SlideShare a Scribd company logo
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salmonella typhi (S. typhi) disebut juga Salmonella enterica subsp. enterica serovar Typhi. S.
typhi adalah strain bakteri yang menyebabkan terjadinya demam tipoid. Demam tipoid atau Typhus
abdominalis adalah penyakit infeksi akut pada usus halus yang menunjukkan manifestasi
klinis yang sama dengan enteritis akut, oleh karena itu penyakit ini disebut juga penyakit
demam enterik. Penyakit ini merupakan penyakit endemis yang serta menjadi masalah kesehatan global
termasuk di Indonesia dan Negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia dan Thailand. Angka kejadian
termasuk tertinggi di dunia yaitu antara 358-810/100.000 penduduk setiap tahun. Penyakit ini mempunyai
angka kematian yang cukup tinggi, yaitu 15% dari penderita (Punjabi, 2004). Demam tipoid dapat terjadi pada
semua umur, terbanyak pada usia 3-19 tahun, sekitar 77% dengan puncak tertinggi pada usia 1015 tahun
(Simanjuntak,1993). Selain itu S.typhi dapat menyebabkan gastroenteritis (keracunan makanan) dan septikemia.
Penyakit ini dianggap serius karena dapat disertai berbagai penyakit, kejadian demam typoid telah diperburuk
dengan terjadinya peningkatan resistensi bakteri terhadap banyak antibiotik, meningkatnya jumlah individu
yang terinfeksi HIV serta meningkatnya mobilitas pekerja migran dari daerah dengan insiden yang tinggi
( Thong, et al.,2000). Bakteri ini masuk melalui mulut bersama makanan dan minuman yang terkontaminasi
oleh bakteri tersebut dan hanyut ke saluran pencernakan, apabila bakteri berhasil mencapai usus halus dan
masuk ke dalam tubuh mengakibatkan terjadinya demam tipoid.
S. typhi adalah strain bakteri anggota familia Enterobacteriaceae. Menurut Kauffman-White Scheme bahwa S.
typhi dapat dikelompokkan ke dalam serovar berdasarkan perbedaan formula antigen, yaitu berdasarkan antigen
O(somatik), antigen Vi (kapsul) dan antigen H (flagel). Sedangkan spesifikasi formula antigen O dideterminasi
dari komposisi dan struktur polisakariada selain itu formula antigen O dapat mengalami perubahan karena
terjadinya lysogenik oleh phaga. Subdivisi serovar S. typhi dapat dilakukan berdasarkan biovar yaitu
berdasarkan kemampuan untuk memfermentasikan xylosa, sehingga dapat dijumpai S.typhi xylosa positip dan
S.typhi xylosa negatip, hal ini dapat digunakan sebagai marker epidemiologi (Holt, et al., 1994; Brenner. Et al.,
1984). Selain itu subdivisi dari serovar dapat didasarkan pada resistensi terhadap antibiotik.
BAB II
PEMBAHASAN
Morfolgi dan fisiologi
a Mikroskopis dan makroskopis
S. typhi adalah bakteri yang selnya berbentuk batang berukuran 0,7-l,5µm, bersifat Gram-
negatip sehingga mempunyai komponen outer layer (lapisan luar) yang tersusun dari LPS
MAKALAH SALMONELLA TYPHI Page 1
(lipopolisakariada) dan dapat berfungsi sebagai endotoksin, bergerak dengan flagel peritrik, tidak
membentuk spora. Pada media MacConkey koloni transparan karena bakteri tidak memfermentasikan
laktosa, dengan diameter koloni 2-4 mm. Media MacConkey adalah media yang mengandung garam
empedu dan kristal violet yang fiingsinya dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram-positip. Selain
itu media tersebut mengandung laktosa dan indikator neutral red yang dapat untuk menunjukkan
terjadinya perubahan pH pada media sehingga dapat untuk membedakan antara bakteri yang
memfermentasikan laktosa secara cepat, lambat atau tidak memfermentasikan laktosa. (Koneman, et
all. 1992; Holt et al., 1994; Talaro et al.t 2002). Sealain itu bakteri S. typhi juga memiliki pilli atau
fimbriae yang berfungsi untuk adesi pada sel host yang terinfeksi.
Pilli merupakan bentukan batang lurus dengan ukuran lebih pendek dan lebih
kaku bila dibandingkan dengan flagella. Pilli tersusun atas unit protein yang disebut
pillin, mempunyai struktur yang berbentuk pipa, mempunyai peran dalam proses
konjugasi, sebagai reseptor bagi bakteriofag dan berperan pula dalam proses
perlekatan (adesi) antara bakteri dengan permukaan sel inang. Oleh karena itu pilli
mempunyai peran dalam proses patogenesis bakteri, selain itu pilli mampu
menginduksi terbentuknya respon imun pada hewan yang terinfeksi.
Suatu bakteri dapat memiliki beberapa tipe pilli yang berbeda dalam panjang
dan tebalnya, spesifisitas reseptornya. Banyak spesies bakteri dari familia
Enterobacteriaceae (Enterobacter,Proteus, Providencia, morganella, Yersinea, Serratia)
mempunyai pilli tipe 1 dan 3. pilli tipe 1 diklasiflkasikan sebagai mannose-sensitive hemaglutinin
(MSHA), yang mengadakan perlekatan pada sel yang mempunyai reseptor mannose-glycoprotein dan
pilli tipe 3 sebagai pilli mannose-resisten hemaglutinin atau MRHA (Hornick, et all, 1992).
Ket.gambar 3. Kanan→Kiri : Na : Tumbuh, Gula-gula: + (-g), -, +, +, -, SIM : H2S (+), Indol
(-), Motilitas (+), TSIA: Lereng/ Dasar (M/K), Gas (-), H2S (+), SC : (-)
a. Klasifikasi
Domain: Bacteria;
Phylum: Proteobacteria;
Class: Gammaproteobacteria;
Order: Enterobacteriales;
Family: Enterobacteriaceae;
Genus: Salmonella
MAKALAH SALMONELLA TYPHI Page 2
Gamabar1dan 2. S.typhi Gamabar3. Uji biokimia S. typhi
Species: Salmonella enterica subsp. enterica serovar Typhi
sumber: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/taxonomy/?term=salmonella+typhi
b Sifat fisiologis S. typhi
S. typhi adalah bakteri yang berdasarkan kebutuhan oksigen bersifat fakultatif anaerob,
membutuhkan suhu optimal 37°C untuk pertumbuhannya, memfermentasikan D-glukosa menghasilkan
asam tetapi tidak membentuk gas, oksidase negatip, katalase positip, tidak memproduksi indol karena
tidak menghasilkan enzim tryptophanase yang dapat memecah tryptophan menjadi indol, methyl red
(MR) positip menunjukkan bahwa fermentasi glukosa menghasilkan sejumlah asam yang terakumulasi
di dalam medium sehingga menyebabkan pH medium menjadi asam (pH=4,2), dengan penambahan
indikator metyl red maka warna medium menjadi merah. Voges-Proskauer(VP) negatip, citrat negatip,
menghasilkan H2S yang dapat ditunjukkan pada media TSIA (Triple Sugar Iron Agar). Bakteri
menghasilkan H2S yang merupakan produk hasil reduksi dari asam amino yang mengandung sulfur,
H2S yang dihasilkan akan bereaksi dengan garam Fe dalam media yang kemudian menjadi senyawa
FeS berwarna hitam yang mengendap dalam media. Urease negatip, nitrat direduksi menjadi nitrit,
lysin dan ornithin dekarboksilase positip, laktosa, sukrosa, salisin dan inositol tidak difermentasi. Uji
ONPG negatip karena tidak menghasikan enzim betha galaktosidase sehingga bakteri tidak dapat
memfermentasikan laktosa, oleh karena itu strain bakteri S. typhi termasuk anggota familia
enterobacteriaceae yang bersifat tidak memfermentasikan laktosa (non lactosa fermenter ), lipase dan
deoksiribonuklease tidak diproduksi ( Brenner, et al. 1984; Koneman, et al. 1992; Talaro et al., 2002).
c. Patogenitas S. typhi
Demam typoid adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh bakteri S. typhi.
Penyakit ini khusus menyerang manusia, bakteri ini ditularkan melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi oleh kotoran atau tinja dari seseorang pengidap atau penderita demam typo id. Bakteri S. typhi
masuk melalui mulut dan hanyut ke saluran pencernaan. Apabila bakteri masuk ke dalam tubuh manusia, tubuh
akan berusaha untuk mengeliminasinya. Tetapi bila bakteri dapat bertahan dan jumlah yang masuk cukup
banyak, maka bakteri akan berhasil mencapai usus halus dan berusaha masuk ke dalam tubuh yang akhirnya
dapat merangsang sel darah putih untuk menghasilkan interleukin dan merangsang terjadinya gejala demam,
perasaan lemah, sakit kepala, nafsu makan berkurang, sakit perut, gangguan buang air besar serta gejala lainnya
(Darmawati, 2009).
MAKALAH SALMONELLA TYPHI Page 3
Gambar 3. Mekanisme S. typhi mnyerang tubuh manusia.
Penularan S. thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5 F
yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan / kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan
melalui Feses.
S. typhi masuk ketubuh manusia melalui mulut dengan makanan dan air yang
tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung. Sebagian lagi masuk ke usus
halus dan mencapai jaringan limfoid plaque Peyeri di ileum terminalis yang mengalami
hipertropi. Ditempat ini komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal dapat terjadi. Setelah
menyebabkan peradangan dan nekrose setempat, S. typhi kemudian menembus ke lamina
propina, masuk aliran limfe dan mencapai kelenjar limfe messenterial yang juga mengalami
hipertropi. Setelah melewati kelenjar-kelenjar limfe ini S. typhi masuk kealiran darah melalui
duktus thoracicus. S. typhi lain mencapai hati melalui sirkulasi portal. Dari usus. S. typhi
bersarang di plaque Peyeri, limpa, hati dan bagian-bagian lain system retikuloendotial.
Ditempat ini kuman difagosit oleh sel sel fagosit RES dan kuman yang tidak difagosit akan
berkembang biak. Pada akhir masa inkubasi Demam tifoid (5-9 hari) kuman kembali masuk
ke darah kemudian menyebar ke seluruh tubuh dan sebagian S. typhi masuk ke organ tubuh
terutama limpa, kandung empedu yang selanjutnya kuman tersebut kembali dikeluarkan dari
kandung empedu ke rongga usus dan menyebabkan reinfeksi usus (Darmawati, 2009).
Semula disangka demam dan gejala-gejala toksemia pada demam tifoid disebabkan
oleh endotoksemia. Tapi kemudian berdasarkan penelitian-eksperimental disimpulkan bahwa
endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam dan gejala-gejala toksemia pada
demam tifoid. Endotoksin S. typhi berperan pada patogenesis demam tifoid, karena
membantu terjadinya proses inflamasi lokal pada jaringan setempat S. typhi berkembang
biak. Demam pada tifoid disebabkan karena S. typhi dan endotoksinnya merangsang sintesis
dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.
Setelah melalui asam lambung, Salmonella typhosa menembus ileum ditangkap oleh
sel mononuklear, disusul bakteriemi I. Setelah berkembang biak di RES, terjadilah bakteriemi
II. Interaksi Salmonella dengan makrofag memunculkan mediator-mediator. Lokal (patch of payer) terjadi
hiperplasi, nekrosis dan ulkus. Sistemik timbul gejala panas, instabilitas vaskuler, inisiasi sistem beku darah,
depresi sumsum tulang . Imunulogi. Humoral lokal, di usus diproduksi IgA sekretorik yang berfungsi mencegah
MAKALAH SALMONELLA TYPHI Page 4
melekatnya salmonella pada mukosa usus. Humoral sistemik, diproduksi IgM dan IgG untuk memudahkan
fagositosis Salmonella oleh makrofag. Seluler berfungsi untuk membunuh Salmonalla intraseluler.
Gejala klinik penyakit ini adalah demam tinggi pada minggu ke 2 dan ke 3, biasanya
dalam 4 minggu gejala tersebut telah hilang, meskipun kadang-kadanjg bertambah lebih
lama. Gejala yang lain yang sering ditemukan adalah anoreksia, malaise, nyeri otot, sakit
kepala, batuk, bradikardia (slow heart rate) dan konstipasi. Selain itu dapat dijumpai adanya pembesaran
hati dan limpa, bintik rose sekitar umbilicus yang kemudian diikuti terjadinya ulserasi pada Peyer patches pada
daerah ilium, yang kemudian diikuti terjadinya perdarahan kerena terjadi perforasi. Masa inkubasi demam tipoid
umumnya 1-3 minggu, tetapi bisa lebih singkat yaitu 3 hari atau lebih lama sampai dengan 3 bulan, waktu
inkubasi sangat tergantung pada kuantitas bakteri dan host factor serta karakteristik strain bakteri yang
menginfeksi. (Maier, et al., 2000; Anonimous, 2001). Dosis infektif rata-rata bagi manusia cukup 106
organisme
untuk menimbulkan infeksi klinik atau sub klinik. Pada manusia S. typhi dapat menimbulkan demam enterik,
bakterimia dengan lesi lokal dan enterokolitis. Untuk diagnosis laboratorium antara lain dengan cara
bakteriologik, serologi dan molekuler. Menurut Hatta et al. (2007) polymerase chain reaction (PCR)
menggunakan satu pasang primer gen flagelin dapat digunakan untuk identifikasi keberadaan S. typhi di dalam
darah, urin dan feses, adapun sampel untuk identifikasi bakteri dapat berupa darah, urin, feses, sumsum tulang
belakang. Menurut Talaro et al. (2002) bahwa untuk identifikasi strain bakteri anggota familia
Enterobacteriaceae dapat dilakukan serangkaian uji biokimia IMViC (indol, metyl red, Voges Proskauer,
citrat).
Gambar 6. Penderita demam tifoid
d. Struktur antigen S.typhi
S. typhi adalah bakteri enterik yang bersifat gram negatip, mempunyai antigen permukaan yang cukup
komplek dan mempunyai peran penting dalam proses patogenitas, selain itu juga berperan dalam proses
terjadinya respon imun pada individu yang terinfeksi. Antigen permukaan tersebut terdiri dari antigen flagel
(antigen H), antigen somatik (antigen O) dan antigen kapsul atau antigen K (antigen Vi).
Antigen O disebut juga sebagai antigen dinding sel karena antigen tersebut adalah
bagian outer layer dari dinding sel bakteri gram negatip. Antigen O tersusun dari LPS (Lipo
Polisakarida) yang berfungsi pula sebagai endotoksin, resisten terhadap pemanasan 100°C,
alcohol dan asam, reaksi aglutinasinya berbentuk butir- butir pasir (Joklik et al, 1990).
Antigen H atau antigen flagel, antigen ini terdiri dari suatu protein yang dikode oleh
gen fig yang berada pada lokus fliC. Antigen H bersifat termolabil dan dapat rusak oleh
alkohol, pemanasan pada suhu di atas 60°C dan asam, dimana pada reaksi aglutinasinya
berbentuk butir-butir pasir yang hilang bila dikocok. Antigen H terdiri dari 2 fase yaitu
antigen H fase 1 (HI) dan antigen H fase 2 (H2) sehingga dapat dijumpai S.typhi serovar HI
dan S.typhi serovar H 2. Sedangkan antigen HI terdiri dari Hl-d dan Hl-j sehingga dapat dijumpai pula S.typhi
serovar Hl-d yang tersebar luas di seluruh dunia dan S.typhi serovar H-j yang hanya dijumpai di Indonesia.
MAKALAH SALMONELLA TYPHI Page 5
Strain bakteri S.typhi serovar H-j bersifat kurang motil pada media semi solid agar dan kurang invasive apabila
dibandingkan dengan S.typhi serovar H-d (Grossman, et al. 1995).
Antigen Vi atau antigen kapsul, yaitu antigen yang terdiri dari polimer polisakarida dan bersifat asam.
Antigen Vi yang dimiliki oleh bakteri berfungsi sebagai antiopsonik dan antipagositik, ekspresi antigen tersebut
dikode oleh gen tviA yang berada di dalam lokus via B, tidak semua strain S.typhi mengekspresikan antigen Vi
(Wain et al.,2005). Antigen ini mudah rusak oleh pemanasan selama 1 jam pada suhu 60°C, selain itu pada
penambahan fenol dan asam., dimana pada reaksi aglutinasinya berbentuk seperti awan.
Untuk pencegahan terjadinya infeksi oleh S. typhi dengan mencegah terjadinya kontaminasi
makanan dan air oleh binatang pengerat atau binatang lain, selain itu pencegahan yang paling efektif dengan
mencegah terjadinya awal infeksi yaitu dengan vaksinasi.
Epidemiologi dan Kepekaan S. typhi terhadap Antibiotik
strongly endemic endemic sporadic cases
S.typhi tersebar luas di dunia, kasus yang ditimbulkan dapat terjadi secara sporadis
pada daerah-daerah tertentu namun kebanyakan kasus dapat menggambarkan asal bakteri dari
daerah endemik misalnya strain bakteri yang resisten terhadap banyak obat (MDR) tampak di
beberapa area di dunia (Anonimous, 2001). Selain itu asal strain bakteri S. typhi yang
menyebabkan kasus demam typhoid di suatu daerah tertentu dan pada waktu tertentu pula
dapat digambarkan dengan ribotyping dan phage typing. Strain bakteri S. typhi yang diisolasi
dari daerah yang mengalami kasus demam typhoid secara sporadis dan yang diisolasi dari
daerah endemis menunjukkan perbedaan jumlah rybotype dan phage type nya. Hal ini
menunjukkan adanya keanekaragaman genetik pada strain bakteri S. typhi (Esteban, et al.,
1993; Ng, et al., 1999; Thong, et al, 2000; Martins, et al, 2006).
S. typhi rentan terhadap chloramphenicol, ampicilin, amoxillin, TMP-SMX,
trimethoprim- sulfamethoxazole, bahkan jumlah strain yang resisten terhadap banyak
antibiotik atau MDR (multi-drug resistant) meningkat (Anonimous, .2001; Thong, et al,
2000). Resistensi strain bakteri terhadap antibiotik terjadi karena adanya suatu gen yang
terdapat di dalam plasmid, selain itu plasmid juga mengandung gen yang mengkode
enterotoksin, kapsul, hemolisin dan fimbriae. Plasmid adalah DNA ekstra kromosom yang
berbentuk sirkuler yang dapat berpindah dari satu sel bakteri ke sel bakteri yang lain melalui
MAKALAH SALMONELLA TYPHI Page 6
pilli (fimbriae) yang disebut konjugasi (Talaro et al, 2002). Sehingga plasmid dari strain
bakteri yang diisolasi dari daerah yang sama dan dilakukan pada waktu yang sama pula
menunjukkan profil plasmid yang homogen, analisis profil menggunakan pulsed-field gel
electrophoresis atau PFGE (Thong, et al, 2000).
Pencegahan Demam Tifoid
Pencegahan demam tifoid diupayakan melalui berbagai cara: umum dan khusus atau
imunisasi. Termasuk cara umum antara lain adalah peningkatan higiene dan sanitasi karena
perbaikan higiene dan sanitasi saja dapat menurunkan insidensi demam tifoid. (Penyediaan
air bersih, pembuangan dan pengelolaan sampah).
Menjaga kebersihan pribadi dan menjaga apa yang masuk mulut (diminum atau
dimakan) tidak tercemar Salmonella typhi. Pemutusan rantai transmisi juga penting yaitu
pengawasan terhadap penjual (keliling) minuman atau makanan.
Pada saat ini telah ada di pasaran berbagai vaksin untuk pencegahan demam tifoid.
Vaksin chotypa dari kuman dimatikan (whole cell) tidak digunakan lagi karena efek samping
yang terlalu berat dan daya lindungnya pendek.
Dua vaksin yang aman dan efektif telah mendapat lisensi dan sudah ada di
pasaran. Satu vaksin berdasar subunit antigen tertentu dan yang lain berdasar bakteri (whole
cell) hidup dilemahkan. Vaksin pertama, mengandung Vi polisakarida, diberikan cukup
sekali, subcutan atau intramuskular. Diberikan mulai usia > 2 tahun. Re-imunisasi tiap 3
tahun. Kadar protektif bila mempunyai antibodi anti-Vi 1 µg/ml.
Vaksin Ty21a hidup dilemahkan diberikan secara oral, bentuk kapsul enterocoated
atau sirup. Diberikan 3 dosis, selang sehari pada perut kosong. Untuk anak usia ≥ 5 tahun.
Reimunisasi tiap tahun. Tidak boleh diberi antibiotik selama kurun waktu 1 minggu sebelum
sampai 1 minggu sesudah imunisasi.
Penderita dinyatakan sembuh
Gejala, tanda sudah hilang dan tidak ada komplikasi.
MAKALAH SALMONELLA TYPHI Page 7
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 2001. Salmonella typhi - Material Safety Data Sheet-Infectious Substances.
Public health Agency of Canada.
Brenner, D.J., Krieg, N.R., Staley, J.T. 1984. Bergey's Manual_Of Systematic Bacteriology.
Second edition. Baltomor London. 416-429.
Darmawati, S. Dan Haribi, R, 2005. Analisis Profil Protein Pilli Salmonella typhi Isolat
Rumah Sakit Kariadi Semarang. Jurnal Litbang Universitas Muhammadiyah
Semarang. Vol 3(2).
Darmawati, S. 2009. Keanekaragaman Genetik Salmonella typhi. Jurnal Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Semarang. Vol 2(1).
Eri, DM., 2006. Efek Anti Bakteri RIP dari Biji Momordica charantia Terhadap Salmonella
typhi dan Eschericia coli . Tesis. Program Studi Kedokteran Tropis. Program Pasca
Sarjana. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. .
Esteban, E., Snipes, K., Hird, D., Kasten, R., Kinde, H. 1993. Use of, Ribotyping for
Characterzation of Salmonella Serotypes. Journal of Clinical Microbiology.
Feb.1993. American Society for Microbiology.
Grossman, D A (DA); Witham, N D (ND); Burr, D H (DH); Lesmana, M (M); Rubin, F A
(FA); Schoolnik, G K (GK); Parsonnet, J (J). 1995. Flagellar serotypes of Salmonella
typhi in Indonesia: relationships among motility, invasiveness, and clinical illness.
The Journal of infectious diseases (J Infect Dis). United States. (171):212-216
Hatta, M., Smits, Henk, L. 2007. Detection of Salmonella typhi by nested polymerase chain
reaction in blood, urine, and stool samples. The American journal of tropical
medicine and hygiene (Am J Trop Med Hyg), published in United States.
Holt, J.G., Noel, R.K., Peter, H.A., James, T.S., Stanley, T.W. 1994. Bergey's manual of
Determinative Bacteriology. Ninth edition. Williams and Wilkins. Ballimore,
Maryland USA. 186,242
Koneman, E.W., Allen, S.D., Janda, W.M., Schreckenberger, P.C., Win, Jr. 1992. Color Atlas
and Texbook Of Diagnostic Microbiology. Fourth edition. J.B.Lippincott Company.
Philadelphia.
MAKALAH SALMONELLA TYPHI Page 8

More Related Content

What's hot

Soal soal virologi fix
Soal soal virologi fixSoal soal virologi fix
Soal soal virologi fix
Nida Aziz II
 
Cimex lectularius
Cimex lectulariusCimex lectularius
Cimex lectularius
IshaqHaris
 
Morfologi bakteri, kapang dan khamir
Morfologi bakteri, kapang dan khamirMorfologi bakteri, kapang dan khamir
Morfologi bakteri, kapang dan khamir
Agnescia Sera
 
Uji widal xi tlm
Uji widal xi tlmUji widal xi tlm
Uji widal xi tlm
materipptgc
 
Balantidium coli
Balantidium coliBalantidium coli
Balantidium coli
Arini Utami
 
Ppt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganisme
Ppt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganismePpt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganisme
Ppt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganisme
Kalisthiana Yi Ku
 
Pewarnaan bakteri staphylococcus
Pewarnaan bakteri staphylococcusPewarnaan bakteri staphylococcus
Pewarnaan bakteri staphylococcusEri Krismiya
 
Laporan praktikukum parasitologi
Laporan praktikukum parasitologiLaporan praktikukum parasitologi
Laporan praktikukum parasitologi
Google
 
Klasifikasi bakteri berdasarkan kebutuhan oksigen
Klasifikasi bakteri berdasarkan kebutuhan oksigenKlasifikasi bakteri berdasarkan kebutuhan oksigen
Klasifikasi bakteri berdasarkan kebutuhan oksigen
fantasykomp
 
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
UNESA
 
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUANlaporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
srinova uli
 
Isolasi dan morfologi koloni bakteri
Isolasi  dan  morfologi koloni bakteriIsolasi  dan  morfologi koloni bakteri
Isolasi dan morfologi koloni bakteriAfifi Rahmadetiassani
 
Tugas fungi kelompok a mikrobiologi dan parasitologi
Tugas fungi kelompok a mikrobiologi dan parasitologiTugas fungi kelompok a mikrobiologi dan parasitologi
Tugas fungi kelompok a mikrobiologi dan parasitologi
Sartini Hita
 
Bakteri thermofilik, mesofilik dan psikrofilik
Bakteri thermofilik, mesofilik dan psikrofilikBakteri thermofilik, mesofilik dan psikrofilik
Bakteri thermofilik, mesofilik dan psikrofilik
Agnescia Sera
 
LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1
LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1
LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1
Awe Wardani
 
Memahami Autoimun
Memahami AutoimunMemahami Autoimun
Memahami Autoimun
Lestari Moerdijat
 
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI I PEWARNAAN SPORA DAN KAPSUL PADA BAKTERI
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI I  PEWARNAAN SPORA DAN KAPSUL PADA BAKTERILAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI I  PEWARNAAN SPORA DAN KAPSUL PADA BAKTERI
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI I PEWARNAAN SPORA DAN KAPSUL PADA BAKTERI
Amphie Yuurisman
 
Bakteri Staphylococcus aureus
Bakteri Staphylococcus aureusBakteri Staphylococcus aureus

What's hot (20)

Soal soal virologi fix
Soal soal virologi fixSoal soal virologi fix
Soal soal virologi fix
 
Cimex lectularius
Cimex lectulariusCimex lectularius
Cimex lectularius
 
Morfologi bakteri, kapang dan khamir
Morfologi bakteri, kapang dan khamirMorfologi bakteri, kapang dan khamir
Morfologi bakteri, kapang dan khamir
 
Uji widal xi tlm
Uji widal xi tlmUji widal xi tlm
Uji widal xi tlm
 
Balantidium coli
Balantidium coliBalantidium coli
Balantidium coli
 
Ppt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganisme
Ppt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganismePpt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganisme
Ppt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganisme
 
Enzim
EnzimEnzim
Enzim
 
Pewarnaan bakteri staphylococcus
Pewarnaan bakteri staphylococcusPewarnaan bakteri staphylococcus
Pewarnaan bakteri staphylococcus
 
Laporan praktikukum parasitologi
Laporan praktikukum parasitologiLaporan praktikukum parasitologi
Laporan praktikukum parasitologi
 
Klasifikasi bakteri berdasarkan kebutuhan oksigen
Klasifikasi bakteri berdasarkan kebutuhan oksigenKlasifikasi bakteri berdasarkan kebutuhan oksigen
Klasifikasi bakteri berdasarkan kebutuhan oksigen
 
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
 
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUANlaporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
 
Isolasi dan morfologi koloni bakteri
Isolasi  dan  morfologi koloni bakteriIsolasi  dan  morfologi koloni bakteri
Isolasi dan morfologi koloni bakteri
 
Tugas fungi kelompok a mikrobiologi dan parasitologi
Tugas fungi kelompok a mikrobiologi dan parasitologiTugas fungi kelompok a mikrobiologi dan parasitologi
Tugas fungi kelompok a mikrobiologi dan parasitologi
 
Bakteri thermofilik, mesofilik dan psikrofilik
Bakteri thermofilik, mesofilik dan psikrofilikBakteri thermofilik, mesofilik dan psikrofilik
Bakteri thermofilik, mesofilik dan psikrofilik
 
LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1
LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1
LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1
 
Memahami Autoimun
Memahami AutoimunMemahami Autoimun
Memahami Autoimun
 
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI I PEWARNAAN SPORA DAN KAPSUL PADA BAKTERI
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI I  PEWARNAAN SPORA DAN KAPSUL PADA BAKTERILAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI I  PEWARNAAN SPORA DAN KAPSUL PADA BAKTERI
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI I PEWARNAAN SPORA DAN KAPSUL PADA BAKTERI
 
Makalah bakteri toxoplasma gondi
Makalah bakteri toxoplasma gondiMakalah bakteri toxoplasma gondi
Makalah bakteri toxoplasma gondi
 
Bakteri Staphylococcus aureus
Bakteri Staphylococcus aureusBakteri Staphylococcus aureus
Bakteri Staphylococcus aureus
 

Viewers also liked

Bakteri
Bakteri Bakteri
Bakteri
Rfr Egha
 
hubungan mikroba (bakteri) terhadap penyakit
hubungan mikroba (bakteri) terhadap penyakithubungan mikroba (bakteri) terhadap penyakit
hubungan mikroba (bakteri) terhadap penyakit
Desiana Ika Listiani
 
Makalah entamoeba histolytica
Makalah entamoeba histolyticaMakalah entamoeba histolytica
Makalah entamoeba histolytica
Lutfi Imansari
 
Mengenal Bakteri
Mengenal BakteriMengenal Bakteri
Mengenal Bakteri
Esti Widiawati
 
Amebioasis intestinal
Amebioasis intestinalAmebioasis intestinal
Amebioasis intestinal
Master Posada
 
Entamoeba hystolitica & entamoeba coli
Entamoeba hystolitica & entamoeba coliEntamoeba hystolitica & entamoeba coli
Entamoeba hystolitica & entamoeba coli
Arini Utami
 
ppt on Entamoeba histolytica extra intestinal lesions
ppt on Entamoeba histolytica extra intestinal lesionsppt on Entamoeba histolytica extra intestinal lesions
ppt on Entamoeba histolytica extra intestinal lesionsSandhya Mishra
 
Jenis jenis penyakit infeksi
Jenis jenis penyakit infeksiJenis jenis penyakit infeksi
Jenis jenis penyakit infeksi
Silky Tanaffasya
 
Tetanus paediatics
Tetanus paediaticsTetanus paediatics
Tetanus paediatics
Fahad Basheer Karuppam
 
Entamoeba histolytica
Entamoeba histolyticaEntamoeba histolytica
Entamoeba histolytica
Arya Anish
 
Entamoeba histolytica
Entamoeba histolyticaEntamoeba histolytica
Entamoeba histolytica
Saamsclub
 
ppt on Entamoeba histolytica INTESTINAL LESIONS
ppt on Entamoeba histolytica INTESTINAL LESIONSppt on Entamoeba histolytica INTESTINAL LESIONS
ppt on Entamoeba histolytica INTESTINAL LESIONSSandhya Mishra
 
Entamoeba Hysolitica
Entamoeba HysoliticaEntamoeba Hysolitica
Entamoeba HysoliticaAna Elena
 
Entamoeba histolytica
Entamoeba histolyticaEntamoeba histolytica
Entamoeba histolytica
Luis Fernando
 
Tetanus Presentation
Tetanus PresentationTetanus Presentation
Tetanus Presentation
Vitrag Shah
 

Viewers also liked (20)

Bakteri
Bakteri Bakteri
Bakteri
 
Typhoid fever
Typhoid feverTyphoid fever
Typhoid fever
 
hubungan mikroba (bakteri) terhadap penyakit
hubungan mikroba (bakteri) terhadap penyakithubungan mikroba (bakteri) terhadap penyakit
hubungan mikroba (bakteri) terhadap penyakit
 
Makalah entamoeba histolytica
Makalah entamoeba histolyticaMakalah entamoeba histolytica
Makalah entamoeba histolytica
 
Mengenal Bakteri
Mengenal BakteriMengenal Bakteri
Mengenal Bakteri
 
ENTAMOEBA HISTOLYTICA
ENTAMOEBA HISTOLYTICAENTAMOEBA HISTOLYTICA
ENTAMOEBA HISTOLYTICA
 
Amebioasis intestinal
Amebioasis intestinalAmebioasis intestinal
Amebioasis intestinal
 
Entamoeba hystolitica & entamoeba coli
Entamoeba hystolitica & entamoeba coliEntamoeba hystolitica & entamoeba coli
Entamoeba hystolitica & entamoeba coli
 
Rumus-rumus Fisika SMA
Rumus-rumus Fisika SMARumus-rumus Fisika SMA
Rumus-rumus Fisika SMA
 
ppt on Entamoeba histolytica extra intestinal lesions
ppt on Entamoeba histolytica extra intestinal lesionsppt on Entamoeba histolytica extra intestinal lesions
ppt on Entamoeba histolytica extra intestinal lesions
 
Jenis jenis penyakit infeksi
Jenis jenis penyakit infeksiJenis jenis penyakit infeksi
Jenis jenis penyakit infeksi
 
Tetanus paediatics
Tetanus paediaticsTetanus paediatics
Tetanus paediatics
 
Entamoeba histolytica
Entamoeba histolyticaEntamoeba histolytica
Entamoeba histolytica
 
Entamoeba histolytica
Entamoeba histolyticaEntamoeba histolytica
Entamoeba histolytica
 
Tetanus
TetanusTetanus
Tetanus
 
ppt on Entamoeba histolytica INTESTINAL LESIONS
ppt on Entamoeba histolytica INTESTINAL LESIONSppt on Entamoeba histolytica INTESTINAL LESIONS
ppt on Entamoeba histolytica INTESTINAL LESIONS
 
Entamoeba histolytica
Entamoeba histolyticaEntamoeba histolytica
Entamoeba histolytica
 
Entamoeba Hysolitica
Entamoeba HysoliticaEntamoeba Hysolitica
Entamoeba Hysolitica
 
Entamoeba histolytica
Entamoeba histolyticaEntamoeba histolytica
Entamoeba histolytica
 
Tetanus Presentation
Tetanus PresentationTetanus Presentation
Tetanus Presentation
 

Similar to Makalah salmonela

demam tifoid amee
demam tifoid ameedemam tifoid amee
demam tifoid amee
Amee Hidayat
 
Hasil laporan seven jump demam tifoid amee
Hasil laporan seven jump demam tifoid ameeHasil laporan seven jump demam tifoid amee
Hasil laporan seven jump demam tifoid ameeAmee Hidayat
 
Mikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologiMikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologi
Anjani Hidayah
 
194982607 demam-tifoid
194982607 demam-tifoid194982607 demam-tifoid
194982607 demam-tifoid
FELIXDEO
 
3b (1)
3b (1)3b (1)
REFERAT TORCH
REFERAT TORCHREFERAT TORCH
REFERAT TORCH
dr. Bobby Ahmad
 
Entamoeba histolytica
Entamoeba histolyticaEntamoeba histolytica
Entamoeba histolytica
AYUANISA10
 
Demam tifoid
Demam tifoidDemam tifoid
Demam tifoid
Yuli Yuliani
 
47701333 typus-abdominalis
47701333 typus-abdominalis47701333 typus-abdominalis
47701333 typus-abdominalisMo Nas
 
Asuhan keperawatan pada pasien dengan demam typoid.pptx
Asuhan keperawatan pada pasien dengan demam typoid.pptxAsuhan keperawatan pada pasien dengan demam typoid.pptx
Asuhan keperawatan pada pasien dengan demam typoid.pptx
dyahuntari1
 
Asuhan keperawatan pada pasien dengan demam typoid.pptx
Asuhan keperawatan pada pasien dengan demam typoid.pptxAsuhan keperawatan pada pasien dengan demam typoid.pptx
Asuhan keperawatan pada pasien dengan demam typoid.pptx
dyahuntari1
 
Leptospirosis pada anjing
Leptospirosis pada anjingLeptospirosis pada anjing
Leptospirosis pada anjing
ulfa ulfa
 
Protozoologi
ProtozoologiProtozoologi
Protozoologi
pjj_kemenkes
 
Protozoologi
ProtozoologiProtozoologi
Protozoologi
pjj_kemenkes
 
Toksoplasmosis
ToksoplasmosisToksoplasmosis
Toksoplasmosis
danivita
 
Disentri amoeba
Disentri amoebaDisentri amoeba
Disentri amoeba
Bellamustika1
 
Penjelasan ppt entamoeba histolytica lengkap
Penjelasan ppt entamoeba histolytica lengkapPenjelasan ppt entamoeba histolytica lengkap
Penjelasan ppt entamoeba histolytica lengkap
FaisalrmdhnprbdFaisa
 
Askep TB.docx
Askep TB.docxAskep TB.docx
Askep TB.docx
KPSRSUI
 

Similar to Makalah salmonela (20)

demam tifoid amee
demam tifoid ameedemam tifoid amee
demam tifoid amee
 
Hasil laporan seven jump demam tifoid amee
Hasil laporan seven jump demam tifoid ameeHasil laporan seven jump demam tifoid amee
Hasil laporan seven jump demam tifoid amee
 
Mikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologiMikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologi
 
194982607 demam-tifoid
194982607 demam-tifoid194982607 demam-tifoid
194982607 demam-tifoid
 
3b (1)
3b (1)3b (1)
3b (1)
 
REFERAT TORCH
REFERAT TORCHREFERAT TORCH
REFERAT TORCH
 
Indah
IndahIndah
Indah
 
Entamoeba histolytica
Entamoeba histolyticaEntamoeba histolytica
Entamoeba histolytica
 
Demam tifoid
Demam tifoidDemam tifoid
Demam tifoid
 
47701333 typus-abdominalis
47701333 typus-abdominalis47701333 typus-abdominalis
47701333 typus-abdominalis
 
Asuhan keperawatan pada pasien dengan demam typoid.pptx
Asuhan keperawatan pada pasien dengan demam typoid.pptxAsuhan keperawatan pada pasien dengan demam typoid.pptx
Asuhan keperawatan pada pasien dengan demam typoid.pptx
 
Asuhan keperawatan pada pasien dengan demam typoid.pptx
Asuhan keperawatan pada pasien dengan demam typoid.pptxAsuhan keperawatan pada pasien dengan demam typoid.pptx
Asuhan keperawatan pada pasien dengan demam typoid.pptx
 
Leptospirosis pada anjing
Leptospirosis pada anjingLeptospirosis pada anjing
Leptospirosis pada anjing
 
Protozoologi
ProtozoologiProtozoologi
Protozoologi
 
Protozoologi
ProtozoologiProtozoologi
Protozoologi
 
Toksoplasmosis
ToksoplasmosisToksoplasmosis
Toksoplasmosis
 
Disentri amoeba
Disentri amoebaDisentri amoeba
Disentri amoeba
 
TB.ppt
TB.pptTB.ppt
TB.ppt
 
Penjelasan ppt entamoeba histolytica lengkap
Penjelasan ppt entamoeba histolytica lengkapPenjelasan ppt entamoeba histolytica lengkap
Penjelasan ppt entamoeba histolytica lengkap
 
Askep TB.docx
Askep TB.docxAskep TB.docx
Askep TB.docx
 

More from Warnet Raha

Serune kale
Serune kaleSerune kale
Serune kale
Warnet Raha
 
Alat musik
Alat musikAlat musik
Alat musik
Warnet Raha
 
Septian
SeptianSeptian
Septian
Warnet Raha
 
Pengaruh organik terhadap tanah dan tanaman
Pengaruh organik terhadap tanah dan tanamanPengaruh organik terhadap tanah dan tanaman
Pengaruh organik terhadap tanah dan tanaman
Warnet Raha
 
Perihal
PerihalPerihal
Perihal
Warnet Raha
 
Warnet vast raha
Warnet vast rahaWarnet vast raha
Warnet vast raha
Warnet Raha
 
Surat tugas pls wakorsel
Surat tugas pls wakorselSurat tugas pls wakorsel
Surat tugas pls wakorsel
Warnet Raha
 
Silsilah keluarga
Silsilah keluargaSilsilah keluarga
Silsilah keluarga
Warnet Raha
 
Ipink
IpinkIpink
Silsilah keluarg1
Silsilah keluarg1Silsilah keluarg1
Silsilah keluarg1
Warnet Raha
 
Makalah haji dan umroh
Makalah haji dan umrohMakalah haji dan umroh
Makalah haji dan umroh
Warnet Raha
 
Motivasi dan kepuasan kerja
Motivasi dan kepuasan kerjaMotivasi dan kepuasan kerja
Motivasi dan kepuasan kerja
Warnet Raha
 
Salim 2
Salim 2Salim 2
Salim 2
Warnet Raha
 
Manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”Manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Warnet Raha
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
Warnet Raha
 
Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Warnet Raha
 
Pengaruh mediao sosial terhadap genesari muda
Pengaruh mediao sosial terhadap genesari mudaPengaruh mediao sosial terhadap genesari muda
Pengaruh mediao sosial terhadap genesari muda
Warnet Raha
 
Jurnal ella
Jurnal ellaJurnal ella
Jurnal ella
Warnet Raha
 
Penelitian
PenelitianPenelitian
Penelitian
Warnet Raha
 
Surat keterangan kematian 4
Surat keterangan kematian 4Surat keterangan kematian 4
Surat keterangan kematian 4
Warnet Raha
 

More from Warnet Raha (20)

Serune kale
Serune kaleSerune kale
Serune kale
 
Alat musik
Alat musikAlat musik
Alat musik
 
Septian
SeptianSeptian
Septian
 
Pengaruh organik terhadap tanah dan tanaman
Pengaruh organik terhadap tanah dan tanamanPengaruh organik terhadap tanah dan tanaman
Pengaruh organik terhadap tanah dan tanaman
 
Perihal
PerihalPerihal
Perihal
 
Warnet vast raha
Warnet vast rahaWarnet vast raha
Warnet vast raha
 
Surat tugas pls wakorsel
Surat tugas pls wakorselSurat tugas pls wakorsel
Surat tugas pls wakorsel
 
Silsilah keluarga
Silsilah keluargaSilsilah keluarga
Silsilah keluarga
 
Ipink
IpinkIpink
Ipink
 
Silsilah keluarg1
Silsilah keluarg1Silsilah keluarg1
Silsilah keluarg1
 
Makalah haji dan umroh
Makalah haji dan umrohMakalah haji dan umroh
Makalah haji dan umroh
 
Motivasi dan kepuasan kerja
Motivasi dan kepuasan kerjaMotivasi dan kepuasan kerja
Motivasi dan kepuasan kerja
 
Salim 2
Salim 2Salim 2
Salim 2
 
Manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”Manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
 
Pengaruh mediao sosial terhadap genesari muda
Pengaruh mediao sosial terhadap genesari mudaPengaruh mediao sosial terhadap genesari muda
Pengaruh mediao sosial terhadap genesari muda
 
Jurnal ella
Jurnal ellaJurnal ella
Jurnal ella
 
Penelitian
PenelitianPenelitian
Penelitian
 
Surat keterangan kematian 4
Surat keterangan kematian 4Surat keterangan kematian 4
Surat keterangan kematian 4
 

Recently uploaded

Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi KomunikasiKarakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
AdePutraTunggali
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
gloriosaesy
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
d2spdpnd9185
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
smp4prg
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
MuhammadBagusAprilia1
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
mohfedri24
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
SEMUELSAMBOKARAENG
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Rima98947
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Nur afiyah
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
jodikurniawan341
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Galang Adi Kuncoro
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
irawan1978
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
AdrianAgoes9
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 

Recently uploaded (20)

Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi KomunikasiKarakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 

Makalah salmonela

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salmonella typhi (S. typhi) disebut juga Salmonella enterica subsp. enterica serovar Typhi. S. typhi adalah strain bakteri yang menyebabkan terjadinya demam tipoid. Demam tipoid atau Typhus abdominalis adalah penyakit infeksi akut pada usus halus yang menunjukkan manifestasi klinis yang sama dengan enteritis akut, oleh karena itu penyakit ini disebut juga penyakit demam enterik. Penyakit ini merupakan penyakit endemis yang serta menjadi masalah kesehatan global termasuk di Indonesia dan Negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia dan Thailand. Angka kejadian termasuk tertinggi di dunia yaitu antara 358-810/100.000 penduduk setiap tahun. Penyakit ini mempunyai angka kematian yang cukup tinggi, yaitu 15% dari penderita (Punjabi, 2004). Demam tipoid dapat terjadi pada semua umur, terbanyak pada usia 3-19 tahun, sekitar 77% dengan puncak tertinggi pada usia 1015 tahun (Simanjuntak,1993). Selain itu S.typhi dapat menyebabkan gastroenteritis (keracunan makanan) dan septikemia. Penyakit ini dianggap serius karena dapat disertai berbagai penyakit, kejadian demam typoid telah diperburuk dengan terjadinya peningkatan resistensi bakteri terhadap banyak antibiotik, meningkatnya jumlah individu yang terinfeksi HIV serta meningkatnya mobilitas pekerja migran dari daerah dengan insiden yang tinggi ( Thong, et al.,2000). Bakteri ini masuk melalui mulut bersama makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh bakteri tersebut dan hanyut ke saluran pencernakan, apabila bakteri berhasil mencapai usus halus dan masuk ke dalam tubuh mengakibatkan terjadinya demam tipoid. S. typhi adalah strain bakteri anggota familia Enterobacteriaceae. Menurut Kauffman-White Scheme bahwa S. typhi dapat dikelompokkan ke dalam serovar berdasarkan perbedaan formula antigen, yaitu berdasarkan antigen O(somatik), antigen Vi (kapsul) dan antigen H (flagel). Sedangkan spesifikasi formula antigen O dideterminasi dari komposisi dan struktur polisakariada selain itu formula antigen O dapat mengalami perubahan karena terjadinya lysogenik oleh phaga. Subdivisi serovar S. typhi dapat dilakukan berdasarkan biovar yaitu berdasarkan kemampuan untuk memfermentasikan xylosa, sehingga dapat dijumpai S.typhi xylosa positip dan S.typhi xylosa negatip, hal ini dapat digunakan sebagai marker epidemiologi (Holt, et al., 1994; Brenner. Et al., 1984). Selain itu subdivisi dari serovar dapat didasarkan pada resistensi terhadap antibiotik. BAB II PEMBAHASAN Morfolgi dan fisiologi a Mikroskopis dan makroskopis S. typhi adalah bakteri yang selnya berbentuk batang berukuran 0,7-l,5µm, bersifat Gram- negatip sehingga mempunyai komponen outer layer (lapisan luar) yang tersusun dari LPS MAKALAH SALMONELLA TYPHI Page 1
  • 2. (lipopolisakariada) dan dapat berfungsi sebagai endotoksin, bergerak dengan flagel peritrik, tidak membentuk spora. Pada media MacConkey koloni transparan karena bakteri tidak memfermentasikan laktosa, dengan diameter koloni 2-4 mm. Media MacConkey adalah media yang mengandung garam empedu dan kristal violet yang fiingsinya dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram-positip. Selain itu media tersebut mengandung laktosa dan indikator neutral red yang dapat untuk menunjukkan terjadinya perubahan pH pada media sehingga dapat untuk membedakan antara bakteri yang memfermentasikan laktosa secara cepat, lambat atau tidak memfermentasikan laktosa. (Koneman, et all. 1992; Holt et al., 1994; Talaro et al.t 2002). Sealain itu bakteri S. typhi juga memiliki pilli atau fimbriae yang berfungsi untuk adesi pada sel host yang terinfeksi. Pilli merupakan bentukan batang lurus dengan ukuran lebih pendek dan lebih kaku bila dibandingkan dengan flagella. Pilli tersusun atas unit protein yang disebut pillin, mempunyai struktur yang berbentuk pipa, mempunyai peran dalam proses konjugasi, sebagai reseptor bagi bakteriofag dan berperan pula dalam proses perlekatan (adesi) antara bakteri dengan permukaan sel inang. Oleh karena itu pilli mempunyai peran dalam proses patogenesis bakteri, selain itu pilli mampu menginduksi terbentuknya respon imun pada hewan yang terinfeksi. Suatu bakteri dapat memiliki beberapa tipe pilli yang berbeda dalam panjang dan tebalnya, spesifisitas reseptornya. Banyak spesies bakteri dari familia Enterobacteriaceae (Enterobacter,Proteus, Providencia, morganella, Yersinea, Serratia) mempunyai pilli tipe 1 dan 3. pilli tipe 1 diklasiflkasikan sebagai mannose-sensitive hemaglutinin (MSHA), yang mengadakan perlekatan pada sel yang mempunyai reseptor mannose-glycoprotein dan pilli tipe 3 sebagai pilli mannose-resisten hemaglutinin atau MRHA (Hornick, et all, 1992). Ket.gambar 3. Kanan→Kiri : Na : Tumbuh, Gula-gula: + (-g), -, +, +, -, SIM : H2S (+), Indol (-), Motilitas (+), TSIA: Lereng/ Dasar (M/K), Gas (-), H2S (+), SC : (-) a. Klasifikasi Domain: Bacteria; Phylum: Proteobacteria; Class: Gammaproteobacteria; Order: Enterobacteriales; Family: Enterobacteriaceae; Genus: Salmonella MAKALAH SALMONELLA TYPHI Page 2 Gamabar1dan 2. S.typhi Gamabar3. Uji biokimia S. typhi
  • 3. Species: Salmonella enterica subsp. enterica serovar Typhi sumber: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/taxonomy/?term=salmonella+typhi b Sifat fisiologis S. typhi S. typhi adalah bakteri yang berdasarkan kebutuhan oksigen bersifat fakultatif anaerob, membutuhkan suhu optimal 37°C untuk pertumbuhannya, memfermentasikan D-glukosa menghasilkan asam tetapi tidak membentuk gas, oksidase negatip, katalase positip, tidak memproduksi indol karena tidak menghasilkan enzim tryptophanase yang dapat memecah tryptophan menjadi indol, methyl red (MR) positip menunjukkan bahwa fermentasi glukosa menghasilkan sejumlah asam yang terakumulasi di dalam medium sehingga menyebabkan pH medium menjadi asam (pH=4,2), dengan penambahan indikator metyl red maka warna medium menjadi merah. Voges-Proskauer(VP) negatip, citrat negatip, menghasilkan H2S yang dapat ditunjukkan pada media TSIA (Triple Sugar Iron Agar). Bakteri menghasilkan H2S yang merupakan produk hasil reduksi dari asam amino yang mengandung sulfur, H2S yang dihasilkan akan bereaksi dengan garam Fe dalam media yang kemudian menjadi senyawa FeS berwarna hitam yang mengendap dalam media. Urease negatip, nitrat direduksi menjadi nitrit, lysin dan ornithin dekarboksilase positip, laktosa, sukrosa, salisin dan inositol tidak difermentasi. Uji ONPG negatip karena tidak menghasikan enzim betha galaktosidase sehingga bakteri tidak dapat memfermentasikan laktosa, oleh karena itu strain bakteri S. typhi termasuk anggota familia enterobacteriaceae yang bersifat tidak memfermentasikan laktosa (non lactosa fermenter ), lipase dan deoksiribonuklease tidak diproduksi ( Brenner, et al. 1984; Koneman, et al. 1992; Talaro et al., 2002). c. Patogenitas S. typhi Demam typoid adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh bakteri S. typhi. Penyakit ini khusus menyerang manusia, bakteri ini ditularkan melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh kotoran atau tinja dari seseorang pengidap atau penderita demam typo id. Bakteri S. typhi masuk melalui mulut dan hanyut ke saluran pencernaan. Apabila bakteri masuk ke dalam tubuh manusia, tubuh akan berusaha untuk mengeliminasinya. Tetapi bila bakteri dapat bertahan dan jumlah yang masuk cukup banyak, maka bakteri akan berhasil mencapai usus halus dan berusaha masuk ke dalam tubuh yang akhirnya dapat merangsang sel darah putih untuk menghasilkan interleukin dan merangsang terjadinya gejala demam, perasaan lemah, sakit kepala, nafsu makan berkurang, sakit perut, gangguan buang air besar serta gejala lainnya (Darmawati, 2009). MAKALAH SALMONELLA TYPHI Page 3
  • 4. Gambar 3. Mekanisme S. typhi mnyerang tubuh manusia. Penularan S. thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan / kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses. S. typhi masuk ketubuh manusia melalui mulut dengan makanan dan air yang tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung. Sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid plaque Peyeri di ileum terminalis yang mengalami hipertropi. Ditempat ini komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal dapat terjadi. Setelah menyebabkan peradangan dan nekrose setempat, S. typhi kemudian menembus ke lamina propina, masuk aliran limfe dan mencapai kelenjar limfe messenterial yang juga mengalami hipertropi. Setelah melewati kelenjar-kelenjar limfe ini S. typhi masuk kealiran darah melalui duktus thoracicus. S. typhi lain mencapai hati melalui sirkulasi portal. Dari usus. S. typhi bersarang di plaque Peyeri, limpa, hati dan bagian-bagian lain system retikuloendotial. Ditempat ini kuman difagosit oleh sel sel fagosit RES dan kuman yang tidak difagosit akan berkembang biak. Pada akhir masa inkubasi Demam tifoid (5-9 hari) kuman kembali masuk ke darah kemudian menyebar ke seluruh tubuh dan sebagian S. typhi masuk ke organ tubuh terutama limpa, kandung empedu yang selanjutnya kuman tersebut kembali dikeluarkan dari kandung empedu ke rongga usus dan menyebabkan reinfeksi usus (Darmawati, 2009). Semula disangka demam dan gejala-gejala toksemia pada demam tifoid disebabkan oleh endotoksemia. Tapi kemudian berdasarkan penelitian-eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam dan gejala-gejala toksemia pada demam tifoid. Endotoksin S. typhi berperan pada patogenesis demam tifoid, karena membantu terjadinya proses inflamasi lokal pada jaringan setempat S. typhi berkembang biak. Demam pada tifoid disebabkan karena S. typhi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang. Setelah melalui asam lambung, Salmonella typhosa menembus ileum ditangkap oleh sel mononuklear, disusul bakteriemi I. Setelah berkembang biak di RES, terjadilah bakteriemi II. Interaksi Salmonella dengan makrofag memunculkan mediator-mediator. Lokal (patch of payer) terjadi hiperplasi, nekrosis dan ulkus. Sistemik timbul gejala panas, instabilitas vaskuler, inisiasi sistem beku darah, depresi sumsum tulang . Imunulogi. Humoral lokal, di usus diproduksi IgA sekretorik yang berfungsi mencegah MAKALAH SALMONELLA TYPHI Page 4
  • 5. melekatnya salmonella pada mukosa usus. Humoral sistemik, diproduksi IgM dan IgG untuk memudahkan fagositosis Salmonella oleh makrofag. Seluler berfungsi untuk membunuh Salmonalla intraseluler. Gejala klinik penyakit ini adalah demam tinggi pada minggu ke 2 dan ke 3, biasanya dalam 4 minggu gejala tersebut telah hilang, meskipun kadang-kadanjg bertambah lebih lama. Gejala yang lain yang sering ditemukan adalah anoreksia, malaise, nyeri otot, sakit kepala, batuk, bradikardia (slow heart rate) dan konstipasi. Selain itu dapat dijumpai adanya pembesaran hati dan limpa, bintik rose sekitar umbilicus yang kemudian diikuti terjadinya ulserasi pada Peyer patches pada daerah ilium, yang kemudian diikuti terjadinya perdarahan kerena terjadi perforasi. Masa inkubasi demam tipoid umumnya 1-3 minggu, tetapi bisa lebih singkat yaitu 3 hari atau lebih lama sampai dengan 3 bulan, waktu inkubasi sangat tergantung pada kuantitas bakteri dan host factor serta karakteristik strain bakteri yang menginfeksi. (Maier, et al., 2000; Anonimous, 2001). Dosis infektif rata-rata bagi manusia cukup 106 organisme untuk menimbulkan infeksi klinik atau sub klinik. Pada manusia S. typhi dapat menimbulkan demam enterik, bakterimia dengan lesi lokal dan enterokolitis. Untuk diagnosis laboratorium antara lain dengan cara bakteriologik, serologi dan molekuler. Menurut Hatta et al. (2007) polymerase chain reaction (PCR) menggunakan satu pasang primer gen flagelin dapat digunakan untuk identifikasi keberadaan S. typhi di dalam darah, urin dan feses, adapun sampel untuk identifikasi bakteri dapat berupa darah, urin, feses, sumsum tulang belakang. Menurut Talaro et al. (2002) bahwa untuk identifikasi strain bakteri anggota familia Enterobacteriaceae dapat dilakukan serangkaian uji biokimia IMViC (indol, metyl red, Voges Proskauer, citrat). Gambar 6. Penderita demam tifoid d. Struktur antigen S.typhi S. typhi adalah bakteri enterik yang bersifat gram negatip, mempunyai antigen permukaan yang cukup komplek dan mempunyai peran penting dalam proses patogenitas, selain itu juga berperan dalam proses terjadinya respon imun pada individu yang terinfeksi. Antigen permukaan tersebut terdiri dari antigen flagel (antigen H), antigen somatik (antigen O) dan antigen kapsul atau antigen K (antigen Vi). Antigen O disebut juga sebagai antigen dinding sel karena antigen tersebut adalah bagian outer layer dari dinding sel bakteri gram negatip. Antigen O tersusun dari LPS (Lipo Polisakarida) yang berfungsi pula sebagai endotoksin, resisten terhadap pemanasan 100°C, alcohol dan asam, reaksi aglutinasinya berbentuk butir- butir pasir (Joklik et al, 1990). Antigen H atau antigen flagel, antigen ini terdiri dari suatu protein yang dikode oleh gen fig yang berada pada lokus fliC. Antigen H bersifat termolabil dan dapat rusak oleh alkohol, pemanasan pada suhu di atas 60°C dan asam, dimana pada reaksi aglutinasinya berbentuk butir-butir pasir yang hilang bila dikocok. Antigen H terdiri dari 2 fase yaitu antigen H fase 1 (HI) dan antigen H fase 2 (H2) sehingga dapat dijumpai S.typhi serovar HI dan S.typhi serovar H 2. Sedangkan antigen HI terdiri dari Hl-d dan Hl-j sehingga dapat dijumpai pula S.typhi serovar Hl-d yang tersebar luas di seluruh dunia dan S.typhi serovar H-j yang hanya dijumpai di Indonesia. MAKALAH SALMONELLA TYPHI Page 5
  • 6. Strain bakteri S.typhi serovar H-j bersifat kurang motil pada media semi solid agar dan kurang invasive apabila dibandingkan dengan S.typhi serovar H-d (Grossman, et al. 1995). Antigen Vi atau antigen kapsul, yaitu antigen yang terdiri dari polimer polisakarida dan bersifat asam. Antigen Vi yang dimiliki oleh bakteri berfungsi sebagai antiopsonik dan antipagositik, ekspresi antigen tersebut dikode oleh gen tviA yang berada di dalam lokus via B, tidak semua strain S.typhi mengekspresikan antigen Vi (Wain et al.,2005). Antigen ini mudah rusak oleh pemanasan selama 1 jam pada suhu 60°C, selain itu pada penambahan fenol dan asam., dimana pada reaksi aglutinasinya berbentuk seperti awan. Untuk pencegahan terjadinya infeksi oleh S. typhi dengan mencegah terjadinya kontaminasi makanan dan air oleh binatang pengerat atau binatang lain, selain itu pencegahan yang paling efektif dengan mencegah terjadinya awal infeksi yaitu dengan vaksinasi. Epidemiologi dan Kepekaan S. typhi terhadap Antibiotik strongly endemic endemic sporadic cases S.typhi tersebar luas di dunia, kasus yang ditimbulkan dapat terjadi secara sporadis pada daerah-daerah tertentu namun kebanyakan kasus dapat menggambarkan asal bakteri dari daerah endemik misalnya strain bakteri yang resisten terhadap banyak obat (MDR) tampak di beberapa area di dunia (Anonimous, 2001). Selain itu asal strain bakteri S. typhi yang menyebabkan kasus demam typhoid di suatu daerah tertentu dan pada waktu tertentu pula dapat digambarkan dengan ribotyping dan phage typing. Strain bakteri S. typhi yang diisolasi dari daerah yang mengalami kasus demam typhoid secara sporadis dan yang diisolasi dari daerah endemis menunjukkan perbedaan jumlah rybotype dan phage type nya. Hal ini menunjukkan adanya keanekaragaman genetik pada strain bakteri S. typhi (Esteban, et al., 1993; Ng, et al., 1999; Thong, et al, 2000; Martins, et al, 2006). S. typhi rentan terhadap chloramphenicol, ampicilin, amoxillin, TMP-SMX, trimethoprim- sulfamethoxazole, bahkan jumlah strain yang resisten terhadap banyak antibiotik atau MDR (multi-drug resistant) meningkat (Anonimous, .2001; Thong, et al, 2000). Resistensi strain bakteri terhadap antibiotik terjadi karena adanya suatu gen yang terdapat di dalam plasmid, selain itu plasmid juga mengandung gen yang mengkode enterotoksin, kapsul, hemolisin dan fimbriae. Plasmid adalah DNA ekstra kromosom yang berbentuk sirkuler yang dapat berpindah dari satu sel bakteri ke sel bakteri yang lain melalui MAKALAH SALMONELLA TYPHI Page 6
  • 7. pilli (fimbriae) yang disebut konjugasi (Talaro et al, 2002). Sehingga plasmid dari strain bakteri yang diisolasi dari daerah yang sama dan dilakukan pada waktu yang sama pula menunjukkan profil plasmid yang homogen, analisis profil menggunakan pulsed-field gel electrophoresis atau PFGE (Thong, et al, 2000). Pencegahan Demam Tifoid Pencegahan demam tifoid diupayakan melalui berbagai cara: umum dan khusus atau imunisasi. Termasuk cara umum antara lain adalah peningkatan higiene dan sanitasi karena perbaikan higiene dan sanitasi saja dapat menurunkan insidensi demam tifoid. (Penyediaan air bersih, pembuangan dan pengelolaan sampah). Menjaga kebersihan pribadi dan menjaga apa yang masuk mulut (diminum atau dimakan) tidak tercemar Salmonella typhi. Pemutusan rantai transmisi juga penting yaitu pengawasan terhadap penjual (keliling) minuman atau makanan. Pada saat ini telah ada di pasaran berbagai vaksin untuk pencegahan demam tifoid. Vaksin chotypa dari kuman dimatikan (whole cell) tidak digunakan lagi karena efek samping yang terlalu berat dan daya lindungnya pendek. Dua vaksin yang aman dan efektif telah mendapat lisensi dan sudah ada di pasaran. Satu vaksin berdasar subunit antigen tertentu dan yang lain berdasar bakteri (whole cell) hidup dilemahkan. Vaksin pertama, mengandung Vi polisakarida, diberikan cukup sekali, subcutan atau intramuskular. Diberikan mulai usia > 2 tahun. Re-imunisasi tiap 3 tahun. Kadar protektif bila mempunyai antibodi anti-Vi 1 µg/ml. Vaksin Ty21a hidup dilemahkan diberikan secara oral, bentuk kapsul enterocoated atau sirup. Diberikan 3 dosis, selang sehari pada perut kosong. Untuk anak usia ≥ 5 tahun. Reimunisasi tiap tahun. Tidak boleh diberi antibiotik selama kurun waktu 1 minggu sebelum sampai 1 minggu sesudah imunisasi. Penderita dinyatakan sembuh Gejala, tanda sudah hilang dan tidak ada komplikasi. MAKALAH SALMONELLA TYPHI Page 7
  • 8. DAFTAR PUSTAKA Anonimous. 2001. Salmonella typhi - Material Safety Data Sheet-Infectious Substances. Public health Agency of Canada. Brenner, D.J., Krieg, N.R., Staley, J.T. 1984. Bergey's Manual_Of Systematic Bacteriology. Second edition. Baltomor London. 416-429. Darmawati, S. Dan Haribi, R, 2005. Analisis Profil Protein Pilli Salmonella typhi Isolat Rumah Sakit Kariadi Semarang. Jurnal Litbang Universitas Muhammadiyah Semarang. Vol 3(2). Darmawati, S. 2009. Keanekaragaman Genetik Salmonella typhi. Jurnal Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang. Vol 2(1). Eri, DM., 2006. Efek Anti Bakteri RIP dari Biji Momordica charantia Terhadap Salmonella typhi dan Eschericia coli . Tesis. Program Studi Kedokteran Tropis. Program Pasca Sarjana. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. . Esteban, E., Snipes, K., Hird, D., Kasten, R., Kinde, H. 1993. Use of, Ribotyping for Characterzation of Salmonella Serotypes. Journal of Clinical Microbiology. Feb.1993. American Society for Microbiology. Grossman, D A (DA); Witham, N D (ND); Burr, D H (DH); Lesmana, M (M); Rubin, F A (FA); Schoolnik, G K (GK); Parsonnet, J (J). 1995. Flagellar serotypes of Salmonella typhi in Indonesia: relationships among motility, invasiveness, and clinical illness. The Journal of infectious diseases (J Infect Dis). United States. (171):212-216 Hatta, M., Smits, Henk, L. 2007. Detection of Salmonella typhi by nested polymerase chain reaction in blood, urine, and stool samples. The American journal of tropical medicine and hygiene (Am J Trop Med Hyg), published in United States. Holt, J.G., Noel, R.K., Peter, H.A., James, T.S., Stanley, T.W. 1994. Bergey's manual of Determinative Bacteriology. Ninth edition. Williams and Wilkins. Ballimore, Maryland USA. 186,242 Koneman, E.W., Allen, S.D., Janda, W.M., Schreckenberger, P.C., Win, Jr. 1992. Color Atlas and Texbook Of Diagnostic Microbiology. Fourth edition. J.B.Lippincott Company. Philadelphia. MAKALAH SALMONELLA TYPHI Page 8