SlideShare a Scribd company logo
Inkontinensiaurin
Dosen : Ns. Ifon Driposwana S,Kep
oleh :
Kelompok 2
Fitri Nur Cahyanti
Desfi Ardila
Nofkal Sutiyo
A2a Keperawatan
SekolahTinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Padang
2015/2016
definisi
Inkontinensia urin adalah ketidakmampuan menahan kencing.
Inkontinensia adalah pelepasan urin yang tidak terkontrol dalam jumlah yang cukup
banyak,sehingga dapat dianggap sebagai kondisi yang disebabkan karena usia (setiyono,
2001)
etiologi
melemahnya otot dasar panggul, adanya kontraksi
(gerakan) abnormal dari dinding kandung kemih,
gangguan di saluran kemih bagian bawah, efek obat-
obatan, produksi urin meningkat atau adanya
gangguan kemampuan/keinginan ke toilet, produksi
urin berlebih .
Klasifikasi Inkontinensia Urin
1. Inkontinensia urin akut ( Transient incontinence ) :
Inkontinensia urin ini terjadi secara mendadak, terjadi kurang dari 6
bulan dan biasanya berkaitan dengan kondisi sakit akut atau problem
iatrogenic dimana menghilang jika kondisi akut teratasi.
Penyebabnya dikenal dengan akronim Diappers yaitu : delirium,
infeksi dan inflamasi, atrophic vaginitis, psikologi dan
pharmacology, excessive urin production (produksi urin yang
berlebihan), restriksi mobilitas dan stool impaction (impaksi feses).
2. Inkontinensia urin kronik ( Persisten ) : Inkontinensia urin ini tidak berkaitan
dengan kondisi akut dan berlangsung lama ( lebih dari 6 bulan ).
penyebab : menurunnya kapasitas kandung kemih akibat hiperaktif dan karena
kegagalan pengosongan kandung kemih akibat lemahnya kontraksi otot detrusor.
Inkontinensia urin kronik ini dikelompokkan menjadi beberapa tipe
a. Inkontinensia urin tipe stress
ini terjadi apabila urin secara tidak terkontrol keluar akibat peningkatan tekanan di
dalam perut, melemahnya otot dasar panggul, operasi dan penurunan estrogen.
Gejalanya antara lain kencing sewaktu batuk, mengedan, tertawa, bersin, berlari,
atau hal lain yang meningkatkan tekanan pada rongga perut.
b. Inkontinensia urin tipe urge
Timbul pada keadaan otot detrusor kandung kemih yang tidak stabil, yang mana otot
ini bereaksi secara berlebihan. ditandai dengan ketidak mampuan menunda berkemih
setelah sensasi berkemih muncul
c. Inkontinensia urin tipe overflow
Pada keadaan ini urin mengalir keluar akibat isinya yang sudah terlalu banyak di
dalam kandung kemih, umumnya akibat otot detrusor kandung kemih yang lemah.
Biasanya hal ini dijumpai pada gangguan saraf akibat penyakit diabetes, cedera
pada sumsum tulang belakang, atau saluran kencing yang tersumbat.
Gejalanya berupa rasa tidak puas setelah kencing ( merasa urin masih tersisa di
dalam kandung kemih ), urin yang keluar sedikit dan pancarannya lemah.
d. Inkontinensia tipe campuran (Mixed)
merupakan kombinasi dari setiap jenis inkontinensia urin di atas. Kombinasi
yangpaling umum adalah tipe campuran inkontinensia tipe stress dan tipe urgensi
atau tipe stress dan tipe fungsional
Patofisiologi
Pengendalian kandung kemih dan sfingter diperlukan agar terjadi pengeluaran urin
secara kontinen. Pengendalian memerlukan kegiatan otot normal diluar kesadaran dan
yang didalam kesadaran yang dikonrdinasi oleh refleks urethrovsien urinaris. Bila terjadi
pengisian kandung kencing tekanan didalam kandung kemih meningkat. Otot detrusor
(lapisan yang tiga dari dinding kencing) memberikan respon dengan relaksasi agar
memperbesar volume daya tampung. Bila sampai 200 ml urin daya rentang reseptor
yang terletak pada dinding kandung kemih mendapat rangsangan. Stimulus
ditransmisikan lewat serabut reflek eferen ke lengkungan pusat refleks untuk
meksitrurisasi. Impuls kemudian disalurkan melalui serabut eferen dari lengkungan
refleks ke kandung kemih, menyebabkan kontraksi otot detrusor. Sfinkter interna yang
dalam keadaan normal menutup, serentak bersama sama membuka dan urin masuk ke
uretra posterior. Relaksasi sfinkter eksterna dan otot pariental mengkuti dan isi
kandung kemih keluar. Pelaksanaaan kegiatan refleks bisa mengalami interupsi dan
berkemih ditangguhkan melalui dikeluarkannya impuls inhibitor dari pusat kortek yang
berdampak kontraksi diluar kesadaran dan sfinkter eksterna. Bila disalah satu bagian
mengalami kerusakan maka akan dapat mengakibatkan inkontenensia
Manifestasi klinis
1. Inkontinensia stres: keluarnya urin selama batuk, mengedan, dan sebagainya.
Gejala-gejala ini sangat spesifik untuk inkontinensia stres.
2. Inkontinensia urgensi: Manifestasinya dapat berupa perasaan ingin
kencing yang mendadak ( urge ), kencing berulang kali ( frekuensi ) dan
kencing di malam hari ( nokturia ).
3. Enuresis diagnostik : 10% anak usia 5 tahun dan 5% anak usia 10 tahun
mengompol selama tidur. Mengompol pada anak yang lebih tua merupakan
sesuatu yang abnormal dan menunjukkan adanya kandung kemih yang tidak
stabil.
4. Gejala infeksi urine (frekuensi, disuria, nokturia), obstruksi (pancara
lemah, menetes), trauma (termasuk pembedahan, misalnya reseksi
abdominoperineal), fistula (menetes terus-menerus), penyakit neurologis
(disfungsi seksual atau usus besar) atau penyakit sistemik (misalnya diabetes)
dapat menunjukkan penyakit yang mendasari.
komplikasi
•Masalah kulit : dapat menyebabkan ruam,infeksi kulit,
dan luka (ulkus kulit) dari kulit yg selalu basah.
•Infeksi saluran kemih
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan specimen urine.
uroflowmetry
ANALISA DATA
ANALISA ETIOLOGI M.K D.K
Data subjektif:
Pasien mengeluh keluar
kencing saat tertawa,
bersin dan batuk, sering
kencing sekitar 2 jam
sekali
Data obyektif :
setiap kali ada
peningkatan tekanan
intra abdomen urine
pasien menetes keluar
Degenerative sel
Kehilangan sensasi dan
reflexs sfingter
MK: Inkontinensia
urin
Terjadiparalisis pada
saluran perkemihan
Penurunansaluran
system perkemihan
Inkontinensia urin
stress
Inkontinensia urin stress b/d
perubahan degenerative pada otot
pelvis dan struktur pendukungnya
yang dihubungkan usia lanjut.
Data subjektif:
Pasien malu, dan
merasa tidak nyaman
dengan hal itu sehingga
dia tidak mau bergaul
dengan teman-2nya
sesama lansia.
Data objektif :
-
Interaksi social dan
hambatan
Gangguan konsepdiri
Pasien merasa malu
Pengeluaran urinyang
terlalu sering
Interaksi sosial,
hambatan
Interaksi sosial, hambatan b/d
gangguan konsep diri
INTERVENSI
No Diagnosa Intervensi Rasional
1. Inkontinensia urin stress b/d perubahan
degenerative pada otot pelvis dan struktur
pendukungnya yang dihubungkan usia
lanjut.
Tujuan:
a. Menunjukkan kontinensia urin.
b. Keadekuatan waktu untuk mencapai
kamar kecil antara urgensi dan
pengeluaran urin.
c. Pakaian dalam tetap kering
sepanjang hari
d. Mampu berkemih secara mandiri.
Kriteria Hasil:
Kontinensia urin. Mempertahankan
frekuensi berkemih lebih dari 2 jam.
Lakukan latihan otot dasar panggul
Lakukan perawatan inkontinensia urin
Identifikasi penyebab inkontinensia
multifaktorial
Memperkuat otot pubotogsigeal dengan
kontraksi volunteer berulang.
untuk meningkatkan kontinensia urin dan
untuk mempertahankan intregitas kulit
perineal.
Untuk mengetahui penyebab
inkontinensia urin
2. Interaksi sosial, hambatan b/d gangguan
konsep diri
Tujuan:
a. Menunjukkan penampilan peran
b. Menunjukkan keterlibatan sosial
Kriteria Hasil:
a. Keterampilan interaksi sosial:
penggunaan perilaku interaksi sosial yang
efektif.
b. Keterlibatan sosial:interaksi sosial
individu yang sering dengan orang lain,
kelompok atau organisasi
Tingkatankan sosialisasi
Kaji pola interaksi antara pasien
dengan orang lain
Untuk meningkatkan interaksi pasien
dengan orang lain
Untuk mengetahui pola interaksi pasien
dengan orang lain
IMPLEMENTASI
Diagnosa Keperawatan Implementasi
Inkontinensia urin stress b/d perubahan
degenerative pada otot pelvis dan struktur
pendukungnya yang dihubungkan usia lanjut.
mengidentifikasi penyebab inkontinensia
multifaktorial
Inkontinensia urin stress b/d perubahan
degenerative pada otot pelvis dan struktur
pendukungnya yang dihubungkan usia lanjut.
melakukan perawatan inkontinensia urin
Inkontinensia urin stress b/d perubahan
degenerative pada otot pelvis dan struktur
pendukungnya yang dihubungkan usia lanjut.
melakukan perawatan inkontinensia urin
Inkontinensia urin stress b/d perubahan
degenerative pada otot pelvis dan struktur
pendukungnya yang dihubungkan usia lanjut.
melakukan latihan otot dasar panggul
Inkontinensia urin stress b/d perubahan
degenerative pada otot pelvis dan struktur
pendukungnya yang dihubungkan usia lanjut.
melakukan perawatan inkontinensia urin
Interaksi sosial, hambatan b/d gangguan
konsep diri
Mengkaji pola interaksi antara pasien dengan
orang lain
Meningkatankan sosialisasi
EVALUASI
S : Pasien mengatakan bahwa tidak mengeluarkan urin
pada saat bersin dan tertawa.
O: Setiap ada peningkatan tekanan intra abdomen urin
pasien tidak menetes.Pasien mengeluarkan urin lebih dari 2
jam sekali.
A: Masalah teratasi
P: Masalah teratasi pasien pulang.

More Related Content

What's hot

Caput succedaneum dan cephalhematoma
Caput succedaneum dan cephalhematomaCaput succedaneum dan cephalhematoma
Caput succedaneum dan cephalhematoma
Fuji Astuti
 
Konsep kebutuhan eliminasi Urine
Konsep kebutuhan eliminasi UrineKonsep kebutuhan eliminasi Urine
Konsep kebutuhan eliminasi Urine
Sulistia Rini
 
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
masantian
 
Ppt osteomielitis
Ppt osteomielitisPpt osteomielitis
Ppt osteomielitisKANDA IZUL
 
PPT kanker serviks
PPT kanker serviksPPT kanker serviks
PPT kanker serviks
Dea Fahmi
 
Pemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thoraxPemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thorax
Maria Haryanthi Butar-Butar
 
Laporan pendahuluan kolelitiasis
Laporan pendahuluan kolelitiasisLaporan pendahuluan kolelitiasis
Laporan pendahuluan kolelitiasis
Haryani Nuravindari
 
Perdarahan Post Partum
Perdarahan Post PartumPerdarahan Post Partum
Perdarahan Post Partum
Isma Nur'aini
 
Eliminasi _Keperawatan Dasar
Eliminasi _Keperawatan DasarEliminasi _Keperawatan Dasar
Eliminasi _Keperawatan Dasar
Desi Ardhina
 
Ppt sindrom nefrotik
Ppt sindrom nefrotikPpt sindrom nefrotik
Ppt sindrom nefrotik
Nida Hidayati
 
Prosedur Melepaskan Infus
Prosedur Melepaskan InfusProsedur Melepaskan Infus
Prosedur Melepaskan Infus
pjj_kemenkes
 
Mioma Uteri
Mioma UteriMioma Uteri
Mioma Uteri
dr. Bobby Ahmad
 
Adaptasi sel
Adaptasi selAdaptasi sel
Adaptasi sel
Farida Sihotang
 
PPT Efusi Pleura
PPT Efusi Pleura PPT Efusi Pleura
PPT Efusi Pleura
Wina Rizky Arfi Insani
 
Menstruasi (Siklus Menstruasi dan Gangguannya)
Menstruasi (Siklus Menstruasi dan Gangguannya)Menstruasi (Siklus Menstruasi dan Gangguannya)
Menstruasi (Siklus Menstruasi dan Gangguannya)
Asyifa Robiatul adawiyah
 
faktor faktor yang mempengaruhi eliminasi urine
 faktor faktor yang mempengaruhi eliminasi urine faktor faktor yang mempengaruhi eliminasi urine
faktor faktor yang mempengaruhi eliminasi urine
UNMER Surabaya n SMK Roudlotul Hikmah
 
Patofisiologi diare pada anak
Patofisiologi diare pada anakPatofisiologi diare pada anak
Patofisiologi diare pada anak
Fransiska Oktafiani
 
Menjahit Luka Dengan Bermacam Teknik
Menjahit Luka Dengan Bermacam Teknik Menjahit Luka Dengan Bermacam Teknik
Menjahit Luka Dengan Bermacam Teknik
Andry Sartika, S.Kep.,Ners.,M.Kep
 

What's hot (20)

Caput succedaneum dan cephalhematoma
Caput succedaneum dan cephalhematomaCaput succedaneum dan cephalhematoma
Caput succedaneum dan cephalhematoma
 
Pemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anangPemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anang
 
Konsep kebutuhan eliminasi Urine
Konsep kebutuhan eliminasi UrineKonsep kebutuhan eliminasi Urine
Konsep kebutuhan eliminasi Urine
 
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
 
Ppt osteomielitis
Ppt osteomielitisPpt osteomielitis
Ppt osteomielitis
 
PPT kanker serviks
PPT kanker serviksPPT kanker serviks
PPT kanker serviks
 
Pemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thoraxPemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thorax
 
Laporan pendahuluan kolelitiasis
Laporan pendahuluan kolelitiasisLaporan pendahuluan kolelitiasis
Laporan pendahuluan kolelitiasis
 
Perdarahan Post Partum
Perdarahan Post PartumPerdarahan Post Partum
Perdarahan Post Partum
 
Eliminasi alvi (bab)
Eliminasi alvi (bab)Eliminasi alvi (bab)
Eliminasi alvi (bab)
 
Eliminasi _Keperawatan Dasar
Eliminasi _Keperawatan DasarEliminasi _Keperawatan Dasar
Eliminasi _Keperawatan Dasar
 
Ppt sindrom nefrotik
Ppt sindrom nefrotikPpt sindrom nefrotik
Ppt sindrom nefrotik
 
Prosedur Melepaskan Infus
Prosedur Melepaskan InfusProsedur Melepaskan Infus
Prosedur Melepaskan Infus
 
Mioma Uteri
Mioma UteriMioma Uteri
Mioma Uteri
 
Adaptasi sel
Adaptasi selAdaptasi sel
Adaptasi sel
 
PPT Efusi Pleura
PPT Efusi Pleura PPT Efusi Pleura
PPT Efusi Pleura
 
Menstruasi (Siklus Menstruasi dan Gangguannya)
Menstruasi (Siklus Menstruasi dan Gangguannya)Menstruasi (Siklus Menstruasi dan Gangguannya)
Menstruasi (Siklus Menstruasi dan Gangguannya)
 
faktor faktor yang mempengaruhi eliminasi urine
 faktor faktor yang mempengaruhi eliminasi urine faktor faktor yang mempengaruhi eliminasi urine
faktor faktor yang mempengaruhi eliminasi urine
 
Patofisiologi diare pada anak
Patofisiologi diare pada anakPatofisiologi diare pada anak
Patofisiologi diare pada anak
 
Menjahit Luka Dengan Bermacam Teknik
Menjahit Luka Dengan Bermacam Teknik Menjahit Luka Dengan Bermacam Teknik
Menjahit Luka Dengan Bermacam Teknik
 

Viewers also liked

Askep inkontinensia urine
Askep inkontinensia urineAskep inkontinensia urine
Askep inkontinensia urinePaul_Gl
 
Inkontinensia urin
Inkontinensia urin Inkontinensia urin
Inkontinensia urin
Ai Coryde
 
Presentasi inkontinesia urine
Presentasi inkontinesia urinePresentasi inkontinesia urine
Presentasi inkontinesia urine
sucipurnamaui
 
Urinary Incontinence
Urinary IncontinenceUrinary Incontinence
Urinary IncontinenceMiami Dade
 
Akibat Trauma Melehirkan dan Neoplasia
Akibat Trauma Melehirkan dan Neoplasia   Akibat Trauma Melehirkan dan Neoplasia
Akibat Trauma Melehirkan dan Neoplasia
pjj_kemenkes
 
Makalah hpp akpe raha
Makalah hpp akpe rahaMakalah hpp akpe raha
Makalah hpp akpe raha
Septian Muna Barakati
 
Inkontinensia urin Geriatri
Inkontinensia urin GeriatriInkontinensia urin Geriatri
Inkontinensia urin Geriatri
Zarah Dzulhijjah
 
asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gatngguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urine
asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gatngguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urineasuhan Keperawatan Pasien Dengan Gatngguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urine
asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gatngguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urine
pjj_kemenkes
 
Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan continent urostomy
Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan continent urostomyAsuhan keperawatan pada klien dengan gangguan continent urostomy
Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan continent urostomy
Alvian P Windiramadhan
 
Anatomi dan Fisiologi Eliminasi Fekal
Anatomi dan Fisiologi Eliminasi FekalAnatomi dan Fisiologi Eliminasi Fekal
Anatomi dan Fisiologi Eliminasi Fekal
Destu Ayu Hapsari
 
Eliminasi
EliminasiEliminasi
KESEHATAN REPRODUKSI MENOPAUSE
KESEHATAN REPRODUKSI MENOPAUSEKESEHATAN REPRODUKSI MENOPAUSE
KESEHATAN REPRODUKSI MENOPAUSE
INDONESIAN NAVY MEDICAL CORPS
 
Pengkajian keperawatan sistem persarafan
Pengkajian keperawatan sistem persarafanPengkajian keperawatan sistem persarafan
Pengkajian keperawatan sistem persarafan
UNMER Surabaya n SMK Roudlotul Hikmah
 
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Bowel
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi BowelAsuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Bowel
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Bowel
pjj_kemenkes
 
Konsep kebutuhan eliminasi Urine
Konsep kebutuhan eliminasi UrineKonsep kebutuhan eliminasi Urine
Konsep kebutuhan eliminasi Urine
Sulistia Rini
 
Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi
Pemenuhan Kebutuhan EliminasiPemenuhan Kebutuhan Eliminasi
Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi
pjj_kemenkes
 
Patofisiologi pencernaan
Patofisiologi pencernaan Patofisiologi pencernaan
Patofisiologi pencernaan
Dedi Kun
 

Viewers also liked (20)

Askep inkontinensia urine
Askep inkontinensia urineAskep inkontinensia urine
Askep inkontinensia urine
 
Inkontinensia urin
Inkontinensia urin Inkontinensia urin
Inkontinensia urin
 
Askep inkontinensia urine (2)
Askep inkontinensia urine (2)Askep inkontinensia urine (2)
Askep inkontinensia urine (2)
 
Presentasi inkontinesia urine
Presentasi inkontinesia urinePresentasi inkontinesia urine
Presentasi inkontinesia urine
 
Urinary Incontinence
Urinary IncontinenceUrinary Incontinence
Urinary Incontinence
 
Akibat Trauma Melehirkan dan Neoplasia
Akibat Trauma Melehirkan dan Neoplasia   Akibat Trauma Melehirkan dan Neoplasia
Akibat Trauma Melehirkan dan Neoplasia
 
Makalah hpp akpe raha
Makalah hpp akpe rahaMakalah hpp akpe raha
Makalah hpp akpe raha
 
Inkontinensia urin Geriatri
Inkontinensia urin GeriatriInkontinensia urin Geriatri
Inkontinensia urin Geriatri
 
asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gatngguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urine
asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gatngguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urineasuhan Keperawatan Pasien Dengan Gatngguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urine
asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gatngguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urine
 
Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan continent urostomy
Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan continent urostomyAsuhan keperawatan pada klien dengan gangguan continent urostomy
Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan continent urostomy
 
Anatomi dan Fisiologi Eliminasi Fekal
Anatomi dan Fisiologi Eliminasi FekalAnatomi dan Fisiologi Eliminasi Fekal
Anatomi dan Fisiologi Eliminasi Fekal
 
Eliminasi
EliminasiEliminasi
Eliminasi
 
KESEHATAN REPRODUKSI MENOPAUSE
KESEHATAN REPRODUKSI MENOPAUSEKESEHATAN REPRODUKSI MENOPAUSE
KESEHATAN REPRODUKSI MENOPAUSE
 
Pengkajian keperawatan sistem persarafan
Pengkajian keperawatan sistem persarafanPengkajian keperawatan sistem persarafan
Pengkajian keperawatan sistem persarafan
 
Eliminasi
EliminasiEliminasi
Eliminasi
 
Eliminasi fekal ppt
Eliminasi fekal pptEliminasi fekal ppt
Eliminasi fekal ppt
 
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Bowel
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi BowelAsuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Bowel
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Bowel
 
Konsep kebutuhan eliminasi Urine
Konsep kebutuhan eliminasi UrineKonsep kebutuhan eliminasi Urine
Konsep kebutuhan eliminasi Urine
 
Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi
Pemenuhan Kebutuhan EliminasiPemenuhan Kebutuhan Eliminasi
Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi
 
Patofisiologi pencernaan
Patofisiologi pencernaan Patofisiologi pencernaan
Patofisiologi pencernaan
 

Similar to Inkontinensia urin

Eliminasi urine
Eliminasi urineEliminasi urine
Eliminasi urine
sischapanca
 
Eliminasi Urine.ppt
Eliminasi Urine.pptEliminasi Urine.ppt
Eliminasi Urine.ppt
NakenPellondou
 
Revisi_Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi.pptx
Revisi_Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi.pptxRevisi_Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi.pptx
Revisi_Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi.pptx
CatherineAndrea6
 
Bab ii
Bab iiBab ii
askep kel 2.pptx
askep kel 2.pptxaskep kel 2.pptx
askep kel 2.pptx
JoniSiahaan
 
Askep husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Askep husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaAskep husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Askep husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaOperator Warnet Vast Raha
 
3. bartolinitis & infeksi kelenjar skene
3. bartolinitis & infeksi kelenjar skene3. bartolinitis & infeksi kelenjar skene
3. bartolinitis & infeksi kelenjar skenePradasary
 
PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI
PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASIPEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI
PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI
AstriYuliaSariLubis1
 
perkemihan kel 7 intan bu eva.pptx
perkemihan kel 7 intan bu eva.pptxperkemihan kel 7 intan bu eva.pptx
perkemihan kel 7 intan bu eva.pptx
LisaputriYuningsih24
 
PPT KEL.4 HIRSCHPRUNGS.pptx
PPT KEL.4 HIRSCHPRUNGS.pptxPPT KEL.4 HIRSCHPRUNGS.pptx
PPT KEL.4 HIRSCHPRUNGS.pptx
HalmaFaujiah
 
Askep uretritis
Askep uretritisAskep uretritis
Askep uretritis
Pannir Selva
 

Similar to Inkontinensia urin (20)

Eliminasi urine
Eliminasi urineEliminasi urine
Eliminasi urine
 
Retensi urine
Retensi urineRetensi urine
Retensi urine
 
Eliminasi Urine.ppt
Eliminasi Urine.pptEliminasi Urine.ppt
Eliminasi Urine.ppt
 
Revisi_Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi.pptx
Revisi_Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi.pptxRevisi_Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi.pptx
Revisi_Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi.pptx
 
Inkontenensia urin
Inkontenensia urinInkontenensia urin
Inkontenensia urin
 
Inkontinensia urin AKPER PEMKAB MUNA
Inkontinensia urin AKPER PEMKAB MUNA Inkontinensia urin AKPER PEMKAB MUNA
Inkontinensia urin AKPER PEMKAB MUNA
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
askep kel 2.pptx
askep kel 2.pptxaskep kel 2.pptx
askep kel 2.pptx
 
Askep husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Askep husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaAskep husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Askep husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
Retensi urine AKPER PEMKAB MUNA
Retensi urine AKPER PEMKAB MUNA Retensi urine AKPER PEMKAB MUNA
Retensi urine AKPER PEMKAB MUNA
 
3. bartolinitis & infeksi kelenjar skene
3. bartolinitis & infeksi kelenjar skene3. bartolinitis & infeksi kelenjar skene
3. bartolinitis & infeksi kelenjar skene
 
Askep isk
Askep iskAskep isk
Askep isk
 
PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI
PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASIPEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI
PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI
 
Rentensi urine
Rentensi urineRentensi urine
Rentensi urine
 
perkemihan kel 7 intan bu eva.pptx
perkemihan kel 7 intan bu eva.pptxperkemihan kel 7 intan bu eva.pptx
perkemihan kel 7 intan bu eva.pptx
 
Askep retensio urine
Askep retensio urineAskep retensio urine
Askep retensio urine
 
ujian
ujianujian
ujian
 
PPT KEL.4 HIRSCHPRUNGS.pptx
PPT KEL.4 HIRSCHPRUNGS.pptxPPT KEL.4 HIRSCHPRUNGS.pptx
PPT KEL.4 HIRSCHPRUNGS.pptx
 
Askep uretritis
Askep uretritisAskep uretritis
Askep uretritis
 

Recently uploaded

farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
MuhammadAuliaKurniaw1
 
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.pptBahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
UmmyKhairussyifa1
 
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.pptPelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
andiaswindahlan1
 
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptxsudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
muhammadrezkizanuars
 
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
fitrianakartikasari5
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
BayuEkaKurniawan1
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
nadyahermawan
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
Jumainmain1
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
EmohAsJohn
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
LyanNurse1
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
MuhammadAuliaKurniaw1
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
gerald rundengan
 
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptxAspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
PutriHanny4
 
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
kirateraofficial
 
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternakPowerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
adevindhamebrina
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
helixyap92
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
Datalablokakalianda
 
Panduan pencatatan dan pelaporan PISP diare
Panduan pencatatan dan pelaporan  PISP diarePanduan pencatatan dan pelaporan  PISP diare
Panduan pencatatan dan pelaporan PISP diare
YantariTiyora2
 
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxxCBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
MuhammadAlFarizi88
 

Recently uploaded (19)

farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
 
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.pptBahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
 
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.pptPelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
 
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptxsudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
 
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
 
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptxAspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
 
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
 
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternakPowerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
 
Panduan pencatatan dan pelaporan PISP diare
Panduan pencatatan dan pelaporan  PISP diarePanduan pencatatan dan pelaporan  PISP diare
Panduan pencatatan dan pelaporan PISP diare
 
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxxCBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
 

Inkontinensia urin

  • 1. Inkontinensiaurin Dosen : Ns. Ifon Driposwana S,Kep oleh : Kelompok 2 Fitri Nur Cahyanti Desfi Ardila Nofkal Sutiyo A2a Keperawatan SekolahTinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Padang 2015/2016
  • 2. definisi Inkontinensia urin adalah ketidakmampuan menahan kencing. Inkontinensia adalah pelepasan urin yang tidak terkontrol dalam jumlah yang cukup banyak,sehingga dapat dianggap sebagai kondisi yang disebabkan karena usia (setiyono, 2001)
  • 3. etiologi melemahnya otot dasar panggul, adanya kontraksi (gerakan) abnormal dari dinding kandung kemih, gangguan di saluran kemih bagian bawah, efek obat- obatan, produksi urin meningkat atau adanya gangguan kemampuan/keinginan ke toilet, produksi urin berlebih .
  • 4. Klasifikasi Inkontinensia Urin 1. Inkontinensia urin akut ( Transient incontinence ) : Inkontinensia urin ini terjadi secara mendadak, terjadi kurang dari 6 bulan dan biasanya berkaitan dengan kondisi sakit akut atau problem iatrogenic dimana menghilang jika kondisi akut teratasi. Penyebabnya dikenal dengan akronim Diappers yaitu : delirium, infeksi dan inflamasi, atrophic vaginitis, psikologi dan pharmacology, excessive urin production (produksi urin yang berlebihan), restriksi mobilitas dan stool impaction (impaksi feses).
  • 5. 2. Inkontinensia urin kronik ( Persisten ) : Inkontinensia urin ini tidak berkaitan dengan kondisi akut dan berlangsung lama ( lebih dari 6 bulan ). penyebab : menurunnya kapasitas kandung kemih akibat hiperaktif dan karena kegagalan pengosongan kandung kemih akibat lemahnya kontraksi otot detrusor. Inkontinensia urin kronik ini dikelompokkan menjadi beberapa tipe a. Inkontinensia urin tipe stress ini terjadi apabila urin secara tidak terkontrol keluar akibat peningkatan tekanan di dalam perut, melemahnya otot dasar panggul, operasi dan penurunan estrogen. Gejalanya antara lain kencing sewaktu batuk, mengedan, tertawa, bersin, berlari, atau hal lain yang meningkatkan tekanan pada rongga perut. b. Inkontinensia urin tipe urge Timbul pada keadaan otot detrusor kandung kemih yang tidak stabil, yang mana otot ini bereaksi secara berlebihan. ditandai dengan ketidak mampuan menunda berkemih setelah sensasi berkemih muncul
  • 6. c. Inkontinensia urin tipe overflow Pada keadaan ini urin mengalir keluar akibat isinya yang sudah terlalu banyak di dalam kandung kemih, umumnya akibat otot detrusor kandung kemih yang lemah. Biasanya hal ini dijumpai pada gangguan saraf akibat penyakit diabetes, cedera pada sumsum tulang belakang, atau saluran kencing yang tersumbat. Gejalanya berupa rasa tidak puas setelah kencing ( merasa urin masih tersisa di dalam kandung kemih ), urin yang keluar sedikit dan pancarannya lemah. d. Inkontinensia tipe campuran (Mixed) merupakan kombinasi dari setiap jenis inkontinensia urin di atas. Kombinasi yangpaling umum adalah tipe campuran inkontinensia tipe stress dan tipe urgensi atau tipe stress dan tipe fungsional
  • 7. Patofisiologi Pengendalian kandung kemih dan sfingter diperlukan agar terjadi pengeluaran urin secara kontinen. Pengendalian memerlukan kegiatan otot normal diluar kesadaran dan yang didalam kesadaran yang dikonrdinasi oleh refleks urethrovsien urinaris. Bila terjadi pengisian kandung kencing tekanan didalam kandung kemih meningkat. Otot detrusor (lapisan yang tiga dari dinding kencing) memberikan respon dengan relaksasi agar memperbesar volume daya tampung. Bila sampai 200 ml urin daya rentang reseptor yang terletak pada dinding kandung kemih mendapat rangsangan. Stimulus ditransmisikan lewat serabut reflek eferen ke lengkungan pusat refleks untuk meksitrurisasi. Impuls kemudian disalurkan melalui serabut eferen dari lengkungan refleks ke kandung kemih, menyebabkan kontraksi otot detrusor. Sfinkter interna yang dalam keadaan normal menutup, serentak bersama sama membuka dan urin masuk ke uretra posterior. Relaksasi sfinkter eksterna dan otot pariental mengkuti dan isi kandung kemih keluar. Pelaksanaaan kegiatan refleks bisa mengalami interupsi dan berkemih ditangguhkan melalui dikeluarkannya impuls inhibitor dari pusat kortek yang berdampak kontraksi diluar kesadaran dan sfinkter eksterna. Bila disalah satu bagian mengalami kerusakan maka akan dapat mengakibatkan inkontenensia
  • 8. Manifestasi klinis 1. Inkontinensia stres: keluarnya urin selama batuk, mengedan, dan sebagainya. Gejala-gejala ini sangat spesifik untuk inkontinensia stres. 2. Inkontinensia urgensi: Manifestasinya dapat berupa perasaan ingin kencing yang mendadak ( urge ), kencing berulang kali ( frekuensi ) dan kencing di malam hari ( nokturia ). 3. Enuresis diagnostik : 10% anak usia 5 tahun dan 5% anak usia 10 tahun mengompol selama tidur. Mengompol pada anak yang lebih tua merupakan sesuatu yang abnormal dan menunjukkan adanya kandung kemih yang tidak stabil. 4. Gejala infeksi urine (frekuensi, disuria, nokturia), obstruksi (pancara lemah, menetes), trauma (termasuk pembedahan, misalnya reseksi abdominoperineal), fistula (menetes terus-menerus), penyakit neurologis (disfungsi seksual atau usus besar) atau penyakit sistemik (misalnya diabetes) dapat menunjukkan penyakit yang mendasari.
  • 9. komplikasi •Masalah kulit : dapat menyebabkan ruam,infeksi kulit, dan luka (ulkus kulit) dari kulit yg selalu basah. •Infeksi saluran kemih
  • 11. ANALISA DATA ANALISA ETIOLOGI M.K D.K Data subjektif: Pasien mengeluh keluar kencing saat tertawa, bersin dan batuk, sering kencing sekitar 2 jam sekali Data obyektif : setiap kali ada peningkatan tekanan intra abdomen urine pasien menetes keluar Degenerative sel Kehilangan sensasi dan reflexs sfingter MK: Inkontinensia urin Terjadiparalisis pada saluran perkemihan Penurunansaluran system perkemihan Inkontinensia urin stress Inkontinensia urin stress b/d perubahan degenerative pada otot pelvis dan struktur pendukungnya yang dihubungkan usia lanjut. Data subjektif: Pasien malu, dan merasa tidak nyaman dengan hal itu sehingga dia tidak mau bergaul dengan teman-2nya sesama lansia. Data objektif : - Interaksi social dan hambatan Gangguan konsepdiri Pasien merasa malu Pengeluaran urinyang terlalu sering Interaksi sosial, hambatan Interaksi sosial, hambatan b/d gangguan konsep diri
  • 12. INTERVENSI No Diagnosa Intervensi Rasional 1. Inkontinensia urin stress b/d perubahan degenerative pada otot pelvis dan struktur pendukungnya yang dihubungkan usia lanjut. Tujuan: a. Menunjukkan kontinensia urin. b. Keadekuatan waktu untuk mencapai kamar kecil antara urgensi dan pengeluaran urin. c. Pakaian dalam tetap kering sepanjang hari d. Mampu berkemih secara mandiri. Kriteria Hasil: Kontinensia urin. Mempertahankan frekuensi berkemih lebih dari 2 jam. Lakukan latihan otot dasar panggul Lakukan perawatan inkontinensia urin Identifikasi penyebab inkontinensia multifaktorial Memperkuat otot pubotogsigeal dengan kontraksi volunteer berulang. untuk meningkatkan kontinensia urin dan untuk mempertahankan intregitas kulit perineal. Untuk mengetahui penyebab inkontinensia urin 2. Interaksi sosial, hambatan b/d gangguan konsep diri Tujuan: a. Menunjukkan penampilan peran b. Menunjukkan keterlibatan sosial Kriteria Hasil: a. Keterampilan interaksi sosial: penggunaan perilaku interaksi sosial yang efektif. b. Keterlibatan sosial:interaksi sosial individu yang sering dengan orang lain, kelompok atau organisasi Tingkatankan sosialisasi Kaji pola interaksi antara pasien dengan orang lain Untuk meningkatkan interaksi pasien dengan orang lain Untuk mengetahui pola interaksi pasien dengan orang lain
  • 13. IMPLEMENTASI Diagnosa Keperawatan Implementasi Inkontinensia urin stress b/d perubahan degenerative pada otot pelvis dan struktur pendukungnya yang dihubungkan usia lanjut. mengidentifikasi penyebab inkontinensia multifaktorial Inkontinensia urin stress b/d perubahan degenerative pada otot pelvis dan struktur pendukungnya yang dihubungkan usia lanjut. melakukan perawatan inkontinensia urin Inkontinensia urin stress b/d perubahan degenerative pada otot pelvis dan struktur pendukungnya yang dihubungkan usia lanjut. melakukan perawatan inkontinensia urin Inkontinensia urin stress b/d perubahan degenerative pada otot pelvis dan struktur pendukungnya yang dihubungkan usia lanjut. melakukan latihan otot dasar panggul Inkontinensia urin stress b/d perubahan degenerative pada otot pelvis dan struktur pendukungnya yang dihubungkan usia lanjut. melakukan perawatan inkontinensia urin Interaksi sosial, hambatan b/d gangguan konsep diri Mengkaji pola interaksi antara pasien dengan orang lain Meningkatankan sosialisasi
  • 14. EVALUASI S : Pasien mengatakan bahwa tidak mengeluarkan urin pada saat bersin dan tertawa. O: Setiap ada peningkatan tekanan intra abdomen urin pasien tidak menetes.Pasien mengeluarkan urin lebih dari 2 jam sekali. A: Masalah teratasi P: Masalah teratasi pasien pulang.