SlideShare a Scribd company logo
9876543210
WAWAN GUNAWAN, S.PD, M.PD
1. Potensi manusia bersifat laten dan
terbuka
2. Pertumbuhan dan perkembangan
manusia lebih banyak terjadi secara
NON instingtif/alamiah
Perjalanan hidup kita….
Apakah kegiatan ini termasuk belajar?
 Andi tadinya tidak dapat berbahasa Inggris sekarang mahir berbahasa
Inggris.
 Bayi yang tadinya tidak dapat tengkurep lalu dapat tengkurep
 Doni secara kebetulan dapat memperbaiki barang elektronik tetapi ketika
harus mengerjakan hal yang sama dalam waktu yang berbeda menemui
kesulitan.
1. Dari segi proses
a. adanya aktivitas ( fisik, mental, emosional )
b. melibatkan unsur lingkungan
c. bertujuan kearah terjadinya
perubahan tingkah laku
(behavioral changes)
2. Dari segi hasil
a. bersifat relatif tetap
b. diperoleh melalui usaha
HAKIKAT BELAJAR
•Gagne (1977): Belajar sebagai suatu proses perubahan
tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan
manusia seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan
kemampuannya yakni peningkatan kemampuan untuk
melakukan berbagai jenis performance (kinerja).
•Sunaryo (1989): Belajar adalah suatu kegiatan dimana
seseorang membuat atau menghasilkan suatu perubahan
tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan,
sikap dan ketrampilan.
Faktor Pendukung Proses Belajar Dan
Pembelajaran
Faktor Belajar
Siswa
Luar
Dalam
Lingkungan Alam
Sosial Budaya
Instrumen
Kurikulum
Program
Sarana
Guru
Fisiologis
Psikologi
Fisologis Umum
Panca Indera
Minat
Kecerdasan
Minat
Motivasi
Kognitif
BELAJAR BAGI MANUSIA
HOMEOSTATIK
(MEMENUHI KEBUTUHAN)
PERBUATAN NALURIAH PERBUATAN BELAJAR
POTENSI DASAR DORONGAN HIDUPLAHIR
MERUPAKAN SALAH SATU CARA MANUSIA MEMPERTAHANKAN DAN MENGEMBANGKAN HIDUP
KITA BELAJAR MELALUI
Apa yang kita lihat
Apa yang kita dengar
Apa yang kita kecap
Apa yang kita sentuh
Apa yang kita baui
Apa yang kita lakukan
Apa yang kita bayangkan
Apa yang kita intuisikan
Apa yang kita rasakan
… Shift ….
InstructorInstructor
StudentStudent StudentStudent
Student Student
InstructorInstructor LibraryLibrary
Company BasedCompany Based
Learning CommunitiesLearning Communities
Move From …Move From …
InstructorInstructor--CentricCentric
To …To …
PerformerPerformer--CentricCentric
ClassClass
Other SchoolsOther Schools
& Organizations& Organizations
InternetInternet
Knowledge PortalKnowledge Portal
PERFORMERPERFORMER
ExpertsExperts
Knowledge
Environment
KnowledgeKnowledge
EnvironmentEnvironment
REVOLUSI PROSES BELAJAR
Upaya sadar mendapatkan sesuatu yang baru untuk
mempertahankan/mengembangkan hidup
GAMBAR
ANAK LAGI
BELAJAR
IPTEKS IMTAQIPTEKS IMTAQ
Interaksi guru-siswa dalam kegiatan memotivasi dan memfasilitasi siswa untuk belajar
PEMBELAJARAN
1. Apa yang dimaksud dengan
pembelajaran ?
Pembelajaran adalah penyediaan
sistem lingkungan yang mengakibatkan
terjadinya proses belajar pada diri siswa
Bagaimana ciri-ciri pembelajaran ?
1. Adanya unsur guru
2. Adanya unsur siswa
3. Adanya aktivitas guru dan siswa
4. Adanya interaksi antar guru–siswa
5. Bertujuan kearah perubahan tingkah laku siswa
6. Proses dan hasilnya terencana/terprogram
Mengapa perlu pembelajaran ?
1. Peristiwa belajar tidak selalu terjadi atas inisiatif diri individu
2. Individu memerlukan bantuan untuk mengembangkan potensi
yang ada pada dirinya
3. Perlunya lingkungan yang kondusif guna mencapai
perkembangan individu secara optimal
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses
dan hasil belajar-pembelajaran ?
1. Guru
2. Siswa
3. tujuan
4. Materi
5.Instrumental
6. lingkungan
FAKTOR GURU
1. Kondisi fisik
a. kondisi kesehatan fisik secara umum
b. kondisi fungsi inderawi
2. Kondisi psikis
a. suasana kejiwaan
b. kompetensi paedagogis, kepribadian, sosial,
profesional)
FAKTOR SISWA
1. Kondisi Fisik
a. kondisi kesehatan fisik secara umum
b. kondisi fungsi inderawi
2. Kondisi Psikis
bakat, minat, kemampuan,
motivasi, situasi kejiwaan
FAKTOR TUJUAN
1. Kejelasan
2. Urgensi
3. Tingkat kesulitan
4. Kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa
FAKTOR MATERI
1. Kejelasan
2. Kemenarikan
3. Sistematika
4. Jenis materi
FAKTOR INSTRUMEN
1. Kelengkapan
2. Kuantitas
3. Kualitas
4. Kesesuaian
FAKTOR LINGKUNGAN
1. Lingkungan fisik
Suhu dan kelembapan udara
2. Lingkungan sosial
a. manusia
b. representasi manusia
Apa yang dimaksud dengan tujuan belajar -
pembelajaran ?
Tujuan belajar-pembelajaran merupakan
perilaku yang diharapkan dapat dicapai siswa
sehubungan dengan aktivitas belajar–
pembelajaran dilakukan
Apa urgensi penetapkan dan perumusan
tujuan belajar-pembelajaran ?
Penetapan dan perumusan tujuan belajar -
pembelajaran sangat penting, karena sebagai dasar
dalam:
1. Menyusun alat/instrumen evaluasi
2. Menentukan materi yang diperlukan
3. Memilih dan menentukan sarana (alat pelajaran, alat
peraga, media) yang diperlukan
4. Memilih dan menetukan metode belajar–pembelajaran
yang diperlukan
Jenis tujuan dalam belajar pembelajaran
meliputi apa saja ?
1. Tujuan kurikuler (standart kompetensi)
Menggambarkan perilaku internal dalam lingkup yang luas
2. Tujuan pembelajaran umum (kompetensi dasar)
Menggambarkan perilaku internal dalam lingkup yang
relatif terbatas
3. Tujuan pembelajaran khusus (indikator)
Menggambarkan perilaku eksternal dalam lingkup yang
spesifik
Jenis-jenis perilaku yang menjadi dasar dalam penentuan
dan perumusan tujuan belajar-pembelajaran meliputi apa
saja ?
1.Perilaku Ranah Kognitif
2.Perilaku Ranah Afektif
3.Perilaku Ranah Psikomotor
Jenis perilaku yang berkaitan dengan
kemampuan mengingat dan berfikir
(memecahkan masalah)
PERILAKU RANAH
KOGNITIF
1. Pengetahuan (kemampuan mengingat dan mengenal suatu obyek)
Perilaku internal: mengetahui ...........
Perilaku eksternal a.l : menyebutkan, menunjukkan, mengidentifikasi
2. Pemahaman (kemampuan menangkap makna suatu obyek)
Perilaku internal a.l : memahami .........., menginterpretasikan
Perilaku eksternal a.l : menjelaskan, menerangkan, memberi contoh
3. Penerapan (kemampuan menerapkan dalam situasi yang baru/konkrit)
Perilaku internal a.l : menggunakan..,membuat…..,
Perilaku eksternal a.l : mendemonstrasikan, menghitung, membuktikan
4. Analisis (kemampuan menguraikan suatu kesatuan kedalam bagian-bagian)
Perilaku internal a.l : menganalisis, merinci
Perilaku eksternal a.l : membandingkan, membagi, memilih
5. Sintesis (kemampuan mengintegrasikan bagian-bagian ke dalam satu kesatuan)
Perilaku internal a. l : menyususun..,Menghasilkan
Perilaku eksternal a. l : merangkaikan, menyimpulkan
6. Evaluasi (kemampuan melakukan penilaian terhadap suatu obyek tertentu)
Perilaku internal a.l : mempertimbangkan, menilai
Perilaku eksternal a. l : membedakan, mengkritik
Jenis perilaku yang berkaitan dg nilai, norma,
sikap, perasaan, kemauan
PERILAKU RANAH
AFEKTIF
1. Penerimaan (adanya kesadaran dan perhatian terhadap stimulan yang datang )
Perilaku internal : menunjukkan ..........
Perilaku eksternal : mengikuti, menyatakan, menjawab,
2. Partisipasi ( memberikan tanggapan secara verbal ataupun tindakan)
Perilaku internal : mematuhi......., berperan secara aktif ...
Perilaku eksternal : melaksanakan, menyumbangkan, melaporkan
3. Penilaian/Penetuan sikap ( penyesuaian diri sesuai dengan penilaian yang telah dilakukannya)
Perilaku internal : mengakui, menyepakati, menyukai, menghargai
Perilaku eksternal : mengajak, menolak, melaksanakan, membela, ikut serta
4.Organisasi (menghubungkan antar nilai menjadi suatu sistem nilai)
Perilaku internal : membentuk sistem nilai
Perilaku eksternal : merumuskan, mengatur,
5.Pembentukan pola hidup (menjadikan sistem nilai sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam
kehidupannya)
Perilaku internal : menunjukkan ......melibatkan diri ........
Perilaku eksternal : memperlihatkan, Bertahan, membuktikan
TERDIRI DARI 5 PRILAKU
Merupakan perilaku yang menyangkut aspek
ketrampilan/gerakan
PERILAKU RANAH
PSIKOMOTOR
TERDIRI DARI 7 PERILAKU
1. Persepsi (kemampuan mengenal obyek motorik dengan panca indera)
Perilaku internal : membedakan, menafsirkan,
Perilaku eksternal : mengidentifikasi, membedakan, memilih
2. Kesiapan (kemampuan mempersiapkan diri untuk melakukan suatu gerakan)
Perilaku internal: berkonsentrasi, menyiapkan diri
Perilaku eksternal: menunjukkan, mengawali, mempersiapkan
3. Gerakan terbimbing (kemampuan melakukan gerakan dengan mengikuti contoh)
Perilaku internal : meniru contoh
Perilaku eksternal: mengikuti, memasang, mencoba, membuat
4. Gerakan terbiasa (kemampuan melakukan gerakan tanpa melihat contoh)
Perilaku internal : terampil
Perilaku eksternal : memainkan, mendemonstrasikan, mengatur
5. Gerakan kompleks ( kemampuan melakukan serangkaian gerakan secara tepat, lancar,
luwes)
Perilaku internal : terampil
Perilaku eksternal : memasang, membongkar, mendemonstrasikan
6. Penyesuaian pola gerakan (kemampuan menyesuaikan gerakan dengan situasi dan
kondisi yang dihadapinya)
Perilaku internal : menyesuaikan diri, bervariasi
Perilaku eksternal : mengubah, mengatur, membuat variasI
7. Penciptaan pola gerakan (kemampuan membuat pola gerakan baru)
Perilaku internal : menciptakan sesuatu yang baru
Perilaku eksternal : merancang, menciptakan, mendesain
TEORI BELAJAR
BEHAVIORISME
TEORI BELAJAR
KONSTRUKTIVISME
TEORI BELAJAR
KOGNITIVISME
TEORI
BELAJAR
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK
A. ASUMSI
Manusia dipandang sebagai organisme yang pasif. Prilaku manusia dikuasai oleh stimulus yang
ada di lingkungannya. Oleh karena itu perilaku manusia dapat dikontrol/ dikendalikan melalui
pemanipulasian lingkungan
B. CIRI-CIRI
1. Mementingkan pengaruh lingkungan
2. Mementingkan bagian-bagian
3. Mementingkan peranan reaksi
4. Mementingkan mekanisme terbentuknya hasil belajar
5. Mementingkan sebab-sebab pada waktu yang lalu
6. Mementingkan pembentukan kebiasaan
7. Dalam pemecahan masalah ciri khasnya adalah “trial and error”
TOKOH–TOKOH
E. L. Thorndike R. Gagne B. F. Skinner Ivan P. Pavlov
Albert Bandura EdwinR.Guthrie Watson Clark Hull
Stimulus
ResponBlack box
Stimulus
Stimulus
Hadiah
Hukuman
TEORI BELAJAR BEHAVIORISME
CONTOHNYA:
Mahasiswa dapat
menyelesaikan tugas dari
dosen dengan cepat dan
benar apabila dapat stimulus
berupa nilai A.
Menurut paham behaviorisme :
 Belajar adalah perubahan tingkah laku akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon
 Yang terpenting dalam belajar adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon
 Stimulus adalah lingkungan belajar anak yang menjadi penyebab belajar.
 Respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulus.
 Faktor yang juga berperan dalam belajar adalah REINFORCEMENT.
 Faktor penting dalam belajar behavioristik
a) Masukan atau input, yang berupa stimulus
b) Keluaran atau output, yang berupa respon
c) Faktor penguatan (reinforcement) baik positive reinforcement maupun negative reinforcement
 Bila
REINFORCEMENT adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon.
TEORI BELAJARBEHAVIORISTIK
 Penguatan ditambah  Positive reinforcement
 Penguatan dikurangi  negative reinforcement
ANALISIS TEORI BEHAVIORISTIK
 Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para pendidik. Namun dari
semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap
perkembangan teori belajar behavioristik. Program-program pembelajaran seperti
Teaching Machine, Pembelajaran berprogram, modul dan program-program
pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta
mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement), merupakan program
pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan Skiner.
 Teori behavioristik banyak dikritik Teori ini tidak mampu menjelaskan penyimpangan-
penyimpangan yang terjadi dalam hubungan stimulus dan respon.
 Pandangan behavioristik juga kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi
siswa, Mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau perasaan.
 Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan pebelajar untuk berfikir linier,
konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar
merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa pebelajar menuju atau
mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik tidak bebas berkreasi
dan berimajinasi.
 Objek utama yang diamati adalah perilaku
 Tidak mengakui adanya mental, kesadaran dan predisposisi yang
dimiliki manusia
 Yang dimiliki manusia : raga, fisik, badan dan refleks
 Konsep belajar menurut Watson adalah memperbanyak refleks
yang dibawa sejak lahir melalui kondisioning
 Kondisioning merupakan suatu upaya untuk memperkuat ikatan
S-R dan memberi perangsang sehingga menimbulkan refleks
(perilaku)
JOHN R. WATSON
(BEHAVIORISME KLASIK)
Watson mengadaakan eksperimen terhadap
Albert, seorang bayi berumur sebelas bulan
Albert adalah seorang bayi yang gembira dan tidak takut
bahkan senang bermain-main dengan tikus putih berbulu
halus. Dalam eksperimennya Watson memulai proses
pembiasaannya dengan cara memukul sebatang besi
dengan sebuah palu setiap kali Albert mendekati dan ingin
memegang tikus putih itu. Akibatnya, tidak lama kemudian
Albert menjadi takut terhadap tikus putih juga kelinci
putih. Bahkan terhadap semua benda putih, termasuk
jaket dan topeng Sinterklas yang berjenggot putih.
1. Misalnya, jika seorang anak bayi kecil
mengatakan minta susu dan orang tuanya
memberinya susu, maka operant dikuatkan.
2. Menurut Skinner, perilaku verbal adalah
perilaku yang dikendalikan oleh akibatnya.
Bila akibatnya itu hadiah, perilaku itu akan
terus dipertahankan. Namun, bila akibatnya
adalah hukuman, atau kurang adanya
penguatan, perilaku itu akan diperlemah atau
pelan-pelan akan disingkirkan.
SKINNER (1957) OPERANT CONDITIONING
Ada seorang anak kecil menangis meminta es
kepada ibunya. Tetapi, karena ibunya yakin dan
percaya bahwa es itu menggunakan pemanis
buatan maka sang ibu tidak meluluskan permintaan
anaknya. Sang anak terus menangis. Tetapi, sang
ibu bersikukuh untuk tidak menuruti permintaan
anaknya. Lama kelamaan tangis anak tersebut reda
dengan sendirinya dan di lain waktu tidak meminta
es semacam itu lagi kepada ibunya, apalagi dengan
menangis.
1. Seandainya anak itu kemudian dituruti keinginannya
oleh ibunya, apa yang akan terjadi?
2. Pada kesempatan lain anak tersebut akan meminta es
lagi. Apabila ibunya tidak meluluskannya, maka ia akan
menangis dan terus menangis karena dengan menangis
ia akan mendapatkan es.
3. Kalau ibunya memberikan es lagi, maka perbuatan
menangis itu dikuatkan.
4. Pada kesempatan lain, anak tersebut akan menangis
manakala ia meminta sesuatu pada ibunya
1. Teori Pembiasaan
2. Pembelajaran merupakan rangkaian panjang
dari respons-respons yang dibiasakan.
3. Teori ini diperkuat oleh Thorndike (1947-
1919) yang terkenal dengan teori Trial and
Error.
PAVLOV
Berikut adalah tahap-tahap eksperimen dan penjelasan dari gambar diatas:
. Dimana anjing, bila diberikan sebuah makanan (UCS) maka secara
otonom anjing akan mengeluarkan air liur (UCR).
Jika anjing dibunyikan sebuah bel maka ia tidak merespon atau
mengeluarkan air liur.
Sehingga dalam eksperimen ini anjing diberikan sebuah makanan
setelah diberikan bunyi bel (CS) terlebih dahulu, sehingga anjing akan mengeluarkan
air liur (UCR) akibat pemberian makanan.
. Setelah perlakukan ini dilakukan secara berulang-ulang, maka
anjing mendengar bunyi bel (CS) tanpa diberikan makanan, secara otonom anjing akan
memberikan respon berupa keluarnya air liur dari mulutnya (CR).
EKSPERIMEN PAVLOV
PERCOBAAN
Dalam percobaan tersebut apabila di luar sangkar
diletakkan makanan, maka kucing berusaha untuk
mencapainya dengan cara meloncat-loncat kian
kemari. Dengan tidak tersengaja kucing telah
menyentuh kenop, maka terbukalah pintu sangkar
tersebut, dan kucing segera lari ke tempat makan.
Percobaan ini diulangi untuk beberapa kali, dan
setelah kurang lebih 10 sampai dengan 12 kali,
kucing baru dapat dengan sengaja menyentuh
kenop tersebut apabila di luar diletakkan makanan.
Misalnya, ketika sedang belajar bersepeda
atau belajar bahasa seperti pengucapan
kata-kata yang sulit. Kegagalan diulang
terus-menerus lama-kelamaan akan berhasil
EDWARD LEE THORNDIKE (1874 – 1949)
Teori Belajar Thorndike
Hukum Kesiapan
Hukum Latihan
Hukum Akibat
Pembelajaran dengan memberi stimulus kepada siswa agar
menimbulkan respon yang tepat seperti yang kita inginkan.
Hubungan stimulus dan respons ini bila diulang kan menjadi
sebuah kebiasaan. selanjutnya, bila siswa menemukan kesulitan
atau msalah, guru menyuruhnya untuk mencoba dan mencoba
lagi (trial and error) sehingga akhirnya diperoleh hasil.
1. HUKUM KESIAPAN (LAW OF READINESS); semakin siap suatu
organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka
pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan
kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat
2. HUKUM LATIHAN (LAW OF EXERCISE); semakin sering suatu
tingkah laku diulang maka asosiasi tersebut semakin kuat.
3. HUKUM AKIBAT (LAW OF EFFECT); hubungan stimulus dan
respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan
cenderung diperlemah jika tidak memuaskan.
HUKUM THORNDIKE
Hukum
Kesiapan
Hukum
Latihan
Akan dipertehankan / diperkuat
Prinsip utama dalam belajar
adalah pengulangan
Makin sering diulangi, materi
pelajaran akan semakin dikuasai.
Timbul kepuasan
Semakin siap individu untuk
belajar
HUKUM
AKIBAT
Perbuatan yang diikuti akibat tidak
menyenangkan cenderung dihentikan dan
tidak akan diulangi
Suatu perbuatan yang disertai akibat
menyenangkan cenderung dipertahankan
dan lain kali akan diulangi
LIMA HUKUM TAMBAHAN DARI THORNDIKE :
Multiple Respons atau Reaksi
Sikap ( Set atau Attitude )
Prinsip Aktivitas Berat Sebelah
Response by Analogy
Hukum Perpindahan Asosiasi
Hukum ini mengatakan bahwa pada
individu diawali oleh proses trial dan
error yang menunjukkan adanya
bermacam-macam respon sebelum
memperoleh respon yang tepat
dalam memecahkan masalah yang
dihadapi.
Multiple Respons Atau Reaksi
Hukum ini menjelaskan bahwa
perilaku belajar seseorang
tidak hanya ditentukan oleh
hubungan stimulus dengan
respon saja, tetapi juga
ditentukan keadaan yang ada
dalam diri individu baik
kognitif, emosi , sosial ,
maupun psikomotornya.
Sikap ( Set atau Attitude )
Hukum ini mengatakan bahwa
individu dalam proses belajar
memberikan respon pada
stimulus tertentu saja sesuai
dengan persepsinya terhadap
keseluruhan situasi (respon
selektif).
Prinsip Aktivitas Berat Sebelah
Menghubungkan situasi yang
belum pernah dialami dengan
situasi lama yang pernah dialami
sehingga terjadi transfer atau
perpindahan unsur-unsur yang
telah dikenal ke situasi baru.
Makin banyak unsur yang sama
maka transfer akan makin mudah.
Response by Analogy
Proses peralihan dari situasi
yang dikenal ke situasi yang
belum dikenal dilakukan secara
bertahap Menambahkan sedikit
demi sedikit unsur baru dan
membuang sedikit demi sedikit
unsur lama.
Hukum Perpindahan Asosiasi
REVISI HUKUM BELAJAR THORNDIKE
a. Hukum latihan ditinggalkan, karena ditemukan bila pengulangan saja tidak cukup
untuk memperkuat hubungan stimulus dengan respons, demikian pula tanpa
ulangan belum tentu melemahkan hubungan stimulus – respons.
b. Hukum akibat direvisi, hukum akibat dijelaskan, bila hadiah akan meningkatkan
hubungan stimulus – respons, tetapi hukuman ( punisment ) tidak mengakibatkan
efek apa – apa. Dengan revisi ini berarti Thorndike tidak menghendaki adannya
hukuman dalam belajar.
c. Belongingness, yang intinya, syarat utama bagi terjadinya hubungan stimulus –
respons bukannya kedekatan, tetapi adanya saling sesuai antara kedua hal tersebut.
Dengan demikian situasi belajar akan mempengaruhi hasil belajar.
d. Spread of Effeck, yang intinya dinyatakan, akibat dari suatu perbuatan yang dapat
menular.
 Social Learning
 Observational Learning
 Perilaku Individu tidak semata-mata karena refleks otomatis S-R, tetapi
juga karena reaksi yang timbul sebagai interaksi antara lingkungan
dengan individu itu sendiri.
 Belajar menurutnya adalah yang dipelajari manusia terutama belajar
sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian
contoh periklaku (modeling).
 Teori ini juga masih memandang penting conditioning.
 Pemberian reward dan punishment akan membuat seorang
berpikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu
dilakukan.
ALBERT BANDURA
Kritik Terhadap Teori
Behavioristik
1) Tidak mampu menjelaskan situasi
belajar yang kompleks
2) Tidak dapat menjelaskan adanya variasi
3) Cenderung mengarahkan siswa untuk
berfikir linier, konvergen, tidak kreatif
dan tidak produktif
67
TEORI BELAJAR MENURUT EDWIN GUTHRIE
 Stimulus tidak harus berhubungan dengan kebutuhan atau
pemuasan biologis
 Hubungan stimulus dan respon cenderung bersifat sementara,
sehingga perlu sering diberikan stimulus agar hubungannya
bersifat lebih tetap.
 Agar respon muncul lebih kuat dan menetap diperlukan
berbagai stimulus yang berhubungan dg respon tsb.
 Hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam
proses belajar
TEORI
BELAJAR
KOGNITIVISME
Pembelajaran yang lebih
menekankan pada pengetahuan dan
pengalaman yang dimiliki peserta
didik.
Stimulus
Respon
Stimulus
Stimulus
TEORI BELAJAR KOGNITIVISME
PROSES
Mengapa lupa ?
1. Persepsi tidak diproses lebih lanjut
2. Informasi dalam memori jangka pendek tidak ditranfer ke dalam
memori jangka panjang
3. Distorsi recall
4. Interferensi ( tercampur atau terdesak oleh informasi lain)
Mengapa ingat ?
1. Efek pertama (perhatian masih penuh) dan efek terakhir (tidak
terinferensi informasi lain)
2. Belajar informasi baru lebih mudah bila sebelumnya telah
mempelajari hal serupa
HAL-HAL YANG MEMPENGARUHI INGAT/LUPA
 Hambatan retroaktif, yaitu informasi yang masuk lebih dulu terdesak
oleh informasi yang baru.
 Hambatan proaktif, yaitu informasi yang masuk lebih dulu
mempengaruhi informasi yang baru masuk.
 Kemudahan retroaktif , yaitu informasi yang masuk kemudian
mempermudah masuknya informasi yang sedang masuk.
 Kemudahan proaktif, informasi yang terdahulu mempermudah
penguasaan informsi yang baru.
 Efek pertama dan efek terakhir, yaitu dari deretan informasi yang
cukup banyak, yang cenderung mudah diingat adalah informasi yang
ada di deretan depan dan deretan terakhir.
Teori Pembelajaran kognitif menurut Piaget
Menurut Piaget individu berkembang menuju kedewasaan
maka ia akan mengalami adaptasi dengan lingkungannya yang
akan menyebabkan adanya perubahan kualitatif dalam struktur
kognitifnya. Proses belajar berlangsung dalam tiga tahapan
yaitu:
 Asimilasi
 Akomodasi
 Equilibrasi
 ASIMILASI adalah penyesuaian
pengetahuan baru dari pengetahuan yang
ada.
 AKOMODASI adalah mengubah
pemahaman yang ada, agar sesuai dengan
situasi baru.
 EKUILIBRASI adalah proses memulihkan
keseimbangan antara pemahaman sekarang
dan pengalaman-pengalaman baru.
 ASIMILASI (bersosialisasi)
 AKOMODASI sudah tau sedikit tapi
salah dan terus diperbaiki dgn yang baru
(APAKAH)
 EQUILIBRASI (gabungan asimilasi
dan akomodasi)
TEORI BELAJAR KOGNITIVISME
 Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman (tidak selalu berbentuk perubahan
tingkah laku yang dapat diamati)
 Setiap orang telah mempunyai pengetahuan/pengalaman dalam dirinya, yang tertata
dalam bentuk struktur kognitif. Proses belajar terjadi bila materi yang baru beradaptasi
dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki
 Teori belajar yang berkembang berdasarkan teori ini ialah teori perkembangan Piaget,
teori kognitif Bruner, dan teori bermakna Asubel
Kritik :
1. Lebih dekat pada psikologi daripada teori belajar,
2. sukar diaplikasikan
3. Sukar dipraktekkan, karena tidak mungkin memahami
4. “struktur kognitif” yang ada dalam setiap mahasiswa
DCA B
Struktur kognitif mahasiswa
APLIKASI TEORI KOGNITIVISME: PIAGET
1) Menentukan tujuan instruksional (Pembelajaran)
2) Memilih materi pelajaran
3) Menentukan topik yang dapat dipelajari secara aktif
oleh mahasiswa (bimbingan minimum oleh dosen)
4) Merancang kegiatan belajar yang cocok untuk topik
yang akan dipelajari mahasiswa
5) Mempersiapkan berbagai pertanyaan yang memacu
kreativitas mahasiswa untuk berdiskusi atau bertanya
6) Mengevaluasi proses dan hasil belajar
Ada kritik, saran, atau pertanyaan ?
3. Tahapan Operasi Konkrit (7-11th)
Tahapan–tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget
1. Tahapan Sensori Motor (0-2th)
4. Tahapan Operasi Formal (11-15th)
2. Tahapan Pra – Operasional (2-7th)
1. TAHAPAN SENSORI MOTOR (0-2TH)
Usia 2th pertama anak dapat sedikit memahami
lingkungannya dengan cara melihat, meraba atau
memegang, mengecap, mencium dan
menggerakan. Anak tersebut mengetahui bahwa
perilaku yang tertentu menimbulkan akibat
tertentu pula bagi dirinya.
Pada tahap ini telah mampu
menggunakan bahasa dalam
mengembangkan konsepnya,
walaupun masih sangat sederhana.
Tahapan Pra – operasinal (2-7th)
Tahapan Operasi Konkrit (7-11th)
Dalam tahap ini anak sudah
mengembangkan pikiran logis. Dalam
upaya memahami lingkungan sekitarnya
anak tidak terlalu menggantungkan diri
pada informasi yang datangnya dari
pancaindra.
Tahapan Operasional Formal (11-15th)
Pada tahap ini anak sudah mampu
berpikir abstrak yaitu berpikir
mengenai gagasan. Anak dengan
opersai formal ini sudah dapat
memikirkan beberapa alternatif
pemecahan suatu masalah.
“Teori Belajar Kognitif Ausubel”
Dalam teori ini, teori belajar dimaknai
sebagai belajar BERMAKNA. Pembelajaran
bermakna yaitu suatu proses mengkaitkan
informasi baru pada konsep–konsep relevan
yang terdapat dalam struktur kognitif
seseorang.
NO KOGNITIF FUNGSINYA
1 Pengetahuan Mengingat, menghafal
2 Pemahaman Menginterprestasikan
3 Aplikasi Menggunakan konsep untuk memecahkan masalah
4 Analisis Menjabarkan suatu konsep
5 Sintesis Menggabungkan bagian – bagian konsep menjadi
suatu konsep utuh
6 Evaluasi Membandingkan nilai – nilai, ide, metode
Pandangan Bloom dan Krathwohl terhadap belajar.
Tujuan belajar yang dikemukakannya dirangkum kedalam tiga kawasan
yang dikenal dengan sebutan taksonomi Bloom, sebagai berikut:
NO KOGNITIF FUNGSINYA
1 Peniruan Menirukan gerak
2 Penggunaan Menggunakan konsep untuk melakukan gerak
3 Ketepatan Melakukan gerak dengan benar
4 Perangkaian Melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar
5 Naturalisasi Melakukan gerak secara wajar
Domain Psikomotor, terdiri atas 5 tingkatan,
yaitu :
NO KOGNITIF FUNGSINYA
1 Pengenalan Ingin menerima,sadar akan adanya sesuatu
2 Merespon Aktif berpartisipasi
3 Penghargaan Menerima nilai – nilai, setia kepada nilai – nilai
tertentu
4 Pengorganisasian Menghubung – hubungkan nilai –
nilai yang dipercayai
5 Pengalaman Menjadikan nilai – nilai sebagai bagian dari
pola hidupnya
Domain Afektif, terdiri atas 5 tingkatan, yaitu:
TEORI
KONSTRUKTIVISME
TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME
AKTIF
MEMBANGUN
SENDIRI
..
Teori ini percaya bahwa siswa mampu mencari
sendiri masalah, menyusun sendiri
pengetahuannya melalui kemampuan berpikir
dan tantangan yang dihadapinya,
menyelesaikan dan membuat konsep mengenai
keseluruhan pengalaman realistik dan teori
dalam satu pengetahuan utuh.
TEORI KONSTRUKTIVISTIK
KONSTRUKTIVISME adalah aliran filsafat
pengetahuan yang menekankan bahwa
pengetahuan yang kita miliki merupakan
hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri
Von Glaserfeld (dalam Battencourt, 1989; & Matthews,
1994)
Pancaindera
• Melihat
• Mendengar
• Menjamah
• Mencium
• Merasakan
Pengalaman
• Fisik
• Kognitif
• Mental
Objek
Lingkungan
Konstruksi
Pengetahuan
Baru
PROSES PEMBENTUKAN PENGETAHUAN
Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsep masing-
masing individual mahasiswa.
Struktur konsep dapat membentuk pengetahuan, bila
konsep baru yang diterima dapat
dikaitkan/dihubungkan (proposisi) dengan pengalaman
yang dimiliki mahasiswa.
Dengan demikian, pengetahuan adalah apa yang ada
dalam pikiran setiap mahasiswa (Knowledge as residing
GAGASAN KONSTRUKTIVISME
tentang PENGETAHUAN
 Prinsip belajar vs bukan prinsip mengajar
 Berpusat pada mahasiswa vs bukan berpusat pada dosen
 Variation of alternatives vs best/correct answer
 Constructed/discovered vs given/ presented
 Individuality & situational vs generality
CIRI UTAMA
KONSTRUKVISME DALAM PEMBELAJARAN
Proses belajar terjadi ketika skema pikir seseorang dalam
kesenjangan (disequilibrium) yang merangsang pemikiran
lebih lanjut
Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman seseorang dengan
dunia fisik dan lingkungannya
MAKNA BELAJAR
DALAM KONSTRUKTIVISME
98
 Kegiatan belajar adalah kegiatan
aktif mahasiswa untuk
menemukan dan membangun
sendiri pengetahuannya
 Mahasiswa bertanggung jawab
terhadap hasil belajarnya
PERAN MAHASISWA dalam
PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME
 Belajar bagi mahasiswa merupakan
pengembangan pemikiran dengan
membuat kerangka pengertian yang
berbeda
 Belajar dilakukan lewat refleksi,
pemecahan masalah/konflik/kasus,
dan dialog
PERAN MAHASISWA dalam
PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME
 Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang
memungkinkan mahasiswa membangun sendiri
pengetahuannya berdasarkan pengalaman masing-
masing.
 Pembelajaran adalah membantu mahasiswa berpikir
secara benar dengan membiarkannya berpikir
terlebih dahulu.
PANDANGAN KONSTRUKTIVISME
terhadap PEMBELAJARAN
PERAN DOSEN dalam
PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME
 Menyediakan pengalaman belajar
 Memberikan kegiatan yang merangsang keingintahuan
mahasiswa
 Menyediakan sarana yang merangsang mahasiswa berpikir
secara produktif
 Memonitor dan mengevaluasi hasil belajar mahasiswa
Dosen lebihbanyak berurusan dengan strategi
pembelajaran daripada memberi informasi
Alternative assessment:
Portofolio
Dinamika kelompok
Observasi proses
Studi kasus
Simulasi & performance
Permainan appraisal
EVALUASI dalam
PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME
STRATEGI
PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME
Belajar akan lebih bermakna jika
peserta didik ‘mengalami’ apa
yang dipelajarinya, bukan hanya
‘mengetahui’nya
STRATEGI PEMBELAJARAN
KONSTRUKTIVISME
1. Belajar aktif,
2. Belajar mandiri,
3. Belajar kooperatif dan kolaboratif,
4. Generative learning,
5. Model pembelajaran kognitif:
 problem based learning,
 discovery learning,
 cognitive strategies,
 project based learning
(Student-Centered Learning Strategies)
1. Belajar Aktif
Menerapkan prinsip Learning by doing (mahasiswa terlibat
dalam proses belajar secara spontan)
 Tujuan : menuju belajar mandiri
 Tugas dosen/fasilitator : memotivasi
 Pengelolaan: klasikal, kelompok, individual, berpasangan,
penugasan
 Teknik-teknik: refleksi, diskusi,merangkum
STRATEGI PEMBELAJARAN
2. Belajar Mandiri
Belajar otonom, berdasarkan rancangan kuliah yang
disusun secara kolaboratif, belajar yang tidak bergantung
pada faktor: dosen, kelas, dan teman.
Dosen berperan sebagai konsultan dan fasilitator
3. BELAJAR KOOPERATIF & KOLABORATIF
BEKERJA
SAMA
BERSEDIA
MEMBANTU
PERTUKARAN IDE,
ARGUMENTASI, DAN
REFLEKSI
Bentuk BELAJAR KOLABORATIF KOOPERATIF
1. Penyajian
Dosen
2. Diskusi
Kelompok
4. Penguatan
Dosen
3. Test /
Kuis
Bentuk BELAJAR KOLABORATIF KOOPERATIF
2. Diskusi
Kelompok Ahli
(Homogen)
5. Penguatan
Dosen
4. Test / Kuis
1. Membaca
Bahan Ajar
3. Diskusi Kelompok
(Heterogen)
Bentuk BELAJAR KOLABORATIF KOOPERATIF
2. Diskusi
Kelompok
5. Penguatan
Dosen
4. Test / Kuis
1. Identifikasi
Masalah
3. Presentasi Kelompok
(turnamen)
Bahwa belajar bergantung pada pengalaman dan
minat siswa sendiri dan topik dalam Kurikulum
harus saling terintegrasi bukan terpisah atau tidak
mempunyai kaitan satu sama lain. Belajar harus
bersifat aktif, langsung terlibat, berpusat pada Siswa
(SCL= Student Centered Learning) dalam konteks
pengalaman sosial.
TOKOH DALAM TEORI KONSTRUKTIVISME
1. JOHN DEWEY
Bahwa pengetahuan yang diperoleh seorang anak
merupakan hasil dari konstruksi pengetahuan awal yang
telah dimiliki dengan pengetahuan yang baru
diperolehnya melalui 2 cara yaitu:
1. ASIMILASI yaitu integrasi konsep yang merupakan
tambahan atau penyempurnaan dari konsep awal yang
dimiliki.
2. AKOMODASI terbentuknya konsep baru pada anak
karena konsep awal tidak sesuai dengan pengalaman
baru yang diperolehnya.
2. JEAN PIAGET
Ada dua konsep penting dalam teori Vygotsky yaitu
a.Zone of Proximal Development (ZPD)
kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang
dewasa atau melalui kerjasama dengan teman sejawat yang
lebih mampu
b.Scaffolding
pemberian sejumlah bantuan kepada siswa selama tahap-
tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan
memberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung
jawab yang semakin besar setelah ia dapat melakukannya
3. LEV VYGOTSKY
PRINSIP-PRINSIP KONSTRUKTIVISME
1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri
2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke
murid
3. Murid aktif megkontruksi secara terus menerus,
sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah
4. Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan
situasi agar proses kontruksi berjalan lancar.
a. Tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah
menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir
untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi,
b. Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang
memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh
peserta didik. Selain itu, latihan memecahkan masalah seringkali
dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam
kehidupan sehari-hari
c. Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar
yang sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator,
fasilitor, dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk
terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.
IMPLIKASI TEORI KONSTRUKTIVISTIK
(1) Siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki
tujuan,
(2) Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan
siswa,
(3) Pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan
dikonstruksi secara personal,
(4) Pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan,
(5) Kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat
pembelajaran, materi, dan sumber.
Karakteristik pembelajaran Konstruktivisme
Menurut Driver dan Bell:
No Metode Komunikasi Lebih Aktif Tujuan Materi Hasil
1 Ceramah Satu Arah Guru Mengetahui Baru Atau Fakta Hanya Tau
2 Tanggung Jawab Dua Arah Guru-siswa Paham Siswa Sudah
Punya Bekal
Mengembangkan
Pengetahuan Dan Sikap
3 Diskusi Muti Arah Guru-siswa
Siswa-Siswa
Kreatif Mengandung
Masalah
Obyektif dan Luas
4 Demontrasi Satu Arah Guru-Siswa Memperjelas 1. Hal Yang Baru
2. Proses
Lebih Jelas dan Lebih
Lengkap
5 Eksprimen Multi Arah Guru-siswa Menemukan Hal Yang
Baru
Belum Diketahui Obyektif
6 Latihan Multi Arah Guru dan
Siswa
Terampil Sudah Diketaui Terampil
7 Widyawisata Multi Arah Siswa dan
Guru
Mendapatkan
Pengalaman Lansung
Terkaitan
Lingkungan
Pengalaman Riil Dan
Nyata
8 Kerja Kelompok Muti Arah Siswa-Guru Belajar Bersama Segala Materi Kerjasama Dan
Pengalaman Obyektif
9 Tugas Dua arah Guru dan
Siswa
Supaya siswa aktif Hal yang perlu
dikerjakan
Siswa aktif dan belajar
mandiri
Metodologi:
 Pengkajian metodologi pengajaran bahasa bersumber
dari;
(a) pemberian bahasa yang dihasilkan oleh linguistik umum;
(b) teori pembelajaran yang dikaji oleh psikologi;
(c) teori pembelajaran bahasa yang disumbangkan oleh
psikolinguistik; dan
(d) teori pemakaian bahasa dalam masyarakat yang diambil
dari sosiolinguistik.
Richards, dkk. (1985:177):
Memberikan batasan mengenai metodologi pengajaran bahasa
sebagai kajian praktik dan prosedur yang digunakan dalam
pengajaran, dan prinsip-prinsip dan keyakinan yang
melandasinya. Metodologi meliputi:
• Kajian tentang hakikat keterampilan berbahasa (yaitu listening,
speaking, reading dan writing) dan prosedur pengajarannya
• Kajian tentang penyiapan rencana pembelajaran, materi ajar,
buku teks untuk pengajaran keterampilan berbahasa;
• Evaluasi dan perbandingan metode pengajaran bahasa (misalnya
Audiolingual method)
Richards, dkk. (1985:177):
• Metode dalam pengajaran bahasa menurut Richards, dkk.
(1985) adalah cara mengajarkan suatu bahasa yang didasarkan
kepada prinsip dan prosedur yang sistematis, yakni penerapan
pandangan tentang cara bahasa diajarkan dan dipelajari.
• Metode pengajaran bahasa yang berbeda seperti Direct
method, audio-lingual method, grammar translation method,
the silent way dan communicative approach merupakan hasil
dari pandangan yang berbeda tentang; (a) hakikat bahasa; (b)
hakikat belajar bahasa; (c) tujuan pengajaran; (d) jenis silabus
yang digunakan; (e) peran guru, pelajar, dan materi
pembelajaran; dan (f) teknik dan prosedur yang digunakan.
Hakikat Bahasa
•Hakikat bahasa dalam kaitannya dengan pengajaran
bahasa menurut aliran linguistik strukturalisme
adalah:
1. Language is speech, not writing¸
2. A language is what its native speakers say, not
what someone thinks they ought to say;
3. Languages are different;
4. A language is a set of habit.
Beberapa pandangan tentang hakikat bahasa :
• Bahasa bersifat lisan yang telah tertata dalam sistem
simbol pandang dan dengar.
• Anak belajar menggunakan simbol ini secara kumulatif,
pertama dalam mendengar (menyimak) dan berbicara,
kemudian membaca dan menulis.
• Oleh karena itu, program pembelajaran bahasa mulai
dengan kegiatan komunikasi lisan.
• Setelah anak menguasai keterampilan dalam aspek
mendengar dan berbicara, barulah instruktur memulai
kegiatan komunikasi tertulis.
 Bahasa mencerminkan lingkungan sosial
tempat yang ditinggali anak, baik dari segi
linguistik maupun tingkatan budaya serta
pengaruh berbagai macam dialek dan
geografis.
 Oleh karena itu, pembelajaran disesuaikan
dengan kebutuhan pribadi, sosial, dan
komunikasi siswa, serta mempertimbangkan
pengaruh regional terhadap wicara,
dan penggunaan.
 Bahasa mengalami proses perubahan yang tetap,
seperti pembentukan kata baru untuk memenuhi
tuntutan komunikasi, tekanan sosial yang
mengakibatkan perubahan terhadap
keberterimaan item pemakaian khusus dan
konstruksi bahasa.
 Oleh karena itu, bahasa diajarkan untuk
mencerminkan penggunaan dan struktur
kontemporer; alfabet, tulisan, kata dan ejaannya
digunakan untuk merangsang minat siswa
bahasa.
 Setiap bahasa memiliki struktur sendiri.
 Hubungan antara kata, urutan kata, pola kalimat
dipelajari melalui pengalaman praktis dan kajian
khusus.
 Oleh karena itu, program pembelajaran harus
mencakup pembelajaran penggunaan bahasa dan
struktur bahasa baku melalui pengalaman dalam
percakapan, diskusi, laporan, wawancara, dan
karangan.
 Pembelajaran itu meliputi konstruksi kalimat dan
paragraf, dan secara bertahap memperkenalkan
prinsip dan terminologi tata bahasa.
Penggunaan Bahasa
 Bahasa merupakan suatu bentuk perilaku, perlambang
konsep diri dan sikap sosial seseorang yang
menyimbolkan pikiran, keinginan, dan kepercayaannya.
 Kemampuan mempelajari bahasa sangat erat kaitannya
dengan pertumbuhan pribadi dan perkembangan
pemahaman dasar manusia.
 Oleh karena itu, program pembelajaran bahasa
menekankan penciptaan iklim yang hangat dan
bersahabat yang mendorong setiap siswa berpartisipasi
dalam kegiatan berbahasa lisan dan tulisan.
 Bahasa merupakan alat berpikir yang
membantu siswa berasionalisasi dan
tumbuh melalui pengalaman mereka.
 Oleh karena itu, kegiatan berbahasa
dikembangkan untuk membantu setiap
siswa melihat hubungan, membuat
klasifikasi, menarik kesimpulan,
menanggung resiko penebakan,
memprakirakan hasil, merumuskan
 Bahasa merupakan media pengembangan dan
pertukaran gagasan.
 Pengalaman itu harus mendorong interaksi
antara siswa dan orang lain, yang tentunya
menekankan tujuan komunikasi, penataan
gagasan yang logis, dan kesensitifan terhadap
reaksi pendengar atau pembaca.
 Bahasa merupakan alat kekuasaan dan kekuatan
sosial yang mempengaruhi kepercayaan, sikap,
dan tingkah laku.
 Bahasa merupakan alat kekuasaan dan
kekuatan sosial yang mempengaruhi
kepercayaan, sikap, dan tingkah laku.
 Oleh karena itu, siswa diajarkan
pentingnya tanggung jawab sosial dan
integritas pribadi dalam penggunaan
bahasa.
 Bahasa dalam bentuk tertulis merupakan catatan
pikiran manusia sepanjang zaman yang dapat
memperkenalkan setiap anak kepada karya-karya
sastra sehingga dapat menumbuhkan apresiasi
keindahan bahasa sebagai media komunikasi.
 Oleh karena itu, program pengajaran bahasa
melengkapi siswa dengan pengalaman dalam
prosa dan puisi untuk menumbuhkembangkan
pemahamannya terhadap masalah manusia dan
seperangkat nilai pribadi.
BEBERAPA METODE PENGAJARAN BAHASA
1. Grammar Translation method (Metode Terjemahan Tata bahasa)
2. Direct Method (Metode Langsung)
3. Reading Method (Metode Membaca)
4. Audiolingual method (Medote audiolingual)
5. Community Language Learning (CLL)
6. Cognitive Approach (Pendekatan Kognitif)
7. Total Physical Response (Respons Fisik Total)
8. The Silent Way (Metode Diam)
9. Functional-Notional Approach
10. Communicative Approach (Pendekatan Komunikatif)
MOTIVASI BELAJAR DAN IMPLIKASINYA
DALAM
PEMBELAJARAN
Pengertian motivasi
Perkataan MOTIVASI adalah berasal daripada perkataan Bahasa
Inggeris - "MOTIVATION". Perkataan asalnya ialah "MOTIVE" yang juga
telah dipinjam oleh Bahasa Melayu / Bahasa Malaysia kepada MOTIF,
yakni bermaksud TUJUAN. Di dalam surat khabar, kerap pemberita
menulis ayat "motif pembunuhan". Perkataan motif di sini boleh kita
fahami sebagai sebab atau tujuan yang mendorong sesuatu
pembunuhan itu dilakukan.
KASUS
1. Beberapa siswa tetap bersemangat mengikuti pelajaran,
sementara yang lain ingin pelajaran segera berakhir
2. Sebagian siswa bekerja keras mengerjakan tugas,
sementara yang lainnya asyik bermain
3. Terdapat siswa tidak puas dengan nilai B sementara yang
lainnya cukup puas dengan nilai C
Apa yang dimaksud motivasi belajar ?
Motivasi belajar merupakan proses internal
yang mengaktifkan, membimbing, dan
mempertahankan perilaku belajar dalam rentang
waktu tertentu
Motivasi belajar adalah kekuatan yang
mendorong seseorang untuk melakukan
aktivitas belajar
Motivasi :
Apa yang ..............?
membuat orang berbuat
membuat orang tetap berbuat
menetukan arah perbuatan
APA URGENSI MOTIVASI BAGI
KEPENTINGAN BELAJAR ?
1. Motivasi menentukan arah tindakan seseorang
dalam belajar ( analogi seperti kemudi mobil)
2. Motivasi menentukan intensitas/kadar tindakan
seseorang dalam belajar ( analogi seperti mesin
mobil)
Jenis motivasi meliputi apa saja ?
1. Dari segi sifat
a) Motivasi dasar ( dorongan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup
manusia yang bersifat biologis/jasmaniah)
b) Motivasi sosial ( dorongan untuk memenuhi kebutuhan sosial
manusia )
c) Motivasi religius ( dorongan untuk memenuhi kebutuhan religi )
2. Dari segi sumber
a) Motivasi internal, berfungsinya motivasi karena bersumber dari dalam
diri individu
b) Motivasi eksternal, berfungsinya motivasi karena bersumber dari luar
diri individu
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
motivasi belajar ?
1. Faktor internal
a. kepribadian siswa
b. kemampuan
2. Faktor eksternal
a. karakteristik tugas
b. insentif
c. perilaku guru
d. setting pembelajaran
APA TUGAS GURU TERKAIT DENGAN MOTIVASI BELAJAR?
MEMBANGKITKAN
MENGEMBANGKAN
MEMELIHARA
MENINGKATKAN
MOTIVASI BELAJAR
SISWA
BAGAIMANA CARANYA ?
1. Mengemukakan arti pentingnya hal yang dipelajari
2. Mengkaitkan materi dengan latar belakang kehidupan siswa
3. Menimbulkan perasaan ingin tahu (penasaran)
4. penggunaan multi metode/media
5. mengemukakan tujuan ( jelas, penting,memungkinkan untuk
dicapai)
PRINSIP BELAJAR DAN IMPLIKASINYA
DALAM PEMBELAJARAN
PENDEKATAN PEMBELAJARAN
(CBSA)
A. SIFAT CBSA
CBSA bersifat NON dikotomis
tetapi bersifat kontinum
lanjutan sifat CBSA
aktivitas gururendah
tinggi
tinggi
Aktifitas
siswa
diskusi
ceramah
B. Rasional
1. Aktivitas dalam diri pelajar merupakan salah satu unsur dari hakekat belajar
2. Ragam pengalaman memperkuat efektivitas belajar
3. Keterlibatan dalam persoalan yang dipelajari merupakan sumber motivasi
belajar siswa
4. Mengkonkritkan konsep abstrak sehingga mempermudah untuk dipelajari
5. Hasil belajar optimal memerlukan pengalaman langsung dan motivasi internal
C. CIRI–CIRI
1. Pembelajaran lebih berpusat pada siswa
2. Guru berperan sebagai pembimbing dalam mewujudkan terjadinya
pengalaman belajar siswa
3. Guru aktif melakukan tindakan pembelajaran
4. Siswa aktif melakukan tindakan belajar
D. Idikator Kadar CBSA ( Mc. Keachie)
1. Keterlibatan siswa dalam menentukan tujuan belajar – pembelajaran
2. Kadar afektif dalam belajar –pembelajaran
3. Partisipasi siswa dalam belajar – pembelajaran
4. Kohesivitas kelas
5. Perbuatan siswa yang salah/kurang relevan
6. Keterlibatan siswa dalam pengambilan keputusan
7. Jumlah waktu yang digunakan untuk menanggulangi masalah siswa
E. Saran
AKTIFITAS NON PRODUKTIF
1. Menulis
2. Membaca
3. Mengamati grafik
AKTIFITAS PRODUKTIF
1. Membuat laporan
2. Meringkas
3. Menafsirkan
grafik
HINDARI PENGGUNAAN GUNAKAN
Pendekatan Ketrampilan Proses (PKP)
1. Arti Ketrampilan proses
Yang dimaksud ketrampilan proses adalah
ketrampilan proses kerja ilmiah yang diperlukan
siswa untuk mengelola hasil belajarnya
Lanjutan PKP
2. Macam Ketrampilan Proses
a. Ketrampilan dasar
b. ketrampilan lanjut (integratif)
KETRAMPILAN PROSES DASAR
1) Mengamati (melihat, mendengar, meraba,
membau,mencecap)
2) mengklasifikasi (mengelompokkan,
mengkontraskan, mencari : persamaan,
perbedaan )
3) Mengenterpretasikan ( menaksir,
menyimpulkan)
Lanjutan ketrampilan proses dasar
4) Memprediksi ( emperkirakan kecenderungan)
5) menerapkan ( menggunakan ....)
6) mengkomunikasikan ( mempresentasikan,
melaporkan, memperagakan, mendiskusikan)
KETRAMPILAN PROSES LANJUT
(Ketrampilan melakukan penelitian)
1) mencari, menemukan, mengidentifikasi masalah, merumuskan
masalah
2) mengidentifikasi variabel
3) merumuskan hipotesis
4) membuat instrumen
5) pengumpulan data
6) menganalisa data
7) menyimpulkan
PENGERTIAN PEMBELAJARAN DENGAN
PKP
Suatu bentuk pembelajaran yang
didalamnya memberi pengalaman
pada siswa dalam proses kerja ilmiah
SKEMA PKP DALAM PEMBELAJARAN
OUT PUT
PENGETAHUAN
SIKAP, NILAI,
KETRAMPILAN
KETRAMPILAN
PROSES KERJA
ILMIAH
PROSESINPUT
MELAKUKAN
PROSES KERJA
ILMIAH
RASIONAL
1. IPTEK berkembang pesat, siswa tidak cukup hanya mengandalkan
apa yang diberikan di sekolah, siswa perlu belajar diluar sekolah.
Oleh karenanya pembelajaran disekolah harus mengembangkan
kemauan dan kemampuan untuk belajar. Siswa tidak hanya bersifat
konsumtif tetapi juga produktif dalam bidang IPTEK
Lanjutan rasional
2. Kebenaran ilmu pengetahuan bersifat relatif, oleh
karenanya perlu senantiasa untuk dipertanyaakan
dan diperbaharui
3. Hasil belajar optimal memelukan pengalaman
langsung dan motivasi internal
CIRI – CIRI PKP
1. Pembelajaran tidak hanya berorientasi pada hasil tetapi juga
berorientasi pada proses (keterlibatan siswa dalam proses kerja
ilmiah)
2. Menampakkan aktivitas siswa dalam bentuk ketrampilan kerja
ilmiah
3. Materi pembelajaran berupa “bahan mentah” untuk selanjutnya
diproses dalam pembelajaran
PENDEKATAN “LIFE SKILL”
1. Arti “life skill”
Yang dimaksud life skill adalah kecakapan siswa dalam
menghadapi persoalan hidup secara wajar tanpa tertekan, dan
secara proaktif dan kreatif dapat mencari dan menemukan
solusinya
Macam Life Skills
Life Skills
General Life Skills
Specific Life Skills
Personal Skills
Social Skills
Academic Skills
Vocational Skills
Self Awareness
Thinking Skills
Self Awareness
Kesadaran :
• Sbg. makhluk Tuhan
• Akan eksistensi diri
• Akan potensi diri
Thinking Skill
Kecakapan :
• Menggali informasi
• Mengolah informasi
• Mengambil keputusan
• Memecahkan masalah
SOSIAL SKILLS
• KECAKAPAN KOMUNIKASI LISAN
• KECAKAPAN KOMUNIKASI TULIS
• KECAKAPAN BEKERJASAMA
Academic Skills
• kecakapan :
• mengidentifikasi variabel
• menghubungkan variabel
• merumuskan hipotesis
• melaksanakan penelitian
VOCATIONAL SKILLS
Lanjutan macam life skills
Kecakapan dalam bidang pekerjaan
tertentu
Life Skills dalam Jenjang Pendidikan
ACADEMIC
LIFE SKILLS
VOCATIONAL
LIFE SKILLS
SMU
SMK
TK/SD/SMP
GENERAL
LIFE SKILLS
Contoh pengintegrasian komponen life skills dalam
silabus
Standar kompetensi :
siswa mampu menulis berbagai jenis
wacana, surat, dan isi ringkas suatu
bacaan
Kompetensi dasar :
Siswa mampu:
menggunakan EYD
menggunakan kalimat efektif
membuat berbagai surat resmi
Lanjutan contoh pengintegrasian komponen life skills dalam silabus
Materi Pokok :
macam dan karakteristik surat :
surat undangan
surat penawaran
surat perijinan
surat permohonan
Lanjutan contoh pengintegrasian komponen life skills dalam silabus
Pengalaman belajar :
1. Masing-masing siswa mengumpulkan
sedikitnya 4 macam surat
ketrampilan :
menggali informasi, sadar akan eksistensi diri,
dan sadar akan potensi diri
Lanjutan contoh pengintegrasian komponen life skills dalam silabus
2. siswa berdiskusi kelompok untuk menentukan
karakteristik setiap macam surat
Ketrampilan :
mengolah informasi, bekerjasama,
berkomunikasi lisan, berkomunikasi tulis,
mengambil keputusan
Lanjutan contoh pengintegrasian komponen life skills dalam silabus
3. siswa presentasi hasil diskusi kelompok
ketrampilan :
berkomunikasi lisan
Lanjutan contoh pengintegrasian komponen life skills dalam silabus
4. Siswa menyimpulkan tentang karakteristik setiap macam surat
ketrampilan :
mengambil keputusan
Lanjutan contoh pengintegrasian komponen life skills dalam silabus
5. Masing-masing siswa mempraktekkan membuat
salah satu macam surat
Ketrampilan :
Komunikasi lisan, kesadaran akan eksistensi diri,
kesadaran akan potensi diri
Lanjutan contoh pengintegrasian komponen life skills dalam silabus
KESULITAN BELAJAR
1. ARTI KESULITAN BELAJAR
Kesulitan belajar adalah suatu kondisi yang ditandai
oleh adanya hambatan-hambatan dalam mencapai
tujuan belajar; baik yang disadari, tidak disadari,
bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosiologis.
2. CIRI-CIRI KESULITAN BELAJAR
1. hasil belajar dibawah “passing grade”
2. hasil belajar dibawah potensi yang dimilikinya
3. hasil belajar tidak sebanding dengan usahanya
4. lambat dalam melakukan tugas belajar
Lanjutan ciri-ciri kesulitan belajar
5. menunjukkan sikap yang kurang/tidak wajar (misalnya : acuh tak
acuh, menentang, berpura-pura )
6. Menunjukkan prilaku yang kurang/tidak wajar ( misalnya :
membolos, sering datang terlambat, tidak mengerjakan tugas
7. Menunjukkan gejala emosional yang tidak/kurang wajar ( misalnya
: mudah marah, mudah tersinggung, murung )
3. LATAR BELAKANG KESULITAN BELAJAR
a. Faktor intern
1) Kelemahan fisik
a) Kurang berfungsinya panca indera
b) Sakit
c) Cacat tubuh/pertumbuhan yang kurang
sempurna
Lanjutan latar belakang kesulitan belajar
2) Kelemahan mental baik bawaan maupun
pengalaman (misal : IQ rendah, gangguan mental)
3) Kelemahan emosional (misalnya : immaturity,
pobia)
4) Kebiasaan dan sikap yang salah ( misalnya bamyak
melakukan tindakan yang tidak relefan, sering
bolos, sering tidak masuk)
5) Tidak memiliki pengetahuan dan ketrampilan dasar yang
diperlukan
Lanjutan latar belakang kesulitan belajar
b. Faktor eksternal
1) kurikulum yang tidak sesuai dengan karakteristik siswa
2) kelemahan dalam sistem instruksional
3) terlampau berat beban belajar
4) sering pindah sekolah
5) kelemahan dalam lingkungan keluarga
6) terlampau banyak kegiatan di luar kelas
PENDEKATAN THD KESULITAN BELAJAR
Kesulitan belajar bukan hanya masalah instruksional-
paedagogis tetapi juga masalah psikologis, karena
kesulitan belajar berakar dari aspek psikologis terutama
gangguan kepribadian dan penyesuaian diri oleh
karena itu bantuan yang diberikan disamping bersifat
instruksional-paedagogis juga diperlukan bantuan
psikologis yang bersifat terapiutik.
TEKNIK PENGUNGKAPAN KESULITAN BELAJAR
1. Observasi
2. Tes hasil belajar
3. Tes diagnostik
4. Tes bakat/minat
5. Angket/kuesioner
UPAYA PENANGANAN KESULITAN BELAJAR
1. Penanganan secara instruksional paedagogis
a. pembelajaran ulang
b. program pengayaan
c. pembelajaran individual
d. penyediaan pelajaran pilihan
2. Penangan secara psikologis melalui layanan BP yang
bersifat terapiutik
Kurikulum Pembelajaran
A. Pengertian Kurikulum
1. Secara etimologis
a. kurikulum berasal dari kata “curere” (bhs. Latin)
yang berarti jarak yang harus ditempuh oleh pelari
b. kurikulum berasal dari kata “chariot” (bhs. Yunani)
yang berarti kereta pacu yang membawa
seseorang dari “start” sampai “finish”
Lanjutan pengertian kurikulum
2. Secara terminologis
a. Kurikulum dalam arti sempit
kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang
harus ditempuh untuk mencapai program/tingkat
pendidikan tertentu
* kurikulum dalam arti sempit memunculkan istilah
kegiatan kurikuler, ko-kurikuler, dan
ekstra kurikuler
Lanjutan pengertian
kurikulum
b. kurikulum dalam arti luas
kurikulum adalah seperangkat pengalaman yang diperlukan
untuk mencapai suatu tujuan pendidikan tertentu
* Menurut UU No 20 Th 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu.
B. KOMPONEN KURIKULUM
1. Tujuan
Tujuan sebagai komponen dari kurikulum berupa kemampuan/kompetensi
yang diharapkan dikuasai siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran
* kejelasan rumusan tujuan penting karena digunakan sebagai dasar dalam
menentukan materi, bentuk kegiatan, sarana, organisasi, dan evaluasi
Lanjutan komponen
kurikulum
2. Komponen isi/materi
isi/materi berupa bahan yang harus diajarkan oleh guru/ dipelajari
oleh siswa
*Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah terkait dengan:
a. kedudukan : umum, akademik, profesi/vokasi
b. sifat materi : kognitif, afektif, psikomotorik
c. urutan : mudah-sukar, kronologis, deduktif –
induktif
d. sumber materi : benda, tempat, orang, barang
cetakan
Lanjutan komponen kurikulum
3. Komponen strategi
Komponen strategi berupa bentuk kegiatan/ pe
ngalaman yang diperlukan ( tanya jawab,
diskusi, eksperimen, observasi, simulasi dll.)
4. Komponen organisasi
Komponen organisasi berupa model penyusunan
dan penyajian isi/materi
Lanjutan komponen kurikulum
a. Terpisah (subject centered curiculum)
materi disusun dan disampaikan dalam bentuk mata pelajaran-
mata pelajaran yang terpisah antara satu dengan yang lain
b. Gabungan (broad field curiculum)
materi disusun dan disampaikan dalam bentuk bidang studi yang
merupakan gabungan dari materi yang serumpun/sejenis
Lanjutan komponen kurikulum
c. Terpadu (integrated curiculum)
materi disusun dan disampaikan dalam bentuk
kegiatan yang bersifat “wholistik”
4. Komponen evaluasi
Komponen evaluasi berupa kegiatan mengetahui
proses dan hasil pembelajaran yang menyangkut :
efektifitas, efisiensi, relevansi, dan produktifitas
C. ASAS KURIKULUM
1. asas filosofis
2. asas sosio-kultural-religius
3. asas psikologis
4. asas perkembangan IPTEK
D. PRINSIP KURIKULUM
1. Prinsip relefansi
kesesuaian antara kurikulum dengan:
dunia kerja, perkembangan masyarakat, lingkungan
kehidupan siswa, serta kesesuaian antara tujuan – isi–
pengalaman - evaluasi
Lanjutan prinsip kurikulum
2. Prinsip efektifitas
kesesuaian antara hasil yang dicapai dengan
targetnya.
dalam rangka mencapai efektifitas dapat dilakukan
dengan :
penataran, pemilihan dan penggunaan
media yang tepat.
Lanjutan komponen kurikulum
3. Prinsip efisiensi
kesesuaian antara hasil yang dicapai dengan
tenaga, biaya, waktu yang digunakan
4. Prinsip kesinambungan
kesinambungan antar tingkat pendidikan (vertikal), antar materi
(horisontal)
Lanjutan komponen kurikulum
5. Prinsip fleksibelitas
memungkinkan untuk dapat disesuaikan dengan sikon
pada saat pelaksanaannya
E. TUGAS GURU DALAM BIDANG KURIKULUM
1. Merencanakan kegiatan belajar-
pembelajaran ( tujuan – materi –
pengalaman/strategi – evaluasi)
2. Melaksanakan kegiatan belajar - pembelajaran
3. Melakukan evaluasi kegiatan belajar -
pembelajaran
Belajar dan pembelajaran wawan

More Related Content

What's hot

Rph pendidikan moral th 1
Rph pendidikan moral th 1Rph pendidikan moral th 1
Rph pendidikan moral th 1
Aminah Abdullah
 
Skripsi pembelajaran Inquiry biologi
Skripsi pembelajaran Inquiry biologiSkripsi pembelajaran Inquiry biologi
Skripsi pembelajaran Inquiry biologi
arif mutawalli
 
Ptk jumanah ctl pkn bab iii iv v 6 april 2016
Ptk jumanah ctl pkn bab iii iv v 6 april 2016Ptk jumanah ctl pkn bab iii iv v 6 april 2016
Ptk jumanah ctl pkn bab iii iv v 6 april 2016
Heri Triyono
 
Metode pembelajaran individu
Metode pembelajaran individuMetode pembelajaran individu
Metode pembelajaran individu
Nastiti Rahajeng
 
Makalah keterampilan mengadakan variasi
Makalah keterampilan mengadakan variasiMakalah keterampilan mengadakan variasi
Makalah keterampilan mengadakan variasi
Mellya Silaban
 
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DAN JIGSAW II
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DAN JIGSAW IIMODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DAN JIGSAW II
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DAN JIGSAW II
dina suci
 

What's hot (20)

Makalah prinsip prinsip pengajaran
Makalah prinsip prinsip pengajaranMakalah prinsip prinsip pengajaran
Makalah prinsip prinsip pengajaran
 
Kajian pustaka discovery learning
Kajian pustaka discovery learningKajian pustaka discovery learning
Kajian pustaka discovery learning
 
Makalah metode pembelajaran
Makalah metode pembelajaranMakalah metode pembelajaran
Makalah metode pembelajaran
 
Rph pendidikan moral th 1
Rph pendidikan moral th 1Rph pendidikan moral th 1
Rph pendidikan moral th 1
 
Ptk agama kristen
Ptk agama kristenPtk agama kristen
Ptk agama kristen
 
PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN
PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARANPENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN
PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN
 
Skripsi pembelajaran Inquiry biologi
Skripsi pembelajaran Inquiry biologiSkripsi pembelajaran Inquiry biologi
Skripsi pembelajaran Inquiry biologi
 
Perspektif pendidikan sd
Perspektif pendidikan sdPerspektif pendidikan sd
Perspektif pendidikan sd
 
PKP Bab 2
PKP Bab 2PKP Bab 2
PKP Bab 2
 
Apakah itu pengajaran
Apakah itu pengajaranApakah itu pengajaran
Apakah itu pengajaran
 
1.3 d konsep model pembelajaran p bl
1.3 d konsep model pembelajaran p bl1.3 d konsep model pembelajaran p bl
1.3 d konsep model pembelajaran p bl
 
Ptk jumanah ctl pkn bab iii iv v 6 april 2016
Ptk jumanah ctl pkn bab iii iv v 6 april 2016Ptk jumanah ctl pkn bab iii iv v 6 april 2016
Ptk jumanah ctl pkn bab iii iv v 6 april 2016
 
Metode pembelajaran individu
Metode pembelajaran individuMetode pembelajaran individu
Metode pembelajaran individu
 
Model-model Pembelajaran
Model-model PembelajaranModel-model Pembelajaran
Model-model Pembelajaran
 
Ppt teknology uas
Ppt teknology uasPpt teknology uas
Ppt teknology uas
 
Makalah keterampilan mengadakan variasi
Makalah keterampilan mengadakan variasiMakalah keterampilan mengadakan variasi
Makalah keterampilan mengadakan variasi
 
Strategi dan model pembelajaran p kn komtemporer dan inovatif
Strategi  dan  model  pembelajaran  p kn komtemporer dan inovatifStrategi  dan  model  pembelajaran  p kn komtemporer dan inovatif
Strategi dan model pembelajaran p kn komtemporer dan inovatif
 
Ptk eri-marlina-lengkap
Ptk eri-marlina-lengkapPtk eri-marlina-lengkap
Ptk eri-marlina-lengkap
 
Metode pembelajaran paikem
Metode pembelajaran paikemMetode pembelajaran paikem
Metode pembelajaran paikem
 
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DAN JIGSAW II
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DAN JIGSAW IIMODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DAN JIGSAW II
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DAN JIGSAW II
 

Similar to Belajar dan pembelajaran wawan

1. BELAJAR DAN PEMBELAJARAN.pptx
1. BELAJAR DAN PEMBELAJARAN.pptx1. BELAJAR DAN PEMBELAJARAN.pptx
1. BELAJAR DAN PEMBELAJARAN.pptx
MohZaini6
 
Pedagogi_Pengembangan Potensi Peserta Didik.pptx
Pedagogi_Pengembangan Potensi Peserta Didik.pptxPedagogi_Pengembangan Potensi Peserta Didik.pptx
Pedagogi_Pengembangan Potensi Peserta Didik.pptx
ssuser02246b1
 

Similar to Belajar dan pembelajaran wawan (20)

belajar-pembelajaran.ppt
belajar-pembelajaran.pptbelajar-pembelajaran.ppt
belajar-pembelajaran.ppt
 
KONSEP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
KONSEP BELAJAR DAN PEMBELAJARANKONSEP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
KONSEP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
 
Bp hakekat belajar
Bp hakekat belajarBp hakekat belajar
Bp hakekat belajar
 
Resiprokal
ResiprokalResiprokal
Resiprokal
 
Presentation ppd
Presentation ppdPresentation ppd
Presentation ppd
 
hakikat dan ciri belajar
hakikat dan ciri belajarhakikat dan ciri belajar
hakikat dan ciri belajar
 
Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran
Psikologi Pembelajaran dan PengajaranPsikologi Pembelajaran dan Pengajaran
Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran
 
Bab ii
Bab ii Bab ii
Bab ii
 
Bab ii
Bab ii Bab ii
Bab ii
 
1. BELAJAR DAN PEMBELAJARAN.pptx
1. BELAJAR DAN PEMBELAJARAN.pptx1. BELAJAR DAN PEMBELAJARAN.pptx
1. BELAJAR DAN PEMBELAJARAN.pptx
 
Kognitif
KognitifKognitif
Kognitif
 
Jenis - Jenis & Prinsip Belajar
Jenis - Jenis & Prinsip BelajarJenis - Jenis & Prinsip Belajar
Jenis - Jenis & Prinsip Belajar
 
S2 manajbelajmeng 1
S2 manajbelajmeng 1S2 manajbelajmeng 1
S2 manajbelajmeng 1
 
PSIKOLOGI PEMBELAJARAN
PSIKOLOGI PEMBELAJARANPSIKOLOGI PEMBELAJARAN
PSIKOLOGI PEMBELAJARAN
 
Yulianti
YuliantiYulianti
Yulianti
 
Psikologi pendidikan
Psikologi pendidikanPsikologi pendidikan
Psikologi pendidikan
 
Pedagogi_Pengembangan Potensi Peserta Didik.pptx
Pedagogi_Pengembangan Potensi Peserta Didik.pptxPedagogi_Pengembangan Potensi Peserta Didik.pptx
Pedagogi_Pengembangan Potensi Peserta Didik.pptx
 
Pedagogi_Pengembangan Potensi Peserta Didik.pptx
Pedagogi_Pengembangan Potensi Peserta Didik.pptxPedagogi_Pengembangan Potensi Peserta Didik.pptx
Pedagogi_Pengembangan Potensi Peserta Didik.pptx
 
Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaranStrategi pembelajaran
Strategi pembelajaran
 
1_MODEL-MODEL PEMBELAJARAN SCL.ppt
1_MODEL-MODEL PEMBELAJARAN SCL.ppt1_MODEL-MODEL PEMBELAJARAN SCL.ppt
1_MODEL-MODEL PEMBELAJARAN SCL.ppt
 

Recently uploaded

PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
muhammadyudiyanto55
 

Recently uploaded (20)

Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024
Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024
Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN (ATP) B. Inggris kelas 7.pdf
ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN (ATP) B. Inggris kelas 7.pdfALUR TUJUAN PEMBELAJARAN (ATP) B. Inggris kelas 7.pdf
ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN (ATP) B. Inggris kelas 7.pdf
 
Presentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptx
Presentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptxPresentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptx
Presentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptx
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _PEMBEKALAN Kompetensi_PENGELOLAAN PENGADAAN...
RENCANA + Link2 MATERI  Training _PEMBEKALAN Kompetensi_PENGELOLAAN PENGADAAN...RENCANA + Link2 MATERI  Training _PEMBEKALAN Kompetensi_PENGELOLAAN PENGADAAN...
RENCANA + Link2 MATERI Training _PEMBEKALAN Kompetensi_PENGELOLAAN PENGADAAN...
 
Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
 
Konflik dan Negosiasi dalam perilaku organisai
Konflik dan Negosiasi dalam perilaku organisaiKonflik dan Negosiasi dalam perilaku organisai
Konflik dan Negosiasi dalam perilaku organisai
 
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptx
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptxModul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptx
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptx
 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
 
Solusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptx
Solusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptxSolusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptx
Solusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptx
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdf
 
Naufal Khawariz_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Naufal Khawariz_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfNaufal Khawariz_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Naufal Khawariz_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
 
Susi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Susi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfSusi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Susi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
 
1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud
1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud
1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Solusi Masalah Pendidikan Kelompok 9 Wawasan Pendidikan.pptx
Solusi Masalah Pendidikan Kelompok 9 Wawasan Pendidikan.pptxSolusi Masalah Pendidikan Kelompok 9 Wawasan Pendidikan.pptx
Solusi Masalah Pendidikan Kelompok 9 Wawasan Pendidikan.pptx
 
Lidia_Lidia_2021B_Analisis Kritis Jurnal
Lidia_Lidia_2021B_Analisis Kritis JurnalLidia_Lidia_2021B_Analisis Kritis Jurnal
Lidia_Lidia_2021B_Analisis Kritis Jurnal
 

Belajar dan pembelajaran wawan

  • 3. 1. Potensi manusia bersifat laten dan terbuka 2. Pertumbuhan dan perkembangan manusia lebih banyak terjadi secara NON instingtif/alamiah
  • 5. Apakah kegiatan ini termasuk belajar?  Andi tadinya tidak dapat berbahasa Inggris sekarang mahir berbahasa Inggris.  Bayi yang tadinya tidak dapat tengkurep lalu dapat tengkurep  Doni secara kebetulan dapat memperbaiki barang elektronik tetapi ketika harus mengerjakan hal yang sama dalam waktu yang berbeda menemui kesulitan.
  • 6. 1. Dari segi proses a. adanya aktivitas ( fisik, mental, emosional ) b. melibatkan unsur lingkungan c. bertujuan kearah terjadinya perubahan tingkah laku (behavioral changes) 2. Dari segi hasil a. bersifat relatif tetap b. diperoleh melalui usaha
  • 7. HAKIKAT BELAJAR •Gagne (1977): Belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan manusia seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan kemampuannya yakni peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis performance (kinerja). •Sunaryo (1989): Belajar adalah suatu kegiatan dimana seseorang membuat atau menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap dan ketrampilan.
  • 8. Faktor Pendukung Proses Belajar Dan Pembelajaran Faktor Belajar Siswa Luar Dalam Lingkungan Alam Sosial Budaya Instrumen Kurikulum Program Sarana Guru Fisiologis Psikologi Fisologis Umum Panca Indera Minat Kecerdasan Minat Motivasi Kognitif
  • 9. BELAJAR BAGI MANUSIA HOMEOSTATIK (MEMENUHI KEBUTUHAN) PERBUATAN NALURIAH PERBUATAN BELAJAR POTENSI DASAR DORONGAN HIDUPLAHIR MERUPAKAN SALAH SATU CARA MANUSIA MEMPERTAHANKAN DAN MENGEMBANGKAN HIDUP
  • 10. KITA BELAJAR MELALUI Apa yang kita lihat Apa yang kita dengar Apa yang kita kecap Apa yang kita sentuh Apa yang kita baui Apa yang kita lakukan Apa yang kita bayangkan Apa yang kita intuisikan Apa yang kita rasakan
  • 11. … Shift …. InstructorInstructor StudentStudent StudentStudent Student Student InstructorInstructor LibraryLibrary Company BasedCompany Based Learning CommunitiesLearning Communities Move From …Move From … InstructorInstructor--CentricCentric To …To … PerformerPerformer--CentricCentric ClassClass Other SchoolsOther Schools & Organizations& Organizations InternetInternet Knowledge PortalKnowledge Portal PERFORMERPERFORMER ExpertsExperts Knowledge Environment KnowledgeKnowledge EnvironmentEnvironment REVOLUSI PROSES BELAJAR
  • 12. Upaya sadar mendapatkan sesuatu yang baru untuk mempertahankan/mengembangkan hidup GAMBAR ANAK LAGI BELAJAR IPTEKS IMTAQIPTEKS IMTAQ
  • 13. Interaksi guru-siswa dalam kegiatan memotivasi dan memfasilitasi siswa untuk belajar
  • 14. PEMBELAJARAN 1. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran ? Pembelajaran adalah penyediaan sistem lingkungan yang mengakibatkan terjadinya proses belajar pada diri siswa
  • 15. Bagaimana ciri-ciri pembelajaran ? 1. Adanya unsur guru 2. Adanya unsur siswa 3. Adanya aktivitas guru dan siswa 4. Adanya interaksi antar guru–siswa 5. Bertujuan kearah perubahan tingkah laku siswa 6. Proses dan hasilnya terencana/terprogram
  • 16. Mengapa perlu pembelajaran ? 1. Peristiwa belajar tidak selalu terjadi atas inisiatif diri individu 2. Individu memerlukan bantuan untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya 3. Perlunya lingkungan yang kondusif guna mencapai perkembangan individu secara optimal
  • 17. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses dan hasil belajar-pembelajaran ? 1. Guru 2. Siswa 3. tujuan 4. Materi 5.Instrumental 6. lingkungan
  • 18. FAKTOR GURU 1. Kondisi fisik a. kondisi kesehatan fisik secara umum b. kondisi fungsi inderawi 2. Kondisi psikis a. suasana kejiwaan b. kompetensi paedagogis, kepribadian, sosial, profesional)
  • 19. FAKTOR SISWA 1. Kondisi Fisik a. kondisi kesehatan fisik secara umum b. kondisi fungsi inderawi 2. Kondisi Psikis bakat, minat, kemampuan, motivasi, situasi kejiwaan
  • 20. FAKTOR TUJUAN 1. Kejelasan 2. Urgensi 3. Tingkat kesulitan 4. Kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa
  • 21. FAKTOR MATERI 1. Kejelasan 2. Kemenarikan 3. Sistematika 4. Jenis materi
  • 22. FAKTOR INSTRUMEN 1. Kelengkapan 2. Kuantitas 3. Kualitas 4. Kesesuaian
  • 23. FAKTOR LINGKUNGAN 1. Lingkungan fisik Suhu dan kelembapan udara 2. Lingkungan sosial a. manusia b. representasi manusia
  • 24.
  • 25. Apa yang dimaksud dengan tujuan belajar - pembelajaran ? Tujuan belajar-pembelajaran merupakan perilaku yang diharapkan dapat dicapai siswa sehubungan dengan aktivitas belajar– pembelajaran dilakukan
  • 26. Apa urgensi penetapkan dan perumusan tujuan belajar-pembelajaran ? Penetapan dan perumusan tujuan belajar - pembelajaran sangat penting, karena sebagai dasar dalam: 1. Menyusun alat/instrumen evaluasi 2. Menentukan materi yang diperlukan 3. Memilih dan menentukan sarana (alat pelajaran, alat peraga, media) yang diperlukan 4. Memilih dan menetukan metode belajar–pembelajaran yang diperlukan
  • 27. Jenis tujuan dalam belajar pembelajaran meliputi apa saja ? 1. Tujuan kurikuler (standart kompetensi) Menggambarkan perilaku internal dalam lingkup yang luas 2. Tujuan pembelajaran umum (kompetensi dasar) Menggambarkan perilaku internal dalam lingkup yang relatif terbatas 3. Tujuan pembelajaran khusus (indikator) Menggambarkan perilaku eksternal dalam lingkup yang spesifik
  • 28. Jenis-jenis perilaku yang menjadi dasar dalam penentuan dan perumusan tujuan belajar-pembelajaran meliputi apa saja ? 1.Perilaku Ranah Kognitif 2.Perilaku Ranah Afektif 3.Perilaku Ranah Psikomotor
  • 29. Jenis perilaku yang berkaitan dengan kemampuan mengingat dan berfikir (memecahkan masalah) PERILAKU RANAH KOGNITIF
  • 30. 1. Pengetahuan (kemampuan mengingat dan mengenal suatu obyek) Perilaku internal: mengetahui ........... Perilaku eksternal a.l : menyebutkan, menunjukkan, mengidentifikasi 2. Pemahaman (kemampuan menangkap makna suatu obyek) Perilaku internal a.l : memahami .........., menginterpretasikan Perilaku eksternal a.l : menjelaskan, menerangkan, memberi contoh 3. Penerapan (kemampuan menerapkan dalam situasi yang baru/konkrit) Perilaku internal a.l : menggunakan..,membuat….., Perilaku eksternal a.l : mendemonstrasikan, menghitung, membuktikan 4. Analisis (kemampuan menguraikan suatu kesatuan kedalam bagian-bagian) Perilaku internal a.l : menganalisis, merinci Perilaku eksternal a.l : membandingkan, membagi, memilih 5. Sintesis (kemampuan mengintegrasikan bagian-bagian ke dalam satu kesatuan) Perilaku internal a. l : menyususun..,Menghasilkan Perilaku eksternal a. l : merangkaikan, menyimpulkan 6. Evaluasi (kemampuan melakukan penilaian terhadap suatu obyek tertentu) Perilaku internal a.l : mempertimbangkan, menilai Perilaku eksternal a. l : membedakan, mengkritik
  • 31. Jenis perilaku yang berkaitan dg nilai, norma, sikap, perasaan, kemauan PERILAKU RANAH AFEKTIF
  • 32. 1. Penerimaan (adanya kesadaran dan perhatian terhadap stimulan yang datang ) Perilaku internal : menunjukkan .......... Perilaku eksternal : mengikuti, menyatakan, menjawab, 2. Partisipasi ( memberikan tanggapan secara verbal ataupun tindakan) Perilaku internal : mematuhi......., berperan secara aktif ... Perilaku eksternal : melaksanakan, menyumbangkan, melaporkan 3. Penilaian/Penetuan sikap ( penyesuaian diri sesuai dengan penilaian yang telah dilakukannya) Perilaku internal : mengakui, menyepakati, menyukai, menghargai Perilaku eksternal : mengajak, menolak, melaksanakan, membela, ikut serta 4.Organisasi (menghubungkan antar nilai menjadi suatu sistem nilai) Perilaku internal : membentuk sistem nilai Perilaku eksternal : merumuskan, mengatur, 5.Pembentukan pola hidup (menjadikan sistem nilai sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupannya) Perilaku internal : menunjukkan ......melibatkan diri ........ Perilaku eksternal : memperlihatkan, Bertahan, membuktikan TERDIRI DARI 5 PRILAKU
  • 33. Merupakan perilaku yang menyangkut aspek ketrampilan/gerakan PERILAKU RANAH PSIKOMOTOR
  • 34. TERDIRI DARI 7 PERILAKU 1. Persepsi (kemampuan mengenal obyek motorik dengan panca indera) Perilaku internal : membedakan, menafsirkan, Perilaku eksternal : mengidentifikasi, membedakan, memilih 2. Kesiapan (kemampuan mempersiapkan diri untuk melakukan suatu gerakan) Perilaku internal: berkonsentrasi, menyiapkan diri Perilaku eksternal: menunjukkan, mengawali, mempersiapkan 3. Gerakan terbimbing (kemampuan melakukan gerakan dengan mengikuti contoh) Perilaku internal : meniru contoh Perilaku eksternal: mengikuti, memasang, mencoba, membuat
  • 35. 4. Gerakan terbiasa (kemampuan melakukan gerakan tanpa melihat contoh) Perilaku internal : terampil Perilaku eksternal : memainkan, mendemonstrasikan, mengatur 5. Gerakan kompleks ( kemampuan melakukan serangkaian gerakan secara tepat, lancar, luwes) Perilaku internal : terampil Perilaku eksternal : memasang, membongkar, mendemonstrasikan 6. Penyesuaian pola gerakan (kemampuan menyesuaikan gerakan dengan situasi dan kondisi yang dihadapinya) Perilaku internal : menyesuaikan diri, bervariasi Perilaku eksternal : mengubah, mengatur, membuat variasI 7. Penciptaan pola gerakan (kemampuan membuat pola gerakan baru) Perilaku internal : menciptakan sesuatu yang baru Perilaku eksternal : merancang, menciptakan, mendesain
  • 37. TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK A. ASUMSI Manusia dipandang sebagai organisme yang pasif. Prilaku manusia dikuasai oleh stimulus yang ada di lingkungannya. Oleh karena itu perilaku manusia dapat dikontrol/ dikendalikan melalui pemanipulasian lingkungan B. CIRI-CIRI 1. Mementingkan pengaruh lingkungan 2. Mementingkan bagian-bagian 3. Mementingkan peranan reaksi 4. Mementingkan mekanisme terbentuknya hasil belajar 5. Mementingkan sebab-sebab pada waktu yang lalu 6. Mementingkan pembentukan kebiasaan 7. Dalam pemecahan masalah ciri khasnya adalah “trial and error”
  • 38. TOKOH–TOKOH E. L. Thorndike R. Gagne B. F. Skinner Ivan P. Pavlov Albert Bandura EdwinR.Guthrie Watson Clark Hull
  • 39. Stimulus ResponBlack box Stimulus Stimulus Hadiah Hukuman TEORI BELAJAR BEHAVIORISME CONTOHNYA: Mahasiswa dapat menyelesaikan tugas dari dosen dengan cepat dan benar apabila dapat stimulus berupa nilai A.
  • 40. Menurut paham behaviorisme :  Belajar adalah perubahan tingkah laku akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon  Yang terpenting dalam belajar adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon  Stimulus adalah lingkungan belajar anak yang menjadi penyebab belajar.  Respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulus.  Faktor yang juga berperan dalam belajar adalah REINFORCEMENT.  Faktor penting dalam belajar behavioristik a) Masukan atau input, yang berupa stimulus b) Keluaran atau output, yang berupa respon c) Faktor penguatan (reinforcement) baik positive reinforcement maupun negative reinforcement  Bila REINFORCEMENT adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. TEORI BELAJARBEHAVIORISTIK  Penguatan ditambah  Positive reinforcement  Penguatan dikurangi  negative reinforcement
  • 41. ANALISIS TEORI BEHAVIORISTIK  Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para pendidik. Namun dari semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement), merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan Skiner.  Teori behavioristik banyak dikritik Teori ini tidak mampu menjelaskan penyimpangan- penyimpangan yang terjadi dalam hubungan stimulus dan respon.  Pandangan behavioristik juga kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi siswa, Mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau perasaan.  Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan pebelajar untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa pebelajar menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi.
  • 42.  Objek utama yang diamati adalah perilaku  Tidak mengakui adanya mental, kesadaran dan predisposisi yang dimiliki manusia  Yang dimiliki manusia : raga, fisik, badan dan refleks  Konsep belajar menurut Watson adalah memperbanyak refleks yang dibawa sejak lahir melalui kondisioning  Kondisioning merupakan suatu upaya untuk memperkuat ikatan S-R dan memberi perangsang sehingga menimbulkan refleks (perilaku) JOHN R. WATSON (BEHAVIORISME KLASIK)
  • 43. Watson mengadaakan eksperimen terhadap Albert, seorang bayi berumur sebelas bulan Albert adalah seorang bayi yang gembira dan tidak takut bahkan senang bermain-main dengan tikus putih berbulu halus. Dalam eksperimennya Watson memulai proses pembiasaannya dengan cara memukul sebatang besi dengan sebuah palu setiap kali Albert mendekati dan ingin memegang tikus putih itu. Akibatnya, tidak lama kemudian Albert menjadi takut terhadap tikus putih juga kelinci putih. Bahkan terhadap semua benda putih, termasuk jaket dan topeng Sinterklas yang berjenggot putih.
  • 44.
  • 45. 1. Misalnya, jika seorang anak bayi kecil mengatakan minta susu dan orang tuanya memberinya susu, maka operant dikuatkan. 2. Menurut Skinner, perilaku verbal adalah perilaku yang dikendalikan oleh akibatnya. Bila akibatnya itu hadiah, perilaku itu akan terus dipertahankan. Namun, bila akibatnya adalah hukuman, atau kurang adanya penguatan, perilaku itu akan diperlemah atau pelan-pelan akan disingkirkan. SKINNER (1957) OPERANT CONDITIONING
  • 46. Ada seorang anak kecil menangis meminta es kepada ibunya. Tetapi, karena ibunya yakin dan percaya bahwa es itu menggunakan pemanis buatan maka sang ibu tidak meluluskan permintaan anaknya. Sang anak terus menangis. Tetapi, sang ibu bersikukuh untuk tidak menuruti permintaan anaknya. Lama kelamaan tangis anak tersebut reda dengan sendirinya dan di lain waktu tidak meminta es semacam itu lagi kepada ibunya, apalagi dengan menangis.
  • 47. 1. Seandainya anak itu kemudian dituruti keinginannya oleh ibunya, apa yang akan terjadi? 2. Pada kesempatan lain anak tersebut akan meminta es lagi. Apabila ibunya tidak meluluskannya, maka ia akan menangis dan terus menangis karena dengan menangis ia akan mendapatkan es. 3. Kalau ibunya memberikan es lagi, maka perbuatan menangis itu dikuatkan. 4. Pada kesempatan lain, anak tersebut akan menangis manakala ia meminta sesuatu pada ibunya
  • 48. 1. Teori Pembiasaan 2. Pembelajaran merupakan rangkaian panjang dari respons-respons yang dibiasakan. 3. Teori ini diperkuat oleh Thorndike (1947- 1919) yang terkenal dengan teori Trial and Error. PAVLOV
  • 49.
  • 50. Berikut adalah tahap-tahap eksperimen dan penjelasan dari gambar diatas: . Dimana anjing, bila diberikan sebuah makanan (UCS) maka secara otonom anjing akan mengeluarkan air liur (UCR). Jika anjing dibunyikan sebuah bel maka ia tidak merespon atau mengeluarkan air liur. Sehingga dalam eksperimen ini anjing diberikan sebuah makanan setelah diberikan bunyi bel (CS) terlebih dahulu, sehingga anjing akan mengeluarkan air liur (UCR) akibat pemberian makanan. . Setelah perlakukan ini dilakukan secara berulang-ulang, maka anjing mendengar bunyi bel (CS) tanpa diberikan makanan, secara otonom anjing akan memberikan respon berupa keluarnya air liur dari mulutnya (CR). EKSPERIMEN PAVLOV
  • 51. PERCOBAAN Dalam percobaan tersebut apabila di luar sangkar diletakkan makanan, maka kucing berusaha untuk mencapainya dengan cara meloncat-loncat kian kemari. Dengan tidak tersengaja kucing telah menyentuh kenop, maka terbukalah pintu sangkar tersebut, dan kucing segera lari ke tempat makan. Percobaan ini diulangi untuk beberapa kali, dan setelah kurang lebih 10 sampai dengan 12 kali, kucing baru dapat dengan sengaja menyentuh kenop tersebut apabila di luar diletakkan makanan.
  • 52.
  • 53. Misalnya, ketika sedang belajar bersepeda atau belajar bahasa seperti pengucapan kata-kata yang sulit. Kegagalan diulang terus-menerus lama-kelamaan akan berhasil
  • 54. EDWARD LEE THORNDIKE (1874 – 1949) Teori Belajar Thorndike Hukum Kesiapan Hukum Latihan Hukum Akibat Pembelajaran dengan memberi stimulus kepada siswa agar menimbulkan respon yang tepat seperti yang kita inginkan. Hubungan stimulus dan respons ini bila diulang kan menjadi sebuah kebiasaan. selanjutnya, bila siswa menemukan kesulitan atau msalah, guru menyuruhnya untuk mencoba dan mencoba lagi (trial and error) sehingga akhirnya diperoleh hasil.
  • 55. 1. HUKUM KESIAPAN (LAW OF READINESS); semakin siap suatu organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat 2. HUKUM LATIHAN (LAW OF EXERCISE); semakin sering suatu tingkah laku diulang maka asosiasi tersebut semakin kuat. 3. HUKUM AKIBAT (LAW OF EFFECT); hubungan stimulus dan respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika tidak memuaskan.
  • 56. HUKUM THORNDIKE Hukum Kesiapan Hukum Latihan Akan dipertehankan / diperkuat Prinsip utama dalam belajar adalah pengulangan Makin sering diulangi, materi pelajaran akan semakin dikuasai. Timbul kepuasan Semakin siap individu untuk belajar
  • 57. HUKUM AKIBAT Perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan cenderung dihentikan dan tidak akan diulangi Suatu perbuatan yang disertai akibat menyenangkan cenderung dipertahankan dan lain kali akan diulangi
  • 58. LIMA HUKUM TAMBAHAN DARI THORNDIKE : Multiple Respons atau Reaksi Sikap ( Set atau Attitude ) Prinsip Aktivitas Berat Sebelah Response by Analogy Hukum Perpindahan Asosiasi
  • 59. Hukum ini mengatakan bahwa pada individu diawali oleh proses trial dan error yang menunjukkan adanya bermacam-macam respon sebelum memperoleh respon yang tepat dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Multiple Respons Atau Reaksi
  • 60. Hukum ini menjelaskan bahwa perilaku belajar seseorang tidak hanya ditentukan oleh hubungan stimulus dengan respon saja, tetapi juga ditentukan keadaan yang ada dalam diri individu baik kognitif, emosi , sosial , maupun psikomotornya. Sikap ( Set atau Attitude )
  • 61. Hukum ini mengatakan bahwa individu dalam proses belajar memberikan respon pada stimulus tertentu saja sesuai dengan persepsinya terhadap keseluruhan situasi (respon selektif). Prinsip Aktivitas Berat Sebelah
  • 62. Menghubungkan situasi yang belum pernah dialami dengan situasi lama yang pernah dialami sehingga terjadi transfer atau perpindahan unsur-unsur yang telah dikenal ke situasi baru. Makin banyak unsur yang sama maka transfer akan makin mudah. Response by Analogy
  • 63. Proses peralihan dari situasi yang dikenal ke situasi yang belum dikenal dilakukan secara bertahap Menambahkan sedikit demi sedikit unsur baru dan membuang sedikit demi sedikit unsur lama. Hukum Perpindahan Asosiasi
  • 64. REVISI HUKUM BELAJAR THORNDIKE a. Hukum latihan ditinggalkan, karena ditemukan bila pengulangan saja tidak cukup untuk memperkuat hubungan stimulus dengan respons, demikian pula tanpa ulangan belum tentu melemahkan hubungan stimulus – respons. b. Hukum akibat direvisi, hukum akibat dijelaskan, bila hadiah akan meningkatkan hubungan stimulus – respons, tetapi hukuman ( punisment ) tidak mengakibatkan efek apa – apa. Dengan revisi ini berarti Thorndike tidak menghendaki adannya hukuman dalam belajar. c. Belongingness, yang intinya, syarat utama bagi terjadinya hubungan stimulus – respons bukannya kedekatan, tetapi adanya saling sesuai antara kedua hal tersebut. Dengan demikian situasi belajar akan mempengaruhi hasil belajar. d. Spread of Effeck, yang intinya dinyatakan, akibat dari suatu perbuatan yang dapat menular.
  • 65.  Social Learning  Observational Learning  Perilaku Individu tidak semata-mata karena refleks otomatis S-R, tetapi juga karena reaksi yang timbul sebagai interaksi antara lingkungan dengan individu itu sendiri.  Belajar menurutnya adalah yang dipelajari manusia terutama belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh periklaku (modeling).  Teori ini juga masih memandang penting conditioning.  Pemberian reward dan punishment akan membuat seorang berpikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan. ALBERT BANDURA
  • 66. Kritik Terhadap Teori Behavioristik 1) Tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks 2) Tidak dapat menjelaskan adanya variasi 3) Cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif
  • 67. 67 TEORI BELAJAR MENURUT EDWIN GUTHRIE  Stimulus tidak harus berhubungan dengan kebutuhan atau pemuasan biologis  Hubungan stimulus dan respon cenderung bersifat sementara, sehingga perlu sering diberikan stimulus agar hubungannya bersifat lebih tetap.  Agar respon muncul lebih kuat dan menetap diperlukan berbagai stimulus yang berhubungan dg respon tsb.  Hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar
  • 69. Pembelajaran yang lebih menekankan pada pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki peserta didik.
  • 71.
  • 72. Mengapa lupa ? 1. Persepsi tidak diproses lebih lanjut 2. Informasi dalam memori jangka pendek tidak ditranfer ke dalam memori jangka panjang 3. Distorsi recall 4. Interferensi ( tercampur atau terdesak oleh informasi lain)
  • 73. Mengapa ingat ? 1. Efek pertama (perhatian masih penuh) dan efek terakhir (tidak terinferensi informasi lain) 2. Belajar informasi baru lebih mudah bila sebelumnya telah mempelajari hal serupa
  • 74. HAL-HAL YANG MEMPENGARUHI INGAT/LUPA  Hambatan retroaktif, yaitu informasi yang masuk lebih dulu terdesak oleh informasi yang baru.  Hambatan proaktif, yaitu informasi yang masuk lebih dulu mempengaruhi informasi yang baru masuk.  Kemudahan retroaktif , yaitu informasi yang masuk kemudian mempermudah masuknya informasi yang sedang masuk.  Kemudahan proaktif, informasi yang terdahulu mempermudah penguasaan informsi yang baru.  Efek pertama dan efek terakhir, yaitu dari deretan informasi yang cukup banyak, yang cenderung mudah diingat adalah informasi yang ada di deretan depan dan deretan terakhir.
  • 75. Teori Pembelajaran kognitif menurut Piaget Menurut Piaget individu berkembang menuju kedewasaan maka ia akan mengalami adaptasi dengan lingkungannya yang akan menyebabkan adanya perubahan kualitatif dalam struktur kognitifnya. Proses belajar berlangsung dalam tiga tahapan yaitu:  Asimilasi  Akomodasi  Equilibrasi
  • 76.  ASIMILASI adalah penyesuaian pengetahuan baru dari pengetahuan yang ada.  AKOMODASI adalah mengubah pemahaman yang ada, agar sesuai dengan situasi baru.  EKUILIBRASI adalah proses memulihkan keseimbangan antara pemahaman sekarang dan pengalaman-pengalaman baru.
  • 77.  ASIMILASI (bersosialisasi)  AKOMODASI sudah tau sedikit tapi salah dan terus diperbaiki dgn yang baru (APAKAH)  EQUILIBRASI (gabungan asimilasi dan akomodasi)
  • 78. TEORI BELAJAR KOGNITIVISME  Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman (tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang dapat diamati)  Setiap orang telah mempunyai pengetahuan/pengalaman dalam dirinya, yang tertata dalam bentuk struktur kognitif. Proses belajar terjadi bila materi yang baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki  Teori belajar yang berkembang berdasarkan teori ini ialah teori perkembangan Piaget, teori kognitif Bruner, dan teori bermakna Asubel Kritik : 1. Lebih dekat pada psikologi daripada teori belajar, 2. sukar diaplikasikan 3. Sukar dipraktekkan, karena tidak mungkin memahami 4. “struktur kognitif” yang ada dalam setiap mahasiswa DCA B Struktur kognitif mahasiswa
  • 79. APLIKASI TEORI KOGNITIVISME: PIAGET 1) Menentukan tujuan instruksional (Pembelajaran) 2) Memilih materi pelajaran 3) Menentukan topik yang dapat dipelajari secara aktif oleh mahasiswa (bimbingan minimum oleh dosen) 4) Merancang kegiatan belajar yang cocok untuk topik yang akan dipelajari mahasiswa 5) Mempersiapkan berbagai pertanyaan yang memacu kreativitas mahasiswa untuk berdiskusi atau bertanya 6) Mengevaluasi proses dan hasil belajar
  • 80. Ada kritik, saran, atau pertanyaan ?
  • 81. 3. Tahapan Operasi Konkrit (7-11th) Tahapan–tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget 1. Tahapan Sensori Motor (0-2th) 4. Tahapan Operasi Formal (11-15th) 2. Tahapan Pra – Operasional (2-7th)
  • 82. 1. TAHAPAN SENSORI MOTOR (0-2TH) Usia 2th pertama anak dapat sedikit memahami lingkungannya dengan cara melihat, meraba atau memegang, mengecap, mencium dan menggerakan. Anak tersebut mengetahui bahwa perilaku yang tertentu menimbulkan akibat tertentu pula bagi dirinya.
  • 83. Pada tahap ini telah mampu menggunakan bahasa dalam mengembangkan konsepnya, walaupun masih sangat sederhana. Tahapan Pra – operasinal (2-7th)
  • 84. Tahapan Operasi Konkrit (7-11th) Dalam tahap ini anak sudah mengembangkan pikiran logis. Dalam upaya memahami lingkungan sekitarnya anak tidak terlalu menggantungkan diri pada informasi yang datangnya dari pancaindra.
  • 85. Tahapan Operasional Formal (11-15th) Pada tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak yaitu berpikir mengenai gagasan. Anak dengan opersai formal ini sudah dapat memikirkan beberapa alternatif pemecahan suatu masalah.
  • 86. “Teori Belajar Kognitif Ausubel” Dalam teori ini, teori belajar dimaknai sebagai belajar BERMAKNA. Pembelajaran bermakna yaitu suatu proses mengkaitkan informasi baru pada konsep–konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.
  • 87. NO KOGNITIF FUNGSINYA 1 Pengetahuan Mengingat, menghafal 2 Pemahaman Menginterprestasikan 3 Aplikasi Menggunakan konsep untuk memecahkan masalah 4 Analisis Menjabarkan suatu konsep 5 Sintesis Menggabungkan bagian – bagian konsep menjadi suatu konsep utuh 6 Evaluasi Membandingkan nilai – nilai, ide, metode Pandangan Bloom dan Krathwohl terhadap belajar. Tujuan belajar yang dikemukakannya dirangkum kedalam tiga kawasan yang dikenal dengan sebutan taksonomi Bloom, sebagai berikut:
  • 88. NO KOGNITIF FUNGSINYA 1 Peniruan Menirukan gerak 2 Penggunaan Menggunakan konsep untuk melakukan gerak 3 Ketepatan Melakukan gerak dengan benar 4 Perangkaian Melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar 5 Naturalisasi Melakukan gerak secara wajar Domain Psikomotor, terdiri atas 5 tingkatan, yaitu :
  • 89. NO KOGNITIF FUNGSINYA 1 Pengenalan Ingin menerima,sadar akan adanya sesuatu 2 Merespon Aktif berpartisipasi 3 Penghargaan Menerima nilai – nilai, setia kepada nilai – nilai tertentu 4 Pengorganisasian Menghubung – hubungkan nilai – nilai yang dipercayai 5 Pengalaman Menjadikan nilai – nilai sebagai bagian dari pola hidupnya Domain Afektif, terdiri atas 5 tingkatan, yaitu:
  • 92. .. Teori ini percaya bahwa siswa mampu mencari sendiri masalah, menyusun sendiri pengetahuannya melalui kemampuan berpikir dan tantangan yang dihadapinya, menyelesaikan dan membuat konsep mengenai keseluruhan pengalaman realistik dan teori dalam satu pengetahuan utuh. TEORI KONSTRUKTIVISTIK
  • 93. KONSTRUKTIVISME adalah aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan yang kita miliki merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri Von Glaserfeld (dalam Battencourt, 1989; & Matthews, 1994)
  • 94. Pancaindera • Melihat • Mendengar • Menjamah • Mencium • Merasakan Pengalaman • Fisik • Kognitif • Mental Objek Lingkungan Konstruksi Pengetahuan Baru PROSES PEMBENTUKAN PENGETAHUAN
  • 95. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsep masing- masing individual mahasiswa. Struktur konsep dapat membentuk pengetahuan, bila konsep baru yang diterima dapat dikaitkan/dihubungkan (proposisi) dengan pengalaman yang dimiliki mahasiswa. Dengan demikian, pengetahuan adalah apa yang ada dalam pikiran setiap mahasiswa (Knowledge as residing GAGASAN KONSTRUKTIVISME tentang PENGETAHUAN
  • 96.  Prinsip belajar vs bukan prinsip mengajar  Berpusat pada mahasiswa vs bukan berpusat pada dosen  Variation of alternatives vs best/correct answer  Constructed/discovered vs given/ presented  Individuality & situational vs generality CIRI UTAMA KONSTRUKVISME DALAM PEMBELAJARAN
  • 97. Proses belajar terjadi ketika skema pikir seseorang dalam kesenjangan (disequilibrium) yang merangsang pemikiran lebih lanjut Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman seseorang dengan dunia fisik dan lingkungannya MAKNA BELAJAR DALAM KONSTRUKTIVISME
  • 98. 98  Kegiatan belajar adalah kegiatan aktif mahasiswa untuk menemukan dan membangun sendiri pengetahuannya  Mahasiswa bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya PERAN MAHASISWA dalam PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME
  • 99.  Belajar bagi mahasiswa merupakan pengembangan pemikiran dengan membuat kerangka pengertian yang berbeda  Belajar dilakukan lewat refleksi, pemecahan masalah/konflik/kasus, dan dialog PERAN MAHASISWA dalam PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME
  • 100.  Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang memungkinkan mahasiswa membangun sendiri pengetahuannya berdasarkan pengalaman masing- masing.  Pembelajaran adalah membantu mahasiswa berpikir secara benar dengan membiarkannya berpikir terlebih dahulu. PANDANGAN KONSTRUKTIVISME terhadap PEMBELAJARAN
  • 101. PERAN DOSEN dalam PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME  Menyediakan pengalaman belajar  Memberikan kegiatan yang merangsang keingintahuan mahasiswa  Menyediakan sarana yang merangsang mahasiswa berpikir secara produktif  Memonitor dan mengevaluasi hasil belajar mahasiswa Dosen lebihbanyak berurusan dengan strategi pembelajaran daripada memberi informasi
  • 102. Alternative assessment: Portofolio Dinamika kelompok Observasi proses Studi kasus Simulasi & performance Permainan appraisal EVALUASI dalam PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME
  • 103. STRATEGI PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME Belajar akan lebih bermakna jika peserta didik ‘mengalami’ apa yang dipelajarinya, bukan hanya ‘mengetahui’nya
  • 104. STRATEGI PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME 1. Belajar aktif, 2. Belajar mandiri, 3. Belajar kooperatif dan kolaboratif, 4. Generative learning, 5. Model pembelajaran kognitif:  problem based learning,  discovery learning,  cognitive strategies,  project based learning (Student-Centered Learning Strategies)
  • 105. 1. Belajar Aktif Menerapkan prinsip Learning by doing (mahasiswa terlibat dalam proses belajar secara spontan)  Tujuan : menuju belajar mandiri  Tugas dosen/fasilitator : memotivasi  Pengelolaan: klasikal, kelompok, individual, berpasangan, penugasan  Teknik-teknik: refleksi, diskusi,merangkum STRATEGI PEMBELAJARAN
  • 106. 2. Belajar Mandiri Belajar otonom, berdasarkan rancangan kuliah yang disusun secara kolaboratif, belajar yang tidak bergantung pada faktor: dosen, kelas, dan teman. Dosen berperan sebagai konsultan dan fasilitator
  • 107. 3. BELAJAR KOOPERATIF & KOLABORATIF BEKERJA SAMA BERSEDIA MEMBANTU PERTUKARAN IDE, ARGUMENTASI, DAN REFLEKSI
  • 108. Bentuk BELAJAR KOLABORATIF KOOPERATIF 1. Penyajian Dosen 2. Diskusi Kelompok 4. Penguatan Dosen 3. Test / Kuis
  • 109. Bentuk BELAJAR KOLABORATIF KOOPERATIF 2. Diskusi Kelompok Ahli (Homogen) 5. Penguatan Dosen 4. Test / Kuis 1. Membaca Bahan Ajar 3. Diskusi Kelompok (Heterogen)
  • 110. Bentuk BELAJAR KOLABORATIF KOOPERATIF 2. Diskusi Kelompok 5. Penguatan Dosen 4. Test / Kuis 1. Identifikasi Masalah 3. Presentasi Kelompok (turnamen)
  • 111. Bahwa belajar bergantung pada pengalaman dan minat siswa sendiri dan topik dalam Kurikulum harus saling terintegrasi bukan terpisah atau tidak mempunyai kaitan satu sama lain. Belajar harus bersifat aktif, langsung terlibat, berpusat pada Siswa (SCL= Student Centered Learning) dalam konteks pengalaman sosial. TOKOH DALAM TEORI KONSTRUKTIVISME 1. JOHN DEWEY
  • 112. Bahwa pengetahuan yang diperoleh seorang anak merupakan hasil dari konstruksi pengetahuan awal yang telah dimiliki dengan pengetahuan yang baru diperolehnya melalui 2 cara yaitu: 1. ASIMILASI yaitu integrasi konsep yang merupakan tambahan atau penyempurnaan dari konsep awal yang dimiliki. 2. AKOMODASI terbentuknya konsep baru pada anak karena konsep awal tidak sesuai dengan pengalaman baru yang diperolehnya. 2. JEAN PIAGET
  • 113. Ada dua konsep penting dalam teori Vygotsky yaitu a.Zone of Proximal Development (ZPD) kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau melalui kerjasama dengan teman sejawat yang lebih mampu b.Scaffolding pemberian sejumlah bantuan kepada siswa selama tahap- tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar setelah ia dapat melakukannya 3. LEV VYGOTSKY
  • 114. PRINSIP-PRINSIP KONSTRUKTIVISME 1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri 2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid 3. Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah 4. Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar.
  • 115. a. Tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi, b. Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu, latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari c. Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik. IMPLIKASI TEORI KONSTRUKTIVISTIK
  • 116. (1) Siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan, (2) Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa, (3) Pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara personal, (4) Pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, (5) Kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran, materi, dan sumber. Karakteristik pembelajaran Konstruktivisme Menurut Driver dan Bell:
  • 117. No Metode Komunikasi Lebih Aktif Tujuan Materi Hasil 1 Ceramah Satu Arah Guru Mengetahui Baru Atau Fakta Hanya Tau 2 Tanggung Jawab Dua Arah Guru-siswa Paham Siswa Sudah Punya Bekal Mengembangkan Pengetahuan Dan Sikap 3 Diskusi Muti Arah Guru-siswa Siswa-Siswa Kreatif Mengandung Masalah Obyektif dan Luas 4 Demontrasi Satu Arah Guru-Siswa Memperjelas 1. Hal Yang Baru 2. Proses Lebih Jelas dan Lebih Lengkap 5 Eksprimen Multi Arah Guru-siswa Menemukan Hal Yang Baru Belum Diketahui Obyektif 6 Latihan Multi Arah Guru dan Siswa Terampil Sudah Diketaui Terampil 7 Widyawisata Multi Arah Siswa dan Guru Mendapatkan Pengalaman Lansung Terkaitan Lingkungan Pengalaman Riil Dan Nyata 8 Kerja Kelompok Muti Arah Siswa-Guru Belajar Bersama Segala Materi Kerjasama Dan Pengalaman Obyektif 9 Tugas Dua arah Guru dan Siswa Supaya siswa aktif Hal yang perlu dikerjakan Siswa aktif dan belajar mandiri
  • 118. Metodologi:  Pengkajian metodologi pengajaran bahasa bersumber dari; (a) pemberian bahasa yang dihasilkan oleh linguistik umum; (b) teori pembelajaran yang dikaji oleh psikologi; (c) teori pembelajaran bahasa yang disumbangkan oleh psikolinguistik; dan (d) teori pemakaian bahasa dalam masyarakat yang diambil dari sosiolinguistik.
  • 119. Richards, dkk. (1985:177): Memberikan batasan mengenai metodologi pengajaran bahasa sebagai kajian praktik dan prosedur yang digunakan dalam pengajaran, dan prinsip-prinsip dan keyakinan yang melandasinya. Metodologi meliputi: • Kajian tentang hakikat keterampilan berbahasa (yaitu listening, speaking, reading dan writing) dan prosedur pengajarannya • Kajian tentang penyiapan rencana pembelajaran, materi ajar, buku teks untuk pengajaran keterampilan berbahasa; • Evaluasi dan perbandingan metode pengajaran bahasa (misalnya Audiolingual method)
  • 120. Richards, dkk. (1985:177): • Metode dalam pengajaran bahasa menurut Richards, dkk. (1985) adalah cara mengajarkan suatu bahasa yang didasarkan kepada prinsip dan prosedur yang sistematis, yakni penerapan pandangan tentang cara bahasa diajarkan dan dipelajari. • Metode pengajaran bahasa yang berbeda seperti Direct method, audio-lingual method, grammar translation method, the silent way dan communicative approach merupakan hasil dari pandangan yang berbeda tentang; (a) hakikat bahasa; (b) hakikat belajar bahasa; (c) tujuan pengajaran; (d) jenis silabus yang digunakan; (e) peran guru, pelajar, dan materi pembelajaran; dan (f) teknik dan prosedur yang digunakan.
  • 121. Hakikat Bahasa •Hakikat bahasa dalam kaitannya dengan pengajaran bahasa menurut aliran linguistik strukturalisme adalah: 1. Language is speech, not writing¸ 2. A language is what its native speakers say, not what someone thinks they ought to say; 3. Languages are different; 4. A language is a set of habit.
  • 122. Beberapa pandangan tentang hakikat bahasa : • Bahasa bersifat lisan yang telah tertata dalam sistem simbol pandang dan dengar. • Anak belajar menggunakan simbol ini secara kumulatif, pertama dalam mendengar (menyimak) dan berbicara, kemudian membaca dan menulis. • Oleh karena itu, program pembelajaran bahasa mulai dengan kegiatan komunikasi lisan. • Setelah anak menguasai keterampilan dalam aspek mendengar dan berbicara, barulah instruktur memulai kegiatan komunikasi tertulis.
  • 123.  Bahasa mencerminkan lingkungan sosial tempat yang ditinggali anak, baik dari segi linguistik maupun tingkatan budaya serta pengaruh berbagai macam dialek dan geografis.  Oleh karena itu, pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan pribadi, sosial, dan komunikasi siswa, serta mempertimbangkan pengaruh regional terhadap wicara, dan penggunaan.
  • 124.  Bahasa mengalami proses perubahan yang tetap, seperti pembentukan kata baru untuk memenuhi tuntutan komunikasi, tekanan sosial yang mengakibatkan perubahan terhadap keberterimaan item pemakaian khusus dan konstruksi bahasa.  Oleh karena itu, bahasa diajarkan untuk mencerminkan penggunaan dan struktur kontemporer; alfabet, tulisan, kata dan ejaannya digunakan untuk merangsang minat siswa bahasa.
  • 125.  Setiap bahasa memiliki struktur sendiri.  Hubungan antara kata, urutan kata, pola kalimat dipelajari melalui pengalaman praktis dan kajian khusus.  Oleh karena itu, program pembelajaran harus mencakup pembelajaran penggunaan bahasa dan struktur bahasa baku melalui pengalaman dalam percakapan, diskusi, laporan, wawancara, dan karangan.  Pembelajaran itu meliputi konstruksi kalimat dan paragraf, dan secara bertahap memperkenalkan prinsip dan terminologi tata bahasa.
  • 126. Penggunaan Bahasa  Bahasa merupakan suatu bentuk perilaku, perlambang konsep diri dan sikap sosial seseorang yang menyimbolkan pikiran, keinginan, dan kepercayaannya.  Kemampuan mempelajari bahasa sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan pribadi dan perkembangan pemahaman dasar manusia.  Oleh karena itu, program pembelajaran bahasa menekankan penciptaan iklim yang hangat dan bersahabat yang mendorong setiap siswa berpartisipasi dalam kegiatan berbahasa lisan dan tulisan.
  • 127.  Bahasa merupakan alat berpikir yang membantu siswa berasionalisasi dan tumbuh melalui pengalaman mereka.  Oleh karena itu, kegiatan berbahasa dikembangkan untuk membantu setiap siswa melihat hubungan, membuat klasifikasi, menarik kesimpulan, menanggung resiko penebakan, memprakirakan hasil, merumuskan
  • 128.  Bahasa merupakan media pengembangan dan pertukaran gagasan.  Pengalaman itu harus mendorong interaksi antara siswa dan orang lain, yang tentunya menekankan tujuan komunikasi, penataan gagasan yang logis, dan kesensitifan terhadap reaksi pendengar atau pembaca.  Bahasa merupakan alat kekuasaan dan kekuatan sosial yang mempengaruhi kepercayaan, sikap, dan tingkah laku.
  • 129.  Bahasa merupakan alat kekuasaan dan kekuatan sosial yang mempengaruhi kepercayaan, sikap, dan tingkah laku.  Oleh karena itu, siswa diajarkan pentingnya tanggung jawab sosial dan integritas pribadi dalam penggunaan bahasa.
  • 130.  Bahasa dalam bentuk tertulis merupakan catatan pikiran manusia sepanjang zaman yang dapat memperkenalkan setiap anak kepada karya-karya sastra sehingga dapat menumbuhkan apresiasi keindahan bahasa sebagai media komunikasi.  Oleh karena itu, program pengajaran bahasa melengkapi siswa dengan pengalaman dalam prosa dan puisi untuk menumbuhkembangkan pemahamannya terhadap masalah manusia dan seperangkat nilai pribadi.
  • 131. BEBERAPA METODE PENGAJARAN BAHASA 1. Grammar Translation method (Metode Terjemahan Tata bahasa) 2. Direct Method (Metode Langsung) 3. Reading Method (Metode Membaca) 4. Audiolingual method (Medote audiolingual) 5. Community Language Learning (CLL) 6. Cognitive Approach (Pendekatan Kognitif) 7. Total Physical Response (Respons Fisik Total) 8. The Silent Way (Metode Diam) 9. Functional-Notional Approach 10. Communicative Approach (Pendekatan Komunikatif)
  • 132. MOTIVASI BELAJAR DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN
  • 133. Pengertian motivasi Perkataan MOTIVASI adalah berasal daripada perkataan Bahasa Inggeris - "MOTIVATION". Perkataan asalnya ialah "MOTIVE" yang juga telah dipinjam oleh Bahasa Melayu / Bahasa Malaysia kepada MOTIF, yakni bermaksud TUJUAN. Di dalam surat khabar, kerap pemberita menulis ayat "motif pembunuhan". Perkataan motif di sini boleh kita fahami sebagai sebab atau tujuan yang mendorong sesuatu pembunuhan itu dilakukan.
  • 134. KASUS 1. Beberapa siswa tetap bersemangat mengikuti pelajaran, sementara yang lain ingin pelajaran segera berakhir 2. Sebagian siswa bekerja keras mengerjakan tugas, sementara yang lainnya asyik bermain 3. Terdapat siswa tidak puas dengan nilai B sementara yang lainnya cukup puas dengan nilai C
  • 135. Apa yang dimaksud motivasi belajar ? Motivasi belajar merupakan proses internal yang mengaktifkan, membimbing, dan mempertahankan perilaku belajar dalam rentang waktu tertentu Motivasi belajar adalah kekuatan yang mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas belajar
  • 136. Motivasi : Apa yang ..............? membuat orang berbuat membuat orang tetap berbuat menetukan arah perbuatan
  • 137. APA URGENSI MOTIVASI BAGI KEPENTINGAN BELAJAR ? 1. Motivasi menentukan arah tindakan seseorang dalam belajar ( analogi seperti kemudi mobil) 2. Motivasi menentukan intensitas/kadar tindakan seseorang dalam belajar ( analogi seperti mesin mobil)
  • 138. Jenis motivasi meliputi apa saja ? 1. Dari segi sifat a) Motivasi dasar ( dorongan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup manusia yang bersifat biologis/jasmaniah) b) Motivasi sosial ( dorongan untuk memenuhi kebutuhan sosial manusia ) c) Motivasi religius ( dorongan untuk memenuhi kebutuhan religi )
  • 139. 2. Dari segi sumber a) Motivasi internal, berfungsinya motivasi karena bersumber dari dalam diri individu b) Motivasi eksternal, berfungsinya motivasi karena bersumber dari luar diri individu
  • 140. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi motivasi belajar ? 1. Faktor internal a. kepribadian siswa b. kemampuan 2. Faktor eksternal a. karakteristik tugas b. insentif c. perilaku guru d. setting pembelajaran
  • 141. APA TUGAS GURU TERKAIT DENGAN MOTIVASI BELAJAR? MEMBANGKITKAN MENGEMBANGKAN MEMELIHARA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
  • 142. BAGAIMANA CARANYA ? 1. Mengemukakan arti pentingnya hal yang dipelajari 2. Mengkaitkan materi dengan latar belakang kehidupan siswa 3. Menimbulkan perasaan ingin tahu (penasaran) 4. penggunaan multi metode/media 5. mengemukakan tujuan ( jelas, penting,memungkinkan untuk dicapai)
  • 143. PRINSIP BELAJAR DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN
  • 144. PENDEKATAN PEMBELAJARAN (CBSA) A. SIFAT CBSA CBSA bersifat NON dikotomis tetapi bersifat kontinum
  • 145. lanjutan sifat CBSA aktivitas gururendah tinggi tinggi Aktifitas siswa diskusi ceramah
  • 146. B. Rasional 1. Aktivitas dalam diri pelajar merupakan salah satu unsur dari hakekat belajar 2. Ragam pengalaman memperkuat efektivitas belajar 3. Keterlibatan dalam persoalan yang dipelajari merupakan sumber motivasi belajar siswa 4. Mengkonkritkan konsep abstrak sehingga mempermudah untuk dipelajari 5. Hasil belajar optimal memerlukan pengalaman langsung dan motivasi internal
  • 147. C. CIRI–CIRI 1. Pembelajaran lebih berpusat pada siswa 2. Guru berperan sebagai pembimbing dalam mewujudkan terjadinya pengalaman belajar siswa 3. Guru aktif melakukan tindakan pembelajaran 4. Siswa aktif melakukan tindakan belajar
  • 148. D. Idikator Kadar CBSA ( Mc. Keachie) 1. Keterlibatan siswa dalam menentukan tujuan belajar – pembelajaran 2. Kadar afektif dalam belajar –pembelajaran 3. Partisipasi siswa dalam belajar – pembelajaran 4. Kohesivitas kelas 5. Perbuatan siswa yang salah/kurang relevan 6. Keterlibatan siswa dalam pengambilan keputusan 7. Jumlah waktu yang digunakan untuk menanggulangi masalah siswa
  • 149. E. Saran AKTIFITAS NON PRODUKTIF 1. Menulis 2. Membaca 3. Mengamati grafik AKTIFITAS PRODUKTIF 1. Membuat laporan 2. Meringkas 3. Menafsirkan grafik HINDARI PENGGUNAAN GUNAKAN
  • 150. Pendekatan Ketrampilan Proses (PKP) 1. Arti Ketrampilan proses Yang dimaksud ketrampilan proses adalah ketrampilan proses kerja ilmiah yang diperlukan siswa untuk mengelola hasil belajarnya
  • 151. Lanjutan PKP 2. Macam Ketrampilan Proses a. Ketrampilan dasar b. ketrampilan lanjut (integratif)
  • 152. KETRAMPILAN PROSES DASAR 1) Mengamati (melihat, mendengar, meraba, membau,mencecap) 2) mengklasifikasi (mengelompokkan, mengkontraskan, mencari : persamaan, perbedaan ) 3) Mengenterpretasikan ( menaksir, menyimpulkan)
  • 153. Lanjutan ketrampilan proses dasar 4) Memprediksi ( emperkirakan kecenderungan) 5) menerapkan ( menggunakan ....) 6) mengkomunikasikan ( mempresentasikan, melaporkan, memperagakan, mendiskusikan)
  • 154. KETRAMPILAN PROSES LANJUT (Ketrampilan melakukan penelitian) 1) mencari, menemukan, mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah 2) mengidentifikasi variabel 3) merumuskan hipotesis 4) membuat instrumen 5) pengumpulan data 6) menganalisa data 7) menyimpulkan
  • 155. PENGERTIAN PEMBELAJARAN DENGAN PKP Suatu bentuk pembelajaran yang didalamnya memberi pengalaman pada siswa dalam proses kerja ilmiah
  • 156. SKEMA PKP DALAM PEMBELAJARAN OUT PUT PENGETAHUAN SIKAP, NILAI, KETRAMPILAN KETRAMPILAN PROSES KERJA ILMIAH PROSESINPUT MELAKUKAN PROSES KERJA ILMIAH
  • 157. RASIONAL 1. IPTEK berkembang pesat, siswa tidak cukup hanya mengandalkan apa yang diberikan di sekolah, siswa perlu belajar diluar sekolah. Oleh karenanya pembelajaran disekolah harus mengembangkan kemauan dan kemampuan untuk belajar. Siswa tidak hanya bersifat konsumtif tetapi juga produktif dalam bidang IPTEK
  • 158. Lanjutan rasional 2. Kebenaran ilmu pengetahuan bersifat relatif, oleh karenanya perlu senantiasa untuk dipertanyaakan dan diperbaharui 3. Hasil belajar optimal memelukan pengalaman langsung dan motivasi internal
  • 159. CIRI – CIRI PKP 1. Pembelajaran tidak hanya berorientasi pada hasil tetapi juga berorientasi pada proses (keterlibatan siswa dalam proses kerja ilmiah) 2. Menampakkan aktivitas siswa dalam bentuk ketrampilan kerja ilmiah 3. Materi pembelajaran berupa “bahan mentah” untuk selanjutnya diproses dalam pembelajaran
  • 160. PENDEKATAN “LIFE SKILL” 1. Arti “life skill” Yang dimaksud life skill adalah kecakapan siswa dalam menghadapi persoalan hidup secara wajar tanpa tertekan, dan secara proaktif dan kreatif dapat mencari dan menemukan solusinya
  • 161. Macam Life Skills Life Skills General Life Skills Specific Life Skills Personal Skills Social Skills Academic Skills Vocational Skills Self Awareness Thinking Skills
  • 162. Self Awareness Kesadaran : • Sbg. makhluk Tuhan • Akan eksistensi diri • Akan potensi diri
  • 163. Thinking Skill Kecakapan : • Menggali informasi • Mengolah informasi • Mengambil keputusan • Memecahkan masalah
  • 164. SOSIAL SKILLS • KECAKAPAN KOMUNIKASI LISAN • KECAKAPAN KOMUNIKASI TULIS • KECAKAPAN BEKERJASAMA
  • 165. Academic Skills • kecakapan : • mengidentifikasi variabel • menghubungkan variabel • merumuskan hipotesis • melaksanakan penelitian
  • 166. VOCATIONAL SKILLS Lanjutan macam life skills Kecakapan dalam bidang pekerjaan tertentu
  • 167. Life Skills dalam Jenjang Pendidikan ACADEMIC LIFE SKILLS VOCATIONAL LIFE SKILLS SMU SMK TK/SD/SMP GENERAL LIFE SKILLS
  • 168. Contoh pengintegrasian komponen life skills dalam silabus Standar kompetensi : siswa mampu menulis berbagai jenis wacana, surat, dan isi ringkas suatu bacaan
  • 169. Kompetensi dasar : Siswa mampu: menggunakan EYD menggunakan kalimat efektif membuat berbagai surat resmi Lanjutan contoh pengintegrasian komponen life skills dalam silabus
  • 170. Materi Pokok : macam dan karakteristik surat : surat undangan surat penawaran surat perijinan surat permohonan Lanjutan contoh pengintegrasian komponen life skills dalam silabus
  • 171. Pengalaman belajar : 1. Masing-masing siswa mengumpulkan sedikitnya 4 macam surat ketrampilan : menggali informasi, sadar akan eksistensi diri, dan sadar akan potensi diri Lanjutan contoh pengintegrasian komponen life skills dalam silabus
  • 172. 2. siswa berdiskusi kelompok untuk menentukan karakteristik setiap macam surat Ketrampilan : mengolah informasi, bekerjasama, berkomunikasi lisan, berkomunikasi tulis, mengambil keputusan Lanjutan contoh pengintegrasian komponen life skills dalam silabus
  • 173. 3. siswa presentasi hasil diskusi kelompok ketrampilan : berkomunikasi lisan Lanjutan contoh pengintegrasian komponen life skills dalam silabus
  • 174. 4. Siswa menyimpulkan tentang karakteristik setiap macam surat ketrampilan : mengambil keputusan Lanjutan contoh pengintegrasian komponen life skills dalam silabus
  • 175. 5. Masing-masing siswa mempraktekkan membuat salah satu macam surat Ketrampilan : Komunikasi lisan, kesadaran akan eksistensi diri, kesadaran akan potensi diri Lanjutan contoh pengintegrasian komponen life skills dalam silabus
  • 177. 1. ARTI KESULITAN BELAJAR Kesulitan belajar adalah suatu kondisi yang ditandai oleh adanya hambatan-hambatan dalam mencapai tujuan belajar; baik yang disadari, tidak disadari, bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosiologis.
  • 178. 2. CIRI-CIRI KESULITAN BELAJAR 1. hasil belajar dibawah “passing grade” 2. hasil belajar dibawah potensi yang dimilikinya 3. hasil belajar tidak sebanding dengan usahanya 4. lambat dalam melakukan tugas belajar
  • 179. Lanjutan ciri-ciri kesulitan belajar 5. menunjukkan sikap yang kurang/tidak wajar (misalnya : acuh tak acuh, menentang, berpura-pura ) 6. Menunjukkan prilaku yang kurang/tidak wajar ( misalnya : membolos, sering datang terlambat, tidak mengerjakan tugas 7. Menunjukkan gejala emosional yang tidak/kurang wajar ( misalnya : mudah marah, mudah tersinggung, murung )
  • 180. 3. LATAR BELAKANG KESULITAN BELAJAR a. Faktor intern 1) Kelemahan fisik a) Kurang berfungsinya panca indera b) Sakit c) Cacat tubuh/pertumbuhan yang kurang sempurna
  • 181. Lanjutan latar belakang kesulitan belajar 2) Kelemahan mental baik bawaan maupun pengalaman (misal : IQ rendah, gangguan mental) 3) Kelemahan emosional (misalnya : immaturity, pobia) 4) Kebiasaan dan sikap yang salah ( misalnya bamyak melakukan tindakan yang tidak relefan, sering bolos, sering tidak masuk) 5) Tidak memiliki pengetahuan dan ketrampilan dasar yang diperlukan
  • 182. Lanjutan latar belakang kesulitan belajar b. Faktor eksternal 1) kurikulum yang tidak sesuai dengan karakteristik siswa 2) kelemahan dalam sistem instruksional 3) terlampau berat beban belajar 4) sering pindah sekolah 5) kelemahan dalam lingkungan keluarga 6) terlampau banyak kegiatan di luar kelas
  • 183. PENDEKATAN THD KESULITAN BELAJAR Kesulitan belajar bukan hanya masalah instruksional- paedagogis tetapi juga masalah psikologis, karena kesulitan belajar berakar dari aspek psikologis terutama gangguan kepribadian dan penyesuaian diri oleh karena itu bantuan yang diberikan disamping bersifat instruksional-paedagogis juga diperlukan bantuan psikologis yang bersifat terapiutik.
  • 184. TEKNIK PENGUNGKAPAN KESULITAN BELAJAR 1. Observasi 2. Tes hasil belajar 3. Tes diagnostik 4. Tes bakat/minat 5. Angket/kuesioner
  • 185. UPAYA PENANGANAN KESULITAN BELAJAR 1. Penanganan secara instruksional paedagogis a. pembelajaran ulang b. program pengayaan c. pembelajaran individual d. penyediaan pelajaran pilihan 2. Penangan secara psikologis melalui layanan BP yang bersifat terapiutik
  • 187. A. Pengertian Kurikulum 1. Secara etimologis a. kurikulum berasal dari kata “curere” (bhs. Latin) yang berarti jarak yang harus ditempuh oleh pelari b. kurikulum berasal dari kata “chariot” (bhs. Yunani) yang berarti kereta pacu yang membawa seseorang dari “start” sampai “finish”
  • 188. Lanjutan pengertian kurikulum 2. Secara terminologis a. Kurikulum dalam arti sempit kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh untuk mencapai program/tingkat pendidikan tertentu * kurikulum dalam arti sempit memunculkan istilah kegiatan kurikuler, ko-kurikuler, dan ekstra kurikuler
  • 189. Lanjutan pengertian kurikulum b. kurikulum dalam arti luas kurikulum adalah seperangkat pengalaman yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan pendidikan tertentu * Menurut UU No 20 Th 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
  • 190. B. KOMPONEN KURIKULUM 1. Tujuan Tujuan sebagai komponen dari kurikulum berupa kemampuan/kompetensi yang diharapkan dikuasai siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran * kejelasan rumusan tujuan penting karena digunakan sebagai dasar dalam menentukan materi, bentuk kegiatan, sarana, organisasi, dan evaluasi
  • 191. Lanjutan komponen kurikulum 2. Komponen isi/materi isi/materi berupa bahan yang harus diajarkan oleh guru/ dipelajari oleh siswa *Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah terkait dengan: a. kedudukan : umum, akademik, profesi/vokasi b. sifat materi : kognitif, afektif, psikomotorik c. urutan : mudah-sukar, kronologis, deduktif – induktif d. sumber materi : benda, tempat, orang, barang cetakan
  • 192. Lanjutan komponen kurikulum 3. Komponen strategi Komponen strategi berupa bentuk kegiatan/ pe ngalaman yang diperlukan ( tanya jawab, diskusi, eksperimen, observasi, simulasi dll.) 4. Komponen organisasi Komponen organisasi berupa model penyusunan dan penyajian isi/materi
  • 193. Lanjutan komponen kurikulum a. Terpisah (subject centered curiculum) materi disusun dan disampaikan dalam bentuk mata pelajaran- mata pelajaran yang terpisah antara satu dengan yang lain b. Gabungan (broad field curiculum) materi disusun dan disampaikan dalam bentuk bidang studi yang merupakan gabungan dari materi yang serumpun/sejenis
  • 194. Lanjutan komponen kurikulum c. Terpadu (integrated curiculum) materi disusun dan disampaikan dalam bentuk kegiatan yang bersifat “wholistik” 4. Komponen evaluasi Komponen evaluasi berupa kegiatan mengetahui proses dan hasil pembelajaran yang menyangkut : efektifitas, efisiensi, relevansi, dan produktifitas
  • 195. C. ASAS KURIKULUM 1. asas filosofis 2. asas sosio-kultural-religius 3. asas psikologis 4. asas perkembangan IPTEK
  • 196. D. PRINSIP KURIKULUM 1. Prinsip relefansi kesesuaian antara kurikulum dengan: dunia kerja, perkembangan masyarakat, lingkungan kehidupan siswa, serta kesesuaian antara tujuan – isi– pengalaman - evaluasi
  • 197. Lanjutan prinsip kurikulum 2. Prinsip efektifitas kesesuaian antara hasil yang dicapai dengan targetnya. dalam rangka mencapai efektifitas dapat dilakukan dengan : penataran, pemilihan dan penggunaan media yang tepat.
  • 198. Lanjutan komponen kurikulum 3. Prinsip efisiensi kesesuaian antara hasil yang dicapai dengan tenaga, biaya, waktu yang digunakan 4. Prinsip kesinambungan kesinambungan antar tingkat pendidikan (vertikal), antar materi (horisontal)
  • 199. Lanjutan komponen kurikulum 5. Prinsip fleksibelitas memungkinkan untuk dapat disesuaikan dengan sikon pada saat pelaksanaannya
  • 200. E. TUGAS GURU DALAM BIDANG KURIKULUM 1. Merencanakan kegiatan belajar- pembelajaran ( tujuan – materi – pengalaman/strategi – evaluasi) 2. Melaksanakan kegiatan belajar - pembelajaran 3. Melakukan evaluasi kegiatan belajar - pembelajaran