Analisis kinerja Bank Niaga dan Bank Lippo sebelum merger menunjukkan:
1. Rasio permodalan (CAR) Bank Niaga berkisar 16-18% sedangkan Bank Lippo 19-24%
2. Rasio kredit bermasalah (NPL) Bank Niaga 3-6% dan Bank Lippo 1-13%
3. Kinerja kedua bank mengalami penurunan pada tahun 2008
3. “Keberhasilan kami di masa lalu, kini dan yang akan datang dilandasi oleh keyakinan kami dalam menyediakan
layanan berkualitas tinggi, pengelolaan resiko dan sumber daya keuangan yang tepat, pemanfaatan teknologi tepat
guna, serta yang paling utama bertumpu pada dedikasi para karyawan yang senantiasa menjunjung tinggi
integritas dan prestasi dalam bekerja maupun berusaha.” (CIMBNIAGA.com)
Bank CIMB Niaga berdiri pada tanggal 26 September 1955 dengan nama Bank Niaga.
Fokus utama adalah pada membangun nilai-nilai inti dan profesionalisme di bidang perbankan.
Filosofi Inti:
1. Orientasi kepada nasabah
2. Etika dan moral sebagai landasan kerja
3. Manajemen dan karyawan sebagai aset utama dari Perusahaan
4. Iklim kerja yang mendukung kinerja, kreativitas dan motivasi kerja tinggi
5. Komitmen dalam tanggung jawab sosial
Filosofi Perusahaan:
5. 26 September 1955 : berdiri Bank Niaga
Tahun 1987 : Bank Niaga menjadi Bank yang pertama memakai layanan ATM
Tahun 1991 : Yang pertama memberikan nasabahnya layanan perbankan online.
Tahun 1989 : Bank Niaga menjadi perusahaan terbuka di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (kini
Bursa Efek Indonesia/BEI)
Akhir th 1990 : Pemerintah Republik Indonesia selama beberapa waktu pernah menjadi pemegang saham
mayoritas Bank CIMB Niaga saat terjadinya krisis keuangan
November 2002 : Commerce Asset-Holding Berhad (CAHB), kini dikenal luas sebagai CIMB Group Holdings
Berhad (CIMB Group Holdings), mengakuisisi saham mayoritas Bank Niaga dari Badan Penyehatan Perbankan
Nasional (BPPN).
Agustus 2007 : seluruh kepemilikan saham berpindah tangan ke CIMB Group sebagai bagian dari reorganisasi
internal untuk mengkonsolidasi kegiatan seluruh anak perusahaan CIMB Group dengan platform universal
banking.
30 September 2005 : Khazanah yang merupakan pemilik saham mayoritas CIMB Group Holdings mengakuisisi
kepemilikan mayoritas LippoBank
Sejak tahun 2007: Khazanah memandang penggabungan (merger) sebagai suatu upaya yang harus ditempuh
agar dapat mematuhi kebijakan Single Presence Policy (SPP) yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia
Mei 2008 : nama Bank Niaga berubah menjadi Bank CIMB Niaga
Juni 2008 : Penggabungan Bank CIMB Niaga dan LippoBank telah ditandatangani
28 Oktober 2008 : Seluruh kepemilikan saham LippoBank ini berpindah tangan menjadi milik CIMB Group
sebagai bagian dari reorganisasi internal yang sama.
1 November 2008 (Legal Day 1 atau LD1) : LippoBank secara resmi bergabung ke dalam Bank CIMB Niaga
pada tanggal yang diikuti dengan pengenalan logo baru kepada masyarakat luas.
6. B
A
MERGER ??? AB
Peraturan BI nomor
8/16/PBI/2006 =
Kebijakan kepemilikan
tunggal (single
presence policy)
MOTIF :
1. Growth or Diversification
2. Synergi
3. Fund Raising
4. Increased Managerial Skill or Technology
5. Tax Consideration
6. Increased Ownership Liquidity
7. Defense Against Takeover
Tipe merger berdasarkan aktivitas
ekonomi yaitu :
1. Merger Horizontal
2. Merger Vertikal
3. Merger Konglomerat
4. Merger Ekstensi Pasar
5. Merger Ekstensi produk
7. Single Presence Policy (SPP)
suatu kondisi dimana suatu pihak hanya menjadi pemegang saham pengendali pada satu bank
1 November 2008
NIAGA +LIPPO
Bank ke-5
terbesar di
Indonesia
berdasarkan
asset pada tahun
2009
CIMB
NIAGA
8. Standard Penilaian Kinerja Bank
C
A
M
E
L
CAPITALS
Capital adequacy ratio (CAR) → menghitung aspek permodalan
ASSETS
Non performing loan (NPL) → menghitung kualitas asset
MANAGEMENT
Rasio biaya operasional / BOPO digunakan untuk mengukur
tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan
kegiatan operasinya
EARNING
Return on asset (ROA), return on equity (ROE), net interest margin (NIM)
→ menghitung tingkat efisiensi kegiatan bank dalam memperoleh laba
(rentabilitas)
LIQUIDITY
Loan to deposit ratio (LDR) → untuk menghitung aspek likuiditas
9. Modal merupakan salah satu yang penting bagi bank dalam rangka mengembangkan usaha dan
menopang kerugian yang mungkin timbul dari penanaman dana dalam aktiva-aktiva produktif
yang mengundang risiko serta untuk membiayai penanaman dalam aktiva lainnya.
Ratio Penilaian : diatas 8%
Capital Adequacy Ratio (CAR) menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal
yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur,
megawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap kinerja
suatu bank dalam menghasilkan keuntungan, dan menjaga besarnya modal yang dimiliki.
CAR =
Jumlah modal
x 100%
Jumlah ATMR
10. Kualitas aktiva produktif adalah semua aktiva dalam rupiah atau valas yang dimiliki oleh bank
dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya, yaitu pemberian
kredit, kepemilikan surat-surat berharga, dan penempatan dana kepada bank lain baik dalam
negeri maupun luar negeri terkecuali penanaman dana dalam bentuk giro atau penyertaan
Ratio Penilaian : dibawah 5%
Non Performing Loan adalah penilaian kuantitatif dan kualitatif faktor kualitas aset dengan
membandingkan antara kredit tidak lancar dengan kredit yang diberikan. Rasio ini menghitung
tingkat kredit bermasalah bila dibandingkan dengan total kredit yang telah diberikan kepada
pihak ketiga namun tidak termasuk kredit yang diberikan kepada bank lain. Kredit bermasalah
adalah kredit yang diklasifikasikan dalam kredit kurang lancar, diragukan, dan macet. Kredit
bermasalah itu sendiri dihitung secara kotor (gross) dengan tidak mengurangkan dengan
penyisihan penghapusan aktiva produktif
NPL =
Kredit bermasalah
x 100%
Total kredit
11. Kemampuan pihak manajemen dalam menjalankan prinsip perbankan menjadi salah satu
kebutuhan yang sangat menonjol. Apalagi dalam kondisi krisis seperti ini, manajemen yang
handal diharapkan akan dapat mencerahkan kembali sector perbankan nasional yang
sempat terpuruk. Aspek manajemen ini dinilai dengan cara mengkuantifikasikan
pelaksanakan manajemen, meliputi beberapa komponen yaitu manajemen permodalan,
manajemen kualitas aktiva produktif, manajemen rentabilitas, dan manajemen likuiditas.
Beban Operasi terhadap Pendapatan Operasi (BOPO)
Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank
dalam melakukan kegiatan operasinya
BOPO =
Beban operasional
x 100%
Pendapatan operasional
12. Rentabilitas adalah, pengukuran tingkat efisiensi kegiatan bank dalam memperoleh laba.
Rentabilitas merupakan kemampuan yang penting bagi perusahaan karena tidak hanya sebagai
salah satu indikator kesehatan aspek keuangan, rentabilitas juga berguna dalam penentuan
return yang cukup sehingga dapat menjaga arus sumber modal yang baik.
Ratio Penilaian :
1. ROA digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menggunakan aset yang dimiliki
untuk menghasilkan laba kotor.
2. ROE mengetahui kemampuan bank dalam penggunaan modal yang dimiliki untuk
menghasilkan laba bersih
3. NIM perbandingan antara jumlah pendapatan bunga bersih yang diperoleh dengan
menggunakan aktiva produktif yang dimiliki oleh bank. Aktiva produktif yang diperhitungkan
adalah aktiva produktif yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan bunga
NIM =
Net Interest
Income
x 100%
Earning Asset
ROE = Labe setelah pajak (EAT) x 100% Modal sendiri
ROA =
Laba sebelum pajak
x 100%
Total aktiva
13. LDR adalah rasio yang digunakan untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang
diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang
digunakan. LDR merupakan rasio yang menggambarkan seberapa jauh kemampuan
bank dalam membayar kembali penarikan dana yang mungkin dilakukan oleh nasabah
deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
Dana ini dapat berupa giro, tabungan, dan deposito yang dimiliki deposan. Semakin
tinggi rasio ini semakin rendah kemampuan likuiditas bank
LDR =
Jumlah kredit yang diberikan
x 100%
Total dana pihak ketiga
Pengertian Merger : penggabungan dua atau lebih perusahaan yang kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup 4 sebagai badan hukum, sementara yang lainnya menghentikan aktivitasnya atau bubar / Kombinasi dari dua atau lebih perusahaan, di mana perusahaan yang dihasilkan mempertahankan identitas dari salah satu perusahaan, biasanya perusahaan yang paling besar.
Growth or Diversification (pertumbuhan pangsa pasar)
2. Synergi (mengurangi banyak fungsi dan karyawan yang berlebih supaya menurunkan biaya produksi)
3. Fund Raising (memungkinkan dana dibangkitkan secara eksternal dengan biaya lebih rendah)
4. Increased Managerial Skill or Technology (untuk melengkapi kekurangan dari bidang teknologi)
5. Tax Consideration
6. Increased Ownership Liquidity (dapat memberikan para pemilik perusahaan kecil dengan likuiditas yang lebih besar)
7. Defense Against Takeover (menciptakan nilai bagi pemegang saham dari mereka akan menyadari setelah perusahaan digabungkan dengan perusahaan lain)
Merger perlu dilakukan untuk meningkatkan Net Present Value (NPV) yang dapat meningkatkan nilai pasar, meningkatkan efektivitas pengawasan, dan mendorong konsolidasi perbankan agar bank-bank memiliki modal yang kuat sehingga bank menjadi lebih lebih kuat,berdaya saing tinggi, mempunyai nilai, dan berskala global.
Tingginya kredit bermasalah (non performing loan) pada beberapa bank yang kepemilikannya kebetulan dipegang sedikit pengendali saham, menjadi salah satu pemicu kebijakan itu.
Tipe merger berdasarkan aktivitas ekonomi yaitu :
Merger Horizontal : dua / lebih dalam industri yang sama
2. Merger Vertikal : integrasi yang melibatkan perusahaan-perusahaan dalam tahapan proses produksi atau operasi.
3. Merger Konglomerat : dua atau lebih perusahaan yang masing-masing bergerak dalam industri yang tidak terkait.
4. Merger Ekstensi Pasar : dilakukan oleh dua perusahaan atau lebih yang mempunyai tujuan memperluas area pasar.
5. Merger Ekstensi produk : dilakukan oleh dua perusahaan atau lebih untuk memperluas lini produk perusahaan.
FUNGSI : untuk mendapatkan teknologi baru, mengurangi wajib pajak, memperluas akses ke distributor, pelanggan, produk, pemasok, dan kreditor.
ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Risiko) adalah aktiva yang tercantum dalam neraca tercermin dalam kewajiban yang bersifat kesinambungan dan atau komitmen yang disediakan bank bagi pihak ketiga. Dalam menghitung ATMR terhadap masing-masing pos aktiva diberikan bobot risiko yang besarnya didasarkan pada golongan nasabah penjamin serta sifat agunan.
(semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank terrsebut dari segi penggunaan aktiva. )
Return On Equity adalah rasio yang menunjukan modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham preferen dan saham biasa, semakin besar rasio ini maka akan semakin baik.
Net Interest Margin yaitu perbandingan antara jumlah pendapatan bunga bersih yang diperoleh dengan menggunakan aktiva produktif yang dimiliki oleh bank.
Tidak ada perbedaan rasio ROE pada Bank CIMB Niaga sebelum dan sesudah merger, berarti besarnya tingkat modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham preferen dan saham biasa pada Bank CIMB Niaga antara sebelum dan sesudah merger adalah sama.
c. Net Interest Margin
Tidak ada perbedaan rasio NIM pada Bank CIMB Niaga sebelum dan sesudah merger, berarti besarnya tingkat pendapatan bunga bersih yang diperoleh dengan menggunakan aktiva produktif yang dimiliki oleh bank pada Bank CIMB Niaga antara sebelum dan sesudah merger adalah sama.
5. Likuiditas
Terdapat perbedaan rasio LDR pada Bank CIMB Niaga sebelum dan sesudah merger, berarti besarnya tingkat kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang mungkin dilakukan oleh nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya pada CIMB Bank Niaga antara sebelum dan sesudah merger adalah berbeda.