SlideShare a Scribd company logo
ANALISIS SWOT TERHADAP SIX SIGMA
              UNTUK PENENTUAN STRATEGI MASA DEPAN

                                Wenny Chandra
              Jurusan Teknik Industri, Universitas Kristen Maranatha
                       wenny.chandra@eng.maranatha.edu

                                      Abstrak

Sejak Motorola pertama kali mengembangkan program kualitas bernama Six Sigma di
tahun 1988, telah banyak literatur dan artikel yang bermunculan berkaitan dengan
penerapan dan keberhasilan Six Sigma. Tapi tidak banyak penelitian yang membahas
tentang potensi dan keterbatasan aktual, serta kemungkinan perbaikan pendekatan
kualitas ini, baik metode-metode yang digunakan maupun penerapan Six Sigma dalam
berbagai jenis organisasi.

Sama halnya seperti organisasi yang harus mengenali kekuatan & kelemahan internal
maupun eksternal untuk dapat mengembangkan strategi jitu supaya lebih berhasil di
masa depan, demikian pula dengan Six Sigma. Untuk dapat bertahan bahkan untuk
mencapai penggunaan yang lebih luas, Six Sigma harus mengenali kemampuannya
(baik kekuatan maupun kelemahan), kesempatan untuk pengembangan, juga
hambatan yang mungkin ditemui.

Hal tersebut dicapai dengan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities,
Threats) terhadap Six Sigma. Selain itu, untuk melihat bagaimana pengaruh
lingkungan yang dinamis terhadap kekuatan & kelemahan Six Sigma, dilakukan
analisis pengaruh (impact analysis).

Hasil dari studi ini adalah bahwa untuk mencapai penggunaan lebih luas, Six Sigma
harus memanfaatkan secara maksimal kekuatan yang sudah dimiliki. Sedangkan
untuk memperbaiki kelemahannya, Six Sigma harus dapat menyesuaikan diri dengan
perkembangan industri non manufaktur, perencanaan skenario untuk lingkungan yang
dinamis, dan pencapaian optimum global, bukan lokal.

Kata kunci: Six Sigma, analisis SWOT, analisis pengaruh.


Pendahuluan

Di tahun 1988, Motorola Inc. mengembangkan suatu program peningkatan kualitas
yang dinamakan Six Sigma. Sigma atau σ sebenarnya adalah suatu simbol yang
digunakan untuk melambangkan nilai suatu populasi yang berdistribusi normal.
Secara matematis, 99,73% populasi akan berada di dalam batas 3 sigma di atas dan di
bawah nilai rata-rata populasi tersebut. Sedangkan Six Sigma adalah suatu cara untuk
menyatakan kemampuan suatu proses menghasilkan produk/jasa dengan hanya 3,4
cacat per juta unit produk/kesempatan.

Standar pengukuran ini memungkinkan adanya suatu perbandingan antar proses yang
serupa maupun berbeda dalam perusahaan kecil maupun besar. Dalam perkembangan
selanjutnya, Motorola menjalankan program Six Sigma bukan hanya untuk
menghasilkan produk “hampir” bebas cacat, tapi juga menghilangkan cacat di seluruh
proses dalam organisasi tersebut.

Sejak saat itu, program kualitas ini menyebar ke perusahaan lain seperti General
Electric (GE), Allied Signal, dan IBM. GE dalam laporan tahunannya melaporkan di
tahun 1999 bahwa penerapan Six Sigma menghabiskan lima ratus juta dollar namun
menghasilkan penghematan sebesar lebih dari dua miliar dollar.

Dengan meningkatnya perhatian pada Six Sigma, makin banyak juga artikel atau buku
yang ditulis dengan topik Six Sigma. Pembaca yang pertama kali mengenal Six Sigma
mungkin menyimpulkan bahwa tidak ada yang baru di dalamnya. Six Sigma
menggunakan metode-metode yang sudah dikenal sejak lama seperti 7 Tools,
ANOVA dan DOE. Namun yang membedakan dan menjadi kunci sukses adalah cara
Six Sigma mengemas pemakaian metode tersebut dalam kerangka proyek-proyek yang
dijalankan dengan tujuan yang jelas, jangka waktu yang pasti, dan target yang
dinyatakan dalam satuan uang.

Namun, ada juga suara negatif dalam penerapan Six Sigma ini. Pelatihan untuk
menghasilkan Green Belt, Black Belt, Master Black Belt, dan Champion – hirarki
sumber daya manusia yang terlibat dalam proyek Six Sigma – membutuhkan modal
awal puluhan bahkan ratusan ribu dollar yang tidak mungkin dimiliki oleh perusahaan
skala kecil sampai menengah. Motorola meskipun melaporkan keberhasilan di tahap
awal penerapan Six Sigma, namun pada akhirnya tetap dikalahkan para pesaingnya
karena ketidakmampuan mengenali keinginan konsumen.

Melihat hal-hal di atas, makalah ini mencoba membahas strategi apa yang harus
diterapkan Six Sigma, seperti layaknya yang dilakukan suatu organisasi, untuk tetap
bertahan bahkan mencapai pemakaian yang lebih luas di masa depan.


Metodologi Penelitian

Untuk mendapatkan strategi yang jitu, suatu perusahaan harus mengenali kekuatan
dan kelemahannya, dan bagaimana perubahan lingkungan yang dinamis dapat
dimanfaatkan sebagai suatu kesempatan atau diwaspadai sebagai suatu ancaman.
Untuk mendapatkan strategi jitu untuk memperluas pemakaian Six Sigma, maka akan
dilakukan suatu analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats)

Dalam makalah ini, kekuatan dan kelemahan Six Sigma akan dilihat dari struktur
internal Six Sigma. Kekuatan berasal dari definisi dan penerapan Six Sigma yang
menjadi sumber manfaat penerapan Six Sigma. Sedangkan kelemahan adalah isi dari
Six Sigma yang perlu ditingkatkan untuk mencapai pengaruh yang lebih besar.

Di lain pihak, kesempatan bagi Six Sigma adalah faktor-faktor luar yang bisa
dimanfaatkan untuk perubahan Six Sigma ke arah penerapan yang lebih luas.
Sedangkan ancaman merupakan masalah-masalah yang dapat mengurangi penerapan
Six Sigma atau membuat Six Sigma tergantikan oleh program kualitas lain di masa
depan
Untuk mengevaluasi perubahan lingkungan yang dinamis terhadap kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki Six Sigma, dilakukan analisis pengaruh (impact analysis).
Dalam analisis ini diberikan nilai +5 sampai –5 untuk tiap kekuatan dan kelemahan
Six Sigma dalam setiap perubahan lingkungan. Melalui penilaian ini akan dikenali:
    Perubahan lingkungan yang paling kritis
    Kekuatan yang akan sama atau malah berubah menjadi kelemahan dalam
    lingkungan yang sudah berubah
    Unsur internal yang paling terpengaruh oleh perubahan lingkungan

Arti dari nilai yang diberikan adalah:
        Nilai positif menunjukkan kekuatan Six Sigma yang akan membantunya
        memanfaatkan kesempatan atau menyelesaikan masalah yang ditimbulkan
        perubahan lingkungan. Nilai positif juga menunjukkan kelemahan Six Sigma
        yang terbantu oleh perubahan lingkungan.
        Nilai negatif menunjukkan kekuatan Six Sigma yang akan berkurang karena
        adanya perubahan lingkungan. Nilai negatif juga menunjukkan kelemahan
        Six Sigma yang akan menghambatnya mengatasi masalah baru yang
        disebabkan perubahan lingkungan.
        Nilai nol menunjukkan bahwa kekuatan atau kekuatan Six Sigma tidak
        terpengaruh oleh perubahan lingkungan.


Hasil & Pembahasan

1. Analisis SWOT

   KEKUATAN

      Six Sigma melakukan pengukuran
      Baik proses produksi yang diukur performansinya dari jumlah cacat, atau jasa
      yang bisa diukur dari waktunya, semua proses mengalami pengukuran. Baik
      ukuran yang menunjukkan performansi dahulu, sekarang, dan target untuk
      peningkatan di masa depan. Dengan demikian semuanya lebih nyata, arah &
      tujuan ke depan lebih jelas.

      Semua diterjemahkan menjadi satuan uang
      Karena pengukuran dinyatakan dalam angka, maka lebih mudah untuk
      menerjemahkannya menjadi penghematan dalam bentuk uang. Akibatnya
      dapat dirasakan langsung dalam peningkatan keuntungan perusahaan.

      Kemudahan mengenali proyek yang layak dilakukan
      Penghematan dalam bentuk uang memungkinkan perhitungan rasio usaha
      terhadap akibat dari tiap proyek [4]. Jika uang yang dikeluarkan (usaha) lebih
      besar dari hasil yang akan didapat (akibat), proyek tersebut tidak layak
      dijalankan. Proyek yang mempunyai rasio terkecil akan mendapat prioritas
      untuk dijalankan lebih dahulu.

      Fokus pada pelanggan
Pelanggan adalah raja. Six Sigma mengharuskan proses ditujukan untuk
mendapatkan apa yang pelanggan inginkan. Ini dicapai dengan mendefinisikan
CTQ (Critical to Quality), faktor yang menjadi cerminan kebutuhan konsumen.

Pendekatan top-down
Dalam cerita sukses tipikal Six Sigma, pendekatan top-down ini selalu
dilakukan. Inisiatif dan komitmen penuh berasal dari manajemen atas dahulu,
baru kemudian “ditularkan” pada tiap orang dalam organisasi, baik sebagai
suatu pendekatan atau bahkan menjadi filosofi dalam rangka peningkatan
kualitas.

Infrastruktur dengan hirarki yang jelas




                  Gb. 1 Hirarki Personel Six Sigma [7]



Seperti terlihat pada gambar 1, di ujung piramid terbalik ada manajemen
tingkat atas, kemudian makin ke atas makin banyak orang yang berfungsi
sebagai Champion, Master Black Belt dan seterusnya. Pada bagian teratas,
pelanggan menjadi dasar yang kuat.

Infrastruktur semacam ini memungkinkan adanya kerja tim. Manajemen
tingkat atas dan Champion berfungsi sebagai pemimpin. Master Black Belt &
Belt sebagai pelaku utama karena keahlian mereka dalam statistik. Pada saat
yang sama mereka juga mengawasi Green Belt yang merupakan orang-orang
lapangan yang paling menguasai proses yang sedang ditangani.

Personel yang berdedikasi dan berkualitas
Dalam banyak cerita sukses Six Sigma, orang-orang yang dipilih untuk
mengerjakan proyek-proyek Six Sigma adalah yang terbaik dalam perusahaan
tersebut. Setelah menyelesaikan pelatihan, seorang Black Belt akan bekerja
penuh untuk proyek Six Sigma. Rata-rata dia dapat menyelesaikan empat
sampai 6 proyek, di samping pada saat yang sama juga melatih Green Belt [7].

Penyelesaian masalah dengan dukungan data dan pendekatan statistik
Karena sangat mementingkan pengukuran, Six Sigma sangat bergantung pada
 data. Metode-metode statistik kemudian diterapkan untuk menganalisis data
 yang terkumpul. Kemudian sistem dinyatakan secara statistik dalam bentuk
 Level Sigma yang tercapai. Ini adalah gambaran sistem yang jelas, yang dapat
 diperbandingkan antara proses-proses yang ada.

 Metodologi penyelesaian masalah yang terstruktur
 DMAIC (Define Measure Analyze Improve Control) untuk proses yang sudah
 ada dan DMADV (Define Measure Analyze Design Verify) untuk proses baru.
 Ini adalah tahapan lewat mana proyek Six Sigma dilaksanakan. Merupakan
 suatu prosedur yang mudah diikuti dan berlaku umum untuk semua pelaku Six
 Sigma.

 Bahasa yang sama antar departemen atau industri
 Sebelum munculnya Six Sigma, tiap perusahaan khususnya manufaktur bisa
 menerapkan ukuran yang berbeda-beda: Cp, Cpk, % yield, waktu siklus.
 Demikian juga perusahaan non manufaktur dengan istilahnya masing-masing.
 Dengan Six Sigma semua performansi dikenali dengan istilah Level Sigma,
 baik untuk proses produksi maupun pelayanan. Dengan satu ukuran dan
 bahasa yang seragam, dicapai pengertian yang cepat dan tepat.


KELEMAHAN

 Phobia terhadap statistik
 Butuh waktu dan kemauan untuk mempelajari statistik yang menjadi dasar Six
 Sigma. Banyak orang langsung ‘alergi’ mendengar kata statistik.

 Biaya pelatihan
 Sumber daya untuk memberi pelatihan kepada sejumlah orang, bukan hanya
 biaya pelatihan tapi juga kegiatan yang terganggu atau harus digantikan orang
 lain. Dengan biaya puluhan bahkan ribuan dollar hanya perusahaan besar yang
 mempunyai modal awal cukup untuk memulai program Six Sigma ini.

 Pengukuran CTQ
 Sangat mudah untuk mengukur jumlah cacat pada produk hasil proses
 manufaktur. Tapi pada organisasi pemberi jasa, membutuhkan lebih banyak
 pemikiran dan manipulasi untuk mendefinisikan CTQ. Misalnya dengan
 memberikan penilaian subjektif (skala 1 sampai dengan 10) untuk suatu atribut
 pelayanan. Jika nilai yang didapat kurang dari 5, maka pelayanan tersebut
 dianggap cacat. Hasilnya yang didapatkan adalah ukuran yang subjektif.
 Dengan mengubah batas penentuan cacat tidaknya suatu pelayanan, akan
 didapatkan level sigma yang berbeda tentang suatu operasi.

 Selain subjektivitas, CTQ juga terkadang tidak dapat mencerminkan kondisi
 yang sebenarnya. Misalnya CTQ = jumlah pesawat yang tinggal landas tepat
 waktu atau jumlah kecelakaan di suatu lokasi konstruksi. Ukuran ini tidak
 mengukur seberapa terlambat pesawat tersebut atau seberapa serius kecelakaan
 yang terjadi.
Kurangnya pelatihan untuk menangani proses non manufaktur
Sebagai suatu program yang lahir dari lingkungan manufaktur, metodologi
yang diperkenalkan dalam pelatihan adalah yang umum dipakai dalam
menangani masalah manufaktur yang kebanyakan mempunyai data-data
kuantitatif. Meskipun telah mengikuti pelatihan Six Sigma, industri non
manufaktur dengan karakteristik data kualitatif/atribut (misalnya hasil survei
pelanggan, status pembayaran pelanggan) tidak diperlengkapi dengan
metodologi yang tepat untuk menangani data semacam ini. Seringkali industri
non manufaktur harus mencari dan mempelajarai kembali metode-metode lain
yang sesuai dengan karakteristik data yang dimiliki [14].

Pen-dogma-an Six Sigma
Tidak setiap metodologi Six Sigma sesuai untuk menyelesaikan permasalahan
yang spesifik. Misalnya dalam pemasaran yang berkaitan langsung dengan
pelanggan, tidak tepat untuk melakukan desain eksperimen [6].

Kebanyakan metodologi Six Sigma juga terlalu kompleks untuk kebanyakan
kesempatan peningkatan kualitas [15]. Untuk masalah yang membutuhkan
respons cepat dan solusi segera, Six Sigma dengan struktur DMAIC bukanlah
pendekatan yang terbaik. Tapi seringkali pelaku Six Sigma terlalu terpaku
melakukan hal-hal dengan cara Six Sigma, sehingga cara lain dipandang kurang
tepat [1].

Asumsi kenormalan [6]
Banyak metodologi Six Sigma membutuhkan asumsi bahwa proses-proses
mempunyai perilaku yang berdistribusi normal. Misalnya proses yang
mempunyai level enam sigma hanya mempunyai 3,4 cacat dalam sejuta
kesempatan mensyaratkan variasi dalam proses tersebut mengikuti distribusi
normal.

Berdasarkan teorema limit sentral, suatu proses yang mempunyai banyak
sumber variasi akan berperilaku normal. Tapi beberapa proses yang hanya
dipengaruhi satu atau dua faktor penting tidak dapat dikatakan normal karena
tidak memenuhi syarat teorema limit sentral. Mengasumsikan kenormalan
dalam kasus ini akan mengakibatkan kesimpulan yang salah.

Tidak ada alasan pergeseran 1,5σ
Dalam perhitungan level sigma suatu proses, diiijinkan adanya suatu
pergeseran jangka panjang sebanyak 1,5σ. Jadi 3,4 cacat per sejuta
kesempatan sebenarnya adalah untuk jarak 4,5σ dari rata-rata proses. Tapi
tidak ada alasan yang kuat mengapa yang diambil adalah pergeseran sebanyak
1,5σ [13].

Ketidakmampuan melihat secara sistem
Penentuan tujuan per proyek menimbulkan resiko pemikiran pelaku Six Sigma
terkotak-kotak hanya pada proyek yang sedang dijalankan. Ini menyebabkan
tidak tercapainya peningkatan yang optimal. Dengan kata lain, yang tercapai
adalah optimum lokal, bukan global [5].
KESEMPATAN

  Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan perangkat lunak
  Karena intensifnya penggunaan data dan metode statistik dalam Six Sigma,
  perkembangan ini menciptakan peluang bagi perkembangan Six Sigma yang
  lebih luas [6]:
       ⇒ Pengawasan otomatis, akses ke database besar
       ⇒ Ketersediaan & kemudahan penggunaan metode statistik yang
           dimungkinkan software komersial
       ⇒ Pertukaran informasi global dengan bantuan internet dan e-mail.

  Tuntutan pelanggan yang makin beraneka ragam
  Karena fokus Six Sigma adalah kepuasan pelanggan, perkembangan ini dapat
  dipandang sebagai suatu kesempatan. Dengan pendefinisian multi-CTQ,
  kepuasan pelanggan dapat tercapai sesuai tuntutan.

  Kesadaran akan pentingnya sertifikasi
  Pelanggan menjadi lebih kritis mengenai kualitas, mereka makin menuntut
  suatu sertifikasi untuk meyakinkan bahwa suatu perusahaan memenuhi standar
  untuk menghasilkan produk berkualitas. Misalnya dengan makin maraknya
  sertifikasi ISO. Perkembangan ini menunjukkan adanya kesempatan bagi Six
  Sigma untuk membuat sertifikasi bagi perusahaan yang telah mencapai level
  sigma tertentu.

  Perkembangan perusahaan-perusahaan non manufaktur
  Walaupun Six Sigma lahir dan sampai sekarang lebih banyak digunakan dalam
  proses manufaktur, tapi pemakaian Six Sigma tidak terbatas sampai di situ.
  Dengan adanya krisis ekonomi yang lebih banyak mempengaruhi perusahaan
  manufaktur, muncul suatu kesempatan bagi Six Sigma untuk lebih
  memantapkan penggunaannya dalam lingkungan non manufaktur. Secara lebih
  spesifik, dirasakan adanya kebutuhan untuk spesialisasi Six Sigma untuk
  pelayanan yang sifatnya transaksi, atau untuk pembuatan software [4].

  Lingkungan yang makin dinamis
  Untuk mengantisipasi perubahan yang cepat, meningkatkan kreativitas,
  mendorong langkah-langkah proaktif, maka dibutuhkan perencanaan skenario
  untuk kemungkinan pencapaian performansi Six Sigma yang lebih baik [5].


ANCAMAN

  Krisis ekonomi
  Sejak terjadinya krisis ekonomi tahun 1998, banyak perusahaan di Indonesia
  yang belum pulih kondisi keuangannya. Tingginya modal awal yang
  dibutuhkan untuk memulai program Six Sigma merupakan hambatan besar
  meluasnya penerapan Six Sigma di banyak perusahaan.

  Persaingan dari metodologi yang lain: Sertifikasi ISO
  Sertifikasi ISO merupakan program kualitas yang menitikberatkan pada
  pencapaian suatu standar kualitas yang sudah baku. Standar ISO dengan
banyak variasi untuk berbagai jenis perusahaan dan diakui secara internasional
        menjadi saingan berat Six Sigma


2. ANALISIS PENGARUH
   Hasil dari Analisis Pengaruh dapat dilihat dalam Tabel 1.

                         Tabel 1. Analisis Pengaruh terhadap Six Sigma




                                                                                       Semakin pentingnya
                         teknologi informasi,



                                                tuntutan pelanggan
                         software, internet




                                                                     Lingkungan yang




                                                                                                                             Metodologi lain
 Perubahan
                         Perkembangan




                                                                                                            Krisis ekonomi
                                                Meningkatnya
 lingkungan




                                                                                       manufaktur
                                                                                                                                               +      -




                                                                                       sektor non
 (KESEMPATAN




                                                                     dinamis
 & ANCAMAN)



 KEKUATAN
 Pendekatan
 kuantitatif, berbasis        +5                     0                 +1                   +2               0                  0              +8    0
 data, statistik
 Fokus kepada
                              +3                   +5                  +3                   +4               0               +1                +16   0
 pelanggan
 Infrastruktur sdm            +2                     0                   0                   0               0               +3                +5    0
 Metodologi
 terstruktur                  +5                   +2                  +2                   +2               0               +3                +14   0
 (DMAIC)
 Bahasa seragam               +3                   +3                  +2                   +2               0               +2                +12   0
 KELEMAHAN
 Modal awal tinggi            +1                     0                  -2                   -3             -5               -2                +1    -12
 Subjektivitas CTQ            0                     -2                  -2                   -1             0                -2                 0     -7
 Kurangnya
 pelatihan dalam                0                   -1                  -1                   -5             -2               -3                 0    -12
 non manufaktur
 Pen-dogma-an                   0                   -1                  -2                   0               0               +2                +2    -3
 Tidak berpikir
                                0                    0                  -3                   0               0               -3                 0    -6
 sistem
 Nilai Pengaruh             +25                  +15                 +10                   +14              +2               +17
 Lingkungan                     0                   -4                -10                    -9             -7               -10



Dari Tabel 1 terlihat bahwa semua kekuatan mendapat nilai positif, berarti semua
kekuatan Six Sigma akan tetap menjadi kelebihannya dalam lingkungan yang berubah.
Sedangkan untuk kelemahan, faktor ‘modal awal tinggi’ dan ‘kurangnya pelatihan
dalam sektor non manufaktur’ mendapat nilai negatif yang paling tinggi yaitu –12.
Faktor yang juga perlu diperhatikan adalah ‘subjektivitas CTQ’ dan ‘tidak berpikir
sistem’ yang masing-masing mendapat nilai –7 dan –6. Keempat faktor yang
disebutkan terakhir (dengan prioritas pada dua faktor pertama) merupakan faktor yang
perlu diperbaiki kelemahannya supaya Six Sigma dapat tetap bertahan dalam
lingkungan yang berubah.
Dari sisi perubahan lingkungan, “perkembangan teknologi informasi, software,
internet” (+25), “metodologi lain” (+17), “meningkatnya tuntutan pelanggan” (+15)
dan “semakin pentingnya sektor non manufaktur” (+14) merupakan perubahan yang
harus dapat dimanfaatkan Six Sigma untuk perluasan pemakaiannya. Meskipun
demikian, dari keempat faktor tersebut, “metodologi lain” (-10) dan “semakin
pentingnya sektor non manufaktur” juga harus diwaspadai karena jika tidak disiasati
dengan baik, akan merupakan ancaman yang menghalangi pemakaian Six Sigma lebih
luas. Kesempatan yang ada jika tidak dimanfaatkan akan berbalik menjadi ancaman.
Selain itu, “lingkungan yang dinamis” (-10) dan “krisis ekonomi” (-7) merupakan
perubahan lingkungan yang perlu diwaspadai.


Kesimpulan

Penelitian ini menganalisis potensi maupun kelemahan internal Six Sigma, dan juga
pengaruh perubahan lingkungan terhadap kemampuan Six Sigma. Untuk tetap unggul
sebagai suatu inisiatif peningkatan kualitas, Six Sigma harus dapat mensiasati
perubahan lingkungan dengan cara:
• Memanfaatkan semaksimal mungkin kekuatannya
• Memperbaiki kelemahannya, terutama dengan menggunakan kesempatan yang
   muncul dari semakin kuatnya sektor non manufaktur. Hal ini dapat dicapai
   dengan cara:
     o Meng-customized pelatihan untuk perusahaan non manufaktur
     o Pendefinisian CTQ secara lebih analitis sesuai suara konsumen (misalnya
          dengan QFD)
     o Perencanaan skenario untuk melihat akibat perubahan lingkungan yang
          dinamis
     o Melihat secara sistem, optimum global, bukan lokal


Daftar Pustaka

1. Anon, GE Six Sigma a Joke?, The Emperor’s New Woes
2. Bayle, P., Farrington, M., Sharp, B., Hild, C. & Sanders, D., Illustration of Six
    Sigma Assistance on a Design Project, Quality Engineering, 13(3), 341-348, 2001.
3. Fontenot, G., Behara, R., & Gresham, A., Six Sigma in Customer Satisfaction,
    Quality Progress, December 1994.
4. Fuller, H. T., Observations about the Success and Evolution of Six Sigma at
    Seagate, Quality Engineering, 12(3), 311-315, 2000.
5. Goh, T. N., The Eight Sigma Organization, Keynote Paper SQI Symposium, Oct
    2001.
6. Hahn, G.J., Doganaksoy, N. & Hoerl, R., The Evolution of Six Sigma, Quality
    Engineering, 12(3), 317-326, 2000.
7. Harry, M. & Schroeder, R., Six Sigma : The Breakthrough Management Strategy
    Revolutionizing the World’s Top Corporations, Doubleday, 2000
8. Jones, Milton H., Six Sigma … at a Bank, Six Sigma Forum Magazine, 3(2), ASQ,
    February 2004
9. Lee, C., Why You can Safely Ignore Six Sigma, Fortune, January 22, 2001.
10. Lucier, G.T. & Seshadri, S., GE takes Six Sigma beyond the Bottom Line,
    Strategic Finance, May 2001.
11. Montgomery, D., Beyond Six Sigma, Quality and Reliability Engineering
    International, 17(4), iii-iv, 2001.
12. Pearson, T. A., Six Sigma and the Knowledge Revolution, Quality Congress,
    2000.
13. Snee, R. D., Impact of Six Sigma on Quality Engineering, Quality Engineering,
    12(3), ix-xiv, 2000.
14. Steele, Andrew D., Six Sigma Toolkit at Your Service, Six Sigma Forum
    Magazine, 3(2), ASQ, February 2004
15. At Sixes and Sevens

More Related Content

What's hot

Six sigma-sederhana
Six sigma-sederhanaSix sigma-sederhana
Six sigma-sederhana
Widi Syadzdzuli
 
Six Sigma Sederhana
Six Sigma Sederhana   Six Sigma Sederhana
Six Sigma Sederhana
Gede Manggala
 
Gustiani Rifania Amanda, 122121532, Presentasi six sigma, Syamsir Abduh, Qual...
Gustiani Rifania Amanda, 122121532, Presentasi six sigma, Syamsir Abduh, Qual...Gustiani Rifania Amanda, 122121532, Presentasi six sigma, Syamsir Abduh, Qual...
Gustiani Rifania Amanda, 122121532, Presentasi six sigma, Syamsir Abduh, Qual...
Gustirifania
 
Presentasi six sigma ivo layung sari ( 122-121-520)
Presentasi six sigma   ivo layung sari ( 122-121-520)Presentasi six sigma   ivo layung sari ( 122-121-520)
Presentasi six sigma ivo layung sari ( 122-121-520)
Ivo Layung Sari
 
Nilai Tugas Kel6 MatKul PengMjmnKualitas (Bpk Syamsir Abduh)
Nilai Tugas Kel6 MatKul PengMjmnKualitas (Bpk Syamsir Abduh)Nilai Tugas Kel6 MatKul PengMjmnKualitas (Bpk Syamsir Abduh)
Nilai Tugas Kel6 MatKul PengMjmnKualitas (Bpk Syamsir Abduh)
Huda_Dea
 
Six sigma prof. ir. syamsir abduh, mm, ph d-kelompok 6 abdul salam mm penga...
Six sigma   prof. ir. syamsir abduh, mm, ph d-kelompok 6 abdul salam mm penga...Six sigma   prof. ir. syamsir abduh, mm, ph d-kelompok 6 abdul salam mm penga...
Six sigma prof. ir. syamsir abduh, mm, ph d-kelompok 6 abdul salam mm penga...
Center For Economic Policy Institute (CEPAT)
 
6sigma
6sigma6sigma
6sigma
Mummy Iecha
 
Tugas-Kel6-MatKul-PengMjmnKualitas (Bpk Syamsir Abduh)
Tugas-Kel6-MatKul-PengMjmnKualitas (Bpk Syamsir Abduh)Tugas-Kel6-MatKul-PengMjmnKualitas (Bpk Syamsir Abduh)
Tugas-Kel6-MatKul-PengMjmnKualitas (Bpk Syamsir Abduh)Huda_Dea
 
Lean six sigma
Lean six sigmaLean six sigma
Lean six sigma
HayatyLukeman
 
Improvement Method (internship)
Improvement Method (internship)Improvement Method (internship)
Improvement Method (internship)
Megitta Ignacia
 
Total quality management
Total quality management Total quality management
Total quality management
aeni_30
 
Model quality management sofwtware
Model quality management sofwtwareModel quality management sofwtware
Model quality management sofwtware
Istiqomah Nur Fatayati
 
Ip 1
Ip 1Ip 1
Pengelolaan Kualitas PPT Bahasa Indonesia
Pengelolaan Kualitas PPT Bahasa Indonesia Pengelolaan Kualitas PPT Bahasa Indonesia
Pengelolaan Kualitas PPT Bahasa Indonesia
Yesica Adicondro
 
Six sigma for managers
Six sigma for managersSix sigma for managers
Six sigma for managers
Ujang Gumilar
 
Tqm 9 patok duga (benchmarking)
Tqm 9   patok duga (benchmarking)Tqm 9   patok duga (benchmarking)
Tqm 9 patok duga (benchmarking)
Kartika Lukitasari
 
Pengelolaan Kualitas Makalah Indonesia
Pengelolaan Kualitas Makalah IndonesiaPengelolaan Kualitas Makalah Indonesia
Pengelolaan Kualitas Makalah Indonesia
Yesica Adicondro
 
Improve productivity part 1
Improve productivity   part 1Improve productivity   part 1
Improve productivity part 1
Bahtiar Yulianto
 
Six sigma kelompok 5 revisi
Six sigma kelompok 5 revisiSix sigma kelompok 5 revisi
Six sigma kelompok 5 revisi
Andreas Brian kurniawan
 

What's hot (20)

Six sigma-sederhana
Six sigma-sederhanaSix sigma-sederhana
Six sigma-sederhana
 
Six Sigma Sederhana
Six Sigma Sederhana   Six Sigma Sederhana
Six Sigma Sederhana
 
Gustiani Rifania Amanda, 122121532, Presentasi six sigma, Syamsir Abduh, Qual...
Gustiani Rifania Amanda, 122121532, Presentasi six sigma, Syamsir Abduh, Qual...Gustiani Rifania Amanda, 122121532, Presentasi six sigma, Syamsir Abduh, Qual...
Gustiani Rifania Amanda, 122121532, Presentasi six sigma, Syamsir Abduh, Qual...
 
Presentasi six sigma ivo layung sari ( 122-121-520)
Presentasi six sigma   ivo layung sari ( 122-121-520)Presentasi six sigma   ivo layung sari ( 122-121-520)
Presentasi six sigma ivo layung sari ( 122-121-520)
 
Nilai Tugas Kel6 MatKul PengMjmnKualitas (Bpk Syamsir Abduh)
Nilai Tugas Kel6 MatKul PengMjmnKualitas (Bpk Syamsir Abduh)Nilai Tugas Kel6 MatKul PengMjmnKualitas (Bpk Syamsir Abduh)
Nilai Tugas Kel6 MatKul PengMjmnKualitas (Bpk Syamsir Abduh)
 
Six sigma prof. ir. syamsir abduh, mm, ph d-kelompok 6 abdul salam mm penga...
Six sigma   prof. ir. syamsir abduh, mm, ph d-kelompok 6 abdul salam mm penga...Six sigma   prof. ir. syamsir abduh, mm, ph d-kelompok 6 abdul salam mm penga...
Six sigma prof. ir. syamsir abduh, mm, ph d-kelompok 6 abdul salam mm penga...
 
6sigma
6sigma6sigma
6sigma
 
Tugas-Kel6-MatKul-PengMjmnKualitas (Bpk Syamsir Abduh)
Tugas-Kel6-MatKul-PengMjmnKualitas (Bpk Syamsir Abduh)Tugas-Kel6-MatKul-PengMjmnKualitas (Bpk Syamsir Abduh)
Tugas-Kel6-MatKul-PengMjmnKualitas (Bpk Syamsir Abduh)
 
Lean six sigma
Lean six sigmaLean six sigma
Lean six sigma
 
Improvement Method (internship)
Improvement Method (internship)Improvement Method (internship)
Improvement Method (internship)
 
Total quality management
Total quality management Total quality management
Total quality management
 
Model quality management sofwtware
Model quality management sofwtwareModel quality management sofwtware
Model quality management sofwtware
 
Ip 1
Ip 1Ip 1
Ip 1
 
Pengelolaan Kualitas PPT Bahasa Indonesia
Pengelolaan Kualitas PPT Bahasa Indonesia Pengelolaan Kualitas PPT Bahasa Indonesia
Pengelolaan Kualitas PPT Bahasa Indonesia
 
Six sigma for managers
Six sigma for managersSix sigma for managers
Six sigma for managers
 
Tqm 9 patok duga (benchmarking)
Tqm 9   patok duga (benchmarking)Tqm 9   patok duga (benchmarking)
Tqm 9 patok duga (benchmarking)
 
Pengelolaan Kualitas Makalah Indonesia
Pengelolaan Kualitas Makalah IndonesiaPengelolaan Kualitas Makalah Indonesia
Pengelolaan Kualitas Makalah Indonesia
 
Improve productivity part 1
Improve productivity   part 1Improve productivity   part 1
Improve productivity part 1
 
Six sigma kelompok 5 revisi
Six sigma kelompok 5 revisiSix sigma kelompok 5 revisi
Six sigma kelompok 5 revisi
 
Man04060103
Man04060103Man04060103
Man04060103
 

Viewers also liked

strategi-internasional
strategi-internasionalstrategi-internasional
strategi-internasional
Wudele Phong
 
Six Sigma
Six SigmaSix Sigma
Six Sigma
wizkidrx
 
Panduan Simpel SOP&KPI untuk startup dan entrepreneur
Panduan Simpel SOP&KPI untuk startup dan entrepreneurPanduan Simpel SOP&KPI untuk startup dan entrepreneur
Panduan Simpel SOP&KPI untuk startup dan entrepreneur
Gede Manggala
 
Belajar MS Excel - Rumus Vlookup (mengisi data kolom secara otomatis)
Belajar MS Excel - Rumus Vlookup (mengisi data kolom secara otomatis)Belajar MS Excel - Rumus Vlookup (mengisi data kolom secara otomatis)
Belajar MS Excel - Rumus Vlookup (mengisi data kolom secara otomatis)
Syawalianto Rahmaputro
 
Belajar Excel Tingkat Mahir
Belajar Excel Tingkat MahirBelajar Excel Tingkat Mahir
Belajar Excel Tingkat MahirAYU LESTARI
 
DMAIC Components
DMAIC ComponentsDMAIC Components
DMAIC Components
Anand Subramaniam
 
Six sigma ppt
Six sigma pptSix sigma ppt
Six sigma ppt
Lahiru Jayathissa
 
Basic Six Sigma Presentation
Basic Six Sigma PresentationBasic Six Sigma Presentation
Basic Six Sigma Presentation
vivekissar
 
Six Sigma the best ppt
Six Sigma the best pptSix Sigma the best ppt
Six Sigma the best ppt
Rabia Sgh S
 
DMAIC-Six sigma process Improvement Approach
DMAIC-Six sigma process Improvement ApproachDMAIC-Six sigma process Improvement Approach
DMAIC-Six sigma process Improvement Approach
Confiz
 

Viewers also liked (10)

strategi-internasional
strategi-internasionalstrategi-internasional
strategi-internasional
 
Six Sigma
Six SigmaSix Sigma
Six Sigma
 
Panduan Simpel SOP&KPI untuk startup dan entrepreneur
Panduan Simpel SOP&KPI untuk startup dan entrepreneurPanduan Simpel SOP&KPI untuk startup dan entrepreneur
Panduan Simpel SOP&KPI untuk startup dan entrepreneur
 
Belajar MS Excel - Rumus Vlookup (mengisi data kolom secara otomatis)
Belajar MS Excel - Rumus Vlookup (mengisi data kolom secara otomatis)Belajar MS Excel - Rumus Vlookup (mengisi data kolom secara otomatis)
Belajar MS Excel - Rumus Vlookup (mengisi data kolom secara otomatis)
 
Belajar Excel Tingkat Mahir
Belajar Excel Tingkat MahirBelajar Excel Tingkat Mahir
Belajar Excel Tingkat Mahir
 
DMAIC Components
DMAIC ComponentsDMAIC Components
DMAIC Components
 
Six sigma ppt
Six sigma pptSix sigma ppt
Six sigma ppt
 
Basic Six Sigma Presentation
Basic Six Sigma PresentationBasic Six Sigma Presentation
Basic Six Sigma Presentation
 
Six Sigma the best ppt
Six Sigma the best pptSix Sigma the best ppt
Six Sigma the best ppt
 
DMAIC-Six sigma process Improvement Approach
DMAIC-Six sigma process Improvement ApproachDMAIC-Six sigma process Improvement Approach
DMAIC-Six sigma process Improvement Approach
 

Similar to Analisis swot six sigma

Manajemen Risiko 17 resiko operasional & perubahan kurs
Manajemen Risiko 17 resiko operasional & perubahan kursManajemen Risiko 17 resiko operasional & perubahan kurs
Manajemen Risiko 17 resiko operasional & perubahan kurs
Judianto Nugroho
 
Pengenalan Asas Lean Six Sigma
Pengenalan Asas  Lean Six SigmaPengenalan Asas  Lean Six Sigma
Pengenalan Asas Lean Six Sigma
SMKJabi
 
Konsep six sigma pt adhi karya kelompok 10 (1)
Konsep six sigma  pt adhi karya kelompok 10  (1)Konsep six sigma  pt adhi karya kelompok 10  (1)
Konsep six sigma pt adhi karya kelompok 10 (1)
DindaSeptiahArini
 
Konsep six sigma pt adhi karya kelompok 10
Konsep six sigma  pt adhi karya kelompok 10 Konsep six sigma  pt adhi karya kelompok 10
Konsep six sigma pt adhi karya kelompok 10
giatamaistian1
 
MM38 kelas B Six Sigma
MM38 kelas B Six SigmaMM38 kelas B Six Sigma
MM38 kelas B Six Sigma
Hari Christian
 
Six Sigma For Managers
Six Sigma For ManagersSix Sigma For Managers
Six Sigma For Managers
Yodhia Antariksa
 
Strategi Framework_Dwi Lutfi T.I .pptx
Strategi Framework_Dwi Lutfi T.I .pptxStrategi Framework_Dwi Lutfi T.I .pptx
Strategi Framework_Dwi Lutfi T.I .pptx
lutfi201
 
Six sigma
Six sigmaSix sigma
Six sigma
Six sigmaSix sigma
Tugas management strategy (21 mei 2018)
Tugas management strategy (21 mei 2018)Tugas management strategy (21 mei 2018)
Tugas management strategy (21 mei 2018)
Stive Beffersz
 
Presentation tqm kelompok 2
Presentation tqm kelompok 2Presentation tqm kelompok 2
Presentation tqm kelompok 2
Pet-pet
 
06-Perumusan_dan_Pelaksanaan_Strategi.ppt
06-Perumusan_dan_Pelaksanaan_Strategi.ppt06-Perumusan_dan_Pelaksanaan_Strategi.ppt
06-Perumusan_dan_Pelaksanaan_Strategi.ppt
SolihinSolihin39
 
1, sm, tri wahyu nugroho, prof. dr. hapzi ali, strategic management, evaluasi...
1, sm, tri wahyu nugroho, prof. dr. hapzi ali, strategic management, evaluasi...1, sm, tri wahyu nugroho, prof. dr. hapzi ali, strategic management, evaluasi...
1, sm, tri wahyu nugroho, prof. dr. hapzi ali, strategic management, evaluasi...
triwahyunugroho3
 
Analisis swot
Analisis swotAnalisis swot
Analisis swot
Khairun Nas
 
Bisnis models .pdf
Bisnis models .pdfBisnis models .pdf
Bisnis models .pdf
AsaretkhaAdjane1
 
5, sm, maswanih, hafzi ali, tipe tipe strategi, bentuk strategi, perencanaan ...
5, sm, maswanih, hafzi ali, tipe tipe strategi, bentuk strategi, perencanaan ...5, sm, maswanih, hafzi ali, tipe tipe strategi, bentuk strategi, perencanaan ...
5, sm, maswanih, hafzi ali, tipe tipe strategi, bentuk strategi, perencanaan ...
maswanihsagitaputri
 
Mengumpulkan dan menganalisis informasi pemasaran
Mengumpulkan dan menganalisis informasi pemasaranMengumpulkan dan menganalisis informasi pemasaran
Mengumpulkan dan menganalisis informasi pemasaran
Lilik Mafula
 
Pelatihan close the execution gap 2
Pelatihan close the execution gap 2Pelatihan close the execution gap 2
Pelatihan close the execution gap 2
borobudurconsulting
 
KAMPANYE PEMASARAN SOSIAL
KAMPANYE PEMASARAN SOSIALKAMPANYE PEMASARAN SOSIAL
KAMPANYE PEMASARAN SOSIAL
NabilaDeviana
 

Similar to Analisis swot six sigma (20)

Manajemen Risiko 17 resiko operasional & perubahan kurs
Manajemen Risiko 17 resiko operasional & perubahan kursManajemen Risiko 17 resiko operasional & perubahan kurs
Manajemen Risiko 17 resiko operasional & perubahan kurs
 
Pengenalan Asas Lean Six Sigma
Pengenalan Asas  Lean Six SigmaPengenalan Asas  Lean Six Sigma
Pengenalan Asas Lean Six Sigma
 
Konsep six sigma pt adhi karya kelompok 10 (1)
Konsep six sigma  pt adhi karya kelompok 10  (1)Konsep six sigma  pt adhi karya kelompok 10  (1)
Konsep six sigma pt adhi karya kelompok 10 (1)
 
Konsep six sigma pt adhi karya kelompok 10
Konsep six sigma  pt adhi karya kelompok 10 Konsep six sigma  pt adhi karya kelompok 10
Konsep six sigma pt adhi karya kelompok 10
 
Six sigma
Six sigmaSix sigma
Six sigma
 
MM38 kelas B Six Sigma
MM38 kelas B Six SigmaMM38 kelas B Six Sigma
MM38 kelas B Six Sigma
 
Six Sigma For Managers
Six Sigma For ManagersSix Sigma For Managers
Six Sigma For Managers
 
Strategi Framework_Dwi Lutfi T.I .pptx
Strategi Framework_Dwi Lutfi T.I .pptxStrategi Framework_Dwi Lutfi T.I .pptx
Strategi Framework_Dwi Lutfi T.I .pptx
 
Six sigma
Six sigmaSix sigma
Six sigma
 
Six sigma
Six sigmaSix sigma
Six sigma
 
Tugas management strategy (21 mei 2018)
Tugas management strategy (21 mei 2018)Tugas management strategy (21 mei 2018)
Tugas management strategy (21 mei 2018)
 
Presentation tqm kelompok 2
Presentation tqm kelompok 2Presentation tqm kelompok 2
Presentation tqm kelompok 2
 
06-Perumusan_dan_Pelaksanaan_Strategi.ppt
06-Perumusan_dan_Pelaksanaan_Strategi.ppt06-Perumusan_dan_Pelaksanaan_Strategi.ppt
06-Perumusan_dan_Pelaksanaan_Strategi.ppt
 
1, sm, tri wahyu nugroho, prof. dr. hapzi ali, strategic management, evaluasi...
1, sm, tri wahyu nugroho, prof. dr. hapzi ali, strategic management, evaluasi...1, sm, tri wahyu nugroho, prof. dr. hapzi ali, strategic management, evaluasi...
1, sm, tri wahyu nugroho, prof. dr. hapzi ali, strategic management, evaluasi...
 
Analisis swot
Analisis swotAnalisis swot
Analisis swot
 
Bisnis models .pdf
Bisnis models .pdfBisnis models .pdf
Bisnis models .pdf
 
5, sm, maswanih, hafzi ali, tipe tipe strategi, bentuk strategi, perencanaan ...
5, sm, maswanih, hafzi ali, tipe tipe strategi, bentuk strategi, perencanaan ...5, sm, maswanih, hafzi ali, tipe tipe strategi, bentuk strategi, perencanaan ...
5, sm, maswanih, hafzi ali, tipe tipe strategi, bentuk strategi, perencanaan ...
 
Mengumpulkan dan menganalisis informasi pemasaran
Mengumpulkan dan menganalisis informasi pemasaranMengumpulkan dan menganalisis informasi pemasaran
Mengumpulkan dan menganalisis informasi pemasaran
 
Pelatihan close the execution gap 2
Pelatihan close the execution gap 2Pelatihan close the execution gap 2
Pelatihan close the execution gap 2
 
KAMPANYE PEMASARAN SOSIAL
KAMPANYE PEMASARAN SOSIALKAMPANYE PEMASARAN SOSIAL
KAMPANYE PEMASARAN SOSIAL
 

Analisis swot six sigma

  • 1. ANALISIS SWOT TERHADAP SIX SIGMA UNTUK PENENTUAN STRATEGI MASA DEPAN Wenny Chandra Jurusan Teknik Industri, Universitas Kristen Maranatha wenny.chandra@eng.maranatha.edu Abstrak Sejak Motorola pertama kali mengembangkan program kualitas bernama Six Sigma di tahun 1988, telah banyak literatur dan artikel yang bermunculan berkaitan dengan penerapan dan keberhasilan Six Sigma. Tapi tidak banyak penelitian yang membahas tentang potensi dan keterbatasan aktual, serta kemungkinan perbaikan pendekatan kualitas ini, baik metode-metode yang digunakan maupun penerapan Six Sigma dalam berbagai jenis organisasi. Sama halnya seperti organisasi yang harus mengenali kekuatan & kelemahan internal maupun eksternal untuk dapat mengembangkan strategi jitu supaya lebih berhasil di masa depan, demikian pula dengan Six Sigma. Untuk dapat bertahan bahkan untuk mencapai penggunaan yang lebih luas, Six Sigma harus mengenali kemampuannya (baik kekuatan maupun kelemahan), kesempatan untuk pengembangan, juga hambatan yang mungkin ditemui. Hal tersebut dicapai dengan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) terhadap Six Sigma. Selain itu, untuk melihat bagaimana pengaruh lingkungan yang dinamis terhadap kekuatan & kelemahan Six Sigma, dilakukan analisis pengaruh (impact analysis). Hasil dari studi ini adalah bahwa untuk mencapai penggunaan lebih luas, Six Sigma harus memanfaatkan secara maksimal kekuatan yang sudah dimiliki. Sedangkan untuk memperbaiki kelemahannya, Six Sigma harus dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan industri non manufaktur, perencanaan skenario untuk lingkungan yang dinamis, dan pencapaian optimum global, bukan lokal. Kata kunci: Six Sigma, analisis SWOT, analisis pengaruh. Pendahuluan Di tahun 1988, Motorola Inc. mengembangkan suatu program peningkatan kualitas yang dinamakan Six Sigma. Sigma atau σ sebenarnya adalah suatu simbol yang digunakan untuk melambangkan nilai suatu populasi yang berdistribusi normal. Secara matematis, 99,73% populasi akan berada di dalam batas 3 sigma di atas dan di bawah nilai rata-rata populasi tersebut. Sedangkan Six Sigma adalah suatu cara untuk menyatakan kemampuan suatu proses menghasilkan produk/jasa dengan hanya 3,4 cacat per juta unit produk/kesempatan. Standar pengukuran ini memungkinkan adanya suatu perbandingan antar proses yang serupa maupun berbeda dalam perusahaan kecil maupun besar. Dalam perkembangan selanjutnya, Motorola menjalankan program Six Sigma bukan hanya untuk
  • 2. menghasilkan produk “hampir” bebas cacat, tapi juga menghilangkan cacat di seluruh proses dalam organisasi tersebut. Sejak saat itu, program kualitas ini menyebar ke perusahaan lain seperti General Electric (GE), Allied Signal, dan IBM. GE dalam laporan tahunannya melaporkan di tahun 1999 bahwa penerapan Six Sigma menghabiskan lima ratus juta dollar namun menghasilkan penghematan sebesar lebih dari dua miliar dollar. Dengan meningkatnya perhatian pada Six Sigma, makin banyak juga artikel atau buku yang ditulis dengan topik Six Sigma. Pembaca yang pertama kali mengenal Six Sigma mungkin menyimpulkan bahwa tidak ada yang baru di dalamnya. Six Sigma menggunakan metode-metode yang sudah dikenal sejak lama seperti 7 Tools, ANOVA dan DOE. Namun yang membedakan dan menjadi kunci sukses adalah cara Six Sigma mengemas pemakaian metode tersebut dalam kerangka proyek-proyek yang dijalankan dengan tujuan yang jelas, jangka waktu yang pasti, dan target yang dinyatakan dalam satuan uang. Namun, ada juga suara negatif dalam penerapan Six Sigma ini. Pelatihan untuk menghasilkan Green Belt, Black Belt, Master Black Belt, dan Champion – hirarki sumber daya manusia yang terlibat dalam proyek Six Sigma – membutuhkan modal awal puluhan bahkan ratusan ribu dollar yang tidak mungkin dimiliki oleh perusahaan skala kecil sampai menengah. Motorola meskipun melaporkan keberhasilan di tahap awal penerapan Six Sigma, namun pada akhirnya tetap dikalahkan para pesaingnya karena ketidakmampuan mengenali keinginan konsumen. Melihat hal-hal di atas, makalah ini mencoba membahas strategi apa yang harus diterapkan Six Sigma, seperti layaknya yang dilakukan suatu organisasi, untuk tetap bertahan bahkan mencapai pemakaian yang lebih luas di masa depan. Metodologi Penelitian Untuk mendapatkan strategi yang jitu, suatu perusahaan harus mengenali kekuatan dan kelemahannya, dan bagaimana perubahan lingkungan yang dinamis dapat dimanfaatkan sebagai suatu kesempatan atau diwaspadai sebagai suatu ancaman. Untuk mendapatkan strategi jitu untuk memperluas pemakaian Six Sigma, maka akan dilakukan suatu analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) Dalam makalah ini, kekuatan dan kelemahan Six Sigma akan dilihat dari struktur internal Six Sigma. Kekuatan berasal dari definisi dan penerapan Six Sigma yang menjadi sumber manfaat penerapan Six Sigma. Sedangkan kelemahan adalah isi dari Six Sigma yang perlu ditingkatkan untuk mencapai pengaruh yang lebih besar. Di lain pihak, kesempatan bagi Six Sigma adalah faktor-faktor luar yang bisa dimanfaatkan untuk perubahan Six Sigma ke arah penerapan yang lebih luas. Sedangkan ancaman merupakan masalah-masalah yang dapat mengurangi penerapan Six Sigma atau membuat Six Sigma tergantikan oleh program kualitas lain di masa depan
  • 3. Untuk mengevaluasi perubahan lingkungan yang dinamis terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimiliki Six Sigma, dilakukan analisis pengaruh (impact analysis). Dalam analisis ini diberikan nilai +5 sampai –5 untuk tiap kekuatan dan kelemahan Six Sigma dalam setiap perubahan lingkungan. Melalui penilaian ini akan dikenali: Perubahan lingkungan yang paling kritis Kekuatan yang akan sama atau malah berubah menjadi kelemahan dalam lingkungan yang sudah berubah Unsur internal yang paling terpengaruh oleh perubahan lingkungan Arti dari nilai yang diberikan adalah: Nilai positif menunjukkan kekuatan Six Sigma yang akan membantunya memanfaatkan kesempatan atau menyelesaikan masalah yang ditimbulkan perubahan lingkungan. Nilai positif juga menunjukkan kelemahan Six Sigma yang terbantu oleh perubahan lingkungan. Nilai negatif menunjukkan kekuatan Six Sigma yang akan berkurang karena adanya perubahan lingkungan. Nilai negatif juga menunjukkan kelemahan Six Sigma yang akan menghambatnya mengatasi masalah baru yang disebabkan perubahan lingkungan. Nilai nol menunjukkan bahwa kekuatan atau kekuatan Six Sigma tidak terpengaruh oleh perubahan lingkungan. Hasil & Pembahasan 1. Analisis SWOT KEKUATAN Six Sigma melakukan pengukuran Baik proses produksi yang diukur performansinya dari jumlah cacat, atau jasa yang bisa diukur dari waktunya, semua proses mengalami pengukuran. Baik ukuran yang menunjukkan performansi dahulu, sekarang, dan target untuk peningkatan di masa depan. Dengan demikian semuanya lebih nyata, arah & tujuan ke depan lebih jelas. Semua diterjemahkan menjadi satuan uang Karena pengukuran dinyatakan dalam angka, maka lebih mudah untuk menerjemahkannya menjadi penghematan dalam bentuk uang. Akibatnya dapat dirasakan langsung dalam peningkatan keuntungan perusahaan. Kemudahan mengenali proyek yang layak dilakukan Penghematan dalam bentuk uang memungkinkan perhitungan rasio usaha terhadap akibat dari tiap proyek [4]. Jika uang yang dikeluarkan (usaha) lebih besar dari hasil yang akan didapat (akibat), proyek tersebut tidak layak dijalankan. Proyek yang mempunyai rasio terkecil akan mendapat prioritas untuk dijalankan lebih dahulu. Fokus pada pelanggan
  • 4. Pelanggan adalah raja. Six Sigma mengharuskan proses ditujukan untuk mendapatkan apa yang pelanggan inginkan. Ini dicapai dengan mendefinisikan CTQ (Critical to Quality), faktor yang menjadi cerminan kebutuhan konsumen. Pendekatan top-down Dalam cerita sukses tipikal Six Sigma, pendekatan top-down ini selalu dilakukan. Inisiatif dan komitmen penuh berasal dari manajemen atas dahulu, baru kemudian “ditularkan” pada tiap orang dalam organisasi, baik sebagai suatu pendekatan atau bahkan menjadi filosofi dalam rangka peningkatan kualitas. Infrastruktur dengan hirarki yang jelas Gb. 1 Hirarki Personel Six Sigma [7] Seperti terlihat pada gambar 1, di ujung piramid terbalik ada manajemen tingkat atas, kemudian makin ke atas makin banyak orang yang berfungsi sebagai Champion, Master Black Belt dan seterusnya. Pada bagian teratas, pelanggan menjadi dasar yang kuat. Infrastruktur semacam ini memungkinkan adanya kerja tim. Manajemen tingkat atas dan Champion berfungsi sebagai pemimpin. Master Black Belt & Belt sebagai pelaku utama karena keahlian mereka dalam statistik. Pada saat yang sama mereka juga mengawasi Green Belt yang merupakan orang-orang lapangan yang paling menguasai proses yang sedang ditangani. Personel yang berdedikasi dan berkualitas Dalam banyak cerita sukses Six Sigma, orang-orang yang dipilih untuk mengerjakan proyek-proyek Six Sigma adalah yang terbaik dalam perusahaan tersebut. Setelah menyelesaikan pelatihan, seorang Black Belt akan bekerja penuh untuk proyek Six Sigma. Rata-rata dia dapat menyelesaikan empat sampai 6 proyek, di samping pada saat yang sama juga melatih Green Belt [7]. Penyelesaian masalah dengan dukungan data dan pendekatan statistik
  • 5. Karena sangat mementingkan pengukuran, Six Sigma sangat bergantung pada data. Metode-metode statistik kemudian diterapkan untuk menganalisis data yang terkumpul. Kemudian sistem dinyatakan secara statistik dalam bentuk Level Sigma yang tercapai. Ini adalah gambaran sistem yang jelas, yang dapat diperbandingkan antara proses-proses yang ada. Metodologi penyelesaian masalah yang terstruktur DMAIC (Define Measure Analyze Improve Control) untuk proses yang sudah ada dan DMADV (Define Measure Analyze Design Verify) untuk proses baru. Ini adalah tahapan lewat mana proyek Six Sigma dilaksanakan. Merupakan suatu prosedur yang mudah diikuti dan berlaku umum untuk semua pelaku Six Sigma. Bahasa yang sama antar departemen atau industri Sebelum munculnya Six Sigma, tiap perusahaan khususnya manufaktur bisa menerapkan ukuran yang berbeda-beda: Cp, Cpk, % yield, waktu siklus. Demikian juga perusahaan non manufaktur dengan istilahnya masing-masing. Dengan Six Sigma semua performansi dikenali dengan istilah Level Sigma, baik untuk proses produksi maupun pelayanan. Dengan satu ukuran dan bahasa yang seragam, dicapai pengertian yang cepat dan tepat. KELEMAHAN Phobia terhadap statistik Butuh waktu dan kemauan untuk mempelajari statistik yang menjadi dasar Six Sigma. Banyak orang langsung ‘alergi’ mendengar kata statistik. Biaya pelatihan Sumber daya untuk memberi pelatihan kepada sejumlah orang, bukan hanya biaya pelatihan tapi juga kegiatan yang terganggu atau harus digantikan orang lain. Dengan biaya puluhan bahkan ribuan dollar hanya perusahaan besar yang mempunyai modal awal cukup untuk memulai program Six Sigma ini. Pengukuran CTQ Sangat mudah untuk mengukur jumlah cacat pada produk hasil proses manufaktur. Tapi pada organisasi pemberi jasa, membutuhkan lebih banyak pemikiran dan manipulasi untuk mendefinisikan CTQ. Misalnya dengan memberikan penilaian subjektif (skala 1 sampai dengan 10) untuk suatu atribut pelayanan. Jika nilai yang didapat kurang dari 5, maka pelayanan tersebut dianggap cacat. Hasilnya yang didapatkan adalah ukuran yang subjektif. Dengan mengubah batas penentuan cacat tidaknya suatu pelayanan, akan didapatkan level sigma yang berbeda tentang suatu operasi. Selain subjektivitas, CTQ juga terkadang tidak dapat mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Misalnya CTQ = jumlah pesawat yang tinggal landas tepat waktu atau jumlah kecelakaan di suatu lokasi konstruksi. Ukuran ini tidak mengukur seberapa terlambat pesawat tersebut atau seberapa serius kecelakaan yang terjadi.
  • 6. Kurangnya pelatihan untuk menangani proses non manufaktur Sebagai suatu program yang lahir dari lingkungan manufaktur, metodologi yang diperkenalkan dalam pelatihan adalah yang umum dipakai dalam menangani masalah manufaktur yang kebanyakan mempunyai data-data kuantitatif. Meskipun telah mengikuti pelatihan Six Sigma, industri non manufaktur dengan karakteristik data kualitatif/atribut (misalnya hasil survei pelanggan, status pembayaran pelanggan) tidak diperlengkapi dengan metodologi yang tepat untuk menangani data semacam ini. Seringkali industri non manufaktur harus mencari dan mempelajarai kembali metode-metode lain yang sesuai dengan karakteristik data yang dimiliki [14]. Pen-dogma-an Six Sigma Tidak setiap metodologi Six Sigma sesuai untuk menyelesaikan permasalahan yang spesifik. Misalnya dalam pemasaran yang berkaitan langsung dengan pelanggan, tidak tepat untuk melakukan desain eksperimen [6]. Kebanyakan metodologi Six Sigma juga terlalu kompleks untuk kebanyakan kesempatan peningkatan kualitas [15]. Untuk masalah yang membutuhkan respons cepat dan solusi segera, Six Sigma dengan struktur DMAIC bukanlah pendekatan yang terbaik. Tapi seringkali pelaku Six Sigma terlalu terpaku melakukan hal-hal dengan cara Six Sigma, sehingga cara lain dipandang kurang tepat [1]. Asumsi kenormalan [6] Banyak metodologi Six Sigma membutuhkan asumsi bahwa proses-proses mempunyai perilaku yang berdistribusi normal. Misalnya proses yang mempunyai level enam sigma hanya mempunyai 3,4 cacat dalam sejuta kesempatan mensyaratkan variasi dalam proses tersebut mengikuti distribusi normal. Berdasarkan teorema limit sentral, suatu proses yang mempunyai banyak sumber variasi akan berperilaku normal. Tapi beberapa proses yang hanya dipengaruhi satu atau dua faktor penting tidak dapat dikatakan normal karena tidak memenuhi syarat teorema limit sentral. Mengasumsikan kenormalan dalam kasus ini akan mengakibatkan kesimpulan yang salah. Tidak ada alasan pergeseran 1,5σ Dalam perhitungan level sigma suatu proses, diiijinkan adanya suatu pergeseran jangka panjang sebanyak 1,5σ. Jadi 3,4 cacat per sejuta kesempatan sebenarnya adalah untuk jarak 4,5σ dari rata-rata proses. Tapi tidak ada alasan yang kuat mengapa yang diambil adalah pergeseran sebanyak 1,5σ [13]. Ketidakmampuan melihat secara sistem Penentuan tujuan per proyek menimbulkan resiko pemikiran pelaku Six Sigma terkotak-kotak hanya pada proyek yang sedang dijalankan. Ini menyebabkan tidak tercapainya peningkatan yang optimal. Dengan kata lain, yang tercapai adalah optimum lokal, bukan global [5].
  • 7. KESEMPATAN Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan perangkat lunak Karena intensifnya penggunaan data dan metode statistik dalam Six Sigma, perkembangan ini menciptakan peluang bagi perkembangan Six Sigma yang lebih luas [6]: ⇒ Pengawasan otomatis, akses ke database besar ⇒ Ketersediaan & kemudahan penggunaan metode statistik yang dimungkinkan software komersial ⇒ Pertukaran informasi global dengan bantuan internet dan e-mail. Tuntutan pelanggan yang makin beraneka ragam Karena fokus Six Sigma adalah kepuasan pelanggan, perkembangan ini dapat dipandang sebagai suatu kesempatan. Dengan pendefinisian multi-CTQ, kepuasan pelanggan dapat tercapai sesuai tuntutan. Kesadaran akan pentingnya sertifikasi Pelanggan menjadi lebih kritis mengenai kualitas, mereka makin menuntut suatu sertifikasi untuk meyakinkan bahwa suatu perusahaan memenuhi standar untuk menghasilkan produk berkualitas. Misalnya dengan makin maraknya sertifikasi ISO. Perkembangan ini menunjukkan adanya kesempatan bagi Six Sigma untuk membuat sertifikasi bagi perusahaan yang telah mencapai level sigma tertentu. Perkembangan perusahaan-perusahaan non manufaktur Walaupun Six Sigma lahir dan sampai sekarang lebih banyak digunakan dalam proses manufaktur, tapi pemakaian Six Sigma tidak terbatas sampai di situ. Dengan adanya krisis ekonomi yang lebih banyak mempengaruhi perusahaan manufaktur, muncul suatu kesempatan bagi Six Sigma untuk lebih memantapkan penggunaannya dalam lingkungan non manufaktur. Secara lebih spesifik, dirasakan adanya kebutuhan untuk spesialisasi Six Sigma untuk pelayanan yang sifatnya transaksi, atau untuk pembuatan software [4]. Lingkungan yang makin dinamis Untuk mengantisipasi perubahan yang cepat, meningkatkan kreativitas, mendorong langkah-langkah proaktif, maka dibutuhkan perencanaan skenario untuk kemungkinan pencapaian performansi Six Sigma yang lebih baik [5]. ANCAMAN Krisis ekonomi Sejak terjadinya krisis ekonomi tahun 1998, banyak perusahaan di Indonesia yang belum pulih kondisi keuangannya. Tingginya modal awal yang dibutuhkan untuk memulai program Six Sigma merupakan hambatan besar meluasnya penerapan Six Sigma di banyak perusahaan. Persaingan dari metodologi yang lain: Sertifikasi ISO Sertifikasi ISO merupakan program kualitas yang menitikberatkan pada pencapaian suatu standar kualitas yang sudah baku. Standar ISO dengan
  • 8. banyak variasi untuk berbagai jenis perusahaan dan diakui secara internasional menjadi saingan berat Six Sigma 2. ANALISIS PENGARUH Hasil dari Analisis Pengaruh dapat dilihat dalam Tabel 1. Tabel 1. Analisis Pengaruh terhadap Six Sigma Semakin pentingnya teknologi informasi, tuntutan pelanggan software, internet Lingkungan yang Metodologi lain Perubahan Perkembangan Krisis ekonomi Meningkatnya lingkungan manufaktur + - sektor non (KESEMPATAN dinamis & ANCAMAN) KEKUATAN Pendekatan kuantitatif, berbasis +5 0 +1 +2 0 0 +8 0 data, statistik Fokus kepada +3 +5 +3 +4 0 +1 +16 0 pelanggan Infrastruktur sdm +2 0 0 0 0 +3 +5 0 Metodologi terstruktur +5 +2 +2 +2 0 +3 +14 0 (DMAIC) Bahasa seragam +3 +3 +2 +2 0 +2 +12 0 KELEMAHAN Modal awal tinggi +1 0 -2 -3 -5 -2 +1 -12 Subjektivitas CTQ 0 -2 -2 -1 0 -2 0 -7 Kurangnya pelatihan dalam 0 -1 -1 -5 -2 -3 0 -12 non manufaktur Pen-dogma-an 0 -1 -2 0 0 +2 +2 -3 Tidak berpikir 0 0 -3 0 0 -3 0 -6 sistem Nilai Pengaruh +25 +15 +10 +14 +2 +17 Lingkungan 0 -4 -10 -9 -7 -10 Dari Tabel 1 terlihat bahwa semua kekuatan mendapat nilai positif, berarti semua kekuatan Six Sigma akan tetap menjadi kelebihannya dalam lingkungan yang berubah. Sedangkan untuk kelemahan, faktor ‘modal awal tinggi’ dan ‘kurangnya pelatihan dalam sektor non manufaktur’ mendapat nilai negatif yang paling tinggi yaitu –12. Faktor yang juga perlu diperhatikan adalah ‘subjektivitas CTQ’ dan ‘tidak berpikir sistem’ yang masing-masing mendapat nilai –7 dan –6. Keempat faktor yang disebutkan terakhir (dengan prioritas pada dua faktor pertama) merupakan faktor yang perlu diperbaiki kelemahannya supaya Six Sigma dapat tetap bertahan dalam lingkungan yang berubah.
  • 9. Dari sisi perubahan lingkungan, “perkembangan teknologi informasi, software, internet” (+25), “metodologi lain” (+17), “meningkatnya tuntutan pelanggan” (+15) dan “semakin pentingnya sektor non manufaktur” (+14) merupakan perubahan yang harus dapat dimanfaatkan Six Sigma untuk perluasan pemakaiannya. Meskipun demikian, dari keempat faktor tersebut, “metodologi lain” (-10) dan “semakin pentingnya sektor non manufaktur” juga harus diwaspadai karena jika tidak disiasati dengan baik, akan merupakan ancaman yang menghalangi pemakaian Six Sigma lebih luas. Kesempatan yang ada jika tidak dimanfaatkan akan berbalik menjadi ancaman. Selain itu, “lingkungan yang dinamis” (-10) dan “krisis ekonomi” (-7) merupakan perubahan lingkungan yang perlu diwaspadai. Kesimpulan Penelitian ini menganalisis potensi maupun kelemahan internal Six Sigma, dan juga pengaruh perubahan lingkungan terhadap kemampuan Six Sigma. Untuk tetap unggul sebagai suatu inisiatif peningkatan kualitas, Six Sigma harus dapat mensiasati perubahan lingkungan dengan cara: • Memanfaatkan semaksimal mungkin kekuatannya • Memperbaiki kelemahannya, terutama dengan menggunakan kesempatan yang muncul dari semakin kuatnya sektor non manufaktur. Hal ini dapat dicapai dengan cara: o Meng-customized pelatihan untuk perusahaan non manufaktur o Pendefinisian CTQ secara lebih analitis sesuai suara konsumen (misalnya dengan QFD) o Perencanaan skenario untuk melihat akibat perubahan lingkungan yang dinamis o Melihat secara sistem, optimum global, bukan lokal Daftar Pustaka 1. Anon, GE Six Sigma a Joke?, The Emperor’s New Woes 2. Bayle, P., Farrington, M., Sharp, B., Hild, C. & Sanders, D., Illustration of Six Sigma Assistance on a Design Project, Quality Engineering, 13(3), 341-348, 2001. 3. Fontenot, G., Behara, R., & Gresham, A., Six Sigma in Customer Satisfaction, Quality Progress, December 1994. 4. Fuller, H. T., Observations about the Success and Evolution of Six Sigma at Seagate, Quality Engineering, 12(3), 311-315, 2000. 5. Goh, T. N., The Eight Sigma Organization, Keynote Paper SQI Symposium, Oct 2001. 6. Hahn, G.J., Doganaksoy, N. & Hoerl, R., The Evolution of Six Sigma, Quality Engineering, 12(3), 317-326, 2000. 7. Harry, M. & Schroeder, R., Six Sigma : The Breakthrough Management Strategy Revolutionizing the World’s Top Corporations, Doubleday, 2000 8. Jones, Milton H., Six Sigma … at a Bank, Six Sigma Forum Magazine, 3(2), ASQ, February 2004 9. Lee, C., Why You can Safely Ignore Six Sigma, Fortune, January 22, 2001. 10. Lucier, G.T. & Seshadri, S., GE takes Six Sigma beyond the Bottom Line, Strategic Finance, May 2001.
  • 10. 11. Montgomery, D., Beyond Six Sigma, Quality and Reliability Engineering International, 17(4), iii-iv, 2001. 12. Pearson, T. A., Six Sigma and the Knowledge Revolution, Quality Congress, 2000. 13. Snee, R. D., Impact of Six Sigma on Quality Engineering, Quality Engineering, 12(3), ix-xiv, 2000. 14. Steele, Andrew D., Six Sigma Toolkit at Your Service, Six Sigma Forum Magazine, 3(2), ASQ, February 2004 15. At Sixes and Sevens