Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang teori-teori belajar behavioristik, kognitif, dan konstruktivisme beserta tokoh-tokohnya.
2. Juga membahas tentang unsur-unsur belajar menurut behaviorisme seperti stimulus, respon, penguatan, dan black box.
3. Menganalisis pandangan teori behavioristik yang telah berpengaruh besar terhadap perkembangan teori belajar.
5. Apakah kegiatan ini termasuk belajar?
Andi tadinya tidak dapat berbahasa Inggris sekarang mahir berbahasa
Inggris.
Bayi yang tadinya tidak dapat tengkurep lalu dapat tengkurep
Doni secara kebetulan dapat memperbaiki barang elektronik tetapi ketika
harus mengerjakan hal yang sama dalam waktu yang berbeda menemui
kesulitan.
6. 1. Dari segi proses
a. adanya aktivitas ( fisik, mental, emosional )
b. melibatkan unsur lingkungan
c. bertujuan kearah terjadinya
perubahan tingkah laku
(behavioral changes)
2. Dari segi hasil
a. bersifat relatif tetap
b. diperoleh melalui usaha
7. HAKIKAT BELAJAR
•Gagne (1977): Belajar sebagai suatu proses perubahan
tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan
manusia seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan
kemampuannya yakni peningkatan kemampuan untuk
melakukan berbagai jenis performance (kinerja).
•Sunaryo (1989): Belajar adalah suatu kegiatan dimana
seseorang membuat atau menghasilkan suatu perubahan
tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan,
sikap dan ketrampilan.
8. Faktor Pendukung Proses Belajar Dan
Pembelajaran
Faktor Belajar
Siswa
Luar
Dalam
Lingkungan Alam
Sosial Budaya
Instrumen
Kurikulum
Program
Sarana
Guru
Fisiologis
Psikologi
Fisologis Umum
Panca Indera
Minat
Kecerdasan
Minat
Motivasi
Kognitif
9. BELAJAR BAGI MANUSIA
HOMEOSTATIK
(MEMENUHI KEBUTUHAN)
PERBUATAN NALURIAH PERBUATAN BELAJAR
POTENSI DASAR DORONGAN HIDUPLAHIR
MERUPAKAN SALAH SATU CARA MANUSIA MEMPERTAHANKAN DAN MENGEMBANGKAN HIDUP
10. KITA BELAJAR MELALUI
Apa yang kita lihat
Apa yang kita dengar
Apa yang kita kecap
Apa yang kita sentuh
Apa yang kita baui
Apa yang kita lakukan
Apa yang kita bayangkan
Apa yang kita intuisikan
Apa yang kita rasakan
11. … Shift ….
InstructorInstructor
StudentStudent StudentStudent
Student Student
InstructorInstructor LibraryLibrary
Company BasedCompany Based
Learning CommunitiesLearning Communities
Move From …Move From …
InstructorInstructor--CentricCentric
To …To …
PerformerPerformer--CentricCentric
ClassClass
Other SchoolsOther Schools
& Organizations& Organizations
InternetInternet
Knowledge PortalKnowledge Portal
PERFORMERPERFORMER
ExpertsExperts
Knowledge
Environment
KnowledgeKnowledge
EnvironmentEnvironment
REVOLUSI PROSES BELAJAR
12. Upaya sadar mendapatkan sesuatu yang baru untuk
mempertahankan/mengembangkan hidup
GAMBAR
ANAK LAGI
BELAJAR
IPTEKS IMTAQIPTEKS IMTAQ
14. PEMBELAJARAN
1. Apa yang dimaksud dengan
pembelajaran ?
Pembelajaran adalah penyediaan
sistem lingkungan yang mengakibatkan
terjadinya proses belajar pada diri siswa
15. Bagaimana ciri-ciri pembelajaran ?
1. Adanya unsur guru
2. Adanya unsur siswa
3. Adanya aktivitas guru dan siswa
4. Adanya interaksi antar guru–siswa
5. Bertujuan kearah perubahan tingkah laku siswa
6. Proses dan hasilnya terencana/terprogram
16. Mengapa perlu pembelajaran ?
1. Peristiwa belajar tidak selalu terjadi atas inisiatif diri individu
2. Individu memerlukan bantuan untuk mengembangkan potensi
yang ada pada dirinya
3. Perlunya lingkungan yang kondusif guna mencapai
perkembangan individu secara optimal
17. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses
dan hasil belajar-pembelajaran ?
1. Guru
2. Siswa
3. tujuan
4. Materi
5.Instrumental
6. lingkungan
18. FAKTOR GURU
1. Kondisi fisik
a. kondisi kesehatan fisik secara umum
b. kondisi fungsi inderawi
2. Kondisi psikis
a. suasana kejiwaan
b. kompetensi paedagogis, kepribadian, sosial,
profesional)
19. FAKTOR SISWA
1. Kondisi Fisik
a. kondisi kesehatan fisik secara umum
b. kondisi fungsi inderawi
2. Kondisi Psikis
bakat, minat, kemampuan,
motivasi, situasi kejiwaan
25. Apa yang dimaksud dengan tujuan belajar -
pembelajaran ?
Tujuan belajar-pembelajaran merupakan
perilaku yang diharapkan dapat dicapai siswa
sehubungan dengan aktivitas belajar–
pembelajaran dilakukan
26. Apa urgensi penetapkan dan perumusan
tujuan belajar-pembelajaran ?
Penetapan dan perumusan tujuan belajar -
pembelajaran sangat penting, karena sebagai dasar
dalam:
1. Menyusun alat/instrumen evaluasi
2. Menentukan materi yang diperlukan
3. Memilih dan menentukan sarana (alat pelajaran, alat
peraga, media) yang diperlukan
4. Memilih dan menetukan metode belajar–pembelajaran
yang diperlukan
27. Jenis tujuan dalam belajar pembelajaran
meliputi apa saja ?
1. Tujuan kurikuler (standart kompetensi)
Menggambarkan perilaku internal dalam lingkup yang luas
2. Tujuan pembelajaran umum (kompetensi dasar)
Menggambarkan perilaku internal dalam lingkup yang
relatif terbatas
3. Tujuan pembelajaran khusus (indikator)
Menggambarkan perilaku eksternal dalam lingkup yang
spesifik
28. Jenis-jenis perilaku yang menjadi dasar dalam penentuan
dan perumusan tujuan belajar-pembelajaran meliputi apa
saja ?
1.Perilaku Ranah Kognitif
2.Perilaku Ranah Afektif
3.Perilaku Ranah Psikomotor
29. Jenis perilaku yang berkaitan dengan
kemampuan mengingat dan berfikir
(memecahkan masalah)
PERILAKU RANAH
KOGNITIF
30. 1. Pengetahuan (kemampuan mengingat dan mengenal suatu obyek)
Perilaku internal: mengetahui ...........
Perilaku eksternal a.l : menyebutkan, menunjukkan, mengidentifikasi
2. Pemahaman (kemampuan menangkap makna suatu obyek)
Perilaku internal a.l : memahami .........., menginterpretasikan
Perilaku eksternal a.l : menjelaskan, menerangkan, memberi contoh
3. Penerapan (kemampuan menerapkan dalam situasi yang baru/konkrit)
Perilaku internal a.l : menggunakan..,membuat…..,
Perilaku eksternal a.l : mendemonstrasikan, menghitung, membuktikan
4. Analisis (kemampuan menguraikan suatu kesatuan kedalam bagian-bagian)
Perilaku internal a.l : menganalisis, merinci
Perilaku eksternal a.l : membandingkan, membagi, memilih
5. Sintesis (kemampuan mengintegrasikan bagian-bagian ke dalam satu kesatuan)
Perilaku internal a. l : menyususun..,Menghasilkan
Perilaku eksternal a. l : merangkaikan, menyimpulkan
6. Evaluasi (kemampuan melakukan penilaian terhadap suatu obyek tertentu)
Perilaku internal a.l : mempertimbangkan, menilai
Perilaku eksternal a. l : membedakan, mengkritik
31. Jenis perilaku yang berkaitan dg nilai, norma,
sikap, perasaan, kemauan
PERILAKU RANAH
AFEKTIF
32. 1. Penerimaan (adanya kesadaran dan perhatian terhadap stimulan yang datang )
Perilaku internal : menunjukkan ..........
Perilaku eksternal : mengikuti, menyatakan, menjawab,
2. Partisipasi ( memberikan tanggapan secara verbal ataupun tindakan)
Perilaku internal : mematuhi......., berperan secara aktif ...
Perilaku eksternal : melaksanakan, menyumbangkan, melaporkan
3. Penilaian/Penetuan sikap ( penyesuaian diri sesuai dengan penilaian yang telah dilakukannya)
Perilaku internal : mengakui, menyepakati, menyukai, menghargai
Perilaku eksternal : mengajak, menolak, melaksanakan, membela, ikut serta
4.Organisasi (menghubungkan antar nilai menjadi suatu sistem nilai)
Perilaku internal : membentuk sistem nilai
Perilaku eksternal : merumuskan, mengatur,
5.Pembentukan pola hidup (menjadikan sistem nilai sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam
kehidupannya)
Perilaku internal : menunjukkan ......melibatkan diri ........
Perilaku eksternal : memperlihatkan, Bertahan, membuktikan
TERDIRI DARI 5 PRILAKU
34. TERDIRI DARI 7 PERILAKU
1. Persepsi (kemampuan mengenal obyek motorik dengan panca indera)
Perilaku internal : membedakan, menafsirkan,
Perilaku eksternal : mengidentifikasi, membedakan, memilih
2. Kesiapan (kemampuan mempersiapkan diri untuk melakukan suatu gerakan)
Perilaku internal: berkonsentrasi, menyiapkan diri
Perilaku eksternal: menunjukkan, mengawali, mempersiapkan
3. Gerakan terbimbing (kemampuan melakukan gerakan dengan mengikuti contoh)
Perilaku internal : meniru contoh
Perilaku eksternal: mengikuti, memasang, mencoba, membuat
35. 4. Gerakan terbiasa (kemampuan melakukan gerakan tanpa melihat contoh)
Perilaku internal : terampil
Perilaku eksternal : memainkan, mendemonstrasikan, mengatur
5. Gerakan kompleks ( kemampuan melakukan serangkaian gerakan secara tepat, lancar,
luwes)
Perilaku internal : terampil
Perilaku eksternal : memasang, membongkar, mendemonstrasikan
6. Penyesuaian pola gerakan (kemampuan menyesuaikan gerakan dengan situasi dan
kondisi yang dihadapinya)
Perilaku internal : menyesuaikan diri, bervariasi
Perilaku eksternal : mengubah, mengatur, membuat variasI
7. Penciptaan pola gerakan (kemampuan membuat pola gerakan baru)
Perilaku internal : menciptakan sesuatu yang baru
Perilaku eksternal : merancang, menciptakan, mendesain
37. TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK
A. ASUMSI
Manusia dipandang sebagai organisme yang pasif. Prilaku manusia dikuasai oleh stimulus yang
ada di lingkungannya. Oleh karena itu perilaku manusia dapat dikontrol/ dikendalikan melalui
pemanipulasian lingkungan
B. CIRI-CIRI
1. Mementingkan pengaruh lingkungan
2. Mementingkan bagian-bagian
3. Mementingkan peranan reaksi
4. Mementingkan mekanisme terbentuknya hasil belajar
5. Mementingkan sebab-sebab pada waktu yang lalu
6. Mementingkan pembentukan kebiasaan
7. Dalam pemecahan masalah ciri khasnya adalah “trial and error”
38. TOKOH–TOKOH
E. L. Thorndike R. Gagne B. F. Skinner Ivan P. Pavlov
Albert Bandura EdwinR.Guthrie Watson Clark Hull
40. Menurut paham behaviorisme :
Belajar adalah perubahan tingkah laku akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon
Yang terpenting dalam belajar adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon
Stimulus adalah lingkungan belajar anak yang menjadi penyebab belajar.
Respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulus.
Faktor yang juga berperan dalam belajar adalah REINFORCEMENT.
Faktor penting dalam belajar behavioristik
a) Masukan atau input, yang berupa stimulus
b) Keluaran atau output, yang berupa respon
c) Faktor penguatan (reinforcement) baik positive reinforcement maupun negative reinforcement
Bila
REINFORCEMENT adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon.
TEORI BELAJARBEHAVIORISTIK
Penguatan ditambah Positive reinforcement
Penguatan dikurangi negative reinforcement
41. ANALISIS TEORI BEHAVIORISTIK
Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para pendidik. Namun dari
semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap
perkembangan teori belajar behavioristik. Program-program pembelajaran seperti
Teaching Machine, Pembelajaran berprogram, modul dan program-program
pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta
mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement), merupakan program
pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan Skiner.
Teori behavioristik banyak dikritik Teori ini tidak mampu menjelaskan penyimpangan-
penyimpangan yang terjadi dalam hubungan stimulus dan respon.
Pandangan behavioristik juga kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi
siswa, Mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau perasaan.
Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan pebelajar untuk berfikir linier,
konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar
merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa pebelajar menuju atau
mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik tidak bebas berkreasi
dan berimajinasi.
42. Objek utama yang diamati adalah perilaku
Tidak mengakui adanya mental, kesadaran dan predisposisi yang
dimiliki manusia
Yang dimiliki manusia : raga, fisik, badan dan refleks
Konsep belajar menurut Watson adalah memperbanyak refleks
yang dibawa sejak lahir melalui kondisioning
Kondisioning merupakan suatu upaya untuk memperkuat ikatan
S-R dan memberi perangsang sehingga menimbulkan refleks
(perilaku)
JOHN R. WATSON
(BEHAVIORISME KLASIK)
43. Watson mengadaakan eksperimen terhadap
Albert, seorang bayi berumur sebelas bulan
Albert adalah seorang bayi yang gembira dan tidak takut
bahkan senang bermain-main dengan tikus putih berbulu
halus. Dalam eksperimennya Watson memulai proses
pembiasaannya dengan cara memukul sebatang besi
dengan sebuah palu setiap kali Albert mendekati dan ingin
memegang tikus putih itu. Akibatnya, tidak lama kemudian
Albert menjadi takut terhadap tikus putih juga kelinci
putih. Bahkan terhadap semua benda putih, termasuk
jaket dan topeng Sinterklas yang berjenggot putih.
44.
45. 1. Misalnya, jika seorang anak bayi kecil
mengatakan minta susu dan orang tuanya
memberinya susu, maka operant dikuatkan.
2. Menurut Skinner, perilaku verbal adalah
perilaku yang dikendalikan oleh akibatnya.
Bila akibatnya itu hadiah, perilaku itu akan
terus dipertahankan. Namun, bila akibatnya
adalah hukuman, atau kurang adanya
penguatan, perilaku itu akan diperlemah atau
pelan-pelan akan disingkirkan.
SKINNER (1957) OPERANT CONDITIONING
46. Ada seorang anak kecil menangis meminta es
kepada ibunya. Tetapi, karena ibunya yakin dan
percaya bahwa es itu menggunakan pemanis
buatan maka sang ibu tidak meluluskan permintaan
anaknya. Sang anak terus menangis. Tetapi, sang
ibu bersikukuh untuk tidak menuruti permintaan
anaknya. Lama kelamaan tangis anak tersebut reda
dengan sendirinya dan di lain waktu tidak meminta
es semacam itu lagi kepada ibunya, apalagi dengan
menangis.
47. 1. Seandainya anak itu kemudian dituruti keinginannya
oleh ibunya, apa yang akan terjadi?
2. Pada kesempatan lain anak tersebut akan meminta es
lagi. Apabila ibunya tidak meluluskannya, maka ia akan
menangis dan terus menangis karena dengan menangis
ia akan mendapatkan es.
3. Kalau ibunya memberikan es lagi, maka perbuatan
menangis itu dikuatkan.
4. Pada kesempatan lain, anak tersebut akan menangis
manakala ia meminta sesuatu pada ibunya
48. 1. Teori Pembiasaan
2. Pembelajaran merupakan rangkaian panjang
dari respons-respons yang dibiasakan.
3. Teori ini diperkuat oleh Thorndike (1947-
1919) yang terkenal dengan teori Trial and
Error.
PAVLOV
49.
50. Berikut adalah tahap-tahap eksperimen dan penjelasan dari gambar diatas:
. Dimana anjing, bila diberikan sebuah makanan (UCS) maka secara
otonom anjing akan mengeluarkan air liur (UCR).
Jika anjing dibunyikan sebuah bel maka ia tidak merespon atau
mengeluarkan air liur.
Sehingga dalam eksperimen ini anjing diberikan sebuah makanan
setelah diberikan bunyi bel (CS) terlebih dahulu, sehingga anjing akan mengeluarkan
air liur (UCR) akibat pemberian makanan.
. Setelah perlakukan ini dilakukan secara berulang-ulang, maka
anjing mendengar bunyi bel (CS) tanpa diberikan makanan, secara otonom anjing akan
memberikan respon berupa keluarnya air liur dari mulutnya (CR).
EKSPERIMEN PAVLOV
51. PERCOBAAN
Dalam percobaan tersebut apabila di luar sangkar
diletakkan makanan, maka kucing berusaha untuk
mencapainya dengan cara meloncat-loncat kian
kemari. Dengan tidak tersengaja kucing telah
menyentuh kenop, maka terbukalah pintu sangkar
tersebut, dan kucing segera lari ke tempat makan.
Percobaan ini diulangi untuk beberapa kali, dan
setelah kurang lebih 10 sampai dengan 12 kali,
kucing baru dapat dengan sengaja menyentuh
kenop tersebut apabila di luar diletakkan makanan.
52.
53. Misalnya, ketika sedang belajar bersepeda
atau belajar bahasa seperti pengucapan
kata-kata yang sulit. Kegagalan diulang
terus-menerus lama-kelamaan akan berhasil
54. EDWARD LEE THORNDIKE (1874 – 1949)
Teori Belajar Thorndike
Hukum Kesiapan
Hukum Latihan
Hukum Akibat
Pembelajaran dengan memberi stimulus kepada siswa agar
menimbulkan respon yang tepat seperti yang kita inginkan.
Hubungan stimulus dan respons ini bila diulang kan menjadi
sebuah kebiasaan. selanjutnya, bila siswa menemukan kesulitan
atau msalah, guru menyuruhnya untuk mencoba dan mencoba
lagi (trial and error) sehingga akhirnya diperoleh hasil.
55. 1. HUKUM KESIAPAN (LAW OF READINESS); semakin siap suatu
organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka
pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan
kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat
2. HUKUM LATIHAN (LAW OF EXERCISE); semakin sering suatu
tingkah laku diulang maka asosiasi tersebut semakin kuat.
3. HUKUM AKIBAT (LAW OF EFFECT); hubungan stimulus dan
respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan
cenderung diperlemah jika tidak memuaskan.
57. HUKUM
AKIBAT
Perbuatan yang diikuti akibat tidak
menyenangkan cenderung dihentikan dan
tidak akan diulangi
Suatu perbuatan yang disertai akibat
menyenangkan cenderung dipertahankan
dan lain kali akan diulangi
58. LIMA HUKUM TAMBAHAN DARI THORNDIKE :
Multiple Respons atau Reaksi
Sikap ( Set atau Attitude )
Prinsip Aktivitas Berat Sebelah
Response by Analogy
Hukum Perpindahan Asosiasi
59. Hukum ini mengatakan bahwa pada
individu diawali oleh proses trial dan
error yang menunjukkan adanya
bermacam-macam respon sebelum
memperoleh respon yang tepat
dalam memecahkan masalah yang
dihadapi.
Multiple Respons Atau Reaksi
60. Hukum ini menjelaskan bahwa
perilaku belajar seseorang
tidak hanya ditentukan oleh
hubungan stimulus dengan
respon saja, tetapi juga
ditentukan keadaan yang ada
dalam diri individu baik
kognitif, emosi , sosial ,
maupun psikomotornya.
Sikap ( Set atau Attitude )
61. Hukum ini mengatakan bahwa
individu dalam proses belajar
memberikan respon pada
stimulus tertentu saja sesuai
dengan persepsinya terhadap
keseluruhan situasi (respon
selektif).
Prinsip Aktivitas Berat Sebelah
62. Menghubungkan situasi yang
belum pernah dialami dengan
situasi lama yang pernah dialami
sehingga terjadi transfer atau
perpindahan unsur-unsur yang
telah dikenal ke situasi baru.
Makin banyak unsur yang sama
maka transfer akan makin mudah.
Response by Analogy
63. Proses peralihan dari situasi
yang dikenal ke situasi yang
belum dikenal dilakukan secara
bertahap Menambahkan sedikit
demi sedikit unsur baru dan
membuang sedikit demi sedikit
unsur lama.
Hukum Perpindahan Asosiasi
64. REVISI HUKUM BELAJAR THORNDIKE
a. Hukum latihan ditinggalkan, karena ditemukan bila pengulangan saja tidak cukup
untuk memperkuat hubungan stimulus dengan respons, demikian pula tanpa
ulangan belum tentu melemahkan hubungan stimulus – respons.
b. Hukum akibat direvisi, hukum akibat dijelaskan, bila hadiah akan meningkatkan
hubungan stimulus – respons, tetapi hukuman ( punisment ) tidak mengakibatkan
efek apa – apa. Dengan revisi ini berarti Thorndike tidak menghendaki adannya
hukuman dalam belajar.
c. Belongingness, yang intinya, syarat utama bagi terjadinya hubungan stimulus –
respons bukannya kedekatan, tetapi adanya saling sesuai antara kedua hal tersebut.
Dengan demikian situasi belajar akan mempengaruhi hasil belajar.
d. Spread of Effeck, yang intinya dinyatakan, akibat dari suatu perbuatan yang dapat
menular.
65. Social Learning
Observational Learning
Perilaku Individu tidak semata-mata karena refleks otomatis S-R, tetapi
juga karena reaksi yang timbul sebagai interaksi antara lingkungan
dengan individu itu sendiri.
Belajar menurutnya adalah yang dipelajari manusia terutama belajar
sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian
contoh periklaku (modeling).
Teori ini juga masih memandang penting conditioning.
Pemberian reward dan punishment akan membuat seorang
berpikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu
dilakukan.
ALBERT BANDURA
66. Kritik Terhadap Teori
Behavioristik
1) Tidak mampu menjelaskan situasi
belajar yang kompleks
2) Tidak dapat menjelaskan adanya variasi
3) Cenderung mengarahkan siswa untuk
berfikir linier, konvergen, tidak kreatif
dan tidak produktif
67. 67
TEORI BELAJAR MENURUT EDWIN GUTHRIE
Stimulus tidak harus berhubungan dengan kebutuhan atau
pemuasan biologis
Hubungan stimulus dan respon cenderung bersifat sementara,
sehingga perlu sering diberikan stimulus agar hubungannya
bersifat lebih tetap.
Agar respon muncul lebih kuat dan menetap diperlukan
berbagai stimulus yang berhubungan dg respon tsb.
Hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam
proses belajar
72. Mengapa lupa ?
1. Persepsi tidak diproses lebih lanjut
2. Informasi dalam memori jangka pendek tidak ditranfer ke dalam
memori jangka panjang
3. Distorsi recall
4. Interferensi ( tercampur atau terdesak oleh informasi lain)
73. Mengapa ingat ?
1. Efek pertama (perhatian masih penuh) dan efek terakhir (tidak
terinferensi informasi lain)
2. Belajar informasi baru lebih mudah bila sebelumnya telah
mempelajari hal serupa
74. HAL-HAL YANG MEMPENGARUHI INGAT/LUPA
Hambatan retroaktif, yaitu informasi yang masuk lebih dulu terdesak
oleh informasi yang baru.
Hambatan proaktif, yaitu informasi yang masuk lebih dulu
mempengaruhi informasi yang baru masuk.
Kemudahan retroaktif , yaitu informasi yang masuk kemudian
mempermudah masuknya informasi yang sedang masuk.
Kemudahan proaktif, informasi yang terdahulu mempermudah
penguasaan informsi yang baru.
Efek pertama dan efek terakhir, yaitu dari deretan informasi yang
cukup banyak, yang cenderung mudah diingat adalah informasi yang
ada di deretan depan dan deretan terakhir.
75. Teori Pembelajaran kognitif menurut Piaget
Menurut Piaget individu berkembang menuju kedewasaan
maka ia akan mengalami adaptasi dengan lingkungannya yang
akan menyebabkan adanya perubahan kualitatif dalam struktur
kognitifnya. Proses belajar berlangsung dalam tiga tahapan
yaitu:
Asimilasi
Akomodasi
Equilibrasi
76. ASIMILASI adalah penyesuaian
pengetahuan baru dari pengetahuan yang
ada.
AKOMODASI adalah mengubah
pemahaman yang ada, agar sesuai dengan
situasi baru.
EKUILIBRASI adalah proses memulihkan
keseimbangan antara pemahaman sekarang
dan pengalaman-pengalaman baru.
77. ASIMILASI (bersosialisasi)
AKOMODASI sudah tau sedikit tapi
salah dan terus diperbaiki dgn yang baru
(APAKAH)
EQUILIBRASI (gabungan asimilasi
dan akomodasi)
78. TEORI BELAJAR KOGNITIVISME
Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman (tidak selalu berbentuk perubahan
tingkah laku yang dapat diamati)
Setiap orang telah mempunyai pengetahuan/pengalaman dalam dirinya, yang tertata
dalam bentuk struktur kognitif. Proses belajar terjadi bila materi yang baru beradaptasi
dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki
Teori belajar yang berkembang berdasarkan teori ini ialah teori perkembangan Piaget,
teori kognitif Bruner, dan teori bermakna Asubel
Kritik :
1. Lebih dekat pada psikologi daripada teori belajar,
2. sukar diaplikasikan
3. Sukar dipraktekkan, karena tidak mungkin memahami
4. “struktur kognitif” yang ada dalam setiap mahasiswa
DCA B
Struktur kognitif mahasiswa
79. APLIKASI TEORI KOGNITIVISME: PIAGET
1) Menentukan tujuan instruksional (Pembelajaran)
2) Memilih materi pelajaran
3) Menentukan topik yang dapat dipelajari secara aktif
oleh mahasiswa (bimbingan minimum oleh dosen)
4) Merancang kegiatan belajar yang cocok untuk topik
yang akan dipelajari mahasiswa
5) Mempersiapkan berbagai pertanyaan yang memacu
kreativitas mahasiswa untuk berdiskusi atau bertanya
6) Mengevaluasi proses dan hasil belajar
81. 3. Tahapan Operasi Konkrit (7-11th)
Tahapan–tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget
1. Tahapan Sensori Motor (0-2th)
4. Tahapan Operasi Formal (11-15th)
2. Tahapan Pra – Operasional (2-7th)
82. 1. TAHAPAN SENSORI MOTOR (0-2TH)
Usia 2th pertama anak dapat sedikit memahami
lingkungannya dengan cara melihat, meraba atau
memegang, mengecap, mencium dan
menggerakan. Anak tersebut mengetahui bahwa
perilaku yang tertentu menimbulkan akibat
tertentu pula bagi dirinya.
83. Pada tahap ini telah mampu
menggunakan bahasa dalam
mengembangkan konsepnya,
walaupun masih sangat sederhana.
Tahapan Pra – operasinal (2-7th)
84. Tahapan Operasi Konkrit (7-11th)
Dalam tahap ini anak sudah
mengembangkan pikiran logis. Dalam
upaya memahami lingkungan sekitarnya
anak tidak terlalu menggantungkan diri
pada informasi yang datangnya dari
pancaindra.
85. Tahapan Operasional Formal (11-15th)
Pada tahap ini anak sudah mampu
berpikir abstrak yaitu berpikir
mengenai gagasan. Anak dengan
opersai formal ini sudah dapat
memikirkan beberapa alternatif
pemecahan suatu masalah.
86. “Teori Belajar Kognitif Ausubel”
Dalam teori ini, teori belajar dimaknai
sebagai belajar BERMAKNA. Pembelajaran
bermakna yaitu suatu proses mengkaitkan
informasi baru pada konsep–konsep relevan
yang terdapat dalam struktur kognitif
seseorang.
87. NO KOGNITIF FUNGSINYA
1 Pengetahuan Mengingat, menghafal
2 Pemahaman Menginterprestasikan
3 Aplikasi Menggunakan konsep untuk memecahkan masalah
4 Analisis Menjabarkan suatu konsep
5 Sintesis Menggabungkan bagian – bagian konsep menjadi
suatu konsep utuh
6 Evaluasi Membandingkan nilai – nilai, ide, metode
Pandangan Bloom dan Krathwohl terhadap belajar.
Tujuan belajar yang dikemukakannya dirangkum kedalam tiga kawasan
yang dikenal dengan sebutan taksonomi Bloom, sebagai berikut:
88. NO KOGNITIF FUNGSINYA
1 Peniruan Menirukan gerak
2 Penggunaan Menggunakan konsep untuk melakukan gerak
3 Ketepatan Melakukan gerak dengan benar
4 Perangkaian Melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar
5 Naturalisasi Melakukan gerak secara wajar
Domain Psikomotor, terdiri atas 5 tingkatan,
yaitu :
89. NO KOGNITIF FUNGSINYA
1 Pengenalan Ingin menerima,sadar akan adanya sesuatu
2 Merespon Aktif berpartisipasi
3 Penghargaan Menerima nilai – nilai, setia kepada nilai – nilai
tertentu
4 Pengorganisasian Menghubung – hubungkan nilai –
nilai yang dipercayai
5 Pengalaman Menjadikan nilai – nilai sebagai bagian dari
pola hidupnya
Domain Afektif, terdiri atas 5 tingkatan, yaitu:
92. ..
Teori ini percaya bahwa siswa mampu mencari
sendiri masalah, menyusun sendiri
pengetahuannya melalui kemampuan berpikir
dan tantangan yang dihadapinya,
menyelesaikan dan membuat konsep mengenai
keseluruhan pengalaman realistik dan teori
dalam satu pengetahuan utuh.
TEORI KONSTRUKTIVISTIK
93. KONSTRUKTIVISME adalah aliran filsafat
pengetahuan yang menekankan bahwa
pengetahuan yang kita miliki merupakan
hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri
Von Glaserfeld (dalam Battencourt, 1989; & Matthews,
1994)
94. Pancaindera
• Melihat
• Mendengar
• Menjamah
• Mencium
• Merasakan
Pengalaman
• Fisik
• Kognitif
• Mental
Objek
Lingkungan
Konstruksi
Pengetahuan
Baru
PROSES PEMBENTUKAN PENGETAHUAN
95. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsep masing-
masing individual mahasiswa.
Struktur konsep dapat membentuk pengetahuan, bila
konsep baru yang diterima dapat
dikaitkan/dihubungkan (proposisi) dengan pengalaman
yang dimiliki mahasiswa.
Dengan demikian, pengetahuan adalah apa yang ada
dalam pikiran setiap mahasiswa (Knowledge as residing
GAGASAN KONSTRUKTIVISME
tentang PENGETAHUAN
96. Prinsip belajar vs bukan prinsip mengajar
Berpusat pada mahasiswa vs bukan berpusat pada dosen
Variation of alternatives vs best/correct answer
Constructed/discovered vs given/ presented
Individuality & situational vs generality
CIRI UTAMA
KONSTRUKVISME DALAM PEMBELAJARAN
97. Proses belajar terjadi ketika skema pikir seseorang dalam
kesenjangan (disequilibrium) yang merangsang pemikiran
lebih lanjut
Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman seseorang dengan
dunia fisik dan lingkungannya
MAKNA BELAJAR
DALAM KONSTRUKTIVISME
98. 98
Kegiatan belajar adalah kegiatan
aktif mahasiswa untuk
menemukan dan membangun
sendiri pengetahuannya
Mahasiswa bertanggung jawab
terhadap hasil belajarnya
PERAN MAHASISWA dalam
PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME
99. Belajar bagi mahasiswa merupakan
pengembangan pemikiran dengan
membuat kerangka pengertian yang
berbeda
Belajar dilakukan lewat refleksi,
pemecahan masalah/konflik/kasus,
dan dialog
PERAN MAHASISWA dalam
PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME
100. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang
memungkinkan mahasiswa membangun sendiri
pengetahuannya berdasarkan pengalaman masing-
masing.
Pembelajaran adalah membantu mahasiswa berpikir
secara benar dengan membiarkannya berpikir
terlebih dahulu.
PANDANGAN KONSTRUKTIVISME
terhadap PEMBELAJARAN
101. PERAN DOSEN dalam
PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME
Menyediakan pengalaman belajar
Memberikan kegiatan yang merangsang keingintahuan
mahasiswa
Menyediakan sarana yang merangsang mahasiswa berpikir
secara produktif
Memonitor dan mengevaluasi hasil belajar mahasiswa
Dosen lebihbanyak berurusan dengan strategi
pembelajaran daripada memberi informasi
104. STRATEGI PEMBELAJARAN
KONSTRUKTIVISME
1. Belajar aktif,
2. Belajar mandiri,
3. Belajar kooperatif dan kolaboratif,
4. Generative learning,
5. Model pembelajaran kognitif:
problem based learning,
discovery learning,
cognitive strategies,
project based learning
(Student-Centered Learning Strategies)
105. 1. Belajar Aktif
Menerapkan prinsip Learning by doing (mahasiswa terlibat
dalam proses belajar secara spontan)
Tujuan : menuju belajar mandiri
Tugas dosen/fasilitator : memotivasi
Pengelolaan: klasikal, kelompok, individual, berpasangan,
penugasan
Teknik-teknik: refleksi, diskusi,merangkum
STRATEGI PEMBELAJARAN
106. 2. Belajar Mandiri
Belajar otonom, berdasarkan rancangan kuliah yang
disusun secara kolaboratif, belajar yang tidak bergantung
pada faktor: dosen, kelas, dan teman.
Dosen berperan sebagai konsultan dan fasilitator
107. 3. BELAJAR KOOPERATIF & KOLABORATIF
BEKERJA
SAMA
BERSEDIA
MEMBANTU
PERTUKARAN IDE,
ARGUMENTASI, DAN
REFLEKSI
108. Bentuk BELAJAR KOLABORATIF KOOPERATIF
1. Penyajian
Dosen
2. Diskusi
Kelompok
4. Penguatan
Dosen
3. Test /
Kuis
109. Bentuk BELAJAR KOLABORATIF KOOPERATIF
2. Diskusi
Kelompok Ahli
(Homogen)
5. Penguatan
Dosen
4. Test / Kuis
1. Membaca
Bahan Ajar
3. Diskusi Kelompok
(Heterogen)
110. Bentuk BELAJAR KOLABORATIF KOOPERATIF
2. Diskusi
Kelompok
5. Penguatan
Dosen
4. Test / Kuis
1. Identifikasi
Masalah
3. Presentasi Kelompok
(turnamen)
111. Bahwa belajar bergantung pada pengalaman dan
minat siswa sendiri dan topik dalam Kurikulum
harus saling terintegrasi bukan terpisah atau tidak
mempunyai kaitan satu sama lain. Belajar harus
bersifat aktif, langsung terlibat, berpusat pada Siswa
(SCL= Student Centered Learning) dalam konteks
pengalaman sosial.
TOKOH DALAM TEORI KONSTRUKTIVISME
1. JOHN DEWEY
112. Bahwa pengetahuan yang diperoleh seorang anak
merupakan hasil dari konstruksi pengetahuan awal yang
telah dimiliki dengan pengetahuan yang baru
diperolehnya melalui 2 cara yaitu:
1. ASIMILASI yaitu integrasi konsep yang merupakan
tambahan atau penyempurnaan dari konsep awal yang
dimiliki.
2. AKOMODASI terbentuknya konsep baru pada anak
karena konsep awal tidak sesuai dengan pengalaman
baru yang diperolehnya.
2. JEAN PIAGET
113. Ada dua konsep penting dalam teori Vygotsky yaitu
a.Zone of Proximal Development (ZPD)
kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang
dewasa atau melalui kerjasama dengan teman sejawat yang
lebih mampu
b.Scaffolding
pemberian sejumlah bantuan kepada siswa selama tahap-
tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan
memberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung
jawab yang semakin besar setelah ia dapat melakukannya
3. LEV VYGOTSKY
114. PRINSIP-PRINSIP KONSTRUKTIVISME
1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri
2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke
murid
3. Murid aktif megkontruksi secara terus menerus,
sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah
4. Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan
situasi agar proses kontruksi berjalan lancar.
115. a. Tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah
menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir
untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi,
b. Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang
memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh
peserta didik. Selain itu, latihan memecahkan masalah seringkali
dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam
kehidupan sehari-hari
c. Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar
yang sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator,
fasilitor, dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk
terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.
IMPLIKASI TEORI KONSTRUKTIVISTIK
116. (1) Siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki
tujuan,
(2) Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan
siswa,
(3) Pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan
dikonstruksi secara personal,
(4) Pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan,
(5) Kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat
pembelajaran, materi, dan sumber.
Karakteristik pembelajaran Konstruktivisme
Menurut Driver dan Bell:
117. No Metode Komunikasi Lebih Aktif Tujuan Materi Hasil
1 Ceramah Satu Arah Guru Mengetahui Baru Atau Fakta Hanya Tau
2 Tanggung Jawab Dua Arah Guru-siswa Paham Siswa Sudah
Punya Bekal
Mengembangkan
Pengetahuan Dan Sikap
3 Diskusi Muti Arah Guru-siswa
Siswa-Siswa
Kreatif Mengandung
Masalah
Obyektif dan Luas
4 Demontrasi Satu Arah Guru-Siswa Memperjelas 1. Hal Yang Baru
2. Proses
Lebih Jelas dan Lebih
Lengkap
5 Eksprimen Multi Arah Guru-siswa Menemukan Hal Yang
Baru
Belum Diketahui Obyektif
6 Latihan Multi Arah Guru dan
Siswa
Terampil Sudah Diketaui Terampil
7 Widyawisata Multi Arah Siswa dan
Guru
Mendapatkan
Pengalaman Lansung
Terkaitan
Lingkungan
Pengalaman Riil Dan
Nyata
8 Kerja Kelompok Muti Arah Siswa-Guru Belajar Bersama Segala Materi Kerjasama Dan
Pengalaman Obyektif
9 Tugas Dua arah Guru dan
Siswa
Supaya siswa aktif Hal yang perlu
dikerjakan
Siswa aktif dan belajar
mandiri
118. Metodologi:
Pengkajian metodologi pengajaran bahasa bersumber
dari;
(a) pemberian bahasa yang dihasilkan oleh linguistik umum;
(b) teori pembelajaran yang dikaji oleh psikologi;
(c) teori pembelajaran bahasa yang disumbangkan oleh
psikolinguistik; dan
(d) teori pemakaian bahasa dalam masyarakat yang diambil
dari sosiolinguistik.
119. Richards, dkk. (1985:177):
Memberikan batasan mengenai metodologi pengajaran bahasa
sebagai kajian praktik dan prosedur yang digunakan dalam
pengajaran, dan prinsip-prinsip dan keyakinan yang
melandasinya. Metodologi meliputi:
• Kajian tentang hakikat keterampilan berbahasa (yaitu listening,
speaking, reading dan writing) dan prosedur pengajarannya
• Kajian tentang penyiapan rencana pembelajaran, materi ajar,
buku teks untuk pengajaran keterampilan berbahasa;
• Evaluasi dan perbandingan metode pengajaran bahasa (misalnya
Audiolingual method)
120. Richards, dkk. (1985:177):
• Metode dalam pengajaran bahasa menurut Richards, dkk.
(1985) adalah cara mengajarkan suatu bahasa yang didasarkan
kepada prinsip dan prosedur yang sistematis, yakni penerapan
pandangan tentang cara bahasa diajarkan dan dipelajari.
• Metode pengajaran bahasa yang berbeda seperti Direct
method, audio-lingual method, grammar translation method,
the silent way dan communicative approach merupakan hasil
dari pandangan yang berbeda tentang; (a) hakikat bahasa; (b)
hakikat belajar bahasa; (c) tujuan pengajaran; (d) jenis silabus
yang digunakan; (e) peran guru, pelajar, dan materi
pembelajaran; dan (f) teknik dan prosedur yang digunakan.
121. Hakikat Bahasa
•Hakikat bahasa dalam kaitannya dengan pengajaran
bahasa menurut aliran linguistik strukturalisme
adalah:
1. Language is speech, not writing¸
2. A language is what its native speakers say, not
what someone thinks they ought to say;
3. Languages are different;
4. A language is a set of habit.
122. Beberapa pandangan tentang hakikat bahasa :
• Bahasa bersifat lisan yang telah tertata dalam sistem
simbol pandang dan dengar.
• Anak belajar menggunakan simbol ini secara kumulatif,
pertama dalam mendengar (menyimak) dan berbicara,
kemudian membaca dan menulis.
• Oleh karena itu, program pembelajaran bahasa mulai
dengan kegiatan komunikasi lisan.
• Setelah anak menguasai keterampilan dalam aspek
mendengar dan berbicara, barulah instruktur memulai
kegiatan komunikasi tertulis.
123. Bahasa mencerminkan lingkungan sosial
tempat yang ditinggali anak, baik dari segi
linguistik maupun tingkatan budaya serta
pengaruh berbagai macam dialek dan
geografis.
Oleh karena itu, pembelajaran disesuaikan
dengan kebutuhan pribadi, sosial, dan
komunikasi siswa, serta mempertimbangkan
pengaruh regional terhadap wicara,
dan penggunaan.
124. Bahasa mengalami proses perubahan yang tetap,
seperti pembentukan kata baru untuk memenuhi
tuntutan komunikasi, tekanan sosial yang
mengakibatkan perubahan terhadap
keberterimaan item pemakaian khusus dan
konstruksi bahasa.
Oleh karena itu, bahasa diajarkan untuk
mencerminkan penggunaan dan struktur
kontemporer; alfabet, tulisan, kata dan ejaannya
digunakan untuk merangsang minat siswa
bahasa.
125. Setiap bahasa memiliki struktur sendiri.
Hubungan antara kata, urutan kata, pola kalimat
dipelajari melalui pengalaman praktis dan kajian
khusus.
Oleh karena itu, program pembelajaran harus
mencakup pembelajaran penggunaan bahasa dan
struktur bahasa baku melalui pengalaman dalam
percakapan, diskusi, laporan, wawancara, dan
karangan.
Pembelajaran itu meliputi konstruksi kalimat dan
paragraf, dan secara bertahap memperkenalkan
prinsip dan terminologi tata bahasa.
126. Penggunaan Bahasa
Bahasa merupakan suatu bentuk perilaku, perlambang
konsep diri dan sikap sosial seseorang yang
menyimbolkan pikiran, keinginan, dan kepercayaannya.
Kemampuan mempelajari bahasa sangat erat kaitannya
dengan pertumbuhan pribadi dan perkembangan
pemahaman dasar manusia.
Oleh karena itu, program pembelajaran bahasa
menekankan penciptaan iklim yang hangat dan
bersahabat yang mendorong setiap siswa berpartisipasi
dalam kegiatan berbahasa lisan dan tulisan.
127. Bahasa merupakan alat berpikir yang
membantu siswa berasionalisasi dan
tumbuh melalui pengalaman mereka.
Oleh karena itu, kegiatan berbahasa
dikembangkan untuk membantu setiap
siswa melihat hubungan, membuat
klasifikasi, menarik kesimpulan,
menanggung resiko penebakan,
memprakirakan hasil, merumuskan
128. Bahasa merupakan media pengembangan dan
pertukaran gagasan.
Pengalaman itu harus mendorong interaksi
antara siswa dan orang lain, yang tentunya
menekankan tujuan komunikasi, penataan
gagasan yang logis, dan kesensitifan terhadap
reaksi pendengar atau pembaca.
Bahasa merupakan alat kekuasaan dan kekuatan
sosial yang mempengaruhi kepercayaan, sikap,
dan tingkah laku.
129. Bahasa merupakan alat kekuasaan dan
kekuatan sosial yang mempengaruhi
kepercayaan, sikap, dan tingkah laku.
Oleh karena itu, siswa diajarkan
pentingnya tanggung jawab sosial dan
integritas pribadi dalam penggunaan
bahasa.
130. Bahasa dalam bentuk tertulis merupakan catatan
pikiran manusia sepanjang zaman yang dapat
memperkenalkan setiap anak kepada karya-karya
sastra sehingga dapat menumbuhkan apresiasi
keindahan bahasa sebagai media komunikasi.
Oleh karena itu, program pengajaran bahasa
melengkapi siswa dengan pengalaman dalam
prosa dan puisi untuk menumbuhkembangkan
pemahamannya terhadap masalah manusia dan
seperangkat nilai pribadi.
131. BEBERAPA METODE PENGAJARAN BAHASA
1. Grammar Translation method (Metode Terjemahan Tata bahasa)
2. Direct Method (Metode Langsung)
3. Reading Method (Metode Membaca)
4. Audiolingual method (Medote audiolingual)
5. Community Language Learning (CLL)
6. Cognitive Approach (Pendekatan Kognitif)
7. Total Physical Response (Respons Fisik Total)
8. The Silent Way (Metode Diam)
9. Functional-Notional Approach
10. Communicative Approach (Pendekatan Komunikatif)
133. Pengertian motivasi
Perkataan MOTIVASI adalah berasal daripada perkataan Bahasa
Inggeris - "MOTIVATION". Perkataan asalnya ialah "MOTIVE" yang juga
telah dipinjam oleh Bahasa Melayu / Bahasa Malaysia kepada MOTIF,
yakni bermaksud TUJUAN. Di dalam surat khabar, kerap pemberita
menulis ayat "motif pembunuhan". Perkataan motif di sini boleh kita
fahami sebagai sebab atau tujuan yang mendorong sesuatu
pembunuhan itu dilakukan.
134. KASUS
1. Beberapa siswa tetap bersemangat mengikuti pelajaran,
sementara yang lain ingin pelajaran segera berakhir
2. Sebagian siswa bekerja keras mengerjakan tugas,
sementara yang lainnya asyik bermain
3. Terdapat siswa tidak puas dengan nilai B sementara yang
lainnya cukup puas dengan nilai C
135. Apa yang dimaksud motivasi belajar ?
Motivasi belajar merupakan proses internal
yang mengaktifkan, membimbing, dan
mempertahankan perilaku belajar dalam rentang
waktu tertentu
Motivasi belajar adalah kekuatan yang
mendorong seseorang untuk melakukan
aktivitas belajar
136. Motivasi :
Apa yang ..............?
membuat orang berbuat
membuat orang tetap berbuat
menetukan arah perbuatan
137. APA URGENSI MOTIVASI BAGI
KEPENTINGAN BELAJAR ?
1. Motivasi menentukan arah tindakan seseorang
dalam belajar ( analogi seperti kemudi mobil)
2. Motivasi menentukan intensitas/kadar tindakan
seseorang dalam belajar ( analogi seperti mesin
mobil)
138. Jenis motivasi meliputi apa saja ?
1. Dari segi sifat
a) Motivasi dasar ( dorongan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup
manusia yang bersifat biologis/jasmaniah)
b) Motivasi sosial ( dorongan untuk memenuhi kebutuhan sosial
manusia )
c) Motivasi religius ( dorongan untuk memenuhi kebutuhan religi )
139. 2. Dari segi sumber
a) Motivasi internal, berfungsinya motivasi karena bersumber dari dalam
diri individu
b) Motivasi eksternal, berfungsinya motivasi karena bersumber dari luar
diri individu
140. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
motivasi belajar ?
1. Faktor internal
a. kepribadian siswa
b. kemampuan
2. Faktor eksternal
a. karakteristik tugas
b. insentif
c. perilaku guru
d. setting pembelajaran
141. APA TUGAS GURU TERKAIT DENGAN MOTIVASI BELAJAR?
MEMBANGKITKAN
MENGEMBANGKAN
MEMELIHARA
MENINGKATKAN
MOTIVASI BELAJAR
SISWA
142. BAGAIMANA CARANYA ?
1. Mengemukakan arti pentingnya hal yang dipelajari
2. Mengkaitkan materi dengan latar belakang kehidupan siswa
3. Menimbulkan perasaan ingin tahu (penasaran)
4. penggunaan multi metode/media
5. mengemukakan tujuan ( jelas, penting,memungkinkan untuk
dicapai)
146. B. Rasional
1. Aktivitas dalam diri pelajar merupakan salah satu unsur dari hakekat belajar
2. Ragam pengalaman memperkuat efektivitas belajar
3. Keterlibatan dalam persoalan yang dipelajari merupakan sumber motivasi
belajar siswa
4. Mengkonkritkan konsep abstrak sehingga mempermudah untuk dipelajari
5. Hasil belajar optimal memerlukan pengalaman langsung dan motivasi internal
147. C. CIRI–CIRI
1. Pembelajaran lebih berpusat pada siswa
2. Guru berperan sebagai pembimbing dalam mewujudkan terjadinya
pengalaman belajar siswa
3. Guru aktif melakukan tindakan pembelajaran
4. Siswa aktif melakukan tindakan belajar
148. D. Idikator Kadar CBSA ( Mc. Keachie)
1. Keterlibatan siswa dalam menentukan tujuan belajar – pembelajaran
2. Kadar afektif dalam belajar –pembelajaran
3. Partisipasi siswa dalam belajar – pembelajaran
4. Kohesivitas kelas
5. Perbuatan siswa yang salah/kurang relevan
6. Keterlibatan siswa dalam pengambilan keputusan
7. Jumlah waktu yang digunakan untuk menanggulangi masalah siswa
149. E. Saran
AKTIFITAS NON PRODUKTIF
1. Menulis
2. Membaca
3. Mengamati grafik
AKTIFITAS PRODUKTIF
1. Membuat laporan
2. Meringkas
3. Menafsirkan
grafik
HINDARI PENGGUNAAN GUNAKAN
150. Pendekatan Ketrampilan Proses (PKP)
1. Arti Ketrampilan proses
Yang dimaksud ketrampilan proses adalah
ketrampilan proses kerja ilmiah yang diperlukan
siswa untuk mengelola hasil belajarnya
151. Lanjutan PKP
2. Macam Ketrampilan Proses
a. Ketrampilan dasar
b. ketrampilan lanjut (integratif)
152. KETRAMPILAN PROSES DASAR
1) Mengamati (melihat, mendengar, meraba,
membau,mencecap)
2) mengklasifikasi (mengelompokkan,
mengkontraskan, mencari : persamaan,
perbedaan )
3) Mengenterpretasikan ( menaksir,
menyimpulkan)
153. Lanjutan ketrampilan proses dasar
4) Memprediksi ( emperkirakan kecenderungan)
5) menerapkan ( menggunakan ....)
6) mengkomunikasikan ( mempresentasikan,
melaporkan, memperagakan, mendiskusikan)
154. KETRAMPILAN PROSES LANJUT
(Ketrampilan melakukan penelitian)
1) mencari, menemukan, mengidentifikasi masalah, merumuskan
masalah
2) mengidentifikasi variabel
3) merumuskan hipotesis
4) membuat instrumen
5) pengumpulan data
6) menganalisa data
7) menyimpulkan
156. SKEMA PKP DALAM PEMBELAJARAN
OUT PUT
PENGETAHUAN
SIKAP, NILAI,
KETRAMPILAN
KETRAMPILAN
PROSES KERJA
ILMIAH
PROSESINPUT
MELAKUKAN
PROSES KERJA
ILMIAH
157. RASIONAL
1. IPTEK berkembang pesat, siswa tidak cukup hanya mengandalkan
apa yang diberikan di sekolah, siswa perlu belajar diluar sekolah.
Oleh karenanya pembelajaran disekolah harus mengembangkan
kemauan dan kemampuan untuk belajar. Siswa tidak hanya bersifat
konsumtif tetapi juga produktif dalam bidang IPTEK
158. Lanjutan rasional
2. Kebenaran ilmu pengetahuan bersifat relatif, oleh
karenanya perlu senantiasa untuk dipertanyaakan
dan diperbaharui
3. Hasil belajar optimal memelukan pengalaman
langsung dan motivasi internal
159. CIRI – CIRI PKP
1. Pembelajaran tidak hanya berorientasi pada hasil tetapi juga
berorientasi pada proses (keterlibatan siswa dalam proses kerja
ilmiah)
2. Menampakkan aktivitas siswa dalam bentuk ketrampilan kerja
ilmiah
3. Materi pembelajaran berupa “bahan mentah” untuk selanjutnya
diproses dalam pembelajaran
160. PENDEKATAN “LIFE SKILL”
1. Arti “life skill”
Yang dimaksud life skill adalah kecakapan siswa dalam
menghadapi persoalan hidup secara wajar tanpa tertekan, dan
secara proaktif dan kreatif dapat mencari dan menemukan
solusinya
161. Macam Life Skills
Life Skills
General Life Skills
Specific Life Skills
Personal Skills
Social Skills
Academic Skills
Vocational Skills
Self Awareness
Thinking Skills
167. Life Skills dalam Jenjang Pendidikan
ACADEMIC
LIFE SKILLS
VOCATIONAL
LIFE SKILLS
SMU
SMK
TK/SD/SMP
GENERAL
LIFE SKILLS
168. Contoh pengintegrasian komponen life skills dalam
silabus
Standar kompetensi :
siswa mampu menulis berbagai jenis
wacana, surat, dan isi ringkas suatu
bacaan
169. Kompetensi dasar :
Siswa mampu:
menggunakan EYD
menggunakan kalimat efektif
membuat berbagai surat resmi
Lanjutan contoh pengintegrasian komponen life skills dalam silabus
170. Materi Pokok :
macam dan karakteristik surat :
surat undangan
surat penawaran
surat perijinan
surat permohonan
Lanjutan contoh pengintegrasian komponen life skills dalam silabus
171. Pengalaman belajar :
1. Masing-masing siswa mengumpulkan
sedikitnya 4 macam surat
ketrampilan :
menggali informasi, sadar akan eksistensi diri,
dan sadar akan potensi diri
Lanjutan contoh pengintegrasian komponen life skills dalam silabus
172. 2. siswa berdiskusi kelompok untuk menentukan
karakteristik setiap macam surat
Ketrampilan :
mengolah informasi, bekerjasama,
berkomunikasi lisan, berkomunikasi tulis,
mengambil keputusan
Lanjutan contoh pengintegrasian komponen life skills dalam silabus
173. 3. siswa presentasi hasil diskusi kelompok
ketrampilan :
berkomunikasi lisan
Lanjutan contoh pengintegrasian komponen life skills dalam silabus
174. 4. Siswa menyimpulkan tentang karakteristik setiap macam surat
ketrampilan :
mengambil keputusan
Lanjutan contoh pengintegrasian komponen life skills dalam silabus
175. 5. Masing-masing siswa mempraktekkan membuat
salah satu macam surat
Ketrampilan :
Komunikasi lisan, kesadaran akan eksistensi diri,
kesadaran akan potensi diri
Lanjutan contoh pengintegrasian komponen life skills dalam silabus
177. 1. ARTI KESULITAN BELAJAR
Kesulitan belajar adalah suatu kondisi yang ditandai
oleh adanya hambatan-hambatan dalam mencapai
tujuan belajar; baik yang disadari, tidak disadari,
bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosiologis.
178. 2. CIRI-CIRI KESULITAN BELAJAR
1. hasil belajar dibawah “passing grade”
2. hasil belajar dibawah potensi yang dimilikinya
3. hasil belajar tidak sebanding dengan usahanya
4. lambat dalam melakukan tugas belajar
179. Lanjutan ciri-ciri kesulitan belajar
5. menunjukkan sikap yang kurang/tidak wajar (misalnya : acuh tak
acuh, menentang, berpura-pura )
6. Menunjukkan prilaku yang kurang/tidak wajar ( misalnya :
membolos, sering datang terlambat, tidak mengerjakan tugas
7. Menunjukkan gejala emosional yang tidak/kurang wajar ( misalnya
: mudah marah, mudah tersinggung, murung )
180. 3. LATAR BELAKANG KESULITAN BELAJAR
a. Faktor intern
1) Kelemahan fisik
a) Kurang berfungsinya panca indera
b) Sakit
c) Cacat tubuh/pertumbuhan yang kurang
sempurna
181. Lanjutan latar belakang kesulitan belajar
2) Kelemahan mental baik bawaan maupun
pengalaman (misal : IQ rendah, gangguan mental)
3) Kelemahan emosional (misalnya : immaturity,
pobia)
4) Kebiasaan dan sikap yang salah ( misalnya bamyak
melakukan tindakan yang tidak relefan, sering
bolos, sering tidak masuk)
5) Tidak memiliki pengetahuan dan ketrampilan dasar yang
diperlukan
182. Lanjutan latar belakang kesulitan belajar
b. Faktor eksternal
1) kurikulum yang tidak sesuai dengan karakteristik siswa
2) kelemahan dalam sistem instruksional
3) terlampau berat beban belajar
4) sering pindah sekolah
5) kelemahan dalam lingkungan keluarga
6) terlampau banyak kegiatan di luar kelas
183. PENDEKATAN THD KESULITAN BELAJAR
Kesulitan belajar bukan hanya masalah instruksional-
paedagogis tetapi juga masalah psikologis, karena
kesulitan belajar berakar dari aspek psikologis terutama
gangguan kepribadian dan penyesuaian diri oleh
karena itu bantuan yang diberikan disamping bersifat
instruksional-paedagogis juga diperlukan bantuan
psikologis yang bersifat terapiutik.
184. TEKNIK PENGUNGKAPAN KESULITAN BELAJAR
1. Observasi
2. Tes hasil belajar
3. Tes diagnostik
4. Tes bakat/minat
5. Angket/kuesioner
185. UPAYA PENANGANAN KESULITAN BELAJAR
1. Penanganan secara instruksional paedagogis
a. pembelajaran ulang
b. program pengayaan
c. pembelajaran individual
d. penyediaan pelajaran pilihan
2. Penangan secara psikologis melalui layanan BP yang
bersifat terapiutik
187. A. Pengertian Kurikulum
1. Secara etimologis
a. kurikulum berasal dari kata “curere” (bhs. Latin)
yang berarti jarak yang harus ditempuh oleh pelari
b. kurikulum berasal dari kata “chariot” (bhs. Yunani)
yang berarti kereta pacu yang membawa
seseorang dari “start” sampai “finish”
188. Lanjutan pengertian kurikulum
2. Secara terminologis
a. Kurikulum dalam arti sempit
kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang
harus ditempuh untuk mencapai program/tingkat
pendidikan tertentu
* kurikulum dalam arti sempit memunculkan istilah
kegiatan kurikuler, ko-kurikuler, dan
ekstra kurikuler
189. Lanjutan pengertian
kurikulum
b. kurikulum dalam arti luas
kurikulum adalah seperangkat pengalaman yang diperlukan
untuk mencapai suatu tujuan pendidikan tertentu
* Menurut UU No 20 Th 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu.
190. B. KOMPONEN KURIKULUM
1. Tujuan
Tujuan sebagai komponen dari kurikulum berupa kemampuan/kompetensi
yang diharapkan dikuasai siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran
* kejelasan rumusan tujuan penting karena digunakan sebagai dasar dalam
menentukan materi, bentuk kegiatan, sarana, organisasi, dan evaluasi
191. Lanjutan komponen
kurikulum
2. Komponen isi/materi
isi/materi berupa bahan yang harus diajarkan oleh guru/ dipelajari
oleh siswa
*Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah terkait dengan:
a. kedudukan : umum, akademik, profesi/vokasi
b. sifat materi : kognitif, afektif, psikomotorik
c. urutan : mudah-sukar, kronologis, deduktif –
induktif
d. sumber materi : benda, tempat, orang, barang
cetakan
192. Lanjutan komponen kurikulum
3. Komponen strategi
Komponen strategi berupa bentuk kegiatan/ pe
ngalaman yang diperlukan ( tanya jawab,
diskusi, eksperimen, observasi, simulasi dll.)
4. Komponen organisasi
Komponen organisasi berupa model penyusunan
dan penyajian isi/materi
193. Lanjutan komponen kurikulum
a. Terpisah (subject centered curiculum)
materi disusun dan disampaikan dalam bentuk mata pelajaran-
mata pelajaran yang terpisah antara satu dengan yang lain
b. Gabungan (broad field curiculum)
materi disusun dan disampaikan dalam bentuk bidang studi yang
merupakan gabungan dari materi yang serumpun/sejenis
194. Lanjutan komponen kurikulum
c. Terpadu (integrated curiculum)
materi disusun dan disampaikan dalam bentuk
kegiatan yang bersifat “wholistik”
4. Komponen evaluasi
Komponen evaluasi berupa kegiatan mengetahui
proses dan hasil pembelajaran yang menyangkut :
efektifitas, efisiensi, relevansi, dan produktifitas
195. C. ASAS KURIKULUM
1. asas filosofis
2. asas sosio-kultural-religius
3. asas psikologis
4. asas perkembangan IPTEK
196. D. PRINSIP KURIKULUM
1. Prinsip relefansi
kesesuaian antara kurikulum dengan:
dunia kerja, perkembangan masyarakat, lingkungan
kehidupan siswa, serta kesesuaian antara tujuan – isi–
pengalaman - evaluasi
197. Lanjutan prinsip kurikulum
2. Prinsip efektifitas
kesesuaian antara hasil yang dicapai dengan
targetnya.
dalam rangka mencapai efektifitas dapat dilakukan
dengan :
penataran, pemilihan dan penggunaan
media yang tepat.
198. Lanjutan komponen kurikulum
3. Prinsip efisiensi
kesesuaian antara hasil yang dicapai dengan
tenaga, biaya, waktu yang digunakan
4. Prinsip kesinambungan
kesinambungan antar tingkat pendidikan (vertikal), antar materi
(horisontal)
199. Lanjutan komponen kurikulum
5. Prinsip fleksibelitas
memungkinkan untuk dapat disesuaikan dengan sikon
pada saat pelaksanaannya
200. E. TUGAS GURU DALAM BIDANG KURIKULUM
1. Merencanakan kegiatan belajar-
pembelajaran ( tujuan – materi –
pengalaman/strategi – evaluasi)
2. Melaksanakan kegiatan belajar - pembelajaran
3. Melakukan evaluasi kegiatan belajar -
pembelajaran