Dokumen tersebut membahas tentang Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM). PAKEM merupakan pendekatan pembelajaran yang bertujuan mengaktifkan siswa dan mengembangkan kreativitasnya sehingga pembelajaran menjadi efektif namun tetap menyenangkan. Dokumen ini juga membahas tentang definisi, tujuan, kendala, dan implementasi PAKEM di kelas.
2. DEFINISI PEMBELAJARAN
•UNsUR PENENTU BAIK TIDAKNyA
LULUsAN yANg DIhAsILKAN OLEh
sUATU sIsTEM PENDIDIKAN.
•PEMBELAJARAN yANg BAIK
cENDERUNg MENghAsILKAN
LULUsAN DENgAN hAsIL BELAJAR
yANg BAIK PULA.
3. KENDALA PEMDIDIKAN DI INDONEsIA
• Hasil belajar pendidikan di Indonesia masih
dipandang kurang baik.
• Siswa belum mampu menggapai potensi
ideal/optimal yang dimilikinya.
• Perubahan pada proses pembelajaran dari
kebiasaan yang sudah berlangsung selama ini.
4. DEFINIsI PEMBELAJARAN PAKEM
• Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) yang saat
ini dikembangkan ke seluruh pelosok tanah air.
• Pembelajaran dirancang agar mengaktifkan anak, dan mengembangkan
kreativitas sehingga efektif namun tetap menyenangkan.
• Memberikan gambaran tentang apa, mengapa, dan bagaimana PAKEM
tersebut, serta prosedur atau langkah-langkah Fasilitatoran yang bisa dilakukan.
• Membaca dan mengikuti proses-proses Fasilitatoran yang telah dirancang
dalam Unit ini.
• Peserta Fasilitatoran diharapkan dapat mengenal apa, mengapa, dan bagaimana
PAKEM tersebut, dan pada akhirnya diharapkan dapat menerapkan di kelasnya
masing-masing.
5. UNDANG-UNDANG RI No. 20 RI No. 20 PASAL 40, AYAT (2)
TAHUN 2003
1. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan,
kreatif, dinamis dan dialogis.
2. Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu
pendidikan; dan
3. Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi dan
kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
6. DEFINISI PROSES PEMBELAJARAN
• Pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, dan menantang.
• Memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif,
• Memberikan ruang gerak yang cukup bagi prakarsa,
• Kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat
dan perkembangan fisik serta psikologi siswa.
7. PP NO. 19 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN, PASAL 19 AYAT 1
• Guru melaksanakan amanat perundang-undangan
mengenai penyelenggaraan pendidikan.
• Guru harus bisa melaksanakan yang kita dengar
istilah PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif,
Efektif, dan Menyenangkan).
• Guru dapat melaksanakan amanat perundang-undangan
tersebut.
• Guru hendaknya mengubah paradigma mengenai
mengajar siswa menjadi membelajarkan siswa.
• Guru harus memahami hakikat PAKEM dan
menguasai berbagai strategi/model pembelajaran
yang berorientasi pada PAKEM.
8. DEFINISI PAKEM
• Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM)
sama dengan kerja kelompok.
• Pembelajaran berlangsung dan di sana siswa tetap duduk seperti
orang menonton bioskop, semua menghadap ke depan, duduk
berdua dengan satu bangku, dengan mudah dan cepat dikatakan
kelas itu tidak PAKEM.
• Siswa sedang duduk berkelompok, dengan mudah kita
mengatakan kelas itu PAKEM, padahal bisa jadi mereka hanya
9. PENILAIAN PAKEM KELAS
• Pakem tidaknya suatu pembelajaran tidak cukup hanya dengan
melihat pengaturan tempat duduk siswa.
• Intensitas keterlibatan siswa dalam belajar.
• Serta kegiatan belajar seperti apa yang dilakukan siswa.
10. DEFINISI PELAKSANAAN PAKEM
• Guru diberikan kesempatan membelajarkan beberapa keterampilan hidup atau
kecakapan hidup.
• Guru mampu dan berani untuk menghadapi problema kehidupan, kemudian
secara aktif dan kreatif, mencari dan menemukan solusi untuk mengatasinya.
• Guru mengarahkan belajar kelompok yang benar misalnya, siswa belajar salah
satu kecakapan hidup yaitu berkomunikasi dan bekerja sama dalam tim.
• Guru memberi bentuk tugas yang menantang pada siswa.
• Guru dapat mengarahkan siswa dalam membangun kemampuan mencari dan
mengolah informasi, mengambil keputusan, dan memecahkan masalah.
• Guru mengusahakan dan menawarkan sebuah pembaharuan, termasuk
penerapan PAKEM di kelas, yang memerlukan dukungan dari berbagai pihak.
11. PENYAJIAN PAKEM DALAM PELATIHAN
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS)
• Peran Serta Masyarakat (PSM) dilakukan
dengan harapan agar sekolah, Komite Sekolah,
dan orang tua siswa membantu dan mendukung
keberhasilan PAKEM.
12. KENDALA PELAKSANAAN PAKEM
1. Guru belum memperoleh kesempatan menyaksikan pembelajaran PAKEM yang baik.
2. Guru melaksanakan pembelajaran masih sering berupa pengisian lembar kerja siswa
(LKS) yang sebagian besar pertanyaannya bersifat tertutup.
3. Guru belum mampu mengelompokan siswa di lihat dari segi pengaturan tempat
duduk.
4. Guru dilakukan siswa seringkali belum mencerminkan belajar kooperatif yang benar.
5. Guru melaksanakan pembelajaran belum mengajarkan akan kecakapan hidup.
6. Perbedaan individual siswa belum diperhatikan termasuk laki-laki/perempuan,
pintar/kurang pintar, dan sosial ekonomi tinggi/rendah.
7. Guru merasa khawatir untuk melaksanakan PAKEM di kelas X dan XI.
8. Pajangan sering menampilkan hasil kerja siswa yang cenderung seragam.
13. HAKIKAT PAKEM
• Komponen yang paling kuat dalam proses pembelajaran adalah praktik dengan
Feedback.
• Proses pembelajaran meningkat dengan baik yaitu dengan memberikan siswa
aktifitas yang teratur dan berkaitan dengan tujuan pembelajaran.
• Guru seharusnya memberi kesempatan siswa untuk praktek supaya bisa
terampil melakukannya.
• Guru seharusnya tidak mengarahkan siswa hanya bisa praktek, tetapi juga
diberikan informasi yang berlawanan tentang penampilannya.
• Pengaruh Feedback kadang-kadang ditunjukan sebagai “hasil pengetahuan”.
• Siswa diberitahu jawaban benar dan salah, atau ditunjukan kopian dari jawaban
benar atau contoh yang mereka pastikan bahwa jawabanya benar.
14. PENGARUH FEEDBACK PAKEM
• Pengaruh Feedback mungkin diberikan dalam bentuk yang kuat.
• Kekuatan bagi pelajar dewasa yaitu khusus dalam istilah pernyataan seperti
“Hebat, kamu benar”.
• Anak-anak muda sering merespon baik yaitu pemberian dari instruktur atau
pada kesempatan untuk melakukan aktifitas yang lain.
•
15. SOLUSI FEEDBACK PAKEM
• Guru dapat menyesuaikan model diri terhadap karakteristik
pelajar.
• Guru dapat mengetahui alasan mengapa diberikan ke siswa
yang mempunyai masalah berkaitan dengan keterangan
lingkungan belajar.
• Guru dapat mengatur dari segi lingkungan itu supaya lebih
mudah bagi siswa untuk semangat.
16. PENGERTIAN PEMBELAJARAN
• Penerapan dari rencana kurikulum,dan perlu di dalamnya termasuk
aktifitas guru mengajar dalam menghadapi siswa, sesuai dengan rencana
yang telah disusun.
• Guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat
ketika peserta didik belum dapat membentuk kompetensi dasar, apakah
kegiatan pembelajaran dihentikan, diubah metodenya, atau mengulang dulu
pembelajaran yang lalu.
•
17. TUJUAN PEMBELAJARAN
• Pembelajaran di sekolah idealnya harus mengarah kepada
kemandirian siswa dalam belajar, artinya sedini mungkin siswa
dilatih untuk mandiri di lingkungan sekolah/kelas dan di
lingkungan keluarga.
18. DEFINISI PEMBELAJARAN PAKEM
• Secara psikologis, afektif, psikomotor, maupun secara
koqnitif harus dibudayakan oleh para praktisi pendidikan
khususnya para guru dalam semua mata pelajaran di
sekolah.
• Kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan selama ini,
guru dan murid selalu berada dalam satu tempat, satu
waktu, dan dalam situasi yang sama.
19. KENDALA PEMBELAJARAN
• Kegiatan belajar mengajar seringkali terhambat atau tidak berjalan karena guru
sebagai fasilitator tidak berada di arena belajar.
• Guru masih dalam perjalanan menuju sekolah atau boleh jadi berhalangan hadir ke
sekolah karena sakit atau karena ada kepentingan lain.
• Sekolah tersebut masih kekurangan tenaga guru.
• Proses kegiatan belajar mengajar akan mengalami hambatan bila guru tidak disiplin.
• Apalagi kalau terjadi dalam kurun waktu yang lama, maka akan ada pihak yang
dirugikan , yaitu siswa.
20. ALASAN PENGGUNAAN PAKEM
(TUNTUTAN PERUNDANGAN-UNDANGAN)
• Undang-undang No.20 tentang Sisdiknas, pasal 40.
• PP No. 19 tentang Standar Nasional Pendidikan,
pasal 19 ayat (1).
21. UNDANG-UNDANG No. 20 TENTANG SISDIKNAS,
PASAL 40
• Guru dan tenaga kependidikan berkewajiban untuk
menciptakan suasana pendidikan yang bermakna,
menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis.
22. PP No. 19 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN, PASAL 19
AYAT (1).
• Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
• Memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, memberikan ruang gerak
yang cukup bagi prakarsa, dan kreativitas.
• Kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta
psikologi siswa.
23. ESENSI PENDIDIKAN ATAU PEMBELAJARAN
• Kebermaknaan bagi peserta didik yang dilakukan secara dialogis
atau interaktif, yang pada intinya pembelajaran berpusat pada
siswa sebagai pelajar.
• Pendidik sebagai fasilitator yang memfasilitasi agar terjadi
belajar pada peserta didik.
24. SISWA YANG MEMBANGUN KONSEP
• Belajar dalam konteks PAKEM dimaknai sebagai proses aktif dalam membangun pengetahuan
atau membangun makna.
• Prosesnya seorang siswa yang sedang belajar, akan terlibat dalam proses sosial.
• Proses membangun makna dilakukan secara terus menerus (sepanjang hayat).
• Makna belajar tersebut didasari oleh pandangan konstruktivisme.
25. DEFINISI KONTRUKTIVISME
• Merupakan suatu pandangan mengenai bagaimana seseorang belajar.
• Menjelaskan bagaimana manusia membangun pemahaman dan pengetahuannya mengenai dunia sekitarnya
melalui pengenalan terhadap benda-benda di sekitarnya yang direfleksikannya melalui pengalamannya.
• Menemukan sesuatu yang baru.
• Merekonstruksinya dengan ide-ide awal dan pengalaman kita,
• Pengetahuan dapat itu mengubah keyakinan kita.
• Merupakan informasi baru yang diabaikan karena merupakan sesuatu yang tidak relevan dengan ide awal.
26. IMPLEMENTASI KONSTRUKTIVISME DI KELAS
• Ketika peserta didik datang ke kelas, otaknya tidak kosong dengan
pengetahuan, mereka datang ke dalam situasi belajar dengan
pengetahuan, gagasan, dan pemahaman yang sudah ada dalam
pikiran mereka.
• Pengetahuan awal ini merupakan materi dasar untuk pengetahuan
baru yang akan mereka kembangkan.
27. MENGIMPLEMENTASIKAN KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN
(1. Mengajukan masalah yang relevan untuk siswa)
• Untuk memulai pembelajaran, ajukan permasalahan yang relevan
dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga siswa dapat
meresponnya, contoh di sekolah kita, sampah plastik bekas
bungkus jajanan menumpuk, apa yang dapat kalian lakukan untuk itu
?
28. LANJUTAN…
2. Strukturkan pembelajaran untuk mencapai konsep-konsep esensial.
3. Sadarilah bahwa pendapat (perspektif) siswa merupakan jendela mereka
untuk menalar (berpikir).
4. Adaptasikan kurikulum untuk memenuhi kebutuhan dan pengembangan siswa.
5. Lakukan asesmen terhadap hasil belajar siswa dalam konteks pembelajaran.
(Brook and Brook ,2002:1)
29. DEFINISI PESERTA DIDIK
• Belajar tidak sekedar meniru dan membentuk bayangan dari apa yang
diamati atau diajarkan guru, tetapi secara aktif dapat menyeleksi,
menyaring, memberi arti, dan menguji kebenaran atas informasi yang
diterimanya.
• Pengetahuan yang dikonstruksi para peserta didik merupakan hasil
interpretasi yang bersangkutan terhadap peristiwa atau informasi yang
diterimanya.
30. KONSTRUKTIVISME MENURUT PARA KONSTRUKTIVIS
• Para pendukung konsktruktisme berpendapat bahwa pengertian yang dibangun setiap
individu peserta didik dapat berbeda dari apa yang diajarkan Guru (Bodner, 1987 dalam
Nggandi Katu, 1999:2).
• Menurut pandangan konstruktivis, belajar merupakan proses aktif siswa dalam
mengkonstruksi arti (teks, dialog, pengalaman fisis, dan lain-lain).
• Belajar juga merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman
atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga
pengertiannya dikembangkan. Paul Suparno (1997:61)
31. PROSES BELAJAR YANG BERCIRIKAN KONSTRUKTIVISME
1. Belajar berarti membentuk makna.
2. Konstruksi arti sesuatu hal yang sedang dipelajari terjadi dalam proses yang terus menerus.
3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih dari itu, yaitu pengembangan pemikiran
dengan membuat pengertian baru.
4. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam keraguan yang
merangsang
pemikiran lebih lanjut.
5. Situasi ketidakseimbangan adalah situasi yang baik untuk memacu belajar.
6. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman peserta didik dengan dunia fisik dan
lingkungannya.
7. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui peserta didik (konsep,
tujuan, motivasi) yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari (Paul Suparno, 1997:61).
32. KARAKTERISTIK IKLIM PEMBELAJARAN SESUAI
KONSTRUKTIVISME
1. Peserta didik tidak dipandang sebagai suatu yang pasif melainkan individu yang memiliki tujuan
serta dapat merespon situasi pembelajaran berdasarkan konsepsi awal yang dimilikinya.
2. Guru hendaknya melibatkan proses aktif dalam pembelajaran yang memungkinkan peserta didik
mengkonstruksi pengetahuannya.
3. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang datang dari luar, melainkan melalui seleksi secara personal
dan sosial.
33. TUNTUTAN GURU DALAM IKLIM PEMBELAJARAN
1. Mengetahui dan mempertimbangkan pengetahuan awal siswa.
2. Melibatkan siswa dalam kegiatan aktif.
3. Memperhatikan interaksi sosial dengan melibatkan siswa
dalam diskusi kelas atau kelompok.
34. TANTANGAN KONDISI PENDIDIKAN DI INDONESIA
(a) Perkembangan IPTEK, POLITIK, SOSBUD yang semakin cepat dan banyak
perubahan,
(b) Laju teknologi komunikasi informasi yang tinggi,
(c) Sumber belajar semakin beragam,
(d) Tuntutan kemandirian, kerja sama, kemampuan melakukan relasi sosial,
kemampuan untuk berpikir kritis, memecahkan masalah.
35. MENGATASI PERSAINGAN DI DUNIA PENDIDIKAN
• Siswa itu harus dibekali agar mampu bersaing dalam era globalisasi, era
otonomi, dan era pasar terbuka.
• Perubahan yang terjadi di lingkungan kita, menuntut perubahan-perubahan
dalam pembelajaran.
• PAKEM dilaksanakan dalam pembelajaran peserta didik dikarenakan
berbagai tantangan yang akan dihadapi mereka saat ini.
36. PILAR-PILAR PAKEM
(DARI SEGI GURU)
A = Aktif. Dalam hal ini guru aktif dalam :
- Memantau kegiatan belajar siswa
- Memberi umpan balik
- Memberi pertanyaan yang menantang
- Mempertanyakan gagasan siswa
• K = Kreatif. Hal ini guru dituntut untuk kreatif
dalam :
- Mengembangkan kegiatan yang beragam
- Membantu alat bantu belajar sederhana
E = Efektif, yaitu guru harus mampu mencapai
tujuan
pembelajaran.
• M = Menyenangkan. Dalam hal ini guru menciptakan
suasana pembelajaran yang menyenangkan dan
tidak membuat anak takut salah, takut
ditertawakan, takut dianggap sepele.
37. PILAR-PILAR PAKEM (DARI SEGI SISWA)
A = Aktif. Dalam hal ini siswa aktif :
1) Bertanya
2) Mengemukakan gagasan
3) Mempertanyakan gagasan orang lain dan
gagasannya.
K = Kreatif. Hal ini siswa dituntut untuk kreatif
dalam :
1) Merancang / membuat sesuatu
2) Menulis/ mengarang
E = Efektif, yaitu siswa harus menguasai
ketrampilan yang diperlukan.
M = Menyenangkan. Dalam hal pembelajaran
membuat anak:
1) Berani mencoba
2) Berani bertanya
3) Berani mengemukakan pendapat/gagasan
4) Berani mempertanyakan gagasan orang lain
38. DIMENSI PROSES BELAJAR MENGAJAR
1) Penyusunan program dan perangkat pembelajaran sebagai upaya persiapan pelaksanaan
proses pembelajaran
2) Penyajian dan teknik model belajar mandiri dengan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif,
Efektif
dan Menyenangkan)
3) Perilaku siswa yang muncul dari kegiatan model belajar mandiri yang merupakan
penilaian
proses pembelajaran.
39. EMPAT PILAR UTAMA PAKEM
(a) Aktif.
(b) Kreatif.
(c) Efektif.
(d) Menyenangkan. Huruf ”P” merupakan pembelajaran.
40. DEFINISI PEMBELAJARAN
• Pengorganisasian atau penciptaan atau pengaturan
suatu kondisi lingkungan yang sebaik-baiknya yang
memungkinkan terjadinya belajar pada peserta didik.
41. PEMBELAJARAN AKTIF
• Pembelajaran yang lebih berpusat pada peserta didik (student
centered ) daripada berpusat pada guru (teacher centered).
• Mengaktifkan peserta didik, kata kunci yang dapat dipegang guru
adalah adanya kegiatan yang dirancang untuk dilakukan siswa baik
kegiatan berpikir (minds-on) dan berbuat (hands-on).
• Fungsi dan peran guru lebih banyak sebagai fasilitator.
42. PERBEDAAN PEMBELAJARAN YANG BERPUSAT
(PADA GURU)
Guru sebagai pengajar.
• Penyampaian materi pelajaran dominan melalui ceramah.
• Guru menentukan apa yang mau diajarkan dan bagaimana siswa
mendapatkan
informasi yang mereka pelajari.
43. PADA SISWA
Guru sebagai fasilitator dan bukan penceramah.
Fokus pembelajaran pada siswa bukan Guru.
Siswa aktif belajar
Siswa mengontrol proses belajar dan menghasilkan karya sendiri
tidak mengutip dari Guru
Pembelajaran bersifat interaktif
44. KEGIATAN SISWA PADA STRATEGI MENGAJAR YANG
(BERPUSAT PADA GURU)
•Membacakan
• Menjelaskan
• Memberikan instruksi
• Memberikan informasi
• Berceramah
• Pengarahan tugas-tugas
• Membimbing dalam tanya jawab
45. KEGIATAN SISWA PADA STRATEGI MENGAJAR YANG
(BERPUSAT PADA SISWA)
Bermain peran
Menulis dengan kata-kata sendiri
Belajar kelompok
Memecahkan masalah
Diskusi/berdebat
Mempraktikkan keterampilan
Melakukan kegiatan penyelidikan
46. RUANG KELAS
• Pengelolaan kelas diperlukan untuk membangkitkan minat belajar siswa dan
meningkatkan keaktifan siswa belajar, ruang kelas dapat dibuat menarik dengan
cara mengubah tata letak/formasi bangku
• Memberikan waktu yang cukup untuk siswa berpikir dan menghasilkan karya.
• Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menggugah kreativitas seperti :
“mengapa”, “bagaimana”, “apa yang terjadi jika…” dan bukan pertanyaan “apa”,
“kapan”.
47. MENGIDENTIFIKASI GURU KREATIF
• Mampu menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga mampu
memenuhi berbagai
tingkat kemampuan siswa.
• Mampu menciptakan Kegiatan belajar yang dibuat dengan
memperhatikan/ menyesuaikan
level perkembangan kognisi, mental dan emosi dari siswa
48. CIRI-CIRI SISWA KREATIF
• Mampu memotivasi diri
• Berpikir kritis
• Daya imaginasi tinggi (imaginative)
• Berpikir orisinil/bukan kutipan dari Guru (original )
• Memiliki tujuan untuk ingin berprestasi
• Menyampaikan pemikiran dengan bahasa sendiri.
49. PEMBELAJARAN KREATIF
• Pembelajaran yang menstimulasi siswa untuk
mengembangkan gagasannya dengan memanfaat
sumber belajar yang ada.
50. STRATEGI MENGAJAR UNTUK MENGEMBANGKAN
• Memberi kebebasan pada KsiRswEaA uTnIVtuIkT AmSen gembangkan gagasan dan
pengetahuan baru.
• Bersikap respek dan menghargai ide-ide siswa.
• Penghargaan pada inisiatif dan kesadaran diri siswa
• Penekanan pada proses bukan penilaian hasil akhir karya siswa
51. PEMBELAJARAN EFEKTIF
• Efektif memiliki makna manjur, mujarab, berdampak, membawa
pengaruh, memiliki akibat dan membawa hasil.
• Pembelajaran yang menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa
setelah proses pembelajaran berlangsung (seperti dicantumkan dalam
tujuan pembelajaran).
52. FAKTOR-FAKTOR PENTING DALAM PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF
• Profesional Leardersip,
• Shared vision and goals,
• A Learning Environment,
• Concentration on learning and
teaching,
• High expectations,
• Positive reinforcement,
• Monitoring progress,
• Pupiil right and responsibiltes,
• Purposeful teaching,
• A learning organisation,
• Home scoll prtnership.
53. CIRI SUASANA BELAJAR YANG TIDAK MENYENANGAKAN
• Tertekan
• Perasaan terancam
• Perasaan menakutkan
• merasa tidak berdaya
• tidak bersemangat
• Malas/tidak berminat
• Jenuh/bosan
• Suasana pembelajaran monoton
• Pembelajaran tidak menarik
iswa
54. CIRI SUASANA BELAJAR YANG MENYENANGKAN
• Rileks
• Bebas dari tekanan
• Aman
• Menarik
• Bangkitnya minat belajar
• Adanya keterlibatan penuh
• Perhatian peserta didik tercurah
• Lingkungan belajar yang
menarik (misalnya keadaan
kelas terang)
• Pengaturan tempat duduk
leluasa
(untuk peserta didik bergerak)
• Bersemangat
• Perasaan gembira
• Konsentrasi tinggi
55. PENGERTIAN PAKEM
• Proses pembelajaran dimana guru harus menciptakan suasana pembelajaran
sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan,
mengemukakan gagasan, kreatif, kritis serta mencurahkan perhatian
/konsentrasinya secara penuh dalam belajar serta suasana pembelajaran yang
menimbulkan kenyamanan bagi siswa untuk belajar.
• Guru memanfaatkan berbagai sumber belajar untuk pencapaian hasil belajar
yang telah ditentukan.
56. GARIS BESAR PAKEM
GURU
• Guru sebagai fasilitator
SISWA
• Siswa lebih mendominasi dan mewarnai
pembelajaran.
• Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang
mengembangkan pemahaman dan kemampuan
mereka dengan penekanan pada belajar melalui
berbuat (learning by doing).
• Siswa giat dan dinamis mengikuti pembelajaran.
57. LINGKUNGAN
(KELAS INDOOR/OUTDOOR, LABORATORIUM)
• Guru mengatur lingkungan kelas dengan cara memajang buku-buku dan bahan belajar yang menarik, menyediakan pojok untuk
membaca.
• Guru harus memajang hasil karya siswa di kelas.
• Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat belajar.
• Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif termasuk cara belajar kelompok.
• Guru menerapkan berbagai strategi/model pembelajaran.
• Guru memotivasi siswa melalui kegiatan yang menantang kemampuan siswa untuk berpikir kreatif, kritis dan mampu memecahkan
masalah.
Guru menggunakan berbagai macam strategi mengajar termasuk pembelajaran lebih interaktif dalam kelompok serta lebih banyak
praktik.
• Kelas dibuat semenarik mungkin
• Secara fisik dan mental aktif ditandai dengan tercurahnya konsentrasi yang tinggi
• Siswa berani mengemukakan gagasan
• Lingkungan digunakan sebagai sumber belajar.
• Siswa tidak malu terlibat aktif dalam kegiatan
• Tata letak /formasi kelas diubah dan disesuaikan dengan kegiatan.
58. KRITERIA SISWA AKTIF
• Menulis
• Berdiskusi
• Berdebat
• Memecahkan masalah
• Mengajukan pertanyaan
• Menjawab pertanyaan
• Menjelaskan
• Menganalisis
• Mensintesa
• Mengevaluasi
• Kriteria Efektif
59. KETERCAPAIAN TARGET HASIL BELAJAR SISWA
• Siswa mampu menguasai konsep.
• Siswa mampu mengaplikasikan konsep pada masalah sederhana.
• Siswa menghasilkan produk tertentu.
• Siswa termotivasi untuk giat belajar.
60. KRITERIA PEMBELAJARAN KREATIF
• Berpikir kritis.
• Memecahkan masalah secara konstruktif
• Ide/gagasan yang berbeda
• Berpikir konvergen (pemencahan masalah yang “benar” atau “terbaik”)
• Berpikir divergen (beragam alternatif pemecahan masalah)
• Fleksibilitas dalam berpikir (melihat dari berbagai sudut pandang)
• Berpikir terbuka
62. PADA WAKTU GURU MELAKSANAKAN PAKEM
(MEMAHAMI SIKAP YANG DIMILIKI SISWA)
a. Rasa ingin tahu yang besar.
b. Keinginan untuk belajar.
c. Daya imaginasi yang tinggi.
63. MENGENAL KARAKTER SISWA
• Guru sebaiknya mengenal perbedaan kemampuan, harapan, pengalaman,
dan sikap terhadap sekolah.
• Latar belakang ekonomi dan sosial dari setiap siswa.
• Guru dapat membantu siswa apabila mendapat kesulitan sehingga anak
belajar secara optimal.
64. MEMANFAATKAN PERILAKU SISWA DALAM PENGORGANISASI
BELAJAR
• Sebagai makhluk sosial siswa bermain secara berkelompok
sehingga mereka dapat mengerjakan tugas belajar
berpasangan/berkelompok.
• Siswa perlu diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas
secara individu agar bakat individunya berkembang.
65. MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS KREATIF, DAN
KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH
a. Guru memberikan tugas-tugas praktik
b. Guru Mengajukan pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata
“mengapa”, “bagaimana”, “apa yang terjadi jika… (tipe open question)
66. MENGEMBANGKAN RUANG KELAS SEBAGAI LINGKUNGAN BELAJAR
YANG MENARIK
• Hasil pekerjaan siswa di pajang di kelas.
• Pajangan dapat berupa: gambar, peta, diagram, model,
puisi, karangan dan lain sebagainya.
67. MEMANFAATKAN LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR DAN
OBJEK BELAJAR
• Lingkungan fisik, sosial dan budaya dapat berperan sebagai sumber
belajar sekaligus objek belajar.
• Siswa dapat diberi kegiatan untuk melakukan pengamatan (dengan
seluruh inderanya), mencatat, merumuskan pertanyaan,
berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat
diagram.
68. MEMBERIKAN FEEDBACK YANG BAIK UNTUK MENINGKATKAN
KEGIATAN BELAJAR
a. Feedback yang diberikan hendaknya mengungkapkan kekuatan daripada kelemahan
siswa.
b. Feedback diungkapkan secara santun dengan maksud agar siswa lebih percaya diri.
c. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar serta
catatan yang bermakna untuk pengembangan siswa daripada sekedar pemberian
angka/
nilai.
69. MEMBEDAKAN ANTARA AKTIF FISIK DAN AKTIF MENTAL SISWA
• Siswa yang aktif secara fisik memiliki indikator : terlihat
sibuk bekerja dan bergerak.
• Siswa yang aktif secara mental memiliki indikator : sering
bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain,
mengungkap- kan gagasan.
70. SYARAT BERKEMBANGNYA AKTIFITAS MENTAL SISWA
• Tumbuhnya perasaan tidak takut ditertawakan, tidak
takut disepelekan atau tidak takut dimarahi jika salah.
• Guru hendaknya dapat menghilangkan rasa takut itu.
71. KOMPONEN PEMBELAJARAN
• Guru dapat merancang dan mengelola PBM yang
mendorong siswa untuk berperan aktif dalam
pembelajaran PAKEM.
72. GURU MELAKSANAKAN PBM DENGAN
MERANCANG KEGIATAN SISWA
• Melakukan percobaan
• Diskusi kelompok
• Memecahkan masalah
• Mencari informasi di perpustakaan
• Menulis laporan/cerita/puisi
• Mengamati objek di luar kelas
• Berkunjung ke luar
73. GURU MENGGUNAKAN BERBAGAI MEDIA/SUMBER BELAJAR
• Alat pabrikan atau alat yang dibuat sendiri
• Gambar/film/foto
• Kasus/ceritera
• Nara sumber
• Lingkungan sekitar
74. SISWA MELAKUKAN PERCOBAAN
• Menggunakan alat,
• Mengamati,
• Mengelompokkan,
• mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri
• Menarik kesimpulan
• Memecahkan masalah, mencari rumus sendiri
• Menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata sendiri
• Melakukan wawancara
• Membuat produk
75. AKTIFITAS SISWA
• Diskusi
• Mengajukan pertanyaan terbuka
• Mengajukan saran/ide
• Membuat karangan bebas/karya lain
• Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu)
• Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut
• Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan
• Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri
• Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegitan sehari-hari
76. AKTIFITAS GURU
• Guru memantau proses belajar/kerja siswa.
• Guru memberikan umpan balik.
• Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam.
• Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan.
• Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau
tulisan.
• Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa.
• Guru mengaitkan PBM dengan pengalaman siswa sehari-hari.
• Guru menilai PBM dan kemajuan belajar siswa secara terus menerus.
77. PELAKSANAAN PAKEM
• Guru selain harus tahu hakikat PAKEM,
• Prinsip-prinsip pembelajaran konstruktivisme.
• Harus menguasai berbagai model pembelajaran.
78. MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
• Model pembelajaran yang menekankan pada
pengembangan keterampilan psikomotor, keterampilan
berpikir , maupun keterampilan sosial.
79. PEMILIHAN MODEL PEMBELAJARAN
• Disesuaikan dengan tujuan dan target hasil belajar yang
ditetapkan berdasarkan hasil analisis Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar.
80. EMPAT RUMPUN MODEL PEMBELAJARAN
(RUMPUN MODEL PEMROSESAN INFORMASI)
• Model-model pembelajaran dalam rumpun Pemrosesan Informasi bertitik tolak dari prinsip-prinsip
pengolahan informasi, yaitu yang merujuk pada cara-cara bagaimana manusia
menangani rangsangan dari lingkungan, mengorganisasi data, mengenali masalah, menyusun
konsep, memecahkan masalah, dan menggunakan simbol-simbol.
• Model pembelajaran dalam rumpun ini berhubungan dengan kemampuan peserta didik untuk
memecahkan masalah, dengan demikian peserta didik dalam belajar menekankan pada berpikir
produktif.
• Model pembelajaran lainnya berhubungan dengan kemampuan intelektual secara umum, dan
sebagian lagi menekankan pada konsep dan informasi yang berasal dari disiplin ilmu secara
akademis.
81. JENIS MODEL PEMBELAJARAN KE DALAM PEMROSESAN INFORMASI
( PEMROSESAN INFORMASI PEMBELAJARAN BERPIKIR INDUKTIF)
• Tokoh: Hilda Taba
Misi/tujuan/manfaat: Ditujukan secara khusus untuk pembentukan
kemampuan berpikir induktif yang banyak diperlukan pada dalam
kegiatan.
• Model ini akademik memiliki meskipun diperlukan juga untuk kehidupan
umumnya.
Keunggulan melatihkan kemampuan menganalisis informasi dan
membangun konsep yang berhubungan dengan kecakapan berpikir.
82. LATIHAN INKUARI
• Tokoh: Richard Suchman
Misi/tujuan/manfaat : Sama dengan model berpikir induktif, model
ini ditujukan dalam untuk pembentukan akademik kemampuan
berpikir induktif yang banyak diperlukan kegiatan meskipun
diperlukan juga untuk kehidupan pada umumnya.
83. PEMBENTUKAN KONSEP
• Tokoh: Jerome Bruner, Good-now, dan Austin
Tujuan: Dirancang terutama untuk pembentukan kemampuan berpikir
induktif, peserta didik dilatih mempelajari konsep secara efektif.
84. PERKEMBANGAN KOGNITIF
• Tokoh: Jean Piaget, Irving Sigel, Edmun Sullivan, Lawrence dan Kohlberg
Misi/tujuan/manfaat: Dirancang terutama untuk pembentukan kemampuan
intelektual berpikir pada logis, ini berpikir/pengembangan umumnya, meskipun
dapat khususnya demikian pada kemampuan diterapkan kehidupan sosial dan
pengembangan moral.
85. MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER
• Tokoh David Ausubel
Misi/tujuan/manfaat: Dirancang untuk meningkatkan kemampuan
mengolah informasi melalui penyajian materi beragam (ceramah,
membaca, dan media lainnya) dan menghubungkan pengetahuan
baru dengan struktur kognitif yang telah ada.
86. MNEMONICS
• Tokoh: Pressley, Levin, Delaney
Tujuan: Strategi belajar untuk mengingat dan mengasimilasi informasi.
(Sumber: Bruce Joyce dan Marsha Weil, 1980 dan Bruce Joyce, Marsha
Weil, dan Beverly Showers, 1992, 1996: Models of Teaching)
87. RUMPUN MODEL-MODEL PRIBADI /INDIVIDUAL
• Model pembelajaran yang termasuk rumpun model-model Personal/individual
menekankan pada pengembangan pribadi.
• Model pembelajaran ini menekankan pada proses dalam
“membangun/mengkonstruksi” dan mengorganisasi realita, yang memandang manusia
sebagai pembuat makna.
• Model pembelajaran rumpun ini memberikan banyak perhatian pada kehidupan
emosional.
• Fokus pembelajaran ditekankan untuk membantu individu dalam mengembangkan
hubungan individu dengan lingkungannya dan untuk melihat dirinya sendiri.
88. MODEL PENGAJARAN NONDIREKTIF
Tokoh: Carl Rogers
•Misi/Tujuan: Penekanan pada pembentukan kemampuan belajar sendiri
untuk mencapai pemahaman dan penemuan diri sendiri sehingga
terbentuk konsep diri.
•Model ini menekankan pada hubungan guru-peserta didik.
89. LATIHAN KESADARAN
• Tokoh: Fritz Perls, William Schutz
Misi/Tujuan: Pembentukan kemampuan menjajagi dan
menyadari pemahaman diri sendiri.
90. SINEKTIK
• William Gordon
Misi/Tujuan: Pengembangan individu dalam hal
kreativitas dan pemecahan masalah kreatif.
91. SISTEM KONSEPTUAL DAVID HUNT
• Misi/Tujuan: Didisain untuk meningkatkan
kompleksitas pribadi dan fleksibilitas.
92. PERTEMUAN KELAS
• William Glasser
Misi/Tujuan: Pengembangan pemahaman diri dan
tanggungjawab pada diri sendiri dan kelompok sosial lainnya.
(Sumberi Bruce Joyce dan Marha Weil, 1980, Models of
Teaching, )
93. RUMPUN MODEL INTERAKSI SOSIAL
• Model pembelajaran yang termasuk dalam rumpun sosial ini menekankan hubungan individu dengan
masyarakat atau orang lain.
• Model ini memfokuskan pada proses di mana realitas adalah negosiasi sosial.
• Model pembelajaran dalam kelompok ini memberikan prioritas pada peningkatan kemampuan individu
untuk berhubungan dengan orang lain untuk meningkatkan proses demokratis dan untuk belajar
dalam masyarakat secara produktif.
• Tokoh-tokoh teori sosial juga peduli dengan pengembangan pikiran (mind) diri sebagai pribadi dan
materi keakademisan.
94. JENIS-JENIS MODEL PEMBELAJARAN RUMPUN INTERAKSI SOSIAL
• Kerja kelompok. (investigati-on group)
Tokoh: Herbert Thelen, John Dewey
Misi/tujuan: Mengembangkan keterampilan-keterampilan untuk berperan
dalam kelompok yang menekankan keterampilan komunikasi interpersonal
dan keterampilan inkuari ilmiah. Aspek-aspek pengembangan pribadi
merupakan hal yang penting dari model ini.
95. Inkuari Sosial
• Tokoh: Byron Massialas, Benjamin Cox
Misi/tujuan: Pemecahan masalah sosial, utamanya melalui
inkuari ilmiah dan penalaran logis.
96. Jurispru-dential
• Tokoh: National Laboratory Bethel, Maine Donald Oliver, James P.Shaver
Misi/tujuan: Pengembangan dan kerja keterampilan untuk interpersonal
mencapai, Jurispru-dential Training kelompok kesadaran, dan fleksibilitas
pribadi. Didisain utama untuk melatih kemampuan mengolah informasi
dan menyelesaikan isu kemasyarakatan dengan kerangka acuan atau
cara berpikir Jurisprudensial (ilmu tentang hukum-hukum manusia).
97. Role playing (Bermain peran)
• Tokoh: Fannie Shaftel, George Shafted
Tujuan: Disain untuk mengajak peserta didik dalam menyelidiki nilai-nilai
pribadi dan sosial melalui tingkah laku mereka sendiri dan nilai-nilai
yang menjadi sumber dari penyelidikan itu
98. SIMULASI SOSIAL
• Tokoh: Sarene Boocock, Harold Guetzkow
Tujuan: Didisain untuk membantu pengalaman peserta didik melalui
proses sosial dan realitas dan untuk menilai reaksi mereka terhadap
proses- proses sosial tersebut, juga untuk memperoleh konsep-konsep
dan keterampilan-keterampilan pengambilan keputusan.
(Sumber: Bruce Joyce dan Marha Weil, 1980, Models of Teaching)
99. RUMPUN MODEL PERILAKU
• Model pembelajaran rumpun ini didasarkan pada suatu pengetahuan yang
mengacu pada teori perilaku, teori belajar, teori belajar sosial, modifikasi
perilaku, atau perilaku terapi.
• Model pembelajaran rumpun ini mementingkan penciptaan lingkungan
belajar yang memungkinkan manipulasi penguatan perilaku secara efektif
sehingga terbentuk pola perilaku yang dikehendaki.
100. PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN
1. Istilah pembelajaran sama dengan proses belajar mengajar.
2. Konteks pembelajaran terdapat dua komponen penting, yaitu guru
dan peserta didik yang saling berinteraksi.
3. Pembelajaran didefinisikan sebagai pengorganisasian atau
penciptaan atau pengaturan suatu kondisi lingkungan yang sebaik-baiknya
yang memungkinkan terjadinya belajar pada peserta didik.
101. DEFINISI MODEL PEMBELAJARAN
• Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu.
• Berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran.
• Guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
• Deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus,
rancangan unit pembelajaran, perlengkapan belajar, buku-buku pelajaran, program multimedia, dan
bantuan belajar melalui program komputer.
102. HAKIKAT MENGAJAR
• Membantu pelajar (peserta didik) memperoleh informasi,
ide, keterampilan, nilai-nilai, cara berpikir, belajar, dan
bagaimana cara belajar.(JOYCE DAN WEIL)
103. POLA MODEL PEMBELAJARAN
• Kegiatan guru-peserta didik di dalam mewujudkan kondisi belajar atau sistem
lingkungan yang menyebabkan terjadinya belajar pada peserta didik.
• Pola pembelajaran yang dimaksud terdapat karakteristik berupa rentetan atau
tahapan perbuatan/kegiatan guru-peserta didik yang dikenal dengan istilah sintaks.
• Secara implisit di balik tahapan pembelajaran tersebut terdapat karakteristik lainnya
dari sebuah model dan rasional yang membedakan antara model pembelajaran yang
satu dengan model pembelajaran yang lainnya.
104. KARAKTERISTIK MODEL PEMBELAJARAN
(PROSEDUR ILMIAH)
• Model pembelajaran harus memiliki suatu
prosedur yang sistematik untuk mengubah
tingkah laku peserta didik atau memiliki sintaks
yang merupakan urutan langkah-langkah
pembelajaran yang dilakukan guru dan peserta
didik.
105. SPESIFIKASI HASIL BELAJAR YANG DIRENCANAKAN
• Model pembelajaran menyebutkan hasil-hasil
belajar secara rinci mengenai
penampilan peserta didik.
106. SPESIFIKASI LINGKUNGAN BELAJAR
• Model pembelajaran menyebutkan secara tegas
kondisi lingkungan dimana respon peserta didik
diobservasi.
107. KRITERIA PENAMPILAN
• Model pembelajaran merujuk pada kriteria penerimaaan penampilan
yang diharapkan dari para peserta didik.
• Model pembelajaran merencanakan tingkah laku yang diharapkan dari
peserta didik yang dapat didemonstrasikannya setelah langkah-langkah
mengajar tertentu.
108. CARA PELAKSANAANNYA
• Model pembelajaran menyebutkan
mekanisme yang menunjukkan reaksi
peserta didik dan interaksinya dengan
lingkungan.
109. MENGIDENTIFIKASI KARAKTERISTIK DAN ASPEK MODEL
PEMBELAJARAN (1. SINTAKS)
• Suatu model pembelajaran memiliki sintaks atau urutan atau
tahap-tahap kegiatan belajar yang diistilahkan dengan fase
yang menggambarkan bagaimana model tersebut bekerja
dalam praktiknya, misalnya bagaimana memulai pelajaran,
bagaimana memfasilitasi peserta didik dalam menggunakan
sumber belajar. (Bruce dan Weil (1980 dan 1992: 135-136)
• .
110. SISTEM SOSIAL
• Menggambarkan bentuk kerja sama antara guru-peserta didik
dalam pembelajaran atau peran-peran guru dan peserta didik.
• Hubungannya satu sama lain serta jenis-jenis aturan yang harus
diterapkan.
111. MODEL PEMBELAJARAN
• Peran kepemimpinan guru bervariasi dalam satu model ke model pembelajaran
lainnya.
• Guru bertindak sebagai pusat kegiatan dan sumber belajar (hal ini berlaku pada
model yang terstruktur tinggi).
• Model pembelajaran yang terstruktur sedang peran guru dan peserta didik
seimbang.
• Model memberikan peran yang berbeda pada guru dan peserta didik.
112. PRINSIP REAKSI
• Menunjukkan kepada guru bagaimana cara menghargai atau menilai
peserta didik dan bagaimana menanggapi apa yang dilakukan oleh
peserta didik.
• Sebagai contoh, dalam suatu situasi belajar, guru memberi
penghargaan atas kegiatan yang dilakukan peserta didik atau
mengambil sikap netral.
113. SISTEM PENDUKUNG
• Menggambarkan kondisi-kondisi yang diperlukan untuk
mendukung keterlaksanaan model pembelajaran, termasuk
sarana dan prasarana, misalnya alat dan bahan, kesiapan guru,
serta kesiapan peserta didik.
114. DAMPAK PEMBELAJARAN LANGSUNG
• Hasil belajar yang dicapai dengan cara mengarahkan para
peserta didik pada tujuan yang diharapkan sedangkan
115. DAMPAK PEMBELAJARAN IRINGAN
• Hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses
pembelajaran sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang
dialami langsung oleh peserta didik.
116. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DALAM RPP
• Pembelajaran yang dirancang, selain berorientasi pada pilar-pilar
PAKEM, juga harus memperhatikan kegiatan minimal yang harus ada
dalam proses pembelajaran sesuai dengan pesan standar proses
(Permendiknas RI no 41, tahun 2007, tentang Standar Proses), yaitu
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
117. KEGIATAN EKSPLORASI
• Kegiatan untuk melibatkan peserta didik dalam mencari informasi yang luas
mengenai materi yang sedang dipelajari dari berbagai sumber belajar baik yang
ada di lingkungan sekolah atau di luar sekolah, misalnya melalui lembar kerja
peserta didik, buku teks, media masa (koran, majalah), internet, praktikum, atau
musium.
120. KEGIATAN ELABORASI
• Kegiatan yang dirancang untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
memberikan arti pada informasi baru dengan menghubungkannya dengan pengetahuan
(informasi yang sudah dimiliki).
• Kemampuan peserta didik dalam mengelaborasi dapat berupa menguraikan materi yang
sedang dipelajari lebih rinci dan lebih lengkap.
• Kegiatan yang dapat dirancang misalnya melalui kegiatan membaca berbagai sumber
menganalisis bacaan, penyelesaian masalah, penyusunan laporan, diskusi kelompok ,
pameran produk, dan lain-lain.
121. KEGIATAN KONFIRMASI
• Kegiatan guru untuk meminta penegasan atau pembenaran dari hasil eksplorasi, elaborasi, atau eksplanasi (penjelasan)
yang diberikan peserta didik.
• Kegiatan konfirmasi juga dapat berfungsi sebagai pemberian umpan balik dan kesempatan untuk memberikan penguatan
baik dalam bentuk lisan, tulisan, dan isyarat.
• Kegiatan yang dapat dilakukan dapat berupa tanya jawab, laporan lisan, seminar, dan lain-lain.
• Kegiatan konfirmasi juga dapat digunakan untuk memfasilitasi peserta didik dalam merefleksikan hasil belajarnya dari
berbagai sumber belajar.
• Kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi yang dipaparkan di atas, bukanlah sebagai nama dari urutan atau tahapan
atau sintaks model pembelajaran.
• Guru dalam upaya menerapkan PAKEM dapat memilih model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik konsep yang
akan dipelajari dan sesuai dengan tuntutan konstruktivisme.
• Banyak model pembelajaran yang dapat digunakan dan sintaksnya memuat kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi.