Dokumen tersebut membahas pengaruh kehamilan terhadap penyakit ginjal dan saluran kemih. Kehamilan menyebabkan perubahan anatomi dan fungsional pada ginjal dan saluran kemih seperti peningkatan ukuran ginjal, pelebaran ureter, dan peningkatan aliran darah ke ginjal. Dokumen ini juga membahas berbagai penyakit ginjal dan saluran kemih yang sering terjadi selama kehamilan seperti infeksi saluran ke
1. ASUHAN PADA
KEHAMILAN,PERSALINAN DAN NIFAS
DENGAN PENYAKIT GINJAL
Nama kelompok:
HENNY DAHLIA
HOCKY SITORUS
IRNA IMA WARDHANI
JESSIKA GULTOM
JUNITA NAINGGOLAN
LASTRIANI SARAGIH
2. A. Perubahan Anatomi Ginjal dan
Saluran Kemih
Dalam kehamilan terjadi perubahan anatomic dan
fungsional ginjal dan saluran kemih, yang sering
menimbulkan gejala, kelainan fisik, dan perubahan hasil
pemeriksaan laboratorium
Volume, berat, dan ukuran ginjal bertambah selama
kehamilan. Panjang ginjal bertambah mencapai 1 cm dan
ginjal kanan lebih besar sedikit daripada ginjal kiri bila
diukur secara radiogragis
Ureter juga mengalami pemanjangan, melekuk, dan
kadang berpindah letak ke lateral, dan akan kembali
normal 8-12 minggu setelah melahirkan. Semua hal diatas
dapat dilihat dengan pemeriksaan pielografi intravena.
3. B. Perubahan Fungsional Ginjal dan Saluran
Kemih
Kehamilan merupakan suatu kondisi
hiperdinamik, hipervolemik, dengan adaptasi yang
tampak pada semua sistem organ utama.
Perubahan fisiologik penting yang timbul pada ginjal
selama kehamilan, antara lain:
· Peningkatan aliran plasma renal (Renal Plasma
Flow/GFR)
· Peningkatan tingkat filtrasi glomerulus
( Glomerular Filtration Rate/GFR)
· Perubahan reabsopsi glukosa, sodium,asm
amino, dan asm urat tubular.
4. Peningkatan GFR terjadi selama fase luteal dari siklus
menstruasi dan terus meningkat setelah konsepsi,
Peningkatan RPF dimulai sejak trimester kedua yang
kemungkinan disebabkan oleh efek kombinasi curah
jantung yang meningkat dan resistensi vascular ginjal
sebagai peningkatan produksi prostaglandin ginjal
hemodinamik ginjal meningkat selama kehamilan
berhubungan dengan peranan penting nitric-oxide (NO)-
dependent endothelium-deroved relaxing factor atau
relaksin.
Peningkatan GFR dan Effective Renal Plasma Flow
(ERPF) ini juga dapat menjelaskan mengapa ekskresi
glukosa, asam amino, dan vitamin larut air, akan
meningkat selam kehamilan.
5. Kehamilan dengan lesi penyakit ginjal mendasar
dan borderline atau proteinuria minimal mungkin
mengalami peningkatan ekskresi protein, dan
sebaiknya tidak disalah artikan sebagai eksaserbasi
penyakit ginjal.
Sebagai akibat peningkatan GFR juga, konsentrasi
asam urat serum menurun selama kehamilan
trimester kedua, tetapi akan kembali normal seperti
keadaan tidak hamil (4-60 mg/dl) pada trimester
ketiga.
6. C.PENYAKIT GINJAL DAN SALURAN KEMIH YANG SERING
TERJADI PADA KEHAMILAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP
KEHAMILAN
1. Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Infeksi saluran kemih merupakan infeksi yang paling
sering terjadi selam kehamilan (4-10%).
Dikatakan ISK bila pada pemeriksaan urin ditemukan
bakteri yang jumlahnya lebih dari 10.000/ml, atau
terdapatnya pertumbuhan 100.000 koloni bakteri atau
lebih per millimeter jumlah urin midstream dengan
teknik catch.
Beberapa peneliti berpendapat bahwa jumlah bakteri
20.000-50.000 telah menunjukkan infeksi aktif.
7. 2. Bakteri Asimtomatik
Frekuensi bakteriuria asimptomatik kira-kira 2-10%, dan
dipengaruhi oleh paritas, ras, sosioekonomi perempuan
hamil
Beberapa peneliti mendapatkan bahwa hubungan
kejadian bakteriuria dengan peningkatan angka kejadian
anemia dalam kehamilan, persalinan premature, gngguan
pertumbuhan janin dan preeklamsi.
Beberapa regimen antibiotic berhasil digunakan untuk
terapi bakteriuria asimptomatik. Satu dari yang banyak
digunakan adalah nitrofurantion 400 mg per hari selama
7 hari, Ampisilin, sefaleksin dan trimetoprim-
sulfametoksazol dapat digunakan dengan keberhasilan
yang sama.
8. 3. Sistitis dan Uretritis
Sistitis adalah peradangan kandung kemih tanpa
disertai radang bagian atas saluran kemih. Sistitis ini
cukup sering dijumpai dalam kehamilan dan nifas. Kuman
penyebab utama adalah E.coli
Gejala-gejala sisititis khas sekali, yaitu disuria terutama
pada akhir berkemih, meningkatkannya frekuensi
berkemih dan kadang-kadang disertai nyeri di bagian atas
simfisis, perasaan ingin berkemih yang tidak dapat
ditahan, air kemih kadang terasa panas, suhu badan
mungkin normal atau meningkat, dan nyeri di daerah
suprasimfisis
Sistitis dapat diobati dengan sulfonamide, ampisilin,
atau eritromisin. Perlu diperhatikan obat-obat lain yang
baik digunakan untuk pengobatan infeksi saluran
kemih,tetapi mempunyai pengaruh tidak baik bagi janin
ataupun ibu.
9. 4. Pielonefritis Akut
• Pielonefritis akut merupakan salah satu komplikasi
yang paling sering dijumpai dalam kehamilan, dan
frekuensinya kira-kira 1-2 % terutama pada kehamilan
trimester 2 dan 3 dan permulaan masa nifas.
•Penyakit ini biasanya disebabkan oleh E. coli (80%),
dan dapat pula oleh kuman-kuman lain sperti S.
aures, B. proteus, dan P. aeruginosa
•Gejala penyakit biasanya timbul mendadak.
Perempuan yang sebelumnya merasa sakit pada
kandung kemih, malaise, menggigil, badan panas, dan
rasa nyeri di angulus kostovertebralis, terutama
daerah lumbal atas.
10. •Pielonefritis akut selama kehamilan dapat
menimbulkan konsekuensi yang serius. Beberapa
diantaranya adapat menyebarkan endotoksin, yang
dapat menyebabkan syok sepsis atau trauma pulmo.
•Terapi pada pasien hemil dengan pielonefritis akut
sebaiknya dilakukan secara agresif untuk menghindari
perkembangan penyakit dan kejadian infeksi serius.
menggigil atau mengalami peningkatan temperature.
•Pasien dengan pielonefritis akut selama kehamilan
memerlukan pengawasan tanda-tanda vital minimal
setiap 4 jam.
•Dua aspek fundamental dari terapi pada pasien
pielonefritis akut adalah pemberian cairan dan
antibiotika intravena.
11. 5. Pielonefritis Kronik
Pielonefritis kronik biasanya tidak atau sedikit sekali
menunjukkan gejala saluran kemih dan merupakan
predisposisi terjadinya pielonefritis akut dalam
kehamilan.
Penderita mungkin menderita darah tinggi. Pada
keadaan penyakit yang lebih berat didapatkan penurunan
tingkat filtrasi glomerulus (GFR), dan hasil urinalisis dapat
normal, mungkin ditemukan protein kurang dari 2 g/hari,
dan gumpalan sel darah putih.
Pengobatan penderita yang menderita pielonefritis
kronik ini tidak banyak yang dapat dilakukan, dan kalau
menunjuk kearah pielonefritis akut, seperti yang telah
diuraikan, perlu dipertimbangkan untuk terminasi
kehamilan
12. 6. Glomerulonefritis Akut
Penyebab Glomerulonefritis akut biasanya
Streptokokus beta-hemolitikus tipe A.
sering ditemukan bahwa penderita pada saat yang
sama atau beberapa minggu sebelumnya menderita
infeksi jalan napas, seperti tonsillitis, atau infeksi lain
oleh streptokokus, suatu hal yang menyokong infeksi
fokal.
Gambaran klinik ditandai oleh timbul hematuria
dengan tiba-tiba, edema, dan hipertensi pada
penderita yang sebelumnya tampak sehat. Kemudian
sindroma ditambah dengan oliguria sampai anuria,
nyeri kepala, dan mundurnya visus (retinitis
albuminika).
13. 7. Glomerulonefritis Kronik
Suatu ciri tetap ialah makin memburuknya fungsi
ginjal karena makin lama makin banyak kerusakan
yang diderita oleh glomerulus ginjal karena makin
lama makin banyak kerusakan yang diderita oleh
glomerulus ginjal, bahkan sampai tercapai tingkat
akhir, yakni ginjal kisut. Penyakit ini terdiri atas 4
macam seperti berikut .
a. Hanya terdapat proteinuria menetap dengan
atau tanpa kelainan sedimen.
b. Dapat menjadi jelas sebagai sindroma nefrotik.
c. Dalam bentuk akut seperti pada
glomerulonefritis akut.
d. Gagal ginjal sebagai penjelmaan pertama.
14. 8. Sindroma Nefrotik
Sindroma nefrotik, yang dahulu dikenal dengan nama
nefrotis, ialah suatu kumpulan gejala yang terdiri atas
edema, proteinuria (>5 gr/hari), hipoalbuminemia, dan
hiperkolesterolemia.
Penyakit-penyakit yang dapat menyertai sindroma
nefrotik ialah glomerulonefritis kronik (paling sering),
lupus eritomatous, diabetes melitus, amiloidosis, sifilis
dan thrombosis vena renalis.
Apabila kehamilan disertai sindroma nefrotik, maka
pengobatan serta prognosis ibu dan anak bergantung
pada faktor penyebabnya dan pada beratnya insufisiensi
ginjal. Komplikasi yang sering timbul berupa aborsi
spontan, pertumbuhan janin terhambat, dan kelahiran
prematur.
15. 9. Gagal Ginjal Akut dalam Kehamilan
• Gagal ginjal akut merupakan komplikasi yang sangat
gawat dalam kehamilan dan nifas karena dapat
menimbulkan kematian atau kerusakan funsi ginjal
yang tidak bisa sembuh lagi.
•Gagal ginjal akut didefinisikan sebagai penurunan
fungsi ginjal secara nyata, ditandai dengan jumlah
urin yang keluar < 400 ml/jam atau < 20 ml/jam.
•Beberapa penyebab gagal ginjal akut yang khusus
pada kehamilan, meliputi preeklamsia, eklamsia,
sindroma HELLP, penyakit ini berlemak akut pada
kehamilan dan gagal ginjal akut pascapersalinan.
16. 10. Batu Ginjal (Nefrolitiasis) dan Saluran Kemih
(Urolitiasis)
Batu ginjal dan saluran kemih dalam kehamilan jarang
terjadi. Frekuensinya sangat sedikit, yakni 1 dari 1.500
persalinan, dan ada yang mengatakan 0,03-0,07%,
biasanya terjadi selama trimester kedua dan ketiga.
Bila diketahui adanya urolitiasis dalam kehamilan, terapi
pertama adalah analgetika untuk menghilangkan
sakitnya, diberi cairan agar banyak batu dapat kebawah
karena hamper 80% batu akan dapat turun kebawah dan
antibiotika. Pada penderita yang membutuhkan tindakan
operasi, sebaiknya operasi dilakukan setelah dilakukan
trimester pertama atau setelah pascapersalinan.
17. 11. Ginjal Polikistik
Ginjal polikistik adalah penyakit sistemik yang
umumnya bersifat autosomal dominan yang sering
progresif sampai stadium akhir penyakit ginjal, yang
membutuhkan dialysis atau transplantasi.
Hasil kehamilan bergantung pada derajat
hipertensi, insufisiensi ginjal, dan infeksi saluran
kemih atas.
Komplikasi seperti hipertensi dan preeklamsia lebih
sering pada perempuan dengan penyakit ginjal
polikistik. Kehamilan tampaknya tidak menyebabkan
perburukan atau akselerasi/percepatan perjalanan
penyakit
18. 12. Tuberkulosis Ginjal
Diagnosis tuberkolosis ginjal ditentukan bila ditemukan
tuberkel kuman mikobakterium tuberkulosis pada ginjal,
Penanganan TBC ginjal dalam kehamilan:
· Konservatif, dengan mengobati gejala yang timbul
sampai akhir kehamilan.
· Paliatif, dengan melakukan terminasi kehamilan
bertujuan untuk mencegah kerusakan yang ditimbulkan
oleh proses tuberkulosis.
· Radikal, yang terdiri atas nefrektomi atau kombinasi
aborsi dan nefrektomi. Nefrektomi merupakan pilihan
apabila tuberkulosis hanya terjadi pada satu ginjal.
tindakan ini diperlukan pada 69% kasus tuberkulosis ginjal
dengan eksaserbasi akut pada kehamilan. Aborsi tidak
menghentikan proses tuberkulosis.
19. D. mengetahui pengaruh kehamilan terhadap
penyakit ginjal dan saluran kemih.
Sebagai akibat kehamilan, ukuran kedua ginjal akan
bertambah ± 1 cm. Ini disebabkan oleh adanya retensi
cairan dalam pembuluh-pembuluh darah dan di
jaringan interstisial.
juga terjadi pelebaran/dilatasi kaliks, pelvis dan
ureter. Pelebaran ini terutama terjadi di ginjal sebelah
kanan dan berlangsung mulai dari trimester kedua
sampai 2 bulan setelah persalinan.
Penyebab pelebaran ini masih belum diketahui
secara pasti tetapi ada dugaan karena pengaruj
hormon progesteron.