SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN
DIVERSI URIN : CONTINENT UROSTOMY

MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Sistem Perkemihan

Di Susun Oleh :
Alvian Pristy Windiramadhan
R.10.01.003

YAYASAN INDRA HUSADA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2013
KATA PENGANTAR

Bismilahirohmanirohim,
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas
limpahan Rahmat sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Salawat dan
salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhamad SAW.
Maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Mata Kuliah Sistem Mnajemen keperawatan pada Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan ( STIKes ) Indramayu. Makalah ini di beri judul : “Asuhan
Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Diversi Urin : Continent Urostomy”.
Penulis juga merasakan tidak sedikit kesulitan-kesulitan yang dihadapi,
namun berkat bantuan dan dukungan serta partisipasi dari berbagai pihak baik
berupa bimbingan, sumbangan pemikiran, materi, dan tenaga serta dorongan
semangat yang tidak ternilai harganya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan
makalah ini.
Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis membuka diri untuk
menerima saran serta kritikan yang sifatnya membangun maupun masukanmasukan lain yang amat berarti untuk perbaikan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ungkapan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Drs. H. Turmin, BSc. Selaku Ketua Yayasan Indra Husada.
2. Lily Yulaikha, S.Si.T. Selaku Ketua STIKes Indramayu
3. M.Saefulloh,M.Kep. Selaku Ketua Prodi Ilmu Keperawatan.
4. Dede Husna, S.Kep., Ns. Selaku Wali Kelas Ilmu Keperawatan Semester
VI.
5. Wayunah, S.Kep., M.Kep Selaku Dosen Mata Kuliah Sistem Perkemihan
6. Orang tua dan keluarga tersayang, yang telah banyak memberikan
inspirasi dan dorongan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah Sistem Perkemihan

ii
7. Teman-teman yang tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu, yang
telah banyak membantu dalam penyusunan makalah ini.
Semoga Allah SWT berkenan untuk membalas kebaikan tersebut dengan
pahala yang berlipat ganda. Hanya kepada Allah jua kita memohon keridhoan,
hanya kepada Allah kita berserah diri, tiada daya dan kekuatan kecuali dengan
pertolongan Allah yang Maha Bijaksana lagi Maha Perkasa. Amin.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat memberikan sumbangan
pemikiran yang bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Indramayu, Mei 2013

Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iv
1.1 KONSEP DASAR .................................................................................. 3
A. Pengertian BPH ( BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA ) ....... 1
B. Etiologi ............................................................................................. 1
C. Patofisiologi....................................................................................... 2
D. Manifestasi Klinis ............................................................................. 4
E. Komplikasi ........................................................................................ 6
F. Penatalaksanaan............................................................................... 6
G. Pemeriksaan Penunjang ................................................................. 9
1.2 ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................ 10
A. Pengkajian ......................................................................................... 10
B. Diagnosa Keperawatan .................................................................... 12
C. Intervensi ........................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Pembuangan normal urine merupakan suatu fungsi dasar yang sering
dianggap enteng oleh kebanyakan orang. Apabila sistem perkemihan tidak
dapat berfungsi dengan baik,sebenarnya semua sistem oragan pada akhirnya
akan terpengaruh. Klien yang mengalami perubahan eliminasi urine juga
dapat menderita secara emosional akibat perubahan citra tubuhnya.Perawat
berusaha memahami dan menunjukkan sikap yang peka terhadap kebutuhan
klien.Perawat harus memahami alasan terjadinya masalah dan berupaya
mencari penyelesaian yang dapat diterima.
Klien yang memiliki masalah perkemihan paling sering mengalami
gangguan dalam aktifitas berkemihnya. Gangguan ini disebabkan oleh
kerusakan fungsi kandung kemih,adannya obstruksi pada aliran urin yang
mengalir keluar ,atau ketidakmampuan mengontrol berkemih secara volunter.
Beberapa klien dapat mengalami perubahan sementara atau permanen dalam
jalur normal ekskresi urine. Klien yang menjalani diversi urine memiliki
masalah kusus karena urine keluar melalui sebuah stoma.
Perubahan dalam eliminasi urin selain retensi urin bisa juga infeksi
saluran kemih,yaitu infeksi-didapat ( infeksi nosokomial) di rumah sakit yang
paling sering terjadi di Amerika Serikat.Infeksi ini bertanggung jawab untuk
lebih dari 5 juta kunjungan dokter per tahun ( Johnson,1991).Bakteri dalam
urine ( Bakteriuria) dapat memicu penyebaran organisme ke dalam aliran
darah dan ginjal.

1.2. Rumusan Masalah
Pada pembuatan makalah ini akan dibahas beberapa rumusan masalah di
antarannya:
1. Apa definisi dari diversi urin : continen urostomy ?
2. Apa etiologi dari diversi urin : continen urostomy ?

1
3. Bagaimana manifestasi klinis dari diversi urin : continen urostomy?
4. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari diversi urin : continen urostomy ?
5. Bagaimana penatalaksanaan dari diversi urin : continen urostomy ?
6. Apa komplikasi dari diversi urin : continen urostomy ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan klien dengan diversi urin : continen
urostomy ?

1.3. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini diantaranya :
1. Untuk mengetahui definisi dari diversi urin : continen urostomy
2. Untuk mengetahui etiologi dari diversi urin : continen urostomy.
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari diversi urin : continen urostomy.
4. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari diversi urin: continen
urostomy.
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari diversi urin: continen urostomy.
6. Untuk mengetahui komplikasi dari diversi urin : continen urostomy.
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan klien dengan diversi urin :
continen urostomy.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Diversi urinarius adalah stoma urinarius untuk mengalihkan aliran
urin dari ginjal secara langsung ke permukaan abdomen dilakukan karena
beberapa alasan. ( Potter & Perry )
Diversi urinarius merupakan suatu metode yang dilakukan untuk
mengalihkan aliran urin dari kandung kemih ke tempat keluar yang baru,yang
biasanya melalui lubang yang dibuat lewat pembedahan pada kulit (stoma).(
Smeltzer Bare )
Kontinen urostomy adalah salah satu prosedur bedah yang bisa
dilakukan saat kandung kemih diharuskan diangkat karena penyakit (seperti
kanker kandung kemih atau interstisial sistitis) atau karena tidak lagi
berfungsi dengan benar (seperti kondisi bawaan atau kandung kemih
neurogenik).
Diversi kontinen adalah potongan usus digunakan untuk membentuk
kantung melalui stoma dan meniadakan kebutuhan terhadap alat penampung
eksternal. Pada beberapa pasien pria dengan kantung Kock (pengguanaan
wadah usus halus), drainase dapat dicapai melalui uretra dan penis dari pada
stoma abdomen (Doenges : )

2.2. Etiologi
Prosedur diversi urin dilakukan untuk mengalihkan aliran urin dari
kandung kemih ke tempat keluar yang baru, yang biasanya melalui lubang
yang dibuat lewat pembedahan pada kulit (stoma). Kelainan pada organ
perkemihan yang menimbulkan indikasi tindakan urinary Stoma sebagian
besar diakibatkan oleh keganasan sel pada organ tersebut, adapun kelainan
tersebut antara lain :
a. Blader : Pada Blader Neoplasma sering terjadi hematuri disertai nyeri
merupakan tanda pertama kanker blader, biasanya intermittent yang mana

3
sering menyebabkan hambatan dalam mencari pelayanan diagnostik.
Akibat perkembangan penyakit klien mengalami iritable blader dengan
disuria. Akhirnya gross hematuria, obstruksi atau vistula mendorong klien
mencari pengobatan.
b. Saluran Kemih : Seorang yang menderita penyakit batu saluran kemih jika
terdapat faktor predisposisi, kurang minum sehingga konsentrasi zat
pembentuk dalam air seni menjadi lebih pekat mengakibatkan mudah
terbentuk batu. Faktior predisposisi lainnya : faktor batu saluran
kemih/infeksi saluran kemih sebelumnya, riwayat keluarga yang menderita
batu saluran kemih, penyakit gout (peningkatan kadar asam urat darah
yang tinggi), mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung kalsium
atau oxalat (coklat, cola, kacang, teh) dan sumbatan saluran kemih.
c. Ginjal : Pada stadium dini, kanker ginjal jarang menimbulkan gejala. Pada
stadium lanjut, gejala yang paling banyak ditemukan adalah hematuria
(adanya darah di dalam air kemih). Hematuria bisa diketahui dari air
kemih yang tampak kemerahan atau diketahui melalui analisa air kemih.
Tekanan darah tinggi terjadi akibat tidak adekuatnya aliran darah ke
beberapa bagian atau seluruh ginjal, sehingga memicu dilepaskannya zat
kimia pembawa pesan untuk meningkatkan tekanan darah. Polisitemia
sekunder terjadi akibat tingginya kadar hormon eritropoietin, yang
merangsang sumsum tulang untuk meningkatkan pembentukan sel darah
merah. Gejala lainnya yang mungkin terjadi berupa nyeri pada sisi ginjal
yang terkena, penurunan berat badan.
d. Kandung kemih : Gejala pada pasien yang menderita Ca Kandung Kemih
dapat berupa hematuria (adanya darah dalam air kemih), rasa terbakar atau
rasa nyeri ketika berkemih, desakan untuk berkemih, sering berkemih.
Gejala dari kanker kandung kemih menyerupai gejala infeksi kandung
kemih (sistitis) dan kedua penyakit ini bisa terjadi secara bersamaan. Patut
dicurigai suatu kanker jika dengan pengobatan standar untuk infeksi,k
gejalanya tidak menghilang.

4
e. Pelvis Renalis dan Ureter : Kanker pada pelvis renalis dan ureter dapat
terjadi pada sel-sel yang melapisi pelvis renalis dan ureter. Kanker pada
sel-sel yang melapisi pelvis renalis disebut karsinoma sel transisional.
Pelvis renalis adalah bagian ginjal yang berfungsi sebagai corong yang
mengalirkan air kemih ke ureter. Ureter adalah tabung / saluran yang
menghubungkan ginjal dengan kandung kemih. Gejala awal biasanya
berupa hematuria (darah di dalam air kemih). Jika aliran air kemih
tersumbat, bisa terjadi nyeri kram di daerah antara tulang rusuk dan tulang
pinggul, atau di perut bagian bawah.
f. Uretra : Kanker Uretra adalah suatu keganasan yang jarang terjadi, yang
ditemukan di dalam uretra. Uretra merupakan saluran tempat keluarnya air
kemih dari kandung kemih. Pada wanita, panjang uretra adalah sekitar
3,75 cm dan ujungnya adalah berupa lubang yang terletak diatas vagina.
Pada pria, panjang uretra adalah sekitar 20 cm, menembus kelenjar prostat
dan berakhir sebagai sebuah lubang di ujung penis. Gejala pertama
biasanya adanya darah di dalam air kemih (hematuria), yang mungkin
hanya dapat diketahui dengan pemeriksaan mikroskopik atau bisa juga
tampak sebagai air kemih yang berwarna kemerahan. Aliran air kemih bisa
tersumbat, sehingga penderita mengalami kesulitan dalam berkemih atau
aliran air kemih menjadi lambat dan sedikit.

2.3. Pemeriksaan Diagnostik
a. IVP

:

Memperlihatkan

ukuran/lokasi

ginjal

dan

ureter

dan

mengesampingkan adannya tumor lain dalam saluran perkemihan.
b. Sitoskopi

dengan

biopsi

:

Menentukan

lokasi

tumor/derajat

keganasan.Sitoskopi ultraviolet menggambarkan lesi kandung kemih.
c. Scan tulang : Menentukan adanya penyakit metastasis.
d. Limpangiografi pedal

bilateral

: Menentukan keterlibatan nodus

pelvis,dimana tumor kandung kemih dengan mudah ditempatkan karena
dekat proksimal.

5
e. CT Scan : Mendefinisikan sel tumor dalam urine ( untuk menentukan
adanya dan tipe tumor).
f. Endoskopi : Mengevaluasi usus untuk di gunakan sebagai saluran.
g. Konduitogram : Mengkaji panjang dan kemampuan mengosongkan
saluran dan adanya struktur,obstruksi,refluks,angulasi,batu, atau tumor (
mungkin rumit atau kontraindikasi untuk diversi urin )

2.4. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Praoperatif
Sebagai bagian dari penatalaksanaan praoperatif,usus dibersihkan
untuk

meminimalkan

stasis

fekal,

dekompresi

usus,

dan

ileus

pascaoperatif. Diet rendah bisa diresepkan dan medikasi antimikrobial
diberikan untuk mengurangi flora paatogenik di usus dan untuk
mengurangi resiko infeksi. Hidrasi praoperatif yang adekuat dilakukan
untuk menjamin aliran urin selama pembedahan dan untuk mencegah
hipovolemia selama prosedur pembedahan.
b. Penatalaksanaan Pascaoperatif
Penatalaksanaan pascaoperatif berfokus pada mempertahankan
fungsi

urinarius,

mencegah

komplikasi

pascaoperatif

(komplikasi

pernafasan,ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, sepsis, pembentukan
fistula,dan kebocoran urin), dan meningkatkan kenyamanan pasien.
Kateter atau sistem drainase diobservasi dan haluaran urin dipantau
dengan ketat. Selang nasogastrik dimasukkan selama pembedahan untuk
menekan traktus gastrointestinal dan untuk mengurangi tekanan pada
anastomosis intestinal.Selang ini biasanya tetap dibiarkan untuk beberapa
hari setelah pembedahan.Segera setelah usus berfungsi kembali,yang
dimanifestasikan

dengan

bising

usus,aliran

flatus,

dan

abdomen

lunak,maka cairan dapat diberikan.Sampai dengan waktu tersebut,infus
cairan dan elektrolit diberikan.Pasien dibantu untuk ambulasi sesegera
mungkin.

6
2.5. Komplikasi
Komplikasi umumnya terjadi mengingat kompleksnya pembedahan,
penyakit yang mendasari ( kanker,trauma) prosedur diversi urinarius, dan
status nutrisi yang sering kurang dari normal. Komplikasi dapat mencangkup
komplikasi

pascaoperaatif

yang

umum

terjadi

(mis,

atelektasis,

ketidakseimbangan cairan dan elektrolit), kerusakan anastomosis, epsis,
pembentukan fistula, kebocoran urin atau fekal, dan iritasi kulit. Jika
komplikasi ini terjadi,pasien tetap dirawat di rumah sakit untuk jangka waktu
yang lama dan kemungkinan memerlukan nutrisi parenteral total,dekompresi
gastrointestinal melalui pengisap nasogastrik dan pembedahan lebih lanjut.
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk memelihara drainaase, meningkatkan
nutrisi yang adekuat untuk penyenbuhan dan mencegah sepsis.

7
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Pengkajian Keperawatan Praoperatif
Pasien yang masuk rumah sakit untuk menjalani bedah diversi urin
dikaji secara keseluruhan. Pengkajian praoperatif yang cermat harus
dilakukan terhadap fungsi kardiopulmoner , karena pasien yang menjalani
sistektomi ( eksisi kandung kemih ) biasannya adalah lansia yang tidak
mampu

mentoleransi

prosedur

pembedahan

yang

kompleks

dan

lama.Pengkajian status nutrisi juga penting karena masukan nutrisi yang
buruk berhubungan dengan masalah kesehatan yang mendasari.
Pengkajian juga difokuskan pada pemahaman pasien dan keluarga
mengenai fungsi dan prosedur serta perubahan struktur fisik setelah
pembedahan. Konsep diri dan harga diri pasien dievaluasi,selain metode
koping terhadap strees dan rasa kehilangan.Status mental pasien,kordinasi
dan ketangkasan tangan,serta metode pembelajaran yang di pilih dicatat
karena faktor-faktor ini akan mempengaruhi kemampuan perawatan diri
pada periode pasca operatif.
2.

Pengkajian Keperawatan Pascaoperatif
Peran perawat pada periode pascaoperatif adalah untuk mencegah
komplikasi dan untuk mengkaji pasien dengan cermat terhadap adanya
tanda dan gejala komplikasi.Kateter dan alat drainase dipantau dengan
ketat.Volume

urin,potensi

sistem

drainase,

dan

warna

drainase

dicatat.Penurunan volume urin atau peningkatan drainase secara mendadak
segera dilaporkan ke dokter karena kondisi ini mungkin menunjukkan
adanya obstruksi traktus urinarius,volume darah yang tidak adekuat,atau
perdarahan.

8
Analgesik diberikan sesuai resep untuk menignkatkan kenyamanan
pasien dan menignkatkan kemampuan pasien untuk miring,batuk,dan nafas
dalam tanpa rasa nyeri dan tidak nyaman berlebihan.

3.2 Diagnosa Keperawatan
1) Resiko Tinggi terhadap kerusakan integritas Kulit berhubungan dengan tak
adanya sfingter stoma,karakter/aliran urine dari stoma.
2) Nyeri akut berhubungan dengan faktor fisik, contoh gangguan
kulit/jaringan (insiden/drein)
3) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kerusakan kulit/insisi

3.3 Intervensi Keperawatan
1. Resiko Tinggi terhadap kerusakan integritas Kulit berhubungan dengan tak
adanya sfingter stoma,karakter/aliran urine dari stoma.
Kriteria Hasil :mempertahankan integritas kulit,mengidentifikasi faktor
risiko individual, menunjukkan perilaku/teknik untuk
meningkatkan
penyembuhan/mencegah kerusakan kulit.
INTERVENSI:
1) Inspeksi stoma/kulit peristoma. Perhatikan iriasi, lebam (gelap, warna
lebam), kemerahan, status jahitan.
R/mengawasi

proses

penyembuhan/keefektifantindakan,

dan

mengidentifikasi area, masalah, kebutuhan evaluasi lanjut/intervensi.
Stoma harus kemerahmudaan atau kemerahan. Sama dengan membran
mukosa. Perubahan warna mungkin sementara, tetapi perubahan
menetap dapat memerlukan intervensi medik. Identifikasi dini nekrosis
stoma/iskemia atau infeksi jamur memberikan waktu intervensi utnuk
mencegah nekrosis kulit.

9
2) Bersihkan dengan air dan lap kering (atau menggunakan pengering
rambut pada situasi dingin)
R/Mempertahankan kebersihan/area kering membantu untuk mencegah
kemudahan gesekan atau trauma.
3) pengukuran stoma secara periodik, contoh tiap penggantian alat untuk 6
minggupertama, kemudian sebulan 6 kali.
R/Sesuai dengan membaiknya edema pascaoperasi (selama 6 minggu
pertama),ukuran alat harus berubah untuk meyakinkan kecocokan yang
tepat sehinnga urine tertampung sesuai aliran ke stoma, dan kontak
dengan kulit dicegah
4) Berikan pelindung yang efektif, contoh skin prep atau produk sejenis.
R/Melindungi kulit dari perekat kantung, meningkatkan kerekatan
kantong, dan memudahkan pengangkatan kantong bila perlu.
Gunakan kantong transparan, tahan bau, dan dikeluarkan. Pertahankan
kasa segi empat diatas stoma sementara membersihkan stoma dan
biarkan pasien batuk atau mengejan sebelum meletakkan kantong.
R/Kantung transparan selama 4-6 minggu pertama memungkinkan
observasi mudah pada stoma dan stent (bila menggunakan) tanpa perlu
melepaskan kantong dan iritasi kulit. Penutupan stoma mencegah urine
membasahi

area

periostomal

selama

kantong

diganti.

Batuk

mengosongkan bagian distal saluran, memungkinkan penghnetian
sebentar untuk memudahkan pemasangan kantung.
5) Bersihkan ostomi kantung dengan rutin, gunakan cairan cuka.
R/Penggantian kantong yang sering mengiritasi kulit dan harus
dihindari. Pengosongan dan pencucian kantong dengan cuka tidak
hanya menghilangkan bakteri tetapi juga menghilangkan bau kantung.
6) Berikan sprei atau bedak antijamur, sesuai indikasi.
R/Membantu dalam penyembuhan bila iritasi periostoma disebabkan
oleh infeksi jamur. Produk ini dapat mempunyai efek samping poten
dan harus digunakan dengan campuran. Krim/ salep dihindari, karena
mempengaruhi perekatan alat.

10
2. Nyeri akut berhubungan dengan faktor fisik, contoh gangguan
kulit/jaringan (insiden/drein)
Kriteria Hasil

:menyatakan /menunjukan nyeri hilang, menunjukan
kemampuan untuk membantu dalam tindakan kenyamanan
umum dan mampu untuk tidur/istirahat dengan tepat.

INTERVENSI:
1) Kaji nyeri, perhatikan lokasi, karakteristik, intensitas (skala 0-10)
R/Membantu evaluasi derajat ketidaknyamanan dan keefektifan
analgesik atau menyatakan terjadinya komplikasi,contoh karena nyeri
abdomen biasanya ada secara bertahap pada hari ketiga ataukeempat
pascaoperasi,berlanjut atau meningkatnya nyeri dapat menunjukkan
pelambatan penyembuhan, iritasi kulit periostomal, infeksi, obstruksi
usus.
2) Auskultasi bising usus; perhatikan pasase flatus.
R/Mengidentifikasi
kembalinya

kembalinya

bising/fungsi

mengidentifikasikan

fungsi

usus

adanya

usus.

dalam

komplikasi,

Gangguan
72
contoh

jam

dalam
dapat

peritonitis,

hipokalemia, obstruksi mekanik.
3) Berikan tindakan kenyamanan, contoh pijatan punggung, penguatan
posisi (penggunaan tindakan dukungan sesuai kebutuhan). Yakinkan
pasien bahwa pengubahan posisi tidak akan mencederai stoma.
R/Menurunkan tegangan otot, meningkatkan relaksasi dan dapat
meningkatkan kemampuan koping.
4) Berikan obat sesuai indikasi, contoh narkotik, analgesik, ADP
R/Menghilangkan

nyeri,

meningkatkan

kenyamanan

dan

meningkatkan istirahat. ADP dapat lebih menguntungkan daripada
analgesik intermiten, khususnya setelah reseksi radikal.

3. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kerusakan kulit/insisi

11
Kriteria Hasil

:Meningkatkan waktu penyembuhan dengan tepat, bebas
dari drainase purulen atau eritema, dan tidak demam,
menyatakan pemahan penyebab individual/faktor risiko,
menunjukkan

teknik,perubahan

pola

hidup

untuk

menurunkan resiko.
INTERVENSI:
1) Kosongkan kantung ostomi bila menjadi penuh sepertiga saat cairan
IV dan drainase kantung kontinu dilepaskan.
R/Menurunkan risiko refluks urine dan mempertahankan integritas
alat.
2) Catat

karakteristik

urine,

dan

perhatikan

apakah

perubahan

berhubungan dengan keluhan nyeri panggul.
R/Urine

keruh

dan

bau

menunjukkan

infeski

(kemungkinan

pielonefritis); namun urine secara normal mengandung mukus setelah
prosedur pembuatan saluran.
3) Perhatikan kemerahan disekitar stoma.
R/Kemerahan paling umum disebabkan oleh jamur kebocoran urine
atau alergi pada alat atau produk dapat juga menyebabkan kemerahan,
area iritasi.
4) Inspeksi garis insisi sekitar stoma. Observasi dan catat drainase luka,
tanda inflamasi insisi, indikator sistemik sepsis
R/Memberikan pengetahuan dasar. Komplikasi dapat meliputi
terhambatnya anastomosis usus halus/besar atau saluran uretra, dengan
kebocoran isi usus kedalam abdomen atau urine kedalam rongga
peritoneal.
5) Ganti balutan sesuai indikasi, bila memakai.
R/Drainase basah bertindak sebagai sumbu untuk luka dan
memberikan media untuk pertumbuhan bakterial.
6) Gunakan kantong dengan katup antirefluks, bila ada.
R/Mencegah aliran balik urine kedalam stoma, menurunkan risiko
infeksi.

12
7) Berikan obat sesuai indikasi: sefalosporin contoh sefoksitin (mefoxin),
sefazolin (ancef).
R/Untuk mengobati infeksi yang teridentifikasi atau secara profilaktik,
khususnya pada riwayat pielonefritis berulang.

13
DAFTAR PUSTAKA

Dongoes M,dkk. 1992. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.Jakarta : EGC.
Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,Proses,
dan Praktik,E/4,Vol.2. Jakarta : EGC.
Smeltzer,Suzanne C.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddart,Ed.8. Jakarta : EGC.

14

More Related Content

What's hot (17)

Lp kasus batu urete
Lp kasus batu ureteLp kasus batu urete
Lp kasus batu urete
 
Laporan kolelitiasis
Laporan kolelitiasisLaporan kolelitiasis
Laporan kolelitiasis
 
Kelompok 5 NRA/lll
Kelompok 5 NRA/lllKelompok 5 NRA/lll
Kelompok 5 NRA/lll
 
Laporan pendahuluan nefrolitiasis
Laporan pendahuluan nefrolitiasisLaporan pendahuluan nefrolitiasis
Laporan pendahuluan nefrolitiasis
 
Kolelitiasis AKPER PEMKAB MUNA
Kolelitiasis AKPER PEMKAB MUNA Kolelitiasis AKPER PEMKAB MUNA
Kolelitiasis AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep batu ginjal
Askep batu ginjalAskep batu ginjal
Askep batu ginjal
 
Makalah batu ginjal
Makalah batu ginjalMakalah batu ginjal
Makalah batu ginjal
 
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
 
221524892 preskas-ureterolithiasis
221524892 preskas-ureterolithiasis221524892 preskas-ureterolithiasis
221524892 preskas-ureterolithiasis
 
Ureterolithiasis asli
Ureterolithiasis asliUreterolithiasis asli
Ureterolithiasis asli
 
kolestasis
kolestasiskolestasis
kolestasis
 
Bph
BphBph
Bph
 
Bph AKPER PEMKAB MUNA
Bph AKPER PEMKAB MUNA Bph AKPER PEMKAB MUNA
Bph AKPER PEMKAB MUNA
 
Asuhan keperawatan retensi urin
Asuhan keperawatan retensi urinAsuhan keperawatan retensi urin
Asuhan keperawatan retensi urin
 
Asuhan keperawatan pada klien dengan batu ginjal
Asuhan keperawatan pada klien dengan batu ginjalAsuhan keperawatan pada klien dengan batu ginjal
Asuhan keperawatan pada klien dengan batu ginjal
 
Crohn dan kolitis ulseratif
Crohn dan kolitis ulseratifCrohn dan kolitis ulseratif
Crohn dan kolitis ulseratif
 
Kista ginjal
Kista ginjalKista ginjal
Kista ginjal
 

Viewers also liked

Asuhan keperawatan pada klien tn. b dengan gangguan sistem persarafan modera...
Asuhan keperawatan pada klien tn. b dengan gangguan sistem persarafan  modera...Asuhan keperawatan pada klien tn. b dengan gangguan sistem persarafan  modera...
Asuhan keperawatan pada klien tn. b dengan gangguan sistem persarafan modera...
Operator Warnet Vast Raha
 
asuhan kehamilan,persalinan dan nifas dengan penyakit ginjal
asuhan kehamilan,persalinan dan nifas dengan penyakit ginjal asuhan kehamilan,persalinan dan nifas dengan penyakit ginjal
asuhan kehamilan,persalinan dan nifas dengan penyakit ginjal
jessika amelia
 
Askep inkontinensia urine
Askep inkontinensia urineAskep inkontinensia urine
Askep inkontinensia urine
Paul_Gl
 
Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)
Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)
Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)
Anno Making
 

Viewers also liked (20)

Pielonefritis
PielonefritisPielonefritis
Pielonefritis
 
Pengkajian keperawatan sistem persarafan
Pengkajian keperawatan sistem persarafanPengkajian keperawatan sistem persarafan
Pengkajian keperawatan sistem persarafan
 
Asuhan keperawatan pada klien tn. b dengan gangguan sistem persarafan modera...
Asuhan keperawatan pada klien tn. b dengan gangguan sistem persarafan  modera...Asuhan keperawatan pada klien tn. b dengan gangguan sistem persarafan  modera...
Asuhan keperawatan pada klien tn. b dengan gangguan sistem persarafan modera...
 
Askep pasien infeksi.Egas
Askep pasien infeksi.EgasAskep pasien infeksi.Egas
Askep pasien infeksi.Egas
 
Askep uretritis
Askep uretritisAskep uretritis
Askep uretritis
 
Asuhan keperawatan pada masalah sistem persyarafan
Asuhan keperawatan pada masalah sistem persyarafanAsuhan keperawatan pada masalah sistem persyarafan
Asuhan keperawatan pada masalah sistem persyarafan
 
Kanker kandung kemih
Kanker kandung kemihKanker kandung kemih
Kanker kandung kemih
 
asuhan kehamilan,persalinan dan nifas dengan penyakit ginjal
asuhan kehamilan,persalinan dan nifas dengan penyakit ginjal asuhan kehamilan,persalinan dan nifas dengan penyakit ginjal
asuhan kehamilan,persalinan dan nifas dengan penyakit ginjal
 
Inkontinensia urin
Inkontinensia urin Inkontinensia urin
Inkontinensia urin
 
Inkontinensia urin Geriatri
Inkontinensia urin GeriatriInkontinensia urin Geriatri
Inkontinensia urin Geriatri
 
Presentasi inkontinesia urine
Presentasi inkontinesia urinePresentasi inkontinesia urine
Presentasi inkontinesia urine
 
Askep inkontinensia urine (2)
Askep inkontinensia urine (2)Askep inkontinensia urine (2)
Askep inkontinensia urine (2)
 
Askep inkontinensia urine
Askep inkontinensia urineAskep inkontinensia urine
Askep inkontinensia urine
 
Inkontinensia urin
Inkontinensia urinInkontinensia urin
Inkontinensia urin
 
asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gatngguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urine
asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gatngguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urineasuhan Keperawatan Pasien Dengan Gatngguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urine
asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gatngguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urine
 
bph dan vesiclithiasis
bph dan vesiclithiasis bph dan vesiclithiasis
bph dan vesiclithiasis
 
Eliminasi
EliminasiEliminasi
Eliminasi
 
Anatomi dan Fisiologi Eliminasi Fekal
Anatomi dan Fisiologi Eliminasi FekalAnatomi dan Fisiologi Eliminasi Fekal
Anatomi dan Fisiologi Eliminasi Fekal
 
KESEHATAN REPRODUKSI MENOPAUSE
KESEHATAN REPRODUKSI MENOPAUSEKESEHATAN REPRODUKSI MENOPAUSE
KESEHATAN REPRODUKSI MENOPAUSE
 
Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)
Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)
Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)
 

Similar to Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan continent urostomy

Askep husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Askep husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaAskep husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Askep husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Operator Warnet Vast Raha
 
131550624 makalah-askep-pielonefritis
131550624 makalah-askep-pielonefritis131550624 makalah-askep-pielonefritis
131550624 makalah-askep-pielonefritis
shaniawira dika
 

Similar to Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan continent urostomy (20)

Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Askep husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Askep husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaAskep husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Askep husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
Sistem ekresi
Sistem ekresiSistem ekresi
Sistem ekresi
 
Askep retensio urine
Askep retensio urineAskep retensio urine
Askep retensio urine
 
Pawer point
Pawer pointPawer point
Pawer point
 
Bab i1
Bab i1Bab i1
Bab i1
 
Ambe joss obat bab berdarah
Ambe joss obat bab berdarahAmbe joss obat bab berdarah
Ambe joss obat bab berdarah
 
Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi
Pemenuhan Kebutuhan EliminasiPemenuhan Kebutuhan Eliminasi
Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi
 
modul 3 BAB berdarah
modul 3 BAB berdarahmodul 3 BAB berdarah
modul 3 BAB berdarah
 
etika
etikaetika
etika
 
Bph 1 6
Bph 1 6Bph 1 6
Bph 1 6
 
Bph AKPER PEMKAB MUNA
Bph AKPER PEMKAB MUNABph AKPER PEMKAB MUNA
Bph AKPER PEMKAB MUNA
 
Ambe joss buat wasir laki-laki
Ambe joss buat wasir laki-lakiAmbe joss buat wasir laki-laki
Ambe joss buat wasir laki-laki
 
131550624 makalah-askep-pielonefritis
131550624 makalah-askep-pielonefritis131550624 makalah-askep-pielonefritis
131550624 makalah-askep-pielonefritis
 
Retensi urine AKPER PEMKAB MUNA
Retensi urine AKPER PEMKAB MUNA Retensi urine AKPER PEMKAB MUNA
Retensi urine AKPER PEMKAB MUNA
 
Gaya hidup sehat cegah wasir kambuh
Gaya hidup sehat cegah wasir kambuhGaya hidup sehat cegah wasir kambuh
Gaya hidup sehat cegah wasir kambuh
 
Ambe joss dan salep wasir salwa
Ambe joss dan salep wasir salwaAmbe joss dan salep wasir salwa
Ambe joss dan salep wasir salwa
 
Deni lp eliminasi
Deni lp eliminasiDeni lp eliminasi
Deni lp eliminasi
 
Batuk kronik salah satu sebab wasir
Batuk kronik salah satu sebab wasirBatuk kronik salah satu sebab wasir
Batuk kronik salah satu sebab wasir
 
Materi Gangguan pada Sistem Pencernaan.pdf
Materi Gangguan pada Sistem Pencernaan.pdfMateri Gangguan pada Sistem Pencernaan.pdf
Materi Gangguan pada Sistem Pencernaan.pdf
 

More from Alvian P Windiramadhan (13)

Askep cidera kepala n cidera tulang belakang
Askep cidera kepala n cidera tulang belakangAskep cidera kepala n cidera tulang belakang
Askep cidera kepala n cidera tulang belakang
 
Leafleat kb
Leafleat kbLeafleat kb
Leafleat kb
 
Seminar kasus ruang anyelir rsud bayu asih
Seminar kasus ruang anyelir rsud bayu asihSeminar kasus ruang anyelir rsud bayu asih
Seminar kasus ruang anyelir rsud bayu asih
 
Satuan acara penyuluhan jadi
Satuan acara penyuluhan jadiSatuan acara penyuluhan jadi
Satuan acara penyuluhan jadi
 
Pembatasan cairan dan elektrolit
Pembatasan cairan dan elektrolitPembatasan cairan dan elektrolit
Pembatasan cairan dan elektrolit
 
Askep cidera kepala n cidera tulang belakang
Askep cidera kepala n cidera tulang belakangAskep cidera kepala n cidera tulang belakang
Askep cidera kepala n cidera tulang belakang
 
Leafleat komunitas
Leafleat komunitasLeafleat komunitas
Leafleat komunitas
 
Buku penyakit-kulit-kelamin-seri-ilmu-hitam
Buku penyakit-kulit-kelamin-seri-ilmu-hitamBuku penyakit-kulit-kelamin-seri-ilmu-hitam
Buku penyakit-kulit-kelamin-seri-ilmu-hitam
 
Buku saku pelayanan kesehatan anak
Buku saku pelayanan kesehatan anakBuku saku pelayanan kesehatan anak
Buku saku pelayanan kesehatan anak
 
Askep Hipoparatiroid
Askep HipoparatiroidAskep Hipoparatiroid
Askep Hipoparatiroid
 
Askep remaja new
Askep remaja newAskep remaja new
Askep remaja new
 
Bahaya rokok dalam tubuh
Bahaya rokok dalam tubuhBahaya rokok dalam tubuh
Bahaya rokok dalam tubuh
 
Penyakit Kulit Yang Umum Di Indonesia
Penyakit Kulit Yang Umum Di IndonesiaPenyakit Kulit Yang Umum Di Indonesia
Penyakit Kulit Yang Umum Di Indonesia
 

Recently uploaded

Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.pptGastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
ssuserbb0b09
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
Acephasan2
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
Zuheri
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
nadyahermawan
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
Zuheri
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
khalid1276
 
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan BandungObat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Halo Docter
 
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannyaleaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
YosuaNatanael1
 

Recently uploaded (20)

FARMAKOLOGI TBC. tugas kelompok farmasi klinis dan komunitas smk kesehatan ka...
FARMAKOLOGI TBC. tugas kelompok farmasi klinis dan komunitas smk kesehatan ka...FARMAKOLOGI TBC. tugas kelompok farmasi klinis dan komunitas smk kesehatan ka...
FARMAKOLOGI TBC. tugas kelompok farmasi klinis dan komunitas smk kesehatan ka...
 
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.pptGastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial RemajaAsuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
 
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOSTHEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
 
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatanLogic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
 
KEJADIAN PENYAKIT ASMA PADA KEHAMILAN.pptx
KEJADIAN PENYAKIT ASMA PADA KEHAMILAN.pptxKEJADIAN PENYAKIT ASMA PADA KEHAMILAN.pptx
KEJADIAN PENYAKIT ASMA PADA KEHAMILAN.pptx
 
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdfJenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
 
Materi E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptx
Materi E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptxMateri E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptx
Materi E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptx
 
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.ppt
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.pptepidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.ppt
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.ppt
 
Mengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptx
Mengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptxMengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptx
Mengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptx
 
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacyChapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
 
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
 
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan BandungObat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
 
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannyaleaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
 

Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan continent urostomy

  • 1. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN DIVERSI URIN : CONTINENT UROSTOMY MAKALAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Sistem Perkemihan Di Susun Oleh : Alvian Pristy Windiramadhan R.10.01.003 YAYASAN INDRA HUSADA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN 2013
  • 2. KATA PENGANTAR Bismilahirohmanirohim, Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan Rahmat sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Salawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhamad SAW. Maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sistem Mnajemen keperawatan pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ( STIKes ) Indramayu. Makalah ini di beri judul : “Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Diversi Urin : Continent Urostomy”. Penulis juga merasakan tidak sedikit kesulitan-kesulitan yang dihadapi, namun berkat bantuan dan dukungan serta partisipasi dari berbagai pihak baik berupa bimbingan, sumbangan pemikiran, materi, dan tenaga serta dorongan semangat yang tidak ternilai harganya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis membuka diri untuk menerima saran serta kritikan yang sifatnya membangun maupun masukanmasukan lain yang amat berarti untuk perbaikan. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ungkapan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Drs. H. Turmin, BSc. Selaku Ketua Yayasan Indra Husada. 2. Lily Yulaikha, S.Si.T. Selaku Ketua STIKes Indramayu 3. M.Saefulloh,M.Kep. Selaku Ketua Prodi Ilmu Keperawatan. 4. Dede Husna, S.Kep., Ns. Selaku Wali Kelas Ilmu Keperawatan Semester VI. 5. Wayunah, S.Kep., M.Kep Selaku Dosen Mata Kuliah Sistem Perkemihan 6. Orang tua dan keluarga tersayang, yang telah banyak memberikan inspirasi dan dorongan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Sistem Perkemihan ii
  • 3. 7. Teman-teman yang tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu, yang telah banyak membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT berkenan untuk membalas kebaikan tersebut dengan pahala yang berlipat ganda. Hanya kepada Allah jua kita memohon keridhoan, hanya kepada Allah kita berserah diri, tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah yang Maha Bijaksana lagi Maha Perkasa. Amin. Harapan penulis semoga makalah ini dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Indramayu, Mei 2013 Penulis iii
  • 4. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii DAFTAR ISI ............................................................................................................ iv 1.1 KONSEP DASAR .................................................................................. 3 A. Pengertian BPH ( BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA ) ....... 1 B. Etiologi ............................................................................................. 1 C. Patofisiologi....................................................................................... 2 D. Manifestasi Klinis ............................................................................. 4 E. Komplikasi ........................................................................................ 6 F. Penatalaksanaan............................................................................... 6 G. Pemeriksaan Penunjang ................................................................. 9 1.2 ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................ 10 A. Pengkajian ......................................................................................... 10 B. Diagnosa Keperawatan .................................................................... 12 C. Intervensi ........................................................................................... 13 DAFTAR PUSTAKA iv
  • 5. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembuangan normal urine merupakan suatu fungsi dasar yang sering dianggap enteng oleh kebanyakan orang. Apabila sistem perkemihan tidak dapat berfungsi dengan baik,sebenarnya semua sistem oragan pada akhirnya akan terpengaruh. Klien yang mengalami perubahan eliminasi urine juga dapat menderita secara emosional akibat perubahan citra tubuhnya.Perawat berusaha memahami dan menunjukkan sikap yang peka terhadap kebutuhan klien.Perawat harus memahami alasan terjadinya masalah dan berupaya mencari penyelesaian yang dapat diterima. Klien yang memiliki masalah perkemihan paling sering mengalami gangguan dalam aktifitas berkemihnya. Gangguan ini disebabkan oleh kerusakan fungsi kandung kemih,adannya obstruksi pada aliran urin yang mengalir keluar ,atau ketidakmampuan mengontrol berkemih secara volunter. Beberapa klien dapat mengalami perubahan sementara atau permanen dalam jalur normal ekskresi urine. Klien yang menjalani diversi urine memiliki masalah kusus karena urine keluar melalui sebuah stoma. Perubahan dalam eliminasi urin selain retensi urin bisa juga infeksi saluran kemih,yaitu infeksi-didapat ( infeksi nosokomial) di rumah sakit yang paling sering terjadi di Amerika Serikat.Infeksi ini bertanggung jawab untuk lebih dari 5 juta kunjungan dokter per tahun ( Johnson,1991).Bakteri dalam urine ( Bakteriuria) dapat memicu penyebaran organisme ke dalam aliran darah dan ginjal. 1.2. Rumusan Masalah Pada pembuatan makalah ini akan dibahas beberapa rumusan masalah di antarannya: 1. Apa definisi dari diversi urin : continen urostomy ? 2. Apa etiologi dari diversi urin : continen urostomy ? 1
  • 6. 3. Bagaimana manifestasi klinis dari diversi urin : continen urostomy? 4. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari diversi urin : continen urostomy ? 5. Bagaimana penatalaksanaan dari diversi urin : continen urostomy ? 6. Apa komplikasi dari diversi urin : continen urostomy ? 7. Bagaimana asuhan keperawatan klien dengan diversi urin : continen urostomy ? 1.3. Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah ini diantaranya : 1. Untuk mengetahui definisi dari diversi urin : continen urostomy 2. Untuk mengetahui etiologi dari diversi urin : continen urostomy. 3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari diversi urin : continen urostomy. 4. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari diversi urin: continen urostomy. 5. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari diversi urin: continen urostomy. 6. Untuk mengetahui komplikasi dari diversi urin : continen urostomy. 7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan klien dengan diversi urin : continen urostomy. 2
  • 7. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Diversi urinarius adalah stoma urinarius untuk mengalihkan aliran urin dari ginjal secara langsung ke permukaan abdomen dilakukan karena beberapa alasan. ( Potter & Perry ) Diversi urinarius merupakan suatu metode yang dilakukan untuk mengalihkan aliran urin dari kandung kemih ke tempat keluar yang baru,yang biasanya melalui lubang yang dibuat lewat pembedahan pada kulit (stoma).( Smeltzer Bare ) Kontinen urostomy adalah salah satu prosedur bedah yang bisa dilakukan saat kandung kemih diharuskan diangkat karena penyakit (seperti kanker kandung kemih atau interstisial sistitis) atau karena tidak lagi berfungsi dengan benar (seperti kondisi bawaan atau kandung kemih neurogenik). Diversi kontinen adalah potongan usus digunakan untuk membentuk kantung melalui stoma dan meniadakan kebutuhan terhadap alat penampung eksternal. Pada beberapa pasien pria dengan kantung Kock (pengguanaan wadah usus halus), drainase dapat dicapai melalui uretra dan penis dari pada stoma abdomen (Doenges : ) 2.2. Etiologi Prosedur diversi urin dilakukan untuk mengalihkan aliran urin dari kandung kemih ke tempat keluar yang baru, yang biasanya melalui lubang yang dibuat lewat pembedahan pada kulit (stoma). Kelainan pada organ perkemihan yang menimbulkan indikasi tindakan urinary Stoma sebagian besar diakibatkan oleh keganasan sel pada organ tersebut, adapun kelainan tersebut antara lain : a. Blader : Pada Blader Neoplasma sering terjadi hematuri disertai nyeri merupakan tanda pertama kanker blader, biasanya intermittent yang mana 3
  • 8. sering menyebabkan hambatan dalam mencari pelayanan diagnostik. Akibat perkembangan penyakit klien mengalami iritable blader dengan disuria. Akhirnya gross hematuria, obstruksi atau vistula mendorong klien mencari pengobatan. b. Saluran Kemih : Seorang yang menderita penyakit batu saluran kemih jika terdapat faktor predisposisi, kurang minum sehingga konsentrasi zat pembentuk dalam air seni menjadi lebih pekat mengakibatkan mudah terbentuk batu. Faktior predisposisi lainnya : faktor batu saluran kemih/infeksi saluran kemih sebelumnya, riwayat keluarga yang menderita batu saluran kemih, penyakit gout (peningkatan kadar asam urat darah yang tinggi), mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung kalsium atau oxalat (coklat, cola, kacang, teh) dan sumbatan saluran kemih. c. Ginjal : Pada stadium dini, kanker ginjal jarang menimbulkan gejala. Pada stadium lanjut, gejala yang paling banyak ditemukan adalah hematuria (adanya darah di dalam air kemih). Hematuria bisa diketahui dari air kemih yang tampak kemerahan atau diketahui melalui analisa air kemih. Tekanan darah tinggi terjadi akibat tidak adekuatnya aliran darah ke beberapa bagian atau seluruh ginjal, sehingga memicu dilepaskannya zat kimia pembawa pesan untuk meningkatkan tekanan darah. Polisitemia sekunder terjadi akibat tingginya kadar hormon eritropoietin, yang merangsang sumsum tulang untuk meningkatkan pembentukan sel darah merah. Gejala lainnya yang mungkin terjadi berupa nyeri pada sisi ginjal yang terkena, penurunan berat badan. d. Kandung kemih : Gejala pada pasien yang menderita Ca Kandung Kemih dapat berupa hematuria (adanya darah dalam air kemih), rasa terbakar atau rasa nyeri ketika berkemih, desakan untuk berkemih, sering berkemih. Gejala dari kanker kandung kemih menyerupai gejala infeksi kandung kemih (sistitis) dan kedua penyakit ini bisa terjadi secara bersamaan. Patut dicurigai suatu kanker jika dengan pengobatan standar untuk infeksi,k gejalanya tidak menghilang. 4
  • 9. e. Pelvis Renalis dan Ureter : Kanker pada pelvis renalis dan ureter dapat terjadi pada sel-sel yang melapisi pelvis renalis dan ureter. Kanker pada sel-sel yang melapisi pelvis renalis disebut karsinoma sel transisional. Pelvis renalis adalah bagian ginjal yang berfungsi sebagai corong yang mengalirkan air kemih ke ureter. Ureter adalah tabung / saluran yang menghubungkan ginjal dengan kandung kemih. Gejala awal biasanya berupa hematuria (darah di dalam air kemih). Jika aliran air kemih tersumbat, bisa terjadi nyeri kram di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggul, atau di perut bagian bawah. f. Uretra : Kanker Uretra adalah suatu keganasan yang jarang terjadi, yang ditemukan di dalam uretra. Uretra merupakan saluran tempat keluarnya air kemih dari kandung kemih. Pada wanita, panjang uretra adalah sekitar 3,75 cm dan ujungnya adalah berupa lubang yang terletak diatas vagina. Pada pria, panjang uretra adalah sekitar 20 cm, menembus kelenjar prostat dan berakhir sebagai sebuah lubang di ujung penis. Gejala pertama biasanya adanya darah di dalam air kemih (hematuria), yang mungkin hanya dapat diketahui dengan pemeriksaan mikroskopik atau bisa juga tampak sebagai air kemih yang berwarna kemerahan. Aliran air kemih bisa tersumbat, sehingga penderita mengalami kesulitan dalam berkemih atau aliran air kemih menjadi lambat dan sedikit. 2.3. Pemeriksaan Diagnostik a. IVP : Memperlihatkan ukuran/lokasi ginjal dan ureter dan mengesampingkan adannya tumor lain dalam saluran perkemihan. b. Sitoskopi dengan biopsi : Menentukan lokasi tumor/derajat keganasan.Sitoskopi ultraviolet menggambarkan lesi kandung kemih. c. Scan tulang : Menentukan adanya penyakit metastasis. d. Limpangiografi pedal bilateral : Menentukan keterlibatan nodus pelvis,dimana tumor kandung kemih dengan mudah ditempatkan karena dekat proksimal. 5
  • 10. e. CT Scan : Mendefinisikan sel tumor dalam urine ( untuk menentukan adanya dan tipe tumor). f. Endoskopi : Mengevaluasi usus untuk di gunakan sebagai saluran. g. Konduitogram : Mengkaji panjang dan kemampuan mengosongkan saluran dan adanya struktur,obstruksi,refluks,angulasi,batu, atau tumor ( mungkin rumit atau kontraindikasi untuk diversi urin ) 2.4. Penatalaksanaan a. Penatalaksanaan Praoperatif Sebagai bagian dari penatalaksanaan praoperatif,usus dibersihkan untuk meminimalkan stasis fekal, dekompresi usus, dan ileus pascaoperatif. Diet rendah bisa diresepkan dan medikasi antimikrobial diberikan untuk mengurangi flora paatogenik di usus dan untuk mengurangi resiko infeksi. Hidrasi praoperatif yang adekuat dilakukan untuk menjamin aliran urin selama pembedahan dan untuk mencegah hipovolemia selama prosedur pembedahan. b. Penatalaksanaan Pascaoperatif Penatalaksanaan pascaoperatif berfokus pada mempertahankan fungsi urinarius, mencegah komplikasi pascaoperatif (komplikasi pernafasan,ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, sepsis, pembentukan fistula,dan kebocoran urin), dan meningkatkan kenyamanan pasien. Kateter atau sistem drainase diobservasi dan haluaran urin dipantau dengan ketat. Selang nasogastrik dimasukkan selama pembedahan untuk menekan traktus gastrointestinal dan untuk mengurangi tekanan pada anastomosis intestinal.Selang ini biasanya tetap dibiarkan untuk beberapa hari setelah pembedahan.Segera setelah usus berfungsi kembali,yang dimanifestasikan dengan bising usus,aliran flatus, dan abdomen lunak,maka cairan dapat diberikan.Sampai dengan waktu tersebut,infus cairan dan elektrolit diberikan.Pasien dibantu untuk ambulasi sesegera mungkin. 6
  • 11. 2.5. Komplikasi Komplikasi umumnya terjadi mengingat kompleksnya pembedahan, penyakit yang mendasari ( kanker,trauma) prosedur diversi urinarius, dan status nutrisi yang sering kurang dari normal. Komplikasi dapat mencangkup komplikasi pascaoperaatif yang umum terjadi (mis, atelektasis, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit), kerusakan anastomosis, epsis, pembentukan fistula, kebocoran urin atau fekal, dan iritasi kulit. Jika komplikasi ini terjadi,pasien tetap dirawat di rumah sakit untuk jangka waktu yang lama dan kemungkinan memerlukan nutrisi parenteral total,dekompresi gastrointestinal melalui pengisap nasogastrik dan pembedahan lebih lanjut. Tujuan penatalaksanaan adalah untuk memelihara drainaase, meningkatkan nutrisi yang adekuat untuk penyenbuhan dan mencegah sepsis. 7
  • 12. BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Pengkajian 1. Pengkajian Keperawatan Praoperatif Pasien yang masuk rumah sakit untuk menjalani bedah diversi urin dikaji secara keseluruhan. Pengkajian praoperatif yang cermat harus dilakukan terhadap fungsi kardiopulmoner , karena pasien yang menjalani sistektomi ( eksisi kandung kemih ) biasannya adalah lansia yang tidak mampu mentoleransi prosedur pembedahan yang kompleks dan lama.Pengkajian status nutrisi juga penting karena masukan nutrisi yang buruk berhubungan dengan masalah kesehatan yang mendasari. Pengkajian juga difokuskan pada pemahaman pasien dan keluarga mengenai fungsi dan prosedur serta perubahan struktur fisik setelah pembedahan. Konsep diri dan harga diri pasien dievaluasi,selain metode koping terhadap strees dan rasa kehilangan.Status mental pasien,kordinasi dan ketangkasan tangan,serta metode pembelajaran yang di pilih dicatat karena faktor-faktor ini akan mempengaruhi kemampuan perawatan diri pada periode pasca operatif. 2. Pengkajian Keperawatan Pascaoperatif Peran perawat pada periode pascaoperatif adalah untuk mencegah komplikasi dan untuk mengkaji pasien dengan cermat terhadap adanya tanda dan gejala komplikasi.Kateter dan alat drainase dipantau dengan ketat.Volume urin,potensi sistem drainase, dan warna drainase dicatat.Penurunan volume urin atau peningkatan drainase secara mendadak segera dilaporkan ke dokter karena kondisi ini mungkin menunjukkan adanya obstruksi traktus urinarius,volume darah yang tidak adekuat,atau perdarahan. 8
  • 13. Analgesik diberikan sesuai resep untuk menignkatkan kenyamanan pasien dan menignkatkan kemampuan pasien untuk miring,batuk,dan nafas dalam tanpa rasa nyeri dan tidak nyaman berlebihan. 3.2 Diagnosa Keperawatan 1) Resiko Tinggi terhadap kerusakan integritas Kulit berhubungan dengan tak adanya sfingter stoma,karakter/aliran urine dari stoma. 2) Nyeri akut berhubungan dengan faktor fisik, contoh gangguan kulit/jaringan (insiden/drein) 3) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kerusakan kulit/insisi 3.3 Intervensi Keperawatan 1. Resiko Tinggi terhadap kerusakan integritas Kulit berhubungan dengan tak adanya sfingter stoma,karakter/aliran urine dari stoma. Kriteria Hasil :mempertahankan integritas kulit,mengidentifikasi faktor risiko individual, menunjukkan perilaku/teknik untuk meningkatkan penyembuhan/mencegah kerusakan kulit. INTERVENSI: 1) Inspeksi stoma/kulit peristoma. Perhatikan iriasi, lebam (gelap, warna lebam), kemerahan, status jahitan. R/mengawasi proses penyembuhan/keefektifantindakan, dan mengidentifikasi area, masalah, kebutuhan evaluasi lanjut/intervensi. Stoma harus kemerahmudaan atau kemerahan. Sama dengan membran mukosa. Perubahan warna mungkin sementara, tetapi perubahan menetap dapat memerlukan intervensi medik. Identifikasi dini nekrosis stoma/iskemia atau infeksi jamur memberikan waktu intervensi utnuk mencegah nekrosis kulit. 9
  • 14. 2) Bersihkan dengan air dan lap kering (atau menggunakan pengering rambut pada situasi dingin) R/Mempertahankan kebersihan/area kering membantu untuk mencegah kemudahan gesekan atau trauma. 3) pengukuran stoma secara periodik, contoh tiap penggantian alat untuk 6 minggupertama, kemudian sebulan 6 kali. R/Sesuai dengan membaiknya edema pascaoperasi (selama 6 minggu pertama),ukuran alat harus berubah untuk meyakinkan kecocokan yang tepat sehinnga urine tertampung sesuai aliran ke stoma, dan kontak dengan kulit dicegah 4) Berikan pelindung yang efektif, contoh skin prep atau produk sejenis. R/Melindungi kulit dari perekat kantung, meningkatkan kerekatan kantong, dan memudahkan pengangkatan kantong bila perlu. Gunakan kantong transparan, tahan bau, dan dikeluarkan. Pertahankan kasa segi empat diatas stoma sementara membersihkan stoma dan biarkan pasien batuk atau mengejan sebelum meletakkan kantong. R/Kantung transparan selama 4-6 minggu pertama memungkinkan observasi mudah pada stoma dan stent (bila menggunakan) tanpa perlu melepaskan kantong dan iritasi kulit. Penutupan stoma mencegah urine membasahi area periostomal selama kantong diganti. Batuk mengosongkan bagian distal saluran, memungkinkan penghnetian sebentar untuk memudahkan pemasangan kantung. 5) Bersihkan ostomi kantung dengan rutin, gunakan cairan cuka. R/Penggantian kantong yang sering mengiritasi kulit dan harus dihindari. Pengosongan dan pencucian kantong dengan cuka tidak hanya menghilangkan bakteri tetapi juga menghilangkan bau kantung. 6) Berikan sprei atau bedak antijamur, sesuai indikasi. R/Membantu dalam penyembuhan bila iritasi periostoma disebabkan oleh infeksi jamur. Produk ini dapat mempunyai efek samping poten dan harus digunakan dengan campuran. Krim/ salep dihindari, karena mempengaruhi perekatan alat. 10
  • 15. 2. Nyeri akut berhubungan dengan faktor fisik, contoh gangguan kulit/jaringan (insiden/drein) Kriteria Hasil :menyatakan /menunjukan nyeri hilang, menunjukan kemampuan untuk membantu dalam tindakan kenyamanan umum dan mampu untuk tidur/istirahat dengan tepat. INTERVENSI: 1) Kaji nyeri, perhatikan lokasi, karakteristik, intensitas (skala 0-10) R/Membantu evaluasi derajat ketidaknyamanan dan keefektifan analgesik atau menyatakan terjadinya komplikasi,contoh karena nyeri abdomen biasanya ada secara bertahap pada hari ketiga ataukeempat pascaoperasi,berlanjut atau meningkatnya nyeri dapat menunjukkan pelambatan penyembuhan, iritasi kulit periostomal, infeksi, obstruksi usus. 2) Auskultasi bising usus; perhatikan pasase flatus. R/Mengidentifikasi kembalinya kembalinya bising/fungsi mengidentifikasikan fungsi usus adanya usus. dalam komplikasi, Gangguan 72 contoh jam dalam dapat peritonitis, hipokalemia, obstruksi mekanik. 3) Berikan tindakan kenyamanan, contoh pijatan punggung, penguatan posisi (penggunaan tindakan dukungan sesuai kebutuhan). Yakinkan pasien bahwa pengubahan posisi tidak akan mencederai stoma. R/Menurunkan tegangan otot, meningkatkan relaksasi dan dapat meningkatkan kemampuan koping. 4) Berikan obat sesuai indikasi, contoh narkotik, analgesik, ADP R/Menghilangkan nyeri, meningkatkan kenyamanan dan meningkatkan istirahat. ADP dapat lebih menguntungkan daripada analgesik intermiten, khususnya setelah reseksi radikal. 3. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kerusakan kulit/insisi 11
  • 16. Kriteria Hasil :Meningkatkan waktu penyembuhan dengan tepat, bebas dari drainase purulen atau eritema, dan tidak demam, menyatakan pemahan penyebab individual/faktor risiko, menunjukkan teknik,perubahan pola hidup untuk menurunkan resiko. INTERVENSI: 1) Kosongkan kantung ostomi bila menjadi penuh sepertiga saat cairan IV dan drainase kantung kontinu dilepaskan. R/Menurunkan risiko refluks urine dan mempertahankan integritas alat. 2) Catat karakteristik urine, dan perhatikan apakah perubahan berhubungan dengan keluhan nyeri panggul. R/Urine keruh dan bau menunjukkan infeski (kemungkinan pielonefritis); namun urine secara normal mengandung mukus setelah prosedur pembuatan saluran. 3) Perhatikan kemerahan disekitar stoma. R/Kemerahan paling umum disebabkan oleh jamur kebocoran urine atau alergi pada alat atau produk dapat juga menyebabkan kemerahan, area iritasi. 4) Inspeksi garis insisi sekitar stoma. Observasi dan catat drainase luka, tanda inflamasi insisi, indikator sistemik sepsis R/Memberikan pengetahuan dasar. Komplikasi dapat meliputi terhambatnya anastomosis usus halus/besar atau saluran uretra, dengan kebocoran isi usus kedalam abdomen atau urine kedalam rongga peritoneal. 5) Ganti balutan sesuai indikasi, bila memakai. R/Drainase basah bertindak sebagai sumbu untuk luka dan memberikan media untuk pertumbuhan bakterial. 6) Gunakan kantong dengan katup antirefluks, bila ada. R/Mencegah aliran balik urine kedalam stoma, menurunkan risiko infeksi. 12
  • 17. 7) Berikan obat sesuai indikasi: sefalosporin contoh sefoksitin (mefoxin), sefazolin (ancef). R/Untuk mengobati infeksi yang teridentifikasi atau secara profilaktik, khususnya pada riwayat pielonefritis berulang. 13
  • 18. DAFTAR PUSTAKA Dongoes M,dkk. 1992. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.Jakarta : EGC. Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,Proses, dan Praktik,E/4,Vol.2. Jakarta : EGC. Smeltzer,Suzanne C.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart,Ed.8. Jakarta : EGC. 14