ASPEK KIMIA TUBUH dalam ilmu kesehatan dan kebidanan
Amoebiasis pada primata akibat infeksi entamoeba histolytica
1. Amoebiasis pada Primata Akibat Infeksi
Entamoeba histolytica
Anggota Kelompok:
Teofilo Reynara Anandhito Oki (B04170170)
Novia Nur Ema Aulia (B04170171)
Hilman Rizki Pangestu (B04170172)
Naufal Yafi Hilmawan (B04170173)
2. Penyakit amoebiasis ini tersebar hampir di seluruh dunia, di
daerah dingin dengan keadaan sanitasi buruk, frekuensi
penyakit ini setara dengan di daerah tropis (Soewondo 2006).
Entamoeba Histolytica ini sering ditemukan dalam usus besar
manusia, primata tertentu dan beberapa hewan lain.
Satwa primata dapat menjadi inang beragam spesies amoeba
yang mirip dengan yang ditemukan pada manusia, seperti
Entamoeba coli, Entamoeba hartmanni, Entamoeba histolytica
atau Entamoeba dispar (Tachibana et al. 2001). Di antara
spesies protozoa tersebut,yang paling berpotensi zoonotik
adalah Entamoeba histolytica (Verweij et al. 2003; Ekanayake
et al. 2006) dan dapat menyebabkan penyakit intestinal dan
non intestinal (Solaymani et al. 2006; Ulrich et al. 2010).
3. Didalam usus, trofozoit membelah diri secara asexual, masuk ke
dalam mukosa usus besar. Di dalam dinding usus besar tersebut
trofozoit terbawa aliran darah menuju hati, paru, otak dan organ lain.
Hati merupakan organ yang kerap diserang selain usus, sehingga
menyebabkan kerusakan hati dikarenakan trofozoit memakan sel
parenkhim hati. Trofozoit dalam saluran pencernaan akan melakukan
pemadatan dan berubah bentuk menjadi pra- kista yang berbentuk
bulat. Bentuk kista bersifat non-patogen tetapi dapat berubah menjadi
infektif bagi manusia. Hewan mamalia lain seperti anjing dan kucing
dapat juga terinfeksi. Kista dihasilkan jika kondisi sekitamya tidak
memungkinkan untuk kehidupan trofozoit. Inti kista dapat membelah
menjadi empat dengan ukuran berkisar 10- 20 um, kondisi ini terjadi
jika bentuk kista menjadi matang. Kista dikeluarkan bersama tinja.
Selama dalam saluran pencernaan, dalam suasana asam tidak
terjadi perkembangan, namun dalam pH basa atau netral, kista menjadi
aktif, berkembang menjadi 4 stadium trofozoit metakistik dan selanjutnya
menjadi trofozoit di dalam usus besar (Chin J 2006).
4. Protozoa ini awalnya hidup sebagai komensal (apatogen) di
dalam lumen usus besar, namun pada kondisi tertentu dapat
berubah menjadi patogen dengan cara membentuk koloni di
dinding usus dan menembus dinding usus sehingga
menimbulkan ulserasi.
Diduga adanya faktor kerentanan tubuh pasien, sifat keganasan
(virulensi) amoeba, maupun peran faktor lingkungan.
5. Bentuk klinis yang dikenal ada dua, yaitu amoebiasis intestinal dan amoebiasis
ekstraintestinal. Amoebiasis intestinal (akut) gejalanya berlangsung kurang dari satu
bulan. Pada penderita amoebiasis intestinal akut, gejala mulainya infeksi terjadi
secara perlahan, nyeri pada bagian abdomen paling bawah dan paling sering pada
kuadran kanan bawah, rasa tidak enak pada perut dan seringnya keinginan untuk
buang air besar. Feses akan berbentuk lunak, berair, dan berisi sejumlah darah
dan lendir.
Infeksi amoeba dari Entamoeba histolytica ekstraintestinal yang paling sering
ditemukan adalah di hati. Penyebarannya terjadi melalui aliran darah, trofozoit masuk ke
aliran darah dan sampai di hati sehingga mengakibatkan abses, atau dapat juga
ditemukan, meski jarang yaitu di paru-paru atau di otak. Diagnosis amoebiasis
ekstraintestinal sulit untuk ditegakkan, feses yang diperiksa sering negatif terhadap
adanya trofozoit dan kista. Pada pemeriksaan fisik yang paling sering ditemukan adalah
kondisi abdomen yang lunak pada kuadran atas kanan, diagnosis yang pasti adalah
dengan melakukan aspirasi jarum rongga abses yang akan menemukan bahan
berwarna coklat atau merah coklat. Amoebiasis ekstraintestinal dapat juga dijumpai di
penis, vulva, perineum, kulit dekat hati, kulit dekat kolon atau di tempat lain yang
berupa ulkus dengan bagian tepi yang tegas, sakit dan mudah berdarah. Jika
ditemukan di otak biasanya menunjukkan berbagai tanda dan gejala seperti abses atau
tumor otak, hanya hal ini baru dapat terdiagnosis pada saat otopsi otak (Anorital dan
Andayasari 2011).
6. SIMPULAN
Entamoeba histolytica merupakan salah satu protozoa yang
dapat menyebabkan penyakit amoebiasis, baik di intestinal,
ekstraintestinal dan juga amoebiasis lain yang lebih jarang
ditemukan, misalnya amoebiasis kuiit, paru, otak dan organ
lainnya. Protozoa ini dapat ditemukan di seluruh dunia terutama
di daerah tropis dan subtropis, dan juga di daerah dingin dengan
sanitasi yang buruk. Stadium infektifnya pada fase trofozoit.
Pencegahan dari penyakit ini dengan meningkatkan sanitasi
personal dan lingkungan.