SlideShare a Scribd company logo
II-1
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Sejarah Six Sigma
Pada tahun 1988 Bob Galvin menerima penghargaan Malcolm
Baldridge National Quality Award untuk motorola, yang secara singkat diberi
nama Six Sigma (enam sigma). Six Sigma, sebagaimana diterapkan dan
dikembangkan oleh Motorola, adalah suatu perpanjangan drastis dari gagasan
lama mengenai pengendalian statistik dari proses produksi sebagaimana halnya
untuk mengkualifikasi sebagai suatu subjek yang sepenuhnya berbeda.
2.1.1 Definisi Six Sigma
Pada dasarnya Six Sigma bisa berbeda-beda dalam masing-masing
perusahaan dan masing-masing buku refrensi metode Six Sigma yang telah
diterbitkan. Namun ada elemen dasar yang sama diantara semua perusahaan
dan buku Six Sigma. Program ini berpusat pada metodologi pemecahan
masalah yaitu DMAIC.
Beberapa definisi dari Six Sigma adalah sebagai berikut :
 Six Sigma diartikan sebagai metode berteknologi canggih yang
digunakan oleh para insinyur dan statistikiawan dalam memperbaiki
/ mengembangkan proses atau produk.
(Miranda dkk, hal 10, 2006)
 Six Sigma adalah suatu visi peningkatan kualitas menuju target 3,4
kegagalan dalam persejuta kesempatan (DPMO) untuk setiap
transaksi produk (barang dan jasa), upaya giat menuju kesempurnaan
(zero-deffect-kegagalan nol).
(Gasperz, hal 5, 2002)
II-2
 Six Sigma adalah suatu cara untuk mengelola perusahaan.
(pyzdek, hal 105, 2002)
2.1.2 Tujuan Six Sigma
Tujuan Six Sigma adalah membantu orang dan proses guna memiliki
aspirasi yang tinggi untuk mengirimkan produk dan layanan bebas cacat. Istilah
zero defect tidak berlaku disini. Six Sigma menyadari bahwa selalu ada potensi
terjadinya cacat, bahkan dalam proses yang berjalan dengan baik ataupun
dalam produk yang dibuat dengan baik.
Fokus Six Sigma adalah mengedepankan pelanggan yang
menggunakan data untuk mendapatkan fakta dan data untuk mendapatkan
solusi-solusi yang lebih baik. Tiga bidang utama yang menjadi target Six Sigma
yaitu :
1. Meningkatkan kepuasan pelanggan
2. Mengurangi waktu siklus
3. Mengurangi cacat (defect)
2.1.3 Keuntungan Six Sigma
Keuntungan dalam Six Sigma ini berbeda untuk setiap perusahaan
yang bersangkutan, tergantung pada usaha yang dijalankannya, biasanya ada
perbaikan dalam hal-hal berikut ini :
1. Pengurangan biaya
2. Perbaikan produktivitas
3. Pertumbuhan pangsa pasar
4. Pengurangan waktu siklus
5. Pengurangan produk cacat (defect)
II-3
2.2 Konsep Dasar Six Sigma
Pada dasarnya pelanggan akan puas apabila mereka menerima nilai
yang mereka harapkan. Apabila produk (barang dan / atau jasa) diproses
pada tingkat kinerja kualitas Six Sigma, perusahaan boleh mengharapkan
3,4 kegagalan per sejuta kesempatan (DPMO) atau bahwa 99,99966
persen dari apa yang diharapkan pelanggan akan ada dalam produk
(barang dan / atau jasa) itu. Dengan demikian, Six Sigma dapat dijadikan
ukuran target kinerja proses industri tentang bagaimana baiknya suatu
proses transaksi produk antara pemasok (industri) dan pelanggan (pasar).
Semakin tinggi target Sigma yang dicapai, semakin baik kinerja proses
industri. Sehingga 6 sigma secara otomatis lebih baik daripada 4 Sigma,
dan 3 Sigma. Six Sigma juga dapat dianggap sebagai strategi terobosan
yang memungkinkan perusahaan melakukan peningkatan luar biasa (dramatic)
di tingkat bawah dan sebagai pengendalian proses industri yang berfokus
pada pelanggan dengan memperlihatkan kemampuan proses.
(Gaspersz, 2007, p37)
Six Sigma Motorola merupakan suatu metode atau teknik
pengendalian dan peningkatan kualitas dramatic yang diterapkan oleh
perusahaan Motorola sejak tahun 1986, yang merupakan terobosan baru
dalam bidang manajemen kualitas. Banyak ahli manajemen kualitas
menyatakan bahwa metode Six Sigma Motorola dikembangkan dan
diterima secara luas oleh dunia industri, karena manajemen industri
frustasi terhadap sistem-sistem manajemen kualitas yang ada, yang tidak
mampu melakukan peningkatan kualitas secara dramatik menuju tingkat
kegagalan nol (zero defect). Banyak sistem manajemen kualitas, seperti
Malcolm Baldrige Quality Award (MBNQA), ISO 9000, dan lain-lain, hanya
menekankan pada upaya peningkatan terus-menerus berdasarkan kesadaran
mandiri manajemen, tanpa memberikan solusi yang ampuh bagaimana
II-4
terobosan-terobosan harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas secara
dramatik menuju tingkat kegagalan nol.
Prinsip-prinsip pengendalian dan peningkatan kualitas Six Sigma
Motorola mampu menjawab tantangan ini, dan terbukti perusahaan
Motorola selama kurang lebih 10 tahun setelah implementasi konsep Six
Sigma telah mampu mencapai tingkat kualitas 3,4 DPMO (defects per million
opportunities) kegagalan per sejuta kesempatan.
(Gaspersz, 2007, p37-38)
Beberapa keberhasilan Motorola yang patut dicatat dari aplikasi
program Six Sigma, adalah sebagai berikut:
• Peningkatan produktivitas rata-rata : 12,3% per tahun.
• Penurunan COPQ (cost of poor quality) lebih daripada 84%.
• Eliminasi kegagalan dalam proses sekitar 99,7%.
• Penghematan biaya manufakturing lebih daripada $11 milyar.
• Peningkatan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata: 17% dalam
penerimaan, keuntungan, dan harga saham Motorola.
(Gaspersz, 2007, p38)
2.2.1 Peningkatan Kapabilitas Proses Menuju Target Six Sigma
Setelah kita mengetahui posisi kinerja bisnis dan industri pada
saat sekarang (baseline measurement), misalnya pada kapabilitas 3 Sigma
yang menghasilkan kesalahan atau kegagalan sebesar 66.807 DPMO (defects
per million opportunities), kita harus melakukan berbagai upaya peningkatan
(improvement) menuju target 6 sigma (Six Sigma) yang hanya akan
menghasilkan 3,4 DPM atau 3,4 DPMO.
II-5
Peningkatan dari kapabilitas proses 3 sigma menjadi 4 sigma
membutuhkan sekitar 10 kali improvement, peningkatan dari kapabilitas
proses 4 sigma menjadi 5 sigma membutuhkan sekitar 30 kali
improvement, sedangkan peningkatan dari kapabilitas 5 sigma menjadi 6
sigma membutuhkan sekitar 70 kali improvement. Dengan demikian apabila
kita menganggap bahwa kinerja bisnis dan industri di Indonesia sekarang
masih berada pada tingkat kapabilitas 3 sigma, maka dibutuhkan sekitar
21.000 (= 10 x 30 x 70) kali peningkatan untuk mencapai target Six Sigma.
Hal ini berarti semakin tinggi kapabilitas sigma, semakin tinggi pula
upaya peningkatannya agar mencapai keunggulan dan kesempurnaan.
Upaya peningkatan dari 5 sigma menjadi 6 sigma akan lebih tinggi
daripada upaya peningkatan 4 sigma menjadi 5 sigma, juga lebih tinggi
daripada upaya peningkatan dari 3 sigma menjadi 4 sigma.
(Gaspersz, 2007, p49)
2.2.2 Apresiasi Level pada Six Sigma
Model statistika dalam fungsi-fungsi pengembangan dan
peningkatan Six Sigma disebut dengan “Six Sigma Improvement Initiative”.
Tujuan model statistik adalah untuk menggambarkan unit-unit „sigma’
sehubungan dengan pengukuran suatu kinerja proses. Misalnya, jika kinerja
proses bisnis berada di level 5 (lima) sigma, berarti tingkat kinerja proses
bisnis tersebut sebesar 99.9767%. Hal itu berarti, dalam setiap satu juta
aktivitas proses hanya akan terjadi 233 kali kegagalan proses, dan kinerja
prosesnya berada di bawah satu tingkat dibandingkan dengan kinerja
terbaik (sigma level enam).
II-6
Tabel 2.1. Hubungan antara Nilai Sigma dan Tingkat Kegagalan
Per Juta Peluang dan Ekuivalen Yield
Six Sigma
Harga / nilai sigma
Kegagalan per juta
peluang / kesempatan
Yield (%)
1 691.462 30,85
2 308.538 69,146
3 66.807 93,379
4 6.210 99,379
5 233 99,9767
6 3,4 99,99966
Sumber: Hidayat, 2007, p63
2.2.3 Six Sigma Process Improvement
Dalam program / proyek pengembangan dan peningkatan Six
Sigma, tim kerja yang ditunjuk akan menyeleksi berbagai strategi peningkatan
proses Six Sigma yang bersifat regular. Kemudian lima tahapan proses
diterapkan dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan proses yang
sudah ada. Kelima tahap proses tersebut adalah :
 Pendefinisian berbagai permasalahan proses dan kebutuhan
konsumen.
 Pengukuran cacat-cacat (defect) dari aktivitas operasional proses
(kuantitatif maupun kualitatif).
 Analisis data sebagai dasar pemecahan masalah yang ada.
 Meningkatkan proses dan memangkas penyebab-penyebab
terjadinya cacat (defect).
 Pengendalian proses dan memastikan cacat-cacat (defect) tidak
terjadi lagi.
(Hidayat, 2007, p52)
II-7
2.3 Model dalam Metode Peningkatan Proses Six Sigma
Berbagai upaya peningkatan menuju target Six Sigma dapat
dilakukan menggunakan dua metodologi, yaitu (1) Six Sigma DMAIC
(Define, Measure, Analyze, Improve, Control), dan (2) Design For Six
Sigma DFSS DMADV (Define, Measure, Analyze, Design, Verify). DMAIC
digunakan untuk meningkatkan proses bisnis yang telah ada, sedangkan
DMADV digunakan untuk menciptakan desain proses baru dan / atau desain
produk baru dalam cara sedemikian rupa agar menghasilkan kinerja bebas
kesalahan (zero defects / errors).
(Gaspersz, 2007, p50)
2.3.1 DMAIC
DMAIC digunakan untuk meningkatkan proses bisnis yang
telah ada. DMAIC terdiri atas lima tahap utama :
 Define : mendefinisikan secara formal sasaran peningkatan proses
yang konsisten dengan permintaan atau kebutuhan pelanggan dan
strategi perusahaan.
 Measure : mengukur kinerja proses pada saat sekarang (baseline
measurements) agar dapat dibandingkan dengan target yang
ditetapkan. Lakukan pemetaan proses dan mengumpulkan data
yang berkaitan dengan indikator kinerja kunci (key performance
indicator = KPI).
 Analyze : menganalisis hubungan sebab-akibat berbagai faktor yang
dipelajari untuk mengetahui faktor-faktor dominan yang perlu
dikendalikan.
 Improve : mengoptimisasikan proses menggunakan analisis-analisis
seperti Design of Experiments (DOE), dan lain-lain, untuk
mengetahui dan mengendalikan kondisi optimum proses.
II-8
 Control : melakukan pengendalian terhadap proses secara terus-
menerus untuk meningkatkan kapabilitas proses menuju Six Sigma.
(Gaspersz, 2007, p50)
2.3.2 DMADV
Design for Six Sigma (DFSS) adalah strategi Six Sigma yang
bekerja pada langkah-langkah awal dari daur hidup proses. DFSS bukan
merupakan strategi pengembangan dan peningkatan proses yang sudah
ada, dan bukan merupakan strategi pemodifikasian dari fundamental
struktur proses yang sudah ada. Akan tetapi, DFSS adalah strategi
perancangan proses baru dengan memanfaatkan perangkat-perangkat kerja
dan metode-metode terbaik di dalam perencanaan produk maupun proses, baik
itu proses pengembangan produk, desain atau redesain proses pelayanan, atau
proses bisnis internal.
(Hidayat, 2007, p58)
Design For Six Sigma (DFSS) menggunakan metodologi
DMADV (Define, Measure, Analyze, Design, and Verify), sebagai berikut :
 Define : mendefinisikan secara formal sasaran dari aktivitas desain
proses baru dan / atau desain produk baru yang secara konsisten
berkaitan langsung dengan permintaan atau kebutuhan pelanggan
dan strategi perusahaan.
 Measure : mengindentifikasi critical-to-qualities (CTQs),
kapabilitas produk (product capabilities), kapabilitas proses
(process capabilities), evaluasi resiko, dll.
 Analyze : mengembangkan dan mendesain alternatif-alternatif,
menciptakan high-level design, dan mengevaluasi kapabilitas
desain agar mampu memilih desain terbaik.
 Design : mengembangkan desain secara terperinci (develop detail
design), optimisasi desain (optimize design), dan rencana untuk
II-9
verifikasi desain. Pada tahap ini mungkin membutuhkan
simulasi.
 Verify : memverifikasi desain, setup pilot runs, implementasi proses
baru (untuk desain proses baru) atau produk baru (untuk desain
produk baru), kemudian menyerahkan kepada pemilik proses.
Beberapa kalangan menggunakan akronim DMEDI atau
DMADOV untuk metodologi Design For Six Sigma (DFSS) yang pada
dasarnya serupa dengan DMADV. DMEDI adalah: Define, Measure,
Explore, Develop, Implement, sedangkan DMADOV adalah: Define,
Measure, Analyze, Design, Optimize, Verify.
(Gasperz, 2007, p51-52)
2.3.3 Perbedaan DMAIC dengan DMADV
Pada dasarnya, DMAIC dan DMADV memuat perbedaan yang
signifikan. DMAIC digunakan untuk meningkatkan proses bisnis yang
telah ada, sedangkan DMADV digunakan untuk menciptakan desain proses
baru dan / atau desain produk baru dalam cara sedemikian rupa agar
menghasilkan kinerja bebas kesalahan (zero defects / errors).
(Gaspersz, 2007, p50)
Perbedaan signifikan antara Six Sigma (DMAIC) dan Design For Six
Sigma (DMADV) bisa dilihat pada tabel di bawah ini.
II-10
Tabel 2.2 Perbedaan antara Six Sigma dengan Design For Six Sigma
Perbedaan antara Six Sigma dan Design For Six Sigma
Six Sigma Design For Six Sigma
DMAIC: Define, Measure, Analyze,
Improve, Control.
 DMADV: Define, Measure, Analyze,
Design, Verify.
 DMADOV: Define, Measure,
Analyze, Design, Optimize,
Verify.
Melihat proses yang sudah ada dan
melakukan perbaikan atas masalah-
masalah yang muncul.
Berfokus pada desain awal dari produk
dan proses.
Lebih reaktif Lebih proaktif
Manfaat atau hasil yang diperoleh
dari
Six Sigma bisa dihitung lebih cepat.
Manfaat atau hasilnya lebih sulit untuk
dihitung dan diperkirakan dan cenderung
untuk berjalan secara jangka panjang. Bisa
membutuhkan enam sampai dengan dua belas
bulan setelah peluncuran produk baru
sebelum anda bisa mendapatkan perkiraan
hasil yang tepat
(Gaspersz, 2007, p53)
2.3.4 Six Sigma dengan menggunakan 5W+1H
Dalam metode 5W+1H menentukan suatu rencana tindakan baik itu
untuk memperbaiki suatu proses atau mengidentifikasi suatu permasalahan
yang sedang terjadi serta memecahkan masalah, dapat dijabarkan dalam
metode 5W+1H, sebagai berikut :
1. What, langkah pertama dari metode ini adalah menentukan rencana
tindakan yang akan dilaksanakan.
2. When, kapan waktu periode pelaksanaan rencana tindakan itu.
II-11
3. Where, dalam proses mana rencana tindakan itu akan diterapkan.
4. Who, personil siapa yang bertanggung jawab dalam melaksanakan
rencana itu.
5. Why, mengapa rencana tindaka n itu dipilih.
6. How, bagaimana rencana tindakan itu diterapkan.
Tabel 2.3 Perencanaan 5W+1H
Jenis 5W+1H Deskripsi Tindakan
Tujuan Utama What Apa yang menjadi
target utama
perbaikan?
Merumuskan target
sesuai dengan
kebutuhan pelanggan
Alasan
kegunaan
Why Mengapa rencana
tindakan itu
diperlukan?
Lokasi Where Dimana rencana
dilakukan?
Mengubah urutan
aktivitas
Urutan
(sekuens)
When Bilamana rencana itu
akan baik
dilaksanakan?
Orang Who Siapa yang
mengerjakan tindakan
itu?
Metode How Bagaimana
mengerjakan rencana
tindakan itu dan apa
metodenya?
Menyederhanakan
rencana tindakan
yang ada
II-12
2.4 Tools Six Sigma
Untuk melakukan peningkatan kualitas dengan metode Six
Sigma, konsep Deming bisa diadopsikan ke dalam proyek pengembangan dan
peningkatan kualitas Six Sigma. Metode dan perangkat kerja yang
mendukung yaitu Pareto Analysis, Flow Chart, Diagram Ishikawa, dan
Diagram Pengendalian.
(Hidayat, 2007, p162-163)
Selain dari itu juga dibutuhkan perangkat kerja untuk mendefinisikan
penyebab utama dari kegagalan produksi berupa FMEA.
(Pyzdek, 2003, p596)
Berdasarkan dari jurnal teknologi industri yang ditulis oleh Sean P.
Goffnett, alat-alat (tools) yang bisa digunakan untuk membantu
implementasi metode Six Sigma dengan model DMAIC adalah sebagai
berikut.
II-13
Tabel 2.4 Alat-alat bantu Six Sigma
Strategic
Steps
Common Strategic Section
Deliverables
Traditional Tools
Define  Project Charter or Statement
of Work (SOW)
 Process and Problem
 Scope and Boundaries
 Team, Customer &
Critical Concerns
 Improvement Goals
& Objectives
 Estimate Sigma &
Cost of Poor Quality
(COPQ)
 Gantt Chart / Timeline
 High Level Process Map
 Step Documentation and
Next Steps
 Exit Review
 Spreadsheet / Word
Processor
 Critical to Customer
Concept
 Project Charter or SOW
 Gantt Chart / Timeline
 Flowchart or Process
Map
 Balanced Scorecards
 Pareto Charts &
Control Charts
 QFD / House of Quality
 Suggestions /
Complaints
 Surveys / Interviews /
Focus Groups
II-14
Tabel 2.4 Alat-alat bantu Six Sigma (Lanjutan)
Strategic
Steps
Common Strategic Section
Deliverables
Traditional Tools
Measure  Baseline Figures (Sigma &
Cost)
 Process Capability
Measurement System
Analysis (MSA) or Gage
R&R
 Refine Project Charter,
including COPQ
 Refine Process Map
 Fix Gantt Chart / Timeline
 SIPOC or IPO Diagram
 Step Documentation and
Next Steps
 Exit Review
 Data Gathering Plan
 Surveys / Interviews /
Focus Groups
 Checksheets
 Spreadsheets
 SIPOC IPO Diagram
 Descriptive Statistics &
Capability
 Pareto Chart / Control
Charts
 Measurement System
Analysis
 Flowchart or Proces
Map
 Project Charter or SOW
 Gantt Chart / Timeline
II-15
Tabel 2.4 Alat-alat bantu Six Sigma (Lanjutan)
Strategic
Steps
Common Strategic Section
Deliverables
Traditional Tools
Analyze  dentified Root Cause(s)
 Cause and Effect
 Statistical Analyses
 Validated Root Cause(s)
 Step Documentation and
Next Steps
 Exit Review
 Fishbone Diagram (5
Why)
 FMEA
 Interrelationship
Diagram
 Histogram
 Scatter Diagrams
(Correlation)
 Hyp Testing / Chi
Square
 Confidence Intervals
 Pareto Chart / Control
Charts
 Regression
 ANOVA
 DOE
 Response Surface
Methods
 Flowchart or Process
Map
II-16
Tabel 2.4 Alat-alat bantu Six Sigma (Lanjutan)
Strategic
Steps
Common Strategic Section
Deliverables
Traditional Tools
Improve  Selected Root Cause(s) &
Countermeasures
 Improvement
Implementation Plan
 Validated Solutions or
Improvements
 Statistical Analyses
 Affinity Diagram
 Hypothesis Testing
 Confidence Intervals
 DOE
 FMEA
 Trial and Error /
Simulation
 Flowchart or Proces
Map
 Implementation &
Validation Plan
II-17
Tabel 2.4 Alat-alat bantu Six Sigma (Lanjutan)
Strategic
Steps
Common Strategic Section
Deliverables
Traditional Tools
Control  Control Plan
 Tolerance, Controls,
and Measures
 Charts and Monitor
 Standard Operating
Procedures (SOP)
 Response Plan
 Ownership or
Responsibilities
 Corrective Actions
 Validated In Control
Process and Benefits
 Process Capability
 Measurement System
Analysis (MSA) or
Gage R&R
 Step Documentation
and Final Report
 Exit Review – Project
Completion and
Handoff to Owner
 Control Charts
 Process Map /
Monitor / Response
Plan
 Poka-Yokes
 Standardization
 SOP / Work
Instructions
 Process Dashboards
 Capability Studies
 MSA or Gage R&R
 Documentation
 Final Reports
 Presentation
Catatan: perangkat ini digunakan sesuai dengan kebutuhannya saja
II-18
2.4.1 Diagram Alir (Flow Chart)
Diagram Alir (flow chart) secara grafis menyajikan sebuah
proses atau sistem dengan menggunakan kotak dan garis yang saling
berhubungan. Diagram ini cukup sederhana, tetapi merupakan alat yang
sangat baik untuk mencoba memahami sebuah proses atau menjelaskan
sebuah proses.
Diagram flow proses adalah gambaran atau ilustrasi yang
mempresentasikan urutan (sequence) dari langkah-langkah proses. Dalam
diagram tersebut dideskripsikan aktivitas kunci proses yang tereksekusi
beserta penanggung jawab prosesnya. Salah satu prinsip kerja dalam
diagram flow proses adalah aktivitas investigasi berbagai kesempatan /
peluang pengembangan dan peningkatan dengan upaya memahami
berbagai variasi per tahapan antar-proses, di titik proses mana saja seluruh
modifikasi alternatif tersebut dapat dilakukan.
(Hidayat, 2007, p301)
Diagram alir digunakan untuk membuat proses menjadi lebih
mudah dilihat berdasarkan urutan-urutan (langkah-langkah) dari proses itu,
sehingga bermanfaat bagi analisis dan perbaikan proses terus-menerus.
Diagram alir digunakan apabila berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut :
 Terdapat masalah dalam proses yang ditunjukkan melalui
tingkat performansi proses yang rendah.
 Memberikan pelatihan kepada karyawan baru.
 Mengembangkan sistem pengukuran.
 Menganalisis ketidaksinkronan, kesenjangan, dan lain-lain, yang
berkaitan dengan proses.
 Landasan untuk perbaikan proses terus-menerus.
II-19
2.4.2 Diagram Pareto (Pareto Diagram)
Suatu diagram atau grafik yang menjelaskan hirarkhi dari masalah-
masalah yang timbul sehingga berfungsi untuk menentukan prioritas
penyelesaian masalah. Urutan-urutan prioritas perbaikan untuk mengatasi
permasalahan dapat dilakukan dengan memulai pada masalah dominan yang
diperlukan dan yang diperoleh dari diagram pareto ini. Setelah diadakannya
perbaikan dapat dibuat diagram pareto baru untuk membandingkan dengan
kondisi sebelumnya. Jadi kegunaan diagram pareto ini, antara lain :
1. Menunjukkan masalah utama dengan menunjukkan urutan
prioritas dari beberapa masalah.
2. Menyatakan perbandingan masing-masing masalah terhadap
keseluruhan.
3. Menunjukkan tingkat perbaikan setelah tindakan perbaikan pada
daerah terbatas.
4. Menunjukkan perbandingan masing-masing masalah sebelum dan
sesudah perbaikan.
Terdapat banyak aspek dalam produksi yang harus diperbaiki,
yaitu : cacat, alokasi waktu, penghematan biaya dan seterusnya. Dalam
fakta, setiap permasalahan terdiri dari banyak masalah kecil-kecil sehingga
menjadi sulit hanya untuk mengetahui bagaimana melangkah ke
pemecahannya.
Pada dasarnya diagram Pareto dapat digunakan sebagai alat interpretasi
untuk:
 Menentukan frekuensi relatif dan urutan pentingnya masalah-
masalah atau penyebab-penyebab dari masalah yang ada.
 Memfokuskan perhatian pada isu-isu kritis dan penting
melalui pembuatan ranking terhadap masalah-masalah atau
penyebab-penyebab dari masalah itu dalam bentuk yang
signifikan.
II-20
Sebuah diagram pareto menunjukkan masalah apa yang pertama
harus kita pecahkan untuk menghilangkan kerusakan dan memperbaiki
operasi. Item cacat yang paling sering muncul ditangani terlebih dahulu
kemudian dilanjutkan dengan item cacat tertinggi kedua dan seterusnya.
Walaupun diagram ini sangat sederhana, grafik balok ini sangat berguna
dalam pengendalian mutu pabrik, kita dapat lebih mudah melihat kerusakan
mana yang paling penting dengan grafik balok dari pada dengan
menggunakan sebuah tabel bilangan saja.
Diagram ini berdasarkan pekerjaan Vilfredo Pareto, seorang
pakar ekonomi di abad ke-19. Joseph M. Juran mempopulerkan pekerjaan
Pareto dengan menyatakan bahwa 80% permasalahan perusahaan
merupakan hasil dari penyebab yang hanya 20%.
Kontribusi relatif dalam diagram Pareto kemungkinan besar
terletak pada nilai-nilai frekuensi relatif, biaya relatif, dan lain-lainnya.
Kontribusi relatif digambarkan sebagai garis lintasan tebal dalam diagram,
sedangkan garis kumulatif adalah fungsi dari kontribusi kumulatif.
Prosedur penentuan prioritas dalam diagram Pareto sebagai berikut:
 Pemilihan konsistensi yang akan diranking dan diukur
(misalnya frekuensi, biaya, dan lain-lain).
 Menyusun daftar-daftar elemen dari kiri ke kanan di atas
aksis garis horizontal sebagai ukuran order.
 Mengatur kesesuaian skala vertical pada bagian kiri dan di
atas klasifikasinya.
 Mengatur skala 0-100% di bagian kanan dan menarik garis tegas
yang lebih tinggi dari garis yang tertinggi, dan menggesernya
pada posisi di atas basis kumulatif yang ditarik dari kiri ke
kanan.
Pada sistem pengendalian kualitas, setelah dilakukan langkah-
langkah pengendalian proses, maka langkah selanjutnya adalah melakukan
II-21
tindakan perbaikan pada faktor-faktor yang masih mempunyai kekurangan
walaupun proses telah dikendalikan. Akan tetapi tindakan perbaikan pada
faktor-faktor tersebut tidak dapat dilakukan pada saat yang bersamaan
karena tidak efisien dari segi ekonomis.
Tata Cara Pembuatan Diagram Pareto adalah sebagai berikut :
1. Buat klasifikasi dari cacat.
2. Tentukan periode dari diagram Pareto.
3. Tulis jumlah cacat yang timbul pada periode waktu yang telah
ditentukan.
4. Buat dua sumber koordinat.
5. Gunakan garis horizontal untuk menggambarkan presentase.
6. Buat diagram-diagram dimana tinggi diagram menyatakan
presentase jenis cacat.
2.4.3 Diagram Sebab-Akibat (Cause and Effect Diagram)
Diagram sebab akibat adalah suatu diagram yang menunjukkan
hubungan antara sebab dan akibat. Berkaitan dengan pengendalian proses
statistical, diagram sebab akibat dipergunakan untuk menunjukkan faktor-
faktor penyebab (sebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang
disebabkan oleh faktor-faktor penyebab itu. Diagram sebab-akibat ini
sering juga disebut sebagai diagram tulang ikan (fishbone) karena
bentuknya seperti kerangka ikan, atau diagram Ishikawa (Ishikawa’s
diagram) karena pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Kaoru Ishikawa dari
Universitas Tokyo pada tahun 1953.
Setiap „tulang‟ mewakili kemungkinan sumber kesalahan. Diagram
ini merupakan suatu diagram yang digunakan untuk mencari unsur penyebab
yang diduga dapat menimbulkan masalah tersebut. Diagram ini sering disebut
dengan diagram tulang ikan karena menyerupai bentuk susunan tulang ikan.
Bagian kanan dari diagram biasanya menggambarkan akibat atau permasalahan
II-22
sedangkan cabang-cabang tulang ikannya menggambarkan penyebabnya. Pada
umumnya bagian akibat pada diagram ini berkaitan dengan masalah kualitas.
Sedangkan unsur-unsur penyebab biasanya terdiri dari faktor-faktor manusia,
material, mesin, metode, dan lingkungan.
Komposisi bahan mentah dapat sedikit berbeda dengan sumber
pasokan dan mungkin terdapat perbedaan ukuran dalam batas yang di izinkan.
Mesin kelihatannya berfungsi dengan cara yang sama, tetapi dispersi dapat
muncul dari sebuah mesin bila beroperasi optimal hanya sebagian dari sebagian
waktu kerja. Metode kerja yang samapun dapat menunjukkan perbedaan dalam
hasil prosesnya.
Kegunaan dari diagram ini adalah untuk menemukan faktor-faktor
yang merupakan sebab pada suatu masalah. Untuk menentukan faktor-faktor
yang berpengaruh, ada lima faktor utama yang harus diperhatikan yaitu
manusia, material, metode, mesin dan lingkungan, diagram ini berfungsi:
1. Menemukan faktor yang berpengaruh pada karakteristik kualitas
2. Prinsip bebas, penyebab yang berdiri sendiri
3. Untuk pengisian digunakan metode sumbang saran
4. Menggunakan metode 4 M + 1 L (mesin, material, metode,
manusia, lingkungan).
Bila terdapat sedikit perbedaan dalam bahan mentah, peralatan
dan metoda kerja, dispersi produk dalam histogram akan bertambah besar.
Faktor penyebab sebaran adalah bahan mentah, peralatan, metode kerja dan
sebagainya, perbedaan ini menghasilkan dispersi mutu produk.
Mutu yang ingin kita perbaiki dan kendalikan disebut
“karakteristik mutu”. Yang dapat menyebabkan penyebaran disebut faktor.
Untuk mengilustrasikan pada sebuah diagram hubungan antara sebab dan
akibat kita ingin mengetahui sebab dan akibat dalam bentuk yang nyata.
Oleh karenanya, akibat = karakteristik mutu, dan sebab = faktor.
II-23
Dalam diagram sebab akibat, faktor merupakan penyebab
terjadinya cacat, sementara karakteristik mutu merupakan akibat. Pada
umumnya, faktor harus ditulis lebih rinci untuk membuat diagram menjadi
bermanfaat.
2.4.4 Diagram Kontrol (Control Chart)
Prinsip kerja SPC adalah diagram-diagram kontrol /
pengendalian. Diagram kontrol adalah salah satu bagian dari diagram
proses yang berbentuk cukup sederhana, dan terdiri atas dua tipe, yaitu :
• Special cause variation, sumber dari varian yang tidak sepenuhnya tersedia
pada waktu yang bersamaan, dan muncul dari keadaan yang spesifik.
• Common cause variation, sumber dari variasi yang berpengaruh pada
segenap nilai individual dari karakteristiknya. Hal terpenting dalam
membedakan kedua tipe diagram kontrol tersebut adalah dengan
meninjaunya dari bagaimana cara memangkas adanya variasi penyebab
khusus yang secara fundamental sangat berbeda dari „common cause
variation‟. Strategi dalam menghadapi ‘common cause variation’ adalah
bagaimana cara untuk menekan atau mereduksi sinyalemen kejadiannya.
Misalnya, pendeteksian awal dengan metode desain kontrol, atau dengan
mengukur kapabilitas dan kinerja proses yang memperlihatkan penurunan /
pelemahan atau tidak. Kalaupun ada, strategi pengembangan dan
peningkatannya perlu ditinjau kembali, terutama di titik-titik kritis
pentahapan proses. Berbeda dengan „special cause variation’, dalam
menghadapi kejadian tersebut, disarankan untuk berkonsentrasi pada
aktivitas penstabilan aktivitas proses dengan kembali pada fokus kontrol.
Ini karena ‘special cause’ (penyebab khusus) hanya dapat diidentifikasi
dengan diagram kontrol yang memiliki empat kriteria standar, antara lain :
• Seluruh titik berada di luar garis kontrol;
• Lintasan tujuh poin di atas atau di bawah garis tengah;
II-24
• Lintasan tujuh interval atas atau interval bawah;
• Seluruh „obvious’ pattern non-random.
(Hidayat, 2007, p302-303)
2.5 Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
FMEA adalah sistematika dari aktivitas yang mengidentifikasi dan
mengevaluasi tingkat kegagalan (failure) potensial yang ada pada sistem,
produk, atau proses terutama pada bagian akar-akar fungsi produk /
proses pada faktor-faktor yang mempengaruhi produk / proses. FMEA juga
merupakan bentuk-bentuk desain “rank order potential”, dan sebagai
pendefinisi proses. Sebagai perangkat kerja metode kualitas, FMEA
berfungsi sebagai pengilustrasi dari implementasi metode-metode kualitas
yang sesuai, yaitu sebagai media pengeliminasi dan pereduksi adanya
perubahan-perubahan nilai yang terjadi karena adanya “failure occurring”.
Tujuan FMEA adalah mengembangkan, meningkatkan, dan mengendalikan
nilai / harga probabilitas dari “failure” yang terdeteksi dari sumber
(input), dan juga mereduksi efek-efek yang ditimbulkan oleh kejadian
“failure” tersebut. Fokus FMEA adalah strategi preventif terhadap
meningkatnya nilai faktor-faktor “non-conformance”, dan merupakan salah
satu perangkat kerja dalam menganalisis resiko-resiko dalam sistem, produk,
maupun proses.
Dalam inisiatif Six Sigma, FMEA dikolaborasikan dengan
model Kano sebagai landasan penerjemahan tingkat-tingkat ekspektasi
konsumen. Model Kano berperandalam fungsi-fungsi pendefinisian praktis
atas ekspektasi konsumen (termasuk definisi kepuasan konsumen),
sedangkan FMEA berperan sebagai perangkat kerja dalam mereduksi
tingkat-tingkat ketidakpuasan konsumen dan bukan sebagai metode
peningkatan kepuasan konsumen.
(Hidayat, 2007, p244-245)
II-25
Definisi dari berbagai terminologi dalam FMEA adalah sebagai berikut :
(Pyzdek, 2003, p596-599) :
1. Potential Failure Mode adalah kegagalan-kegagalan yang mungkin
terjadi dan yang mungkin tidak disukai oleh customer.
2. Potential Failure Effect adalah hal-hal yang muncul apabila kegagalan
(Potential Failure Mode) itu terjadi.
3. Potential Causes adalah kemungkinan penyebab dari Potential Failure
Mode tersebut.
4. Severity adalah penilaian atas seberapa signifikan kegagalan tersebut
bisa memberikan kepada customer. Penilaian dengan pemberian rating
untuk Severity bisa dilihat pada tabel di bawah ini.
(Pyzdek, 2003, p598-599)
II-26
Tabel 2.5 Penjelasan Nilai Rating Severity dalam FMEA
Rating Severity (SEV)
1 Minor. Customer tidak akan menyadari efeknya atau bahkan
menganggap hal itu tidak penting.
2 Customer akan mengetahui efeknya.
3 Customer akan merasa terganggu terhadap kinerja yang rendah.
4 Sedang. Customer akan merasakan ketidakpuasan karena
kinerja yang rendah
5 Produktivitas akan customer menurun.
6 Customer akan melakukan komplain. Sangat mungkin terjadi
customer meminta perbaikan, retur, atau bahkan uang ganti rugi.
Hal ini akan menyebabkan peningkatan biaya internal (perbaikan,
pengerjaan ulang, dsb).
7 Kritis. Loyalitas customer akan berkurang. Operasional
internal juga terkena dampak imbasnya
8 Goodwill customer akan hilang sepenuhnya sebagai akibat
dari efeknya. Operasional internal sangat terganggu.
9 Keselamatan customer atau karyawan lemah.
10 Bencana. Customer atau karyawan berada dalam bahaya
tanpa peringatan.
Sumber: Pyzdek, 2003, p598
II-27
5. Occurence adalah penilaian atas seberapa sering penyebab dari
kegagalan ini terjadi. Penilaian dengan pemberian rating untuk Occurence
bisa dilihat pada tabel di bawah ini.
(Pyzdek, 2003, p598-599)
Tabel 2.6 Penjelasan Nilai Rating Occurrence dalam FMEA
Rating Occurrence (OCC)
1 Hampir tidak pernah terjadi.
2 Tingkat kegagalan yang terdokumentasi rendah.
3 Tingkat kegagalan yang tidak terdokumentasi rendah.
4 Kegagalan terjadi dari waktu ke waktu.
5 Tingkat kegagalan yang terdokumentasi sedang.
6 Tingkat kegagalan yang tidak terdokumentasi sedang.
7 Tingkat kegagalan yang terdokumentasi tinggi.
8 Tingkat kegagalan yang tidak terdokumentasi tinggi.
9 Kegagalan sangat sering terjadi.
10 Kegagalan hampir selalu terjadi.
Sumber: Pyzdek, 2003, p598
6. Detectability adalah penilaian atas seberapa mungkin penyebab
kegagalan
itu bisa terdeteksi oleh sistem yang telah ada di perusahaan saat ini.
Penilaian dengan pemberian rating untuk Detectability bisa dilihat pada
tabel di bawah ini.
Catatan: p adalah perkiraan probabilitas suatu kegagalan tidak terdeteksi.
(Pyzdek, 2003, p598-599)
II-28
Tabel 2.7 Penjelasan Nilai Rating Detectability dalam FMEA
Rating Detectability (DET)
1 Hampir pasti bisa terdeteksi sebelum sampai ke tangan customer.
(p ≈ 0)
2 Kemungkinan sangat rendah untuk sampai ke tangan customer
tanpa terdeteksi. (0 < p ≤ 0.01)
3 Kemungkinan rendah untuk sampai ke tangan customer tanpa
terdeteksi. (0.01 < p ≤ 0.05)
4 Biasanya terdeteksi sebelum sampai ke tangan customer. (0.05 < p
≤ 0.20)
5 Kemungkinan bisa terdeteksi sebelum sampai ke tangan
customer. (0.20 < p ≤ 0.50)
6 Kemungkinan tidak terdeteksi sebelum sampai ke tangan
customer. (0.50 < p ≤ 0.70)
7 Sangat tidak mungkin terdeteksi sebelum sampai ke tangan
102 customer. (0.70 < p ≤ 0.90)
8 Kemungkinan terdeteksi buruk. (0.90 < p ≤ 0.95)
9 Kemungkinan terdeteksi sangat buruk. (0.95 < p ≤ 0.99)
10 Hampir pasti kegagalan tidak akan terdeteksi.
(p ≈ 1)
Sumber: Pyzdek, 2003, p598
7. Risk Priority Number (RPN) adalah hasil perkalian antara Severity
(SEV), Occurrence (OCC), dan Detectability (DET).
8. Recommended Action adalah usulan-usulan yang dapat dilakukan untuk
mengatasi penyebab-penyebab kegagalan tersebut dan mengurangi angka
Risk Priority Number (RPN).

More Related Content

What's hot

Nilai Tugas Kel6 MatKul PengMjmnKualitas (Bpk Syamsir Abduh)
Nilai Tugas Kel6 MatKul PengMjmnKualitas (Bpk Syamsir Abduh)Nilai Tugas Kel6 MatKul PengMjmnKualitas (Bpk Syamsir Abduh)
Nilai Tugas Kel6 MatKul PengMjmnKualitas (Bpk Syamsir Abduh)
Huda_Dea
 
Lean six sigma green belt project at pln area serpong
Lean six sigma green belt project at pln area serpongLean six sigma green belt project at pln area serpong
Lean six sigma green belt project at pln area serpong
Arif Purnomo
 
Six Sigma - Managemen Internasional - MM Universitas Trisakti Jakarta
Six Sigma - Managemen Internasional - MM Universitas Trisakti JakartaSix Sigma - Managemen Internasional - MM Universitas Trisakti Jakarta
Six Sigma - Managemen Internasional - MM Universitas Trisakti Jakarta
wendyanbiya
 
120727 tugas kelompok six sigma
120727 tugas kelompok six sigma120727 tugas kelompok six sigma
120727 tugas kelompok six sigma
rhwiryomar
 
Study kasus six sigma
Study kasus six sigmaStudy kasus six sigma
Study kasus six sigma
Muhammad Hamid
 
Six sigma-sederhana
Six sigma-sederhanaSix sigma-sederhana
Six sigma-sederhana
Widi Syadzdzuli
 
Lean six sigma
Lean six sigmaLean six sigma
Lean six sigma
HayatyLukeman
 
Presentasi six sigma
Presentasi six sigmaPresentasi six sigma
Presentasi six sigma
dewonugroho
 
Six sigma for managers
Six sigma for managersSix sigma for managers
Six sigma for managers
Ujang Gumilar
 
Konsep six sigma pt adhi karya kelompok 10
Konsep six sigma  pt adhi karya kelompok 10 Konsep six sigma  pt adhi karya kelompok 10
Konsep six sigma pt adhi karya kelompok 10
giatamaistian1
 
Pengenalan Asas Lean Six Sigma
Pengenalan Asas  Lean Six SigmaPengenalan Asas  Lean Six Sigma
Pengenalan Asas Lean Six Sigma
SMKJabi
 
Chapter 6 Manajemen Operasi
Chapter 6 Manajemen OperasiChapter 6 Manajemen Operasi
Chapter 6 Manajemen Operasi
Yuko Ardi Negara
 
Mgt Biaya (1) Introducing
Mgt Biaya   (1) IntroducingMgt Biaya   (1) Introducing
Mgt Biaya (1) Introducingmondru mondru
 
Re-Engineering
Re-EngineeringRe-Engineering
Re-Engineering
Widyatama University
 
Operational Management : Mengelola Kualitas
Operational Management : Mengelola KualitasOperational Management : Mengelola Kualitas
Operational Management : Mengelola KualitasC S
 
Gustiani Rifania Amanda, 122121532, Presentasi six sigma, Syamsir Abduh, Qual...
Gustiani Rifania Amanda, 122121532, Presentasi six sigma, Syamsir Abduh, Qual...Gustiani Rifania Amanda, 122121532, Presentasi six sigma, Syamsir Abduh, Qual...
Gustiani Rifania Amanda, 122121532, Presentasi six sigma, Syamsir Abduh, Qual...
Gustirifania
 
Presentasi six sigma ivo layung sari ( 122-121-520)
Presentasi six sigma   ivo layung sari ( 122-121-520)Presentasi six sigma   ivo layung sari ( 122-121-520)
Presentasi six sigma ivo layung sari ( 122-121-520)
Ivo Layung Sari
 
MM38 kelas B Six Sigma
MM38 kelas B Six SigmaMM38 kelas B Six Sigma
MM38 kelas B Six Sigma
Hari Christian
 

What's hot (19)

Nilai Tugas Kel6 MatKul PengMjmnKualitas (Bpk Syamsir Abduh)
Nilai Tugas Kel6 MatKul PengMjmnKualitas (Bpk Syamsir Abduh)Nilai Tugas Kel6 MatKul PengMjmnKualitas (Bpk Syamsir Abduh)
Nilai Tugas Kel6 MatKul PengMjmnKualitas (Bpk Syamsir Abduh)
 
Lean six sigma green belt project at pln area serpong
Lean six sigma green belt project at pln area serpongLean six sigma green belt project at pln area serpong
Lean six sigma green belt project at pln area serpong
 
Six Sigma - Managemen Internasional - MM Universitas Trisakti Jakarta
Six Sigma - Managemen Internasional - MM Universitas Trisakti JakartaSix Sigma - Managemen Internasional - MM Universitas Trisakti Jakarta
Six Sigma - Managemen Internasional - MM Universitas Trisakti Jakarta
 
120727 tugas kelompok six sigma
120727 tugas kelompok six sigma120727 tugas kelompok six sigma
120727 tugas kelompok six sigma
 
Study kasus six sigma
Study kasus six sigmaStudy kasus six sigma
Study kasus six sigma
 
Six sigma-sederhana
Six sigma-sederhanaSix sigma-sederhana
Six sigma-sederhana
 
Lean six sigma
Lean six sigmaLean six sigma
Lean six sigma
 
Presentasi six sigma
Presentasi six sigmaPresentasi six sigma
Presentasi six sigma
 
Six sigma for managers
Six sigma for managersSix sigma for managers
Six sigma for managers
 
Man04060103
Man04060103Man04060103
Man04060103
 
Konsep six sigma pt adhi karya kelompok 10
Konsep six sigma  pt adhi karya kelompok 10 Konsep six sigma  pt adhi karya kelompok 10
Konsep six sigma pt adhi karya kelompok 10
 
Pengenalan Asas Lean Six Sigma
Pengenalan Asas  Lean Six SigmaPengenalan Asas  Lean Six Sigma
Pengenalan Asas Lean Six Sigma
 
Chapter 6 Manajemen Operasi
Chapter 6 Manajemen OperasiChapter 6 Manajemen Operasi
Chapter 6 Manajemen Operasi
 
Mgt Biaya (1) Introducing
Mgt Biaya   (1) IntroducingMgt Biaya   (1) Introducing
Mgt Biaya (1) Introducing
 
Re-Engineering
Re-EngineeringRe-Engineering
Re-Engineering
 
Operational Management : Mengelola Kualitas
Operational Management : Mengelola KualitasOperational Management : Mengelola Kualitas
Operational Management : Mengelola Kualitas
 
Gustiani Rifania Amanda, 122121532, Presentasi six sigma, Syamsir Abduh, Qual...
Gustiani Rifania Amanda, 122121532, Presentasi six sigma, Syamsir Abduh, Qual...Gustiani Rifania Amanda, 122121532, Presentasi six sigma, Syamsir Abduh, Qual...
Gustiani Rifania Amanda, 122121532, Presentasi six sigma, Syamsir Abduh, Qual...
 
Presentasi six sigma ivo layung sari ( 122-121-520)
Presentasi six sigma   ivo layung sari ( 122-121-520)Presentasi six sigma   ivo layung sari ( 122-121-520)
Presentasi six sigma ivo layung sari ( 122-121-520)
 
MM38 kelas B Six Sigma
MM38 kelas B Six SigmaMM38 kelas B Six Sigma
MM38 kelas B Six Sigma
 

Similar to 6sigma

Manajemen Risiko 17 resiko operasional & perubahan kurs
Manajemen Risiko 17 resiko operasional & perubahan kursManajemen Risiko 17 resiko operasional & perubahan kurs
Manajemen Risiko 17 resiko operasional & perubahan kurs
Judianto Nugroho
 
Presentation tqm kelompok 2
Presentation tqm kelompok 2Presentation tqm kelompok 2
Presentation tqm kelompok 2
Pet-pet
 
Six sigma
Six sigmaSix sigma
Six Sigma For Managers
Six Sigma For ManagersSix Sigma For Managers
Six Sigma For Managers
Yodhia Antariksa
 
Konsep six sigma pt adhi karya kelompok 10 (1)
Konsep six sigma  pt adhi karya kelompok 10  (1)Konsep six sigma  pt adhi karya kelompok 10  (1)
Konsep six sigma pt adhi karya kelompok 10 (1)
DindaSeptiahArini
 
2321118 presentation.ppt
2321118 presentation.ppt2321118 presentation.ppt
2321118 presentation.ppt
RizkyFakcham
 
Six sigma kelompok 5 revisi
Six sigma kelompok 5 revisiSix sigma kelompok 5 revisi
Six sigma kelompok 5 revisi
Andreas Brian kurniawan
 
Perbedaan Mendasar Kaizen dan Lean Six Sigma
Perbedaan Mendasar Kaizen dan Lean Six SigmaPerbedaan Mendasar Kaizen dan Lean Six Sigma
Perbedaan Mendasar Kaizen dan Lean Six Sigma
Robi Cahyadi
 
Konsep Dasar & Manfaat BPM (Business Process Management) _Pelatihan "Busines...
Konsep Dasar & Manfaat  BPM (Business Process Management) _Pelatihan "Busines...Konsep Dasar & Manfaat  BPM (Business Process Management) _Pelatihan "Busines...
Konsep Dasar & Manfaat BPM (Business Process Management) _Pelatihan "Busines...
Kanaidi ken
 
1653794497.pdf
1653794497.pdf1653794497.pdf
1653794497.pdf
AgumGusmawandi
 
Strategi Analisa dan Penyelesaian Masalah _Pelatihan "Business Process Manag...
Strategi Analisa dan Penyelesaian Masalah  _Pelatihan "Business Process Manag...Strategi Analisa dan Penyelesaian Masalah  _Pelatihan "Business Process Manag...
Strategi Analisa dan Penyelesaian Masalah _Pelatihan "Business Process Manag...
Kanaidi ken
 
MODEL MODEL STANDAR MUTU PENDIDIKAN.pdf
MODEL MODEL STANDAR MUTU PENDIDIKAN.pdfMODEL MODEL STANDAR MUTU PENDIDIKAN.pdf
MODEL MODEL STANDAR MUTU PENDIDIKAN.pdf
MateriKuliahkoe
 
Mengenal Siklus DMAIC
Mengenal Siklus DMAICMengenal Siklus DMAIC
Mengenal Siklus DMAIC
Robi Cahyadi
 
CRM07-Merencanakan Program CRM-revised.pptx
CRM07-Merencanakan Program CRM-revised.pptxCRM07-Merencanakan Program CRM-revised.pptx
CRM07-Merencanakan Program CRM-revised.pptx
Riza Prapascatama Agusdin
 
balanced socrecardklklklklklklklklklklklkl.ppt
balanced socrecardklklklklklklklklklklklkl.pptbalanced socrecardklklklklklklklklklklklkl.ppt
balanced socrecardklklklklklklklklklklklkl.ppt
wartegbahari203
 
Konsep tqm
Konsep tqmKonsep tqm
Konsep tqm
Lia Azizi
 
Ppsi pertemuan-8-quality-management1
Ppsi pertemuan-8-quality-management1Ppsi pertemuan-8-quality-management1
Ppsi pertemuan-8-quality-management1
Abrianto Nugraha
 

Similar to 6sigma (18)

Manajemen Risiko 17 resiko operasional & perubahan kurs
Manajemen Risiko 17 resiko operasional & perubahan kursManajemen Risiko 17 resiko operasional & perubahan kurs
Manajemen Risiko 17 resiko operasional & perubahan kurs
 
Presentation tqm kelompok 2
Presentation tqm kelompok 2Presentation tqm kelompok 2
Presentation tqm kelompok 2
 
Six sigma
Six sigmaSix sigma
Six sigma
 
Six Sigma For Managers
Six Sigma For ManagersSix Sigma For Managers
Six Sigma For Managers
 
Konsep six sigma pt adhi karya kelompok 10 (1)
Konsep six sigma  pt adhi karya kelompok 10  (1)Konsep six sigma  pt adhi karya kelompok 10  (1)
Konsep six sigma pt adhi karya kelompok 10 (1)
 
2321118 presentation.ppt
2321118 presentation.ppt2321118 presentation.ppt
2321118 presentation.ppt
 
Six sigma kelompok 5 revisi
Six sigma kelompok 5 revisiSix sigma kelompok 5 revisi
Six sigma kelompok 5 revisi
 
Six sigma
Six sigmaSix sigma
Six sigma
 
Perbedaan Mendasar Kaizen dan Lean Six Sigma
Perbedaan Mendasar Kaizen dan Lean Six SigmaPerbedaan Mendasar Kaizen dan Lean Six Sigma
Perbedaan Mendasar Kaizen dan Lean Six Sigma
 
Konsep Dasar & Manfaat BPM (Business Process Management) _Pelatihan "Busines...
Konsep Dasar & Manfaat  BPM (Business Process Management) _Pelatihan "Busines...Konsep Dasar & Manfaat  BPM (Business Process Management) _Pelatihan "Busines...
Konsep Dasar & Manfaat BPM (Business Process Management) _Pelatihan "Busines...
 
1653794497.pdf
1653794497.pdf1653794497.pdf
1653794497.pdf
 
Strategi Analisa dan Penyelesaian Masalah _Pelatihan "Business Process Manag...
Strategi Analisa dan Penyelesaian Masalah  _Pelatihan "Business Process Manag...Strategi Analisa dan Penyelesaian Masalah  _Pelatihan "Business Process Manag...
Strategi Analisa dan Penyelesaian Masalah _Pelatihan "Business Process Manag...
 
MODEL MODEL STANDAR MUTU PENDIDIKAN.pdf
MODEL MODEL STANDAR MUTU PENDIDIKAN.pdfMODEL MODEL STANDAR MUTU PENDIDIKAN.pdf
MODEL MODEL STANDAR MUTU PENDIDIKAN.pdf
 
Mengenal Siklus DMAIC
Mengenal Siklus DMAICMengenal Siklus DMAIC
Mengenal Siklus DMAIC
 
CRM07-Merencanakan Program CRM-revised.pptx
CRM07-Merencanakan Program CRM-revised.pptxCRM07-Merencanakan Program CRM-revised.pptx
CRM07-Merencanakan Program CRM-revised.pptx
 
balanced socrecardklklklklklklklklklklklkl.ppt
balanced socrecardklklklklklklklklklklklkl.pptbalanced socrecardklklklklklklklklklklklkl.ppt
balanced socrecardklklklklklklklklklklklkl.ppt
 
Konsep tqm
Konsep tqmKonsep tqm
Konsep tqm
 
Ppsi pertemuan-8-quality-management1
Ppsi pertemuan-8-quality-management1Ppsi pertemuan-8-quality-management1
Ppsi pertemuan-8-quality-management1
 

Recently uploaded

PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
Arumdwikinasih
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
MildayantiMildayanti
 
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
StevanusOkiRudySusan
 
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptxNovel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
NirmalaJane
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Kanaidi ken
 
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdfTugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Thahir9
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
junaedikuluri1
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Mutia Rini Siregar
 
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdfRangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
mad ros
 
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptxPemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
ssuser4dafea
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
ananda238570
 
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdfIKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
sriwulandari723
 
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputihlaporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
SDNBotoputih
 
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMPPerencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
TriSutrisno48
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdfAKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
opkcibungbulang
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
AdePutraTunggali
 
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan marthaKoneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
johan199969
 
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptxRPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
YongYongYong1
 

Recently uploaded (20)

PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
 
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
 
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptxNovel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
 
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdfTugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
 
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdfRangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
 
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptxPemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
 
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdfIKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
 
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputihlaporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
 
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMPPerencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdfAKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
 
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan marthaKoneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
 
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
 
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptxRPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
 

6sigma

  • 1. II-1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah Six Sigma Pada tahun 1988 Bob Galvin menerima penghargaan Malcolm Baldridge National Quality Award untuk motorola, yang secara singkat diberi nama Six Sigma (enam sigma). Six Sigma, sebagaimana diterapkan dan dikembangkan oleh Motorola, adalah suatu perpanjangan drastis dari gagasan lama mengenai pengendalian statistik dari proses produksi sebagaimana halnya untuk mengkualifikasi sebagai suatu subjek yang sepenuhnya berbeda. 2.1.1 Definisi Six Sigma Pada dasarnya Six Sigma bisa berbeda-beda dalam masing-masing perusahaan dan masing-masing buku refrensi metode Six Sigma yang telah diterbitkan. Namun ada elemen dasar yang sama diantara semua perusahaan dan buku Six Sigma. Program ini berpusat pada metodologi pemecahan masalah yaitu DMAIC. Beberapa definisi dari Six Sigma adalah sebagai berikut :  Six Sigma diartikan sebagai metode berteknologi canggih yang digunakan oleh para insinyur dan statistikiawan dalam memperbaiki / mengembangkan proses atau produk. (Miranda dkk, hal 10, 2006)  Six Sigma adalah suatu visi peningkatan kualitas menuju target 3,4 kegagalan dalam persejuta kesempatan (DPMO) untuk setiap transaksi produk (barang dan jasa), upaya giat menuju kesempurnaan (zero-deffect-kegagalan nol). (Gasperz, hal 5, 2002)
  • 2. II-2  Six Sigma adalah suatu cara untuk mengelola perusahaan. (pyzdek, hal 105, 2002) 2.1.2 Tujuan Six Sigma Tujuan Six Sigma adalah membantu orang dan proses guna memiliki aspirasi yang tinggi untuk mengirimkan produk dan layanan bebas cacat. Istilah zero defect tidak berlaku disini. Six Sigma menyadari bahwa selalu ada potensi terjadinya cacat, bahkan dalam proses yang berjalan dengan baik ataupun dalam produk yang dibuat dengan baik. Fokus Six Sigma adalah mengedepankan pelanggan yang menggunakan data untuk mendapatkan fakta dan data untuk mendapatkan solusi-solusi yang lebih baik. Tiga bidang utama yang menjadi target Six Sigma yaitu : 1. Meningkatkan kepuasan pelanggan 2. Mengurangi waktu siklus 3. Mengurangi cacat (defect) 2.1.3 Keuntungan Six Sigma Keuntungan dalam Six Sigma ini berbeda untuk setiap perusahaan yang bersangkutan, tergantung pada usaha yang dijalankannya, biasanya ada perbaikan dalam hal-hal berikut ini : 1. Pengurangan biaya 2. Perbaikan produktivitas 3. Pertumbuhan pangsa pasar 4. Pengurangan waktu siklus 5. Pengurangan produk cacat (defect)
  • 3. II-3 2.2 Konsep Dasar Six Sigma Pada dasarnya pelanggan akan puas apabila mereka menerima nilai yang mereka harapkan. Apabila produk (barang dan / atau jasa) diproses pada tingkat kinerja kualitas Six Sigma, perusahaan boleh mengharapkan 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan (DPMO) atau bahwa 99,99966 persen dari apa yang diharapkan pelanggan akan ada dalam produk (barang dan / atau jasa) itu. Dengan demikian, Six Sigma dapat dijadikan ukuran target kinerja proses industri tentang bagaimana baiknya suatu proses transaksi produk antara pemasok (industri) dan pelanggan (pasar). Semakin tinggi target Sigma yang dicapai, semakin baik kinerja proses industri. Sehingga 6 sigma secara otomatis lebih baik daripada 4 Sigma, dan 3 Sigma. Six Sigma juga dapat dianggap sebagai strategi terobosan yang memungkinkan perusahaan melakukan peningkatan luar biasa (dramatic) di tingkat bawah dan sebagai pengendalian proses industri yang berfokus pada pelanggan dengan memperlihatkan kemampuan proses. (Gaspersz, 2007, p37) Six Sigma Motorola merupakan suatu metode atau teknik pengendalian dan peningkatan kualitas dramatic yang diterapkan oleh perusahaan Motorola sejak tahun 1986, yang merupakan terobosan baru dalam bidang manajemen kualitas. Banyak ahli manajemen kualitas menyatakan bahwa metode Six Sigma Motorola dikembangkan dan diterima secara luas oleh dunia industri, karena manajemen industri frustasi terhadap sistem-sistem manajemen kualitas yang ada, yang tidak mampu melakukan peningkatan kualitas secara dramatik menuju tingkat kegagalan nol (zero defect). Banyak sistem manajemen kualitas, seperti Malcolm Baldrige Quality Award (MBNQA), ISO 9000, dan lain-lain, hanya menekankan pada upaya peningkatan terus-menerus berdasarkan kesadaran mandiri manajemen, tanpa memberikan solusi yang ampuh bagaimana
  • 4. II-4 terobosan-terobosan harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas secara dramatik menuju tingkat kegagalan nol. Prinsip-prinsip pengendalian dan peningkatan kualitas Six Sigma Motorola mampu menjawab tantangan ini, dan terbukti perusahaan Motorola selama kurang lebih 10 tahun setelah implementasi konsep Six Sigma telah mampu mencapai tingkat kualitas 3,4 DPMO (defects per million opportunities) kegagalan per sejuta kesempatan. (Gaspersz, 2007, p37-38) Beberapa keberhasilan Motorola yang patut dicatat dari aplikasi program Six Sigma, adalah sebagai berikut: • Peningkatan produktivitas rata-rata : 12,3% per tahun. • Penurunan COPQ (cost of poor quality) lebih daripada 84%. • Eliminasi kegagalan dalam proses sekitar 99,7%. • Penghematan biaya manufakturing lebih daripada $11 milyar. • Peningkatan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata: 17% dalam penerimaan, keuntungan, dan harga saham Motorola. (Gaspersz, 2007, p38) 2.2.1 Peningkatan Kapabilitas Proses Menuju Target Six Sigma Setelah kita mengetahui posisi kinerja bisnis dan industri pada saat sekarang (baseline measurement), misalnya pada kapabilitas 3 Sigma yang menghasilkan kesalahan atau kegagalan sebesar 66.807 DPMO (defects per million opportunities), kita harus melakukan berbagai upaya peningkatan (improvement) menuju target 6 sigma (Six Sigma) yang hanya akan menghasilkan 3,4 DPM atau 3,4 DPMO.
  • 5. II-5 Peningkatan dari kapabilitas proses 3 sigma menjadi 4 sigma membutuhkan sekitar 10 kali improvement, peningkatan dari kapabilitas proses 4 sigma menjadi 5 sigma membutuhkan sekitar 30 kali improvement, sedangkan peningkatan dari kapabilitas 5 sigma menjadi 6 sigma membutuhkan sekitar 70 kali improvement. Dengan demikian apabila kita menganggap bahwa kinerja bisnis dan industri di Indonesia sekarang masih berada pada tingkat kapabilitas 3 sigma, maka dibutuhkan sekitar 21.000 (= 10 x 30 x 70) kali peningkatan untuk mencapai target Six Sigma. Hal ini berarti semakin tinggi kapabilitas sigma, semakin tinggi pula upaya peningkatannya agar mencapai keunggulan dan kesempurnaan. Upaya peningkatan dari 5 sigma menjadi 6 sigma akan lebih tinggi daripada upaya peningkatan 4 sigma menjadi 5 sigma, juga lebih tinggi daripada upaya peningkatan dari 3 sigma menjadi 4 sigma. (Gaspersz, 2007, p49) 2.2.2 Apresiasi Level pada Six Sigma Model statistika dalam fungsi-fungsi pengembangan dan peningkatan Six Sigma disebut dengan “Six Sigma Improvement Initiative”. Tujuan model statistik adalah untuk menggambarkan unit-unit „sigma’ sehubungan dengan pengukuran suatu kinerja proses. Misalnya, jika kinerja proses bisnis berada di level 5 (lima) sigma, berarti tingkat kinerja proses bisnis tersebut sebesar 99.9767%. Hal itu berarti, dalam setiap satu juta aktivitas proses hanya akan terjadi 233 kali kegagalan proses, dan kinerja prosesnya berada di bawah satu tingkat dibandingkan dengan kinerja terbaik (sigma level enam).
  • 6. II-6 Tabel 2.1. Hubungan antara Nilai Sigma dan Tingkat Kegagalan Per Juta Peluang dan Ekuivalen Yield Six Sigma Harga / nilai sigma Kegagalan per juta peluang / kesempatan Yield (%) 1 691.462 30,85 2 308.538 69,146 3 66.807 93,379 4 6.210 99,379 5 233 99,9767 6 3,4 99,99966 Sumber: Hidayat, 2007, p63 2.2.3 Six Sigma Process Improvement Dalam program / proyek pengembangan dan peningkatan Six Sigma, tim kerja yang ditunjuk akan menyeleksi berbagai strategi peningkatan proses Six Sigma yang bersifat regular. Kemudian lima tahapan proses diterapkan dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan proses yang sudah ada. Kelima tahap proses tersebut adalah :  Pendefinisian berbagai permasalahan proses dan kebutuhan konsumen.  Pengukuran cacat-cacat (defect) dari aktivitas operasional proses (kuantitatif maupun kualitatif).  Analisis data sebagai dasar pemecahan masalah yang ada.  Meningkatkan proses dan memangkas penyebab-penyebab terjadinya cacat (defect).  Pengendalian proses dan memastikan cacat-cacat (defect) tidak terjadi lagi. (Hidayat, 2007, p52)
  • 7. II-7 2.3 Model dalam Metode Peningkatan Proses Six Sigma Berbagai upaya peningkatan menuju target Six Sigma dapat dilakukan menggunakan dua metodologi, yaitu (1) Six Sigma DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control), dan (2) Design For Six Sigma DFSS DMADV (Define, Measure, Analyze, Design, Verify). DMAIC digunakan untuk meningkatkan proses bisnis yang telah ada, sedangkan DMADV digunakan untuk menciptakan desain proses baru dan / atau desain produk baru dalam cara sedemikian rupa agar menghasilkan kinerja bebas kesalahan (zero defects / errors). (Gaspersz, 2007, p50) 2.3.1 DMAIC DMAIC digunakan untuk meningkatkan proses bisnis yang telah ada. DMAIC terdiri atas lima tahap utama :  Define : mendefinisikan secara formal sasaran peningkatan proses yang konsisten dengan permintaan atau kebutuhan pelanggan dan strategi perusahaan.  Measure : mengukur kinerja proses pada saat sekarang (baseline measurements) agar dapat dibandingkan dengan target yang ditetapkan. Lakukan pemetaan proses dan mengumpulkan data yang berkaitan dengan indikator kinerja kunci (key performance indicator = KPI).  Analyze : menganalisis hubungan sebab-akibat berbagai faktor yang dipelajari untuk mengetahui faktor-faktor dominan yang perlu dikendalikan.  Improve : mengoptimisasikan proses menggunakan analisis-analisis seperti Design of Experiments (DOE), dan lain-lain, untuk mengetahui dan mengendalikan kondisi optimum proses.
  • 8. II-8  Control : melakukan pengendalian terhadap proses secara terus- menerus untuk meningkatkan kapabilitas proses menuju Six Sigma. (Gaspersz, 2007, p50) 2.3.2 DMADV Design for Six Sigma (DFSS) adalah strategi Six Sigma yang bekerja pada langkah-langkah awal dari daur hidup proses. DFSS bukan merupakan strategi pengembangan dan peningkatan proses yang sudah ada, dan bukan merupakan strategi pemodifikasian dari fundamental struktur proses yang sudah ada. Akan tetapi, DFSS adalah strategi perancangan proses baru dengan memanfaatkan perangkat-perangkat kerja dan metode-metode terbaik di dalam perencanaan produk maupun proses, baik itu proses pengembangan produk, desain atau redesain proses pelayanan, atau proses bisnis internal. (Hidayat, 2007, p58) Design For Six Sigma (DFSS) menggunakan metodologi DMADV (Define, Measure, Analyze, Design, and Verify), sebagai berikut :  Define : mendefinisikan secara formal sasaran dari aktivitas desain proses baru dan / atau desain produk baru yang secara konsisten berkaitan langsung dengan permintaan atau kebutuhan pelanggan dan strategi perusahaan.  Measure : mengindentifikasi critical-to-qualities (CTQs), kapabilitas produk (product capabilities), kapabilitas proses (process capabilities), evaluasi resiko, dll.  Analyze : mengembangkan dan mendesain alternatif-alternatif, menciptakan high-level design, dan mengevaluasi kapabilitas desain agar mampu memilih desain terbaik.  Design : mengembangkan desain secara terperinci (develop detail design), optimisasi desain (optimize design), dan rencana untuk
  • 9. II-9 verifikasi desain. Pada tahap ini mungkin membutuhkan simulasi.  Verify : memverifikasi desain, setup pilot runs, implementasi proses baru (untuk desain proses baru) atau produk baru (untuk desain produk baru), kemudian menyerahkan kepada pemilik proses. Beberapa kalangan menggunakan akronim DMEDI atau DMADOV untuk metodologi Design For Six Sigma (DFSS) yang pada dasarnya serupa dengan DMADV. DMEDI adalah: Define, Measure, Explore, Develop, Implement, sedangkan DMADOV adalah: Define, Measure, Analyze, Design, Optimize, Verify. (Gasperz, 2007, p51-52) 2.3.3 Perbedaan DMAIC dengan DMADV Pada dasarnya, DMAIC dan DMADV memuat perbedaan yang signifikan. DMAIC digunakan untuk meningkatkan proses bisnis yang telah ada, sedangkan DMADV digunakan untuk menciptakan desain proses baru dan / atau desain produk baru dalam cara sedemikian rupa agar menghasilkan kinerja bebas kesalahan (zero defects / errors). (Gaspersz, 2007, p50) Perbedaan signifikan antara Six Sigma (DMAIC) dan Design For Six Sigma (DMADV) bisa dilihat pada tabel di bawah ini.
  • 10. II-10 Tabel 2.2 Perbedaan antara Six Sigma dengan Design For Six Sigma Perbedaan antara Six Sigma dan Design For Six Sigma Six Sigma Design For Six Sigma DMAIC: Define, Measure, Analyze, Improve, Control.  DMADV: Define, Measure, Analyze, Design, Verify.  DMADOV: Define, Measure, Analyze, Design, Optimize, Verify. Melihat proses yang sudah ada dan melakukan perbaikan atas masalah- masalah yang muncul. Berfokus pada desain awal dari produk dan proses. Lebih reaktif Lebih proaktif Manfaat atau hasil yang diperoleh dari Six Sigma bisa dihitung lebih cepat. Manfaat atau hasilnya lebih sulit untuk dihitung dan diperkirakan dan cenderung untuk berjalan secara jangka panjang. Bisa membutuhkan enam sampai dengan dua belas bulan setelah peluncuran produk baru sebelum anda bisa mendapatkan perkiraan hasil yang tepat (Gaspersz, 2007, p53) 2.3.4 Six Sigma dengan menggunakan 5W+1H Dalam metode 5W+1H menentukan suatu rencana tindakan baik itu untuk memperbaiki suatu proses atau mengidentifikasi suatu permasalahan yang sedang terjadi serta memecahkan masalah, dapat dijabarkan dalam metode 5W+1H, sebagai berikut : 1. What, langkah pertama dari metode ini adalah menentukan rencana tindakan yang akan dilaksanakan. 2. When, kapan waktu periode pelaksanaan rencana tindakan itu.
  • 11. II-11 3. Where, dalam proses mana rencana tindakan itu akan diterapkan. 4. Who, personil siapa yang bertanggung jawab dalam melaksanakan rencana itu. 5. Why, mengapa rencana tindaka n itu dipilih. 6. How, bagaimana rencana tindakan itu diterapkan. Tabel 2.3 Perencanaan 5W+1H Jenis 5W+1H Deskripsi Tindakan Tujuan Utama What Apa yang menjadi target utama perbaikan? Merumuskan target sesuai dengan kebutuhan pelanggan Alasan kegunaan Why Mengapa rencana tindakan itu diperlukan? Lokasi Where Dimana rencana dilakukan? Mengubah urutan aktivitas Urutan (sekuens) When Bilamana rencana itu akan baik dilaksanakan? Orang Who Siapa yang mengerjakan tindakan itu? Metode How Bagaimana mengerjakan rencana tindakan itu dan apa metodenya? Menyederhanakan rencana tindakan yang ada
  • 12. II-12 2.4 Tools Six Sigma Untuk melakukan peningkatan kualitas dengan metode Six Sigma, konsep Deming bisa diadopsikan ke dalam proyek pengembangan dan peningkatan kualitas Six Sigma. Metode dan perangkat kerja yang mendukung yaitu Pareto Analysis, Flow Chart, Diagram Ishikawa, dan Diagram Pengendalian. (Hidayat, 2007, p162-163) Selain dari itu juga dibutuhkan perangkat kerja untuk mendefinisikan penyebab utama dari kegagalan produksi berupa FMEA. (Pyzdek, 2003, p596) Berdasarkan dari jurnal teknologi industri yang ditulis oleh Sean P. Goffnett, alat-alat (tools) yang bisa digunakan untuk membantu implementasi metode Six Sigma dengan model DMAIC adalah sebagai berikut.
  • 13. II-13 Tabel 2.4 Alat-alat bantu Six Sigma Strategic Steps Common Strategic Section Deliverables Traditional Tools Define  Project Charter or Statement of Work (SOW)  Process and Problem  Scope and Boundaries  Team, Customer & Critical Concerns  Improvement Goals & Objectives  Estimate Sigma & Cost of Poor Quality (COPQ)  Gantt Chart / Timeline  High Level Process Map  Step Documentation and Next Steps  Exit Review  Spreadsheet / Word Processor  Critical to Customer Concept  Project Charter or SOW  Gantt Chart / Timeline  Flowchart or Process Map  Balanced Scorecards  Pareto Charts & Control Charts  QFD / House of Quality  Suggestions / Complaints  Surveys / Interviews / Focus Groups
  • 14. II-14 Tabel 2.4 Alat-alat bantu Six Sigma (Lanjutan) Strategic Steps Common Strategic Section Deliverables Traditional Tools Measure  Baseline Figures (Sigma & Cost)  Process Capability Measurement System Analysis (MSA) or Gage R&R  Refine Project Charter, including COPQ  Refine Process Map  Fix Gantt Chart / Timeline  SIPOC or IPO Diagram  Step Documentation and Next Steps  Exit Review  Data Gathering Plan  Surveys / Interviews / Focus Groups  Checksheets  Spreadsheets  SIPOC IPO Diagram  Descriptive Statistics & Capability  Pareto Chart / Control Charts  Measurement System Analysis  Flowchart or Proces Map  Project Charter or SOW  Gantt Chart / Timeline
  • 15. II-15 Tabel 2.4 Alat-alat bantu Six Sigma (Lanjutan) Strategic Steps Common Strategic Section Deliverables Traditional Tools Analyze  dentified Root Cause(s)  Cause and Effect  Statistical Analyses  Validated Root Cause(s)  Step Documentation and Next Steps  Exit Review  Fishbone Diagram (5 Why)  FMEA  Interrelationship Diagram  Histogram  Scatter Diagrams (Correlation)  Hyp Testing / Chi Square  Confidence Intervals  Pareto Chart / Control Charts  Regression  ANOVA  DOE  Response Surface Methods  Flowchart or Process Map
  • 16. II-16 Tabel 2.4 Alat-alat bantu Six Sigma (Lanjutan) Strategic Steps Common Strategic Section Deliverables Traditional Tools Improve  Selected Root Cause(s) & Countermeasures  Improvement Implementation Plan  Validated Solutions or Improvements  Statistical Analyses  Affinity Diagram  Hypothesis Testing  Confidence Intervals  DOE  FMEA  Trial and Error / Simulation  Flowchart or Proces Map  Implementation & Validation Plan
  • 17. II-17 Tabel 2.4 Alat-alat bantu Six Sigma (Lanjutan) Strategic Steps Common Strategic Section Deliverables Traditional Tools Control  Control Plan  Tolerance, Controls, and Measures  Charts and Monitor  Standard Operating Procedures (SOP)  Response Plan  Ownership or Responsibilities  Corrective Actions  Validated In Control Process and Benefits  Process Capability  Measurement System Analysis (MSA) or Gage R&R  Step Documentation and Final Report  Exit Review – Project Completion and Handoff to Owner  Control Charts  Process Map / Monitor / Response Plan  Poka-Yokes  Standardization  SOP / Work Instructions  Process Dashboards  Capability Studies  MSA or Gage R&R  Documentation  Final Reports  Presentation Catatan: perangkat ini digunakan sesuai dengan kebutuhannya saja
  • 18. II-18 2.4.1 Diagram Alir (Flow Chart) Diagram Alir (flow chart) secara grafis menyajikan sebuah proses atau sistem dengan menggunakan kotak dan garis yang saling berhubungan. Diagram ini cukup sederhana, tetapi merupakan alat yang sangat baik untuk mencoba memahami sebuah proses atau menjelaskan sebuah proses. Diagram flow proses adalah gambaran atau ilustrasi yang mempresentasikan urutan (sequence) dari langkah-langkah proses. Dalam diagram tersebut dideskripsikan aktivitas kunci proses yang tereksekusi beserta penanggung jawab prosesnya. Salah satu prinsip kerja dalam diagram flow proses adalah aktivitas investigasi berbagai kesempatan / peluang pengembangan dan peningkatan dengan upaya memahami berbagai variasi per tahapan antar-proses, di titik proses mana saja seluruh modifikasi alternatif tersebut dapat dilakukan. (Hidayat, 2007, p301) Diagram alir digunakan untuk membuat proses menjadi lebih mudah dilihat berdasarkan urutan-urutan (langkah-langkah) dari proses itu, sehingga bermanfaat bagi analisis dan perbaikan proses terus-menerus. Diagram alir digunakan apabila berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut :  Terdapat masalah dalam proses yang ditunjukkan melalui tingkat performansi proses yang rendah.  Memberikan pelatihan kepada karyawan baru.  Mengembangkan sistem pengukuran.  Menganalisis ketidaksinkronan, kesenjangan, dan lain-lain, yang berkaitan dengan proses.  Landasan untuk perbaikan proses terus-menerus.
  • 19. II-19 2.4.2 Diagram Pareto (Pareto Diagram) Suatu diagram atau grafik yang menjelaskan hirarkhi dari masalah- masalah yang timbul sehingga berfungsi untuk menentukan prioritas penyelesaian masalah. Urutan-urutan prioritas perbaikan untuk mengatasi permasalahan dapat dilakukan dengan memulai pada masalah dominan yang diperlukan dan yang diperoleh dari diagram pareto ini. Setelah diadakannya perbaikan dapat dibuat diagram pareto baru untuk membandingkan dengan kondisi sebelumnya. Jadi kegunaan diagram pareto ini, antara lain : 1. Menunjukkan masalah utama dengan menunjukkan urutan prioritas dari beberapa masalah. 2. Menyatakan perbandingan masing-masing masalah terhadap keseluruhan. 3. Menunjukkan tingkat perbaikan setelah tindakan perbaikan pada daerah terbatas. 4. Menunjukkan perbandingan masing-masing masalah sebelum dan sesudah perbaikan. Terdapat banyak aspek dalam produksi yang harus diperbaiki, yaitu : cacat, alokasi waktu, penghematan biaya dan seterusnya. Dalam fakta, setiap permasalahan terdiri dari banyak masalah kecil-kecil sehingga menjadi sulit hanya untuk mengetahui bagaimana melangkah ke pemecahannya. Pada dasarnya diagram Pareto dapat digunakan sebagai alat interpretasi untuk:  Menentukan frekuensi relatif dan urutan pentingnya masalah- masalah atau penyebab-penyebab dari masalah yang ada.  Memfokuskan perhatian pada isu-isu kritis dan penting melalui pembuatan ranking terhadap masalah-masalah atau penyebab-penyebab dari masalah itu dalam bentuk yang signifikan.
  • 20. II-20 Sebuah diagram pareto menunjukkan masalah apa yang pertama harus kita pecahkan untuk menghilangkan kerusakan dan memperbaiki operasi. Item cacat yang paling sering muncul ditangani terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan item cacat tertinggi kedua dan seterusnya. Walaupun diagram ini sangat sederhana, grafik balok ini sangat berguna dalam pengendalian mutu pabrik, kita dapat lebih mudah melihat kerusakan mana yang paling penting dengan grafik balok dari pada dengan menggunakan sebuah tabel bilangan saja. Diagram ini berdasarkan pekerjaan Vilfredo Pareto, seorang pakar ekonomi di abad ke-19. Joseph M. Juran mempopulerkan pekerjaan Pareto dengan menyatakan bahwa 80% permasalahan perusahaan merupakan hasil dari penyebab yang hanya 20%. Kontribusi relatif dalam diagram Pareto kemungkinan besar terletak pada nilai-nilai frekuensi relatif, biaya relatif, dan lain-lainnya. Kontribusi relatif digambarkan sebagai garis lintasan tebal dalam diagram, sedangkan garis kumulatif adalah fungsi dari kontribusi kumulatif. Prosedur penentuan prioritas dalam diagram Pareto sebagai berikut:  Pemilihan konsistensi yang akan diranking dan diukur (misalnya frekuensi, biaya, dan lain-lain).  Menyusun daftar-daftar elemen dari kiri ke kanan di atas aksis garis horizontal sebagai ukuran order.  Mengatur kesesuaian skala vertical pada bagian kiri dan di atas klasifikasinya.  Mengatur skala 0-100% di bagian kanan dan menarik garis tegas yang lebih tinggi dari garis yang tertinggi, dan menggesernya pada posisi di atas basis kumulatif yang ditarik dari kiri ke kanan. Pada sistem pengendalian kualitas, setelah dilakukan langkah- langkah pengendalian proses, maka langkah selanjutnya adalah melakukan
  • 21. II-21 tindakan perbaikan pada faktor-faktor yang masih mempunyai kekurangan walaupun proses telah dikendalikan. Akan tetapi tindakan perbaikan pada faktor-faktor tersebut tidak dapat dilakukan pada saat yang bersamaan karena tidak efisien dari segi ekonomis. Tata Cara Pembuatan Diagram Pareto adalah sebagai berikut : 1. Buat klasifikasi dari cacat. 2. Tentukan periode dari diagram Pareto. 3. Tulis jumlah cacat yang timbul pada periode waktu yang telah ditentukan. 4. Buat dua sumber koordinat. 5. Gunakan garis horizontal untuk menggambarkan presentase. 6. Buat diagram-diagram dimana tinggi diagram menyatakan presentase jenis cacat. 2.4.3 Diagram Sebab-Akibat (Cause and Effect Diagram) Diagram sebab akibat adalah suatu diagram yang menunjukkan hubungan antara sebab dan akibat. Berkaitan dengan pengendalian proses statistical, diagram sebab akibat dipergunakan untuk menunjukkan faktor- faktor penyebab (sebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab itu. Diagram sebab-akibat ini sering juga disebut sebagai diagram tulang ikan (fishbone) karena bentuknya seperti kerangka ikan, atau diagram Ishikawa (Ishikawa’s diagram) karena pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Kaoru Ishikawa dari Universitas Tokyo pada tahun 1953. Setiap „tulang‟ mewakili kemungkinan sumber kesalahan. Diagram ini merupakan suatu diagram yang digunakan untuk mencari unsur penyebab yang diduga dapat menimbulkan masalah tersebut. Diagram ini sering disebut dengan diagram tulang ikan karena menyerupai bentuk susunan tulang ikan. Bagian kanan dari diagram biasanya menggambarkan akibat atau permasalahan
  • 22. II-22 sedangkan cabang-cabang tulang ikannya menggambarkan penyebabnya. Pada umumnya bagian akibat pada diagram ini berkaitan dengan masalah kualitas. Sedangkan unsur-unsur penyebab biasanya terdiri dari faktor-faktor manusia, material, mesin, metode, dan lingkungan. Komposisi bahan mentah dapat sedikit berbeda dengan sumber pasokan dan mungkin terdapat perbedaan ukuran dalam batas yang di izinkan. Mesin kelihatannya berfungsi dengan cara yang sama, tetapi dispersi dapat muncul dari sebuah mesin bila beroperasi optimal hanya sebagian dari sebagian waktu kerja. Metode kerja yang samapun dapat menunjukkan perbedaan dalam hasil prosesnya. Kegunaan dari diagram ini adalah untuk menemukan faktor-faktor yang merupakan sebab pada suatu masalah. Untuk menentukan faktor-faktor yang berpengaruh, ada lima faktor utama yang harus diperhatikan yaitu manusia, material, metode, mesin dan lingkungan, diagram ini berfungsi: 1. Menemukan faktor yang berpengaruh pada karakteristik kualitas 2. Prinsip bebas, penyebab yang berdiri sendiri 3. Untuk pengisian digunakan metode sumbang saran 4. Menggunakan metode 4 M + 1 L (mesin, material, metode, manusia, lingkungan). Bila terdapat sedikit perbedaan dalam bahan mentah, peralatan dan metoda kerja, dispersi produk dalam histogram akan bertambah besar. Faktor penyebab sebaran adalah bahan mentah, peralatan, metode kerja dan sebagainya, perbedaan ini menghasilkan dispersi mutu produk. Mutu yang ingin kita perbaiki dan kendalikan disebut “karakteristik mutu”. Yang dapat menyebabkan penyebaran disebut faktor. Untuk mengilustrasikan pada sebuah diagram hubungan antara sebab dan akibat kita ingin mengetahui sebab dan akibat dalam bentuk yang nyata. Oleh karenanya, akibat = karakteristik mutu, dan sebab = faktor.
  • 23. II-23 Dalam diagram sebab akibat, faktor merupakan penyebab terjadinya cacat, sementara karakteristik mutu merupakan akibat. Pada umumnya, faktor harus ditulis lebih rinci untuk membuat diagram menjadi bermanfaat. 2.4.4 Diagram Kontrol (Control Chart) Prinsip kerja SPC adalah diagram-diagram kontrol / pengendalian. Diagram kontrol adalah salah satu bagian dari diagram proses yang berbentuk cukup sederhana, dan terdiri atas dua tipe, yaitu : • Special cause variation, sumber dari varian yang tidak sepenuhnya tersedia pada waktu yang bersamaan, dan muncul dari keadaan yang spesifik. • Common cause variation, sumber dari variasi yang berpengaruh pada segenap nilai individual dari karakteristiknya. Hal terpenting dalam membedakan kedua tipe diagram kontrol tersebut adalah dengan meninjaunya dari bagaimana cara memangkas adanya variasi penyebab khusus yang secara fundamental sangat berbeda dari „common cause variation‟. Strategi dalam menghadapi ‘common cause variation’ adalah bagaimana cara untuk menekan atau mereduksi sinyalemen kejadiannya. Misalnya, pendeteksian awal dengan metode desain kontrol, atau dengan mengukur kapabilitas dan kinerja proses yang memperlihatkan penurunan / pelemahan atau tidak. Kalaupun ada, strategi pengembangan dan peningkatannya perlu ditinjau kembali, terutama di titik-titik kritis pentahapan proses. Berbeda dengan „special cause variation’, dalam menghadapi kejadian tersebut, disarankan untuk berkonsentrasi pada aktivitas penstabilan aktivitas proses dengan kembali pada fokus kontrol. Ini karena ‘special cause’ (penyebab khusus) hanya dapat diidentifikasi dengan diagram kontrol yang memiliki empat kriteria standar, antara lain : • Seluruh titik berada di luar garis kontrol; • Lintasan tujuh poin di atas atau di bawah garis tengah;
  • 24. II-24 • Lintasan tujuh interval atas atau interval bawah; • Seluruh „obvious’ pattern non-random. (Hidayat, 2007, p302-303) 2.5 Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) FMEA adalah sistematika dari aktivitas yang mengidentifikasi dan mengevaluasi tingkat kegagalan (failure) potensial yang ada pada sistem, produk, atau proses terutama pada bagian akar-akar fungsi produk / proses pada faktor-faktor yang mempengaruhi produk / proses. FMEA juga merupakan bentuk-bentuk desain “rank order potential”, dan sebagai pendefinisi proses. Sebagai perangkat kerja metode kualitas, FMEA berfungsi sebagai pengilustrasi dari implementasi metode-metode kualitas yang sesuai, yaitu sebagai media pengeliminasi dan pereduksi adanya perubahan-perubahan nilai yang terjadi karena adanya “failure occurring”. Tujuan FMEA adalah mengembangkan, meningkatkan, dan mengendalikan nilai / harga probabilitas dari “failure” yang terdeteksi dari sumber (input), dan juga mereduksi efek-efek yang ditimbulkan oleh kejadian “failure” tersebut. Fokus FMEA adalah strategi preventif terhadap meningkatnya nilai faktor-faktor “non-conformance”, dan merupakan salah satu perangkat kerja dalam menganalisis resiko-resiko dalam sistem, produk, maupun proses. Dalam inisiatif Six Sigma, FMEA dikolaborasikan dengan model Kano sebagai landasan penerjemahan tingkat-tingkat ekspektasi konsumen. Model Kano berperandalam fungsi-fungsi pendefinisian praktis atas ekspektasi konsumen (termasuk definisi kepuasan konsumen), sedangkan FMEA berperan sebagai perangkat kerja dalam mereduksi tingkat-tingkat ketidakpuasan konsumen dan bukan sebagai metode peningkatan kepuasan konsumen. (Hidayat, 2007, p244-245)
  • 25. II-25 Definisi dari berbagai terminologi dalam FMEA adalah sebagai berikut : (Pyzdek, 2003, p596-599) : 1. Potential Failure Mode adalah kegagalan-kegagalan yang mungkin terjadi dan yang mungkin tidak disukai oleh customer. 2. Potential Failure Effect adalah hal-hal yang muncul apabila kegagalan (Potential Failure Mode) itu terjadi. 3. Potential Causes adalah kemungkinan penyebab dari Potential Failure Mode tersebut. 4. Severity adalah penilaian atas seberapa signifikan kegagalan tersebut bisa memberikan kepada customer. Penilaian dengan pemberian rating untuk Severity bisa dilihat pada tabel di bawah ini. (Pyzdek, 2003, p598-599)
  • 26. II-26 Tabel 2.5 Penjelasan Nilai Rating Severity dalam FMEA Rating Severity (SEV) 1 Minor. Customer tidak akan menyadari efeknya atau bahkan menganggap hal itu tidak penting. 2 Customer akan mengetahui efeknya. 3 Customer akan merasa terganggu terhadap kinerja yang rendah. 4 Sedang. Customer akan merasakan ketidakpuasan karena kinerja yang rendah 5 Produktivitas akan customer menurun. 6 Customer akan melakukan komplain. Sangat mungkin terjadi customer meminta perbaikan, retur, atau bahkan uang ganti rugi. Hal ini akan menyebabkan peningkatan biaya internal (perbaikan, pengerjaan ulang, dsb). 7 Kritis. Loyalitas customer akan berkurang. Operasional internal juga terkena dampak imbasnya 8 Goodwill customer akan hilang sepenuhnya sebagai akibat dari efeknya. Operasional internal sangat terganggu. 9 Keselamatan customer atau karyawan lemah. 10 Bencana. Customer atau karyawan berada dalam bahaya tanpa peringatan. Sumber: Pyzdek, 2003, p598
  • 27. II-27 5. Occurence adalah penilaian atas seberapa sering penyebab dari kegagalan ini terjadi. Penilaian dengan pemberian rating untuk Occurence bisa dilihat pada tabel di bawah ini. (Pyzdek, 2003, p598-599) Tabel 2.6 Penjelasan Nilai Rating Occurrence dalam FMEA Rating Occurrence (OCC) 1 Hampir tidak pernah terjadi. 2 Tingkat kegagalan yang terdokumentasi rendah. 3 Tingkat kegagalan yang tidak terdokumentasi rendah. 4 Kegagalan terjadi dari waktu ke waktu. 5 Tingkat kegagalan yang terdokumentasi sedang. 6 Tingkat kegagalan yang tidak terdokumentasi sedang. 7 Tingkat kegagalan yang terdokumentasi tinggi. 8 Tingkat kegagalan yang tidak terdokumentasi tinggi. 9 Kegagalan sangat sering terjadi. 10 Kegagalan hampir selalu terjadi. Sumber: Pyzdek, 2003, p598 6. Detectability adalah penilaian atas seberapa mungkin penyebab kegagalan itu bisa terdeteksi oleh sistem yang telah ada di perusahaan saat ini. Penilaian dengan pemberian rating untuk Detectability bisa dilihat pada tabel di bawah ini. Catatan: p adalah perkiraan probabilitas suatu kegagalan tidak terdeteksi. (Pyzdek, 2003, p598-599)
  • 28. II-28 Tabel 2.7 Penjelasan Nilai Rating Detectability dalam FMEA Rating Detectability (DET) 1 Hampir pasti bisa terdeteksi sebelum sampai ke tangan customer. (p ≈ 0) 2 Kemungkinan sangat rendah untuk sampai ke tangan customer tanpa terdeteksi. (0 < p ≤ 0.01) 3 Kemungkinan rendah untuk sampai ke tangan customer tanpa terdeteksi. (0.01 < p ≤ 0.05) 4 Biasanya terdeteksi sebelum sampai ke tangan customer. (0.05 < p ≤ 0.20) 5 Kemungkinan bisa terdeteksi sebelum sampai ke tangan customer. (0.20 < p ≤ 0.50) 6 Kemungkinan tidak terdeteksi sebelum sampai ke tangan customer. (0.50 < p ≤ 0.70) 7 Sangat tidak mungkin terdeteksi sebelum sampai ke tangan 102 customer. (0.70 < p ≤ 0.90) 8 Kemungkinan terdeteksi buruk. (0.90 < p ≤ 0.95) 9 Kemungkinan terdeteksi sangat buruk. (0.95 < p ≤ 0.99) 10 Hampir pasti kegagalan tidak akan terdeteksi. (p ≈ 1) Sumber: Pyzdek, 2003, p598 7. Risk Priority Number (RPN) adalah hasil perkalian antara Severity (SEV), Occurrence (OCC), dan Detectability (DET). 8. Recommended Action adalah usulan-usulan yang dapat dilakukan untuk mengatasi penyebab-penyebab kegagalan tersebut dan mengurangi angka Risk Priority Number (RPN).