CAPD (continuous ambulatory peritoneal dialysis)
Peritoneal dialysis (per-ih-toe-NEE-ul die-AL-uh-sis) is a way to remove waste products from your blood when your kidneys can't adequately do the job any longer. This procedure filters the blood in a different way than does the more common blood-filtering procedure called hemodialysis.
These treatments can be done at home, at work or while traveling. But peritoneal dialysis isn't an option for everyone with kidney failure. You need manual dexterity and the ability to care for yourself at home, or you need a reliable caregiver.
Dokumen tersebut membahas kebijakan pencegahan dan pengendalian diare. Tujuannya adalah meningkatkan kesehatan masyarakat dengan mencegah penularan dan menurunkan angka kesakitan serta kematian akibat diare. Diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan balita di Indonesia. Dokumen ini juga menjelaskan tindakan pencegahan seperti meningkatkan sanitasi, nutrisi, dan imunisasi.
Pasien wanita berusia 51 tahun menjalani hystero-salphingo-oophorectomy bilateral karena mioma uteri dengan status ASA II dan hipertensi. Anestesi spinal dilakukan dengan bupivakain 0,5% 15 mg dan fentanil 25 mcg. Operasi berjalan lancar selama 2 jam 30 menit dengan pemantauan tanda vital dan pemberian cairan sesuai perhitungan.
Dokumen tersebut membahas tentang defisiensi mineral dan vitamin yang dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan. Secara singkat, dokumen menjelaskan tentang pentingnya asupan mineral seperti natrium, kalsium, iodium, dan vitamin seperti vitamin A, B kompleks, untuk menjaga fungsi tubuh dan mencegah berbagai gejala defisiensi.
"[Ringkasan] Dokumen tersebut membahas tentang muntah pada anak, meliputi pengertian, patofisiologi, etiologi, diagnosis, pendekatan diagnosis, komplikasi, dan penatalaksanaan muntah pada anak, termasuk obat-obatan anti muntah seperti ondansetron, metoklopramide, dan domperidone beserta mekanisme kerja dan efek sampingnya."
Dokumen tersebut membahas kebijakan pencegahan dan pengendalian diare. Tujuannya adalah meningkatkan kesehatan masyarakat dengan mencegah penularan dan menurunkan angka kesakitan serta kematian akibat diare. Diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan balita di Indonesia. Dokumen ini juga menjelaskan tindakan pencegahan seperti meningkatkan sanitasi, nutrisi, dan imunisasi.
Pasien wanita berusia 51 tahun menjalani hystero-salphingo-oophorectomy bilateral karena mioma uteri dengan status ASA II dan hipertensi. Anestesi spinal dilakukan dengan bupivakain 0,5% 15 mg dan fentanil 25 mcg. Operasi berjalan lancar selama 2 jam 30 menit dengan pemantauan tanda vital dan pemberian cairan sesuai perhitungan.
Dokumen tersebut membahas tentang defisiensi mineral dan vitamin yang dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan. Secara singkat, dokumen menjelaskan tentang pentingnya asupan mineral seperti natrium, kalsium, iodium, dan vitamin seperti vitamin A, B kompleks, untuk menjaga fungsi tubuh dan mencegah berbagai gejala defisiensi.
"[Ringkasan] Dokumen tersebut membahas tentang muntah pada anak, meliputi pengertian, patofisiologi, etiologi, diagnosis, pendekatan diagnosis, komplikasi, dan penatalaksanaan muntah pada anak, termasuk obat-obatan anti muntah seperti ondansetron, metoklopramide, dan domperidone beserta mekanisme kerja dan efek sampingnya."
Dokumen tersebut membahas tentang gagal ginjal akut dan kronik. Gagal ginjal akut dapat disebabkan oleh faktor pre-renal, renal, atau post-renal dan umumnya bersifat reversible. Gagal ginjal kronik disebabkan oleh kerusakan ginjal yang berlangsung lebih dari 3 bulan dan dapat menyebabkan penurunan laju filtrasi ginjal. Penanganannya meliputi mengendalikan faktor penyebab, menyesuaikan dosis obat
Modul ini membahas tentang persalinan dan masa nifas. Pada bagian persalinan dijelaskan proses, tanda-tanda, dan tahapan persalinan normal serta adaptasi ibu dan janin selama proses persalinan. Sedangkan pada bagian nifas diuraikan tentang definisi, tahapan, dan perubahan fisiologis ibu selama masa nifas hingga kembali normal setelah melahirkan.
Dokumen tersebut merangkum tentang prosedur hemodialisis untuk membersihkan darah pasien gagal ginjal dari zat sisa dan racun. Prosedur ini bekerja dengan mendialiskan darah pasien melalui membran semipermeabel untuk memisahkan zat-zat tersebut ke cairan dialisat yang kemudian dibuang, sementara darah bersih kembali ke tubuh pasien. Dokumen juga menjelaskan tujuan, prinsip kerja, indikasi, kontraindik
Teks tersebut membahas tentang gangguan sirkulasi dan cairan tubuh, termasuk kongesti/hiperemi, edema, perdarahan, dan trombosis. Secara ringkas, kongesti adalah peningkatan volume darah dalam pembuluh darah, edema adalah kenaikan volume cairan ekstraseluler yang dapat bersifat lokal atau umum, perdarahan terjadi karena kerusakan pembuluh darah atau proses patologis, sedangkan trombosis adalah pemb
Partograf dan penilaian kemajuan persalinanDokter Tekno
Partograf digunakan untuk mencatat kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks dan penurunan kepala janin. Tujuannya adalah untuk mendeteksi apakah persalinan berjalan normal, mencatat kondisi ibu dan janin, serta mengambil keputusan klinis yang tepat. Penilaian dilakukan secara berkala dan mencakup aspek-aspek seperti kontraksi, denyut jantung janin, air ketuban, serta
Modul ini membahas konsep dasar farmakologi dan peran perawat dalam pemberian obat, termasuk penghitungan dosis obat menggunakan rumus dasar, rasio dan proporsi, berat badan, dan luas permukaan tubuh."
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
Inkontinensia urin adalah ketidakmampuan menahan kencing yang dapat disebabkan oleh melemahnya otol dasar panggul, gangguan saraf, atau efek obat. Dokumen ini membahas definisi, etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, dan penanganan inkontinensia urin.
Dokumen tersebut membahas tentang gagal ginjal akut dan kronik. Gagal ginjal akut dapat disebabkan oleh faktor pre-renal, renal, atau post-renal dan umumnya bersifat reversible. Gagal ginjal kronik disebabkan oleh kerusakan ginjal yang berlangsung lebih dari 3 bulan dan dapat menyebabkan penurunan laju filtrasi ginjal. Penanganannya meliputi mengendalikan faktor penyebab, menyesuaikan dosis obat
Modul ini membahas tentang persalinan dan masa nifas. Pada bagian persalinan dijelaskan proses, tanda-tanda, dan tahapan persalinan normal serta adaptasi ibu dan janin selama proses persalinan. Sedangkan pada bagian nifas diuraikan tentang definisi, tahapan, dan perubahan fisiologis ibu selama masa nifas hingga kembali normal setelah melahirkan.
Dokumen tersebut merangkum tentang prosedur hemodialisis untuk membersihkan darah pasien gagal ginjal dari zat sisa dan racun. Prosedur ini bekerja dengan mendialiskan darah pasien melalui membran semipermeabel untuk memisahkan zat-zat tersebut ke cairan dialisat yang kemudian dibuang, sementara darah bersih kembali ke tubuh pasien. Dokumen juga menjelaskan tujuan, prinsip kerja, indikasi, kontraindik
Teks tersebut membahas tentang gangguan sirkulasi dan cairan tubuh, termasuk kongesti/hiperemi, edema, perdarahan, dan trombosis. Secara ringkas, kongesti adalah peningkatan volume darah dalam pembuluh darah, edema adalah kenaikan volume cairan ekstraseluler yang dapat bersifat lokal atau umum, perdarahan terjadi karena kerusakan pembuluh darah atau proses patologis, sedangkan trombosis adalah pemb
Partograf dan penilaian kemajuan persalinanDokter Tekno
Partograf digunakan untuk mencatat kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks dan penurunan kepala janin. Tujuannya adalah untuk mendeteksi apakah persalinan berjalan normal, mencatat kondisi ibu dan janin, serta mengambil keputusan klinis yang tepat. Penilaian dilakukan secara berkala dan mencakup aspek-aspek seperti kontraksi, denyut jantung janin, air ketuban, serta
Modul ini membahas konsep dasar farmakologi dan peran perawat dalam pemberian obat, termasuk penghitungan dosis obat menggunakan rumus dasar, rasio dan proporsi, berat badan, dan luas permukaan tubuh."
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
Inkontinensia urin adalah ketidakmampuan menahan kencing yang dapat disebabkan oleh melemahnya otol dasar panggul, gangguan saraf, atau efek obat. Dokumen ini membahas definisi, etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, dan penanganan inkontinensia urin.
Batu empedu merupakan masalah kesehatan umum di Indonesia. Diagnosa batu empedu semakin mudah berkat pemeriksaan USG. Kolesistektomi laparoskopik merupakan penanganan operatif standar untuk batu empedu simptomatik. Terdapat tiga tingkat keparahan koleistitis akut yaitu ringan, sedang dan berat, yang masing-masing memiliki kriteria diagnostik dan penanganan.
Dokumen tersebut membahas tentang trauma ginjal dan penyakit ginjal kronis seperti batu ginjal dan BPH. Ringkasannya adalah:
1) Trauma ginjal umumnya disebabkan oleh trauma tumpul dan tajam yang dapat menyebabkan perdarahan dan kerusakan ginjal.
2) Batu ginjal dan BPH merupakan penyakit ginjal kronis yang umum dengan gejala nyeri pinggang, hematuria, dan gangguan buang air kecil.
CKD stadium 5 dengan hipertensi stadium 2 mengalami sesak nafas akibat gagal ginjal dan hipertensi yang tidak terkontrol. Pasien mendapat terapi untuk menurunkan beban darah tinggi dan gagal ginjal serta mencegah komplikasi.
Advances in The Study of Acute Acalculous Cholecystitis.pptxSombolayukPriska
AAC atau kolesistitis akalkulus akut merupakan radang akut kandung empedu tanpa batu empedu. Jurnal ini meninjau pengetahuan terkini tentang patogenesis, diagnosis, dan pengobatan AAC. Faktor risiko AAC meliputi iskemia kandung empedu, kolestasis, infeksi bakteri, dan kelainan anatomi saluran empedu. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis, pemeriksaan laboratorium, USG, CT, MRCP, atau HIDA. Pengobatan bervari
Gagal ginjal kronik adalah kerusakan fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat pulih kembali, menyebabkan tubuh gagal mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan serta elektrolit, mengakibatkan uremia. Penyebab utama adalah hipertensi, diabetes, dan glomerulopati primer. Gejala umum meliputi kelelahan, edema, anemia, dan gangguan elektrolit.
Askep klien dengan gangguan sistem perkemihan kmb ii-indriIndri Permanasari
Dokumen tersebut membahas tentang neprolithiasis/batu ginjal, beningna prostat hipertrofi, dan gagal ginjal akut dan kronik. Secara ringkas, dokumen menjelaskan definisi, etiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan, dan pengkajian keperawatan untuk kondisi-kondisi tersebut.
Laporan kasus ini membahas tentang pasien laki-laki berusia 52 tahun dengan diagnosis penyakit ginjal kronik stadium akhir akibat diabetes melitus tipe 2 tidak terkontrol beserta komplikasi gagal jantung dan anemia. Laporan ini berisi riwayat keluhan pasien, pemeriksaan fisik, hasil laboratorium, diagnosa kerja, penatalaksanaan, dan prognosis pasien.
Dokumen tersebut membahas tentang jaundice dan penyakit hati. Secara ringkas, dokumen menjelaskan tentang definisi jaundice, penyebab-penyebabnya, gejala klinis, pemeriksaan laboratorium, diagnosis, dan penatalaksanaan berbagai penyakit hati seperti hepatitis, kolesistitis akut, dan kolesilitiasis.
PPT-Chronic Kidney Disease-Muhammad Lukman Hakim, Amd.KepHanaYulia4
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah kondisi dimana organ ginjal sudah tidak mampu mengeluarkan limbah metabolik tubuh akibat gangguan fungsi ekskresi dan non-ekskresi. Pasien Ny. D dirawat dengan diagnosis CKD berdasarkan gejala sesak nafas, edema, dan peningkatan ureum darah serta kreatinin darah. Perawatan meliputi koreksi cairan dan elektrolit, obat hipertensi dan diabetes, serta edukasi gizi dan aktivitas.
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
2. Struktur tulang
Vitamin D
Aktifasi
Keseimbangan
Calcium
Pembentukan darah
Pembentukan
Erythropoietin
Aktifitas jantung
Keseimbangan
Kalium
Keasaman darah
pembentukan
Bicarbonate
Tekanan Darah
Keseimbangan Cairan
Pembuangan
garam
Metabolisme limbah
pembuangan
Urea, Creatinine
FUNGSI GINJAL
3. PENYAKIT GINJAL KRONIS
Gangguan faal ginjal yang bersifat kronis, sejak mula-
mula fungsi ginjal normal sampai mencapai GGK
stadium akhir
Didapatkan abnormalitas anatomi / struktur dan fungsi
ginjal _> 3bulan, sebagai manifestasi :
kerusakan ginjal , dengan atau tanpa penurunan laju
filtrasi glomerulus, yang dapat dinilai dari :
- kelainan pathologi
- marker : urin ( proteinuria ) ,biokimia,
USG/renogram
GFR < 60 ml/mnt/1,73m2, dengan atau tanpa
proteinuria
GFR < 25 ml/mnt , mulai nampak adanya gejala klinik 3
DEFINISI
4. Penyebab Penyakit Ginjal Kronik
Glomerulonefritis (radang ginjal)
Diabetes Mellitus
Hipertensi
Hambatan saluran kemih
Infeksi
Penyakit ginjal keturunan
5. Pembagian Stadium Penyakit Ginjal Kronik
Stadium Keterangan
Risiko PGK (CKD)
GFR
> 90
1 Kerusakan ginjal dgn normal /
GFR
90
2 Kerusakan ginjal dgn ringan
GFR
60 – 89
3 Moderat GFR 30 – 59
4 Berat GFR 15 – 29
5 Gagal ginjal GFR < 15
GFR: Glomerular Filtration Rate (Laju Filtrasi Glomerulus) ml/mnt
9. SEKILAS SEJARAH CAPD
PERITONEAL DIALISIS
Proses transport membran peritoneum pertama kali
dipelajari oleh G. Wegner (1877) Basis CAPD
Georg Ganter merupakan yang pertama
menggunakan CAPD (1923) -- University of Würzburg
Terapi CAPD rutin untuk PGK akut : 1924 – 1938 di AS
& German.
Kateter khusus CAPD dikembangkan oleh Arthur
Grollman (1952) -- Southwestern Medical School,
Dallas
APD pertama diperkenalkan oleh Fred Boen (1962) –
Washington University
Georg Ganter
10. CAPD
(Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis )
Darah dibersihkan melalui
pembuluh darah kecil peritoneum
Dipasang kateter ke rongga perut
untuk memasukkan dialisat
Waste dan cairan keluar dari
kapiler ke dialisat dibuang ke
luar tubuh
Cairan didiamkan dalam kavum
peritoneum selama 3-5 jam
(dwelling time)
Dilakukan 3-5 kali sehari, setiap
kali sekitar 30 menit.
Drugs.com.Peritoneal Dialysis Catheter Care.
12. Tempat dimana kateter keluar
dari tubuh disebut Exit Site.
Kateter akan mudah
disembunyikan di dalam pakaian.
Cairan dialisis mengalir ke dalam
rongga perut melalui kateter.
13. Excellence and Alignment
Suatu membran serosa
Membatasi kavum peritoneum
Luas permukaan = 1-2 m2
Dibagi 2 bagian:
Peritoneum viseralis (membatasi
usus dan organ dalam lain)
Peritoneum parietalis (membatasi
dinding rongga abdomen)
Membran Peritoneum
14. Pori – Pori Membran Peritoneum
Pori – pori besar : 20 – 40 nm
Makromolekul : protein, Ig
Pori – pori kecil (terbanyak)
Solut kecil : urea, kreatinin,
Ultra pores : <0,8 nm
Hanya air (aquaporins)
tanpa solut
Devuyst O, et al.Biol Cell.2005;97:667-73
17. Oleh karena banyak manfaat dari PD, sebaiknya
PD dipertimbangkan untuk mengawali dialysis
kronik kecuali adanya kontraindikasi.
Kontraindikasi : operasi perut, colostomy,
penyakit pernafasan berat, badan yang besar,
sudah tidak kencing
Indikasi: akses vaskuler yang jelek, penyakit
jantung lanjut. Domisili jauh, hidup sendiri
18. PERBANDINGAN KEUNGGULAN HD & PD
Hemodialisis Dialisis Peritoneal
Dilakukan oleh tenaga medis Mandiri, lebih bebas, dimana saja
Terjadi sosialisasi di pusat HD Restriksi cairan dan makanan lebih
longgar
Dilakukan dalam waktu lebih singkat Tidak membutuhkan heparin
Kimia darah & hemodinamik lebih stabil
Kadar hematokrit lebih ↑
Hemodialisis Dialisis Peritoneal
Rasa lelah ↑ pada hari dialisis Prosedur pergantian cairan sulit bagi
orang tertentu
Hemodinamik kurang stabil Risiko peritonitis
Risiko infeksi blood-borne lebih ↑↑ Risiko malnutrisi & pe↑ kadar gula darah
Memerlukan heparin
Kekurangan
Emedicinehealth.Hemodialysis compared to peritoneal dialysis.2010; WebMD.Peritoneal Dialysis.2009
19. HD PD
Keunggulan
Waktu lebih singkat
Lebih efisien terhadap pengeluaran zat-
zat BM rendah
Terjadi sosialisasi di tempat dialisis
Kekurangan
Membutuhkan heparin
Membutuhkan vascular access
Gangguan hemodinamik
Pengendalian tekanan darah yang lebih
sulit
Dibutuhkan disiplin diet dan jadwal
pengobatan yang teratur
Keunggulan
Kimia darah lebih stabil
Hematokrit lebih tinggi
Pengendalian tekanan darah lebih
mudah
Cairan dialisat sebagai sumber nutrisi,
pada penderita DM, insulin bisa
diberikan intraperitoneal
Kekurangan
Peritonitis
Obesitas
Hiperglikemi
Malnutrisi / protein loss
Hernia
Back pain
20. PENCEGAHAN PERITONITIS
Selalu pastikan pasien cuci
tangan dengan benar
sebelum melakukan dialisis
Memakai desinfektan pada
semua area yang terpapar
Menggunakan masker
Flush before fill
Evaluasi / re-training
• National Kidney Foundation.2006 updates Clinical recommendation Guidelines and Recommendations (KDOQI).2006
•UK Renal Association.Clinical Practice Guidelines.2010
21. PERBANDINGAN INSIDENS INFEKSI HEPATITIS B
& C PASIEN HD VS CAPD
0.0%
10.0%
20.0%
30.0%
40.0%
50.0%
0 6 12 18 24 30
Risk
Months
CAPD
Haemodialysis
n=22
1.5%
n=70
1.5%
n=69
25.6%
n=26
38,9%
(Mantel-Cox Test, p<0.001)
0.0%
10.0%
20.0%
30.0%
40.0%
50.0%
0 6 12 18 24 30 36 42 48
Risk
Months
CAPD
Haemodialysis
n=21
3.0%
n=46
3.0%
n=42
32,0%
Mantel-Cox Test, p<0.028
n=83
7.1%
Hepatitis B Hepatitis C
Cendoroglo N, et al.Nephrol Dial Transplant.1995;10:240-6
Hazard ratio risiko infeksi hepatitis C : 5,7 kali lipat pada HD
dibandingkan CAPD
22. 0
1
2
3
4
5
0 6 12 18 24 30 36 42 48
Time on therapy (months)
Residual
creatinine
clearance
(mL/min)
Hemodialysis (n=57)
Continuous ambulatory peritoneal
dialysis (n=55)
PERBANDINGAN PENURUNAN FUNGSI GINJAL
SISA HD VS CAPD
Lysaght MJ, et al.ASAIO Trans.1991;37(4):598-604
Pe↓ fungsi ginjal sisa/bulan HD (5,8%) vs CAPD (2,9%); p<0,0001
23. FUNGSI GINJAL SISA
Fungsi :
Klirens small solute, toksin uremik BM menengah &
toksin organik lain
Mempertahankan keseimbangan cairan
Mengatur kadar fosfor
Semakin ↑ RRF semakin baik survival
(setiap pe↑ RRF 5 L/1,73 m2/mgg ≈ RR mortalitas ↓ 13%)
PD first mempertahankan RRF lebih baik
dibandingkan HD
Tam P. Perit Dial Int.2009;29 (supl 2):S108-10
24. Tiga Kelebihan Utama PD
65% Lebih baik dalam
mempertahankan fungsi ginjal
tersisa (Residual Renal Function /
RRF)
Angka survival ≥ HD pada tahun-
tahun awal pengobatan
Biaya relatif lebih rendah pada
kebanyakan negara (karena biaya
staf dan modal untuk PD lebih
rendah)
Li PKT, Cheng YL.Perit Dial Int.2007;27(suppl 2):s158-64)
Tam P.Perit Dial Int.2009;29(S2):S108-10
Davies SJ.Nephrol Dial Transplant.2009;24:2620-2
The small pores (radius 40–50A° ) are probably the clefts located between the endothelial cells. They represent the vast majority of the total pore surface area available for the diffusion of small solutes, including urea, creatinine and glucose. The large pores (radius 250A° ), supposed to correspond to the venular interendothelial gaps, represent a minority (<0.01% of the total number) of the pores. They are involved in the transport of larger solutes such as proteins and immunoglobulins. Finally, the ultrasmall pores (radius <3 A° ), which reject solutes but facilitate the transport of water, account for approx. 50% of the UF during a hypertonic dwell.