkan hematom subgaleal apabila v.emissaria pecah. 5. Periosteum Pelindung intrakranial : MENINGES • Lapisan menigs terdiri atas pachymeninx (dura mater) dan leptomeninx (arachnoidmater dan piamater) • Duramater encephali terdiri dari 2 lapisan yang menempel menjadi satu : • Periosteal dura yang merupakan lapisan endocranium, kaya akan pembuluh darah dan saraf. • Meningeal dura merupakan lapisan yang lebih tipis. • Kedua lapisan dura ini terpisah pada beberapa tempat dan membentuk beberapa sinus duramatris.
  • 29. • Pada tempat-tempat tertentu meningeal dura membentuk lipatan yang menjadi sekat satu bagian otak dengan bagian lainnya. Tempat-tempat tersebut : • Falx cerebri : memisahkan hemispherium cerebri kanan dan kiri (berbentuk bulan sabit) • Tentorium cerebelli : memisahkan cerebellum dari lobi occipitales cerebri • Falx cerebelli : memisahkan hemispherium cerebelli kanan dan kiri, berbentuk segitiga • Diaphragma sellae : suatu lipatan yang membentuk bagian atap suatu ruangan yang diisi oleh hypophysis. • Celah di antara periosteal dura dan cranium merupakan ruang potensial bukan ruang aktual. Hematom epidural dapat terjadi apabila terjadi trauma yang mengakibatkan terisinya ruang epidural dengan cairan darah (akibat pecahnya a. meningea media). • Arachnoidmater merupakan lapisan tepat di bawah duramater dan berbentuk seperti jaring laba-laba. Trabeculae merupakan jaring- jaring yang menghubungkan arachnoid dengan lapisan piamater. Ruang subdural juga merupakan ruang potensial oleh karena arachnoidmater hampir menempel pada lapisan duramater. Hematom subdural dapat terjadi akibat pecahnya vena cerebri superior (bridging vein) yang melintas di antaranya. Sedangkan ruang subarachnoid merupakan ruang aktual yang berisi liquor cerebrospinalis. Perdarahan subarachnoid dapat terjadi akibat pecahnya aneurisma pembuluh-pembuluh darah besar otak. Perdarahan subarachnoid dapat diketahui dengan pengambilan sampel LCS yang hemoragis. • Piamater merupakan lapisan halus yang menempel pada otak dan medulla spinalis dan mengikuti gyri dan sulci.
  • 30. Susunan Sinus Duramatris 11.Sinus sagittalis superior, terdapat pada tepi atas falx cerebri dan mempunyai hubungan dengan venae extracraniales melalui venae emissariae. Sinus ini bermuara ke confluens sinuum. 12.Sinus sagittalis inferior, terdapat sepanjang tepi bawah falx cerebri dan menuangkan isinya ke dalam sinus rectus 13.Sinus rectus, terletak pada garis pertemuan antara falx cerebri dan tentorium cerebelli. Sinus ini menerima darah vena dari sinus sagittalis inferior dan vena cerebri magna Galeni. 14.Confluens sinuum, terletak di dekat protuberantia occipitalis interna, merupakan pertemuan sinus sagittalis superior, sinus rectus dan kedua sinus transversus. 15.Sinus transversus, terletak sepanjang sulcus sinus transversi ossis occipitalis. 16.Sinus sigmoideus, terletak sepanjang sulcus sinus sigmoidei, merupakan lanjutan sinus transversus dan menuangkan isinya ke vena jugularis interna. 17.Sinus cavernosus, merupakan struktur bilateral di sebelah kanan dan kiri corpus sphenoidalis dan hypophysisi cerebri. Ke arah anterior berhubungan dengan venae ophthalmicae, dengan demikian terjadi hubungan antara sinus duramatris dengan venae extracraniales. Ke arah posterior sinus cavernosus mempunyai hubungan dengan sinus sigmoideus melalui sinus petrosus superior dan inferior.
  • 31. Pelindung pada medulla spinalis dari luar ke dalam : • Dinding canalis vertebralis (terdiri atas vertebrae dan ligamenta) • Lapisan jaringan lemak ekstradural yang mengandung banyak anyaman pembuluh darah vena. • Duramater • Arachnoidmater • Ruang subarachnoid yang berisi LCS • Piamater. Sistema Ventrikel dan Cisterna • Ventriculus lateralis, terletak pada hemispheria cerebri : o Cornu anterior (pada lobus frontalis) o cornu posterior (pada lobus occipitalis) o cornu inferior (pada lobus temporalis) • Ventriculus tertius, merupakan ruang berbetuk celah di garis median pada diencephalon (di antara thalamus). Berhubungan dengan ventriculus lateralis melalui foramen interventrikularis Monroi. Ke arah caudal menuju ke aquaductus cerebri Sylvii. • Aquaductus cerebri Sylvii merupakan saluran pada mesencephalon dengan diameter kecil menghubungkan ventriculus tertius dengan ventriculus quartus • Ventriculus quartus merupakan ruangan berbentuk rhomboid yang terletak di sebelah dorsal pons dan medulla oblongata dan di sebelah ventral cerebellum. Ke arah bawah berhubungan dengan canalis centralis. LCS keluar dari ventriculus quartus menuju ruang subarachnoid melalui aperturae laterales (foramina Luschka) dan apertura mediana (Foramen Magendie). • Canalis centralis merupakan suatu saluran sempit pada separuh bagian caudal medulla oblongata (medulla oblongata tertutup) sampai ke medulla spinalis. Pada conus medullaris canalis centralis sedikit melebar lumennya yang sering disebut sebagai ventriculus terminalis. Lumen canalis centralis tidak seluruhnya terbuka karena terjadi obliterasi. Peredaran Liquor Cerebrospinalis Liquor cerebrospinalis dihasilkan oleh plexus choroideus yang terdapat dalam lapisan piamater yang menonjol ke dalam lumen ventriculi encephali, yaitu pada dinding medial ventriculi laterales, atap ventriculus tertius, serta pada velum medullare inferius ventriculi quarti. Dari ventriculi laterales liquor cerebrospinalis mengalir ke dalm ventriculus tertius melalui foramina interventricularia Monroi. Dari ventriculus tertius LCS dialirkan ke ventriculus quartus melalui qauaductus cerebri Sylvii. Dari ventriculus quartus LCS masuk ke ruang subarachnoid melalui apertura mediana dan apertuae laterales. LCS akan mengalir ke seluruh ruang subarachnoid baik didaerah
  • 32. encephalon maupun medulla spinalis. LCS yang menuju ke sepanjang sulci akan diserap oleh granulatio arachnoidales masuk ke dalam sinus sagitalis superior. Granulatio arachnoidales merupakan tonjolan-tonjolan kecil lapisan arachnoidea ke dalam dinding sinus dura matris. Suatu gangguan atau hambatan dalam pengaliran LCS dapat mengakibatkan keadaan patologik : • hydrocephalus internus (non communicans/obstruktif) terjadi oleh karena penyumbatan di salah satu bagian susunan ventriculi encephali. • hydrocephalus externus (communicans/non obstruktif) terjadi oleh karena hambatan aliran LCS pada ruang subarachnoid. Dapat disebabkan adanya perlekatan meninges akibat radang selaput otak. Perluasan ruang subarachnoid (cysterna) Cisterna cerebellomedullaris (cisterna magna), ruangan yang relatif lebar di dorsal medulla oblongata dan di caudal cerebellum. Ruangan ini terdapat di sekitar apertura mediana ventriculiquarti. Pengambilan LCS juga dapat dilakukan di cisterna magna (punksi occipital). Cisterna pontis, ruangan di garis median permukaan ventral pons sekitar a. basilaris. Cisterna interpeduncularis (basalis), ruangan di daerah fossa interpeduncularis mesencephali. Cisterna lumbalis merupakan ruang subarachnoid setinggi tepi caudal corpus vertebrae Lumbalis I sampai corpus vertebrae sacralis II (pada orang dewasa). Punksi lumbal biasanya ditusukkan di antara VL. III/IV atau VL.IV/V.
  • 33.
  • 34.
  • 35.
  • 36.
  • 37.
  • 38.
  • 39. KOMPONEN SARAF DI MEDULLA SPINALIS Pada medulla spinalis terdapat 4 komponen saraf : • Aferen Somatik Umum (ASU) : komponen ini menghantarkan impuls exteroceptif dan proprioceptif. • Aferen Viseral Umum (AVU) : komponen ini menghantarkan impuls yang berasal dari organ visera seperti impuls tarikan/regangan, perubahan tekanan, perubahan kadar O2/CO2, perubahan kimiawi, dll. • Eferen Somatik Umum (ESU) : komponen ini menghantarkan impuls motorik ke otot rangka. Terdiri atas neuron motorik alfa dan gamma. • Eferen Viseral Umum (EVU) : komponen ini menghantarkan impuls otonom yang terdiri atas komponen simpatis dan parasimpatis.
  • 40.
  • 41. Keterangan gambar 1: 1. Neuron motorik alfa : serabutnya berakhir pada otot rangka (otot extrafusal). Neuron ini terletak pada kornu anterior substansia grisea medulla spinalis lamina IX dari Rexed. 2. Neuron motorik gamma : serabutnya berakhir pada otot intrafusal dari gelondong otot (muscle spindle). Neuron ini juga terletak pada kornu anterior substansia grisea medulla spinalis lamina IX dari Rexed. 3. Neuron simpatis preganglion : letaknya pada kornu intermediolateralis substansia grisea medulla spinalis lamina VII dari Rexed. 4. “Muscle spindle” : pada kedua ujungnya (bagian kontraktil) terdapat otot intrafusal yang dipersarafi neuron motorik gamma. 5. Otot rangka : merupakan otot ekstrafusal 6. Kelenjar (juga termasuk organ visera lainnya) dipersarafi oleh serabut saraf otonom. 7. Badan sel saraf simpatis postganglionik : membentuk ganglion pada truncus simpaticus. 8. Ganglion simpaticus : dibentuk oleh kumpulan badan sel saraf simpatis postganglionik. 9. Ganglion spinalis akar dorsal : dibentuk oleh badan sel pseudounipolar dari serabut aferen ordo I. 10.Badan sel komponen saraf AVU 11.Badan sel komponen saraf ASU 12.Corpusculum Meissner : reseptor taktil/ raba yang terdapat di kulit 13.Organ viscera (intestinum) 14.Ramus komunikans albus : axon dari saraf simpatis preganglion yang masuk ke ganglion simpaticus. Hanya terdapat pada segmen thoracolumbal (T1-12, L1-2) yang merupakan pusat simpatis. 15.Ramus komunikans grisceus : axon dari saraf simpatis postganglion yang keluar dari ganglion simpaticus untuk kembali
  • 42. bergabung dengan saraf spinalis. Terdapat pada seluruh segmen medulla spinalis. Petunjuk mewarnai :  ASU : merah  AVU : jingga  ESU : biru  EVU : hijau
  • 43. LENGKUNG REFLEKS SEDERHANA Menurut jumlah sinapsnya lengkung refleks dibagi menjadi :  Refleks monosinaps : terdiri atas 2 neuron dan 1 sinaps, disebut juga refleks myotactic / refleks regang / refleks extensor. Contohnya : refleks patella, refleks biceps, refleks tendo Achilles, dll.  Refleks bisinaps : terdiri atas 3 neuron (neuron sensorik- interneuron-neuron motorik) dan 2 sinaps, disebut juga refleks menarik diri (withdrawal reflex) / refleks superfisial / refleks flexor.  Refleks polisinaps : terdiri atas banyak neuron dan banyak sinaps. Merupakan refleks yang kompleks dan melibatkan beberapa segmen medulla spinalis. Keterangan gambar 2 : A. Lengkung Refleks Bisinaps 1. Dermis 2. Reseptor nyeri (free nerve ending) 3. Serabut saraf sensoris 4. Badan sel saraf sensorik pada ganglion spinale 5. Interneuron 6. Neuron motorik alfa 7. Motor end plate pada otot rangka B. Lengkung Refleks Monosinaps : 8. Reseptor anulospiral pada “muscle spindle” / fusus neuromuscularis 9. Serabut saraf sensorik 10.Badan sel saraf sensorik pada ganglion spinale 11.Neuron motorik alfa 12.Motor end plate pada otot rangka
  • 44.
  • 45. Komponen lengkung refleks terdiri atas : Reseptor –> neuron sensorik –> (interneuron) –> neuron motorik –> efektor / motor end plate pada otot rangka Otot ekstrafusal, “Muscle spindle”, dan otot intrafusal  Otot ekstrafusal adalah otot rangka yang mempunyai serabut melintang.  “Muscle spindle” /fusus neuromuscularis merupakan kapsul jaringan ikat yang mempunyai bagian kontraktil pada kedua ujungnya dan bagian non-kontraktil di tengahnya.  Otot intrafusal adalah otot yang terdapat pada “muscle spindle” / fusus neuromuscularis pada bagian kontraktilnya. C. Regangan Otot Rangka Otot rangka yang teregang akan mengakibatkan regangan reseptor anulospiral pada “muscle spindle” 13.Reseptor anulospiral (regangan reseptor anulospiral akan mencetuskan impuls ke medulla spinalis) 14.Bagian non kontraktil “muscle spindle” 15.Bagian kontraktil “muscle spindle” (otot intrafusal) 16.Neuron sensorik 17.Neuron motorik alfa 18.Neuron motorik gamma 19.Motor end plate pada otot rangka. Impuls akibat regangan reseptor anulospiral diteruskan oleh serabut sensorik dan langsung bersinaps dengan motor neuron alfa dan motor neuron gamma.
  • 46. D. Kontraksi Otot Rangka 20.serabut motorik alfa menuju ke otot ekstrafusal 21.Serabut motorik gamma menuju ke otot intrafusal Otot rangka yang berkontraksi akan mengakibatkan “muscle spindle” memendek sehingga reseptor anulospiral tidak lagi mencetuskan impuls. Namun oleh karena adanya motor neuron gamma yang bekerja pada otot intrafusal (bagian kontraktil muscle spindle) maka muscle spindel tetap teregang (panjangnya dapat dipertahankan) sehingga impuls dari reseptor anulospiral tetap ada. Fungsi dari motor loop gamma ini adalah untuk mempertahankan kontinuitas kontraksi otot rangka dengan cara mempertahankan regangan reseptor anulospiral. Petunjuk Mewarnai :  Serabut sensorik : merah  Interneuron : hijau  Serabut motorik : biru
  • 47. JARAS-JARAS ASENDEN PADA MEDULLA SPINALIS Secara umum dibagi menjadi 3 sistem : A. Sistem Penghantar Rasa Nyeri dan Suhu :  Serabut ordo I : membentuk tractus dorsolateralis Lissauer  Serabut ordo II : membentuk tractus spinothalamicus lateralis  Serabut ordo III : membentuk tractus thalamocorticalis B. Sistem Penghantar Rasa Raba Umum dan Tekanan :  Serabut ordo I : membentuk tractus dorsolateralis Lissauer  Serabut ordo II : membentuk tractus spinothalamicus anterior  Serabut ordo III : membentuk tractus thalamocorticalis C. Sistem Penghantar Rasa Raba Spesifik (diskriminasi 2 titik) dan Propriosepsi :  Serabut ordo I :  membentuk fasciculus cuneatus (untuk anggota badan atas)  membentuk fasciculus gracilis (untuk anggota badan bawah)  Serabut ordo II : membentuk lemniscus medialis  Serabut ordo III : membentuk tractus thalamocorticalis Jaras-jaras lainnya:  Tractus spinoreticularis / tractus spinoreticulothalamicus disebut juga sebagai tractus paleospinothalamicus atau tractus spinothalamicus indirek. Tractus ini berseifat multineuron dan multisinaps. Impuls nyeri yang melalui jaras ini biasanya bersifat difus (nyeri tumpul), tidak terlokalisasi dengan jelas dan kronis. Impuls ini pada formatio retikularis akan mengalami fasilitasi atau inhibisi.  Tractus spinocerebellaris dorsalis dan ventralis. Tractus ini menghantarkan impuls proprioseptif . Namun, impuls yang melalui tractus
  • 48. ini tidak mencapai level kesadaran. Impuls tersebut akan diolah untuk menghasilkan koordinasi gerakan halus pada alat gerak. o Tractus spinocerebellaris dorsalis : tidak menyilang garis median, langsung menuju cerebellum melalui pedunculus cerebelli inferior. o Tractus spinocerebellaris ventralis : menyilang garis median 2 kali setinggi medulla spinalis dan setinggi pons setelah melalui pedunculus cerebelli superior.  Tractus spino-olivaris, tractus spinovestibularis, tractus spinopontinus, tractus spinotectalis. Tractus-tractus ini masih belum diketahui dengan pasti keberadaan dan fungsinya.
  • 49.
  • 50. KETERANGAN GAMBAR 3 Sistem Penghantar Rasa Raba Spesifik dan Propriosepsi : 1. Serabut sensorik ordo I dari anggota badan bawah:  Badan selnya terdapat pada ganglion spinale akar dorsal  Axonnya membentuk fasciculus gracilis. 2. Fasciculus gracilis. 3. Serabut sensorik ordo I dari anggota badan atas :  Badan selnya terdapat pada ganglion spinale akar dorsal  Axonnya membentuk fasciculus cuneatus 4. Fasciculus cuneatus. 5. Neuron ordo II (nucleus gracilis dan nucleus cuneatus) terletak setinggi medulla oblongata, kumpulan axonnya membentuk lemniscus medialis 6. Lemniscus medialis. 7. Neuron ordo III (pada nucleus ventralis posterolateralis thalami), axonnya terproyeksi ke cortex cerebri area somaesthetic. Sistem Penghantar Rasa Nyeri dan Suhu 8. Serabut sensorik ordo I :  Badan selnya terdapat pada ganglion spinale akar dorsal  Axonnya membentuk tractus dorsolateralis Lissauer 9. Tractus dorsolateralis Lissauer : naik 1-3 segmen medulla spinalis, berada tepat di posterior dari kornu posterior substansia grisea medulla spinalis. 10. Neuron ordo II :  Badan selnya terdapat pada kornu posterior substansia griscea medulla spinalis pada sisi yang sama.  Axonnya menyebrang garis median menuju ke kolumna lateralis substansia alba medulla spinalis kemudian naik ke atas membentuk tractus spinothalamikus lateralis. 11. Tractus spinothalamikus lateralis
  • 51. 12. Neuron ordo III (pada nucleus ventralis posterolateralis thalami), axonnya terproyeksi ke cortex cerebri area somaesthetic. Sistem Penghantar Raba Umum dan Tekanan tidak digambar. Perjalanannya sama seperti Sistem Penghantar Nyeri dan Suhu namun tractus spinothalamikus anterior menempati posisi di kolumna ventralis substansia alba medulla spinalis. 13. Hemiseksi medulla spinalis (Brown Sequard Syndrome)  Setinggi lesi : kehilangan seluruh sensasi ipsilateral  Di bawah lesi :  Kehilangan sensasi proprioseptif dan raba spesifik ipsilateral  Kehilangan sensasi nyeri dan suhu, raba umum dan tekan pada sisi kontralateral Petunjuk Mewarnai :  Sistem Penghantar Raba spesifik dan Propriosepsi  Serabut ordo I : hijau  Serabut ordo II : biru  Serabut ordo III : jingga  Sistem Penghantar Nyeri dan Suhu  Serabut ordo I : ungu  Serabut ordo II : merah  Serabut ordo III : coklat  Sistem Penghantar Raba Umum dan Tekanan (tidak digambar)
  • 52. JARAS-JARAS DESENDEN PADA MEDULLA SPINALIS Tractus corticospinalis (tractus pyramidalis) Merupakan jaras desenden yang penting dan berfungsi untuk perintah motorik langsung di dalam keadaan sadar. Tractus ini berasal dari axon-axon upper motor neuron yang berada pada cortex motorik. Lintasan tractus ini :  Membentuk corona radiata  Melalui crus posteriorr capsula interna  Melalui 1/3 tengah basis pedunculi  Melalui basis pontis  Sebagian besar serabut akan menyilang membentuk decussatio pyramidum kemudian turun ke caudal sebagai tractus corticospinalis lateralis.  Sebagian kecil serabut yang tidak menyilang akan melanjutkan diri sebagai tractus corticospinalis anterior melalui kolumna anterior substansia alba medulla spinalis. Namun tractus ini juga akan menyilang garis median sesaat sebelum berakhir pada segmen medulla spinalis yang bersangkutan. Tractus ini terutama melayani otot-otot batang badan.  Tractus corticospinalis akan bersinaps dengan motor neuron alfa yang terletak pada kornu anterior substansia grisea medulla spinalis. Tractus Reticulospinalis Berasal dari formatio retikularis batang otak menuju ke medulla spinalis. Diduga tractus ini memiliki fungsi :  Fasilitasi atau inhibisi terhadap aktivitas motorik  Berperan dalam sistem saraf otonom
  • 53. Tractus rubrospinalis Berasal dari nucleus ruber mesencephali. Tractus ini langsung mengalami decussatio setelah keluar dari nucleus rubber dan ke arah kaudal menuju medulla spinalis untuk bersinaps dengan neuron motorik alfa dan gamma. Fungsi tractus ini adalah fasilitasi tonus otot-otot fleksor dan inhibisi otot-otot ekstensor. Tractus vestibulospinalis Berasal dari nucleus vestibularis dan langsung turun ke medulla spinalis tanpa menyilang garis median. Fungsi tractus ini terutama untuk fasilitasi tonus otot- otot ekstensor, inhibisi otot-otot fleksor,dan untuk refleks keseimbangan. Tractus tectospinalis Berasal dari sel-sel di bagian dalam colliculus superior dan langsung mengalami decussatio kemudian turun ke medulla spinalis sampai segmen cervical saja. Berperan dalam pengaruh refleks kepala dan leher akibat rangsangan penglihatan. Tractus olivospinalis Berasal dari nucleus olivarius inferior dan langsung mengalami decussatio. Fungsinya belum diketahui secara jelas.  Fasciculus longitudinalis medialis (FLM)  Merupakan berkas saraf yang menghubungkan beberapa nuclei pada berbagai tingkatan batang otak.  Pada tingkat medulla spinalis berkas ini berasal dari nucleus vestibularis medialis, formatio reticularis, dan colliculus superior. Berkas ini hanya terlihat jelas sampai tingkat segmen cervical medulla spinalis.
  • 54.  Fasciculus Proprius (tractus intersegmentalis)  Merupakan serabut-serabut pendek yang naik dan turun pada medulla spinalis (serabut assosiasi pada medulla spinalis). Tractus ini berperan dalam refleks-refleks intersegmental.
  • 55.
  • 56. KETERANGAN GAMBAR 4: 1. Upper motor neuron pada cortex cerebri 2. Decussatio pyramidum 3. Lower motor neuron pada cornu anterior substansia grisea medulla spinalis 4. Tractus corticospinalis lateralis  Tractus corticospinalis anterior (tidak digambar) tidak mengalami decussatio namun pada segmen medulla spinalis yang bersangkutan akan menyilang garis median. A. Lesi setinggi capsula interna  Axon dari upper motor neuron rusak sehingga seluruh anggota badan mengalami kelumpuhan tipe UMN (upper motor neuron) pada sisi kontralateral B. Lesi setinggi medulla spinalis (Brown Sequard Syndrome)  Setinggi lesi : kelumpuhan tipe LMN (lower motor neuron) ipsilateral akibat rusaknya lower motor neuron pada kornu anterior substansia griscea medulla spinalis.  Di bawah lesi : kelumpuhan tipe UMN (upper motor neuron) ipsilateral akibat rusaknya axon dari upper motor neuron. Petunjuk Mewarnai :  UMN : merah  LMN : biru
  • 57. TRACTUS CORTICOBULBARIS Tractus corticobulbaris memiliki fungsi sama seperti tractus corticospinalis yaitu aktivitas motorik oleh perintah langsung di dalam kesadaran. Jaras ini berasal dari axon upper motor neuron di cortex cerebri dan berakhir pada nucleus motorik di batang otak. Sebagian besar nucleus motorik pada batang otak mendapatkan persarafan bilateral dari kedua hemisferium cerebri. Namun beberapa nucleus hanya mendapatkan persarafan dari sisi kontralateral saja. Sebagai contoh :  Nukleus motorik N.VII yang mempersarafi otot-otot wajah di bawah mata hanya mendapatkan persarafan dari sisi kontralateral saja. Namun nucleus motorik n.VII yang mempersarafi otot-otot wajah di atas mata mendapatkan persarafan bilateral.  Nukleus motorik N.XII untuk m. genioglossus hanya mendapatkan persarafan dari sisi kontralateral saja. Namun otot-otot lidah lainnya mendapat persarafan bilateral. KETERANGAN GAMBAR 5: 1. Upper motor neuron pada korteks cerebri 2. Tractus corticobulbaris / tractus kortikonuklearis 3. Nukleus motorik N.VII (lower motor neuron) untuk otot-otot wajah di atas mata 4. Nukleus motorik N.VII (lower motor neuron) untuk otot-otot wajah di bawah mata 5. N. VII / n. facialis. 6. Tractus corticospinalis
  • 58. A. Lesi setinggi capsula interna (lesi supranuclearis) menyebabkan :  Lumpuhnya otot-otot wajah di bawah mata pada sisi kontralatera. Otot wajah di atas mata mendapatkan persarafah bilateral sehingga tidak lumpuh total. (tipe kelumpuhan : tipe UMN) B. Lesi setinggi Nukleus Motorik N.VII sesisi (lesi nuclearis) :  Kelumpuhan seluruh otot wajah ipsilateral tipe LMN  Kelumpuhan anggota badan pada sisi kontralateral tipe UMN  Kelumpuhan ini disebut hemiplegia alternans n.VII C. Bell’s Palsy : kelumpuhan perifer N.VII (lesi infranuclear) mengakibatkan kelumpuhan otot wajah ipsilateral tipe LMN Petunjuk Mewarnai :  UMN : merah  LMN : biru
  • 59.
  • 60. Susunan Saraf Otonom Susunan saraf otonom adalah suatu sistem yang bekerja di luar kesadaran dan berfungsi untuk pemeliharaan kelangsungan hidup manusia. Perbedaan anatomis antara susunan saraf somatik (SSS) dan susunan saraf otonom (SSO) :  SSS hanya memiliki satu somatik motor neuron yang axonnya langsung menuju ke target organ. Axonnya diselubungi myelin yang sangat tebal.  SSO memiliki 2 buah motor neuron yaitu motor neuron preganglionik dan motor neuron postganglionik. Axon preganglionik memiliki selubung myelin sedangkan axon postganglionik tidak memiliki selubung myelin. Susunan saraf otonom terbagi atas dua bagian yaitu persarafan simpatis dan persarafan parasimpatis. Keduanya mempersarafi organ-organ visera namun efeknya saling berlawanan. Perbedaan Anatomis antara Persarafan Simpatis dan Parasimpatis Karakteristik Simpatis Parasimpatis Asal Segmen thoracolumbal medulla spinalis Segmen craniosacral. Nucleus N.III, N.VII,N.IX,N.X, medulla spinalis segmen S2-4 Letak ganglia Dekat dengan medulla spinalis. Ganglia paravertebralis (truncus simpaticus) dan ganglia prevertebralis Ganglio terletak dalam target organ atau dekat dengan target organ. Panjang axon Axon preganglionik relatif pendek, axon postganglionik relatif panjang Axon preganglionik relatif panjan, axon postganglionik relatif pendek Percabangan Axonnya memiliki banyak percabangan yang tersebar luas. Axonnya memiliki sedikit percabangan.
  • 61.
  • 62.
  • 63. Keterangan Gambar : A. Persarafan simpatis pada umumnya, terdiri atas :  Serabut saraf preganglionik, akhiran sarafnya mengeluarkan neurotransmitter asetil kolin.  Serabut saraf postganglionik, akhiran sarafnya mengeluarkan neurotransmitter norepineprin / noradrenalin B. Persarafan simpatis untuk kelenjar keringat dan pembuluh darah di otot :  Serabut saraf preganglionik, akhiran sarafnya mengeluarkan neurotransmitter asetil kolin  Serabut saraf postganglionik, akhiran sarafnya mengeluarkan neurotransmitter asetil kolin. C. Persarafan parasimpatis, terdiri atas :  Serabut saraf preganglionik (lebih panjang)  Serabut saraf postganglionik (lebih pendek, biasanya terdapat pada target organ)  Kedua akhiran saraf di atas mengeluarkan neurotransmitter asetil kolin. * Khusus persarafan simpatis yang menuju medulla adrenal serabut preganglioniknya langsung menuju target organ. Pada medulla adrenal terdapat neuron postganglionik yang telah mengalami modifikasi. 1. Badan sel serabut simpatis preganglionik, terletak pada kornu intermediolateralis substansia grisea medulla spinalis. 2. Badan sel serabut saraf simpatis postganglionik, terletak pada ganglion simpaticus / ganglion paravertebralis yang membentuk truncus simpaticus. 3. Badan sel serabut saraf simpatis postganglionik, yang akan membentuk plexus caroticus dan mempersarafi daerah kepala. 4. Plexus caroticus pada arteri carotis interna. 5. Serabut saraf simpatis postganglionik yang berjalan bersama nervus spinalis untuk mempersarafi daerah kulit dan otot.
  • 64. 6. Serabut saraf simpatis preganglionik yang membentuk nervus sphlancnicus dan berakhir pada ganglion prevertebralis (ggl. Coeliacum). 7. Badan sel serabut saraf simpatis postganglionik yang terletak pada ggl. coeliacum. 8. Badan sel serabut saraf simpatis postganglionik yang terletak pada ggl. mesenterica superior. 9. Badan sel serabut saraf simpatis postganglionik yang terletak pada ggl. mesenterica inferior. 10. Serabut saraf simpatis postganglion yang langsung keluar dari ganglion simpaticus membentuk nervus cardiacus. 11. Nucleus dorsalis n. vagi, terletak pada batang otak. 12. N. vagus yang merupakan serabut saraf parasimpatis preganglionik. 13. Serabut saraf parasimpatis postganglionik, terletak pada target organ. 14. Badan sel serabut saraf parasimpatis preganglionik segmen sacral 2-4 Petunjuk Mewarnai  Serabut saraf simpatis preganglionik : biru  Serabut saraf simpatis postganglionik : merah  Serabut saraf parasimpatis preganglionik : hijau  Serabut saraf parasimpatis postganglionik : coklat
  • 65. REFLEKS BERKEMIH Refleks berkemih dimulai dari adanya rangsangan berupa regangan dari dinding kandung kencing. Rangsang regangan ini akan diteruskan oleh serabut sensorik yang mempunyai badan sel di ganglion spinale akar dorsal dan axonnya menuju ke atas membentuk fasciculus gracilis. Apabila terjadi regangan berlebihan maka timbul rangsang nyeri yang akan diteruskan oleh tractus spinothalamikus. Baik rangsang regang dan rangsang nyeri akan sampai pada level kesadaran yaitu di korteks serebri melalui thalamus (nucleus ventralis posterolateralis thalami). Kontraksi dari vesica urinaria merupakan kerja dari persarafan simpatis yang pusatnya terdapat pada kornu intermediolateralis substansia grisea medulla spinalis segmen sacral 2-4. Korteks serebri secara sadar memerintahkan otot sphincter vesica externa untuk relaksasi sehingga proses berkemih dapat berlangsung.
  • 66.
  • 67. Keterangan gambar: 1. Badan sel serabut saraf sensorik yang menghantarkan sensasi regangan pada kandung kencing 2. Badan sel serabut saraf sensorik yang menghantarkan sensasi nyeri viseral pada kandung kencing 3. Kumpulan axon neuron ordo I yang membentuk fasciculus gracilis. 4. Kumpulan axon ordo II yang membentuk tractus spinothalamicus. 5. Badan sel serabut saraf parasimpatis segmen sacral 2-4. Serabut saraf ini akan merangsang kontraksi m. detrussor vesicae. 6. Badan sel serabut saraf simpatis preganglionik pada segmen lumbal. 7. Badan sel serabut saraf simpatis postganglionik pada ganglion mesenterica inferior. Serabut saraf ini akan merangsang kontraksi m. sphincter vesicae interna. 8. Upper motor neuron memberikan perintah secara sadar. 9. Lower motor neuron yang akan mempersarafi m. sphincter vesicae dibawah kesadaran. A. Lesi setinggi segmen lumbal : vesica urinaria dalam keadaan spastik B. Lesi setinggi segmen sacral : vesica urinaria dalam keadaan flaccid. Petunjuk Mewarnai  Persarafan sensoris (1,2,3,4) : hijau  Persarafan simpatis (6,7) : merah  Persarafan parasimpatis (5) : biru  Persarafan somatik eferen (8,9): coklat
  • 68. JARAS PENGHIDU (N. I) Impuls penghidu diterima oleh reseptor yang terdapat pada atap rongga hidung. Sel-sel olfactorius adalah sel bipolar yang terletak pada mukosa nasi. Akson sel tersebut menembus lamina cribrosa ossis ethmoidalis dan mencapai bulbus olfactorius di fossa cranii anterior. Akson-akson tersebut bersinaps dengan sel mitral dan membentuk glomerulus. Akson dari sel-sel mitral melintas ke arah posterior membentuk traktus olfactorius. Akson dari sel-sel mitral memberi cabang kolateral ke sel-sel granular pada bulbus olfactorius dan akson dari sel granular bersinaps kembali dengan dendrite dari sel mitral sehingga memberi rangkaian umpan balik positif yang dapat meningkatkan impuls. Tractus olfactorius terbagi menjadi 3 bagian : 1. Stria olfactorius lateralis : merupakan traktus yang panjang dan besar. Traktus ini mencapai bagian anterior dari uncus (cortex olfactoric primer) 2. Stria olfactorius medialis : traktus ini berakhir pada bagian anterior dari lamina terminalis. Sebagian serabutnya menyilang melalui commisura anterior menuju bulbus olfactorius kontralateral. 3. Stria olfactorius intermedius : traktus ini berakhir pada substansia perforate anterior.
  • 69.
  • 70. Keterangan Gambar : Gambar Atas : 1. Bulbus olfactorius 2. Tractus olfactorius 3. Commisura anterior 4. Stria olfactorius lateralis 5. Stria olfactorius intermedialis 6. Stria olfactorius medialis Gambar Bawah : a. Reseptor pada mukosa cavum nasi b. Sel neuron bipolar c. Lamina cribrossa ossis ethmoidalis d. Sel stelate e. Sel purkinje f. Tractus olfactorius
  • 71. JARAS VISUAL (N.II) Impuls visual dimulai dari retina. Cahaya yang masuk akan mengaktifkan sel-sel fotoreseptor pada retina kemudian diteruskan melalui sel-sel bipolar (yang merupakan neuron ordo I). Sel-sel bipolar ini akan bersinaps dengan sel-sel ganglion (neuron ordo II) yang axonnya akan keluar dari bola mata dan membentuk nervus opticus. Nervus opticus bagian medial akan menyilang ke arah yang berlawanan membentuk chiasma nervi optici. Setelah melalui chiasma nervi optici jaras ini disebut tractus opticus. Sebagian besar serabut ini akan menuju ke corpus geniculatum laterale dari thalamus dan bersinaps dengan neuron ordo III yang axonnya terproyeksi ke cortex cerebri membentuk radiatio optica. Sebagian dari jaras ini menyimpang ke arah temporal membentuk loop of Meyer. Sebagian dari serabut tractus opticus ada yang langsung menuju ke nucleus pretectalis, coliculus superior, dan nucleus suprachiasmatis. Lesi pada lokasi tertentu : I. Lesi pada nervus opticus akan mengakibatkan anopsia ipsi lateral II. Lesi pada chiasma n. optici akan mengakibatkan hemianopsia bitemporalis III. Lesi pada tractus opticus akan mengakibatkan hemianopsia homonim kontralateral IV. Lesi pada loop of Meyer, akan mengakibatkan quadranopsia atas sisi kontralateral.
  • 73.
  • 74. Keterangan gambar : Lapang Pandang Mata kiri : A. Kiri atas B. Kanan atas C. Kiri bawah D. Kanan bawah Lapang Pandang Mata Kanan : E. Kiri atas F. Kanan atas G. Kiri bawah H. Kanan bawah a - h badan sel nervus opticus yang menerima rangsang cahaya dari lapang pandang yang bersangkutan. 2. Corpus geniculatum laterale dari thalamus 3. Cuneus dari lobus occipitalis 4. Gyrus lingularis dari lobus occipitalis Petunjuk Mewarnai  Jaras untuk lapang pandang A : merah  Jaras untuk lapang pandang B : jingga  Jaras untuk lapang pandang C : kuning  Jaras untuk lapang pandang D : hijau  Jaras untuk lapang pandang E : biru  Jaras untuk lapang pandang F : ungu  Jaras untuk lapang pandang G : coklat  Jaras untuk lapang pandang H : abu-abu
  • 75. NERVUS III, IV, VI Nervus III,IV,VI, merupakan saraf-saraf penggerak bola mata. Secara garis besar gerakan bola mata dibagi dua macam : 1. Gerakan bola mata primer : gerakan bola mata oleh satu otot extrinsik bola mata dimulai dari posisi primer (bola mata menghadap lurus ke depan). 2. Gerakan bola mata kombinasi : gerakan bola mata oleh beberapa otot extrinsik pada posisi tertentu (abduksi/adduksi) Tabel gerakan bola mata primer : Otot Aksi Persarafan Rectus lateralis Abduksi VI (abducens) Rectus medialis Adduksi III (oculomotorius) Rectus superior Elevasi, intorsi, adduksi III (oculomotorius) Rectus inferior Depresi, extorsi, adduksi III (oculomotorius) Obliqus inferior Elevasi, extorsi, abduksi III (oculomotorius) Obliqus superior Depresi, intorsi, abduksi IV (throclearis) Tabel Gerakan kombinasi (yoke muscle) Gerakan Bola mata kanan Bola mata kiri Kanan - atas RL (abduksi) – RS (elevasi) RM (adduksi) – OI (elevasi) Kanan - bawah RL (abduksi) – RI (depresi) RM (adduksi) – OS (depresi) Kiri - atas RM (adduksi) – OI (elevasi) RL (abduksi) – RS (elevasi) Kiri - bawah RM (adduksi) – OS (depresi) RL (abduksi) – RI (depresi)
  • 76. Keterangan gambar : RS : m. rectus superior RI : m. rectus inferior RM : m. rectus medialis RL : m. rectus lateralis OS : m. obliquus superior OI : m. obliquus inferior LP : m. levator palpebra 1. Nucleus motorik N. III 2. Nucleus motorik N. IV 3. Nucleus motorik N. VI 4. fasciculus longitudinalis medialis (FLM) Keterangan :
  • 77. RI, RM, OI mendapat persarafan dari nucleus N.III ipsilateral RS mendapat persarafan dari nucleus N.III kontralateral OS mendapat persarafan dari nucleus N.IV kontralateral RL mendapat persarafan dari nucleus VI ipsilateral LP mendapat persarafan bilateral dari nucleus N.III Petunjuk Mewarnai  Serabut saraf dari nucleus N. III : merah  Serabut saraf dari nucleus N. IV : biru  Serabut saraf dari nucleus N.VI : hijau  Fasciculus longitudinalis medialis : coklat
  • 78.
  • 79. REFLEKS KONJUGAT / Gerak bola mata konjugat Pengontrolan pergerakan otot bola mata diatur oleh sistem vestibolo-okular. Sistem ini memungkinkan mata untuk memfiksasi secara seksama suatu obyek yang menarik perhatian tanpa menggerakkan kepala. Ketika mata mengamati suatu lapang pandang maka kedua bola mata melakukan gerakan cepat dan singkat untuk memfiksasi suatu obyek. Hal ini disebut sebagai gerakan sakadik. Apabila obyek tersebut bergerak, maka kedua bola mata melakukan gerakan mengikuti (smooth pursuit) agar obyek tetap berada di dalam focus yang tajam. Kedua bola mata mengikuti objek dalam ruangan dengan cara mengontraksikan dan mengendurkan otot-otot yang berbeda secara serentak. Gerakan ini disebut tatapan konjugat (conjugate gaze). Perintah gerakan bola mata secara sadar berasal dari lobus frontalis area optokinetik. Sedangkan gerakan bola mata yang tak disadari dicetuskan dari
  • 80. lobus occipitalis. Gerakan bola mata tak sadar ini biasanya mengikuti impuls visual suatu objek yang bergerak. Semua pergerakan bola mata juga mendapat masukan dari sistem vestibular.
  • 81.
  • 82. Keterangan gambar : 1. Neuron motorik yang terletak pada lobus frontalis area optokinetik, berfungsi untuk penglihatan konjugat secara sadar. 2. Neuron motorik yang terletak pada lobus occipitalis berfungsi untuk penglihatan konjugat secara tak sadar. 3. Canalis semicircularis 4. Ganglion vestibulare, axonnya membentuk n. VIII 5. Nucleus vestibularis 6. Fasciculus longitudinalis medialis (FLM) 7. Interneuron 8. Neuron motorik N.VI kiri (innervasi RL bola mata kiri) 9. Neuron motorik N.III kanan ( innervasi RM bola mata kanan) 10. RL = musculus rectus lateralis 11.RM = musculus rectus medialis Petunjuk Mewarnai  Serabut saraf yang menuju nucleus vestibularis (1,2,4) : merah  Fasciculus longitudinalis medialis (6) : biru  Serabut saraf yang menuju otot bola mata (8,9) : hijau
  • 83. REFLEKS CAHAYA LANGSUNG, REFLEKS CAHAYA KONSENSUAL, DAN REFLEKS AKOMODASI Refleks Cahaya Langsung dan Refleks Cahaya Konsensual Apabila sorotan cahaya diarahkan pada salah satu mata maka kedua pupil bola mata akan mengecil. Mengecilnya pupil sisi yang disorot cahaya disebut refleks cahaya langsung, sedangkan mengecilnya pupil sisi yang tak disorot cahaya disebut refleks cahaya konsensual. Impuls aferen yang diterima retina diteruskan melalui nervus opticus, chiasma nervi optici, dan tractus opticus. Sebagian kecil serabut dari tractus opticus memisahkan diri menuju ke nucleus pretectalis. Dari nucleus pretectalis ini impuls diteruskan oleh interneuron menuju nucleus parasimpatis Edinger Westphal sisi kanan dan kiri. Dari nucleus Edinger Westphal keular axon preganglionik yang akan bersinaps dengan neuron postganglionik di ganglion ciliare dalam rongga mata. Serabut postganglionik ini melalui nervus ciliaris brevis akan mempersarafi m. constrictor pupillae. Refleks akomodasi Apabila mata menatap sebuah objek yang bergerak mendekat, maka terjadi peristiwa sebagai berikut :  Kontraksi dari m.rectus medialis kedua bola mata untuk konvergensi kedua axis bola mata  Penebalan lensa oleh m.ciliaris untuk meningkatkan daya refraksi  Konstriksi pupil untuk membatasi cahaya yang masuk (hanya cahaya dari objek saja yang masuk melalui ketebalan lensa di tengah) Impuls cahaya dari retina diteruskan melalui nervus opticus, chiasma n. optici, tractus opticus, corpus geniculatum laterale, dan radiatio optica menuju ke cortex visual di lobus occipitalis Cortex visual ini terhubung oleh serabut assosiasi menuju korteks area optokinetik di lobus frontalis. Dari area optokinetik terdapat neuron yang axonnya membentuk serabut corticofugal menuju ke nucleus motorik N. III dan nucleus parasimpatis Edinger Westphal. Nucleus motorik n. III akan memberi impuls untuk kontraksi m. rectus medialis kedua sisi. Sedangkan
  • 84. dari nucleus parasimpatis Edinger Westphal akan keluar serabut preganglionik menuju ganglion ciliare. Dari ganglion ciliare keluar serabut postganglionik melalui n. ciliaris brevis menuju ke m.constrictor pupillae dan m.ciliaris.
  • 85.
  • 86. Keterangan gambar : 1. Nervus opticus (N.II) 2. Corpus geniculatum laterale 3. Radiatio optica 4. Serabut assosiasi occipitofrontalis 5. Serabut corticofugal (dari cortex menuju batang otak) 6. Nucleus Edinger Westphal 7. Nucleus motorik N.III 8. N.III yang menuju ke RM 9. RM = musculus rectus medialis 10. N.III yang menuju ke ganglion ciliaris 11.Ganglion ciliaris 12.N. ciliaris brevis 13. m. constrictor pupillae dan m. ciliaris 14.Sebagian serabut dari tractus opticus menuju ke area pretectalis 15.Area pretectal 16.Interneuron (menghubungkan area pretectal dengan nucleus Edinger Westphal kanan dan kiri) Petunjuk Mewarnai  Nervus, tractus opticus, dan radiatio optica : jingga  Serabut assosiasi occipitofrontalis : coklat  Serabut corticofugal : hijau  Serabut N. III yang menuju ke RM : merah  Serabut N. III yang menuju ganglion ciliaris dan n. ciliaris brevis : biru
  • 87. KOMPONEN SARAF N.V Nervus trigeminus memiliki 4 buah nucleus yaitu nucleus sensoris principalis, nucleus spinalis, nucleus mesencephalicus, dan nucleus motoris. Komponen sensoris N.V Komponen sensoris N.V memiliki distribusi yang sangat luas pada daerah kepala.  Sensasi nyeri dan temperatur dihantarkan oleh serabut saraf sensorik ordo I yang mempunyai badan sel di ganglion semilunaris Gasseri. Axonnya akan berakhir pada nucleus spinalis N.V dan bersinaps dengan neuron sensorik ordo II yang axonnya membentuk lemniscus trigeminalis menuju ke nucleus ventralis posteromedialis thalami sisi kontralateral. Pada nucleus ventralis posteromedialis thalami terdapat neuron ordo III yang axonnya akan terproyeksi menuju cortex cerebri area somaesthesi. Nucleus spinalis n.V terbagi atas tiga bagian : pars oralis menerima serabut sensorik yang berasal dari n. mandibularis, pars intermedia menerima serabut sensorik yang berasal dari n. maxillaris, dan pars caudalis menerima serabut sensorik yang berasal dari n. ophthalmicus.  Sensasi raba dan tekanan permukaan dihantarkan oleh serabut saraf sensorik ordo I yang mempunyai badan sel di ganglion semilunaris Gasseri. Axonnya akan berakhir pada nucleus sensoris principalis N.V dan bersinaps dengan neuron ordo II yang axonnya membentuk lemniscus trigeminalis menuju ke nucleus ventralis posteromedialis thalami sisi kontralateral. Sebagian kecil axonnya ada juga yang menuju ke nucleus ventralis posteromedialis thalami ipsilateral. Pada nucleus ventralis posteromedialis thalami terdapat neuron ordo III yang axonnya akan terproyeksi menuju cortex cerebri area somaesthesi.  Sensasi proprioseptif untuk rahang secara khusus dihantarkan oleh serabut saraf sensorik ordo I yang mempunyai badan sel di nucleus mesencephalicus (bukan di ganglion semilunaris Gasseri). Axonnya langsung bersinaps dengan nucleus motoris n.V yang berfungsi untuk
  • 88. mengendalikan kontraksi otot-otot pengunyah (rangkaian gamma motor loop). Komponen Motorik N.V Nucleus motoris n.V mendapat impuls dari upper motor neuron di kedua sisi cortex cerebri yang axonnya membentuk tractus corticobulbaris. Selain itu nucleus motoris n.V juga mendapat impuls dari formatio reticularis dan dari nucleus mesencephalicus yang membentuk lengkung refleks monosinaptik. Komponen motorik ini mempersarafi otot-otot pengunyah, m. tensor timpani, m. tensor veli palatini, m. mylohyoid, dan m. digastricus venter anterior.
  • 89.
  • 90. Keterangan gambar : 1. Serabut saraf sensorik ordo I yang menghantarkan raba umum, memiliki badan sel di ganglion semilunaris Gasseri 2. Nucleus sensoris principalis n.V 3. Serabut saraf ordo II yang secara ipsilateral menuju thalamus 4. Serabut saraf ordo II yang secara kontralateral menuju ke nucleus ventralis posteromedialis thalami (VPM), kumpulan axon ini membentuk lemniscus trigeminalis / tractus trigeminothalamicus. 5. Neuron ordo III pada VPM yang terproyeksi ke korteks cerebri 6. Serabut saraf sensorik ordo I yang menghantarkan impuls nyeri dan temperatur. Mempunyai badan sel di ganglion semilunaris Gasseri. 7. Nucleus tractus spinalis n.V (terbagi menjadi pars oralis, pars intermedia, dan pars caudalis) 8. Serabut saraf ordo II yang secara kontralateral menuju ke nucleus ventralis posteromedialis thalami (VPM). 9. Neuron ordo III pada VPM yang terproyeksi ke korteks cerebri 10.Kumpulan serabut saraf multineuronal menuju formatio reticularis dan thalamus (tractus trigeminoreticulothalamicus). 11.Serabut saraf sensorik ordo I yang menghantarkan impuls proprioseptif. Mempunyai badan sel di nucleus mesencephalicus dan langsung bersinaps dengan neuron motorik n.V 12.Nucleus mesencephalicus 13. Nucleus motorik N.V 14.Portio minor n. trigeminus 15.Upper motor neuron pada cortex cerebri 16.Gangglion semilunaris Gasseri
  • 91. N.VII, N.IX, dan N.X memiliki komponen sensorik yang juga membentuk tractus spinalis n.V dan masuk ke nucleus spinalis n.V. Petunjuk Mewarnai  Serabut sensorik ordo I : biru  Serabut sensorik ordo II : hijau  Serabut sensorik ordo III : jingga  Serabut motorik n.V : merah
  • 92. REFLEKS KORNEA DAN REFLEKS MASSETER Refleks Masseter Untuk menguji refleks masseter / refleks rahang, hammer diketukkan pada dagu maka rahang akan segera terkatup tiba-tiba. Pukulan hammer pada dagu akan membuat muscle spindle dari otot masseter teregang. Regangan ini dihantarkan oleh reseptor annulospiral melalui serabut sensorik yang memiliki badan sel pada nucleus mesencephalicus dan langsung bersinaps dengan neuron motorik N.V yang mempersarafi otot masseter. Refleks Kornea Untuk menguji refleks kornea, kapas basah yang dilinting disentuhkan pada kornea mata pasien. Refleks kornea normal adalah positif dimana kedua mata berkedip. Perjalanan impulsnya adalah sebagai berikut : sensasi dari kornea dihantarkan serabut saraf sensorik yang memiliki badan sel di ganglion semilunaris Gasseri. Serabut saraf ini bersinaps dengan interneuron di nucleus sensoris principalis N.V. Interneuron ini akan bersinaps dengan kedua sisi neuron motorik N.VII pada nucleus motorik n.VII yang mempersarafi m. orbicularis oculi.
  • 93.
  • 94. Keterangan gambar : Refleks masseter : 1. Reseptor annulospiral dalam muscle spindle 2. Badan sel serabut sensorik ordo I pada nucleus mesencephalicus 3. Neuron motorik n.V 4. Musculus masseter Refleks kornea : 5. Serabut sensorik ordo I yang menerima impuls dari kornea 6. Ganglion semilunaris Gasseri 7. Interneuron pada nucleus sensoris principalis n.V, menuju ke nucleus motorik N.VII kiri dan kanan (bilateral) 8. Nucleus motorik n.VII 9. N. facialis proprius yang mempersarafi otot-otot wajah 10.M. orbicularis oculi. Petunjuk Mewarnai  Serabut sensorik : merah  Interneuron : hijau  Serabut motorik : biru
  • 95. KOMPONEN SARAF N.VII Komponen motorik : • Eferen viseral khusus (EVK) dimana pusatnya terdapat pada nucleus motorik N.VII. Nucleus motorik ini menerima impuls dari tractus corticobulbaris, tractus extrapiramidalis, tractus tectospinalis, dan hubungan refleks dari nucleus solitarius dan nucleus spinalis n. trigemini. Nucleus yang mempersarafi otot wajah bagian bawah (di bawah mata) menerima impuls dari serabut corticobulbaris sisi kontralateral, sedangkan nucleus yang mempersarafi otot wajah bagian atas (di atas mata) mendapatkan persarafan bilateral dari serabut corticobulbaris. Serabut motorik dari nucleus motorik ini menuju bagain belakang pons dan mengitari nuclus N.VI (genu interna) dan menuju pars petrosa os temporal. Nervus ini memberikan cabang ke m.stapedius, otot-otot wajah dan kepala, platysma, venter posterior m. digastricus, dan m. stylohyoideus. • Eferen viseral umum (EVU) merupakan persarafan parasimpatis yang pusatnya terletak pada nucleus salivatorius superior. Serabutnya (disebut n. intermedius) menuju ke kelenjar-kelenjar dan membrana mukosa palatum, cavum nasi, sinus paranasales, kelenjar lacrimalis, dan menuju kelenjar submandibularis dan sublingualis melalui chorda tympani, n. lingualis, dan ganglion submandibularis. Komponen sensorik : • Aferen viseral umum (AVU) merupakan persarafan sensoris yang menghantarkan impuls viseral dari kelenjar-kelenjar. • Aferen viseral khusus (AVK) merupakan persarafan sensoris yang menghantarkan impuls pengecapan dari 2/3 anterior lidah. • Aferen somatik umum (ASU) merupakan persarafan sensoris yang menghantarkan impuls sensorik dari telinga luar Semua serabut saraf viseral sensorik ordo I memiliki badan sel di ganglion geniculi yang membentuk genu externa. Serabut ini menuju pons melalui n. intermedius dan bersinaps dengan nucleus tractus solitarius. Pada nucleus tractus solitarius terdapat serabut sensorik ordo II yang berakhir di nuclei thalami.
  • 96. Dari thalamus terdapat serabut sensorik ordo III yang terproyeksi ke cortex cerebri area somaesthetic. Serabut saraf somatik juga memiliki badan sel pada ganglion geniculi dan terproyeksi ke nucleus traktus spinalis n.V. Neuron ordo II pada nucleus traktus spinalis akan terproyeksi ke nucleus VPM kontralateral.
  • 97.
  • 98. Keterangan gambar : 1. Nucleus motorik N. VII 2. M. stapedius 3. Otot-otot wajah 4. Nucleus salivatorius superior 5. Ganglion sphenopalatinum / pterigopalatinum 6. Mukosa cavum nasi 7. Glandula lacrimalis 8. Ganglion submandibularis 9. Glandula submandibularis dan glandula sublingualis 10.Serabut saraf sensorik ordo I yang menghantarkan impuls viseral dari kelenjar-kelenjar 11.Badan sel saraf ordo I dari serabut no. 10 yang terletak pada ganglion geniculi 12.Serabut sensorik ordo I yang menghantarkan impuls pengecapan (viseral khusus) dari 2/3 anterior lidah. 13.Badan sel saraf ordo I dari serabut no. 12 yang terletak pada ganglion geniculi 14.Nucleus tractus solitarius. Petunjuk Mewarnai  Serabut motorik N.VII : merah  Serabut parasimpatis preganglionik : biru  Serabut parasimpatis postganglionik : hijau  Serabut sensorik viseral khusus : coklat  Serabut sensorik viseral umum : jingga
  • 99. JARAS-JARAS PENDENGARAN Impuls yang berasal dari organ corti diteruskan oleh serabut saraf sensorik yang mempunyai badan sel di ganglion spiralis. Axon-axon dari ganglion spiralis membentuk n. cochlearis menuju ke pusat pendengaran. Sebagian besar axon akan bersinpas di nucleus cochlearis ventralis, sebagian kecil di nucleus cochlearis dorsalis. Dari nukleus cochlearis impuls diteruskan baik ke arah ipsilateral maupun kontra lateral. Serabut-serabut yang menyebrang ke arah kontralateral membentuk stria acustica menuju ke nucleus olivarius superior sisi kontra lateral. Kumpulan badan sel yang terdapat di antara stria acustica disebut corpus trapezoideum. Dari nucleus choclearis ventralis, sebagian serabut akan bersinaps di nucleus olivarius superior. Serabut-serabut yang menuju ke coliculus inferior membentuk leminscus lateralis dan di antaranya terdapat nuclei lemniscus lateralis. Dari nucleus coliculus inferior serabut saraf menuju ke corpus geniculatum mediale dan kemudian diteruskan ke cortex cerebri dengan serabut-serabut yang membentuk radiatio acustica.
  • 100.
  • 101. Keterangan gambar : 1. Ganglion spiralis 2. Nucleus cochlearis ventralis 3. Nucleus cochlearis dorsalis 4. stria acustica 5. Kumpulan badan sel yang membentuk corpus trapezoideum 6. Nucleus olivarius superior 7. Badan sel yang membentuk nucleus lemniscus lateralis 8. lemniscus lateralis 9. Nucleus coliculus inferior 10.Corpus geniculatum mediale 11.Radiatio acustica Petunjuk Mewarnai  Serabut yang menuju nucleus cochlearis : merah  Serabut yang membentuk stria acustica : jingga  Serabut yang membentuk lemniscus lateralis : hijau  Serabut dari colliculus inferior menuju corpus geniculatum mediale : biru  Radiatio acustica : ungu
  • 102. KOMPONEN SARAF N. IX Komponen Aferen Viseral Umum (AVU) Komponen ini menghantarkan impuls dari daerah posterior lidah, tonsila, faring bagian atas, mukosa telinga tengah, dan tuba pharyngotimpanica. Badan sel serabut sensorik ordo I terdapat di ganglion inferior N.IX. Kemudian axonnya bersinaps di nucleus tractus solitarius. Axon serabut sensorik ordo II menuju ke nucleus ventralis posteromedialis thalami (VPM) kontralateral. Dari sini, axon saraf sensori ordo III terproyeksi ke cortex cerebri. Impuls dari sinus caroticus, yang terletak pada bifucatio carotis juga dihantarkan melalui N.IX. Aferen serabut ini langsung bersinaps dengan nucleus dorsalis N.X. Refleks sinus caroticus ini melibatkan n.IX dan N.X dan berfungsi untuk mengatur tekanan darah. Komponen Aferen Viseral Khusus (AVK) Komponen ini menghantarkan impuls rasa spesifik dari 1/3 posterior lidah. Badan sel serabut sensorik ordo I terdapat di ganglion inferior N.IX. Kemudian axonnya bersinaps di nucleus tractus solitarius. Axon serabut sensorik ordo II menuju ke nucleus ventralis posteromedialis thalami (VPM) kontralateral. Dari sini, axon saraf sensoris ordo III terproyeksi ke cortex cerebri. Komponen Aferen Somatik Umum (ASU) Komponen ini menghantarkan impuls sensasi umum (nyeri, suhu, tekanan) di daerah pharynx. Badan sel serabut sensorik ordo I terdapat di ganglion superior N.IX. Kemudian axonnya bersinaps ke nucleus tractus spinalis N.V. Axon serabut sensorik ordo II menuju ke VPM kontralateral. Dari sini, axon saraf sensoris ordo III terproyeksi ke cortex cerebri. Komponen Eferen Viseral Umum (EVU) Komponen ini mempunyai pusat parasimpatis di nucleus salivatorius inferior. Nucleus ini mendapat impuls dari pusat yang lebih tinggi yaitu hypothalamus, formatio reticularis, dan nucleus tractus solitarius. Axon dari nucleus salivatorius inferior menuju ke ganglion oticum (eferen preganglionik) melalui r. tympanicus n.IX, plexus timpanicus, dan n.petrosus minor. Dari ganglion oticum terdapat eferen postganglion yang menuju kelenjar parotis.
  • 103. Komponen Eferen Viseral Khusus (EVK) Komponen ini terdapat pada nucleus ambiguous bagian superior. Nucleus ini mendapat impuls dari serabut corticobulbaris dari kedua sisi cortex cerebri. Dari nucleus ini terdapat serabut motorik untuk m. stylopharyngeus.
  • 104.
  • 105. Keterangan gambar : 1. Serabut saraf sensorik ordo I yang menghantar impuls somatik umum. 2. Badan sel saraf sensorik ordo I yang terletak pada ganglion superior N.IX 3. Neuron ordo II pada nucleus spinalis N.V 4. Neuron ordo III pada nucleus ventralis posteromedialis thalami (VPM) 5. Serabut saraf sensorik ordo I yang menghantar impuls viseral khusus (pengecapan 1/3 posterior lidah) 6. Badan sel saraf sensorik ordo I yang terletak pada ganglion inferior N.IX 7. Neuron ordo II pada nucleus tractus solitarius 8. Neuron ordo III pada nucleus ventralis posteromedialis thalami (VPM) 9. Serabut saraf sensorik ordo I yang menghantar impuls viseral umum 10.Badan sel saraf sensorik ordo I yang terletak pada ganglion inferior N.IX 11.Jaras otonom yang menuju nucleus salivatorius inferior 12.Nucleus salivatorius inferior 13.Serabut saraf yang menghantarkan impuls otonom parasimpatis 14.Upper motor neuron 15.Lower motor neuron pada nucleus ambiguus 16.Serabut saraf yang mempersarafi otot-otot pharynx / larynx Petunjuk Mewarnai  Serabut sensorik ordo I : merah  Serabut sensorik ordo II : biru  Serabut sensorik ordo III : hijau  Serabut UMN dan LMN n.IX : jingga  Serabut parasimpatis n.IX : ungu
  • 106. KOMPONEN SARAF N.X, N.XI, N.XII Komponen Aferen Somatik Umum (ASU) Komponen ini menghantarkan impuls sensorik umum dari sebagian telinga luar dan meatus acusticus externus (r. auricularis), dan duramater dari fossa posterior cerebri (r. meningealis recurrent). Serabut saraf sensorik ordo I memiliki badan sel di ganglion nodosum superius N.X. Axonnya menuju ke nucleus spinalis N.V. Dari nucleus spinais N.V terdapat axon yang menuju ke VPM kontralateraldan dari VPM ke cortex cerebri. Komponen Aferen Viseral Umum (AVU) N. X memiliki komponen ini menghantarkan sensasi viseral dari daerah tractus respiratorius dan tractus digestivus. Serabut saraf sensorik ordo I memiliki badan sel di ganglion inferior N.X. Axonnya menuju ke nucleus tractus solitarius. Dari nucleus tractus solitarius terdapat axon yang menuju ke VPM kontralateraldan dari VPM ke cortex cerebri. Komponen Aferen Viseral Khusus (AVK) N. X memiliki komponen AVK pada yang mempersarafi area epiglotis Komponen Eferen Viseral Umum (EVU) Komponen ini merupakan komponen parasimpatis. Serabut sarafnya berasal dari nucleus dorsalis N.X yang mengembara sampai ke organ-organ di cavum thorax dan cavum abdomen. Serabut ini merupakan serabut preganglionik. Sedangkan serabut postganglioniknya sangat pendek dan kumpulan badan selnya (ganglia) terdapat pada organ yang bersangkutan. Komponen Eferen Viseral Khusus (EVK) Komponen ini merupakan komponen motorik yang berasal dari nucleus ambiguous. Serabut saraf ini mempersarafi otot-otot pharynx dan palatum mole. Sebagian serabut bergabung bersama N.XI pars cranialis untuk mempersarafi otot-otot intrinsic larynx (n.laringeus recurrent). N.XI pars spinalis memiliki motor neuron di cornu anterior dari medulla spinalis segmen cervical I-VI dan mempersarafi m. trapezius dan m. sternocleidomastoideus.
  • 107. N.XII memiliki nucleus motorik yang mempersarafi otot-otot lidah. Serabut dari korteks lebih banyak yang menyeberang ke arah kontralateral
  • 108.
  • 109. Keterangan gambar : 1. Serabut saraf sensorik ordo I yang menghantar impuls somatik umum. 2. Badan sel saraf ordo I pada ganglion superior N.X 3. Nucleus spinalis N.V 4. Serabut saraf sensorik ordo I yang menghantar impuls viseral umum 5. Badan sel saraf ordo I pada ganglion inferior N.X 6. Nucleus tractus solitarius 7. Jaras otonom yang menuju nucleus dorsalis n.X 8. Nucleus dorsalis N.X 9. Nervus yang menghantarkan impuls otonom parasimpatis 10.Serabut saraf UMN yang menuju nucleus ambiguous. 11.Lower motor neuron untuk N.X pada nucleus ambiguous 12.Serabut saraf LMN yang mempersarafi otot-otot pharynx / larynx 13.Serabut saraf UMN yang menuju nucleus ambiguous. 14.Lower motor neuron untuk N.XI pada nucleus ambiguous 15.Serabut saraf LMN yang akan bersatu dengan N.X untuk mempersarafi otot-otot pharynx / larynx 16.Serabut saraf UMN yang menuju nucleus motorik pada cornu anterior substansia grisea medulla spinalis 17.Lower motor neuron pada cornu anterior substansia grisea medulla spinalis. 18.Serabut saraf LMN yang mempersarafi otot-otot leher (m. sternocleidomastoideus dan m. trapezius) 19.Serabut saraf UMN yang menuju nucleus motorik N.XII. 20.Nucleus motorik N.XII 21.Serabut saraf LMN yang akan mempersarafi otot-otot lidah. Petunjuk Mewarnai  Serabut sensorik ordo I : merah  Serabut sensorik ordo II : biru  Serabut sensorik ordo III : hijau
  • 110.  Serabut UMN dan LMN : jingga  Serabut parasimpatis : ungu
  • 111. STUDI KASUS Kasus 1: Budi, 12 tahun terjatuh dari pohon mangga dan mengalami fraktur multiple dan transeksi medulla spinalis. Dokter IGD yang merawatnya menyatakan ia mengalami tetraplegia. Kedua tangan dan kaki lumpuh, namun masih dapat bernapas dan berbicara normal. Refleks tendo (refleks regang) diperiksa dengan lengkap. Juga diperiksa sensasi di kulit sesuai dengan dermatomnya.  Apa yang dimaksud dengan dermatom? Apa makna klinis pemeriksaan sensibilitas kulit? Jawab :  Sebutkan beberapa pemeriksaan refleks regang dan sebutkan segmen yang bersangkutan. Jawab:
  • 112. Pertanyaan pembantu : 1. Budi mengalami kelumpuhan lengan dan kaki namun masih dapat menarik napas dengan normal. Jelaskan kemungkinan segmen medulla spinalis yang rusak! Jawab: 2. Bagaimana hasil pemeriksaan dari refleks biceps dan refleks patella? Berikan penjelasan! Jawab : 3. Jelaskan mengapa kerusakan medulla spinalis setinggi lesi mengakibatkan kelumpuhan tipe LMN sedangkan di bawah lesi mengakibatkan kelumpuhan tipe UMN!
  • 113. 4. Jelaskan mengapa refleks regang meningkat pada kelumpuhan tipe UMN! Kasus 2 : Ibu Ani, 40 tahun, mengalami kecelakaan lalu lintas dan sedang ditangani oleh dokter IGD. Pada pemeriksaan sensibilitas di kulit, kaki sebelah kanan sampai perut kanan di bawah pusar mengalami anaesthesi. Sedangkan kelumpuhan terjadi hanya pada kaki sebelah kiri. Menurut dokter, ibu Ani mengalami “Brown Sequard Syndrome” (hemiseksi medulla spinalis). Pertanyaan pembantu : 1. Kira-kira segmen medulla spinalis mana yang mengalami kerusakan? 2. Sebutkan jaras-jaras yang mengalami kerusakan! 3. Bagaimana hasil pemeriksaan refleks-refleks?
  • 114. 4. Bagaimana hasil pemeriksaan diskriminasi 2 titik pada kedua kakinya? Kasus 3 : Seorang kakek berusia 70 tahun pernah mengalami “stroke” (cerebrovascular accident. Sekarang ia mengalami kesulitan membaca karena tulisan yang ia baca menjadi berbayang. Pada saat dokter menyuruh pasien melihat ke arah kiri bawah, ternyata mata mejadi agak juling karena bola mata kanan tidak bisa melirik ke bawah. Pertanyaan : 1. Otot bola mata manakah yang mengalami kelumpuhan? 2. Nucleus nervi cranialis apa dan sebelah mana yang mengalami kerusakan?
  • 115. Beberapa bulan kemudian, kerusakan di batang otak semakin bertambah parah sehingga kakek tersebut mengalami kelumpuhan seluruh otot wajah sebelah kiri dan lidahnya selalu serong ke kanan apabila dijulurkan. Kakek juga mengalami kelumpuhan alat gerak sebelah kanan. 3. Jelaskan mengapa kakek tersebut dapat mengalami kelumpuhan otot wajah sebelah kiri dan kelumpuhan otot lidah dan alat gerak sebelah kanan? 4. Otot-otot mana yang mengalami kelumpuhan UMN ? Otot-otot mana yang mengalami kelumpuhan LMN? 5. Bagaimana membedakan kelumpuhan UMN dan LMN pada otot-otot wajah?
  • 116. DAFTAR PUSTAKA Burt, Alvin, Textbook of Neuroanatomy, WB Saunders, London, 1997 Carpenter, Core Text of Neuroanatomy, 2nd Ed, The William & Wilkins Company, Baltimore ,1978 Chusid, Joseph, Correlative Neuroanatomy and Functional Neurology , 17th Ed, Lange Medical Publication California , 1979 Marieb, Elaine, Human Anatomy, 3rd Edition, Benjamin Cummings, New York, 2001 Noback, C, The Human Nervus System, Mc Graw Hill, Tokyo, 1967 Poritsky, Raphael, Neuroanatomical Pathways, WB Saunders, 1984 Ranson, S & Clark, S, The Anatomy of the Nervous System, 9th Ed, WB Saunders Company, London, 1953 Snell, Richard, Clinical Neuroanatomy for Medical Students, , 2nd Ed, Little Brown and Company, Boston, 1987 Williams Peter, et.al, GRAY”S Anatomy, 37th Ed, Churchill Livingstone, New York, 1989