Dokumen tersebut membahas pengembangan bahan ajar mulok khususnya untuk mata pelajaran bahasa Dayak Ngaju. Terdapat penjelasan mengenai komponen, prinsip, alur analisis, jenis materi, dan prosedur pengembangan bahan ajar mulok."
4. PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MULOK
Dan Contoh Pengembangannya
Tujuan Umum
Peserta memahami konsep dan Prinsip
pengembangan bahan ajar untuk meningkatkan efektifitas
pembelajaran mulok
Tujuan Khusus
1. Melalui sharing dan kerja mandiri peserta dapat
mengembangkan rancangan Bahan Ajar Mulok
2. Peserta dapat mengembangan Rancangan Materi Bahan Ajar
Mulok sesuai dengan SK dan KD
3. Peserta dapat membuat draft Materi Bahan Ajar Mulok
dimaksud yang nantinya dapat digunakan oleh siswa di
sekolah
5. Pengertian Bahan Ajar
segala bentuk bahan yang digunakan untuk
membantu guru/instruktor dalam
melaksanakan pembelajaran di kelas.
Bahan ajar dapat berupa bahan tertulis
maupun bahan tidak tertulis.
Misalnya: LKS, Buku, Modul , CD
Pembelajaran , dsb
6. Sumber Belajar
Segala sesuatu yang dapat sumber materi dan
kegiatan pembelajaran antara lain:
Manusia (Guru, pakar, praktisi, Siswa)
Buku dan penertbitan ( referensi laporan hasil
penelitian, buku paket, LKS, )
Benda-benda yang dapat di bawa ke dalam kelas
dan yang tidak
Gambar-gambar dan media audio fisual ( VCD, Film,
Lingkungan
7. 1. SK, KD,
Indikator dan
Tujauan:
Ekplorasi
Elaborasi
2. MATERI (bahan
yang memuat
Fakta , konsep,prinsip
prosedur
3. SUMBER
BAHAN AJAR
sebagai tempat
mencari materi
dan rujukan
penyelesaian
tugas-tugas
Misalnya buku,
LKS
,Lingkungan
4. PETUNJUK BELAJAR
5.TUGAS –TUGAS sesuai tujuan dan
materi , menuntun siswa belajar
Ekplorasi (membaca & menjawab
pertanyaan, mengamati & mencatat
Elaborasi (menganalisis , membauat
rangkuman &melaporkan,
A. KOMPONEN BAHAN AJAR
8. B. PRINSIP dan JENIS
PRINSIP JENIS
1.Sesuai khirarkhis KBM
3.Pengulangan
4.Terstruktur
5.Memotivasi
6.Bertahap
7. Siswa tahu hasil belajar
1.Visual/cetak
(LKS/DIKTAT, Buku Modul)
2.Audio/tape
3.Audio Visual
4.Interaktive teaching Material
5. Power point
10. D.JENIS-JENIS MATERI
Fakta
Kenyataan yang ada di
dunia
Peristiwa sejarah, kata-
kata, bilangan
konsep
Pengertian sesuatu Pasar, past tense
Melekul, garis
prinsip
Hal-hal utama, hubungan
konsep
Dalil, hukum newton,
permintaan dan penawaran
Prose-dur
Langkah-langkah atau cara
melakukan sesuatu
Langkah meneliti, membuat
karangan
Menari ,senam
11. E. Cakupan dan Prinsip Bahan Ajar
Cakupan Bahan Ajar Mulok Prinsip Pengembangan
1.Judul, MP, SK, KD, Indikator,
Tempat
2.Petunjuk belajar (Petunjuk
siswa/guru)
3.Tujuan
4.Informasi pendukung
5.Tugas/Latihan-latihan
6. Penilaian (pada lampiran terpisah)
Relevansi (keterkaitan SK, KD
indikator, tujuan Pembelajaran
Konsistensi (keajegan) sesuai
dg jumlah KD dan kedalaman
indikator
3. Kecukupan ( tak terlalu
banyak , tak terlalu sedikit
12. F. PROSEDUR PENGEBANGAN
MATERI BAHAN AJAR MULOK
1. Berorientasi pada tujuan dan produk akhir
2. Menentukan materi yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran, strategi,dan karakteristik siswa
3. Mengembangkan tugas-tugas yang relevan dengan
tujuan dan strategi Pembelajaran
4. Minimal ada dua jenis Tugas ( tugas ekplorasi dan
tugas elaborasi
5. Tugas-tugas dikembangkan terstruktur, terintegrasi dan
menantang
13. Yang menjadi pertimbangan (BSNP, 2006)
1. Potensi peserta didik
2. Relevansi dengan karakteristik daerah
3. Tingkat perkembangan fisik, intelektual,
emosional, sosial, dan spiritual peserta didik
4. Kebermanfaatan bagi peserta didik Struktur
keilmuan
5. Aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi
pembelajaran
6. Relevansi dengan kebutuhan peserta didik
dan tuntutan lingkungan
7. Alokasi waktu
Pemilihan dan Pengembangan Materi
Bahan Ajar
14. Mengapa guru harus menyusun /
mengebangkan Materi bahan ajar?
• Allwright (1990) textbook umumnya terlalu
kaku apabila dijadikan sebagai sumber
tunggal dalam pembelajaran
• Berpedoman pada satu teksbook tidak
selalu cocok dengan minat, kondisi, tingkat
perkembangan dan kebutuhan berbahasa
anak kurang memberi kebermaknaan
15. Sumber Belajar
• Materi otentik (materi pembelajaran,
baik yang dalam bentuk cetakan maupun
audio visual)
• Internet
• Media masa (cetak dan elektronik)
• Foto-foto dan gambar
• Alam lingkungan
• Masyarakat
16. Jenis Pengembangan Materi
• Self-designed (Merancang sendiri)
• Modification (Modifikasi/mengubah)
• Adaptation (Adaptasi/Penyesuaian)
• Compilation (Kompilasi/ kumpulan/himpunan
yang tersusun secara teratur)
• Hand out (segala sesuatu/selebaran yang di
bagikan)
17. Contoh Pengembangan
Bahan ajar
A. Mata Pelajaran : Bahasa Dayak Ngaju
B. Standar Kompetensi:
Membaca :
Memahami makna dalam teks tulis
fungsional pendek sederhana untuk
berinteraksi dalam konteks kehidupan
sehari-hari
18. Contoh Pengembangan Bahan ajar
C. Kompetensi Dasar:
Merespon makna yang terdapat dalam teks tulis fungsional
pendek sederhana secara akurat, lancar dan berterima untuk
berinteraksi dalam konteks kehidupan sehari hari
D. Indikator Pencapaian Kompetensi
• Siswa dapat membaca sebuah ceritera sederhana dengan
ucapan dan intonasi yang tepat
• Siswa dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan
jawaban singkat tentang bacaan.
• Siswa dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan
penjelasan yang panjang tentang bacaan.
• Siswa bisa menceritakan kembali isi bacaan dengan kata-kata
sendiri.
19. Contoh Pengembangan Bahan ajar
Untuk Mulok
E. Tujuan Pembelajaran:
1.Siswa dapat membaca bacaan sederhana
berbahasa Dayak Ngaju dengan ucapan dan
intonasi yang benar
2. Siswa dapat memahami isi sebuah bacaan
sederhana berbahasa Dayak Ngaju
3. Siswa dapat menggunakan bahasa Dayak
Ngaju sederhana dalam bentuk lisan dan tulisan
berdasarkan informasi dari sebuah bacaan
20. Bahan Pembelajaran
• Bhs Dayak Ngaju (buku-2 atau tuturan)
(Sbg alasan bhw bhs Dayak Ngaju dpt
dijadikan sbg bhs lintas antar suku; krn
semua suku Dayak yg lain dpt dg mudah
berbhs Dayak Ngaju, namun sebaliknya suku
Dayak Ngaju belum tentu menguasai bhs
Dayak yg lain; sbg contoh : suku Dayak
Maanyan bisa berbhs Dayak Ngaju, tetapi
ada banyak dr suku Dayak Ngaju yg tdk
bisa berbhs Maanyan). Dan Suku Dayak
Ngaju, mrpk suku yg Mayoritas di
Kalimantan Tengah.
21. Oleh krn itu tdk salah jk kita jg
memberikan pembelajaran ttg :
•Tatabahasa Dayak Ngaju
•Bacaan-2 (terutama Bahasa Dayak Ngaju)
dan Cerita Rakyat, dmk jg lain, spt :
•Permainan/Olah Raga Tradisional
•Masakan Tradisional (Kuliner) Dayak
•Seni Musik, Lagu-lagu Daerah
•Alat-2 Teknologi tradisional
• Khasanah Budaya Kalimantan Tengah, dll.
22. (1)Tatabahasa (Dayak Ngaju)
Lihat Buku Upon Ajar Basa Dayak
Ngaju, 2001, juga Kamus Dwibahasa
Dayak Ngaju – Indonesia 2012 (Cetakan
Kelima (Oleh : Albert A Bingan &
Offeny AI), dll.
23. (2)Bacaan (seperti Cerita Rakyat dll.)
Cari dalam Beberapa Cerita Rakyat
Bahasa Dayak Ngaju (Yang dikeluarkan
oleh Dinas Pariwisata Kota, Ditulis oleh
Dinas P & K Kota, Ditulis Oleh : Offeny
AI (dlm dua bhs), dll.
24. (3)Permainan/Olah Raga Tradisional
• Cari pada Bab XX, hal. 373 (Buku
Seni Budaya Kalimantan Tengah :
Oleh Offeny AI, 2014), Kalimantan
Membangun, 1979, Oleh : Tjilik Riwut,
dan Buku Maneser Panatau Tatu
Hiang), dll.
25. (
(4)Masakan Tradisional (Kuliner) Dayak
Cari pada Bab XV, hal. 321 (Buku Seni
Budaya Kalimantan Tengah 2014, Oleh :
Offeny AI, (Kalimantan Membangun,
1979, Oleh Tjilik Riwut, dan Buku
Maneser Panatau Tatu Hiang 2003), dll.
26. (5)Rumah Tradisional Kalteng
(Betang, Karak Betang, Pasah, Lanting)
Cari pada Bab XIV, hal. 281 (Buku
Seni Budaya Kalimantan Tengah 2014,
Oleh : Offeny AI, (Kalimantan
Membangun, 1979, Oleh Tjilik Riwut,
dan Buku Maneser Panatau Tatu
Hiang 2003), Jejaring Internet
27. (6)Upacara Ritual
1. Upacara Tiwah, Manenga Lewu
(Tiwah Habenteng), Wara, Ijambe
(khusus religius/ritual keagamaan).
2. Upacara Nantulak dan Balaku
Untung (Yaitu untuk menyucikan
suatu daerah pertikaian, agar
masyarakat mendapat kedamaian,
kesejahteraan serta perlindungan
dari Tuhan atau Sang Hiang).
28. 3. Upacara Manyampuruh (Untuk
pengobatan).
4. Upacara Manganan Parasat Bajai
(Pengobatan terhadap orang yang
terkena pengaruh penguasaan
buaya/firasat akan dimangsa buaya).
5. Upacara Mambayar Hajat/sahut
(upacara membayar nazar).
29. 6. Upacara Mampakanan Sahur Lewu
(Upacara untuk memperoleh kedamaian
dan ketentraman terhadap masyarakat
dan daerah/mengakhiri konflik/hal-hal
yang tidak diinginkan dsb.).
7. Upacara Manelak Rutas, Mamapas
Ambun Rutas Matei dan Manyadingen
Petak Danum (Untuk membersihkan
daerah dari berbagai aib yang
menyebabkan malapetaka dsb.).
30. 8. Upacara Manyanggar (Bhs
Indonesianya “Totau” yaitu upacara
adat membuka lahan, hutan
mendirikan rumah, menghindarkan
dari gangguan dari berbagai roh-roh
jahat dsb.). Melalui Upacara Ritual
Manyanggar, apabila lokasi yang akan
digunakan oleh manusia dihuni oleh
makhluk halus (gaib) supaya bisa
berpindah ke tempat lain secara
damai sehingga tidak mengganggu
manusia nantinya.
31. 9. Upacara Manajah Antang
(Upacara memanggil elang) sakti
untuk bertanya, meminta petunjuk,
dsb.; sebelum berangkat
perang/berkelahi dengan musuh
apakah bisa menang atau tidak; untuk
mengetahui dimana lokasi yang
dianggap baik tempat mendirikan
rumah dsb., yaitu dengan mengetahui
dari arah mana datangnya elang itu.
32. 10. Upacara Mamalas (hasaki hapalas;
atau disebut juga manyaki, selamatan dsb.
Dengan menampungtawari/melumasi,
menaburi dsb. Dengan tepung tawar).
11. Upacara Manggantung Manaheta Sahur
Parapah Lewu.
12. Upacara Mamparasih lewu
(Membersihkan kampung).
33. 13. Upacara Pekas/Panggar (Upacara
memekas/manyanggar) Pekas adalah
waris dari pihak perempuan; dan Panggar
adalah waris dari pihak laki-laki. Baik
Pekas atau Panggar adalah orang yang
memegang perjanjian adat yang
ditunjuk sebagai penanggungjawab
terhadap s emua sanak saudara yang
masih hidup karena orang tua (baik
bapak atau ibu si anak telah meninggal)
sebagai pemegang waris.
34. 14. Upacara Balian Hai, Balaku
Untung, Balaku Tahaseng,
Manjung Ganan Huma, Sakei Uei 7
andau, uju alem (Upacara besar
memohon keberuntungan, umur
panjang, menjauhkan roh-roh jahat
yang mendiami rumah dsb., selama
tujuh hari tujuh malam).
15. Upacara Balaku Tahaseng
Mambohol Tangkaje Andau.
35. 16. Upacara Balaku Tahaseng
Mambuhul Mampendeng Sawang
Kayu.
17. Prosesi Perkawinan Adat Antar
suku Dayak Kalimantan Tengah
36. 18. Upacara Mangayau Danum.
Mangayau Danum atau sebutan lain
yaitu Mambaleh Bunu atau Mambaleh
Danum.
Mangayau merupakan sebuah kata
berimbuhan; berasal dari kata dasar
kayau yang berarti pemenggal kepala,
mendapat awalan me- membentuk kata
kerja sehingga berarti memenggal kepala.
Danum berati air.
37. Lanjutan....
Mangayau danum artinya memenggal
kepala air atau membunuh air atau
membalas kematian yang disebabkan oleh
air. Bunu bisa berarti kematian yang
disebabkan kesengajaan orang/ pihak
lain.
Jadi yang dimaksud adalah membalas hal
kematian yang disebabkan kesengajaan
orang/pihak lain.
38. Lanjutan...
Sedangkan istilah Mangayau
Danum/mambaleh danum berarti
sasarannya adalah air. Mencakup
pengertian yang lebih luas yaitu setiap
hal kematian yang disebabkan oleh
benda-benda alam; spt.: pohon kayu,
air maupun kematian yang
disengajakan orang/pihak lain.
39. 19. Upacara Manggoru.
Goru atau garu (gaharu). Bagi penduduk
di wilayah Kab. Lamandau atau juga di
wilayah Kotawaringin Lama; merupakan
suatu mata pencaharian sampingan yang
telah dilakukan sejak dahulu. Para
penggalas (pencari hasil hutan) tsb.
Biasanyasebelum pergi masuk hutan,
terlebih dahulu mengadakan upacara
sederhana yang disebut dengan upacara
manggoru.
40. • Secara harfiah, manggoru berasal
dari kata goru yang mendapat
imbuhan (awalan) ma-; sehingga
menjadi sebuah kata berimbuhan
manggoru, yang berarti usaha mencari
atau mengumpulkan goru (gaharu).
Umumnya di Kecamatan Kotawaringin
Lama dan daerah lainnya secara etnis
banyak dihuni oleh penduduk asli Suku
Dayak Mama atau disebut juga Suku
Dayak Darat (Darat = pedalaman).
41. • Dikatakan demikian karena pada awalnya
disebabkan sebagian penduduk asli di
daerah tsb mengundurkan diri ke
pedalaman karena tidak mau ikut/
memeluk agama Islam yang dibawa oleh
kelompok pendatang. Kerajaan
Kotawaringi didirikan sekitar abad 17
yang merupan kepanjang dari kerajaan
Banjarmasin. Kelompok pendatang tadi,
spt.: Banjar, Jawa, Siak atau Melayu
Riau, Madura, dll.
42. • Suku Dayak Darat inilah yang sekarang
sering di jumpai di desa-desa
pedalaman, yang jauh dari tepian
sungai Lamandau; spt. : di Sakabulin,
Tempayung, Kinjil, Babual, Baboti,
Dawak, dan Riam Durian, dll. (lih Kiwok
Rampai 1992/1993:36).
43. 20. Upacara Nahunan (Upacara
Syukuran/pemberian nama atau palas
bidan terhadap bayi yang baru
dilahirkan).
Upacara Nahunan adalah Upacara
pemberian nama bayi atau anak - selain
ungkapan syukur atas kondisi sehat ibu
dan anak setelah proses kelahiran dan
kesempatan membalas jasa kepada
orang yang telah membantu proses
persalinan.
44. Maksud utama dari pelaksanaan
Nahunan adalah prosesi pemberian
nama sekaligus pembaptisan menurut
Agama Kaharingan (agama orang
dayak asli dari leluhur) kepada anak
yang telah lahir.
Upacara Nahunan sendiri berasal dari
kata "Nahun" yang berarti Tahun.
45. Nahunan berasal dari kata nahun yang
berarti seorang bayi atau anak sudah mulai
bertambah usia.
Syarat-syarat upacara Nahunan adalah
hewan kurban (ayam dan babi), manik-
manik (manas), batang sawang,rotan,
rabayang, tunas kelapa, tambak,behas
tawur, sesajen, abu perapian, patung
(hampatung) pasak, tanggul layah/tanggul
dare, batu asah, dan lain-lain.
"http://indonesiiaku.blogspot.com/2013/0
1/nahunan.
46. Dengan demikian, ritual ini umumnya
digelar bagi bayi yang telah berusia
setahun atau lebih. Prosesi pemberian
nama dianggap oleh masyarakat Dayak
sebagai sebuah prosesi yang
merupakan hal sakral, karena alasan
tersebut digelarlah upacara ritual
Nahunan.
47. 21. Upacara Manyadiri.
Dikalangan Suku Bangsa Dayak semua mengenal
yang namanya “sadiri”. Sadiri dapatlah diartikan
sebagai diri atau pengganti diri, adalah semacam
orang-orangan atau patung manusia yang dibuat
dari tepung adonan beras dengan ukuran kecil.
“Manyadiri”, berarti melakukan upacara atau
kegiatan yang berkenaan dengan orang sakit
dsbnya; misalnya si sakit sering bermimpi tentang
liau atau taliau (arwah atau mendiang) orang yang
telah meninggal.
48. • Agar tidak bermimpi maka dibuatlah patung
(orang-orangan) dari adonan tepung beras
dengan diberi dan diambil sedikit-sedikit dari
si sakit, berupa : rambut, kuku, dsbnya,
sebagai pengganti diri (tubuh); jika si sakit
diganggu oleh roh-roh dalam air misalnya
bajai /jata (buaya) yaitu menurut suatu
kepercayaan itu diyakini sebagai makhluk
penghuni dan penguasa alam bawah; maka
dibuatlah sebuah patung buaya dsbnya (Lih.Kamus
Dwibahasa Dayak Ngaju-Indonesia, oleh A Bingan dan Offeny A Ibrahim,
1996:274).
49. 22. Upacara Ritual Dayak Pakanan Batu
• Adalah ritual tradisional yang digelar setelah
panen ladang atau sawah. Upacara Suku Dayak
bernama Pakanan Batu ini dimaksudkan sebagai
ungkapan rasa syukur dan terimakasih kepada
peralatan yang dipakai saat bercocok tanam sejak
membersihkan lahan hingga menuai hasil panen.
• Benda atau barang dituakan dalam ritual dayak ini
adalah batu. Benda ini dianggap sebagai sumber
energi, yaitu menajamkan alat-alat yang digunakan
untuk becocok tanam. Misalnya untuk mengasah
parang, balayung, kapak, ani-ani atau benda dari
besi lainnya.
50. (7)Seni Musik, Lagu-lagu
Daerah
• Cari pada Bab X, hal. 105 s.d hal.
128 (Buku Seni Budaya Kalimantan
Tengah (Oleh : Offeny AI, 2014),
Buku-buku yang telah diterbitkan
oleh Dinas P & K Provinsi, Kumpulan
Lagu-lagu Daerah Kalimantan Tengah,
2007 : Oleh AB. Sandan, dkk. dll.
53. Contoh Tatabhs Dayak Ngaju,
sedikit ttg : IMBUHAN/AFIKS
(Palangi)
A. Imbuhan (Afik/(Palangi)
• Imbuhan adalah unsur bahasa berupa morfem
terikat yang ditambahkan pada suatu kata asal atau
kata dasar untuk membentuknya menjadi kata
berimbuhan.
• Dalam bahasa Dayak Ngaju, imbuhan yang
dipergunakan lebih banyak daripada imbuhan yang
terdapat dalam bahasa Indonesia, sehingga
memerlukan penjelasan dan uraian yang cukup luas.
54. Lanjutan…
• Berikut ini kami akan mencoba menerapkan
imbuhan yang terdapat dalam bahasa Dayak Ngaju
tersebut.
1. Fungsi imbuhan (Afiks) (Gunan Palangi)
• Imbuhan berfungsi mengubah kata dasar, sehingga
melahirkan perubahan arti dan fungsi dari kata
dasar tersebut. Walaupun demikian, arti yang
didapat bukanlah padan kata atau sinonim akan
tetapi kata-kata yang mendapat imbuhan dicari
sinonimnya dengan mempergunakan kata dasar
yang sama.
55. Lanjutan…
2. Macam imbuhan (Afiks) Macam Palangi)
Macam-macam imbuhan yang terdapat dalam bahasa Dayak
Ngaju, adalah :
•Prefiks (awalan) : ba- [ber-], ha- [ber-/saling ber-], ka-
[ke-], ma- [me-], pa- [pe-/per-], i- [di-]. sa- [se-], ta- [ter-]
•Sufiks (akhiran) : -e [-nya], -an [-an]
•Sufiks alternatif : -e dan -a
•Konfiks terbelah : ba - an [ber - an], ha - an [ber - an],
ka-an [ke-an], pa-an [pe/per-an]
•Prefiks gabungan : impa- [diper-], mampa- [memper-],
tapa- [terper-], tara- [ter-], bara- [ber-], pangka- [ter-/
paling]
56. 3. Arti Imbuhan (Riman Palangi)
•Bahwa setiap perubahan bentuk kata
karena imbuhan akan melahirkan arti
dan fungsi yang lebih jelas, jika kata
berimbuhan itu berada dalam hubungan
kalimat. Jadi arti itu akan timbul dari
perubahan bentuk kata akibat peristiwa
tatabahasa yang bermakna gramatikal,
sedangkan arti yang terkandung dalam
imbuhan disebut juga nosi.
57. 4. Imbuhan (Afiks) lainnya (Palangi je beken)
Adapun imbuhan lainnya yang berkaitan erat
dengan pembentukan kata berimbuhan,
adalah :
•Afiks penunjuk milik : -m [-mu], -e [-nya],
-ku/-ngku [-ku] dan -n [pihak ketiga
lainnya]
•Partikel : -lah [-lah], -kah [-kah]
a. Yang tidak ada dan berbeda dengan Bahasa
Indonesia, ialah : akhiran -i dan -kan
58. Lanjutan…
b. Yang berbeda karena :
• ada afiks yang hanya mempergunakan satu
fonem saja seperti :
•prefeks i- [di-], prefiks dan sufiks -e [-nya], sufiks
-m [-mu] dan -n [milik pihak ketiga lainnya]
• ada afiks yang berfungsi rangkap
• ada afiks dan sufiks yang sudah melekat
pada kata dasar (tersamar)
• ada sufiks alternatif -a dan -e
•ada konfiks gabungan yang dilekatkan pada kata
dasar, tetapi mempunyai
59. Lanjutan…
Ada konfiks gabungan yang dilekatkan pada kata dasar,
tetapi mempunyai arti atau makna tersendiri, seperti :
• impa- : bermakna dilakukan/dijadikan supaya
• mampa- : bermakna melakukan/menjadikan supaya
• tapa/tara- : bermakna dilakukan tidak dengan
sengaja, yang apabila diingkari dengan kata dia
[tidak], mengandung makna tidak mungkin.
. bara- : mengandung makna banyak /jamak
atau untuk penyederhanaan kata ulang.
60. 5. Imbuhan Tersamar (Palangi Tasahokan)
•Imbuhan tersamar barangkali istilah ini tidak akan kita
temukan dalam kaidah tatabahasa bahasa Indonesia,
namun dalam tatabahasa Bahasa Dayak Ngaju, kami
mengadakan istilah "Imbuhan Tersamar”. Pengadaan
istilah ini disebabkan terdapat kata yang telah dimasuki
oleh imbuhan tertentu sehingga menyatu atau melekat
seolah-olah kata dasar murni, padahal sesungguhnya kata
itu telah tersamar dengan imbuhan. Melekatnya Imbuhan
tersebut mungkin berawal dari adanya kebiasaan-
kebiasaan para penutur/pemakai bahasa Dayak Ngaju
untuk menyingkatkan kata dalam berkomunikasi, yang
secara manasuka meringkaskan imbuhan.
61. Lanjutan…
Apalagi sampai sekarang pembakuan tentang
tatabahasa Bahasa Dayak Ngaju secara tertulis masih
belum ada, sehingga beberapa kata dasar yang
tersamar imbuhan baik prefiks maupun sufiks (KDT)
tanpa disadari dalam perbendaharaan kata sehari-hari
tetap berkelanjutan seolah-oiah kata itu adalah kata
dasar murni.
Berikut ini akan kami ungkapkan hal tersebut sesuai
dengan pengamatan atau penyelidikan kami, yaitu :
•a. Imbuhan melekat pada Kata Dasar (KDT)
•b. Melekat sufiks -n pada Kata Dasar Murni
62. Lanjutan…
a. Imbuhan melekat (Kata Dasar Tersamar = KDT)
•Terdapat kata dasar yang sudah melekat imbuhan,
yaitu :
•pretiks : ba- dan sufiks -n. Sebagaimana proses
nasalisasi bahwa prefiks ba- apabila diimbuhkan pada
sebuah kata tidak ada peluluhan fonemnya jadi
dilekatkan secara utuh, sedangkan sutiks -n adalah
sebagai kata ganti milik pihak ketiga yang dalam
bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai kepunyaan
ditemui pada kata dasar yang huruf akhirnya adalah
huruf vokal.
65. b. Melekat sufiks -n pada Kata
Dasar Murni
Contoh :
KDM + sufiks -n = KDT Arti
ara aran [nama]
awa awan [bekas]
ayu ayun [kepunyaan]
lawi lawin [ujung/puncak]
kuma kuman [makan]
66. c. Penyingkatan prefiks :
Penyingkatan atau penyederhanaan prefiks
waktu mangimbuhkannya pada suatu kata ini
menurut pengamatan kami terjadi karena dua
sebab, yaitu :
•Pertama : Karena Prefiks yang terdapat
dalam bahasa Dayak Ngaju kesemuanya
berakhir dengan vokal a, kecuali prefiks i- [di-]
•Kedua : Karena ada kata dasar yang
berawal dengan huruf vokal (a, e, i, o, u).
67. Lanjutan…
Dari kedua macam contoh di atas, kita lihat apakah
kata dasar itu murni ataukah kata dasar itu tersamar.
1. bahandang [merah], bahalap [bagus], balaso [panas]
•Dijadikan kata ulang :
- handa-handang [merah-merah] bukan bahanda-
bahandang
- hala-halap [bagus-bagus] bukan bahala-
bahalap
- laso-laso [panas-panas] bukan balaso-balaso
68. Lanjutan…
+ konfiks terbelah/gabungan ka - an [ke- an] / impa- [diper-];
Contoh :
- kahandangan [kemerahan] bukan kabahandangan
- impahandang [dimerahkan] bukan impabahandang
- kahalapan [kebagusan] bukan kabahalapan
- impahalap [diperbagus] bukan impabahalap
- kalasoan [kepanasan] bukan kabalasoan
- impalaso [diperpanas] bukan impabalaso
70. Lanjutan…
• Berdasarkan hal tersebut, maka terjadi peluluhan
terhadap huruf akhir dari prefiks yaitu vokal a,
sehingga hanya konsonannya saja yang dilafalkan
langsung dilekatkan pada kata dasar yang
berfonem huruf vokal tersebut, kecuali prefiks i-
karena hanya satu fonem saja, namun tetap luluh
apabila memasuki kata dasar yang berawal huruf i.
• Untuk jelasnya berikut ini kita lihat beberapa
contoh ,"Imbuhan Tersamar" terhadap prefiks
yang diluluhkan, yaitu :
71. a. Prefiks : ba- [ber-], ha- [bar-]
• Prefiks ba- dan ha- identik dengan [ber-] namun prefiks ha-
menghasilkan makna berelasi satu dengan lain [saling ber-,
saling me-]
atep [tutup] baatep -> batep [tertutup]
ebes [keringat] baebes -> bebes [berkeringat]
engkak [lepas] baengkak -> bengkak [terlepas]
inih [rungau] bainih -> binih [rungau]
isit [pelit] baisit -> bisit [pelit]
73. b. Prafiks : ka- [ka-]
• Prafiks ka- identik dengan [ka-]
tetapi juga bermakna ganda yang
identik dengan kata depan. Oleh
karena itu sangat sukar
membedakannya, namun yang
dijelaskan disini hanyalah menyangkut
peluluhannya sehingga melekat pada
kata dasar murni.
75. c. Prefiks-prefiks lainnya:
• Bukan saja terhadap prefiks ba-, ha-,
atau ka- sebagaimana yang diuraikan
di atas , tetapi semua prefiks lainnya
yang terdapat dalam bahasa Dayak
Ngaju akan mengalami proses
penyingkatan yang dalam hal ini akan
terlihat pada contoh uraian masing-
masing prefiks dimaksud.
76. 6. Nasalisasi
• Nasalisasi adalah proses merubah atau memberi nasal pada
fonem-fonem. Setiap fonem yang dinasalkan haruslah mengambil
nasal yang homogen, artinya nasal yang mempunyai artikulator
yang sama seperti fonem yang dinasalkan.
• Proses nasalisasi dalam bahasa Dayak Ngaju tidak berbeda
dengan bahasa Indonesia yaitu :
p dan b mengambil nasal m ( p -> m )
t dan d mengambil nasal n ( t -> n )
k dan g mengambil nasal ng ( k -> ng )
s mengambil nasal ny atau n ( s - > ny )
77. B. Prefiks (Awalan)
Beberapa Prefiks atau awalan yang terdapat dalam
bahasa Dayak Ngaju, adalah :
ba- [ber-],
ha- [ber-],
ka [ke-],
ma- [me-],
pa- [pe-/per-],
i- [di-],
sa- [se-],
ta- [ter-].
Catatan : Untuk mendalami Tatabhs Dayak Ngaju,
silahkan pelajari buku : Upon Ajar Basa Dayak Ngaju
(Oleh : Albert A Bingan & Offeny AI, 2001)
78. (8)Mengenal Maskot Kalimantan Tengah
a. Maskot Fauna
Maskot Fauna Kalimantan Tengah adalah
Burung Kuau Melayu (Polyplectron
malacense). Di Kawasan Kapuas Kahayan
menyebutnya “ burung Haruei; sedangkan
di kawasan Barito menyebutnya “burung
Sakan, burung Jue.
79. • KUAU KERDIL KALIMANTAN (
Polyplectron schleiermacheri) KHAS
KALIMANTAN TENGAH
80. Burung ini mudah sekali dikenal karena memilki
bentuk tubuh yang indah dan spesifik. Tubuh yang
jantan lebih besar dan berbulu dengan corak yang
lebih menarik daripada yang betina. Berat yang
jantan dapat mencapai sekitar 11,5 kg dan panjang
tubuhnya sampai ujung ekor mendekati 2 meter. Hal
ini disebabkan oleh dua lembar bulu ekornya bagian
tengah mencolok sekali panjangnya. Umumnya bulu
tubuh berwarna dasar kecoklatan dengan bundaran-
bundaran berwarna cerah serta berbintik-bintik
keabu-abuan.
81. Kulit di sekitar kepala dan leher pada yang
jantan biasanya tidak ditumuhi bulu dan
berwarna kebiruan. Pada bagian occipital
(bagian belakang kepala) betina mempunyai
bulu jambul yang lembut. Paruh berwarna
kuning pucat dan sekitar lobang hidung
berwarna kehitaman. Iris mata berwarna
merah. Warna kaki kemerahan dan tidak
mempunyai taji/susuh. Bulu-bulu burun g ini
sering dipakai oleh para penari sebagai
asesoris pada ikat kepala (lawung).
82. Uraian berikut tentang Burung Tingang
• Kenapa pd uraian ini tdk disinggung
tentang burung Tingang?
83. •Karena Burung Tingang bukanlah maskot
flora Kalimantan Tengah, melainkan maskot
flora Kalimantan Barat, sebab keburu
mereka duluan mengajukan maskot flora
mereka. Namun disisi lain bahwa Burung
Tingang bagi semua suku Dayak Di Pulau
Kalimantan, burung Tingang dipakai sebagai
lambang daerah atau simbol organisasi
84. • Seperti di lambang negeri Sarawak, lambang
provinsi Kalimantan Tengah,
simbol Universitas Lambung Makurat, dsbnya.
Burung Tingang diwujudkan dalam bentuk
ukiran pada Budaya Dayak, sedangkan dalam
budaya Banjar, burungTingang diukir dalam
bentuk tersamar (didistilir) karena Budaya
Banjar tumbuh di bawah
pengaruh agama Islam yang melarang adanya
ukiran makhluk bernyawa.
85. • Sesungguhnya bahwa dalam tradisi adat
dan budaya Kalimantan, burung Tingang
(rangkok/rangkong) merupakan simbol
"Alam Atas" yaitu alam kedewataan yang
bersifat "maskulin". Bagi orang Dayak,
burung tingang dianggap sebagai hewan
"suci" dalam kehidupan sosial mereka.
Setidaknya sebagai perlambang kemuliaan
dan kewibawaan pemimpin suku mereka.
86. • Bulunya yang indah, disimbolkan sebagai
pemimpin yang dikagumi oleh rakyatnya.
Sayapnya yang tebal, menggambarkan
pemimpin yang melindungi rakyat. Suaranya
yang keras (kanderang tingang), menandakan
perintahnya yang selalu didengar oleh rakyat.
Dan ekornya yang panjang (dandang tingang),
dilambangkan sebagai pertanda kemakmuran
bagi rakyatnya. Dengan kata lain, begitulah
seharusnya(idealnya) seorang pemimpin bagi
masyarakat Dayak.
87. • Orang Dayak memang selalu dekat dengan alam. Dari
alam mereka hidup dan dari alam pula mereka
mengambil makna dalam kehidupannya. Dengan
demikian, mengambil hutan atau tanah dari kehidupan
orang Dayak, sama saja dengan mencabut mereka dari
akar-akar kehidupannya.
88. • Dalam kepercayaan umat hindu kaharingan,
burung tingang memiliki makna tersendiri.
Berdasarkan mithologi agama hindu kaharingan,
di lewu batu nindan tarung (alam atas), Tingang
Rangga Bapantung Nyahu (burung tingang)
adalah salah satu penciptaan Ranying Hatala
melalui perubahan wujud Luhing Pantung
Tingang (destar) yang dipakai oleh Raja Bunu
ketika ia menerima Danum nyalung Kaharingan
belum (Air Suci Kehidupan). Seperti yang
terdapat dalam ayat-ayat kitab suci
panaturan: Pasal 27 ayat 21
90. • Kemudian burung tingang tersebut
tinggal dan menempati Lunuk Jayang
Tingang Baringen Sempeng Tulang
Tambarirang (Pohon Beringin), dimana
pada saat Balian Balaku Untung wujud
burung tingang itu memberkati
kehidupan manusia melalui
perjalanan Banama Tingang (perahu)
untuk mendapatkan berkat dan karunia
dari Ranying Hatala.
91. • Oleh karena itu dalam setiap upacara
basarah yang dilakukan oleh umat
hindu kaharingan selalu
terdapat dandang tingang (bulu ekor
tingang) sebagai sarana pelengkap
yang terdapat didalam sangku tambak
rajamendapatkan bulau untung aseng
panjang (berkat dan karunia-Nya)
dari Ranying Hatala.
92. • Dilihat dari filsafat keagamaan Hindu
Kaharingan sendiri dandang tingang (bulu ekor)
memiliki makna simbolis di dalam kehidupan
umat manusia yaitu :
• Warna putih dibagian atas, berarti alam
kekuasaan Ranying Hatala beserta
manisfestasi-manisfestasi-Nya.
93. • Warna hitam di tengah, yaitu alam kehidupan
manusia di pantai danum kalunen (dunia) yang
penuh dengan rintangan dan cobaan.
• Warna putih dibagian bawah, berarti alam
kekuasaan Jatha Balawang Bulau.
94. • Dari ketiga warna tersebutlah yang
menjadi warna corak dalam kehidupan
umat Hindu Kaharingan yang
diaplikasikan dalam bhakti sebagai
ucapan syukur kepada Ranying Hatala
dan Jatha Balawang Bulau melalui
berbagai upacara-upacara yang sering
95. • Umat hindu kaharingan meyakini bahwa
dalam bulu ekor tingang tersebut terdapat
suatu kekuatan gaib yang menjadi pedoman
hidup yang berlandaskan dengan Lime
Sarahan (Lima Pengakuan Iman) dalam
meyakini segala kekuasaan Ranying Hatala
dalam kehidupan di dunia ini.
96. b. Maskot Flora
Maskot Flora Kalimantan Tengah
Pohon tanggaring ini mirip dengan rambutan,
hanya saja lebih pendek dari pohon rambutan.
Meski begitu, tinggi pohon tenggaring ini bisa
mencapai 20 meter. Buah tenggaring tebal,
pendek dan tumpul. Kulit buahnya tebal
berwarna kuning sampai merah tua. Rasa
buahnya manis sedikit masam (bhs Banjar : buah
maritam).
Buah Tanggaring
97. Tanggaring termasuk ke dalam kelompok
rambutan hutan dan tumbuh secara alami dan
menyebar di kawasan Kalimantan Tengah.
Makanya, tumbuhan ini terpilih menjadi identitas
(maskot) Provinsi Kalimantan Tengah. Buah
tanggaring adalah jenis rambutan tapi tidak
berbulu, rasanya manis dan daging buahnya sama
seperti rambutan, buah ini juga tumbuh di daerah
Kalimantan Selatan dan mereka menyebutnya
buah maritam.
Tanggaring ( Nephelium mutabile)
98. Selain di Indonesia pohon tanggaring/
kapulasan juga dapat dijumpai di Malaysia,
Thailand, dan Filipina. Biji tanggaring
mengandung minyak nabati lebih banyak
dari pada biji rambutan. Oleh sebab itu
biji tanggaring dapat diproses untuk
menghasilkan minyak yang dapat digunakan
dalam proses pembuatan lilin dan sabun.
99. Implementasi Mulok
dlm K-13 (3 MP)
1.Seni Budaya : 1) Seni Rupa, 2) Seni Tari, 3) Musik/Suara/Sastra (mis.:
kacapi, kangkanong, karungut, karunya, selengot, sansana, dll.), 4) bahasa
(mis. : bhs Dayak Ngaju, dll.)
2.Seni OR/PJOK (permainan tradisional) : mis. : 1) kapung lapak (jaga
pertahanan), 2) basahukan (petak umpet), 3) sepak sawut (sepak bola api),
4) simpet/manyipet (menyumpit), 5) bagasing/babayang (permainan
gasing), 6) balogo (bermain logo), 7) besei kambe (dayung hantu), jukung
hias, jukung tradisional, dll.
3.Keterampilan (termasuk peralatan teknologi) : 1) masakan tradisional
(kuliner), mis. Pengawetan, dsb), 2) anyaman /nama-2 anyaman dan jenis
bahan yg dipakai(spt. : dr purun, rotan, bemban, kajang, dll.), 3) kerajinan
getah nyatu, 4) alat transportasi, mis. Jukung , besei dan jenis-2nya), 5)
alat teknologi; spt. : wadah/tempat tinggal (betang/huma, pasah, lanting,
dsb., peralatan berburu, peralat memasak, peralatan nelayan, peralatan
bertani/bercocok tanam, senjata, mis. Pisau utk menganyam, merotan, dsb.
Mata Pelajaran yg masuk dlm
Implementasi Mulok K-13; adl :
100. TOPIK-TOPIK YANG DAPAT
MENUNJANG MATERI MULOK :
1. Pengetahuan dan Kearifan Lokal Masyarakat
Dayak dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam
dan Kewiraausahaan Sosial.
2. Antara Rumah Betang dan Identitas.
3. Arsitektur Tradisional Suku Dayak.
4. Keanekaragaman dan kategori orang dayak.
5. Manajemen konflik: melalui pemahaman nilai-
nilai budaya dayak.
101. 6. Manik-manik mutu manikam kalimantan..
7. Nilai Nilai Pancasila Melalui Falsafah
Huma Betang.
8. Pengetahuan dan Kearifan Lokal
Masyarakat Dayak dalam Pengelolaan
Sumber Daya Alam dan Kewiraausahaan
Sosial.
9. Rumah Betang, Rumah Adat Dan Budaya
Dayak Yang Hampir Tersingkirkan.
102. PURAH ITAH HASUPA HASAMBAU TINAI INTU KATIKA JE BEKEN
(Kapan-kapan kita bertemu dan bertatap muka lagi di lain kesempatan)
Offeny AI