Dokumen tersebut membahas tentang beberapa topik parasitologi veteriner, termasuk endoparasit seperti Balantidium coli, Entamoeba histolytica, Babesia sp, serta hubungan ekologi antara parasit dan inangnya seperti mutualisme, komensalisme, dan parasitisme.
Kencing nanah atau gonore (bahasa Inggris: gonorrhea atau gonorrhoea) adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan bagian putih mata (konjungtiva). Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam pinggul sehingga timbul nyeri pinggul dan gangguan reproduksi.
Gonorhea merupakan penyakit infeksi yang menyerang lapisan epitel (lapisan paling atas dari suatu jaringan). Bila tidak diobati, infeksi ini akan menyebar ke jaringan yang lebih dalam.Biasanya membentuk koloni di daerah mukosa, orofaring, dan anogenital.
Kencing nanah atau gonore (bahasa Inggris: gonorrhea atau gonorrhoea) adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan bagian putih mata (konjungtiva). Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam pinggul sehingga timbul nyeri pinggul dan gangguan reproduksi.
Gonorhea merupakan penyakit infeksi yang menyerang lapisan epitel (lapisan paling atas dari suatu jaringan). Bila tidak diobati, infeksi ini akan menyebar ke jaringan yang lebih dalam.Biasanya membentuk koloni di daerah mukosa, orofaring, dan anogenital.
1. Pengetian Globalisasi
2. Dampak Globalisasi Terhadap Bidang Politik Di Indonesia
3. Langkah Langkah Yang Perlu Diambil Indonesia Dalam Menghadapi Dampak Globalisasi
1. Pengetian Globalisasi
2. Dampak Globalisasi Terhadap Bidang Politik Di Indonesia
3. Langkah Langkah Yang Perlu Diambil Indonesia Dalam Menghadapi Dampak Globalisasi
Buku rangkuman kecil ini saya gabungkan dari beberapa rangkuman di internet menjadi beberapa lembar. sangat berguna bagi anda jika menghadapi Ulangan Harian maupun Ulangan Semester. cara nge-printnya cukup dengan Duplex printing. bagi yang belum tahu bisa tanya langsung ke e-mail saya : nursofiyah99@yahoo.co.id
Spiroket (spirochete, spirochaeta)
adalah bakteri gram-negatif, motil, berbentuk ramping dan berlekuk-lekuk. Bakteri dengan morfologi unik ini banyak ditemukan di dalam lingkungan akuatik dan hewan.
spiroket tersusun atas protoplasma silinder yang ditutup dengan membran dan dinding sel. Bagian endoflagela dan protoplasma silinder akan dibungkus dengan berlapis-lapis membran (multilayer) yang bersifat fleksibel. Membran ini disebut sebagai lapisan terluar (bahasa Inggris: outer sheat).
1. IPH 321
PARASITOLOGI VETERINER:
ENDOPARASIT
Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan
Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan
Kesehatan Masyarakat Veteriner
2. Dosen Pengajar
•Dr.drh. Sri Utami Handayani, MS
(Koord)
•Dr.drh. Umi Cahyaningsih, MS
•drh. Tutuk Astyawati, MS
•drh. Fadjar Satrija, MSc, PhD
•drh. Risa Tiuria, MS, PhD
3. Mutualisme
Mutuus (Latin) : timbal balik
• Menguntungkan kedua belah pihak
• Derajat ketergantungan kedua organisme
sangat tinggi
• Tidak akan bertahan hidup apabila salah satu
organisme tidak ada
• Contoh :
Protozoa flagelata dalam rumen
Merubah selulosa menjadi monosakarida
4. Komensalisme
Com (Latin) : bersama; Mensa : Meja
Hanya menguntungkan salah satu pihak
tanpa menyebabkan kerugian pihak yang
lain
Biasanya hubungan terkait dengan proses
mendapatkan makanan, namun tidak ada
ketergantungan fisiologis diantara
keduanya
5. Parasitisme
Hubungan ekologis antara dua organisme yaitu
parasit dan induk semang (hospes) yang dicirikan
dengan fenomena :
1. Ketergantungan fisiologis parasit terhadap induk semangnya;
2. Induk semang yang terinfeksi berat akan mati oleh parasitnya:
3. Potensi reproduksi parasit lebih tinggi dari induk semangnya;
4. Overdispersi penyebaran parasit dalam populasi induk semang
(S2 > X)
6. Beberapa adaptasi
terhadap pola hidup
parasitisme
• Siklus hidup yang
rumit
• Adaptasi
fisiologis/biokimiawi
• Adaptasi perilaku
• Pengelakan dari
tanggap kebal induk
semang
7. Dampak parasit
• Menghisap sari makanan
• Menghisap darah
• Mengkonsumsi jaringan inang
• Menyumbat usus, saluran empedu, limfe dan
pembuluh darah
• Pembentukan nodul yang menekan syaraf
• Menghasilkan toksin
8. Penamaan penyakit parasitik
S(tandarized)N(omenclature) Of A(nimal)
PA(rasitic) D(isaeses)
When disease names are formed from the
taxonomic name of the parasite, of the suffixes -
ass, -iasis used for describing a disease or infection
should be discontinued, only the suffix -osis (in
plural -oses) should be used.
9. • For uniform usage SNOPAD offers a simple solution by
proposing that the suffix -osis be added to the stem of the
name of the parasite taxon, which, in general, is formed
from the nominative case of the taxa by the omission of the
last one or two letters (eg. Trypanosoma, trypanosomosis,
Sarcocystis, sarcocystiosis, Fasciola, fasciolosis,
Trichostrongylidae, trichostrongylidosis, Ascaris, ascariosis,
Trichinella, trichinellosis)
• When taxa end with -x in the nominative the stem is formed
from the genitive and the disease name is derived from the
stem of the genitive (eg. Endolimax, endolimacos,
endolimacosis, Pulex, pulicos, pulicosis).
10. SNOAPAD
• In some cases, the disease name is formed by adding the suffix -osis
to the full name of the parasite taxon (eg. Hepatozoon,
hepatozoonosis, Multiceps, multicepsosis, Loa, loaosis, Dermacentor.
dermacentorosis, Argas, argasosis, Acarapis, acarapisosis).
Well-established vernacular disease names, not coined from the
taxonomic name of the parasite, can also be used as alternatives to
the related terms offered by SNOPAD. Examples of such names
include sleeping sickness, Chagas' disease, nagana, malaria, East
Coast Fever, hydatidosis, cysticercosis, visceral larva migrans, mange,
scabies, myiasis, etc.
• Disease names can also be formed by using formulas such as
'infection with', 'infection due to' or 'infection caused by' to which the
name of the causative agent is added (eg. infection caused by
Echinococcus granulosus).
11. Balantidium coli
Phylum : Ciliophora
Kelas : Kinetofragminophorasida
Ordo : Trichostomatorida
Famili : Balantidiidae
Genus : Balantidium
Spesies : Balantidium coli
Induk semang : manusia, primata, babi, anjing
Habitat : Sekum dan kolon
Penyebaran : Kosmopolitan
Morfologi : Bentuk Trofozoit
* Biasanya berukuran 50 - 70 mikron
* Berwarna hijau kecoklat-coklatan yang tidak diwarnai
* Bentuk lonjong dengan ujung anterior yang sempit
12. * Seluruh tubuh tertutup dengan silia
memanjang yang sedikit miring
* Makronukleus berbentuk seperti ginjal dan
mikronukleus terletak pada lekukan
makronukleus
* Terdapat banyak vakuola berisi butiran
makanan padat atau sebagian dicerna
13. BALANTIDIOSIS
Kejadian
Tersebar di seluruh dunia, terutama di daerah
tropis dan subtropis
Di daerah dengan sanitasi buruk
Di daerah babi sangat dekat dengan
manusia,prevalensi sampai 20% (babi dan tikus
sebagai reservoir)
14. Gejala klinis
Pada orang utan diare berair, penurunan
berat badan
Pada gorilla enterokolitis ulseratif,
anoreksia, penurunan berat badan, kelemahan
otot, diare cair
Pada manusia diare, nyeri abdomen, disentri,
mual, muntah, lemah, penurunan berat badan,
vaginitis dan cystitis
15. PENULARAN
Melalui makanan dan minuman terkontaminasi
kista dan trofozoit
Pengobatan
Metronidazole
Antibiotik broad spektrum
16.
17.
18. Filum : Ciliophora
Kelas : Kinetofragminophorasida
Ordo : Entodiniomorphidorida
Famili : Cycloposthiidae
Genus : Cycloposthium
Species : C. edentatum
Induk semang : kuda
Habitat : sekum dan kolon
Sifat : komensal
19. Morfologi :
* besar, berbentuk tong yang memanjang
* makronukleus memanjang
* satu mikronukleus
* dua atau lebih vakuola kontraktil
* buntelan cilia (cirri) di daerah anterior dan posterior
Cycloposthium bipalmatum
20. Phylum : Sarcomastigophora
Sub phylum : Opalinata
Genus : Opalina
Spesies : Opalina ranarum
Induk semang : amfibia
Habitat : usus besar
Morfologi :
* bentuk badan sangat pipih,
* berinti banyak
* seluruh tubuh tertutup dengan silia
* tidak ada sitostoma (mulut) dan makanan
diperoleh secara parasitik (saprozoic)
* reproduksi secara aseksual
21. Entamoeba histolytica
Induk semang : manusia, kera, orang utan, simpanse, gorila,
anjing, dan kucing
Habitat : ♦ sekum dan kolon
♦ melalui aliran darah ke hati, paru-paru, otak dan
limpa
♦ diameter 20 - 40 mikron
♦ bergerak aktif dengan
pseudopodia
♦ ektoplasma jernih, kira-kira 1/3
dari amoeba
22. ◘ endoplasma bergranula halus
◘ vakuola makanan kadang-kadang berisi eritosit, leukosit
◘ jaringan kariosoma kecil terletak sentral
Bentuk Kista
☼ diameter 5-20 mikron
☼ bulat kadang-kadang oval
☼ kista muda berisi vakuola glikogen dan benda-benda
kromatoid berbentuk batang
☼ Kista muda berinti 1, kista infektif berinti 4.
23. Amoeba mengambil makan dengan menyerap jaringan yang
dilarutkan enzim sitolytik dan mencerna sel darah. Sisa
makanan dikeluarkan melalui vakuola eksresi.
24. Entamoeba coli
Bersifat non-patogen
Induk semang : manusia, primata
Habitat : sekum dan kolon
Morfologi : bentuk trofozoit
♦ ukuran 10 - 50 mikron
♦ endoplasma bergranula kasar dan
tidak mengandung eritrosit
♦ pergerakan lambat dengan
pseudopodia tumpul
25. Bentuk Kista :
☺ukuran 10 - 33 mikron
☺sitoplasma berisi benda-benda
kromatoid halus dan ujungnya
meruncing seperti jarum
☺kista masak berinti sampai 8
☺kariosoma besar terlentak eksentrik
26. Perbedaan antara Entamoeba histolytica
dan Entamoeba coli dalam bentuk
Kista E. histolytica E. coli
Ukuran 5 - 20 mikron 10 - 33 mikron
Jumlah inti 1 - 4 2 - 8
Posisi kariosoma di tengah (centris) di pinggir (ex-centris)
Benda kromatoid bentuk cerutu bentuk jarum
Patogenitas patogen non-patogen
27. Trofozoit E. histolytica E. coli
Endoplasma bergranula halus bergranula kasar
Ektoplasma lebih tebal lebih tipis
Pseudopodia lebih kecil dan lebih besar dan
runcing tumpul
Pergerakan aktif (cepat) pasif (lambat)
29. Entamoeba invadens
Menyerupai Entamoeba histolytica
Induk semang : Reptilia (patogen pada ular dan ayam)
Habitat : sekum dan kolon
Morfologi :
1. Trofozoit : * Ø = 9 – 38 μ
* kariosoma sentrik
* pergerakan cepat dengan
pseudopodia
2. Kista : * Ø = 11 – 20 μ
* benda-benda kromatid seperti batang
* kista berinti - 4
30. Entamoebiosis
Tanda klinis
disentri amuba dengan lendir dan darah
kolik
diare intermiten
umumnya tanpa demam
berkembang pada homoseksual, sering
disebut traveller`s diarrhoea
31. • Patologi anatomi
• Luka-luka pada usus besar di daerah sekum
dan organ hati
• pada kasus berat kerusakan jaringan
32. Pengobatan
Infeksi berat istirahat, diet lunak, cukup
cairan metronidazole 30 – 60 mg/kg BB per
oral/hari/ekor
Pencegahan
penderita diobati
sanitasi lingkungan yang baik
memasak air sebelum diminum
pengendalian serangga dengan insektisida
33.
34. KLASIFIKASI
PHYLUM III : APICOMPLEXA (LEVINE
1970)
SUBCLASS : PIROPLASMA (LEVINE
1961)
ORDER : PIROPLASMIDA (WENYON
1926)
FAMILY : BABESIIDAE (POCHE 1913)
35. PHYLUM III : APICOMPLEXA (LEVINE
1970)
SUBCLASS : PIROPLASMA (LEVINE
1961)
ORDER : PIROPLASMIDA (WENYON
1926)
FAMILY : THEILERIIDAE
GENUS : THEILERIA
36. JENIS-JENIS BABESIA DAN INDUK SEMANGNYA
Hewan Bentuk besar
/ panjang ≥ 3μ
Bentuk kecil / panjang
≤ 3μ
Kuda Babesia
cabali
Babesia gibsoni
Anjing
Kuda
Sapi
Biri-biri
Kambing
Babi
Kucing
Unggas, bebek,
angsa
Babesia canis
Babesia
cabali
Babesia
bigemina
Babesia
motasi
---
Babesia
Babesia gibsoni
Babesia equi
B. mayor, B. argentina,
B.bovis
Babesia Ovis
Babesia taylori
Babesia perroncitci
Babesia felis
Aegypteanella
37. Morfologi : bentuk seperti buah peer,
bulat atau oval, piriform,
berpasangan
Vektor : caplak
* Ixodes sp
* Boophillus spp
* Rhipicephalus spp
* Haemaphysalis sp
* Anocentor nitens – (kuda)
38. •Dermacentor spp
•Amblyoma spp
Siklus hidup :
Sapi : skizogony di dalam eritrosit
Gametogoni dan sporogoni di dalam
caplak.
Caplak : usus → merozoit hemolymph
→ vermicules di
Dalam malphigian tubules → gamet-gamet
39. masuk ke ovarium → telur → di dalam
telur terus berkembang → ke bakal
kelenjar saliva. Sporozoit berkembang
menjadi infektif. Apabila caplak menggigit
sapi maka keluarlah sporozoit yang
infektif masuk kedalam eritrosit sapi →
tertular
40.
41.
42.
43. Babesia
sp
Penyebaran : Seluruh dunia. Ditemukan
pertama kali
oleh Babes 1888 USA; Australia,
Asia, Eropa,
Afrika USA sukses memberantas
Babesia
dengan membasmi vektor
acarisida.
Penyakit : Babesiosis
Piroplasmosis
Indonesia: - Babesia bovis
- Babesia bigemina
44. Babesiosis : Babesia bigemina
Sinonim : Red Water = Texas fever
Gejala klinis : Akut sampai kronis,
Demam, Anemia, ikterus,
Hemoglobinuria
Kematian 80 % - 90 % pada hewan
dewasa
10 % - 15 % pada hewan usia 1
– 2 tahun
Penderita kronis kondisi menurun,
kurus, lemah.
Kerugian : - penurunan berat badan
- produksi susu
- kematian
45. Kekebalan : Di daerah endemik punya ketahanan, karena antigen
melalui plasenta menuju janin. Diperkuat dengan anti
body dari susu.
Pada infeksi kesembuhan kekebalan.
Premunitas : Kekebalan terjadi karena organisme penyebab masi
dapat ditemukan dalam darah perifer
Hewan rentan : sapi, kerbau, kambing, domba, babi
kuda, anjing, kucing
Bos Taurus lebih rentan dari Bos Indicus
Hewan muda lebih resisten
Bentuk akut : 1 – 2 minggu setelah caplak (+ isap darah
demam & Hb uria
Kadang-kadang terjadi abortus
46. Bentuk kronis :- penurunan berat badan
- penurunan produksi susu
- diare diikuti konstipasi
Infeksi oleh strain kurang patogen gejala klinis tidak jelas
Epidemiologi : tergantung faktor
1. Keganasan spesies :Babesia divergens, Babesia canis lebih ganas dari
babesia mayor dan babesia ovis.
2. Usia induk semang hewan muda kurang peka
3. Status kekebalan :- kekebalan pasif dari
kolostrum
- kekebalan aktif hewan
carrier
Premunitas : kurang aktif karena sejumlah parasit
dalam tubuh.
4. Tingkat tantang caplak
Daerah endemik caplak lebih banyak terinfeksi
kekebalan inang tinggi karena kontak dengan caplak yang berulang dan
sebaliknya.
47. Bila tiba-tiba jumlah caplak meningkat (iklim) kasus klinik meningkat, disebut
katidak stabilan enzootik
5. Stres di daerah endemik
kasus klinik : - stres
- kelahiran
- penyakit-penyakit lain.
Diagnosa : - sejarah
- gejala klinis
- ulas darah giemsa
- serologis
- Biotek / analisa DNA
Manusia : Yugoslavia, Rusia, Irlandia, Scotlandia
Pada orang yang dibuang limpadan mengkonsumsi obat-obat Imunosupresif.
Wisconsin USA uang menyerang manusia B. microti
Mexico, Negeria orang –orang diperiksa antibodynya terhadap Babesia,
ternyata mereka mempunyai antibody Babesiosis pada serumnya
48. Patologi Babesisosis
Gejala klinis bervariasi tergantung spesies, strain dan kepekaan host, terutama
demam tinggi intravaskular.
Hemolysis : - anemia, Hb emia, Hb uria
- odema sub cutis, ascites dan kekurusan
- gejala syaraf delirium & konvulsi
Gejala PA - bervariasi/ tergantung, gejala klinis
- Anemic anoxia dan destruksi RBC
- Anoxia degenerasi, bengkak sel endotel
- Hypoproteinaemik odema
- Hati bengkak, hitam
- Acute degenerasi hepatocyts necrosis
Sub cutan jarang ada necrosis
- Limpa bengkak, beberapa kali ukuran sekunder
- Ginjal tergantung parah tidak hemolysis, bengkak, hitam
- Vesica urinaria urine hitam kemerahan seperti kopi
- Otak pembuluh kapiler penuh parasit gangguan syaraf
- Paru-paru pembendungan, oedema
- Jantung perdarahan epicard, endocard
Acute kuda, sapi myocard
49. Pencegahan :
- Isolasi/lokalisasi Undang-undang/ Peraturan
Pemerintah yang ada
- Karantina
- Management – Peternakan
- Tick controle
Vektor ascarisida : “Spray”, Dipping, “Rubber – Back”
Rotasi Padang
Vaksinasi
Host yang resisten
Melepaskan jantan steril
Manipulasi Biologi
Predator
Acarisida :
Contoh : Asuntol (Bayer) 10 gr dalam 10 liter air = (1 %)
untuk spray
5 gr dalam 100 gr Talk – (5 %) 3 hari
Obat Babesiosis :
1. Derifat Diamidine misal : Berenil, Diampron untuk Babesia bovis
2. Derifat quinoline misal : Acaprine, Ludobal untuk Babesia bigemina
3. Derifat Acridine untuk kedua spesies
50. Theileria pada sapi
Theileria parva → Afrika timur
Vektor : Rhipicephalus
Theileria annulata → Afrika utara, Cina
Vektor : Hyaloma
Theileria mutan → Afrika
Vektor : Ambyolyoma
51. T. Lawrenci → Afrika selatan
Vektor : Rhipicephalus
T. Buffeli → Australia
T. Sergenti → Jepang, Korea
T. hirci, T. ovis pada domba dan kambing
Morfologi : bentuk bundar, koma,
jarum
Ukuran : 1.5 - 2μ
52. Theileria
T. parva, T. annulata, T. lawrencci, T.
mutan, T. orientalis, T. sergenti, T. hirci
Morfologi : bundar, koma, jarum
Ukuran : 1.5 - 2μ
Merozoit : konoid, mikronema, tanpa
cincin kutub, mikrotubulus –
subpelikuler
Merogoni : pada limfosit, sel
endothel, histiosit,
54. Theileriosis
Theileria parva “ East Coast Fever “
ortalitas 100 %.
Gejala klinis
- Bengkak limfo glandula/sekitar
daerah gigitan
- Bengkak limfo glandula superficial
- Demam
- Kondisi menurun
- Dysnoe, diare berdarah
- Ptechi di bawah lidah, vulva kontrol
(+) pada
minggu ke 3
55. Diagnosa :
- Makroskizon dari Biopsi limfo
glandula
- 80 % parasitaemia pada ulas darah
- Diagnosa dengan IFAT, Elisa
Pengobatan :
- Parvoquone
- Halofuginon
- Tetracyline
Theleria annulata : Portugal, Spanyol,
Balkan, Mediterinian - Theileriosis, Timur
Tengah , India, China. Mortalitas : 70 %
Klinis : Pirexia, Bengkak limfo glandula,
56. Pengobatan “ Theileriosis’ untuk T. parva :
- Parvoquone 20 mg / kg bb (I.m)
dibagi 2 selana
48 jam
- Halofuginone 1,2 mg/kg bb (p.o)
efektif
terhadap skizon
- Tetracycline -iv - 10 mg /kg bb
- Chlortetracycline – 12,5 – 15 bg/kg
bb
Penyebaran : daerah tropis, sub tropis,
Eropa Selatan, Amerika
57. Anaplasma
Termasuk rickettsia
Anaplasma pada sapi : A. marginale, A.
centrale
Cowdria ruminantium
Morfologi : bundar ukuran 1-2μ
dipinggir atau di tengah eritrosit
Vektor : caplak Boophilus, lalat
penghisap darah →
ambylyoma, Afrika
58. Host : kerbau, antelops, Elk, bison,
unta, biri-biri, kambing.
Habitat : Anaplasma → rbc → penyebaran
seluruh dunia
Cowdria termasuk rikettsia menyerang
sapi terutama di otak sehingga pada seksi
patologi terlihat aspek kemerahan pada
otak. Banyak terdapat di Afrika
Vektor : amblyoma
Habitat : endotel
59.
60.
61. Anaplasmosis
Penyebab : Ricketsia : Dalam RBC
Gejala : demam. anemia, jaundice
Penularan : caplak, serangga penggigit,
jarum, alat bedah
Anaplasma marginale, Anaplasma centrale
Penyebaran : daerah tropis, sub tropis,
Eropa Selatan, Amerika
62. Gejala klinis :
- tak jelas pada sapi, < 1 tahun
- fatal, per acut pada sapi > 3 tahun
Pyrexia, anemia, jaundice, anorexia, nafas cepat,
penurunan produksi susu, abortus
Anaplasma marginale : lebih patogen
- High fever, - Anemia, - Bilirubin emia,
- Bilirubin uria
Vektor : - caplak B. microplus 20 spesies
caplak
Australia, New Zeland
- Lalat penghisap darah Amerika
Serikat Selatan
Host : kerbau, bison, antelops, rusa (deer), unta,
63. Vaksinasi : “Live vaccin” atau vaksin yang
dipasase dari Babesia dan Anaplasma hidup
Vaksin : kombinasi dari A. centrale, B. bovis
, B. begimina
Dengan dosis masing-masing 10 7 kemasan
2 ml
Imunitas : A. marginale seumur hidup
Digunakan di : Afrika Selatan Negara Timur
Tengah.
Israel
Amerika Tengah misal :
Uruguay
64. Daerah Endemis Caplak
Sapi masuk 2 bulan sebelumnya harus
divaksin
Anak sapi vaksin 2 x
Pengobatan : - Tetracyline
Disease : Heart water Cowdriosis
Agent : C. ruminatium
Cell : Endothel
Vektor host : Amblioma
Geografi : Africa
65. Klasifikasi
Filum : Sarcomastigophora
Subfilum : Mastigophora
Ordo : Kinetoplastorida
Subordo : Trypanosomatorina
Famili : Trypanosomatidae
Genus : Trypanosoma
Spesies : Trypanosoma
evansi
66. Genus Trypanosoma
☼ Habitat pada vertebrata :
darah dan cairan darah
☼ Penularan : melalui vektor arthropoda
penghisap darah (siklis dan non siklis)
☼ Transmisi siklis : terjadi perubahan morfologis sebelum membentuk yg
infektif.
Transmisi secara non siklis pemindahan melalui serangga penggigit (Tabanus,
stomoxys)
Trypanosoma tidak memperbanyak diri, hanya beberapa jam.
Transmisi klasik (siklis dan non siklis) makan karkas segar atau organ
hewan mati krn trypanosomosis.
Parasit menembus luka lecet dlm mulut
67. Stadium perkembangan
1. Stadium Trypanosoma (Trypomastigot)
a. berbentuk pipih dgn kinetoplast dekat ujung posterior.
b. membrana undulan berkembang baik.
c. inti terletak di pertengahan tubuh.
d. dengan kariosoma yg besar.
e. stadium ini ditemukan pd vertebrata dan arthropoda
2. Stadium Stadium Crythidia (Epimastigot)
a. kinetoplast terletak di anterior inti.
b. membrana undulan pendek.
c. umumnya pd lalat penghisap darah.
68. 3. Stadium Leptomonas (Promastigot)
a. kinetoplast di ujung anterior tubuh
b. tidak ada membrana undulan
c. ditemukan pd arthropoda
4. Stadium Leishmania (Amastigot)
a. tubuh bulat
b. tidak ada flagela
c. terdapat kinetoplast
d. ditemukan pd vertebrata dan arthropoda
69. a. Stasion anterior (salivaria)
☼stadium Crithidia memperbanyak diri dlm
usus artropoda
☼ Stadium infektif (Trypanosoma) berkumpul
dlm mulut atau kelenjar air liur
Infeksi terjadi sewaktu arthropoda
menghisap darah (metode inokulatif)
T. congolense, T. vivax, T. brucei
70. b. Stasion posterior (Stercoraria)
Trypanosoma berkumpul dlm usus belakang arthropoda
Organisme dikeluarkan melalui feses
Infeksi melalui kontaminasi kulit atau kulit yg luka
T. cruzi, T. theileri, T. melophagium
71.
72.
73. Trypanosomosis
Penyebab :Trypanosoma evansi
Pertama kali ditemukan oleh Evans 1880 di India
Di Indonesia 1897
Induk semang : unta,kerbau,sapi,kuda
Domba,kambing,anjing,kucing,babi,satwa liar
74. Penularan
• Melalui vektor : Tabanidae
(Tabanus,Haematopota,Chrysops) secara mekanis
• Melalui Stomoxys,Musca,Hematobia apabila
dalam keadaan padat dan lalat banyak
Gejala klinis
• Abortus (pada onta)
• Infertilitas,konjungtivitis
• Produksi menurun
• Berat badan menurun, bulu rontok
• Daya kerja menurun
• Kematian (kuda : 1mg- 6 bln,anjing 1-2 bulan)
• Pada kuda : gangguan syaraf,oedem papan
75. • Batas waktu infektifitas Trypanosoma
Pada induk semang :6 jam –penderita Surra setelah
disembelih
3.5 jam- bangkai tidak dibuka
Pada vektor : 24 jam pada Tabanus
30 jam pada Stomoxys
Di darah : 6 jam-darah sitrat + fenol 5%
76. Epidemiologi
• Secara geografis tersebar luas di Asia Tenggara
• Australia tidak ada tidak tertutup kemungkinan
menyebar ke Papua New Guinea dan Australia
• Di Asia Tenggara lebih patogenik dibanding Afrika
• Philipina > Indonesia
• Kejadian dipengaruhi oleh kerja,pakan dan stress
terhadap lingkungan
• Terjadi wabah
- impor dari ternak yang rentan
- ternak tertular dari daerah endemik
hewan bebas penyakit
populasi vektor tinggi
- hewan tertular + stress
77. Diagnosis
• Gejala klinis
• Serologis : ELISA
• Biologis : hewan coba
Penyakit : Surra
El debab (pada onta di Aljazair)
mbori di Sudan
murina di Panama
79. KLASIFIKASI
FILUM : SARCOMASTIGOPHORA
SUB FILUM : MASTIGOPHORA
KELAS : ZOOMASTIGOPHORASIDA
ORDO 1 : KINETOPLASTORIDA
SUBORDO : BODONORINA
FAMILI : BODONIDAE
GENUS : Bodo
SPESIES : Bodo Caudatus
80. ORDO 2 : DIPLOMONADORIDA
GENUS : Giardia
SPESIES : Giardia lamblia
ORDO 3 : TRICHOMONADORIDA
FAMILI 1 : MONOCERCOMONADIDAE
GENUS : Histomonas
SPESIES : Histomonas meleagridis
81. FAMILI 2 : TRICHOMONADIDAE
GENUS : Trichomonas
Tritrichomonas
Tetratrichomonas
82. FAMILI TRICHOMONADIDAE
Tritrichomonas
Pada hewan besar
Tritrichomonas foetus
Induk semang : sapi, babi, kuda, rusa
Habitat : alat kelamin
☺Betina : saluran alat kelamin, vagina,
servik, uterus
83. ☺Jantan : preputium, testis, epididimis,
vesika seminalis, uretra
Perkembangbiakan :
secara aseksual (longitudinal binary fission).
Sifat : cepat terbunuh pd kekeringan,
pemanasan yg berlebihan, pemberian
antiseptik
84. Segera setelah mati hilang bentuknya
sulit dibedakan dgn reruntuhan sel.
Bertahan hidup pd larutan ringer atau
Saline isotonis pd suhu kamar atau
40C selama 24 – 48 jam.
Dapat dipupuk pd berbagai media biakan.
Media biakan :
◘ Witte
◘ Locke
◘ Plastridge
85. ◘ Fitzgerald
◘ ESB (Saline egg and blood)
◘ GBS (Glucose broth serum)
◘ CPLM (Cystein-Peptone-Liver
extract-Maltose-Cysteine serum)
◘ TYMC (Tryptophan-Yeast extract-
Maltose-Cysteine serum)
Pemilihan media disesuaikan dgn kondisi
dan tujuan.
87. 2. Pada Unggas : Trichomonas gallinae
Habitat : saluran pencernaan bagian atas.
Induk semang : Burung merpati, burung
elang, burung puyuh.
Tetratrichomonas gallinarum
Habitat : sekum dan hati
Induk semang : ayam, kalkun, ayam mutiara,
burung puyuh, ayam hutan.
Penyakit : Trichomonosis unggas
88.
89.
90. TRICHOMONOSIS
A.Pada hewan besar
Penyebab : Tritrichomonas foetus
Penularan : melalui koitus
Diagnosis : Sejarah peternakan
Tanda klinis
Pemeriksaan laboratoris
- Natif, pewarnaan, pemupukan, uji biologis
91. Uji biologis
Hamster (Crisetus crisetus)
Golden hamster (Mesocrisetus auratus)
Pengambilan sampel
Dari eksudat vagina preputium atau dalam
bilasan dengan NaCl fisiologis
Pada kasus keguguran
Dari jaringan allantois dan amnion
jaringan foetus, membran foetus
92. Sampel diperiksa di bawah mikroskop
* natif
* Pewarnaan
Pada jumlah sedikit : dipupuk, uji aglutinasi
Deferensial diagnosa
* Vibriosis
* Brucellosis
* Leptospirosis
93. Patogenesis
Jantan terinfeksi (preputial cavity) → betina
(vagina) → servik → uterus (endometritis ringan)
→ vagina (2-3 hari sebelum estrus)
Pada hewan bunting → abortus → sembuh →
Corpus luteum menetap
endometritris
servical seal tertutup → piometra → spt bunting
94. Gejala klinis
Pada hewan betina
* Cervicitis
* Vulvovaginitis
* Piometra (maserasi)
* Keguguran (1-16 minggu) → tidak terdeteksi
→ seperti siklus estrus yang tdk teratur.
* Endometritis (akibat sisa-sisa abortus)
95. Pada hewan jantan
Pembengkakan selaput lendir preputium
Peradangan epididimis dan testis
Apabila sudah “established” → tidak timbul
gejala
Pencegahan :
Catatan reproduksi, asal usul hewan, IB,Isolasi
hewan sakit.
Jantan : Tripaflavin, Akriflavin, Dimetridazole
96. Pengobatan
Tidak ada yang efektif
Jantan → slaughter
Betina → simptomatis
istirahat kelamin selama 3 bulan → IB
Pengobatan :
Dimetridazole, CuSo4, Sulfonamid sol (i.m.),
Trypaflavin (pada luka), Enheptin
97. Trichomonosis unggas
Penyebab : Trichomonas gallinae
Penularan :
Merpati dari induk ke anak → air susu
dari tembolok.
Elang → makan burung terinfeksi
Kalkun dan ayam → air minum yg dari
merpati liar.
98. Gejala klinis
Burung merpati → terutama pd hewan muda
Lesio pada mulut → nekrosa warna kuning
penyumbatan trachea dan faring.
Yang terinfeksi hebat :
* berat badan menurun
* bulu kusut
* terdapat cairan kehijauan dlm mulut
(berisi parasit).
99. Kematian 4 – 18 hari p.i
80 – 90% dewasa terinfeksi → tidak ada
gejala klinis
Diagnosis
* gejala klinis
* Isolasi parasit
Differensial diagnosa : * cacar ayam
* Defisiensi vit A
* Moniliosis.
Pencegahan : * sanitasi
* dipisahkan yang muda dan tua
100. Trihomonosis unggas (pada sekum dan hati)
Penularan : peroral
Gejala klinis : * Diare (kuning pucat)
* Bulu kusut
Patologi Anatomi
Eksudat + jaringan nekrotik → sumbat sekum
Luka tdk terlalu hebat → sekum dan hati
terlihat normal terdapat jaringan parut.
Pengobatan : CuSo4 dan 2-amino-5 nitrithiazole
(enheptin)
101. FAMILI MONOCERCOMONADIDAE
Histomonas meleagridis
Morfologi :
Pleomorfik : bentuk berubah tergantung
lokasi dan stadium
Ada 2 bentuk :
☼ bentuk lumen
☼ bentuk jaringan → stadium invasif
→stadium vegetatif
→stadium resisten
102. HISTOMONOSIS
Penyebab : Histomonas meleagridis
Menyerang kalkun semua umur
< 3 minggu → sukar
3-12 minggu → akut kerugian 50-100%
mati 2-3 hari setelah gejala
lebih tua → menahun, dapat sembuh.
Masa inkubasi 15 - 21 hari.
103. Patogenesis :
Luka-luka di dalam sekum dan hati
Ulkus kecil berisi parasit
Membesar menyelaputi
seluruh mukosa usus
peritonitis
Selaput lendir
menjadi tebal
Sumbat
sekum
radang membesar
104. CARA PENULARAN
• Langsung : dalam tinja tertelan tidak tahan
lama
• Tidak langsung : melalui cacing Heterakis gallinarum
Cacing dewasa + parasit dinding usus cacing
→ memperbanyak diri → saluran reproduksi →
ovarium → telur → induk semang → menetas →
larva (sekum) → dewasa (lumen sekum)
Trofozoit Histomonas → masuk ke tinja →
cacing dewasa → peredaran darah → hati.
105. Gejala klinis
- Diare seperti belerang
- Kepala kebiruan
Patologi anatomi
Luka-luka di hati
berbentuk bulat dengan lekuk ke dalam
di tengah → nekrosa berwarna kuning.
di tepi → nekrosa merah keabuan.
106. Luka di sekum
Terdapat gumpalan seperti keju
Pencegahan
Manajemen pemeliharaan
*Peternakan kalkun jangan dicampur
dengan ayam
*Hewan muda dan tua dipisah
*Rotasi tempat pemeliharaan
*Pembasmian cacing Heterakis gallinarum.
114. Pencegahan :
* sanitasi
•Memasak air sampai matang
•Sayuran dicuci dengan air hangat
(550C) atau cuka selama 30 menit
•Pemberian chlorine + iodine
115. Pengobatan :
•Quinacrine → dewasa 10 mg / kg BB
anak-anak 8 mg / kg BB
selama 5 hari
•Metronidazole → dewasa 250 mg selama
5 hari.
anak-anak , 2 th 125 mg, 2 - 4 th 250 mg
4 – 8 th 375 mg di atas 9 th 500 mg
selama 5 hari
116. KOKSIDIOSIS PADA UNGGAS
KLASIFIKASI (Levine, 1985):
Filum : Apicomplexa
Kelas : Coccidia
Ordo : Eucoccidiorida
Sub ordo : Eimeriorina
Famili : Eimeriidae
Genus : Eimeria
Spesies : Eimeria sp
117. Identifikasi : (Calnek et.al., 1997)
Morfologi → bentuk, ukuran, indeks, or-ganel
ookista, waktu sporulasi, masa pre-paten,
ukuran skizon (maksimum), lokasi parasit di
usus dan jaringan (habitat), DNA.
118. Spesies : (Calnek et.al., 1997)
Ada 9 spesies, terdapat pada 4 lokasi:
Sekum : E. tenella, E. necatrix
Usus halus atas : E. acervulina,E. praecox,
E. gani,E.mivati
Usus halus tengah : E. maxima,
E. necatrix
Usus halus belakang :E. mitis, E. brunetti
119. SIKLUS HIDUP :
Sporogoni, skizogoni (aseksual), gametogoni
(seksual)
a.Sporogoni : sporulasi → suhu, oksigen
kelembaban.
E. tenella : waktu sporulasi
18 jam → 290 C
21 jam → 260C – 280C
24 jam → 200C – 240C
120. 24 - 48 jam → suhu kamar
tidak bersporulasi : 80C
b. Skizogoni :
-ekskistasi ada 2 tahap yaitu :
mekanik dan enzymatis
-faktor yg merangsang keluarnya sporokista
dari sporozoit yaitu : gerakan mekanik, Co2
tutup mikropil terangkat→ garam empedu
masuk mengaktifkan sporozoit untuk mele-paskan
diri.
121. Sporozoit (stadium infektif) → trofozoit →
skizon mengeluarkan merozoit (mero-goni)
skizon generasi pertama (900 mero-zoit) →
pecah → merozoit → skizon II (200-350
merozoit).
Satu ookista : 8 sporokista x 900 x 350 = 2.5
juta merozoit.
c.Gametogoni : merozoit → sel ♂ + sel ♀
→perkawinan → zygot → ookista
123. PATOGENESIS :
Koksidiosis ada 2 : koksidiosis sekum
dan intestinalis
Koksidiosis sekum :
Ookista → sporozoit (gerakan, energi dari
amilopektin → skizon pecah → me-rozoit
keluar perdarahan hebat (hanya E. tenella, E.
necatrix) karena kerusakan sampai di bawah
submukosa, epitel se-kum terkelupas → berak
darah.
124. Koksidiosis intestinalis : akibat skizon pe-cah,
menyerang mukosa → diare.
PATOGENITAS
•E. tenella dan E. necatrix : sangat patogen
→ diare berdarah pada sekum, kematian.
•E acervulina, E. brunetti, E. maxima :
patogen, pada usus, diare, penyerapan
makanan terganggu, produksi daging dan
telur rendah → kerugian ekonomis.
125. •E. hagani, E. praecox, E. mitis, E. mivati
kurang patogen, pada usus, diare.
Patogenitas tergantung pada :
jumlah ookista, jumlah merozoit yang
terbentuk, lokasi parasit, umur ayam,
kekebalan.
GEJALA KLINIK :Bervariasi tergantung umur
hewan yg terserang, jenis dan patogenitas
Eimeria dan lokasi infeksi.
126. GEJALA UMUM : nafsu makan turun dan minum
tinggi, sayap terkulai, bulu kusut, kurus, diare
(berdarah), mati.
PATOLOGI ANATOMI :
▪ perdarahan pada sekum (E. tenella)
▪ pemeriksaan tinja : produksi ookista
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN :
Sanitasi kandang (menjaga kelembaban)
ventilasi, vaksinasi.
PENGOBATAN : koksidiostat → preparat sulfa
127. CRYPTOSPORIDIOSIS
PENYEBAB : Cryptosporidia sp
C. muris : pada mamalia
C. meleagridis : pada burung
C. crotalis : pada reptil
C. nasorum : pada ikan
C. baileyi : pada ayam
C. parvum : pada sapi
128. Cryptosporidium parvum Zoonosis
Indentifikasi : ookista berukuran 4-6
mikron, terdiri dari 8 sporozoit
SIKLUS HIDUP terdiri dari 6 tahap :
1. Ekskistasi (pelepasan sporozoit
infektif).
2. Merogoni (multiplikasi aseksual
dalam jaringan epitel)
130. GEJALA KLINIS :
a. Pada penderita yg tidak mengalami
imunodefisiensi, gejalanya berlang-sung
akut yaitu : diare encer dan frekuensinya
tinggi, mual, sakit kepala, muntah, kejang
perut dan demam.
b. Pada penderita yg mengalami
imunodefisiensi seperti penderita AIDS,
gejalanya lebih parah :
131. Tubuh lemah akibat dehidrasi, kejang perut
hebat, mual, demam, bobot badan turun
tidak mau makan
Gejala klinis pada sapi adalah diare, kadang-kadang
disertai kejang perut, demam, nafsu
makan menurun.
C. parvum dapat menyebabkan dinding kantung
empedu menebal, gangguan sistem respirasi
(batuk kronis, bronchiolitis dan pneumonia)
132. PATOGENESA :
Ookista masuk ke usus ekskistasi
multiplikasi kerusakan usus
peradangan. Kerusakan jaringan
menyebabkan terhambatnya absorbsi zat
makanan malnutrisi penurunan bobot
badan.
Rangsangan pada nervus parasimpatis di
usus gerakan peristaltik meningkat
timbul diare dengan frekuensi tinggi.
133. Periode prepaten : 4 hari
Periode paten (adanya ookista dalam tinja) :
6-8 hari. Untuk penderita imunodefisiensi
periode patennya akan lebih lama.
134. • Pemeriksaan tinja dgn pewarnaan Ziehl-
Neelsen ookista berwarna merah,
sekitarnya biru.
• Pemeriksaan serologi :
- ELISA
- IFA(Immunofluorescense antibody)
- Pemeriksaan DNA dengan PCR
135. Melalui makanan dan air minum (wabah
di Milwaukee, tahun 1993,menyerang
400.000 orang)
Melalui kontak dari hewan ke manusia
Melalui kontak antar manusia
136. Pada manusia dapat dicegah dengan:
- Mencuci tangan dengan sabun setelah ke
toilet.
- Hindari makanan dan minuman yang
mungkin terkontaminasi tinja sapi.
- Cuci sayuran dan buah-buahan
sebelum dimakan.
137. - Hindari meminum air sungai atau danau
sebelum dilakukan filtrasi dan desinfeksi.
- Air yang akan digunakan untuk minum
harus dimasak lebih dulu.
- Jangan menggunakan kolam renang bila
mempunyai gejala Cryptosporidiosis, karena
dapat mengkontaminasi air kolam renang.
138. Pada hewan dapat dicegah dengan :
- Sanitasi kandang
- Jangan berikan makanan atau air
minum yang terkontaminasi ookista.
- Hewan yang menderita sakit harus
diisolasi.
139. - Spiramycin dan diclazuril sodium
hanya mengurangi gejala diare.
- Paromomycin lebih baik.
140. TOXOPLASMOSIS
Penyebab : Toxoplasma gondii
Induk semang : I.s. antara → carnivora,
herbivora, burung
I.s. akhir → kucing &
sejenisnya
Perkembangan Toxoplasma gondii dlm tubuh
induk semang ada 2 fase :
1. Aseksual (skizogoni) , ekstraintestinal
→ pd induk semang antara.
141. 2. Seksual (Gametogoni, ookista) / ente-roepitelial
→ pd i.s.akhir yaitu dlm epi-tel
usus halus kucing terjadi perkawin-an
& pembentukan ookista.Selanjutnya
ookista keluar bersama tinja & berspo-rulasi
di luar tubuh kucing.
PERIODE PREPATEN : pd kucing 2-7 hr
142. PATOGENESIS :
☺manusia terinfeksi krn terkontaminasi ookis-ta yg
berasal dari tinja kucing.
☺kucing terinfeksi krn termakan daging
yg mengandung kista T. gondii.
GEJALA KLINIS:
Pada manusia :
a. Tipe kongenital pd bayi : encephalitis,
ikterus, hepatomegali, chorioretinitis,
hidrocephalus, mikrocephali & kematian
143. b. Dapatan (tidak kongenital) ada 4 tipe :
1.Gejala yg sering terlihat limfadenopati, demam,
tak demam, subklinis. Mula-mula terasa
kedinginan & demam ber-angsur-angsur
turun. Suhu tinggi dpt bertahan 2-4 minggu.
Kelenjar limfe membesar, tenggorokan sakit,
badan merasa tidak enak.
2.Gejala spt typhus, terdapat pneumonia yg tidak
khas, miokarditis, meningoen-cephalitis,
limfadenofati, kematian.
144. 3. Bentuk cerebrospinal (jarang terjadi) :
demam, encephalitis, kejang-kejang,
limfadenopati, kematian.
4. Bentuk ophthalmik : chorioretinitis, se-ring
ditemukan pd Toxoplasmosis ne-onatal
pada manusia.
Toxoplasmosis pd hewan piara mirip pd manusia,
sering terjadi pd anjing,kucing.
145. Gejala klinis pada Ruminansia :
♦ keguguran, foetus mati pd kehamilan muda (<
55 hari).
♦ keguguran pd kehamilan pertengahan, maka
T.gondii dpt ditemukan yaitu lesio putih
(diameter 2 mm pd kotiledon plasenta & jaringan
foetus).
♦ Foetus mati dlm kandungan berbentuk mummi.
146. ♦ jika foetus yg terinfeksi dpt bertahan
hidup, dan lahir maka foetus lemah.
Hewan muda lebih peka dari pd dewasa.
DIAGNOSA :
a. Gejala klinik
b.Pewarnaan Sabin Feldman Test
c. Serologi : uji fiksasi komplemen, ELISA (Enzyme-
Linked Immunosorbent Assay).
d.Isolasi parasit : inokulasi ke hewan percobaan
(mencit, hamster, marmot).
147. PENCEGAHAN :
☼ sebelum makan cuci tangan.
☼ jika berkebun gunakan sarung tangan.
☼ kucing jgn diberi makan daging mentah.
☼ sediakan tempat pembuangan tinja
☼ sediakan tempat khusus untuk makan kucing.
PENGOBATAN : Pyrimethamine, sulphadiazine,
clindamycin.
148. SARCOCYSTIS
Induk semang ada 2 :
I.S akhir : anjing, kucing
I.S antara : ruminansia
Spesies berdasarkan nama i.s.akhir :
Induk semang akhir anjing
▪ Sarcocystis bovicanis (S.cruzi)
▪ Sarcocystis ovicanis (S. tenella)
149. ▪ Sarcocystis capricanis
▪ Sarcocystis porcicanis (S. miescherina)
▪ Sarcocystis equicanis (S. bertrami)
▪ Sarcocystis fayeri (i.s. antara : kuda
i.s akhir : anjing)
Induk semang akhir → kucing
◘ S. bovifelis (S. hirsuta)
◘ S. ovifelis (S. tenella), S. porcifelis
150. Induk semang akhir manusia
◘ S. bovihominis
◘ S. porcihominis
Habitat :
pada urat daging : oesofagus, diafragma, jantung,
lidah, maseter, tenggorokan leher, mata.
Kistanya disebut : MIESHER’STUBE berisi merozoit,
bentuknya spt biji menti-mun.
151. PATOGENITAS :
♠ tidak begitu hebat, yg membahayakan adalah
sarkosistin (racun) → meru-sak susunan syaraf,
kelenjar adrena- lin, jantung dan dinding usus.
GEJALA KLINIS : tidak nyata
♠ demam, anoreksia, diare, otot lemas,
hipersalivasi, bulu rontok, gejala syaraf, kematian.
152. ♠ pada i.s. antara terdapat gangguan
gerakan otot.
♠ pada i.s. akhir terdapat diare.
GEJALA PATOLOGI ANATOMI
Otot basah, lembek, pd otot maseter, oesofagus,
diafragma terdapat lesio spt biji mentimun.
153. PENGOBATAN :
☼ Monensin → 33 mg / kg BB – 87 Hari
memperbaiki gejala yg ditimbulkan oleh
sarkosporidiosis yg akut, tetapi kista masih dapat
berkembang di dalam otot.
☼ Amprolium → 100 mg / kg BB – 30 hari
dimulai selama periode inkubasi.
Dapat mencegah & memperkecil penu-laran
Sarcocystis pd induk semang antara.
154. PENCEGAHAN : memutuskan siklus hidup
Sarcocystis cruzi
1.Mencegah karnifora memakan makan-an yg
berasal dari daging terkontami-nasi.
2.Mencegah sapi dari kontaminasi tinja karnifora
yg terinfeksi pd makanan ter-nak maupun pd
padang penggemba-laan.
155. Upaya :
☺mengubur / membakar ternak yg mati.
☺karnifora jgn memakan daging sapi yg tidak
dimasak atau makanan kotor.
☺pemanasan 600C –> 20 menit → Sarcocystis
tidak bersifat menular.
☺karnifora tidak boleh berkeliaran disekitar
kandang peternakan.
156. Parasit darah pada unggas
Klasifikasi (Levine, 1985) :
Filum : Apicomplexa
Kelas : Coccidia
Ordo : Eucococcidiorida
Sub ordo : Haemospororina
Famili : Plasmodidae
Genus : Plasmodium,
Haemoproteus, Leucocytozoon
157. Identifikasi
Pemeriksaan darah : mikro +
makrogametosit dlm sel
darah merah
Spesies : Plasmodium gallinaceum
(pada ayam)
P. juxtanucleare (pada ayam,
kalkun)
P . elongatum (pada burung)
158. Leucocytozoon smithi (pada kalkun
Leucocytozoon caulleryi (pada ayam
Leucocytozoon sabrazesi (pada ayam
Leucocytozoon simondi (pada bebek
Parasit darah pada ayam yang
penting
Plasmodium gallinaceum
Leucocytozoon caulleryi
Leucocytozoon sabrazesi
159. Plasmodium gallinaceum
Lokasi : darah, hati, otak dan organ
lain
Penularan : nyamuk → Aedes, Culex,
Anopheles
Potensial : A. aegypti, A. albopictus
Induk semang :
Peka : ayam, angsa, burung
kuau
Resisten : burung kenari, itik, ayam
mutiara, burung gereja
Siklus : a. di dalam tubuh nyamuk
160.
161. I. Di dalam tubuh induk semang
Sporozoit → i.s. → merozoit disebut
kriptozoit = skizon pre eritrosit (belum
masuk eritrosit : makrofag, fibroblas, di
kulit, sel endotel, di dalam sel reticulo
endotelial limpa, hati, otak) →
metakriptozoit (stadium eksoeritrosit)
Metakriptozoit → masuk eritrosit, sel
endotel → stadium eritrosit → trofozoit
→ skizogoni → pecah, keluar merozoit
162. Selama proses skizogoni :
Parasit memakan sitoplasma sel i.s.
dengan cara invagi- si. Hemoglobin
dicerna, sisa hematin dikumpulkan
dalam vakuola makanan.
Merozoit → sel jantan + betina dalam i.s.
→ lalu dihisap oleh nyamuk
163. II. Di dalam tubuh nyamuk
Sel jantan (mikrogametosit) →
berubah cepat (10-15 menit) →
membelah → eksflagelasi → memanjang
mirip flagela → lepas dari eritrosit i.s. →
bergerak aktif mencari sel betina
(makrogametosit) → kawin → zigot,
bergerak → ookinet.
Ookinet menembus selaput lendir perut
tengah sampai dipermukaan luar
lambung nyamuk → ookista → masak,
164. Sporozoit ini infektif, bila nyamuk
menghisap darah → ditularkan ke i.s.
Gejala klinis :
Pucat, lesu, lemah
Produksi menurun
Lumpuh → penyumbatan dari
stadium
Eksoeritrosit pada pembuluh kapiler
otak,
165. Pasca mati : pembesaran limpa dan
hati
Diagnosa : usapan darah, P.A (limpa,
hati, otak)
Pengobatan : paludrin, pyrimethamin,
sulfadiazine, kinine.
Pencegahan : Kendalikan populasi
nyamuk
166. Leucocytozoonosis
Struktur : Gamont-gamont dewasa bulat,
15,5 x 15,0 μm. Sel hospes juga bulat,
berdiameter kira-kira 20 μm. Inti sel
hospes membentuk pita gelap,
memanjang sampai kira-kira sepertiga
keliling parasit.
167. Penyebab : Leucocytozoon
caulleryi
Leucocytozoon sabrazesi
Induk semang : ayam, ayam mutiara
Lokasi : darah, hati, ginjal, paru-paru
dan organ lain
yang berisi darah
Penularan : vektor (serangga)
Culicoides arakawa :
168.
169. Siklus hidup:
I. Di dalam tubuh induk semang
Sporozoit (dalam air liur Culicoides /
Simulium) → i.s. → skizogoni (sel
endotel, hati, paru-paru, jantung, ginjal
dan organ lainnya) → pecah →
merozoit → masuk dalam plasma
eritrosit → sel jantan + betina
(gametogoni) → lalu dihisap oleh
170. 2. Di dalam Culicoides
Sel jantan + betina terhisap oleh
Culicoides → seksual → zigot →
ookinet → ookista → pecah →
sporozoit dalam air liur Culicoides,
sporozoit dipindahkan ke i.s. saat
menghisap darah
Gejala Klinis : pucat, lesu, produksi
menurun
Pasca mati : ◘ pucat
◘ perdarahan paru-paru,
hati, ginjal, urat
daging karena pecahnya skizon
171. Pencegahan dan pengendalian vektor
Nyamuk : untuk vektor Plasmodium
Aedes : air bersih dalam wadah
Culex : air tergenang, dimana
saja tak terlalu
bersih
Anopheles : air payau
Agas (mrutu) : untuk vektor
Leucocytozoon
Culicoides : air tergenang, dimana
saja
Simulium : air bersih mengalir
172. Haemoproteus columbae
Induk semang : burung merpati, burung
dara, burung liar. Bentuk dalam eritrosit
pada stadium gametosit → berbentuk sabit
yang sebagian melingkari inti sel induk
semang. Makrogamet berwarna ungu
hingga merah dan granul pigmen tersebar
di seluruh sitoplasma. Mikrogamet
berwarna biru pucat hingga merah muda,
intinya berwarna merah muda pucat dan
difus dan granula pigmen terkumpul ke
dalam masa yang bulat. Stadium skizon
173. Patogenitas : rendah, burung dewasa
biasanya tidak menunjukkan gejala
penyakit. Kejadian yang akut pd anak
burung yg masih disarang dan terjadi
banyak kematian.
Gejala klinik : anoreksia, anemi
Gejala P.A. : hati dan limpa membesar,
berwarna gelap.