SlideShare a Scribd company logo
IPH 321 
PARASITOLOGI VETERINER: 
ENDOPARASIT 
Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan 
Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan 
Kesehatan Masyarakat Veteriner
Dosen Pengajar 
•Dr.drh. Sri Utami Handayani, MS 
(Koord) 
•Dr.drh. Umi Cahyaningsih, MS 
•drh. Tutuk Astyawati, MS 
•drh. Fadjar Satrija, MSc, PhD 
•drh. Risa Tiuria, MS, PhD
Mutualisme 
Mutuus (Latin) : timbal balik 
• Menguntungkan kedua belah pihak 
• Derajat ketergantungan kedua organisme 
sangat tinggi 
• Tidak akan bertahan hidup apabila salah satu 
organisme tidak ada 
• Contoh : 
Protozoa flagelata dalam rumen 
Merubah selulosa menjadi monosakarida
Komensalisme 
Com (Latin) : bersama; Mensa : Meja 
Hanya menguntungkan salah satu pihak 
tanpa menyebabkan kerugian pihak yang 
lain 
Biasanya hubungan terkait dengan proses 
mendapatkan makanan, namun tidak ada 
ketergantungan fisiologis diantara 
keduanya
Parasitisme 
Hubungan ekologis antara dua organisme yaitu 
parasit dan induk semang (hospes) yang dicirikan 
dengan fenomena : 
1. Ketergantungan fisiologis parasit terhadap induk semangnya; 
2. Induk semang yang terinfeksi berat akan mati oleh parasitnya: 
3. Potensi reproduksi parasit lebih tinggi dari induk semangnya; 
4. Overdispersi penyebaran parasit dalam populasi induk semang 
(S2 > X)
Beberapa adaptasi 
terhadap pola hidup 
parasitisme 
• Siklus hidup yang 
rumit 
• Adaptasi 
fisiologis/biokimiawi 
• Adaptasi perilaku 
• Pengelakan dari 
tanggap kebal induk 
semang
Dampak parasit 
• Menghisap sari makanan 
• Menghisap darah 
• Mengkonsumsi jaringan inang 
• Menyumbat usus, saluran empedu, limfe dan 
pembuluh darah 
• Pembentukan nodul yang menekan syaraf 
• Menghasilkan toksin
Penamaan penyakit parasitik 
S(tandarized)N(omenclature) Of A(nimal) 
PA(rasitic) D(isaeses) 
When disease names are formed from the 
taxonomic name of the parasite, of the suffixes - 
ass, -iasis used for describing a disease or infection 
should be discontinued, only the suffix -osis (in 
plural -oses) should be used.
• For uniform usage SNOPAD offers a simple solution by 
proposing that the suffix -osis be added to the stem of the 
name of the parasite taxon, which, in general, is formed 
from the nominative case of the taxa by the omission of the 
last one or two letters (eg. Trypanosoma, trypanosomosis, 
Sarcocystis, sarcocystiosis, Fasciola, fasciolosis, 
Trichostrongylidae, trichostrongylidosis, Ascaris, ascariosis, 
Trichinella, trichinellosis) 
• When taxa end with -x in the nominative the stem is formed 
from the genitive and the disease name is derived from the 
stem of the genitive (eg. Endolimax, endolimacos, 
endolimacosis, Pulex, pulicos, pulicosis).
SNOAPAD 
• In some cases, the disease name is formed by adding the suffix -osis 
to the full name of the parasite taxon (eg. Hepatozoon, 
hepatozoonosis, Multiceps, multicepsosis, Loa, loaosis, Dermacentor. 
dermacentorosis, Argas, argasosis, Acarapis, acarapisosis). 
Well-established vernacular disease names, not coined from the 
taxonomic name of the parasite, can also be used as alternatives to 
the related terms offered by SNOPAD. Examples of such names 
include sleeping sickness, Chagas' disease, nagana, malaria, East 
Coast Fever, hydatidosis, cysticercosis, visceral larva migrans, mange, 
scabies, myiasis, etc. 
• Disease names can also be formed by using formulas such as 
'infection with', 'infection due to' or 'infection caused by' to which the 
name of the causative agent is added (eg. infection caused by 
Echinococcus granulosus).
Balantidium coli 
Phylum : Ciliophora 
Kelas : Kinetofragminophorasida 
Ordo : Trichostomatorida 
Famili : Balantidiidae 
Genus : Balantidium 
Spesies : Balantidium coli 
Induk semang : manusia, primata, babi, anjing 
Habitat : Sekum dan kolon 
Penyebaran : Kosmopolitan 
Morfologi : Bentuk Trofozoit 
* Biasanya berukuran 50 - 70 mikron 
* Berwarna hijau kecoklat-coklatan yang tidak diwarnai 
* Bentuk lonjong dengan ujung anterior yang sempit
* Seluruh tubuh tertutup dengan silia 
memanjang yang sedikit miring 
* Makronukleus berbentuk seperti ginjal dan 
mikronukleus terletak pada lekukan 
makronukleus 
* Terdapat banyak vakuola berisi butiran 
makanan padat atau sebagian dicerna
BALANTIDIOSIS 
Kejadian 
Tersebar di seluruh dunia, terutama di daerah 
tropis dan subtropis 
Di daerah dengan sanitasi buruk 
Di daerah babi sangat dekat dengan 
manusia,prevalensi sampai 20% (babi dan tikus 
sebagai reservoir)
Gejala klinis 
Pada orang utan diare berair, penurunan 
berat badan 
Pada gorilla enterokolitis ulseratif, 
anoreksia, penurunan berat badan, kelemahan 
otot, diare cair 
Pada manusia diare, nyeri abdomen, disentri, 
mual, muntah, lemah, penurunan berat badan, 
vaginitis dan cystitis
PENULARAN 
Melalui makanan dan minuman terkontaminasi 
kista dan trofozoit 
Pengobatan 
Metronidazole 
Antibiotik broad spektrum
Filum : Ciliophora 
Kelas : Kinetofragminophorasida 
Ordo : Entodiniomorphidorida 
Famili : Cycloposthiidae 
Genus : Cycloposthium 
Species : C. edentatum 
Induk semang : kuda 
Habitat : sekum dan kolon 
Sifat : komensal
Morfologi : 
* besar, berbentuk tong yang memanjang 
* makronukleus memanjang 
* satu mikronukleus 
* dua atau lebih vakuola kontraktil 
* buntelan cilia (cirri) di daerah anterior dan posterior 
Cycloposthium bipalmatum
Phylum : Sarcomastigophora 
Sub phylum : Opalinata 
Genus : Opalina 
Spesies : Opalina ranarum 
Induk semang : amfibia 
Habitat : usus besar 
Morfologi : 
* bentuk badan sangat pipih, 
* berinti banyak 
* seluruh tubuh tertutup dengan silia 
* tidak ada sitostoma (mulut) dan makanan 
diperoleh secara parasitik (saprozoic) 
* reproduksi secara aseksual
Entamoeba histolytica 
Induk semang : manusia, kera, orang utan, simpanse, gorila, 
anjing, dan kucing 
Habitat : ♦ sekum dan kolon 
♦ melalui aliran darah ke hati, paru-paru, otak dan 
limpa 
♦ diameter 20 - 40 mikron 
♦ bergerak aktif dengan 
pseudopodia 
♦ ektoplasma jernih, kira-kira 1/3 
dari amoeba
◘ endoplasma bergranula halus 
◘ vakuola makanan kadang-kadang berisi eritosit, leukosit 
◘ jaringan kariosoma kecil terletak sentral 
Bentuk Kista 
☼ diameter 5-20 mikron 
☼ bulat kadang-kadang oval 
☼ kista muda berisi vakuola glikogen dan benda-benda 
kromatoid berbentuk batang 
☼ Kista muda berinti 1, kista infektif berinti 4.
Amoeba mengambil makan dengan menyerap jaringan yang 
dilarutkan enzim sitolytik dan mencerna sel darah. Sisa 
makanan dikeluarkan melalui vakuola eksresi.
Entamoeba coli 
Bersifat non-patogen 
Induk semang : manusia, primata 
Habitat : sekum dan kolon 
Morfologi : bentuk trofozoit 
♦ ukuran 10 - 50 mikron 
♦ endoplasma bergranula kasar dan 
tidak mengandung eritrosit 
♦ pergerakan lambat dengan 
pseudopodia tumpul
Bentuk Kista : 
☺ukuran 10 - 33 mikron 
☺sitoplasma berisi benda-benda 
kromatoid halus dan ujungnya 
meruncing seperti jarum 
☺kista masak berinti sampai 8 
☺kariosoma besar terlentak eksentrik
Perbedaan antara Entamoeba histolytica 
dan Entamoeba coli dalam bentuk 
Kista E. histolytica E. coli 
Ukuran 5 - 20 mikron 10 - 33 mikron 
Jumlah inti 1 - 4 2 - 8 
Posisi kariosoma di tengah (centris) di pinggir (ex-centris) 
Benda kromatoid bentuk cerutu bentuk jarum 
Patogenitas patogen non-patogen
Trofozoit E. histolytica E. coli 
Endoplasma bergranula halus bergranula kasar 
Ektoplasma lebih tebal lebih tipis 
Pseudopodia lebih kecil dan lebih besar dan 
runcing tumpul 
Pergerakan aktif (cepat) pasif (lambat)
Entamoeba muris 
Induk semang : tikus 
Habitat : sekum dan kolon 
Morfologi 
1. Trofozoit : *12 - 30 mikron 
* kariosoma eksentrik 
* pergerakan lambat dengan pseudopodia tumpul 
2. Kista : * 9 - 22 mikron 
* benda kromatoid tidak teratur (bentuk batang, 
jarum atau gabungan) 
* kista berinti - 8
Entamoeba invadens 
Menyerupai Entamoeba histolytica 
Induk semang : Reptilia (patogen pada ular dan ayam) 
Habitat : sekum dan kolon 
Morfologi : 
1. Trofozoit : * Ø = 9 – 38 μ 
* kariosoma sentrik 
* pergerakan cepat dengan 
pseudopodia 
2. Kista : * Ø = 11 – 20 μ 
* benda-benda kromatid seperti batang 
* kista berinti - 4
Entamoebiosis 
Tanda klinis 
disentri amuba dengan lendir dan darah 
kolik 
diare intermiten 
umumnya tanpa demam 
berkembang pada homoseksual, sering 
disebut traveller`s diarrhoea
• Patologi anatomi 
• Luka-luka pada usus besar di daerah sekum 
dan organ hati 
• pada kasus berat kerusakan jaringan
Pengobatan 
Infeksi berat istirahat, diet lunak, cukup 
cairan metronidazole 30 – 60 mg/kg BB per 
oral/hari/ekor 
Pencegahan 
penderita diobati 
sanitasi lingkungan yang baik 
memasak air sebelum diminum 
pengendalian serangga dengan insektisida
KLASIFIKASI 
PHYLUM III : APICOMPLEXA (LEVINE 
1970) 
SUBCLASS : PIROPLASMA (LEVINE 
1961) 
ORDER : PIROPLASMIDA (WENYON 
1926) 
FAMILY : BABESIIDAE (POCHE 1913)
PHYLUM III : APICOMPLEXA (LEVINE 
1970) 
SUBCLASS : PIROPLASMA (LEVINE 
1961) 
ORDER : PIROPLASMIDA (WENYON 
1926) 
FAMILY : THEILERIIDAE 
GENUS : THEILERIA
JENIS-JENIS BABESIA DAN INDUK SEMANGNYA 
Hewan Bentuk besar 
/ panjang ≥ 3μ 
Bentuk kecil / panjang 
≤ 3μ 
Kuda Babesia 
cabali 
Babesia gibsoni 
Anjing 
Kuda 
Sapi 
Biri-biri 
Kambing 
Babi 
Kucing 
Unggas, bebek, 
angsa 
Babesia canis 
Babesia 
cabali 
Babesia 
bigemina 
Babesia 
motasi 
--- 
Babesia 
Babesia gibsoni 
Babesia equi 
B. mayor, B. argentina, 
B.bovis 
Babesia Ovis 
Babesia taylori 
Babesia perroncitci 
Babesia felis 
Aegypteanella
Morfologi : bentuk seperti buah peer, 
bulat atau oval, piriform, 
berpasangan 
Vektor : caplak 
* Ixodes sp 
* Boophillus spp 
* Rhipicephalus spp 
* Haemaphysalis sp 
* Anocentor nitens – (kuda)
•Dermacentor spp 
•Amblyoma spp 
Siklus hidup : 
Sapi : skizogony di dalam eritrosit 
Gametogoni dan sporogoni di dalam 
caplak. 
Caplak : usus → merozoit hemolymph 
→ vermicules di 
Dalam malphigian tubules → gamet-gamet
masuk ke ovarium → telur → di dalam 
telur terus berkembang → ke bakal 
kelenjar saliva. Sporozoit berkembang 
menjadi infektif. Apabila caplak menggigit 
sapi maka keluarlah sporozoit yang 
infektif masuk kedalam eritrosit sapi → 
tertular
Babesia 
sp 
Penyebaran : Seluruh dunia. Ditemukan 
pertama kali 
oleh Babes 1888 USA; Australia, 
Asia, Eropa, 
Afrika USA sukses memberantas 
Babesia 
dengan membasmi vektor  
acarisida. 
Penyakit : Babesiosis 
Piroplasmosis 
Indonesia: - Babesia bovis 
- Babesia bigemina
Babesiosis : Babesia bigemina 
Sinonim : Red Water = Texas fever 
Gejala klinis : Akut sampai kronis, 
Demam, Anemia, ikterus, 
Hemoglobinuria 
Kematian 80 % - 90 % pada hewan 
dewasa 
10 % - 15 % pada hewan usia 1 
– 2 tahun 
Penderita kronis  kondisi menurun, 
kurus, lemah. 
Kerugian : - penurunan berat badan 
- produksi susu 
- kematian
Kekebalan : Di daerah endemik punya ketahanan, karena antigen 
melalui plasenta menuju janin. Diperkuat dengan anti 
body dari susu. 
Pada infeksi  kesembuhan  kekebalan. 
Premunitas : Kekebalan terjadi karena organisme penyebab masi 
dapat ditemukan dalam darah perifer 
Hewan rentan : sapi, kerbau, kambing, domba, babi 
kuda, anjing, kucing 
Bos Taurus lebih rentan dari Bos Indicus 
Hewan muda  lebih resisten 
Bentuk akut : 1 – 2 minggu setelah caplak (+ isap darah  
demam & Hb uria 
Kadang-kadang terjadi abortus
Bentuk kronis :- penurunan berat badan 
- penurunan produksi susu 
- diare diikuti konstipasi 
Infeksi oleh strain kurang patogen  gejala klinis tidak jelas 
Epidemiologi : tergantung faktor 
1. Keganasan spesies :Babesia divergens, Babesia canis lebih ganas dari 
babesia mayor dan babesia ovis. 
2. Usia induk semang hewan muda kurang peka 
3. Status kekebalan :- kekebalan pasif dari 
kolostrum 
- kekebalan aktif  hewan 
carrier 
Premunitas : kurang aktif karena sejumlah parasit 
dalam tubuh. 
4. Tingkat tantang caplak 
Daerah endemik  caplak lebih banyak terinfeksi  
kekebalan inang tinggi karena kontak dengan caplak yang berulang dan 
sebaliknya.
Bila tiba-tiba jumlah caplak meningkat (iklim)  kasus klinik meningkat, disebut 
katidak stabilan enzootik 
5. Stres di daerah endemik 
kasus klinik : - stres 
- kelahiran 
- penyakit-penyakit lain. 
Diagnosa : - sejarah 
- gejala klinis 
- ulas darah giemsa 
- serologis 
- Biotek / analisa DNA 
Manusia : Yugoslavia, Rusia, Irlandia, Scotlandia  
Pada orang yang dibuang limpadan mengkonsumsi obat-obat Imunosupresif. 
Wisconsin USA uang menyerang manusia B. microti 
Mexico, Negeria orang –orang diperiksa antibodynya terhadap Babesia, 
ternyata mereka mempunyai antibody Babesiosis pada serumnya
Patologi Babesisosis 
Gejala klinis bervariasi tergantung spesies, strain dan kepekaan host, terutama 
demam tinggi intravaskular. 
Hemolysis : - anemia, Hb emia, Hb uria 
- odema sub cutis, ascites dan kekurusan 
- gejala syaraf  delirium & konvulsi 
Gejala PA - bervariasi/ tergantung, gejala klinis 
- Anemic anoxia dan destruksi RBC 
- Anoxia  degenerasi, bengkak sel endotel  
- Hypoproteinaemik  odema 
- Hati bengkak, hitam 
- Acute degenerasi hepatocyts  necrosis 
Sub cutan  jarang ada necrosis 
- Limpa bengkak, beberapa kali ukuran sekunder 
- Ginjal tergantung parah tidak hemolysis, bengkak, hitam 
- Vesica urinaria  urine hitam kemerahan seperti kopi 
- Otak pembuluh kapiler penuh parasit  gangguan syaraf 
- Paru-paru pembendungan, oedema 
- Jantung perdarahan epicard, endocard 
Acute kuda, sapi  myocard
Pencegahan : 
- Isolasi/lokalisasi Undang-undang/ Peraturan 
Pemerintah yang ada 
- Karantina 
- Management – Peternakan 
- Tick controle 
 Vektor  ascarisida : “Spray”, Dipping, “Rubber – Back” 
 Rotasi Padang 
 Vaksinasi 
 Host yang resisten 
 Melepaskan jantan steril 
 Manipulasi Biologi 
 Predator 
Acarisida : 
Contoh : Asuntol (Bayer) 10 gr dalam 10 liter air = (1 %) 
untuk spray 
5 gr dalam 100 gr Talk – (5 %)  3 hari 
Obat Babesiosis : 
1. Derifat Diamidine misal : Berenil, Diampron  untuk Babesia bovis 
2. Derifat quinoline misal : Acaprine, Ludobal  untuk Babesia bigemina 
3. Derifat Acridine  untuk kedua spesies
Theileria pada sapi 
Theileria parva → Afrika timur 
Vektor : Rhipicephalus 
Theileria annulata → Afrika utara, Cina 
Vektor : Hyaloma 
Theileria mutan → Afrika 
Vektor : Ambyolyoma
T. Lawrenci → Afrika selatan 
Vektor : Rhipicephalus 
T. Buffeli → Australia 
T. Sergenti → Jepang, Korea 
T. hirci, T. ovis pada domba dan kambing 
Morfologi : bentuk bundar, koma, 
jarum 
Ukuran : 1.5 - 2μ
Theileria 
T. parva, T. annulata, T. lawrencci, T. 
mutan, T. orientalis, T. sergenti, T. hirci 
Morfologi : bundar, koma, jarum 
Ukuran : 1.5 - 2μ 
Merozoit : konoid, mikronema, tanpa 
cincin kutub, mikrotubulus – 
subpelikuler 
Merogoni : pada limfosit, sel 
endothel, histiosit,
Vektor : caplak 
Ixodes sp 
Rhipicephalus sp 
Hyaloma spp 
Haemaphysalis spp
Theileriosis 
Theileria parva “ East Coast Fever “  
ortalitas 100 %. 
Gejala klinis 
- Bengkak limfo glandula/sekitar 
daerah gigitan 
- Bengkak limfo glandula superficial 
- Demam 
- Kondisi menurun 
- Dysnoe, diare berdarah 
- Ptechi di bawah lidah, vulva kontrol 
(+) pada 
minggu ke 3
Diagnosa : 
- Makroskizon  dari Biopsi limfo 
glandula 
- 80 % parasitaemia pada ulas darah 
- Diagnosa dengan IFAT, Elisa 
Pengobatan : 
- Parvoquone 
- Halofuginon 
- Tetracyline 
Theleria annulata : Portugal, Spanyol, 
Balkan, Mediterinian - Theileriosis, Timur 
Tengah , India, China. Mortalitas : 70 % 
Klinis : Pirexia, Bengkak limfo glandula,
Pengobatan “ Theileriosis’ untuk T. parva : 
- Parvoquone 20 mg / kg bb (I.m) 
dibagi 2 selana 
48 jam 
- Halofuginone 1,2 mg/kg bb (p.o)  
efektif 
terhadap skizon 
- Tetracycline -iv - 10 mg /kg bb 
- Chlortetracycline – 12,5 – 15 bg/kg 
bb 
Penyebaran : daerah tropis, sub tropis, 
Eropa Selatan, Amerika
Anaplasma 
Termasuk rickettsia 
Anaplasma pada sapi : A. marginale, A. 
centrale 
Cowdria ruminantium 
Morfologi : bundar ukuran 1-2μ 
dipinggir atau di tengah eritrosit 
Vektor : caplak Boophilus, lalat 
penghisap darah → 
ambylyoma, Afrika
Host : kerbau, antelops, Elk, bison, 
unta, biri-biri, kambing. 
Habitat : Anaplasma → rbc → penyebaran 
seluruh dunia 
Cowdria termasuk rikettsia menyerang 
sapi terutama di otak sehingga pada seksi 
patologi terlihat aspek kemerahan pada 
otak. Banyak terdapat di Afrika 
Vektor : amblyoma 
Habitat : endotel
Anaplasmosis 
Penyebab : Ricketsia : Dalam RBC 
Gejala : demam. anemia, jaundice 
Penularan : caplak, serangga penggigit, 
jarum, alat bedah 
Anaplasma marginale, Anaplasma centrale 
Penyebaran : daerah tropis, sub tropis, 
Eropa Selatan, Amerika
Gejala klinis : 
- tak jelas pada sapi, < 1 tahun 
- fatal, per acut pada sapi > 3 tahun 
Pyrexia, anemia, jaundice, anorexia, nafas cepat, 
penurunan produksi susu, abortus 
Anaplasma marginale : lebih patogen 
- High fever, - Anemia, - Bilirubin emia, 
- Bilirubin uria 
Vektor : - caplak  B. microplus 20 spesies 
caplak 
Australia, New Zeland 
- Lalat penghisap darah  Amerika 
Serikat Selatan 
Host : kerbau, bison, antelops, rusa (deer), unta,
Vaksinasi : “Live vaccin” atau vaksin yang 
dipasase dari Babesia dan Anaplasma hidup 
Vaksin : kombinasi dari A. centrale, B. bovis 
, B. begimina 
Dengan dosis masing-masing 10 7 kemasan 
2 ml 
Imunitas : A. marginale  seumur hidup 
Digunakan di : Afrika Selatan Negara Timur 
Tengah. 
Israel 
Amerika Tengah misal : 
Uruguay
Daerah Endemis Caplak 
Sapi masuk 2 bulan sebelumnya harus 
divaksin 
Anak sapi vaksin 2 x 
Pengobatan : - Tetracyline 
Disease : Heart water Cowdriosis 
Agent : C. ruminatium 
Cell : Endothel 
Vektor host : Amblioma 
Geografi : Africa
Klasifikasi 
Filum : Sarcomastigophora 
Subfilum : Mastigophora 
Ordo : Kinetoplastorida 
Subordo : Trypanosomatorina 
Famili : Trypanosomatidae 
Genus : Trypanosoma 
Spesies : Trypanosoma 
evansi
Genus Trypanosoma 
☼ Habitat pada vertebrata : 
darah dan cairan darah 
☼ Penularan : melalui vektor arthropoda 
penghisap darah (siklis dan non siklis) 
☼ Transmisi siklis : terjadi perubahan morfologis sebelum membentuk yg 
infektif. 
Transmisi secara non siklis pemindahan melalui serangga penggigit (Tabanus, 
stomoxys) 
Trypanosoma tidak memperbanyak diri, hanya beberapa jam. 
Transmisi klasik (siklis dan non siklis)  makan karkas segar atau organ 
hewan mati krn trypanosomosis. 
Parasit menembus luka lecet dlm mulut
Stadium perkembangan 
1. Stadium Trypanosoma (Trypomastigot) 
a. berbentuk pipih dgn kinetoplast dekat ujung posterior. 
b. membrana undulan berkembang baik. 
c. inti terletak di pertengahan tubuh. 
d. dengan kariosoma yg besar. 
e. stadium ini ditemukan pd vertebrata dan arthropoda 
2. Stadium Stadium Crythidia (Epimastigot) 
a. kinetoplast terletak di anterior inti. 
b. membrana undulan pendek. 
c. umumnya pd lalat penghisap darah.
3. Stadium Leptomonas (Promastigot) 
a. kinetoplast di ujung anterior tubuh 
b. tidak ada membrana undulan 
c. ditemukan pd arthropoda 
4. Stadium Leishmania (Amastigot) 
a. tubuh bulat 
b. tidak ada flagela 
c. terdapat kinetoplast 
d. ditemukan pd vertebrata dan arthropoda
a. Stasion anterior (salivaria) 
☼stadium Crithidia memperbanyak diri dlm 
usus artropoda 
☼ Stadium infektif (Trypanosoma) berkumpul 
dlm mulut atau kelenjar air liur 
Infeksi terjadi sewaktu arthropoda 
menghisap darah (metode inokulatif) 
T. congolense, T. vivax, T. brucei
b. Stasion posterior (Stercoraria) 
Trypanosoma berkumpul dlm usus belakang arthropoda 
Organisme dikeluarkan melalui feses 
Infeksi melalui kontaminasi kulit atau kulit yg luka 
T. cruzi, T. theileri, T. melophagium
Trypanosomosis 
 Penyebab :Trypanosoma evansi 
 Pertama kali ditemukan oleh Evans 1880 di India 
 Di Indonesia 1897 
 Induk semang : unta,kerbau,sapi,kuda 
 Domba,kambing,anjing,kucing,babi,satwa liar
Penularan 
• Melalui vektor : Tabanidae 
(Tabanus,Haematopota,Chrysops)  secara mekanis 
• Melalui Stomoxys,Musca,Hematobia  apabila 
dalam keadaan padat dan lalat banyak 
Gejala klinis 
• Abortus (pada onta) 
• Infertilitas,konjungtivitis 
• Produksi menurun 
• Berat badan menurun, bulu rontok 
• Daya kerja menurun 
• Kematian (kuda : 1mg- 6 bln,anjing 1-2 bulan) 
• Pada kuda : gangguan syaraf,oedem papan
• Batas waktu infektifitas Trypanosoma 
Pada induk semang :6 jam –penderita Surra setelah 
disembelih 
3.5 jam- bangkai tidak dibuka 
Pada vektor : 24 jam pada Tabanus 
30 jam pada Stomoxys 
Di darah : 6 jam-darah sitrat + fenol 5%
Epidemiologi 
• Secara geografis tersebar luas di Asia Tenggara 
• Australia tidak ada  tidak tertutup kemungkinan 
menyebar ke Papua New Guinea dan Australia 
• Di Asia Tenggara lebih patogenik dibanding Afrika 
• Philipina > Indonesia 
• Kejadian dipengaruhi oleh kerja,pakan dan stress 
terhadap lingkungan 
• Terjadi wabah 
- impor dari ternak yang rentan 
- ternak tertular dari daerah endemik 
hewan bebas penyakit 
populasi vektor tinggi 
- hewan tertular + stress
Diagnosis 
• Gejala klinis 
• Serologis : ELISA 
• Biologis : hewan coba 
Penyakit : Surra 
El debab (pada onta di Aljazair) 
mbori di Sudan 
murina di Panama
Pengendalian 
• Isolasi hewan sakit 
• Slaughter 
• Membatasi perpindahan ternak 
• Pengendalian vektor 
• Variasi antigenik  labil  sulit 
Pengobatan 
Quinapyramine 
kuda 5mg/kg bb sc 
sapi 3mg/kg bb 
onta 2g 
Pencegahan 
quinapyramine prosalt (suramin) 
kuda 4g/kg bb 
onta 4-5 g/kg bb
KLASIFIKASI 
FILUM : SARCOMASTIGOPHORA 
SUB FILUM : MASTIGOPHORA 
KELAS : ZOOMASTIGOPHORASIDA 
ORDO 1 : KINETOPLASTORIDA 
SUBORDO : BODONORINA 
FAMILI : BODONIDAE 
GENUS : Bodo 
SPESIES : Bodo Caudatus
ORDO 2 : DIPLOMONADORIDA 
GENUS : Giardia 
SPESIES : Giardia lamblia 
ORDO 3 : TRICHOMONADORIDA 
FAMILI 1 : MONOCERCOMONADIDAE 
GENUS : Histomonas 
SPESIES : Histomonas meleagridis
FAMILI 2 : TRICHOMONADIDAE 
GENUS : Trichomonas 
Tritrichomonas 
Tetratrichomonas
FAMILI TRICHOMONADIDAE 
Tritrichomonas 
Pada hewan besar 
Tritrichomonas foetus 
Induk semang : sapi, babi, kuda, rusa 
Habitat : alat kelamin 
☺Betina : saluran alat kelamin, vagina, 
servik, uterus
☺Jantan : preputium, testis, epididimis, 
vesika seminalis, uretra 
Perkembangbiakan : 
secara aseksual (longitudinal binary fission). 
Sifat : cepat terbunuh pd kekeringan, 
pemanasan yg berlebihan, pemberian 
antiseptik
Segera setelah mati hilang bentuknya 
sulit dibedakan dgn reruntuhan sel. 
Bertahan hidup pd larutan ringer atau 
Saline isotonis pd suhu kamar atau 
40C selama 24 – 48 jam. 
Dapat dipupuk pd berbagai media biakan. 
Media biakan : 
◘ Witte 
◘ Locke 
◘ Plastridge
◘ Fitzgerald 
◘ ESB (Saline egg and blood) 
◘ GBS (Glucose broth serum) 
◘ CPLM (Cystein-Peptone-Liver 
extract-Maltose-Cysteine serum) 
◘ TYMC (Tryptophan-Yeast extract- 
Maltose-Cysteine serum) 
Pemilihan media disesuaikan dgn kondisi 
dan tujuan.
Penyakit : 
☼ Bovine trichomonad abortion 
☼ Bovine genital trichomonosis 
☼ Trichomonosis pd sapi
2. Pada Unggas : Trichomonas gallinae 
Habitat : saluran pencernaan bagian atas. 
Induk semang : Burung merpati, burung 
elang, burung puyuh. 
Tetratrichomonas gallinarum 
Habitat : sekum dan hati 
Induk semang : ayam, kalkun, ayam mutiara, 
burung puyuh, ayam hutan. 
Penyakit : Trichomonosis unggas
TRICHOMONOSIS 
A.Pada hewan besar 
Penyebab : Tritrichomonas foetus 
Penularan : melalui koitus 
Diagnosis : Sejarah peternakan 
Tanda klinis 
Pemeriksaan laboratoris 
- Natif, pewarnaan, pemupukan, uji biologis
Uji biologis 
Hamster (Crisetus crisetus) 
Golden hamster (Mesocrisetus auratus) 
Pengambilan sampel 
Dari eksudat vagina preputium atau dalam 
bilasan dengan NaCl fisiologis 
Pada kasus keguguran 
Dari jaringan allantois dan amnion 
jaringan foetus, membran foetus
Sampel diperiksa di bawah mikroskop 
* natif 
* Pewarnaan 
Pada jumlah sedikit : dipupuk, uji aglutinasi 
Deferensial diagnosa 
* Vibriosis 
* Brucellosis 
* Leptospirosis
Patogenesis 
Jantan terinfeksi (preputial cavity) → betina 
(vagina) → servik → uterus (endometritis ringan) 
→ vagina (2-3 hari sebelum estrus) 
Pada hewan bunting → abortus → sembuh → 
Corpus luteum menetap 
endometritris 
servical seal tertutup → piometra → spt bunting
Gejala klinis 
Pada hewan betina 
* Cervicitis 
* Vulvovaginitis 
* Piometra (maserasi) 
* Keguguran (1-16 minggu) → tidak terdeteksi 
→ seperti siklus estrus yang tdk teratur. 
* Endometritis (akibat sisa-sisa abortus)
Pada hewan jantan 
Pembengkakan selaput lendir preputium 
Peradangan epididimis dan testis 
Apabila sudah “established” → tidak timbul 
gejala 
Pencegahan : 
Catatan reproduksi, asal usul hewan, IB,Isolasi 
hewan sakit. 
Jantan : Tripaflavin, Akriflavin, Dimetridazole
Pengobatan 
Tidak ada yang efektif 
Jantan → slaughter 
Betina → simptomatis 
istirahat kelamin selama 3 bulan → IB 
Pengobatan : 
Dimetridazole, CuSo4, Sulfonamid sol (i.m.), 
Trypaflavin (pada luka), Enheptin
Trichomonosis unggas 
Penyebab : Trichomonas gallinae 
Penularan : 
Merpati dari induk ke anak → air susu 
dari tembolok. 
Elang → makan burung terinfeksi 
Kalkun dan ayam → air minum yg dari 
merpati liar.
Gejala klinis 
Burung merpati → terutama pd hewan muda 
Lesio pada mulut → nekrosa warna kuning 
penyumbatan trachea dan faring. 
Yang terinfeksi hebat : 
* berat badan menurun 
* bulu kusut 
* terdapat cairan kehijauan dlm mulut 
(berisi parasit).
Kematian 4 – 18 hari p.i 
80 – 90% dewasa terinfeksi → tidak ada 
gejala klinis 
Diagnosis 
* gejala klinis 
* Isolasi parasit 
Differensial diagnosa : * cacar ayam 
* Defisiensi vit A 
* Moniliosis. 
Pencegahan : * sanitasi 
* dipisahkan yang muda dan tua
Trihomonosis unggas (pada sekum dan hati) 
Penularan : peroral 
Gejala klinis : * Diare (kuning pucat) 
* Bulu kusut 
Patologi Anatomi 
Eksudat + jaringan nekrotik → sumbat sekum 
Luka tdk terlalu hebat → sekum dan hati 
terlihat normal terdapat jaringan parut. 
Pengobatan : CuSo4 dan 2-amino-5 nitrithiazole 
(enheptin)
FAMILI MONOCERCOMONADIDAE 
Histomonas meleagridis 
Morfologi : 
Pleomorfik : bentuk berubah tergantung 
lokasi dan stadium 
Ada 2 bentuk : 
☼ bentuk lumen 
☼ bentuk jaringan → stadium invasif 
→stadium vegetatif 
→stadium resisten
HISTOMONOSIS 
Penyebab : Histomonas meleagridis 
Menyerang kalkun semua umur 
< 3 minggu → sukar 
3-12 minggu → akut kerugian 50-100% 
mati 2-3 hari setelah gejala 
lebih tua → menahun, dapat sembuh. 
Masa inkubasi 15 - 21 hari.
Patogenesis : 
Luka-luka di dalam sekum dan hati 
Ulkus kecil berisi parasit 
Membesar menyelaputi 
seluruh mukosa usus 
peritonitis 
Selaput lendir 
menjadi tebal 
Sumbat 
sekum 
radang membesar
CARA PENULARAN 
• Langsung : dalam tinja tertelan  tidak tahan 
lama 
• Tidak langsung : melalui cacing Heterakis gallinarum 
Cacing dewasa + parasit dinding usus cacing 
→ memperbanyak diri → saluran reproduksi → 
ovarium → telur → induk semang → menetas → 
larva (sekum) → dewasa (lumen sekum) 
Trofozoit Histomonas → masuk ke tinja → 
cacing dewasa → peredaran darah → hati.
Gejala klinis 
- Diare seperti belerang 
- Kepala kebiruan 
Patologi anatomi 
Luka-luka di hati 
berbentuk bulat dengan lekuk ke dalam 
di tengah → nekrosa berwarna kuning. 
di tepi → nekrosa merah keabuan.
Luka di sekum 
Terdapat gumpalan seperti keju 
Pencegahan 
Manajemen pemeliharaan 
*Peternakan kalkun jangan dicampur 
dengan ayam 
*Hewan muda dan tua dipisah 
*Rotasi tempat pemeliharaan 
*Pembasmian cacing Heterakis gallinarum.
Pengobatan : 
* Carbazone 
* Nitrarsone-Histostat-50 
* Furazolidon 
* Dimetridazole
Giardia lamblia 
☼ Morfologi : 
seperti buah pir 
bilateral simetris : 2 inti, 2 aksostil, 4 
pasang flagella, 2 nukleolus (anak inti) 
☼ Habitat : usus halus, empedu, ginjal 
☼ Induk semang : manusia, kera, babi. 
☼ Penyakit : Giardiosis lambliosis
Giardiosis 
Penyebab : 
•Giardia lamblia (manusia) 
•Giardia canis (anjing) 
* Giardia felis (kucing) 
Gejala klinis 
Diare, sakit abdomen, gangguan absorsbi 
makanan
Pencegahan : 
* sanitasi 
•Memasak air sampai matang 
•Sayuran dicuci dengan air hangat 
(550C) atau cuka selama 30 menit 
•Pemberian chlorine + iodine
Pengobatan : 
•Quinacrine → dewasa 10 mg / kg BB 
anak-anak 8 mg / kg BB 
selama 5 hari 
•Metronidazole → dewasa 250 mg selama 
5 hari. 
anak-anak , 2 th 125 mg, 2 - 4 th 250 mg 
4 – 8 th 375 mg di atas 9 th 500 mg 
selama 5 hari
KOKSIDIOSIS PADA UNGGAS 
KLASIFIKASI (Levine, 1985): 
Filum : Apicomplexa 
Kelas : Coccidia 
Ordo : Eucoccidiorida 
Sub ordo : Eimeriorina 
Famili : Eimeriidae 
Genus : Eimeria 
Spesies : Eimeria sp
Identifikasi : (Calnek et.al., 1997) 
Morfologi → bentuk, ukuran, indeks, or-ganel 
ookista, waktu sporulasi, masa pre-paten, 
ukuran skizon (maksimum), lokasi parasit di 
usus dan jaringan (habitat), DNA.
Spesies : (Calnek et.al., 1997) 
Ada 9 spesies, terdapat pada 4 lokasi: 
Sekum : E. tenella, E. necatrix 
Usus halus atas : E. acervulina,E. praecox, 
E. gani,E.mivati 
Usus halus tengah : E. maxima, 
E. necatrix 
Usus halus belakang :E. mitis, E. brunetti
SIKLUS HIDUP : 
Sporogoni, skizogoni (aseksual), gametogoni 
(seksual) 
a.Sporogoni : sporulasi → suhu, oksigen 
kelembaban. 
E. tenella : waktu sporulasi 
18 jam → 290 C 
21 jam → 260C – 280C 
24 jam → 200C – 240C
24 - 48 jam → suhu kamar 
tidak bersporulasi : 80C 
b. Skizogoni : 
-ekskistasi ada 2 tahap yaitu : 
mekanik dan enzymatis 
-faktor yg merangsang keluarnya sporokista 
dari sporozoit yaitu : gerakan mekanik, Co2 
tutup mikropil terangkat→ garam empedu 
masuk mengaktifkan sporozoit untuk mele-paskan 
diri.
Sporozoit (stadium infektif) → trofozoit → 
skizon mengeluarkan merozoit (mero-goni) 
skizon generasi pertama (900 mero-zoit) → 
pecah → merozoit → skizon II (200-350 
merozoit). 
Satu ookista : 8 sporokista x 900 x 350 = 2.5 
juta merozoit. 
c.Gametogoni : merozoit → sel ♂ + sel ♀ 
→perkawinan → zygot → ookista
Siklus Hidup
PATOGENESIS : 
Koksidiosis ada 2 : koksidiosis sekum 
dan intestinalis 
Koksidiosis sekum : 
Ookista → sporozoit (gerakan, energi dari 
amilopektin → skizon pecah → me-rozoit 
keluar perdarahan hebat (hanya E. tenella, E. 
necatrix) karena kerusakan sampai di bawah 
submukosa, epitel se-kum terkelupas → berak 
darah.
Koksidiosis intestinalis : akibat skizon pe-cah, 
menyerang mukosa → diare. 
PATOGENITAS 
•E. tenella dan E. necatrix : sangat patogen 
→ diare berdarah pada sekum, kematian. 
•E acervulina, E. brunetti, E. maxima : 
patogen, pada usus, diare, penyerapan 
makanan terganggu, produksi daging dan 
telur rendah → kerugian ekonomis.
•E. hagani, E. praecox, E. mitis, E. mivati 
kurang patogen, pada usus, diare. 
Patogenitas tergantung pada : 
jumlah ookista, jumlah merozoit yang 
terbentuk, lokasi parasit, umur ayam, 
kekebalan. 
GEJALA KLINIK :Bervariasi tergantung umur 
hewan yg terserang, jenis dan patogenitas 
Eimeria dan lokasi infeksi.
GEJALA UMUM : nafsu makan turun dan minum 
tinggi, sayap terkulai, bulu kusut, kurus, diare 
(berdarah), mati. 
PATOLOGI ANATOMI : 
▪ perdarahan pada sekum (E. tenella) 
▪ pemeriksaan tinja : produksi ookista 
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN : 
Sanitasi kandang (menjaga kelembaban) 
ventilasi, vaksinasi. 
PENGOBATAN : koksidiostat → preparat sulfa
CRYPTOSPORIDIOSIS 
PENYEBAB : Cryptosporidia sp 
C. muris : pada mamalia 
C. meleagridis : pada burung 
C. crotalis : pada reptil 
C. nasorum : pada ikan 
C. baileyi : pada ayam 
C. parvum : pada sapi
Cryptosporidium parvum  Zoonosis 
Indentifikasi : ookista berukuran 4-6 
mikron, terdiri dari 8 sporozoit 
SIKLUS HIDUP terdiri dari 6 tahap : 
1. Ekskistasi (pelepasan sporozoit 
infektif). 
2. Merogoni (multiplikasi aseksual 
dalam jaringan epitel)
3. Gametogoni (pembentukan gamet 
jantan dan betina) 
4. Fertilisasi (penyatuan gamet) 
5. Pembentukan dinding ookista 
(lapisan pelindung) 
6. Sporogoni (pembentukan sporozoit 
infektif)
GEJALA KLINIS : 
a. Pada penderita yg tidak mengalami 
imunodefisiensi, gejalanya berlang-sung 
akut yaitu : diare encer dan frekuensinya 
tinggi, mual, sakit kepala, muntah, kejang 
perut dan demam. 
b. Pada penderita yg mengalami 
imunodefisiensi seperti penderita AIDS, 
gejalanya lebih parah :
Tubuh lemah akibat dehidrasi, kejang perut 
hebat, mual, demam, bobot badan turun 
tidak mau makan 
Gejala klinis pada sapi adalah diare, kadang-kadang 
disertai kejang perut, demam, nafsu 
makan menurun. 
C. parvum dapat menyebabkan dinding kantung 
empedu menebal, gangguan sistem respirasi 
(batuk kronis, bronchiolitis dan pneumonia)
PATOGENESA : 
Ookista masuk ke usus  ekskistasi  
multiplikasi  kerusakan usus  
peradangan. Kerusakan jaringan 
menyebabkan terhambatnya absorbsi zat 
makanan  malnutrisi  penurunan bobot 
badan. 
Rangsangan pada nervus parasimpatis di 
usus  gerakan peristaltik meningkat  
timbul diare dengan frekuensi tinggi.
Periode prepaten : 4 hari 
Periode paten (adanya ookista dalam tinja) : 
6-8 hari. Untuk penderita imunodefisiensi 
periode patennya akan lebih lama.
• Pemeriksaan tinja dgn pewarnaan Ziehl- 
Neelsen  ookista berwarna merah, 
sekitarnya biru. 
• Pemeriksaan serologi : 
- ELISA 
- IFA(Immunofluorescense antibody) 
- Pemeriksaan DNA dengan PCR
Melalui makanan dan air minum (wabah 
di Milwaukee, tahun 1993,menyerang 
400.000 orang) 
Melalui kontak dari hewan ke manusia 
Melalui kontak antar manusia
Pada manusia dapat dicegah dengan: 
- Mencuci tangan dengan sabun setelah ke 
toilet. 
- Hindari makanan dan minuman yang 
mungkin terkontaminasi tinja sapi. 
- Cuci sayuran dan buah-buahan 
sebelum dimakan.
- Hindari meminum air sungai atau danau 
sebelum dilakukan filtrasi dan desinfeksi. 
- Air yang akan digunakan untuk minum 
harus dimasak lebih dulu. 
- Jangan menggunakan kolam renang bila 
mempunyai gejala Cryptosporidiosis, karena 
dapat mengkontaminasi air kolam renang.
Pada hewan dapat dicegah dengan : 
- Sanitasi kandang 
- Jangan berikan makanan atau air 
minum yang terkontaminasi ookista. 
- Hewan yang menderita sakit harus 
diisolasi.
- Spiramycin dan diclazuril sodium  
hanya mengurangi gejala diare. 
- Paromomycin  lebih baik.
TOXOPLASMOSIS 
Penyebab : Toxoplasma gondii 
Induk semang : I.s. antara → carnivora, 
herbivora, burung 
I.s. akhir → kucing & 
sejenisnya 
Perkembangan Toxoplasma gondii dlm tubuh 
induk semang ada 2 fase : 
1. Aseksual (skizogoni) , ekstraintestinal 
→ pd induk semang antara.
2. Seksual (Gametogoni, ookista) / ente-roepitelial 
→ pd i.s.akhir yaitu dlm epi-tel 
usus halus kucing terjadi perkawin-an 
& pembentukan ookista.Selanjutnya 
ookista keluar bersama tinja & berspo-rulasi 
di luar tubuh kucing. 
PERIODE PREPATEN : pd kucing 2-7 hr
PATOGENESIS : 
☺manusia terinfeksi krn terkontaminasi ookis-ta yg 
berasal dari tinja kucing. 
☺kucing terinfeksi krn termakan daging 
yg mengandung kista T. gondii. 
GEJALA KLINIS: 
Pada manusia : 
a. Tipe kongenital pd bayi : encephalitis, 
ikterus, hepatomegali, chorioretinitis, 
hidrocephalus, mikrocephali & kematian
b. Dapatan (tidak kongenital) ada 4 tipe : 
1.Gejala yg sering terlihat limfadenopati, demam, 
tak demam, subklinis. Mula-mula terasa 
kedinginan & demam ber-angsur-angsur 
turun. Suhu tinggi dpt bertahan 2-4 minggu. 
Kelenjar limfe membesar, tenggorokan sakit, 
badan merasa tidak enak. 
2.Gejala spt typhus, terdapat pneumonia yg tidak 
khas, miokarditis, meningoen-cephalitis, 
limfadenofati, kematian.
3. Bentuk cerebrospinal (jarang terjadi) : 
demam, encephalitis, kejang-kejang, 
limfadenopati, kematian. 
4. Bentuk ophthalmik : chorioretinitis, se-ring 
ditemukan pd Toxoplasmosis ne-onatal 
pada manusia. 
Toxoplasmosis pd hewan piara mirip pd manusia, 
sering terjadi pd anjing,kucing.
Gejala klinis pada Ruminansia : 
♦ keguguran, foetus mati pd kehamilan muda (< 
55 hari). 
♦ keguguran pd kehamilan pertengahan, maka 
T.gondii dpt ditemukan yaitu lesio putih 
(diameter 2 mm pd kotiledon plasenta & jaringan 
foetus). 
♦ Foetus mati dlm kandungan berbentuk mummi.
♦ jika foetus yg terinfeksi dpt bertahan 
hidup, dan lahir maka foetus lemah. 
Hewan muda lebih peka dari pd dewasa. 
DIAGNOSA : 
a. Gejala klinik 
b.Pewarnaan Sabin Feldman Test 
c. Serologi : uji fiksasi komplemen, ELISA (Enzyme- 
Linked Immunosorbent Assay). 
d.Isolasi parasit : inokulasi ke hewan percobaan 
(mencit, hamster, marmot).
PENCEGAHAN : 
☼ sebelum makan cuci tangan. 
☼ jika berkebun gunakan sarung tangan. 
☼ kucing jgn diberi makan daging mentah. 
☼ sediakan tempat pembuangan tinja 
☼ sediakan tempat khusus untuk makan kucing. 
PENGOBATAN : Pyrimethamine, sulphadiazine, 
clindamycin.
SARCOCYSTIS 
Induk semang ada 2 : 
I.S akhir : anjing, kucing 
I.S antara : ruminansia 
Spesies berdasarkan nama i.s.akhir : 
Induk semang akhir anjing 
▪ Sarcocystis bovicanis (S.cruzi) 
▪ Sarcocystis ovicanis (S. tenella)
▪ Sarcocystis capricanis 
▪ Sarcocystis porcicanis (S. miescherina) 
▪ Sarcocystis equicanis (S. bertrami) 
▪ Sarcocystis fayeri (i.s. antara : kuda 
i.s akhir : anjing) 
Induk semang akhir → kucing 
◘ S. bovifelis (S. hirsuta) 
◘ S. ovifelis (S. tenella), S. porcifelis
Induk semang akhir manusia 
◘ S. bovihominis 
◘ S. porcihominis 
Habitat : 
pada urat daging : oesofagus, diafragma, jantung, 
lidah, maseter, tenggorokan leher, mata. 
Kistanya disebut : MIESHER’STUBE berisi merozoit, 
bentuknya spt biji menti-mun.
PATOGENITAS : 
♠ tidak begitu hebat, yg membahayakan adalah 
sarkosistin (racun) → meru-sak susunan syaraf, 
kelenjar adrena- lin, jantung dan dinding usus. 
GEJALA KLINIS : tidak nyata 
♠ demam, anoreksia, diare, otot lemas, 
hipersalivasi, bulu rontok, gejala syaraf, kematian.
♠ pada i.s. antara terdapat gangguan 
gerakan otot. 
♠ pada i.s. akhir terdapat diare. 
GEJALA PATOLOGI ANATOMI 
Otot basah, lembek, pd otot maseter, oesofagus, 
diafragma terdapat lesio spt biji mentimun.
PENGOBATAN : 
☼ Monensin → 33 mg / kg BB – 87 Hari 
memperbaiki gejala yg ditimbulkan oleh 
sarkosporidiosis yg akut, tetapi kista masih dapat 
berkembang di dalam otot. 
☼ Amprolium → 100 mg / kg BB – 30 hari 
dimulai selama periode inkubasi. 
Dapat mencegah & memperkecil penu-laran 
Sarcocystis pd induk semang antara.
PENCEGAHAN : memutuskan siklus hidup 
Sarcocystis cruzi 
1.Mencegah karnifora memakan makan-an yg 
berasal dari daging terkontami-nasi. 
2.Mencegah sapi dari kontaminasi tinja karnifora 
yg terinfeksi pd makanan ter-nak maupun pd 
padang penggemba-laan.
Upaya : 
☺mengubur / membakar ternak yg mati. 
☺karnifora jgn memakan daging sapi yg tidak 
dimasak atau makanan kotor. 
☺pemanasan 600C –> 20 menit → Sarcocystis 
tidak bersifat menular. 
☺karnifora tidak boleh berkeliaran disekitar 
kandang peternakan.
Parasit darah pada unggas 
Klasifikasi (Levine, 1985) : 
Filum : Apicomplexa 
Kelas : Coccidia 
Ordo : Eucococcidiorida 
Sub ordo : Haemospororina 
Famili : Plasmodidae 
Genus : Plasmodium, 
Haemoproteus, Leucocytozoon
Identifikasi 
Pemeriksaan darah : mikro + 
makrogametosit dlm sel 
darah merah 
Spesies : Plasmodium gallinaceum 
(pada ayam) 
P. juxtanucleare (pada ayam, 
kalkun) 
P . elongatum (pada burung)
Leucocytozoon smithi (pada kalkun 
Leucocytozoon caulleryi (pada ayam 
Leucocytozoon sabrazesi (pada ayam 
Leucocytozoon simondi (pada bebek 
Parasit darah pada ayam yang 
penting 
Plasmodium gallinaceum 
Leucocytozoon caulleryi 
Leucocytozoon sabrazesi
Plasmodium gallinaceum 
Lokasi : darah, hati, otak dan organ 
lain 
Penularan : nyamuk → Aedes, Culex, 
Anopheles 
Potensial : A. aegypti, A. albopictus 
Induk semang : 
Peka : ayam, angsa, burung 
kuau 
Resisten : burung kenari, itik, ayam 
mutiara, burung gereja 
Siklus : a. di dalam tubuh nyamuk
I. Di dalam tubuh induk semang 
Sporozoit → i.s. → merozoit disebut 
kriptozoit = skizon pre eritrosit (belum 
masuk eritrosit : makrofag, fibroblas, di 
kulit, sel endotel, di dalam sel reticulo 
endotelial limpa, hati, otak) → 
metakriptozoit (stadium eksoeritrosit) 
Metakriptozoit → masuk eritrosit, sel 
endotel → stadium eritrosit → trofozoit 
→ skizogoni → pecah, keluar merozoit
Selama proses skizogoni : 
Parasit memakan sitoplasma sel i.s. 
dengan cara invagi- si. Hemoglobin 
dicerna, sisa hematin dikumpulkan 
dalam vakuola makanan. 
Merozoit → sel jantan + betina dalam i.s. 
→ lalu dihisap oleh nyamuk
II. Di dalam tubuh nyamuk 
Sel jantan (mikrogametosit) → 
berubah cepat (10-15 menit) → 
membelah → eksflagelasi → memanjang 
mirip flagela → lepas dari eritrosit i.s. → 
bergerak aktif mencari sel betina 
(makrogametosit) → kawin → zigot, 
bergerak → ookinet. 
Ookinet menembus selaput lendir perut 
tengah sampai dipermukaan luar 
lambung nyamuk → ookista → masak,
Sporozoit ini infektif, bila nyamuk 
menghisap darah → ditularkan ke i.s. 
Gejala klinis : 
Pucat, lesu, lemah 
Produksi menurun 
Lumpuh → penyumbatan dari 
stadium 
Eksoeritrosit pada pembuluh kapiler 
otak,
Pasca mati : pembesaran limpa dan 
hati 
Diagnosa : usapan darah, P.A (limpa, 
hati, otak) 
Pengobatan : paludrin, pyrimethamin, 
sulfadiazine, kinine. 
Pencegahan : Kendalikan populasi 
nyamuk
Leucocytozoonosis 
Struktur : Gamont-gamont dewasa bulat, 
15,5 x 15,0 μm. Sel hospes juga bulat, 
berdiameter kira-kira 20 μm. Inti sel 
hospes membentuk pita gelap, 
memanjang sampai kira-kira sepertiga 
keliling parasit.
Penyebab : Leucocytozoon 
caulleryi 
Leucocytozoon sabrazesi 
Induk semang : ayam, ayam mutiara 
Lokasi : darah, hati, ginjal, paru-paru 
dan organ lain 
yang berisi darah 
Penularan : vektor (serangga) 
Culicoides arakawa :
Siklus hidup: 
I. Di dalam tubuh induk semang 
Sporozoit (dalam air liur Culicoides / 
Simulium) → i.s. → skizogoni (sel 
endotel, hati, paru-paru, jantung, ginjal 
dan organ lainnya) → pecah → 
merozoit → masuk dalam plasma 
eritrosit → sel jantan + betina 
(gametogoni) → lalu dihisap oleh
2. Di dalam Culicoides 
Sel jantan + betina terhisap oleh 
Culicoides → seksual → zigot → 
ookinet → ookista → pecah → 
sporozoit dalam air liur Culicoides, 
sporozoit dipindahkan ke i.s. saat 
menghisap darah 
Gejala Klinis : pucat, lesu, produksi 
menurun 
Pasca mati : ◘ pucat 
◘ perdarahan paru-paru, 
hati, ginjal, urat 
daging karena pecahnya skizon
Pencegahan dan pengendalian vektor 
Nyamuk : untuk vektor Plasmodium 
Aedes : air bersih dalam wadah 
Culex : air tergenang, dimana 
saja tak terlalu 
bersih 
Anopheles : air payau 
Agas (mrutu) : untuk vektor 
Leucocytozoon 
Culicoides : air tergenang, dimana 
saja 
Simulium : air bersih mengalir
Haemoproteus columbae 
Induk semang : burung merpati, burung 
dara, burung liar. Bentuk dalam eritrosit 
pada stadium gametosit → berbentuk sabit 
yang sebagian melingkari inti sel induk 
semang. Makrogamet berwarna ungu 
hingga merah dan granul pigmen tersebar 
di seluruh sitoplasma. Mikrogamet 
berwarna biru pucat hingga merah muda, 
intinya berwarna merah muda pucat dan 
difus dan granula pigmen terkumpul ke 
dalam masa yang bulat. Stadium skizon
Patogenitas : rendah, burung dewasa 
biasanya tidak menunjukkan gejala 
penyakit. Kejadian yang akut pd anak 
burung yg masih disarang dan terjadi 
banyak kematian. 
Gejala klinik : anoreksia, anemi 
Gejala P.A. : hati dan limpa membesar, 
berwarna gelap.
Haemoproteus

More Related Content

What's hot

Lap. parasitologi ii nyamuk
Lap. parasitologi ii nyamukLap. parasitologi ii nyamuk
Lap. parasitologi ii nyamuk
Arini Utami
 
Morfologi jamur tugas
Morfologi jamur tugasMorfologi jamur tugas
Morfologi jamur tugasprogsus6
 
Makalah penyakit jamur
Makalah penyakit jamurMakalah penyakit jamur
Makalah penyakit jamur
Septian Muna Barakati
 
Inflamasi akut
Inflamasi akutInflamasi akut
Inflamasi akut
Kampus-Sakinah
 
Program filariasis di puskesmas
Program filariasis di puskesmasProgram filariasis di puskesmas
Program filariasis di puskesmasJoni Iswanto
 
PENYAKIT INFEKSI (dr.Kurnia F.Jamil,M.Kes,Sp.PD-KPTI,FINASIM)
PENYAKIT INFEKSI (dr.Kurnia F.Jamil,M.Kes,Sp.PD-KPTI,FINASIM)PENYAKIT INFEKSI (dr.Kurnia F.Jamil,M.Kes,Sp.PD-KPTI,FINASIM)
PENYAKIT INFEKSI (dr.Kurnia F.Jamil,M.Kes,Sp.PD-KPTI,FINASIM)Muhammad Taqwan
 
Tugas Kelompok_ malaria
Tugas Kelompok_ malariaTugas Kelompok_ malaria
Tugas Kelompok_ malariarobin2dompas
 
Trichomonas vaginalis
Trichomonas vaginalisTrichomonas vaginalis
Trichomonas vaginalis
Valentina Frebianti
 
Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiToxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiVivi Yunisa
 
Toxoplasma Gondii
Toxoplasma GondiiToxoplasma Gondii
Toxoplasma Gondii
Ridwan
 
PPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralis
PPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralisPPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralis
PPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralis
Riskymessyana99
 
PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU
PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU
PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU
Riskymessyana99
 
(Ascaris lumbricoides).pptx
(Ascaris lumbricoides).pptx(Ascaris lumbricoides).pptx
(Ascaris lumbricoides).pptx
Fickry2
 
Makalah salmonela
Makalah salmonelaMakalah salmonela
Makalah salmonela
Warnet Raha
 
Bakteriologi
BakteriologiBakteriologi
Bakteriologi
Kampus-Sakinah
 
Kutu busuk, kutu kepala, kutu kelamin dan Pengendaliannya
Kutu busuk, kutu kepala, kutu kelamin dan PengendaliannyaKutu busuk, kutu kepala, kutu kelamin dan Pengendaliannya
Kutu busuk, kutu kepala, kutu kelamin dan Pengendaliannya
siska fiany
 
Mikrobiologi dasar
Mikrobiologi dasarMikrobiologi dasar
Mikrobiologi dasarJoni Iswanto
 

What's hot (20)

Lap. parasitologi ii nyamuk
Lap. parasitologi ii nyamukLap. parasitologi ii nyamuk
Lap. parasitologi ii nyamuk
 
Morfologi jamur tugas
Morfologi jamur tugasMorfologi jamur tugas
Morfologi jamur tugas
 
Makalah penyakit jamur
Makalah penyakit jamurMakalah penyakit jamur
Makalah penyakit jamur
 
Brugia malayi
Brugia malayiBrugia malayi
Brugia malayi
 
Inflamasi akut
Inflamasi akutInflamasi akut
Inflamasi akut
 
Program filariasis di puskesmas
Program filariasis di puskesmasProgram filariasis di puskesmas
Program filariasis di puskesmas
 
PENYAKIT INFEKSI (dr.Kurnia F.Jamil,M.Kes,Sp.PD-KPTI,FINASIM)
PENYAKIT INFEKSI (dr.Kurnia F.Jamil,M.Kes,Sp.PD-KPTI,FINASIM)PENYAKIT INFEKSI (dr.Kurnia F.Jamil,M.Kes,Sp.PD-KPTI,FINASIM)
PENYAKIT INFEKSI (dr.Kurnia F.Jamil,M.Kes,Sp.PD-KPTI,FINASIM)
 
Tugas Kelompok_ malaria
Tugas Kelompok_ malariaTugas Kelompok_ malaria
Tugas Kelompok_ malaria
 
Trichomonas vaginalis
Trichomonas vaginalisTrichomonas vaginalis
Trichomonas vaginalis
 
Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiToxoplasma gondii
Toxoplasma gondii
 
Toxoplasma Gondii
Toxoplasma GondiiToxoplasma Gondii
Toxoplasma Gondii
 
Gonorrhea
GonorrheaGonorrhea
Gonorrhea
 
PPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralis
PPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralisPPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralis
PPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralis
 
PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU
PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU
PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU
 
(Ascaris lumbricoides).pptx
(Ascaris lumbricoides).pptx(Ascaris lumbricoides).pptx
(Ascaris lumbricoides).pptx
 
Makalah salmonela
Makalah salmonelaMakalah salmonela
Makalah salmonela
 
Balantidium coli
Balantidium coliBalantidium coli
Balantidium coli
 
Bakteriologi
BakteriologiBakteriologi
Bakteriologi
 
Kutu busuk, kutu kepala, kutu kelamin dan Pengendaliannya
Kutu busuk, kutu kepala, kutu kelamin dan PengendaliannyaKutu busuk, kutu kepala, kutu kelamin dan Pengendaliannya
Kutu busuk, kutu kepala, kutu kelamin dan Pengendaliannya
 
Mikrobiologi dasar
Mikrobiologi dasarMikrobiologi dasar
Mikrobiologi dasar
 

Viewers also liked

LAPORAN ILMU KESEHATAN TERNpict
LAPORAN ILMU KESEHATAN TERNpictLAPORAN ILMU KESEHATAN TERNpict
LAPORAN ILMU KESEHATAN TERNpictIlmianisa Azizah
 
PROTOZOOLOGY
PROTOZOOLOGY PROTOZOOLOGY
Ppt masa depan indah
Ppt masa depan indahPpt masa depan indah
Ppt masa depan indah
Suharmita Darmin
 
Praktikum protozoa-picture
Praktikum protozoa-picturePraktikum protozoa-picture
Praktikum protozoa-picture70131n9
 
Cryptosporidium
CryptosporidiumCryptosporidium
Cryptosporidium
ali saqlain
 
ppt on Entamoeba histolytica INTESTINAL LESIONS
ppt on Entamoeba histolytica INTESTINAL LESIONSppt on Entamoeba histolytica INTESTINAL LESIONS
ppt on Entamoeba histolytica INTESTINAL LESIONSSandhya Mishra
 
Cryptosporidium Parvum
Cryptosporidium ParvumCryptosporidium Parvum
Cryptosporidium ParvumAnaymi Acosta
 
Cryptosporum parvum
Cryptosporum parvumCryptosporum parvum
Cryptosporum parvum
Luis Fernando
 
Entamoeba Hysolitica
Entamoeba HysoliticaEntamoeba Hysolitica
Entamoeba HysoliticaAna Elena
 
Cryptosporidium presentation
Cryptosporidium presentationCryptosporidium presentation
Cryptosporidium presentation
Charlotte Bates
 

Viewers also liked (13)

Cryptosporidium monitoring of Ireland's waters- Theo de Waal
Cryptosporidium monitoring of Ireland's waters- Theo de WaalCryptosporidium monitoring of Ireland's waters- Theo de Waal
Cryptosporidium monitoring of Ireland's waters- Theo de Waal
 
LAPORAN ILMU KESEHATAN TERNpict
LAPORAN ILMU KESEHATAN TERNpictLAPORAN ILMU KESEHATAN TERNpict
LAPORAN ILMU KESEHATAN TERNpict
 
PROTOZOOLOGY
PROTOZOOLOGY PROTOZOOLOGY
PROTOZOOLOGY
 
Kelompok 2 pagi
Kelompok 2 pagiKelompok 2 pagi
Kelompok 2 pagi
 
Ppt masa depan indah
Ppt masa depan indahPpt masa depan indah
Ppt masa depan indah
 
ENTAMOEBA HISTOLYTICA
ENTAMOEBA HISTOLYTICAENTAMOEBA HISTOLYTICA
ENTAMOEBA HISTOLYTICA
 
Praktikum protozoa-picture
Praktikum protozoa-picturePraktikum protozoa-picture
Praktikum protozoa-picture
 
Cryptosporidium
CryptosporidiumCryptosporidium
Cryptosporidium
 
ppt on Entamoeba histolytica INTESTINAL LESIONS
ppt on Entamoeba histolytica INTESTINAL LESIONSppt on Entamoeba histolytica INTESTINAL LESIONS
ppt on Entamoeba histolytica INTESTINAL LESIONS
 
Cryptosporidium Parvum
Cryptosporidium ParvumCryptosporidium Parvum
Cryptosporidium Parvum
 
Cryptosporum parvum
Cryptosporum parvumCryptosporum parvum
Cryptosporum parvum
 
Entamoeba Hysolitica
Entamoeba HysoliticaEntamoeba Hysolitica
Entamoeba Hysolitica
 
Cryptosporidium presentation
Cryptosporidium presentationCryptosporidium presentation
Cryptosporidium presentation
 

Similar to Print full

Materi biologi sma kelas x
Materi biologi sma kelas xMateri biologi sma kelas x
Materi biologi sma kelas x
Nur Sofiyah
 
Trematoda paru
Trematoda paruTrematoda paru
Trematoda paruApridinata
 
Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiToxoplasma gondii
Toxoplasma gondiininanovia11
 
Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiToxoplasma gondii
Toxoplasma gondiininanovia11
 
Cacing nematoda
Cacing nematodaCacing nematoda
Cacing nematoda
feni gita safitri
 
Kuliah 2 Parasitologi.pptx
Kuliah 2 Parasitologi.pptxKuliah 2 Parasitologi.pptx
Kuliah 2 Parasitologi.pptx
HeppySetyaprima3
 
Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiToxoplasma gondii
Toxoplasma gondiidinamerlyna
 
Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiToxoplasma gondii
Toxoplasma gondiidinamerlyna
 
Usus converted
Usus convertedUsus converted
Usus converted
henirahayu8
 
Arthropoda penyebab penyakit
Arthropoda penyebab penyakitArthropoda penyebab penyakit
Arthropoda penyebab penyakit
Laksmi Bali
 
Power Point Platyhelminthes
Power Point PlatyhelminthesPower Point Platyhelminthes
Power Point PlatyhelminthesImawaty Yulia
 
Makalah xenopsylla cheopis
Makalah xenopsylla cheopisMakalah xenopsylla cheopis
Makalah xenopsylla cheopisNovi Fachrunnisa
 
Spirochete
SpirocheteSpirochete
Spirochete
Z Hakim Hasfi
 
Mikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologiMikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologi
Sarthyna Lukman
 
Mikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologiMikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologi
Sarthyna Lukman
 
CILIOPHORA dan SPOROZOA.pptx
CILIOPHORA dan SPOROZOA.pptxCILIOPHORA dan SPOROZOA.pptx
CILIOPHORA dan SPOROZOA.pptx
KheziaSimangunsong
 
Parasitologi
ParasitologiParasitologi
Parasitologi
Nurul Hidayah
 
Platyhelminthes2 )
Platyhelminthes2 )Platyhelminthes2 )
Platyhelminthes2 )
Kurnia Wati
 

Similar to Print full (20)

Materi biologi sma kelas x
Materi biologi sma kelas xMateri biologi sma kelas x
Materi biologi sma kelas x
 
Trematoda paru
Trematoda paruTrematoda paru
Trematoda paru
 
Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiToxoplasma gondii
Toxoplasma gondii
 
Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiToxoplasma gondii
Toxoplasma gondii
 
Cacing nematoda
Cacing nematodaCacing nematoda
Cacing nematoda
 
Kuliah 2 Parasitologi.pptx
Kuliah 2 Parasitologi.pptxKuliah 2 Parasitologi.pptx
Kuliah 2 Parasitologi.pptx
 
8. animalia nemat anellida
8. animalia nemat anellida8. animalia nemat anellida
8. animalia nemat anellida
 
Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiToxoplasma gondii
Toxoplasma gondii
 
Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiToxoplasma gondii
Toxoplasma gondii
 
Usus converted
Usus convertedUsus converted
Usus converted
 
Arthropoda penyebab penyakit
Arthropoda penyebab penyakitArthropoda penyebab penyakit
Arthropoda penyebab penyakit
 
Power Point Platyhelminthes
Power Point PlatyhelminthesPower Point Platyhelminthes
Power Point Platyhelminthes
 
Makalah xenopsylla cheopis
Makalah xenopsylla cheopisMakalah xenopsylla cheopis
Makalah xenopsylla cheopis
 
Spirochete
SpirocheteSpirochete
Spirochete
 
Mikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologiMikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologi
 
Mikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologiMikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologi
 
CILIOPHORA dan SPOROZOA.pptx
CILIOPHORA dan SPOROZOA.pptxCILIOPHORA dan SPOROZOA.pptx
CILIOPHORA dan SPOROZOA.pptx
 
Parasitologi
ParasitologiParasitologi
Parasitologi
 
Parasitologi
ParasitologiParasitologi
Parasitologi
 
Platyhelminthes2 )
Platyhelminthes2 )Platyhelminthes2 )
Platyhelminthes2 )
 

Print full

  • 1. IPH 321 PARASITOLOGI VETERINER: ENDOPARASIT Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner
  • 2. Dosen Pengajar •Dr.drh. Sri Utami Handayani, MS (Koord) •Dr.drh. Umi Cahyaningsih, MS •drh. Tutuk Astyawati, MS •drh. Fadjar Satrija, MSc, PhD •drh. Risa Tiuria, MS, PhD
  • 3. Mutualisme Mutuus (Latin) : timbal balik • Menguntungkan kedua belah pihak • Derajat ketergantungan kedua organisme sangat tinggi • Tidak akan bertahan hidup apabila salah satu organisme tidak ada • Contoh : Protozoa flagelata dalam rumen Merubah selulosa menjadi monosakarida
  • 4. Komensalisme Com (Latin) : bersama; Mensa : Meja Hanya menguntungkan salah satu pihak tanpa menyebabkan kerugian pihak yang lain Biasanya hubungan terkait dengan proses mendapatkan makanan, namun tidak ada ketergantungan fisiologis diantara keduanya
  • 5. Parasitisme Hubungan ekologis antara dua organisme yaitu parasit dan induk semang (hospes) yang dicirikan dengan fenomena : 1. Ketergantungan fisiologis parasit terhadap induk semangnya; 2. Induk semang yang terinfeksi berat akan mati oleh parasitnya: 3. Potensi reproduksi parasit lebih tinggi dari induk semangnya; 4. Overdispersi penyebaran parasit dalam populasi induk semang (S2 > X)
  • 6. Beberapa adaptasi terhadap pola hidup parasitisme • Siklus hidup yang rumit • Adaptasi fisiologis/biokimiawi • Adaptasi perilaku • Pengelakan dari tanggap kebal induk semang
  • 7. Dampak parasit • Menghisap sari makanan • Menghisap darah • Mengkonsumsi jaringan inang • Menyumbat usus, saluran empedu, limfe dan pembuluh darah • Pembentukan nodul yang menekan syaraf • Menghasilkan toksin
  • 8. Penamaan penyakit parasitik S(tandarized)N(omenclature) Of A(nimal) PA(rasitic) D(isaeses) When disease names are formed from the taxonomic name of the parasite, of the suffixes - ass, -iasis used for describing a disease or infection should be discontinued, only the suffix -osis (in plural -oses) should be used.
  • 9. • For uniform usage SNOPAD offers a simple solution by proposing that the suffix -osis be added to the stem of the name of the parasite taxon, which, in general, is formed from the nominative case of the taxa by the omission of the last one or two letters (eg. Trypanosoma, trypanosomosis, Sarcocystis, sarcocystiosis, Fasciola, fasciolosis, Trichostrongylidae, trichostrongylidosis, Ascaris, ascariosis, Trichinella, trichinellosis) • When taxa end with -x in the nominative the stem is formed from the genitive and the disease name is derived from the stem of the genitive (eg. Endolimax, endolimacos, endolimacosis, Pulex, pulicos, pulicosis).
  • 10. SNOAPAD • In some cases, the disease name is formed by adding the suffix -osis to the full name of the parasite taxon (eg. Hepatozoon, hepatozoonosis, Multiceps, multicepsosis, Loa, loaosis, Dermacentor. dermacentorosis, Argas, argasosis, Acarapis, acarapisosis). Well-established vernacular disease names, not coined from the taxonomic name of the parasite, can also be used as alternatives to the related terms offered by SNOPAD. Examples of such names include sleeping sickness, Chagas' disease, nagana, malaria, East Coast Fever, hydatidosis, cysticercosis, visceral larva migrans, mange, scabies, myiasis, etc. • Disease names can also be formed by using formulas such as 'infection with', 'infection due to' or 'infection caused by' to which the name of the causative agent is added (eg. infection caused by Echinococcus granulosus).
  • 11. Balantidium coli Phylum : Ciliophora Kelas : Kinetofragminophorasida Ordo : Trichostomatorida Famili : Balantidiidae Genus : Balantidium Spesies : Balantidium coli Induk semang : manusia, primata, babi, anjing Habitat : Sekum dan kolon Penyebaran : Kosmopolitan Morfologi : Bentuk Trofozoit * Biasanya berukuran 50 - 70 mikron * Berwarna hijau kecoklat-coklatan yang tidak diwarnai * Bentuk lonjong dengan ujung anterior yang sempit
  • 12. * Seluruh tubuh tertutup dengan silia memanjang yang sedikit miring * Makronukleus berbentuk seperti ginjal dan mikronukleus terletak pada lekukan makronukleus * Terdapat banyak vakuola berisi butiran makanan padat atau sebagian dicerna
  • 13. BALANTIDIOSIS Kejadian Tersebar di seluruh dunia, terutama di daerah tropis dan subtropis Di daerah dengan sanitasi buruk Di daerah babi sangat dekat dengan manusia,prevalensi sampai 20% (babi dan tikus sebagai reservoir)
  • 14. Gejala klinis Pada orang utan diare berair, penurunan berat badan Pada gorilla enterokolitis ulseratif, anoreksia, penurunan berat badan, kelemahan otot, diare cair Pada manusia diare, nyeri abdomen, disentri, mual, muntah, lemah, penurunan berat badan, vaginitis dan cystitis
  • 15. PENULARAN Melalui makanan dan minuman terkontaminasi kista dan trofozoit Pengobatan Metronidazole Antibiotik broad spektrum
  • 16.
  • 17.
  • 18. Filum : Ciliophora Kelas : Kinetofragminophorasida Ordo : Entodiniomorphidorida Famili : Cycloposthiidae Genus : Cycloposthium Species : C. edentatum Induk semang : kuda Habitat : sekum dan kolon Sifat : komensal
  • 19. Morfologi : * besar, berbentuk tong yang memanjang * makronukleus memanjang * satu mikronukleus * dua atau lebih vakuola kontraktil * buntelan cilia (cirri) di daerah anterior dan posterior Cycloposthium bipalmatum
  • 20. Phylum : Sarcomastigophora Sub phylum : Opalinata Genus : Opalina Spesies : Opalina ranarum Induk semang : amfibia Habitat : usus besar Morfologi : * bentuk badan sangat pipih, * berinti banyak * seluruh tubuh tertutup dengan silia * tidak ada sitostoma (mulut) dan makanan diperoleh secara parasitik (saprozoic) * reproduksi secara aseksual
  • 21. Entamoeba histolytica Induk semang : manusia, kera, orang utan, simpanse, gorila, anjing, dan kucing Habitat : ♦ sekum dan kolon ♦ melalui aliran darah ke hati, paru-paru, otak dan limpa ♦ diameter 20 - 40 mikron ♦ bergerak aktif dengan pseudopodia ♦ ektoplasma jernih, kira-kira 1/3 dari amoeba
  • 22. ◘ endoplasma bergranula halus ◘ vakuola makanan kadang-kadang berisi eritosit, leukosit ◘ jaringan kariosoma kecil terletak sentral Bentuk Kista ☼ diameter 5-20 mikron ☼ bulat kadang-kadang oval ☼ kista muda berisi vakuola glikogen dan benda-benda kromatoid berbentuk batang ☼ Kista muda berinti 1, kista infektif berinti 4.
  • 23. Amoeba mengambil makan dengan menyerap jaringan yang dilarutkan enzim sitolytik dan mencerna sel darah. Sisa makanan dikeluarkan melalui vakuola eksresi.
  • 24. Entamoeba coli Bersifat non-patogen Induk semang : manusia, primata Habitat : sekum dan kolon Morfologi : bentuk trofozoit ♦ ukuran 10 - 50 mikron ♦ endoplasma bergranula kasar dan tidak mengandung eritrosit ♦ pergerakan lambat dengan pseudopodia tumpul
  • 25. Bentuk Kista : ☺ukuran 10 - 33 mikron ☺sitoplasma berisi benda-benda kromatoid halus dan ujungnya meruncing seperti jarum ☺kista masak berinti sampai 8 ☺kariosoma besar terlentak eksentrik
  • 26. Perbedaan antara Entamoeba histolytica dan Entamoeba coli dalam bentuk Kista E. histolytica E. coli Ukuran 5 - 20 mikron 10 - 33 mikron Jumlah inti 1 - 4 2 - 8 Posisi kariosoma di tengah (centris) di pinggir (ex-centris) Benda kromatoid bentuk cerutu bentuk jarum Patogenitas patogen non-patogen
  • 27. Trofozoit E. histolytica E. coli Endoplasma bergranula halus bergranula kasar Ektoplasma lebih tebal lebih tipis Pseudopodia lebih kecil dan lebih besar dan runcing tumpul Pergerakan aktif (cepat) pasif (lambat)
  • 28. Entamoeba muris Induk semang : tikus Habitat : sekum dan kolon Morfologi 1. Trofozoit : *12 - 30 mikron * kariosoma eksentrik * pergerakan lambat dengan pseudopodia tumpul 2. Kista : * 9 - 22 mikron * benda kromatoid tidak teratur (bentuk batang, jarum atau gabungan) * kista berinti - 8
  • 29. Entamoeba invadens Menyerupai Entamoeba histolytica Induk semang : Reptilia (patogen pada ular dan ayam) Habitat : sekum dan kolon Morfologi : 1. Trofozoit : * Ø = 9 – 38 μ * kariosoma sentrik * pergerakan cepat dengan pseudopodia 2. Kista : * Ø = 11 – 20 μ * benda-benda kromatid seperti batang * kista berinti - 4
  • 30. Entamoebiosis Tanda klinis disentri amuba dengan lendir dan darah kolik diare intermiten umumnya tanpa demam berkembang pada homoseksual, sering disebut traveller`s diarrhoea
  • 31. • Patologi anatomi • Luka-luka pada usus besar di daerah sekum dan organ hati • pada kasus berat kerusakan jaringan
  • 32. Pengobatan Infeksi berat istirahat, diet lunak, cukup cairan metronidazole 30 – 60 mg/kg BB per oral/hari/ekor Pencegahan penderita diobati sanitasi lingkungan yang baik memasak air sebelum diminum pengendalian serangga dengan insektisida
  • 33.
  • 34. KLASIFIKASI PHYLUM III : APICOMPLEXA (LEVINE 1970) SUBCLASS : PIROPLASMA (LEVINE 1961) ORDER : PIROPLASMIDA (WENYON 1926) FAMILY : BABESIIDAE (POCHE 1913)
  • 35. PHYLUM III : APICOMPLEXA (LEVINE 1970) SUBCLASS : PIROPLASMA (LEVINE 1961) ORDER : PIROPLASMIDA (WENYON 1926) FAMILY : THEILERIIDAE GENUS : THEILERIA
  • 36. JENIS-JENIS BABESIA DAN INDUK SEMANGNYA Hewan Bentuk besar / panjang ≥ 3μ Bentuk kecil / panjang ≤ 3μ Kuda Babesia cabali Babesia gibsoni Anjing Kuda Sapi Biri-biri Kambing Babi Kucing Unggas, bebek, angsa Babesia canis Babesia cabali Babesia bigemina Babesia motasi --- Babesia Babesia gibsoni Babesia equi B. mayor, B. argentina, B.bovis Babesia Ovis Babesia taylori Babesia perroncitci Babesia felis Aegypteanella
  • 37. Morfologi : bentuk seperti buah peer, bulat atau oval, piriform, berpasangan Vektor : caplak * Ixodes sp * Boophillus spp * Rhipicephalus spp * Haemaphysalis sp * Anocentor nitens – (kuda)
  • 38. •Dermacentor spp •Amblyoma spp Siklus hidup : Sapi : skizogony di dalam eritrosit Gametogoni dan sporogoni di dalam caplak. Caplak : usus → merozoit hemolymph → vermicules di Dalam malphigian tubules → gamet-gamet
  • 39. masuk ke ovarium → telur → di dalam telur terus berkembang → ke bakal kelenjar saliva. Sporozoit berkembang menjadi infektif. Apabila caplak menggigit sapi maka keluarlah sporozoit yang infektif masuk kedalam eritrosit sapi → tertular
  • 40.
  • 41.
  • 42.
  • 43. Babesia sp Penyebaran : Seluruh dunia. Ditemukan pertama kali oleh Babes 1888 USA; Australia, Asia, Eropa, Afrika USA sukses memberantas Babesia dengan membasmi vektor  acarisida. Penyakit : Babesiosis Piroplasmosis Indonesia: - Babesia bovis - Babesia bigemina
  • 44. Babesiosis : Babesia bigemina Sinonim : Red Water = Texas fever Gejala klinis : Akut sampai kronis, Demam, Anemia, ikterus, Hemoglobinuria Kematian 80 % - 90 % pada hewan dewasa 10 % - 15 % pada hewan usia 1 – 2 tahun Penderita kronis  kondisi menurun, kurus, lemah. Kerugian : - penurunan berat badan - produksi susu - kematian
  • 45. Kekebalan : Di daerah endemik punya ketahanan, karena antigen melalui plasenta menuju janin. Diperkuat dengan anti body dari susu. Pada infeksi  kesembuhan  kekebalan. Premunitas : Kekebalan terjadi karena organisme penyebab masi dapat ditemukan dalam darah perifer Hewan rentan : sapi, kerbau, kambing, domba, babi kuda, anjing, kucing Bos Taurus lebih rentan dari Bos Indicus Hewan muda  lebih resisten Bentuk akut : 1 – 2 minggu setelah caplak (+ isap darah  demam & Hb uria Kadang-kadang terjadi abortus
  • 46. Bentuk kronis :- penurunan berat badan - penurunan produksi susu - diare diikuti konstipasi Infeksi oleh strain kurang patogen  gejala klinis tidak jelas Epidemiologi : tergantung faktor 1. Keganasan spesies :Babesia divergens, Babesia canis lebih ganas dari babesia mayor dan babesia ovis. 2. Usia induk semang hewan muda kurang peka 3. Status kekebalan :- kekebalan pasif dari kolostrum - kekebalan aktif  hewan carrier Premunitas : kurang aktif karena sejumlah parasit dalam tubuh. 4. Tingkat tantang caplak Daerah endemik  caplak lebih banyak terinfeksi  kekebalan inang tinggi karena kontak dengan caplak yang berulang dan sebaliknya.
  • 47. Bila tiba-tiba jumlah caplak meningkat (iklim)  kasus klinik meningkat, disebut katidak stabilan enzootik 5. Stres di daerah endemik kasus klinik : - stres - kelahiran - penyakit-penyakit lain. Diagnosa : - sejarah - gejala klinis - ulas darah giemsa - serologis - Biotek / analisa DNA Manusia : Yugoslavia, Rusia, Irlandia, Scotlandia  Pada orang yang dibuang limpadan mengkonsumsi obat-obat Imunosupresif. Wisconsin USA uang menyerang manusia B. microti Mexico, Negeria orang –orang diperiksa antibodynya terhadap Babesia, ternyata mereka mempunyai antibody Babesiosis pada serumnya
  • 48. Patologi Babesisosis Gejala klinis bervariasi tergantung spesies, strain dan kepekaan host, terutama demam tinggi intravaskular. Hemolysis : - anemia, Hb emia, Hb uria - odema sub cutis, ascites dan kekurusan - gejala syaraf  delirium & konvulsi Gejala PA - bervariasi/ tergantung, gejala klinis - Anemic anoxia dan destruksi RBC - Anoxia  degenerasi, bengkak sel endotel  - Hypoproteinaemik  odema - Hati bengkak, hitam - Acute degenerasi hepatocyts  necrosis Sub cutan  jarang ada necrosis - Limpa bengkak, beberapa kali ukuran sekunder - Ginjal tergantung parah tidak hemolysis, bengkak, hitam - Vesica urinaria  urine hitam kemerahan seperti kopi - Otak pembuluh kapiler penuh parasit  gangguan syaraf - Paru-paru pembendungan, oedema - Jantung perdarahan epicard, endocard Acute kuda, sapi  myocard
  • 49. Pencegahan : - Isolasi/lokalisasi Undang-undang/ Peraturan Pemerintah yang ada - Karantina - Management – Peternakan - Tick controle  Vektor  ascarisida : “Spray”, Dipping, “Rubber – Back”  Rotasi Padang  Vaksinasi  Host yang resisten  Melepaskan jantan steril  Manipulasi Biologi  Predator Acarisida : Contoh : Asuntol (Bayer) 10 gr dalam 10 liter air = (1 %) untuk spray 5 gr dalam 100 gr Talk – (5 %)  3 hari Obat Babesiosis : 1. Derifat Diamidine misal : Berenil, Diampron  untuk Babesia bovis 2. Derifat quinoline misal : Acaprine, Ludobal  untuk Babesia bigemina 3. Derifat Acridine  untuk kedua spesies
  • 50. Theileria pada sapi Theileria parva → Afrika timur Vektor : Rhipicephalus Theileria annulata → Afrika utara, Cina Vektor : Hyaloma Theileria mutan → Afrika Vektor : Ambyolyoma
  • 51. T. Lawrenci → Afrika selatan Vektor : Rhipicephalus T. Buffeli → Australia T. Sergenti → Jepang, Korea T. hirci, T. ovis pada domba dan kambing Morfologi : bentuk bundar, koma, jarum Ukuran : 1.5 - 2μ
  • 52. Theileria T. parva, T. annulata, T. lawrencci, T. mutan, T. orientalis, T. sergenti, T. hirci Morfologi : bundar, koma, jarum Ukuran : 1.5 - 2μ Merozoit : konoid, mikronema, tanpa cincin kutub, mikrotubulus – subpelikuler Merogoni : pada limfosit, sel endothel, histiosit,
  • 53. Vektor : caplak Ixodes sp Rhipicephalus sp Hyaloma spp Haemaphysalis spp
  • 54. Theileriosis Theileria parva “ East Coast Fever “  ortalitas 100 %. Gejala klinis - Bengkak limfo glandula/sekitar daerah gigitan - Bengkak limfo glandula superficial - Demam - Kondisi menurun - Dysnoe, diare berdarah - Ptechi di bawah lidah, vulva kontrol (+) pada minggu ke 3
  • 55. Diagnosa : - Makroskizon  dari Biopsi limfo glandula - 80 % parasitaemia pada ulas darah - Diagnosa dengan IFAT, Elisa Pengobatan : - Parvoquone - Halofuginon - Tetracyline Theleria annulata : Portugal, Spanyol, Balkan, Mediterinian - Theileriosis, Timur Tengah , India, China. Mortalitas : 70 % Klinis : Pirexia, Bengkak limfo glandula,
  • 56. Pengobatan “ Theileriosis’ untuk T. parva : - Parvoquone 20 mg / kg bb (I.m) dibagi 2 selana 48 jam - Halofuginone 1,2 mg/kg bb (p.o)  efektif terhadap skizon - Tetracycline -iv - 10 mg /kg bb - Chlortetracycline – 12,5 – 15 bg/kg bb Penyebaran : daerah tropis, sub tropis, Eropa Selatan, Amerika
  • 57. Anaplasma Termasuk rickettsia Anaplasma pada sapi : A. marginale, A. centrale Cowdria ruminantium Morfologi : bundar ukuran 1-2μ dipinggir atau di tengah eritrosit Vektor : caplak Boophilus, lalat penghisap darah → ambylyoma, Afrika
  • 58. Host : kerbau, antelops, Elk, bison, unta, biri-biri, kambing. Habitat : Anaplasma → rbc → penyebaran seluruh dunia Cowdria termasuk rikettsia menyerang sapi terutama di otak sehingga pada seksi patologi terlihat aspek kemerahan pada otak. Banyak terdapat di Afrika Vektor : amblyoma Habitat : endotel
  • 59.
  • 60.
  • 61. Anaplasmosis Penyebab : Ricketsia : Dalam RBC Gejala : demam. anemia, jaundice Penularan : caplak, serangga penggigit, jarum, alat bedah Anaplasma marginale, Anaplasma centrale Penyebaran : daerah tropis, sub tropis, Eropa Selatan, Amerika
  • 62. Gejala klinis : - tak jelas pada sapi, < 1 tahun - fatal, per acut pada sapi > 3 tahun Pyrexia, anemia, jaundice, anorexia, nafas cepat, penurunan produksi susu, abortus Anaplasma marginale : lebih patogen - High fever, - Anemia, - Bilirubin emia, - Bilirubin uria Vektor : - caplak  B. microplus 20 spesies caplak Australia, New Zeland - Lalat penghisap darah  Amerika Serikat Selatan Host : kerbau, bison, antelops, rusa (deer), unta,
  • 63. Vaksinasi : “Live vaccin” atau vaksin yang dipasase dari Babesia dan Anaplasma hidup Vaksin : kombinasi dari A. centrale, B. bovis , B. begimina Dengan dosis masing-masing 10 7 kemasan 2 ml Imunitas : A. marginale  seumur hidup Digunakan di : Afrika Selatan Negara Timur Tengah. Israel Amerika Tengah misal : Uruguay
  • 64. Daerah Endemis Caplak Sapi masuk 2 bulan sebelumnya harus divaksin Anak sapi vaksin 2 x Pengobatan : - Tetracyline Disease : Heart water Cowdriosis Agent : C. ruminatium Cell : Endothel Vektor host : Amblioma Geografi : Africa
  • 65. Klasifikasi Filum : Sarcomastigophora Subfilum : Mastigophora Ordo : Kinetoplastorida Subordo : Trypanosomatorina Famili : Trypanosomatidae Genus : Trypanosoma Spesies : Trypanosoma evansi
  • 66. Genus Trypanosoma ☼ Habitat pada vertebrata : darah dan cairan darah ☼ Penularan : melalui vektor arthropoda penghisap darah (siklis dan non siklis) ☼ Transmisi siklis : terjadi perubahan morfologis sebelum membentuk yg infektif. Transmisi secara non siklis pemindahan melalui serangga penggigit (Tabanus, stomoxys) Trypanosoma tidak memperbanyak diri, hanya beberapa jam. Transmisi klasik (siklis dan non siklis)  makan karkas segar atau organ hewan mati krn trypanosomosis. Parasit menembus luka lecet dlm mulut
  • 67. Stadium perkembangan 1. Stadium Trypanosoma (Trypomastigot) a. berbentuk pipih dgn kinetoplast dekat ujung posterior. b. membrana undulan berkembang baik. c. inti terletak di pertengahan tubuh. d. dengan kariosoma yg besar. e. stadium ini ditemukan pd vertebrata dan arthropoda 2. Stadium Stadium Crythidia (Epimastigot) a. kinetoplast terletak di anterior inti. b. membrana undulan pendek. c. umumnya pd lalat penghisap darah.
  • 68. 3. Stadium Leptomonas (Promastigot) a. kinetoplast di ujung anterior tubuh b. tidak ada membrana undulan c. ditemukan pd arthropoda 4. Stadium Leishmania (Amastigot) a. tubuh bulat b. tidak ada flagela c. terdapat kinetoplast d. ditemukan pd vertebrata dan arthropoda
  • 69. a. Stasion anterior (salivaria) ☼stadium Crithidia memperbanyak diri dlm usus artropoda ☼ Stadium infektif (Trypanosoma) berkumpul dlm mulut atau kelenjar air liur Infeksi terjadi sewaktu arthropoda menghisap darah (metode inokulatif) T. congolense, T. vivax, T. brucei
  • 70. b. Stasion posterior (Stercoraria) Trypanosoma berkumpul dlm usus belakang arthropoda Organisme dikeluarkan melalui feses Infeksi melalui kontaminasi kulit atau kulit yg luka T. cruzi, T. theileri, T. melophagium
  • 71.
  • 72.
  • 73. Trypanosomosis  Penyebab :Trypanosoma evansi  Pertama kali ditemukan oleh Evans 1880 di India  Di Indonesia 1897  Induk semang : unta,kerbau,sapi,kuda  Domba,kambing,anjing,kucing,babi,satwa liar
  • 74. Penularan • Melalui vektor : Tabanidae (Tabanus,Haematopota,Chrysops)  secara mekanis • Melalui Stomoxys,Musca,Hematobia  apabila dalam keadaan padat dan lalat banyak Gejala klinis • Abortus (pada onta) • Infertilitas,konjungtivitis • Produksi menurun • Berat badan menurun, bulu rontok • Daya kerja menurun • Kematian (kuda : 1mg- 6 bln,anjing 1-2 bulan) • Pada kuda : gangguan syaraf,oedem papan
  • 75. • Batas waktu infektifitas Trypanosoma Pada induk semang :6 jam –penderita Surra setelah disembelih 3.5 jam- bangkai tidak dibuka Pada vektor : 24 jam pada Tabanus 30 jam pada Stomoxys Di darah : 6 jam-darah sitrat + fenol 5%
  • 76. Epidemiologi • Secara geografis tersebar luas di Asia Tenggara • Australia tidak ada  tidak tertutup kemungkinan menyebar ke Papua New Guinea dan Australia • Di Asia Tenggara lebih patogenik dibanding Afrika • Philipina > Indonesia • Kejadian dipengaruhi oleh kerja,pakan dan stress terhadap lingkungan • Terjadi wabah - impor dari ternak yang rentan - ternak tertular dari daerah endemik hewan bebas penyakit populasi vektor tinggi - hewan tertular + stress
  • 77. Diagnosis • Gejala klinis • Serologis : ELISA • Biologis : hewan coba Penyakit : Surra El debab (pada onta di Aljazair) mbori di Sudan murina di Panama
  • 78. Pengendalian • Isolasi hewan sakit • Slaughter • Membatasi perpindahan ternak • Pengendalian vektor • Variasi antigenik  labil  sulit Pengobatan Quinapyramine kuda 5mg/kg bb sc sapi 3mg/kg bb onta 2g Pencegahan quinapyramine prosalt (suramin) kuda 4g/kg bb onta 4-5 g/kg bb
  • 79. KLASIFIKASI FILUM : SARCOMASTIGOPHORA SUB FILUM : MASTIGOPHORA KELAS : ZOOMASTIGOPHORASIDA ORDO 1 : KINETOPLASTORIDA SUBORDO : BODONORINA FAMILI : BODONIDAE GENUS : Bodo SPESIES : Bodo Caudatus
  • 80. ORDO 2 : DIPLOMONADORIDA GENUS : Giardia SPESIES : Giardia lamblia ORDO 3 : TRICHOMONADORIDA FAMILI 1 : MONOCERCOMONADIDAE GENUS : Histomonas SPESIES : Histomonas meleagridis
  • 81. FAMILI 2 : TRICHOMONADIDAE GENUS : Trichomonas Tritrichomonas Tetratrichomonas
  • 82. FAMILI TRICHOMONADIDAE Tritrichomonas Pada hewan besar Tritrichomonas foetus Induk semang : sapi, babi, kuda, rusa Habitat : alat kelamin ☺Betina : saluran alat kelamin, vagina, servik, uterus
  • 83. ☺Jantan : preputium, testis, epididimis, vesika seminalis, uretra Perkembangbiakan : secara aseksual (longitudinal binary fission). Sifat : cepat terbunuh pd kekeringan, pemanasan yg berlebihan, pemberian antiseptik
  • 84. Segera setelah mati hilang bentuknya sulit dibedakan dgn reruntuhan sel. Bertahan hidup pd larutan ringer atau Saline isotonis pd suhu kamar atau 40C selama 24 – 48 jam. Dapat dipupuk pd berbagai media biakan. Media biakan : ◘ Witte ◘ Locke ◘ Plastridge
  • 85. ◘ Fitzgerald ◘ ESB (Saline egg and blood) ◘ GBS (Glucose broth serum) ◘ CPLM (Cystein-Peptone-Liver extract-Maltose-Cysteine serum) ◘ TYMC (Tryptophan-Yeast extract- Maltose-Cysteine serum) Pemilihan media disesuaikan dgn kondisi dan tujuan.
  • 86. Penyakit : ☼ Bovine trichomonad abortion ☼ Bovine genital trichomonosis ☼ Trichomonosis pd sapi
  • 87. 2. Pada Unggas : Trichomonas gallinae Habitat : saluran pencernaan bagian atas. Induk semang : Burung merpati, burung elang, burung puyuh. Tetratrichomonas gallinarum Habitat : sekum dan hati Induk semang : ayam, kalkun, ayam mutiara, burung puyuh, ayam hutan. Penyakit : Trichomonosis unggas
  • 88.
  • 89.
  • 90. TRICHOMONOSIS A.Pada hewan besar Penyebab : Tritrichomonas foetus Penularan : melalui koitus Diagnosis : Sejarah peternakan Tanda klinis Pemeriksaan laboratoris - Natif, pewarnaan, pemupukan, uji biologis
  • 91. Uji biologis Hamster (Crisetus crisetus) Golden hamster (Mesocrisetus auratus) Pengambilan sampel Dari eksudat vagina preputium atau dalam bilasan dengan NaCl fisiologis Pada kasus keguguran Dari jaringan allantois dan amnion jaringan foetus, membran foetus
  • 92. Sampel diperiksa di bawah mikroskop * natif * Pewarnaan Pada jumlah sedikit : dipupuk, uji aglutinasi Deferensial diagnosa * Vibriosis * Brucellosis * Leptospirosis
  • 93. Patogenesis Jantan terinfeksi (preputial cavity) → betina (vagina) → servik → uterus (endometritis ringan) → vagina (2-3 hari sebelum estrus) Pada hewan bunting → abortus → sembuh → Corpus luteum menetap endometritris servical seal tertutup → piometra → spt bunting
  • 94. Gejala klinis Pada hewan betina * Cervicitis * Vulvovaginitis * Piometra (maserasi) * Keguguran (1-16 minggu) → tidak terdeteksi → seperti siklus estrus yang tdk teratur. * Endometritis (akibat sisa-sisa abortus)
  • 95. Pada hewan jantan Pembengkakan selaput lendir preputium Peradangan epididimis dan testis Apabila sudah “established” → tidak timbul gejala Pencegahan : Catatan reproduksi, asal usul hewan, IB,Isolasi hewan sakit. Jantan : Tripaflavin, Akriflavin, Dimetridazole
  • 96. Pengobatan Tidak ada yang efektif Jantan → slaughter Betina → simptomatis istirahat kelamin selama 3 bulan → IB Pengobatan : Dimetridazole, CuSo4, Sulfonamid sol (i.m.), Trypaflavin (pada luka), Enheptin
  • 97. Trichomonosis unggas Penyebab : Trichomonas gallinae Penularan : Merpati dari induk ke anak → air susu dari tembolok. Elang → makan burung terinfeksi Kalkun dan ayam → air minum yg dari merpati liar.
  • 98. Gejala klinis Burung merpati → terutama pd hewan muda Lesio pada mulut → nekrosa warna kuning penyumbatan trachea dan faring. Yang terinfeksi hebat : * berat badan menurun * bulu kusut * terdapat cairan kehijauan dlm mulut (berisi parasit).
  • 99. Kematian 4 – 18 hari p.i 80 – 90% dewasa terinfeksi → tidak ada gejala klinis Diagnosis * gejala klinis * Isolasi parasit Differensial diagnosa : * cacar ayam * Defisiensi vit A * Moniliosis. Pencegahan : * sanitasi * dipisahkan yang muda dan tua
  • 100. Trihomonosis unggas (pada sekum dan hati) Penularan : peroral Gejala klinis : * Diare (kuning pucat) * Bulu kusut Patologi Anatomi Eksudat + jaringan nekrotik → sumbat sekum Luka tdk terlalu hebat → sekum dan hati terlihat normal terdapat jaringan parut. Pengobatan : CuSo4 dan 2-amino-5 nitrithiazole (enheptin)
  • 101. FAMILI MONOCERCOMONADIDAE Histomonas meleagridis Morfologi : Pleomorfik : bentuk berubah tergantung lokasi dan stadium Ada 2 bentuk : ☼ bentuk lumen ☼ bentuk jaringan → stadium invasif →stadium vegetatif →stadium resisten
  • 102. HISTOMONOSIS Penyebab : Histomonas meleagridis Menyerang kalkun semua umur < 3 minggu → sukar 3-12 minggu → akut kerugian 50-100% mati 2-3 hari setelah gejala lebih tua → menahun, dapat sembuh. Masa inkubasi 15 - 21 hari.
  • 103. Patogenesis : Luka-luka di dalam sekum dan hati Ulkus kecil berisi parasit Membesar menyelaputi seluruh mukosa usus peritonitis Selaput lendir menjadi tebal Sumbat sekum radang membesar
  • 104. CARA PENULARAN • Langsung : dalam tinja tertelan  tidak tahan lama • Tidak langsung : melalui cacing Heterakis gallinarum Cacing dewasa + parasit dinding usus cacing → memperbanyak diri → saluran reproduksi → ovarium → telur → induk semang → menetas → larva (sekum) → dewasa (lumen sekum) Trofozoit Histomonas → masuk ke tinja → cacing dewasa → peredaran darah → hati.
  • 105. Gejala klinis - Diare seperti belerang - Kepala kebiruan Patologi anatomi Luka-luka di hati berbentuk bulat dengan lekuk ke dalam di tengah → nekrosa berwarna kuning. di tepi → nekrosa merah keabuan.
  • 106. Luka di sekum Terdapat gumpalan seperti keju Pencegahan Manajemen pemeliharaan *Peternakan kalkun jangan dicampur dengan ayam *Hewan muda dan tua dipisah *Rotasi tempat pemeliharaan *Pembasmian cacing Heterakis gallinarum.
  • 107. Pengobatan : * Carbazone * Nitrarsone-Histostat-50 * Furazolidon * Dimetridazole
  • 108.
  • 109. Giardia lamblia ☼ Morfologi : seperti buah pir bilateral simetris : 2 inti, 2 aksostil, 4 pasang flagella, 2 nukleolus (anak inti) ☼ Habitat : usus halus, empedu, ginjal ☼ Induk semang : manusia, kera, babi. ☼ Penyakit : Giardiosis lambliosis
  • 110.
  • 111.
  • 112.
  • 113. Giardiosis Penyebab : •Giardia lamblia (manusia) •Giardia canis (anjing) * Giardia felis (kucing) Gejala klinis Diare, sakit abdomen, gangguan absorsbi makanan
  • 114. Pencegahan : * sanitasi •Memasak air sampai matang •Sayuran dicuci dengan air hangat (550C) atau cuka selama 30 menit •Pemberian chlorine + iodine
  • 115. Pengobatan : •Quinacrine → dewasa 10 mg / kg BB anak-anak 8 mg / kg BB selama 5 hari •Metronidazole → dewasa 250 mg selama 5 hari. anak-anak , 2 th 125 mg, 2 - 4 th 250 mg 4 – 8 th 375 mg di atas 9 th 500 mg selama 5 hari
  • 116. KOKSIDIOSIS PADA UNGGAS KLASIFIKASI (Levine, 1985): Filum : Apicomplexa Kelas : Coccidia Ordo : Eucoccidiorida Sub ordo : Eimeriorina Famili : Eimeriidae Genus : Eimeria Spesies : Eimeria sp
  • 117. Identifikasi : (Calnek et.al., 1997) Morfologi → bentuk, ukuran, indeks, or-ganel ookista, waktu sporulasi, masa pre-paten, ukuran skizon (maksimum), lokasi parasit di usus dan jaringan (habitat), DNA.
  • 118. Spesies : (Calnek et.al., 1997) Ada 9 spesies, terdapat pada 4 lokasi: Sekum : E. tenella, E. necatrix Usus halus atas : E. acervulina,E. praecox, E. gani,E.mivati Usus halus tengah : E. maxima, E. necatrix Usus halus belakang :E. mitis, E. brunetti
  • 119. SIKLUS HIDUP : Sporogoni, skizogoni (aseksual), gametogoni (seksual) a.Sporogoni : sporulasi → suhu, oksigen kelembaban. E. tenella : waktu sporulasi 18 jam → 290 C 21 jam → 260C – 280C 24 jam → 200C – 240C
  • 120. 24 - 48 jam → suhu kamar tidak bersporulasi : 80C b. Skizogoni : -ekskistasi ada 2 tahap yaitu : mekanik dan enzymatis -faktor yg merangsang keluarnya sporokista dari sporozoit yaitu : gerakan mekanik, Co2 tutup mikropil terangkat→ garam empedu masuk mengaktifkan sporozoit untuk mele-paskan diri.
  • 121. Sporozoit (stadium infektif) → trofozoit → skizon mengeluarkan merozoit (mero-goni) skizon generasi pertama (900 mero-zoit) → pecah → merozoit → skizon II (200-350 merozoit). Satu ookista : 8 sporokista x 900 x 350 = 2.5 juta merozoit. c.Gametogoni : merozoit → sel ♂ + sel ♀ →perkawinan → zygot → ookista
  • 123. PATOGENESIS : Koksidiosis ada 2 : koksidiosis sekum dan intestinalis Koksidiosis sekum : Ookista → sporozoit (gerakan, energi dari amilopektin → skizon pecah → me-rozoit keluar perdarahan hebat (hanya E. tenella, E. necatrix) karena kerusakan sampai di bawah submukosa, epitel se-kum terkelupas → berak darah.
  • 124. Koksidiosis intestinalis : akibat skizon pe-cah, menyerang mukosa → diare. PATOGENITAS •E. tenella dan E. necatrix : sangat patogen → diare berdarah pada sekum, kematian. •E acervulina, E. brunetti, E. maxima : patogen, pada usus, diare, penyerapan makanan terganggu, produksi daging dan telur rendah → kerugian ekonomis.
  • 125. •E. hagani, E. praecox, E. mitis, E. mivati kurang patogen, pada usus, diare. Patogenitas tergantung pada : jumlah ookista, jumlah merozoit yang terbentuk, lokasi parasit, umur ayam, kekebalan. GEJALA KLINIK :Bervariasi tergantung umur hewan yg terserang, jenis dan patogenitas Eimeria dan lokasi infeksi.
  • 126. GEJALA UMUM : nafsu makan turun dan minum tinggi, sayap terkulai, bulu kusut, kurus, diare (berdarah), mati. PATOLOGI ANATOMI : ▪ perdarahan pada sekum (E. tenella) ▪ pemeriksaan tinja : produksi ookista PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN : Sanitasi kandang (menjaga kelembaban) ventilasi, vaksinasi. PENGOBATAN : koksidiostat → preparat sulfa
  • 127. CRYPTOSPORIDIOSIS PENYEBAB : Cryptosporidia sp C. muris : pada mamalia C. meleagridis : pada burung C. crotalis : pada reptil C. nasorum : pada ikan C. baileyi : pada ayam C. parvum : pada sapi
  • 128. Cryptosporidium parvum  Zoonosis Indentifikasi : ookista berukuran 4-6 mikron, terdiri dari 8 sporozoit SIKLUS HIDUP terdiri dari 6 tahap : 1. Ekskistasi (pelepasan sporozoit infektif). 2. Merogoni (multiplikasi aseksual dalam jaringan epitel)
  • 129. 3. Gametogoni (pembentukan gamet jantan dan betina) 4. Fertilisasi (penyatuan gamet) 5. Pembentukan dinding ookista (lapisan pelindung) 6. Sporogoni (pembentukan sporozoit infektif)
  • 130. GEJALA KLINIS : a. Pada penderita yg tidak mengalami imunodefisiensi, gejalanya berlang-sung akut yaitu : diare encer dan frekuensinya tinggi, mual, sakit kepala, muntah, kejang perut dan demam. b. Pada penderita yg mengalami imunodefisiensi seperti penderita AIDS, gejalanya lebih parah :
  • 131. Tubuh lemah akibat dehidrasi, kejang perut hebat, mual, demam, bobot badan turun tidak mau makan Gejala klinis pada sapi adalah diare, kadang-kadang disertai kejang perut, demam, nafsu makan menurun. C. parvum dapat menyebabkan dinding kantung empedu menebal, gangguan sistem respirasi (batuk kronis, bronchiolitis dan pneumonia)
  • 132. PATOGENESA : Ookista masuk ke usus  ekskistasi  multiplikasi  kerusakan usus  peradangan. Kerusakan jaringan menyebabkan terhambatnya absorbsi zat makanan  malnutrisi  penurunan bobot badan. Rangsangan pada nervus parasimpatis di usus  gerakan peristaltik meningkat  timbul diare dengan frekuensi tinggi.
  • 133. Periode prepaten : 4 hari Periode paten (adanya ookista dalam tinja) : 6-8 hari. Untuk penderita imunodefisiensi periode patennya akan lebih lama.
  • 134. • Pemeriksaan tinja dgn pewarnaan Ziehl- Neelsen  ookista berwarna merah, sekitarnya biru. • Pemeriksaan serologi : - ELISA - IFA(Immunofluorescense antibody) - Pemeriksaan DNA dengan PCR
  • 135. Melalui makanan dan air minum (wabah di Milwaukee, tahun 1993,menyerang 400.000 orang) Melalui kontak dari hewan ke manusia Melalui kontak antar manusia
  • 136. Pada manusia dapat dicegah dengan: - Mencuci tangan dengan sabun setelah ke toilet. - Hindari makanan dan minuman yang mungkin terkontaminasi tinja sapi. - Cuci sayuran dan buah-buahan sebelum dimakan.
  • 137. - Hindari meminum air sungai atau danau sebelum dilakukan filtrasi dan desinfeksi. - Air yang akan digunakan untuk minum harus dimasak lebih dulu. - Jangan menggunakan kolam renang bila mempunyai gejala Cryptosporidiosis, karena dapat mengkontaminasi air kolam renang.
  • 138. Pada hewan dapat dicegah dengan : - Sanitasi kandang - Jangan berikan makanan atau air minum yang terkontaminasi ookista. - Hewan yang menderita sakit harus diisolasi.
  • 139. - Spiramycin dan diclazuril sodium  hanya mengurangi gejala diare. - Paromomycin  lebih baik.
  • 140. TOXOPLASMOSIS Penyebab : Toxoplasma gondii Induk semang : I.s. antara → carnivora, herbivora, burung I.s. akhir → kucing & sejenisnya Perkembangan Toxoplasma gondii dlm tubuh induk semang ada 2 fase : 1. Aseksual (skizogoni) , ekstraintestinal → pd induk semang antara.
  • 141. 2. Seksual (Gametogoni, ookista) / ente-roepitelial → pd i.s.akhir yaitu dlm epi-tel usus halus kucing terjadi perkawin-an & pembentukan ookista.Selanjutnya ookista keluar bersama tinja & berspo-rulasi di luar tubuh kucing. PERIODE PREPATEN : pd kucing 2-7 hr
  • 142. PATOGENESIS : ☺manusia terinfeksi krn terkontaminasi ookis-ta yg berasal dari tinja kucing. ☺kucing terinfeksi krn termakan daging yg mengandung kista T. gondii. GEJALA KLINIS: Pada manusia : a. Tipe kongenital pd bayi : encephalitis, ikterus, hepatomegali, chorioretinitis, hidrocephalus, mikrocephali & kematian
  • 143. b. Dapatan (tidak kongenital) ada 4 tipe : 1.Gejala yg sering terlihat limfadenopati, demam, tak demam, subklinis. Mula-mula terasa kedinginan & demam ber-angsur-angsur turun. Suhu tinggi dpt bertahan 2-4 minggu. Kelenjar limfe membesar, tenggorokan sakit, badan merasa tidak enak. 2.Gejala spt typhus, terdapat pneumonia yg tidak khas, miokarditis, meningoen-cephalitis, limfadenofati, kematian.
  • 144. 3. Bentuk cerebrospinal (jarang terjadi) : demam, encephalitis, kejang-kejang, limfadenopati, kematian. 4. Bentuk ophthalmik : chorioretinitis, se-ring ditemukan pd Toxoplasmosis ne-onatal pada manusia. Toxoplasmosis pd hewan piara mirip pd manusia, sering terjadi pd anjing,kucing.
  • 145. Gejala klinis pada Ruminansia : ♦ keguguran, foetus mati pd kehamilan muda (< 55 hari). ♦ keguguran pd kehamilan pertengahan, maka T.gondii dpt ditemukan yaitu lesio putih (diameter 2 mm pd kotiledon plasenta & jaringan foetus). ♦ Foetus mati dlm kandungan berbentuk mummi.
  • 146. ♦ jika foetus yg terinfeksi dpt bertahan hidup, dan lahir maka foetus lemah. Hewan muda lebih peka dari pd dewasa. DIAGNOSA : a. Gejala klinik b.Pewarnaan Sabin Feldman Test c. Serologi : uji fiksasi komplemen, ELISA (Enzyme- Linked Immunosorbent Assay). d.Isolasi parasit : inokulasi ke hewan percobaan (mencit, hamster, marmot).
  • 147. PENCEGAHAN : ☼ sebelum makan cuci tangan. ☼ jika berkebun gunakan sarung tangan. ☼ kucing jgn diberi makan daging mentah. ☼ sediakan tempat pembuangan tinja ☼ sediakan tempat khusus untuk makan kucing. PENGOBATAN : Pyrimethamine, sulphadiazine, clindamycin.
  • 148. SARCOCYSTIS Induk semang ada 2 : I.S akhir : anjing, kucing I.S antara : ruminansia Spesies berdasarkan nama i.s.akhir : Induk semang akhir anjing ▪ Sarcocystis bovicanis (S.cruzi) ▪ Sarcocystis ovicanis (S. tenella)
  • 149. ▪ Sarcocystis capricanis ▪ Sarcocystis porcicanis (S. miescherina) ▪ Sarcocystis equicanis (S. bertrami) ▪ Sarcocystis fayeri (i.s. antara : kuda i.s akhir : anjing) Induk semang akhir → kucing ◘ S. bovifelis (S. hirsuta) ◘ S. ovifelis (S. tenella), S. porcifelis
  • 150. Induk semang akhir manusia ◘ S. bovihominis ◘ S. porcihominis Habitat : pada urat daging : oesofagus, diafragma, jantung, lidah, maseter, tenggorokan leher, mata. Kistanya disebut : MIESHER’STUBE berisi merozoit, bentuknya spt biji menti-mun.
  • 151. PATOGENITAS : ♠ tidak begitu hebat, yg membahayakan adalah sarkosistin (racun) → meru-sak susunan syaraf, kelenjar adrena- lin, jantung dan dinding usus. GEJALA KLINIS : tidak nyata ♠ demam, anoreksia, diare, otot lemas, hipersalivasi, bulu rontok, gejala syaraf, kematian.
  • 152. ♠ pada i.s. antara terdapat gangguan gerakan otot. ♠ pada i.s. akhir terdapat diare. GEJALA PATOLOGI ANATOMI Otot basah, lembek, pd otot maseter, oesofagus, diafragma terdapat lesio spt biji mentimun.
  • 153. PENGOBATAN : ☼ Monensin → 33 mg / kg BB – 87 Hari memperbaiki gejala yg ditimbulkan oleh sarkosporidiosis yg akut, tetapi kista masih dapat berkembang di dalam otot. ☼ Amprolium → 100 mg / kg BB – 30 hari dimulai selama periode inkubasi. Dapat mencegah & memperkecil penu-laran Sarcocystis pd induk semang antara.
  • 154. PENCEGAHAN : memutuskan siklus hidup Sarcocystis cruzi 1.Mencegah karnifora memakan makan-an yg berasal dari daging terkontami-nasi. 2.Mencegah sapi dari kontaminasi tinja karnifora yg terinfeksi pd makanan ter-nak maupun pd padang penggemba-laan.
  • 155. Upaya : ☺mengubur / membakar ternak yg mati. ☺karnifora jgn memakan daging sapi yg tidak dimasak atau makanan kotor. ☺pemanasan 600C –> 20 menit → Sarcocystis tidak bersifat menular. ☺karnifora tidak boleh berkeliaran disekitar kandang peternakan.
  • 156. Parasit darah pada unggas Klasifikasi (Levine, 1985) : Filum : Apicomplexa Kelas : Coccidia Ordo : Eucococcidiorida Sub ordo : Haemospororina Famili : Plasmodidae Genus : Plasmodium, Haemoproteus, Leucocytozoon
  • 157. Identifikasi Pemeriksaan darah : mikro + makrogametosit dlm sel darah merah Spesies : Plasmodium gallinaceum (pada ayam) P. juxtanucleare (pada ayam, kalkun) P . elongatum (pada burung)
  • 158. Leucocytozoon smithi (pada kalkun Leucocytozoon caulleryi (pada ayam Leucocytozoon sabrazesi (pada ayam Leucocytozoon simondi (pada bebek Parasit darah pada ayam yang penting Plasmodium gallinaceum Leucocytozoon caulleryi Leucocytozoon sabrazesi
  • 159. Plasmodium gallinaceum Lokasi : darah, hati, otak dan organ lain Penularan : nyamuk → Aedes, Culex, Anopheles Potensial : A. aegypti, A. albopictus Induk semang : Peka : ayam, angsa, burung kuau Resisten : burung kenari, itik, ayam mutiara, burung gereja Siklus : a. di dalam tubuh nyamuk
  • 160.
  • 161. I. Di dalam tubuh induk semang Sporozoit → i.s. → merozoit disebut kriptozoit = skizon pre eritrosit (belum masuk eritrosit : makrofag, fibroblas, di kulit, sel endotel, di dalam sel reticulo endotelial limpa, hati, otak) → metakriptozoit (stadium eksoeritrosit) Metakriptozoit → masuk eritrosit, sel endotel → stadium eritrosit → trofozoit → skizogoni → pecah, keluar merozoit
  • 162. Selama proses skizogoni : Parasit memakan sitoplasma sel i.s. dengan cara invagi- si. Hemoglobin dicerna, sisa hematin dikumpulkan dalam vakuola makanan. Merozoit → sel jantan + betina dalam i.s. → lalu dihisap oleh nyamuk
  • 163. II. Di dalam tubuh nyamuk Sel jantan (mikrogametosit) → berubah cepat (10-15 menit) → membelah → eksflagelasi → memanjang mirip flagela → lepas dari eritrosit i.s. → bergerak aktif mencari sel betina (makrogametosit) → kawin → zigot, bergerak → ookinet. Ookinet menembus selaput lendir perut tengah sampai dipermukaan luar lambung nyamuk → ookista → masak,
  • 164. Sporozoit ini infektif, bila nyamuk menghisap darah → ditularkan ke i.s. Gejala klinis : Pucat, lesu, lemah Produksi menurun Lumpuh → penyumbatan dari stadium Eksoeritrosit pada pembuluh kapiler otak,
  • 165. Pasca mati : pembesaran limpa dan hati Diagnosa : usapan darah, P.A (limpa, hati, otak) Pengobatan : paludrin, pyrimethamin, sulfadiazine, kinine. Pencegahan : Kendalikan populasi nyamuk
  • 166. Leucocytozoonosis Struktur : Gamont-gamont dewasa bulat, 15,5 x 15,0 μm. Sel hospes juga bulat, berdiameter kira-kira 20 μm. Inti sel hospes membentuk pita gelap, memanjang sampai kira-kira sepertiga keliling parasit.
  • 167. Penyebab : Leucocytozoon caulleryi Leucocytozoon sabrazesi Induk semang : ayam, ayam mutiara Lokasi : darah, hati, ginjal, paru-paru dan organ lain yang berisi darah Penularan : vektor (serangga) Culicoides arakawa :
  • 168.
  • 169. Siklus hidup: I. Di dalam tubuh induk semang Sporozoit (dalam air liur Culicoides / Simulium) → i.s. → skizogoni (sel endotel, hati, paru-paru, jantung, ginjal dan organ lainnya) → pecah → merozoit → masuk dalam plasma eritrosit → sel jantan + betina (gametogoni) → lalu dihisap oleh
  • 170. 2. Di dalam Culicoides Sel jantan + betina terhisap oleh Culicoides → seksual → zigot → ookinet → ookista → pecah → sporozoit dalam air liur Culicoides, sporozoit dipindahkan ke i.s. saat menghisap darah Gejala Klinis : pucat, lesu, produksi menurun Pasca mati : ◘ pucat ◘ perdarahan paru-paru, hati, ginjal, urat daging karena pecahnya skizon
  • 171. Pencegahan dan pengendalian vektor Nyamuk : untuk vektor Plasmodium Aedes : air bersih dalam wadah Culex : air tergenang, dimana saja tak terlalu bersih Anopheles : air payau Agas (mrutu) : untuk vektor Leucocytozoon Culicoides : air tergenang, dimana saja Simulium : air bersih mengalir
  • 172. Haemoproteus columbae Induk semang : burung merpati, burung dara, burung liar. Bentuk dalam eritrosit pada stadium gametosit → berbentuk sabit yang sebagian melingkari inti sel induk semang. Makrogamet berwarna ungu hingga merah dan granul pigmen tersebar di seluruh sitoplasma. Mikrogamet berwarna biru pucat hingga merah muda, intinya berwarna merah muda pucat dan difus dan granula pigmen terkumpul ke dalam masa yang bulat. Stadium skizon
  • 173. Patogenitas : rendah, burung dewasa biasanya tidak menunjukkan gejala penyakit. Kejadian yang akut pd anak burung yg masih disarang dan terjadi banyak kematian. Gejala klinik : anoreksia, anemi Gejala P.A. : hati dan limpa membesar, berwarna gelap.