Pengantar kuliah mikrobiologi-parasitologi untuk mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Semester 2 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
1. TREMATODA DARAH
Oleh
Meri Yosa Eka Putri (10010195)
Muthi Indriani (10010196)
Hernayati (10010210)
Enjang Apriliani (10010211)
Rika Tirta Masni (10010218)
Biologi 10/sesi C
Kelompok IX
STKIP PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2012
2. Tujuan Pembelajaran
Menjelaskan macam-macam trematoda
darah.
Menjelaskan habitat, distribusi, morfologi,
siklus hidup, patologi dan gejala klinis,
serta pencegahan pada Schistosoma
mansoni, Schistosoma japonicum, dan
Schistosoma haemotobium.
4. Schistosoma Secara Umum
A. Hospes dan nama penyakit
hospes definitif: manusia.
hospes reservoar: berbagai
binatang.
menyebabkan penyakit
skistosomiasis atau bilharziasis.
5. B.Morfologi dan daur hidup
Cacing dewasa jantan
Berwarna kelabu atau putih kehitam-
hitaman.
Berukuran 9,5 – 19,5 mm x 0,9 mm.
Badan gemuk bundar dan pada kutikulum
terdapat tonjolan halus sampai kasar.
Di bagian ventral badan terdapat canalis
gynaecophorus, tempat cacing betina.
6. Cacing dewasa betina
Badan lebih halus dan panjang.
Berukuran 16 – 26 mm x 0,3 mm.
Uterus berisi 50 – 300 butir telur.
Cacing ini hidup di pembuluh darah terutama
dalam kapiler darah dan vena kecil dekat
permukaan selaput lendir usus atau kandung
kemih.
Cacing betina meletakkan telur di pembuluh
darah.
Telur mempunyai duri.
7. Daur Hidup
Telur di pembuluh darah telur menembus pembuluh
darah jaringan lumen usus/ kandung
kemih Tinja/ Urin telur menetas dalam air
mirasidium keong air (satu-satunya hospes
perantara) sporokista I sporokista II serkaria
(bentuk infektif) menembus kulit (saat manusia masuk
kedalam air) kapiler darah jantung kanan
paru-paru jantung kiri sistem peredaran darah
besar dewasa di hati vena usus/
vkandung kemih kopulasi bertelur.
8. C. Patologi dan gejala klinis
Perubahan–perubahan yang terjadi di sebabkan oleh 3
stadium cacing yaitu: telur, serkaria, dan cacing dewasa.
1. Masa tunas biologik
Merupakan waktu antara serkaria menembus kulit sampai
dewasa.
Kulit terasa gatal dan panas.
Sering batuk kadang-kadang disertai dahak bercampur
sedikit darah.
Dapat menimbulkan asma.
Berat gejala tergantung dari banyaknya serkaria yang
masuk.
Gejala lain: lemah, tidak nafsu makan, mual, muntah, sakit
kepala, diare, hati dan limfa membesar.
9. 2. Stadium Akut
Di mulai sejak cacing betina bertelur.
Gejala yang di timbulkan tergantung jumlah telur yang
di keluarkan.
Gejala: demam, berat badan menurun, diare, sindrom
disentri.
3. Stadium Menahan
Terjadi penyembuhan jaringan dengan pembentukan
jaringan ikat.
Sirosis yaitu pengecilan hepar yang semula membesar.
Gejala yang timbul: splenomegali, edema pada tungkai
bawah dan alat kelamin.
10. Skistomiasis merupakan masalah kesehatan
masyarakat di berbagai negara.
Di Indonesia hanya skistomiasis japonica yang
ditemukan endemik di sulawesi tengah.
Penyakit ini berhubungan erat dengan pertanian
yang mendapat air dari irigasi.
Fokus keong sebagai hospes perantara yang
biasanya di temukan di daerah pertanian.
Infeksi biasanya berlangsung pada waktu orang
bekerja disawah.
Pencegahan: memakai pelindung kulit saat
berada dalam air terutama sawah.
11. Schistosoma japonicum
Hospes: manusia, anjing, kucing, rusa, tikus
sawah, sapi dan lain-lain.
Parasit ini menyebabkan penyakit demam
keong.
Distribusi: RRC, Jeoang, Filipina, Taiwan,
Malaysia, dan Indonesia (Sulawesi Tengah:
daerah danau Lindu dan lembah Napu).
12. A. Morfologi dan Daur Hidup
Cacing dewasa jantan berukuran ± 1,5 cm.
Cacing betina dewasa berukuran ± 1,9 cm.
Hidup di vena mesentrika superior.
Telur ditemukan di dinding usus halus dan alat-alat
dalam seperti hati, paru dan otot.
B. Patologi dan Gejala Klinis
Pada stadium I: gatal-gatal, demam, hepatomegali, dan
eosinofilia tinggi.
Pada stadium II: sindrom disentri.
Pada stadium III: sirosis hati, penderita menjadi lemah
(emasiasi).
15. Schistosoma mansoni
Hospes definitif: manusia
Hospes reservoar: kera
Cacing ini menyebabkan penyakit
skistosomiasis usus.
Distribusi: Afrika, berbagai negara Arab,
Amerika Selatan, dan Tengah.
16. A. Morfologi Dan Daur Hidup
Cacing dewasa jantan berukuran ± 1 cm.
Cacing dewasa betina berukuran ± 1,4 cm.
Pada badan cacing jantan terdapat tonjolan
yang kasar.
Pada badan cacing betina terdapat tonjolan
yang lebih halus.
Cacing dewasa hidup di vena, colon dan rektum.
Telur tersebar ke alat-alat lain seperti hati, paru,
dan otak.
19. B. Patologi dan Gejala Klinis
Kelainan dan gejala yang di timbulkan kira-
kira sama seperti Schistosoma japonicum,
akan tetapi lebih ringan.
20. Schistosoma haemotobium.
Hospes definitif: manusia.
Hospes reservoar: kera.
Menyebabkan penyakit skistosomiasis
kandung kemih.
Distribusi: Afrika, Spanyol, Timur Tengah,
dan tidak di temukan di Indonesia.
21. A. Morfologi dan Daur Hidup
Cacing dewasa jantan berukuran ± 1,3 cm.
Cacing dewasa betina berukuran ± 2 cm.
Hidup di vena panggul kecil, terutama di vena kandung
kemih.
Telur di temukan di urin dan alat-alat dalam lainnya, juga
di alat kelamin dan rektum.
B. Patologi dan Gejala Klinis
Kelainan terutama ditemukan pada kandung kemih.
Gejala yang ditemukan adalah hematoria dan disuria.
Ditemukan sindrom disentri bila terjadi kelainan di
rektum.