SlideShare a Scribd company logo
1 of 45
Menerapkan Prinsip-prinsip Keamanan,
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Lingkungan
Unit Pembangkit EBT
D.35EBT13.002.1
DAFTAR ISI
Daftar Isi i
Kata Pengantar 1
A. Pendahuluan …………………………………………………………………… 2
B. Penggunaan Materi 2
C. Daftar Ikon 3
D. Bacaan Referensi 4
E. Pengantar Teori 5
F. Langkah Kerja 11
G. Implementasi Unit Kompetensi 16
1. Elemen Kompetensi 1 16
1.1 Referensi……………………………………………………………..16
1.2 Aktivitas………………………….…………………………………..16
2. Elemen Kompetensi 2 17
2.1 Youtube……………………………………………………………...17
2.2 Aktivitas………………………………………………………………17
2.3 Diskusi ……..………………………………………………………..17
3. Elemen Kompetensi 3…………………………………….…….…………..18
3.1 Video Youtube………………………………….…….……………..18
3.2 Aktivitas………………………………………….…….…………….18
3.3 Diskusi……………………………………………….……………….18
H. Lampiran 22
1. Kamus Istilah 22
2. Referensi 23
3. Unit Kompetensi 24
4. Daftar Nama Penyusun 28
1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT buku Materi
Pelatihan Berbasis Kompetensi dengan judul ” Menerapkan Prinsip-prinsip
Keamanan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Lingkungan Unit
Pembangkit EBT ” dapat tersusun dengan baik dan menjadi media
pembelajaran untuk mentransformasikan pengetahuan, keterampilan dan
sikap kerja kepada peserta pelatihan.
Penyusunan Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi merupakan hasil
identifikasi silabus, capaian unit kompetensi, kriteria capaian yang lalu
dituangkan ke dalam pokok pembahasan sebagaimana ditentukan dalam
pedoman penyusunan materi pelatihan berbasis kompetensi.
Materi pelatihan berbasis kompetensi diformulasikan menjadi 2 (dua)
buku, yakni buku Materi dan buku Asesmen (penilaian) yang tidak
terpisahkan dalam penggunaannya. Materi pelatihan ini menjadi salah satu
bahan pengajaran kepada peserta pelatihan agar pelaksanaan pelatihan
dapat dilakukan secara efektif dan efesien.
Kami berharap materi ini dapat meningkatkan kemampuan aplikatif
bagi peserta pelatihan dan instruktur serta dapat dikembangkan lebih lanjut.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan tuntunan kepada kita
semua dalam melakukan berbagai upaya untuk menunjang proses
pelaksanaan pelatihan berbasis kompetensi guna menghasilkan tenaga kerja
yang kompeten dan berdaya saing tinggi.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, ………………………..
2
I. A. PENDAHULUAN
J.
Tuntutan pembelajaran berbasis kompetensi menjadi sangat penting
dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang
kompeten, sesuai dengan tuntutan kebutuhan pasar kerja. Selaras
dengan tuntutan tersebut, maka dibutuhkan mekanisme pelatihan yang
lebih praktis, aplikatif, serta dapat menarik dilaksanakan sehingga
memotivasi para peserta dalam melaksanakan pelatihan yang diberikan.
Seiring dengan mudahnya teknologi digunakan, maka materi pelatihan
dapat disajikan dengan berbagai media pembelajaran sehingga dapat
diakses secara offline dan online.
Materi pelatihan ini terdiri dari buku Panduan Materi Pelatihan dan
buku Panduan Asesmen. Serta dilengkapi dengan materi yang bersifat
soft copy seperti materi presentasi dan video.
B. PENGGUNAAN MATERI
K.
L.
1. Materi ini dapat dijadikan rujukan untuk pelaksanaan PBK dengan
penggunaan materi yang dapat dikembangkan dan disesuaikan
dengan kebutuhan pelatihan
● Buku Panduan Materi berisi pengetahuan, teori serta langkah-
langkah kerja yang wajib dibaca peserta pelatihan dengan muatan
seperti beikut :
o Bacaan Referensi
o Pengantar Teori
o Langkah Kerja
o Implementasi Unit kompetensi
o Lampiran :
- Kamus istilah
- Daftar referensi
- Unit kompetensi
3
- Daftar penyusun
● Buku Panduan Asesmen disajikan dalam paket buku secara
terpisah. Penilaian dapat berupa soal tertulis, wawancara, serta
demonstrasi yang akan dilaksanakan sesuai dengan proses
penilaian yang dilaksanakan.
● Slide presentasi, video, dan bahan cetak lainnya merupakan
kelengkapan yang dapat dijadikan referensi dalam memperkaya
materi.
2. Instruktur menyiapkan rencana pembelajaran dengan mengambil
referensi dari materi pelatihan serta memastikan materi tersebut
terimplementasi di saat pelatihan berlangsung.
3. Peserta mempelajari, mengamati dan mempraktikkan materi pelatihan
di bawah bimbingan dan pemantauan instruktur.
C. DAFTAR IKON
Daftar ikon yang dapat digunakan dalam buku ini, antara lain:
Pemeriksaan
Ikon ini memiliki arti anda diminta
untuk mencari atau menemui seseorang
untuk mendapatkan informasi
Aktivitas
Icon ini memiliki arti anda diminta
untuk menuliskan/ mencatat, melengkapi
latihan/ aktivitas (bermain peran,
presentasi) dan mencatatkan dalam
lembar kerja pada buku ini sesuai
instruksi
Referensi material/manual
Icon ini memiliki arti Anda harus
melihat pada aturan atau kebijakan yang
berlaku dan prosedur-prosedur atau materi
pelatihan/ sumber informasi lain untuk
dapat melengkapi latihan/ aktivitas ini.
4
Berpikir
Ambil waktu untuk Anda dapat
berpikir/ menganalisa informasi dan catat
gagasan-gagasan yang Anda miliki.
Komunikasi/ Diskusi
Berbicara/ berdiskusi lah dengan
rekan anda untuk gagasan yang anda
miliki.
Membaca
Pilihlah bacaan yang dibutuhkan
sesuai dengan kebutuhan materi pelatihan.
Video/Youtube
Pilihlah Video/Youtube yang dibutuhkan.
D. BACAAN REFERENSI
M.
N.
O.
P.
Q.
E. PENGANTAR TEORI
a. Undang-Undang Keamanan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) dan Keselamatan Ketenagalistrikan (K2)
Keselamatan Ketenagalistrikan adalah segala upaya atau
langkah-langkah pengamanan instalasi penyediaan tenaga listrik
dan pengamanan pemanfaatan tenaga listrik untuk mewujudkan
kondisi andal dan aman bagai instalasi dan kondisi aman dari
bahaya bagi manusia dan mahkluk hidup lainnya, serta kondisi
Membaca secara lengkap :
Undang-Undang No 1 tahun 1970
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.
Per.05/MEN/1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (Sistem Manajemen K3)
5
ramah lingkungan, disekitar instalasi tenaga listrik (PDKB, 2020).
Hubungan antara K2 dan K3 diperlihatkan pada Gambar
berikut:
Gambar 1. Hubungan K2 dan K3
K2 Keselamatan ketenagalistrikan Menurut UU 30 / 2009
adalah;
1) Setiap usaha kegiatan usaha ketenagalistrikan wajib memenuhi
ketentuan Keselamatan Ketenagalistrikan (K2)
2) Ketentuan Keselamatan Ketenagalistrikan bertujuan untuk
mewujudkan kondisi : Andal dan Aman (A2) bagi Instalasi
(Keselamatan Instalasi), Aman dari bahaya bagi manusia dan
mahluk hidup lainnya (Tenaga Kerja dan Masyarakat umum),
Ramah lingkungan.
3) Ketentuan Keselamatan Ketenagalistrikan meliputi : Pemenuhi
standarisasi peralatan dan pemanfaat tenaga listrik,
Pengamanan Instalasi tenaga listrik, Pengamanan Pemanfaat
tenaga listrik.
4) Setiap instalasi tenaga listrik yang beroperasi wajib memiliki
Sertifikat Laik Operasi (SLO) adalah sertifikat yang diterbitkan
oleh Lembaga Inspeksi Teknik yang ditunjuk Pemerintah untuk
melakukan inspeksi kelaikan operasi atas instalasi listrik yang
dipasang di bangunan pemohon listrik.
5) Setiap peralatan dan pemanfaat tenaga listrik wajib memenuhi
ketentuan Standar Nasional Indonesia (SNI).
6) Setiap Tenaga teknik dalam usaha ketenagalistrikan wajib
6
memiliki Sertifikat Kompetensi adalah proses pemberian
sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan
obyektif melalui Uji Kompetensi yang mengacu pada Standar
Kompetensi Kerja baik yang bersifat Nasional, Khusus maupun
Internasional.
7) Ketentuan mengenai keselamatan ketenagalistrikan : SLO
(Sertifikat Laik Operasi), SNI (Standar Nasional
Indonesia)Sertifikat Kompetensi.
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.
Per.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (Sistem Manajemen K3) merupakan bagian dari sistem
manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan
sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan,
pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan
dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja
yang aman, efisien dan produktif. Tujuan dan sasaran Sistem
Manajemen K3 adalah untuk menciptakan suatu sistem
keselamatan dan kesehatan ditempat kerja dengan melibatkan
unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang
terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan
dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang
aman, efisien dan produktif.
Sistem Manajemen K3 wajib diterapkan oleh setiap
perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang
atau lebih, perusahaan yang mempunyai potensi bahaya yang
ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan yang dapat
mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran,
pencemaran dan penyakit akibat kerja. Berdasarkan Pasal 4
Permenaker tentang Sistem Manajemen K3, terdapat 5 ketentuan
yang harus perusahaan/pengusaha laksanakan, yaitu:
7
1) Menetapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan
menjamin komitmen terhadap penerapan Sistem Manajemen K3.
2) Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran
penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.
3) Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara
efektif dengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme
pendukung yang diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan
dan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja.
4) Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja keselamatan
dan kesehatan kerja serta melakukan tindakan perbaikan dan
pencegahan.
5) Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan Sistem
Manajemen.
b. Prosedur Keamanan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Prosedur Keamanan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau
K3 merupakan sebuah prosedur wajib yang harus dijalankan oleh
semua perusahaan di segala bidang. Tujuan K3 adalah untuk
menjamin kenyamanan proses kerja, baik itu karyawan maupun
jajaran pimpinan perusahaan.
Dengan adanya prosedur K3 diharapkan tidak ada pihak
yang dirugikan dalam proses berjalannya sebuah bisnis. Baik
kerugian dalam bentuk fisik, materi ataupun jiwa. Sosialisasi
terkait keamanan keselamatan dan kesehatan kerja umumnya
disampaikan melalui pelatihan K3.
Berdasarkan pengertiannya, prosedur K3 adalah rangkaian
proses yang dijalankan dalam sebuah pekerjaan dimulai dengan
penilaian mengenai risiko terkait pekerjaan tersebut. Penilaian
risiko berguna untuk menjamin keselamtan dan kesehatan seluruh
karyawan selama mereka sedang menyelesaikan tugas di dalam
ruang lingkup pekerjaan.
8
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam prosedur K3
antara lain adalah pertimbangan tentang adanya risiko baik cidera
maupun sakit yang disebabkan oleh pekerjaan tersebut. Selain
risiko sumber daya manusia, risiko kerusakan alat maupun
lingkungan sekitar juga termasuk ke dalam cakupan prosedur K3.
Prosedur K3 muncul sejak manusia mulai mengenal
pekerjaan. Adanya prosedur ini merupakan bentuk pemenuhan hak
asasi manusia, termasuk saat berada di tempat kerja.
Mengingat dalam aktivitas pekerjaan kita tidak tahu risiko
apa yang bisa muncul, prosedur K3 memiliki banyak manfaat
antara lain:
1) Menciptakan rasa aman bagi semua karyawan ketika mereka
melaksanakan tugas
2) Prosedur K3 yang diterapkan dengan baik bisa mendatangkan
keuntungan untuk perusahaan karena tidak perlu mengeluarkan
dana tambahan berupa kompensasi untuk karyawan yang mengalami
cedera atau sakit selama bertugas
3) Penerapan prosedur K3, semua tugas dalam perusahaan dapat
berjalan efisien, efektif dan terarah.
Dasar hukum mengenai prosedur K3 terdapat dalam
Undang-undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970. Di dalam
undang-undang tersebut dijabarkan mengenai tempat-tempat kerja
yang wajib melaksanakan prosedur K3. Saat ini, K3 diberlakukan
secara umum dan wajib dilaksanakan oleh semua perusahaan di
segala sektor. Menurut undang-undang, jaminan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja itu berlaku untuk semua pekerja baik yang
beraktivitas di darat, laut, di dalam tanah maupun di udara. Semua
karyawan memiliki hak dan kewajiban terkait keselamatan dan
kesehatan mereka saat bertugas. Sementara itu perusahaan
melalui pengawas atau pengurus K3, wajib mengawasi dan
9
bertanggung jawab pada semua prosedur mulai dari pencegahan
hingga penanganan (Mutu Institute, 2020).
c. Penggunaan APD
APD atau singkatan dari alat pelindung diri merupakan
peralatan wajib yang harus digunakan ketika melakukan suatu
pekerjaan beresiko. APD berfungsi untuk melindungi diri dari resiko
kecelakaan kerja dan meminimalisir akibat dari kecelakaan kerja
yang terjadi.
Beberapa pekerjaan yang memerlukan alat pelindung diri
adalah buruh bangunan, teknisi listrik, pekerja proyek dll. Suatu
proyek besar tidak akan berjalan apabila para pekerjanya tidak
menggunakan APD dalam bekerja sebab penggunaan APD menjadi
hal penting dalam menunjang kesehatan dan keselamatan para
pekerja.
Dasar Hukum Alat Pelindung Diri adalah:
1) Undang-undang No.1 tahun 1970. a. Pasal 3 ayat (1) butir f:
Dengan peraturan perundangan ditetapkan syaratsyarat untuk
memberikan APD b. Pasal 9 ayat (1) butir c: Pengurus
diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga
kerja baru tentang APD. c. Pasal 12 butir b: Dengan peraturan
perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk
memakai APD. d. Pasal 14 butir c: Pengurus diwajibkan
menyediakan APD secara Cuma-cuma.
2) Permenakertrans No.Per.01/MEN/1981 Pasal 4 ayat (3)
menyebutkan kewajiban pengurus menyediakan alat pelindung
diri dan wajib bagi tenaga kerja untuk menggunakannya untuk
pencegahan penyakit akibat kerja.
3) Permenakertrans No.Per.03/MEN/1982 Pasal 2 butir I
menyebutkan memberikan nasehat mengenai perencanaan dan
pembuatan tempat kerja, pemilihan alat pelindung diri yang
diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan makanan ditempat
10
kerja.
4) Permenakertrans No.Per.03/Men/1986 Pasal 2 ayat (2)
menyebutkan tenaga kerja yang mengelola Pestisida harus
memakai alat-alat pelindung diri yg berupa pakaian kerja,
sepatu lars tinggi, sarung tangan, kacamata pelindung atau
pelindung muka dan pelindung pernafasan.
Tujuan penggunaan APD antara lain:
1) Membantu mengurangi tingkat kecelakaan di tempat kerja;
2) Membantu meningkatkan produktifitas dan efisiensi produksi
akibat kecelakaan kerja;
3) Membantu mengurangi cacat produksi akibat kecelakaan kerja;
4) Membantu meningkatkan kesadaran pekerja akan pentingnya
menggunakan APD;
5) Membantu meningkatkan kesehatan kerja dan mengurangi
penyakit akibat kerja;
6) Membantu meningkatkan pengetahuan pekerja akan bahaya di
tempat kerja dan alat pelindung diri;
7) Memberikan pemahaman yang lebih luas kepada pihak
manajemen akan pentingnya alat pelindung diri yang
digunakan pekerja dan perusahaan.
Jenis-jenis Alat Pelindung Diri (APD) dan Kegunaanya
1) Alat pelindung kepala
Pelindung kepala berfungsi untuk melindungi kepala dari
bahaya. Perlindungan terhadap kepala merupakan hal yang sangat
penting, karena cidera kepala dapat berakibat fatal bagi pekerja.
Alat pelindung kepala terbuat dari material yang tahan terhadap
benturan sehingga mampu melindungi kepala dari cidera apabila
terjadi benturan keras atau terkena benda tajam, serta melindungi
dari sengatan listrik. Kemudian melindungi kepala dari kebakaran,
korosif, uapuap, panas atau dingin.
2) Pelindung Mata dan Wajah
Pelindung mata dan wajah berfungsi untuk melindungi mata
dari percikan bahanbahan korosif, kemasukan debu atau partikel
11
kecil yang melayang di udara, pemaparan gas uap yang
menyebabkan iritasi mata, radiasi gelombang eletromagnetik, serta
benturan atau pukulan benda keras.
3) Pelindung Telinga
Metode untuk melindungi pendengaran dari kebisingan dapat
dilakukan dengan mengurangi kebisingan dari sumbernya dengan
metode rakayasa. Kondisi lingkungan tertentu, sangat sedikit atau
sama sekali tidak bisa dilakukan usaha untuk mengurangi
kebisingan, sehingga pekerja diharuskan menggunakan pelindung
telinga (hearing protection) untuk mengurangi jumlah suara
mencapai telinga. Hearing protection wajib digunakan apabila
kebisingan melebihi 85 dB. Hearing protection berfungsi untuk
mengurangi tingkat kebisingan dari suara gemuruh mesin,
penahan bising dari letupan-letupan, dan resiko gangguan
pendengaran
4) Pelindung Tangan
Pelindung tangan digunakan untuk melindungi tangan dari
benda-benda tajam, bahan kimia, kontak arus listrik, api, panas,
dingin, radiasi elektromagnetik, radiasi mengion, benturan,
pukulan, luka, lecet, infeksi. Pelindung tangan dapat berbentuk
gloves (sarung tangan), mitten (jempol terpisah dan 4 jari menyatu),
hand pad (melindungi telapak tangan), sleve (pergelangan tangan
sampai lengan, biasanya digabung dengan sarung tangan).
5) Pelindung Kaki
Pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki dari
tertimpa benda berat, terbakar oleh logam cair, bahan kimia korosif,
dermatitis/eksim karena zat kimia, tersandung atau tergelincir.
Jenis dan bahan sepatu yang digunakan juga disesuaikan dengan
lingkungan kerja.
6) Tali Dan Sabuk Pengaman
Tali dan sabuk pengaman berguna untuk melindungi tubuh
dari kemungkinan terjatuh. Penggunaan tali dan sabuk pengaman
biasanya untuk pekerja di bidang konstruksi dan memanjat tempat
12
tinggi. Alat ini terdiri dari tali pengaman dan harus dapat menahan
beban seberat minimal 80 kg.
d. Potensi bahaya dan penanggulangannya pada pembangkit EBT
Berdasarkan penelitian terhadap bahaya baru dan bahaya
yang umum terkait penggunaan EBT yang muncul, terdapat 3
kategori resiko yang dapat diidentifikasi (‘Health and safety in the
new energy economy’, 2010), yaitu:
1) Bahaya major.
Bahaya major atau bahaya utama kesehatan dan
keselamatan utama didefinisikan sebagai bahaya yang dapat
mengakibatkan banyak kematian dan cedera serius dan/atau
kerusakan luas pada properti dan lingkungan sebagai akibat
dari satu insiden. Karena efek dari insiden-insiden ini
berpotensi dirasakan baik di dalam maupun di luar jangkauan
lokasi kejadian, bahaya besar mewakili risiko tidak hanya bagi
tenaga kerja di lokasi tetapi juga bagi masyarakat umum.
Biasanya, kecelakaan yang disebabkan oleh bahaya seperti itu
frekuensinya rendah tetapi dampaknya tinggi. Contoh
kecelakaan yang mengakibatkan kecelakaan major yang pernah
terjadi antara lain:
a) Ledakan dan kebakaran yang terjadi di anjungan produksi
minyak dan gas Piper Alpha di Laut Utara, yang
menewaskan 167 orang (1988);
b) Ledakan di depot penyimpanan minyak Buncefield di
Hertfordshire, yang mengakibatkan lebih dari 40 orang
terluka dan kerusakan besar pada properti perumahan dan
komersial (2005); dan
c) Ledakan dan kebakaran yang terjadi di anjungan minyak
Deepwater Horizon di Teluk Meksiko, yang menewaskan 11
orang dan menyebabkan tumpahan minyak lepas pantai
terbesar dalam sejarah AS (2010).
13
Tabel 1 merangkum bahaya utama yang terkait dengan
penggunaan teknologi energi yang muncul.
Tabel 1. Sumber Energi EBT dan resiko bahaya yang dapat
ditimbulkan
Teknologi/Sumber energi
EBT
Contoh bahaya major
Biogas, biodiesel and
bioethanol production
● Kebakaran dan ledakan selama
produksi skala besar.
● Kebakaran dan ledakan yang
disebabkan oleh percikan
peralatan listrik di atmosfer
yang mudah meledak.
● Ledakan bejana tekan.
● Biogas atau syngas yang tidak
memenuhi spesifikasi gas (hal
ini dapat berdampak buruk
pada jaringan pipa gas).
Penangkapan dan
penyimpanan karbon
(CCS)
● Kehadiran CO2 dalam volume
besar yang membutuhkan
kompresi, transportasi, dan
injeksi bawah tanah.
● Adanya zat beracun, mudah
terbakar dan meledak
(misalnya amina, amonia,
oksigen) di pabrik pembakaran
batubara sebagai bagian dari
proses penangkapan karbon.
● Menangani CO2 dalam fase
padat (yaitu cair) atau
superkritis.
14
● Pelepasan CO2 karena
hilangnya integritas pabrik
atau penggetasan peralatan
yang disebabkan oleh gas.
Pembangkitan, distribusi,
penyimpanan, dan
penggunaan hidrogen
Kebakaran dan ledakan selama
pengangkutan, penyimpanan
dan penggunaan.
Impor dan regasifikasi gas
alam cair (LNG)
Kebakaran dan ledakan selama
transportasi, penyimpanan, dan
regasifikasi (misalnya saat
memasukkan gas langsung dari
kapal ke jaringan).
Energi terbarukan lepas
pantai (angin, ombak,
pasang surut)
Runtuhnya platform kerja lepas
pantai selama konstruksi
turbin/ gardu induk.
2) Bahaya pekerjaan.
Selain bahaya besar yang dapat berdampak pada tenaga
kerja yang mengembangkan, memasang, mengoperasikan, dan
memelihara teknologi energi yang muncul, serangkaian bahaya
kerja tingkat rendah juga menimbulkan potensi ancaman
terhadap kesehatan dan keselamatan di tempat kerja:
a) Kesehatan kerja menghadirkan tantangan signifikan yang
harus ditangani secara efektif jika pekerja ingin menikmati
perlindungan yang tepat dari dampak kesehatan jangka
pendek dan jangka panjang.
b) Tenaga kerja perlu dilindungi dari berbagai macam bahaya
keselamatan di tempat kerja yang beberapa di antaranya
dapat menimbulkan risiko kematian atau cedera serius.
Banyak dari bahaya kesehatan dan keselamatan kerja ini
adalah bahaya yang sudah dikenal yang sekarang akan
direplikasi di lingkungan yang tidak dikenal; yang lain belum
15
pernah ditemui pada skala yang berarti sebelumnya.
Tabel 2. Sumber Energi EBT dan resiko bahaya kesehatan yang
dapat ditimbulkan
Teknologi/Sumber energi
EBT
Contoh bahaya pekerjaan
Perlakuan termal lanjutan
dari biomassa atau bahan
bakar yang berasal dari
sampah
Paparan senyawa aromatik yang
berpotensi karsinogenik, serta
logam berat, gas asam, dan
hidrogen sulfida.dapat
berdampak buruk pada jaringan
pipa gas).
Produksi biogas, biodiesel
dan bioetanol
● Asfiksia di ruang terbatas
(misalnya digester anaerobik).
● Paparan CO2 yang dihasilkan
selama proses fermentasi,
bahan kimia/pelarut yang
digunakan dalam produksi
bahan bakar dan pembersihan
pabrik, dan produk sampingan
yang mudah menguap yang
dihasilkan oleh proses
mikrobiologi.
Energi matahari Paparan bahan kimia dan logam
beracun (misalnya kadmium –
karsinogen yang diketahui)
selama pembuatan,
pembuangan, dan daur ulang
panel surya.
Tenaga angin Paparan resin epoksi, stirena dan
bahan kimia/pelarut berbahaya
lainnya selama pembuatan
16
turbin angin.
Tabel 3. Sumber Energi EBT dan resiko bahaya keselamatan
yang dapat ditimbulkan
Teknologi/Sumber energi
EBT
Contoh bahaya pekerjaan
Produksi biogas, biodiesel
dan bioetanol
Kebakaran dan ledakan selama
pembuatan biofuel skala kecil.
Infrastruktur listrik,
distribusi dan konektivitas
● 'Flashover' terbakar, jatuh, dan
tersengat listrik selama
pemasangan, penyambungan,
dan pemeliharaan sumber
daya baru.
● Luka bakar 'Flashover',
sengatan listrik dll karena
lebih banyak 'hidup' bekerja
karena sistem menjadi lebih
kompleks.
● Jatuh saat memasang,
menyambungkan, atau
memperbaiki turbin angin
mikro atau panel surya yang
dipasang di atap.
● Risiko konstruksi dan
penggalian selama
pemasangan kabel, konstruksi
gardu induk dan kegiatan
lainnya (di darat dan lepas
pantai).
Energi terbarukan (angin,
gelombang, pasang surut)
● Jatuh, tersengat listrik dan
kecelakaan lainnya (misalnya
17
jebakan) selama konstruksi
dan pemeliharaan.
● Perakitan dermaga dan
pemuatan peralatan turbin
lepas pantai; impor bagian-
bagian turbin di sisi dermaga.
● Penggunaan kapal pengangkat
dan awak kapal yang tidak
sesuai dengan kondisi di Laut
Utara dll.
Energi matahari
● Jatuh dari ketinggian selama
pemasangan panel di atap.
● Masalah penanganan manual.
3) Bahaya bagi masyarakat.
Teknologi energi yang muncul menimbulkan berbagai
risiko kesehatan dan keselamatan bagi anggota masyarakat
yang tinggal atau bekerja di dekat lokasi pembangkit.
Sementara beberapa di antaranya dapat didefinisikan sebagai
bahaya besar (lihat bab 'Risiko spesifik: bahaya utama'), yang
lain lebih terlokalisasi dalam kemungkinan efeknya, meskipun
masih berpotensi sangat serius bagi individu yang terkena
dampak.
Banyak dari bahaya ini berakar pada sifat dasar dari
teknologi pembangkit energi yang bersangkutan. Beberapa
diantaranya terutama disebabkan oleh fakta bahwa banyak
teknologi energi yang muncul akan dimanfaatkan dengan cara
yang relatif inovatif, lebih terdesentralisasi, dengan sejumlah
besar proyek skala kecil 'tertanam' ke dalam masyarakat dan
peningkatan substansial dalam jumlah rumah tangga yang
terlibat dalam pembangkit energi untuk pemakaian sendiri dan
18
untuk diekspor ke jaringan. Risiko tingkat yang lebih rendah
bagi publik juga cenderung meningkat karena pemadaman
energi yang disebabkan oleh kesulitan yang terlibat dalam
menyeimbangkan pasokan dan permintaan dalam sistem energi
yang jauh lebih kompleks.
Tabel 4. Potensi bahaya utama bagi publik/masyarakat
Teknologi/Sumber energi
EBT
Contoh bahaya pekerjaan
Produksi biodiesel Kebakaran, ledakan dll selama
produksi skala kecil.
Pembakaran biomassa Luka bakar dari boiler dan
peralatan lain yang dipasang
sebagai bagian dari skema
pemanasan lokal atau distrik.
Infrastruktur listrik,
distribusi dan konektivitas
Jatuh atau tersengat listrik saat
rumah tangga menghubungkan
turbin angin mikro atau panel
surya yang dipasang di atap.
Pembangkitan, distribusi,
penyimpanan, dan
penggunaan hidrogen
Risiko listrik dari sel bahan
bakar (misalnya digunakan
untuk daya kendaraan).
Energi terbarukan darat
(angin, surya)
● Lemparan pisau atau
keruntuhan turbin di mana
turbin angin ditempatkan di
sekolah, rumah sakit, dll.
● Jatuh atau tersengat listrik
ketika rumah tangga sedang
memasang atau memperbaiki
turbin angin mikro atau panel
surya yang dipasang di atap.
19
e. Prosedur pelaporan keadaan darurat
Keadaan Darurat adalah berubahnya suatu
kegiatan/keadaan atau situasi yang semula normal menjadi tidak
normal sebagai akibat dari suatu peristiwa atau kejadian yang
tidak diduga atau dikehendaki. Keadaan darurat dapat berupa
terjadinya bencana alam, kebakaran, kecelakaan kerja,
pencemaran lingkungan, dan/atau keributan. Sedangkan
Penanggulangan Keadaan Darurat adalah upaya atau tindakan
yang dilakukan untuk mengatasi keadaan yang akan
menimbulkan kerugian, agar situasi atau keadaan yang tidak
dikehendaki tersebut dapat segera di atasi atau dinormalisasi dan
kerugian ditekan seminimal mungkin.
Referensi Penanganan kondisi darurat diantaranya:
1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1997 tentang Keselamatan
Kerja
2) Permenaker No. 05 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
3) Permenakertrans R.I No.Per.15/MEN/VIII/2008 tentang
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di Tempat Kerja
4) Kesiapsiagaan dan prosedur tanggap darurat Badan Nasional
Penanggulangan Bencana
5) Prosedur Kebencanaan World Bank
Cara yang baik untuk melaporkan keadaan darurat harus
berbicara dengan jelas dan terang serta memberikan informasi
berurutan sebagai berikut (wikihow, 2022):
1) Pertimbangkan seberapa darurat keadaannya. Sebelum
melaporkan keadaan tertentu, pastikan dahulu bahwa
keadaannya memang darurat. Teleponlah Layanan Darurat
jika Anda menganggap keadaannya memang menyangkut
nyawa seseorang atau benar-benar mengganggu. Berikut
beberapa keadaan darurat yang harus Anda laporkan:
20
a) Tindak kejahatan, terutama yang sedang berlangsung.
b) Kebakaran.
c) Keadaan darurat medis yang memerlukan penanganan
dengan segera.
d) Kecelakaan mobil.
2) Hubungi Layanan Darurat. Nomor telepon Layanan Darurat
berbeda-beda di tiap negara. Di Amerika Serikat, nomor
teleponnya 911, dan di sebagian besar negara di Eropa, nomor
teleponnya 112. Di Indonesia, hubungi 110 untuk polisi, 118
untuk ambulans, serta 113 untuk pemadam kebakaran.
3) Laporkan posisi Anda. Hal pertama yang akan ditanyakan
operator Layanan Darurat adalah posisi Anda agar mereka bisa
segera menuju ke sana. Jika mungkin, berikan detail alamat.
Jika Anda tidak yakin akan detail alamatnya, gunakan
perkiraan terbaik Anda.
4) Berikan nomor telepon Anda kepada operator. Informasi ini
wajib dimiliki operator agar dia bisa menghubungi Anda
kembali jika dibutuhkan.
5) Jelaskan keadaan darurat yang Anda alami atau
amati. Bicaralah dengan tenang dan jelas, lalu ungkapkan
kepada operator kenapa Anda menelepon. Berikan informasi
yang paling krusial terlebih dahulu, lalu jawablah pertanyaan
lanjutan dari operator.
a) Jika Anda melaporkan suatu tindak kejahatan, berikan
pula deskripsi fisik pelaku tindak kejahatan tersebut.
b) Jika Anda melaporkan suatu kebakaran, jelaskan awal
mula apinya tersulut dan beri tahukan posisi tepatnya
kebakaran tersebut. Jangan lupa untuk memberi tahu
jumlah korban yang terluka atau menghilang.
c) Jika Anda melaporkan suatu keadaan medis darurat,
jelaskan awal mula terjadinya kecelakaan dan gejala apa
yang ditunjukkan orang yang ada di hadapan Anda.
6) Ikuti perintah operator. Setelah mengumpulkan informasi
21
yang dibutuhkan, operator akan menyuruh Anda untuk
membantu orang-orang yang membutuhkan pertolongan.
Anda mungkin akan menerima panduan untuk memberikan
pertolongan darurat seperti resusitasi jantung paru-paru
(CPR). Perhatikan panduannya dengan saksama dan jangan
tutup teleponnya sampai diperbolehkan. Lalu ikuti panduan
yang telah diberikan.
7) Jangan menutup telepon hingga Anda diminta. Meskipun
Anda tidak bisa menempelkan telepon ke telinga atau
menyalakan pengeras suara, Anda tidak boleh memutus
sambungan telepon atau menutupnya.
8) Tutup telepon setelah Anda dianjurkan melakukannya oleh
petugas. Jika perlu menelepon pihak lain, Anda bisa
melakukannya sekarang. Cukup langkah dalam artikel ini lagi.
Selain itu, sistem prosedur pelaporan keadaan darurat terdiri
yang dapat dilakukan antara lain:
1) Seluruh pekerja yang berada di lapangan bertanggung jawab
untuk melaporkan kepada tim tanggap darurat jika terjadi
keadaan darurat yang telah didefiniskan dalam prosedur ini.
2) Petugas piket bidang keselamatan yang menerima laporan
kejadian akan meminta pelapor melengkapi informasi dasar
yang meliputi: identitas pelapor (nama, unit kerja), jenis
kejadian (kebakaran/peledakan, kebocoran, gempa bumi,
tsunami, banjir, dan sebagainya), tempat kejadian, dan waktu
kejadian.
3) Petugas tanggap darurat yang menerima laporan akan
melaporkan kepada ketua tim/koordinator untuk mulai
memberlakukan prosedur tanggap darurat. Tim bertanggung
jawab atas perlindungan pekerja, komunitas, dan aset di
lapangan. Selanjutnya, laporan ditindaklanjuti dengan alur
sebagaimana terlampir.
22
f. Peralatan penanggulangan kondisi darurat
Peralatan tanggap darurat harus tersedia di lokasi sesuai
potensi bahayanya dan fungsinya. Peralatan harus diinventarisasi
dan diperiksa kondisi kelayakannya setiap hari sebelum
dimulainya pekerjaan. Peralatan tanggap darurat yang wajib
tersedia yaitu:
1) Perangkat P3K yang terdiri dari
Peralatan Obat-obatan
● Plester;
● Povidone iodine
untuk desinfektan;
● Alkohol 70%;
● Kapas bersih;
● Pembalut segitiga
(mitela);
● Perban gulung;
● Kasa steril;
● Perban elastis;
● Gunting;
● Termometer;
● Sarung tangan steril;
● Cotton bud;
● Pinset;
● Peniti;
● Hand sanitizer;
● Oksigen.
● Obat penurun panas
(parasetamol tablet 500 mg)
● Obat pereda rasa nyeri
(parasetamol atau ibuprofen);
● Obat antialergi (CTM untuk
obat minum dan krim
hidrokortison untuk alergi pada
kulit);
● Obat antidiare dan keracunan;
● (misalnya Norit dan Attapulgit,
serta oralit untuk mengatasi
dehidrasi);
● Obat pencahar;
● Obat mag (antasida);
● Obat batuk;
● Krim gatal seperti calamine
atau bedak dingin;
● Krim luka bakar;
● Obat-obatan untuk penyakit
pribadi, misalnya asma,
hipertensi, atau lainnya.
23
2) Perangkat Tanggap Darurat yang terdiri dari:
● Radio komunikasi;
● Lampu senter;
● Lampu emergency;
● Kursi roda;
● Tandu;
● Alat pemadam kebakaran (Apar);
● Masker oksigen;
● Peluit;
● Pisau lipat.
g. Prosedur pengecekan peralatan yang akan digunakan pada
kondisi darurat
Sebelum melakukan pengecekan peralatan, yang perlu
dilakukan adalah menentukan jenis bahaya yang mungkin
dihadapi. Oleh karena itu perlu untuk menerapkan manajemen
keselamatan yang berfokus pada identifikasi bahaya yang
berhubungan dengan rangkaian pekerjaan yang dilakukan.
Teknik ini dikenal dengan Job Safety Analis atau disingkat JSA.
JSA dibuat untuk pekerjaan :
1) Pekerjaan yang bisa menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja
atau PAK;
2) Pekerjaan yang berpotensi menyebabkan cedera serius atau
PAK yang mematikan, bahkan untuk pekerjaan yang tidak ada
riwayat kecelakaan sebelumnya;
3) Pekerjaan dimana satu kelalaian kecil yang dilakukan pekerja
dapat menyebabkan kecelakaan fatal atau cedera serius;
4) Setiap pekerjaan baru atau pekerjaan yang telah mengalami
perubahan proses dan prosedur kerja;
24
5) Pekerjaan yang cukup kompleks dan membutuhkan instruksi
tertulis.
Setelah diketahui jenis bahaya yang didapatkan, langkah
selanjutnya adalah menentukan peralatan darurat yang mungkin
akan digunakan. Langkah yang dilakukan untuk memulai
pengecekan adalah:
1) Meminta izin kepada pihak terkait, dalah hal ini supervisor
atau bagian yang bertanggung jawab terhadap peralatan.
2) Menyiapkan cheklist peralatan yang akan diperiksa.
3) Meyiapkan peralatan yang akan diperiksa
4) Melakukan pemeriksaan sesuai cheklist yang disediakan,
mulai dari kondisi peraltan, fungsi, jumlah, dll.
5) Membuat laporan hasil pemeriksaan
6) Melakukan evaluasi hasil pemeriksaan jika dalam laporan
ditemukan kondisi peralatan darurat yang tida sesuai standar
baik jumlah maupun fungsinya.
h. Simbol-simbol bahaya dan penempatannya
Tanda peringatan bahaya biasanya dipasang di tempat –
tempat dengan potensi bahaya sebagai tindakan pencegahan. Oleh
karena itu, setiap pekerja harus mampu mengenali tiap simbol –
simbol / rambu – rambu potensi bahaya di tempat kerjanya.
Potensi bahaya adalah sesuatu yang berpotensi untuk
terjadinya insiden yang berakibat pada kerugian. Jika didasarkan
pada dampaknya terhadap korban, maka dapat dikategorikan
menjadi 4, sebagai berikut ini:
1) Kategori A
Potensi bahaya dari kategori ini menimbulkan resiko dampak
jangka panjang pada kesehatan. Bahayanya bisa berasal dari
bahaya bahan kimia yang memiliki sifat beracun dapat
memasuki aliran darah dan menyebabkan kerusakan pada
sistem tubuh dan organ lainnya. Berikut ini adalah contoh –
contoh simbol / rambu potensi bahaya untuk kategori A.
25
Asal bahaya lainnya bisa dari faktor fisik di lingkungan
kerja, yaitu dari kebisingan, penerangan, getaran, iklim kerja,
gelombang mikro dan sinar ultra ungu yang biasanya
dihasilkan dari proses produksi atau hasil yang tidak
diinginkan dalam sebuah produksi.
Pekerja di bidang pertanian, perkebunan dan kehutanan
juga bisa terkena dampak bahaya faktor biologi yang
menyebabkan penyakit karena virus, bakteri atau hasil dari
pertanian itu sendiri. Bahkan di dalam perkantoran pun bisa
menyebabkan penyakit karena bahaya faktor biologi yang
disebabkan oleh kualitas udara dalam ruangan.
Potensi bahaya lainnya yang bisa menyerang pekerja
kantoran kebanyakan adalah bahaya faktor ergonomi yang
disebabkan oleh penyusunan tempat kerja dan tempat duduk
yang kurang sesuai dan nyaman.
26
Gambar 2. Contoh simbol bahaya kategori A
2) Kategori B
Pada kategori B, potensi bahayanya mengakibatkan resiko
langsung pada keselamatan dan biasanya terjadi karena
kecelakaan kerja yang menyebabkan cidera. Contohnya adalah
potensi bahaya listrik dan terjadinya kebakaran pada
lingkungan kerja.
Gambar 3. Simbol bahaya kategori B
3) Kategori C
Untuk kategori ini, resikonya mempengaruhi kesejahteraan
atau kesehatan sehari – hari, yang biasanya disebabkan oleh
kurang baiknya fasilitas yang diberikan kepada pekerja.
Biasanya hal tersebut terabaikan karena dipandang tidak
memiliki dampak langsung pada produktivitas sebuah
27
pekerjaan. Misalnya seperti ketersediaan air minum yang
bersih, kelengkapan kotak P3K, tersedianya toilet yang bersih
dan fasilitas – fasilitas pendukung lainnya.
4) Kategori D
Potensi bahaya dalam kategori D menimbulkan resiko pribadi
dan psikologis. Jika suatu perusahaan ingin memaksimalkan
produktivitas, perlu menciptakan tempat kerja di mana pekerja
merasa aman dan dihormati. Isu ini melampaui keselamatan
fisik dan termasuk melindungi kesejahteraan diri, martabat
dan mental pekerja. Intimidasi atau pelecehan sering
mengancam rasa kesejahteraan dan keamanan pekerja di
tempat kerja.
Selain berdasarkan kategori bahaya, warna latar simbol
bahaya juga memiliki arti yaitu:
Tabel 5. Arti warna latar tanda bahaya
Warna
latar
Makna Contoh
Merah di
lingkungan
berbahaya
Larangan
Bahan
Semangat
juang
28
Kuning Peringatan
waspada
Hijau Darurat
pertolongan
pertama
Biru Anjuran
putih Informasi
umum
i. Prosedur cleaning di area EBT
1) Pembongkaran fasilitas EBT
Tahap pembongkaran fasilitas pada area pembangkit EBT
dilakukan Ketika pembangkit EBT sudah tidak bisa
dimanfaatkan lagi atau sesuai dengan perjanjian masa pakai
pembangkit EBT.
2) Pemutusan hubungan kerja
Pemutusan kerja akibat terhentinya operasional kegiatan
pengoperasian pembangkit EBT, biasanya berpotensi
menimbulkan dampak kepada masyarakat sekitar
3) Pemulihan lingkungan
Tahap pemulihan lingkungan berkaitan dengan pengembalian
kondisi lahan apabila operasional kegiatan dihentikan.
Biasanya pemulihan lingkungan sudah tertulisdidalam
kesepakatan ketika sosialisasi.
4) Transportasi
Pemindahan atau pengangkutan hasil pembongkaran
pembangkit EBT.
5) Pengelolaan limbah
Pengelolaan limbah dari pembongkaran pembangkit EBT di
29
identifikasi dan di kelola sesuaidengan Peraturan yang
berlaku.
j. Prosedur penanganan kondisi darurat dan evakuasi
Prosedur penanganan kondisi darurat da evakuasi
tergantung dari jenis bahaya yang ditangani. Terdapat bebrapa
kondisi bahaya yang mungkin ditemui misalnya bahaya
kebakaran, bencana alam gempa bumi, dll. Pada area pembangkit
EBT khususnya memiliki prosedur yang tidak bebeda jauh dengan
peosedur panaganan kondisi darurat dan evakuasi pada kondisi
bahaya lainnya.
Contoh prosedur evakuasi yang dapat terjadi pada area
pembangkit EBT dalam kondisi kebakaran adalah:
1) Tetap tenang dan jangan panik;
2) Segera menuju tangga darurat yang terdekat dengan berjalan
biasa dengan cepat namun tidak berlari;
3) Janganlah membawa barang yang lebih besar dari tas
kantor/tas tangan;
4) Beritahu orang lain / pekerja yang masih berada di area
pembangkit lain untuk segera melakukan evakuasi;
5) Bila pandangan tertutup asap, berjalanlah dengan merayap
pada tembok atau pegangan pada tangga, atur pernafasan
pendek-pendek;
6) Jangan berbalik arah karena akan bertabrakan dengan orang-
orang dibelakang anda dan menghambat evakuasi Segeralah
menuju titik kumpul yang ada di tempat tersebut untuk
menunggu instruksi berikutnya.
Apabila mengalami keadaan darurat maka yang harus
dilakukan adalah:
1) SEGERA : Hentikan pekerjaan dan tinggalkan gedung ketika
diketahui/didengar terdapat tanda bahaya atau ketika anda
diminta untuk melakukannya;
30
2) HINDARI : Kepanikan;
3) IKUTI : Instruksi dan bekerjasamalah dengan mereka yang
bertanggungjawab atas keadaan darurat;
4) MATIKAN : Semua peralatan kerja terutama listrik dan tutup
laci meja;
5) JANGAN : Menunda untuk segera meninggalkan gedung
dengan mencari barang-barang pribadi dan/atau orang lain;
6) PERGI : Ke daerah terbuka yang cukup jauh dari gedung dan
jangan menghalangi petugas dan peralatan mereka;
7) JANGAN : Masuk kembali ke dalam gedung sampai ada
instruksi dari atasan, petugas atau pihak yang berwenang
akan hal tersebut.
9
F. LANGKAH KERJA
MENERAPKAN PRINSIP-PRINSIP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI LINGKUNGAN UNIT PEMBANGKIT
EBT
No. PANDUAN GAMBAR CAPAIAN KETERANGAN
1. Praktik-praktik kerja
yang aman,
mengenali dan
melaporkan bahaya
yang terjadi serta
melaksanakan
prosedur darurat
Mengindentifikasi peralatan APD
pada ketenagalistrikan, cara
penggunaan beserta dungsinya.
10
11
2. Mengenali jenis tanda bahaya,
penempatan beserta artinya
Perilaku Kerja :
Pelaksanaan kegiatan Menerapkan Prinsip-prinsip
Keamanan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
Lingkungan Unit Pembangkit EBT membutuhkan
kompetensi perilaku :
1. Mengidentifikasi jenis peralatan Keselamatan sesuai
standar.
2. Menggunakan peralatan keselamatan sesuai
standar.
3. Membuat perencanaan JSA.
Indikator perilaku :
a. Mengidentifikasi
dengan benar
sesuai petunjuk
Buku panduan K3
12
G. IMPLEMENTASI UNIT KOMPETENSI
R.
Elemen Kompetensi 1
Mengikuti praktik-praktik kerja yang aman
Aktivitas 1.1:
Silahkan untuk memilih APD serta mendemonstrasikan cara
penggunaannya.
APD yang anda pilih:
Tuliskan fungsinya:
Jelaskan cara penggunaannya
13
Elemen Kompetensi 2
Melaporkan bahaya-bahaya di unit pembangkit
Diskusi 2.1:
Silahkan diskusikan bahaya-bahaya apa saja
yang mungkin terjadi saat pembangunan dan
pemanfaatan pembangkit berbasis EBT.
Presentasikan hasil diskusi di depan kelompok
lain.
14
Elemen Kompetensi 3
Mengikuti prosedur-prosedur darurat
Aktivitas 3.1:
Buatlah laporan terkait penanganan kondisi
darurat yang mungsin ditemui pada proses
pemasangan pembangkit berbasis EBT.
15
Penilaian:
Penilaian Catatan :
Memenuhi / Belum memenuhi
capaian pembelajaran
Peserta Instruktur
Nama/Tandatangan/tgl Nama/Tandatangan/tgl
16
H. LAMPIRAN
KAMUS ISTILAH
PLTS grounding atau
ground-mounted
adalah PLTS adalah pembangkit listrik tenaga
surya yang dibangun di atas tanah menggunakan
penopang khusus yang menahan panel surya
PLTS on-grid adalah pembangkit listrik tenaga surya yang
terhubung dengan jaringan listrik PLN, oleh
karena itu disebut on-grid atau didalam jaringan..
PLTS off-grid adalah pembangkit listrik tenaga surya yang tidak
memiliki sambungan dengan jaringan kelistrikan
PLN.
17
REFERENSI
4.
● Undang-Undang Nomor tahun 1970 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3)
● Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.05/MEN/1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
● https://www.hexamitra.co.id/plts-solar-home-
offgrid.php?p=perangkat-komponen-plts-tersebar-pembangkit-
mandiri-offgrid lengkap.html
● https://pasangpanelsurya.com/5-komponen-penting-untuk-
membangun-plts/
18
UNIT KOMPETENSI
KODE UNIT : D.35EBT13.002.1
JUDUL UNIT : Menerapkan Prinsip-prinsip Keamanan, Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Lingkungan Unit Pembangkit EBT
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berkaitan dengan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam
penerapan keselamatan kerja di unit pembangkit untuk
melaksanakan praktik-praktik kerja yang aman,
mengenali dan melaporkan bahaya yang terjadi serta
melaksanakan prosedur darurat.
ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA
1. Mengikuti praktik-
praktik kerja yang
aman
1.1. Kerja dilaksanakan dengan aman
sehubungan dengan kebijakan dan
prosedur perusahaan serta persyaratan
perundang-undangan.
1.2. Alat Pelindung Diri (APD) dipakai dan
disimpan sesuai dengan prosedur.
1.3. Semua perlengkapan dan alat-alat
keselamatan digunakan sesuai dengan
persyaratan perundang-undangan dan
prosedur yang berlaku.
1.4. Tanda-tanda/simbol dikenali dan
diikuti sesuai instruksi.
1.5. Semua pedoman penanganan
dilaksanakan sesuai dengan
persyaratan, prosedur dan pedoman
yang sah.
1.6. Perlengkapan darurat dikenali dan
didemonstrasikan dengan tepat.
2. Melaporkan bahaya-
bahaya di unit
2.1. Bahaya-bahaya di unit pembangkit
selama waktu kerja dikenali dan
19
ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA
pembangkit diidentifikasi dengan tepat sesuai
dengan prosedur.
2.2. Bahaya-bahaya di unit pembangkit
selama waktu kerja dilaporkan kepada
orang yang tepat sesuai dengan
prosedur.
3. Mengikuti prosedur-
prosedur darurat
3.1. Cara-cara menghubungi personil yang
tepat dan layanan darurat jika terjadi
kecelakaan didemonstrasikan.
3.2. Prosedur kondisi darurat dan evakuasi
diidentifikasi dan dilaksanakan.
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variable
1.1. Unit ini berlaku pada pembangkit listrik energi terbarukan.
1.2. Alat-alat keselamatan meliputi tapi tidak terbatas pada pemadam
kebakaran, smoke detector, gas detector, cone, dan rambu-rambu.
1.3. Alat Pelindung Diri (APD) sesuai dengan K3.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1. Peralatan
2.1.1. Alat Pelindung Diri (APD)
2.1.2. Alat keselamatan kerja
2.2. Perlengkapan
(Tidak ada.)
3. Peraturan yang diperlukan
3.1. Peraturan mengenai K3 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan
Nomor 12 Tahun 2015 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Listrik di Tempat Kerja jo Peraturan Menteri Ketenagakerjaan
Nomor 33 Tahun 2015
4. Norma dan standar
20
4.1. Norma
(Tidak ada.)
4.2. Standar
(Tidak ada.)
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1. Penilaian/assessment kompetensi ini dapat dilakukan di tempat
kerja atau pada tempat yang disimulasikan.
1.2. Peserta harus dilengkapi dengan peralatan/perlengkapan,
dokumen, bahan, serta fasilitas assessment yang dibutuhkan.
1.3. Metode assessment yang dapat diterapkan meliputi: tes tertulis,
tes lisan/wawancara, observasi demonstrasi/praktik, verifikasi
bukti/portofolio.
2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)
3. Pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan
3.1. Pengetahuan
3.1.1. Prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja
3.2. Keterampilan
3.2.1. Menggunakan peralatan keselamatan kerja
4. Sikap kerja yang diperlukan
Cermat dalam mengidentifikasi rambu-rambu
5. Aspek kritis
5.1. Kecermatan dalam mengenali dan mengidentifikasi bahaya-
bahaya di unit pembangkit selama waktu kerja dengan tepat
sesuai dengan prosedur
5.2. Ketepatan dalam melaporkan bahaya-bahaya di unit pembangkit
selama waktu kerja sesuai dengan prosedur
21
DAFTAR NAMA PENYUSUN
NO. NAMA PROFESI
1. Tri Winahyu Hariyadi
● Instruktur Listrik BBPVP Serang

More Related Content

Similar to K3 UNTUK PENGENALAN

Modul TKP M6KB1 - Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Modul TKP M6KB1 - Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan KerjaModul TKP M6KB1 - Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Modul TKP M6KB1 - Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan KerjaPPGHybrid1
 
Buku Materi Memelihara Sistem Kelistrikan PLTS Fotovoltaik-rev.docx
Buku Materi Memelihara Sistem Kelistrikan PLTS Fotovoltaik-rev.docxBuku Materi Memelihara Sistem Kelistrikan PLTS Fotovoltaik-rev.docx
Buku Materi Memelihara Sistem Kelistrikan PLTS Fotovoltaik-rev.docxAliceKuhurima1
 
Buku Materi Memelihara Sistem Kelistrikan PLTS Fotovoltaik-rev.docx
Buku Materi Memelihara Sistem Kelistrikan PLTS Fotovoltaik-rev.docxBuku Materi Memelihara Sistem Kelistrikan PLTS Fotovoltaik-rev.docx
Buku Materi Memelihara Sistem Kelistrikan PLTS Fotovoltaik-rev.docxAliceKuhurima1
 
Kd 3.1 jobsheet kerja bengkel dan gambar teknik
Kd 3.1 jobsheet kerja bengkel dan gambar teknikKd 3.1 jobsheet kerja bengkel dan gambar teknik
Kd 3.1 jobsheet kerja bengkel dan gambar teknikSILVIANAWANDAFENTIA1
 
Makalah k3
Makalah k3Makalah k3
Makalah k3melbon21
 
Mengorganisasikan peningkatan produktivas
Mengorganisasikan peningkatan produktivasMengorganisasikan peningkatan produktivas
Mengorganisasikan peningkatan produktivasnovidian4
 
Buku Materi Memelihara Modul Surya PLTS Fotovoltaik.docx
Buku Materi Memelihara Modul Surya PLTS Fotovoltaik.docxBuku Materi Memelihara Modul Surya PLTS Fotovoltaik.docx
Buku Materi Memelihara Modul Surya PLTS Fotovoltaik.docxAliceKuhurima1
 
Buku Materi Memelihara Baterai PLTS Fotovoltaik.docx
Buku Materi Memelihara Baterai PLTS Fotovoltaik.docxBuku Materi Memelihara Baterai PLTS Fotovoltaik.docx
Buku Materi Memelihara Baterai PLTS Fotovoltaik.docxAliceKuhurima1
 
Assignment Pengurusan Keselamatan Bengkel rbt3122
Assignment Pengurusan Keselamatan Bengkel rbt3122Assignment Pengurusan Keselamatan Bengkel rbt3122
Assignment Pengurusan Keselamatan Bengkel rbt3122Sherly Jewinly
 
Menganalisis produktivitas
Menganalisis produktivitasMenganalisis produktivitas
Menganalisis produktivitasnovidian4
 
Melakukan pengukuran produktivitas
Melakukan pengukuran produktivitas Melakukan pengukuran produktivitas
Melakukan pengukuran produktivitas novidian4
 
SISTEM DAN MEKANISME PENGELOLAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PELAKSA...
SISTEM DAN MEKANISME PENGELOLAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PELAKSA...SISTEM DAN MEKANISME PENGELOLAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PELAKSA...
SISTEM DAN MEKANISME PENGELOLAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PELAKSA...Reski Aprilia
 
M3 kb4 keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja
M3 kb4 keamanan, kesehatan dan keselamatan kerjaM3 kb4 keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja
M3 kb4 keamanan, kesehatan dan keselamatan kerjaYayan Yanuar Rahman
 
M3 kb4 keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja
M3 kb4 keamanan, kesehatan dan keselamatan kerjaM3 kb4 keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja
M3 kb4 keamanan, kesehatan dan keselamatan kerjaPPGhybrid3
 
Desain pembelajaran dick and carey pada mata diklat k3
Desain pembelajaran dick and carey pada mata diklat k3Desain pembelajaran dick and carey pada mata diklat k3
Desain pembelajaran dick and carey pada mata diklat k3Syaifi Al-Mahfudzi
 
3. Lampiran Materi PBK.docx
3. Lampiran Materi PBK.docx3. Lampiran Materi PBK.docx
3. Lampiran Materi PBK.docxAdminHeris1
 
PPT KESEHATAN KESELAMATAN KERJA (K3) PERKANTORAN.pptx
PPT KESEHATAN KESELAMATAN KERJA (K3) PERKANTORAN.pptxPPT KESEHATAN KESELAMATAN KERJA (K3) PERKANTORAN.pptx
PPT KESEHATAN KESELAMATAN KERJA (K3) PERKANTORAN.pptxZhulvardyanArmayrish
 
Rpp revisi 2017 teknologi dasar otomotif 10 smk
Rpp revisi 2017 teknologi dasar otomotif 10 smkRpp revisi 2017 teknologi dasar otomotif 10 smk
Rpp revisi 2017 teknologi dasar otomotif 10 smkDiva Pendidikan
 

Similar to K3 UNTUK PENGENALAN (20)

Modul TKP M6KB1 - Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Modul TKP M6KB1 - Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan KerjaModul TKP M6KB1 - Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Modul TKP M6KB1 - Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
 
Buku Materi Memelihara Sistem Kelistrikan PLTS Fotovoltaik-rev.docx
Buku Materi Memelihara Sistem Kelistrikan PLTS Fotovoltaik-rev.docxBuku Materi Memelihara Sistem Kelistrikan PLTS Fotovoltaik-rev.docx
Buku Materi Memelihara Sistem Kelistrikan PLTS Fotovoltaik-rev.docx
 
Buku Materi Memelihara Sistem Kelistrikan PLTS Fotovoltaik-rev.docx
Buku Materi Memelihara Sistem Kelistrikan PLTS Fotovoltaik-rev.docxBuku Materi Memelihara Sistem Kelistrikan PLTS Fotovoltaik-rev.docx
Buku Materi Memelihara Sistem Kelistrikan PLTS Fotovoltaik-rev.docx
 
Kd 3.1 jobsheet kerja bengkel dan gambar teknik
Kd 3.1 jobsheet kerja bengkel dan gambar teknikKd 3.1 jobsheet kerja bengkel dan gambar teknik
Kd 3.1 jobsheet kerja bengkel dan gambar teknik
 
Makalah k3
Makalah k3Makalah k3
Makalah k3
 
SISTEM_MANAJEMEN_K3.pptx
SISTEM_MANAJEMEN_K3.pptxSISTEM_MANAJEMEN_K3.pptx
SISTEM_MANAJEMEN_K3.pptx
 
Mengorganisasikan peningkatan produktivas
Mengorganisasikan peningkatan produktivasMengorganisasikan peningkatan produktivas
Mengorganisasikan peningkatan produktivas
 
Buku Materi Memelihara Modul Surya PLTS Fotovoltaik.docx
Buku Materi Memelihara Modul Surya PLTS Fotovoltaik.docxBuku Materi Memelihara Modul Surya PLTS Fotovoltaik.docx
Buku Materi Memelihara Modul Surya PLTS Fotovoltaik.docx
 
Buku Materi Memelihara Baterai PLTS Fotovoltaik.docx
Buku Materi Memelihara Baterai PLTS Fotovoltaik.docxBuku Materi Memelihara Baterai PLTS Fotovoltaik.docx
Buku Materi Memelihara Baterai PLTS Fotovoltaik.docx
 
Assignment Pengurusan Keselamatan Bengkel rbt3122
Assignment Pengurusan Keselamatan Bengkel rbt3122Assignment Pengurusan Keselamatan Bengkel rbt3122
Assignment Pengurusan Keselamatan Bengkel rbt3122
 
Tata Kerja P2K3
Tata Kerja P2K3Tata Kerja P2K3
Tata Kerja P2K3
 
Menganalisis produktivitas
Menganalisis produktivitasMenganalisis produktivitas
Menganalisis produktivitas
 
Melakukan pengukuran produktivitas
Melakukan pengukuran produktivitas Melakukan pengukuran produktivitas
Melakukan pengukuran produktivitas
 
SISTEM DAN MEKANISME PENGELOLAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PELAKSA...
SISTEM DAN MEKANISME PENGELOLAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PELAKSA...SISTEM DAN MEKANISME PENGELOLAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PELAKSA...
SISTEM DAN MEKANISME PENGELOLAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PELAKSA...
 
M3 kb4 keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja
M3 kb4 keamanan, kesehatan dan keselamatan kerjaM3 kb4 keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja
M3 kb4 keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja
 
M3 kb4 keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja
M3 kb4 keamanan, kesehatan dan keselamatan kerjaM3 kb4 keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja
M3 kb4 keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja
 
Desain pembelajaran dick and carey pada mata diklat k3
Desain pembelajaran dick and carey pada mata diklat k3Desain pembelajaran dick and carey pada mata diklat k3
Desain pembelajaran dick and carey pada mata diklat k3
 
3. Lampiran Materi PBK.docx
3. Lampiran Materi PBK.docx3. Lampiran Materi PBK.docx
3. Lampiran Materi PBK.docx
 
PPT KESEHATAN KESELAMATAN KERJA (K3) PERKANTORAN.pptx
PPT KESEHATAN KESELAMATAN KERJA (K3) PERKANTORAN.pptxPPT KESEHATAN KESELAMATAN KERJA (K3) PERKANTORAN.pptx
PPT KESEHATAN KESELAMATAN KERJA (K3) PERKANTORAN.pptx
 
Rpp revisi 2017 teknologi dasar otomotif 10 smk
Rpp revisi 2017 teknologi dasar otomotif 10 smkRpp revisi 2017 teknologi dasar otomotif 10 smk
Rpp revisi 2017 teknologi dasar otomotif 10 smk
 

More from AliceKuhurima1

ppt_D.35EBT13.001.1 - Mempersiapkan Pengoperasian Pembangkit Energi Baru dan ...
ppt_D.35EBT13.001.1 - Mempersiapkan Pengoperasian Pembangkit Energi Baru dan ...ppt_D.35EBT13.001.1 - Mempersiapkan Pengoperasian Pembangkit Energi Baru dan ...
ppt_D.35EBT13.001.1 - Mempersiapkan Pengoperasian Pembangkit Energi Baru dan ...AliceKuhurima1
 
6. PPT Memelihara Sistem Proteksi PLTS Fotovoltaik.pptx
6. PPT Memelihara Sistem Proteksi PLTS Fotovoltaik.pptx6. PPT Memelihara Sistem Proteksi PLTS Fotovoltaik.pptx
6. PPT Memelihara Sistem Proteksi PLTS Fotovoltaik.pptxAliceKuhurima1
 
D.35EBT15.004.1 - Buku Materi.docx
D.35EBT15.004.1 - Buku Materi.docxD.35EBT15.004.1 - Buku Materi.docx
D.35EBT15.004.1 - Buku Materi.docxAliceKuhurima1
 
PPT Memelihara Sistem Monitoring PLTS Fotovoltaik.pptx
PPT  Memelihara Sistem Monitoring PLTS Fotovoltaik.pptxPPT  Memelihara Sistem Monitoring PLTS Fotovoltaik.pptx
PPT Memelihara Sistem Monitoring PLTS Fotovoltaik.pptxAliceKuhurima1
 
PPT Pemeliharaan Komponen Sipil PLTS Fotovoltaik.pptx
PPT Pemeliharaan Komponen Sipil PLTS Fotovoltaik.pptxPPT Pemeliharaan Komponen Sipil PLTS Fotovoltaik.pptx
PPT Pemeliharaan Komponen Sipil PLTS Fotovoltaik.pptxAliceKuhurima1
 
1. Buku Materi Pemeliharaan Komponen Sipil PLTS Fotovoltaik.docx
1. Buku Materi Pemeliharaan Komponen Sipil PLTS Fotovoltaik.docx1. Buku Materi Pemeliharaan Komponen Sipil PLTS Fotovoltaik.docx
1. Buku Materi Pemeliharaan Komponen Sipil PLTS Fotovoltaik.docxAliceKuhurima1
 
16. Buku Materi Pengoperasian PLTS On grid.docx
16. Buku Materi Pengoperasian PLTS On grid.docx16. Buku Materi Pengoperasian PLTS On grid.docx
16. Buku Materi Pengoperasian PLTS On grid.docxAliceKuhurima1
 
Buku Materi Mengoperasikan PLTS Off Grid_rev.docx
Buku Materi Mengoperasikan PLTS Off Grid_rev.docxBuku Materi Mengoperasikan PLTS Off Grid_rev.docx
Buku Materi Mengoperasikan PLTS Off Grid_rev.docxAliceKuhurima1
 
Template Buku Materi.docx
Template Buku Materi.docxTemplate Buku Materi.docx
Template Buku Materi.docxAliceKuhurima1
 
Buku Materi D.35EBT15.009.1- Memasang Sistem Proteksi.docx
Buku Materi D.35EBT15.009.1- Memasang Sistem Proteksi.docxBuku Materi D.35EBT15.009.1- Memasang Sistem Proteksi.docx
Buku Materi D.35EBT15.009.1- Memasang Sistem Proteksi.docxAliceKuhurima1
 
Buku Materi_D.35EBT15.006.1.docx
Buku Materi_D.35EBT15.006.1.docxBuku Materi_D.35EBT15.006.1.docx
Buku Materi_D.35EBT15.006.1.docxAliceKuhurima1
 
D.35EBT15.004.1 - Buku Materi.docx
D.35EBT15.004.1 - Buku Materi.docxD.35EBT15.004.1 - Buku Materi.docx
D.35EBT15.004.1 - Buku Materi.docxAliceKuhurima1
 
PPT Memelihara Sistem Monitoring PLTS Fotovoltaik.pptx
PPT  Memelihara Sistem Monitoring PLTS Fotovoltaik.pptxPPT  Memelihara Sistem Monitoring PLTS Fotovoltaik.pptx
PPT Memelihara Sistem Monitoring PLTS Fotovoltaik.pptxAliceKuhurima1
 
PPT Pemeliharaan Komponen Sipil PLTS Fotovoltaik.pptx
PPT Pemeliharaan Komponen Sipil PLTS Fotovoltaik.pptxPPT Pemeliharaan Komponen Sipil PLTS Fotovoltaik.pptx
PPT Pemeliharaan Komponen Sipil PLTS Fotovoltaik.pptxAliceKuhurima1
 
Memelihara Baterai PLTS Fotovoltaik.pptx
Memelihara Baterai PLTS Fotovoltaik.pptxMemelihara Baterai PLTS Fotovoltaik.pptx
Memelihara Baterai PLTS Fotovoltaik.pptxAliceKuhurima1
 
PPT Memelihara Modul Surya PLTS Fotovoltaik.pptx
PPT Memelihara Modul Surya PLTS Fotovoltaik.pptxPPT Memelihara Modul Surya PLTS Fotovoltaik.pptx
PPT Memelihara Modul Surya PLTS Fotovoltaik.pptxAliceKuhurima1
 
16. Pengoperasian PLTS On Grid.pptx
16. Pengoperasian PLTS On Grid.pptx16. Pengoperasian PLTS On Grid.pptx
16. Pengoperasian PLTS On Grid.pptxAliceKuhurima1
 
PPT_Mengoperasikan PLTS Off Grid.pptx
PPT_Mengoperasikan PLTS Off Grid.pptxPPT_Mengoperasikan PLTS Off Grid.pptx
PPT_Mengoperasikan PLTS Off Grid.pptxAliceKuhurima1
 

More from AliceKuhurima1 (20)

tugas 1.pptx
tugas 1.pptxtugas 1.pptx
tugas 1.pptx
 
Ppt.ppt
Ppt.pptPpt.ppt
Ppt.ppt
 
ppt_D.35EBT13.001.1 - Mempersiapkan Pengoperasian Pembangkit Energi Baru dan ...
ppt_D.35EBT13.001.1 - Mempersiapkan Pengoperasian Pembangkit Energi Baru dan ...ppt_D.35EBT13.001.1 - Mempersiapkan Pengoperasian Pembangkit Energi Baru dan ...
ppt_D.35EBT13.001.1 - Mempersiapkan Pengoperasian Pembangkit Energi Baru dan ...
 
6. PPT Memelihara Sistem Proteksi PLTS Fotovoltaik.pptx
6. PPT Memelihara Sistem Proteksi PLTS Fotovoltaik.pptx6. PPT Memelihara Sistem Proteksi PLTS Fotovoltaik.pptx
6. PPT Memelihara Sistem Proteksi PLTS Fotovoltaik.pptx
 
D.35EBT15.004.1 - Buku Materi.docx
D.35EBT15.004.1 - Buku Materi.docxD.35EBT15.004.1 - Buku Materi.docx
D.35EBT15.004.1 - Buku Materi.docx
 
PPT Memelihara Sistem Monitoring PLTS Fotovoltaik.pptx
PPT  Memelihara Sistem Monitoring PLTS Fotovoltaik.pptxPPT  Memelihara Sistem Monitoring PLTS Fotovoltaik.pptx
PPT Memelihara Sistem Monitoring PLTS Fotovoltaik.pptx
 
PPT Pemeliharaan Komponen Sipil PLTS Fotovoltaik.pptx
PPT Pemeliharaan Komponen Sipil PLTS Fotovoltaik.pptxPPT Pemeliharaan Komponen Sipil PLTS Fotovoltaik.pptx
PPT Pemeliharaan Komponen Sipil PLTS Fotovoltaik.pptx
 
1. Buku Materi Pemeliharaan Komponen Sipil PLTS Fotovoltaik.docx
1. Buku Materi Pemeliharaan Komponen Sipil PLTS Fotovoltaik.docx1. Buku Materi Pemeliharaan Komponen Sipil PLTS Fotovoltaik.docx
1. Buku Materi Pemeliharaan Komponen Sipil PLTS Fotovoltaik.docx
 
16. Buku Materi Pengoperasian PLTS On grid.docx
16. Buku Materi Pengoperasian PLTS On grid.docx16. Buku Materi Pengoperasian PLTS On grid.docx
16. Buku Materi Pengoperasian PLTS On grid.docx
 
Buku Materi Mengoperasikan PLTS Off Grid_rev.docx
Buku Materi Mengoperasikan PLTS Off Grid_rev.docxBuku Materi Mengoperasikan PLTS Off Grid_rev.docx
Buku Materi Mengoperasikan PLTS Off Grid_rev.docx
 
Template Buku Materi.docx
Template Buku Materi.docxTemplate Buku Materi.docx
Template Buku Materi.docx
 
Buku Materi D.35EBT15.009.1- Memasang Sistem Proteksi.docx
Buku Materi D.35EBT15.009.1- Memasang Sistem Proteksi.docxBuku Materi D.35EBT15.009.1- Memasang Sistem Proteksi.docx
Buku Materi D.35EBT15.009.1- Memasang Sistem Proteksi.docx
 
Buku Materi_D.35EBT15.006.1.docx
Buku Materi_D.35EBT15.006.1.docxBuku Materi_D.35EBT15.006.1.docx
Buku Materi_D.35EBT15.006.1.docx
 
D.35EBT15.004.1 - Buku Materi.docx
D.35EBT15.004.1 - Buku Materi.docxD.35EBT15.004.1 - Buku Materi.docx
D.35EBT15.004.1 - Buku Materi.docx
 
PPT Memelihara Sistem Monitoring PLTS Fotovoltaik.pptx
PPT  Memelihara Sistem Monitoring PLTS Fotovoltaik.pptxPPT  Memelihara Sistem Monitoring PLTS Fotovoltaik.pptx
PPT Memelihara Sistem Monitoring PLTS Fotovoltaik.pptx
 
PPT Pemeliharaan Komponen Sipil PLTS Fotovoltaik.pptx
PPT Pemeliharaan Komponen Sipil PLTS Fotovoltaik.pptxPPT Pemeliharaan Komponen Sipil PLTS Fotovoltaik.pptx
PPT Pemeliharaan Komponen Sipil PLTS Fotovoltaik.pptx
 
Memelihara Baterai PLTS Fotovoltaik.pptx
Memelihara Baterai PLTS Fotovoltaik.pptxMemelihara Baterai PLTS Fotovoltaik.pptx
Memelihara Baterai PLTS Fotovoltaik.pptx
 
PPT Memelihara Modul Surya PLTS Fotovoltaik.pptx
PPT Memelihara Modul Surya PLTS Fotovoltaik.pptxPPT Memelihara Modul Surya PLTS Fotovoltaik.pptx
PPT Memelihara Modul Surya PLTS Fotovoltaik.pptx
 
16. Pengoperasian PLTS On Grid.pptx
16. Pengoperasian PLTS On Grid.pptx16. Pengoperasian PLTS On Grid.pptx
16. Pengoperasian PLTS On Grid.pptx
 
PPT_Mengoperasikan PLTS Off Grid.pptx
PPT_Mengoperasikan PLTS Off Grid.pptxPPT_Mengoperasikan PLTS Off Grid.pptx
PPT_Mengoperasikan PLTS Off Grid.pptx
 

Recently uploaded

Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 

Recently uploaded (20)

Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 

K3 UNTUK PENGENALAN

  • 1. Menerapkan Prinsip-prinsip Keamanan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Lingkungan Unit Pembangkit EBT D.35EBT13.002.1
  • 2. DAFTAR ISI Daftar Isi i Kata Pengantar 1 A. Pendahuluan …………………………………………………………………… 2 B. Penggunaan Materi 2 C. Daftar Ikon 3 D. Bacaan Referensi 4 E. Pengantar Teori 5 F. Langkah Kerja 11 G. Implementasi Unit Kompetensi 16 1. Elemen Kompetensi 1 16 1.1 Referensi……………………………………………………………..16 1.2 Aktivitas………………………….…………………………………..16 2. Elemen Kompetensi 2 17 2.1 Youtube……………………………………………………………...17 2.2 Aktivitas………………………………………………………………17 2.3 Diskusi ……..………………………………………………………..17 3. Elemen Kompetensi 3…………………………………….…….…………..18 3.1 Video Youtube………………………………….…….……………..18 3.2 Aktivitas………………………………………….…….…………….18 3.3 Diskusi……………………………………………….……………….18 H. Lampiran 22 1. Kamus Istilah 22 2. Referensi 23 3. Unit Kompetensi 24 4. Daftar Nama Penyusun 28
  • 3. 1 KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT buku Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi dengan judul ” Menerapkan Prinsip-prinsip Keamanan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Lingkungan Unit Pembangkit EBT ” dapat tersusun dengan baik dan menjadi media pembelajaran untuk mentransformasikan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja kepada peserta pelatihan. Penyusunan Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi merupakan hasil identifikasi silabus, capaian unit kompetensi, kriteria capaian yang lalu dituangkan ke dalam pokok pembahasan sebagaimana ditentukan dalam pedoman penyusunan materi pelatihan berbasis kompetensi. Materi pelatihan berbasis kompetensi diformulasikan menjadi 2 (dua) buku, yakni buku Materi dan buku Asesmen (penilaian) yang tidak terpisahkan dalam penggunaannya. Materi pelatihan ini menjadi salah satu bahan pengajaran kepada peserta pelatihan agar pelaksanaan pelatihan dapat dilakukan secara efektif dan efesien. Kami berharap materi ini dapat meningkatkan kemampuan aplikatif bagi peserta pelatihan dan instruktur serta dapat dikembangkan lebih lanjut. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan tuntunan kepada kita semua dalam melakukan berbagai upaya untuk menunjang proses pelaksanaan pelatihan berbasis kompetensi guna menghasilkan tenaga kerja yang kompeten dan berdaya saing tinggi. Wassalamu’alaikum Wr. Wb Jakarta, ………………………..
  • 4. 2 I. A. PENDAHULUAN J. Tuntutan pembelajaran berbasis kompetensi menjadi sangat penting dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten, sesuai dengan tuntutan kebutuhan pasar kerja. Selaras dengan tuntutan tersebut, maka dibutuhkan mekanisme pelatihan yang lebih praktis, aplikatif, serta dapat menarik dilaksanakan sehingga memotivasi para peserta dalam melaksanakan pelatihan yang diberikan. Seiring dengan mudahnya teknologi digunakan, maka materi pelatihan dapat disajikan dengan berbagai media pembelajaran sehingga dapat diakses secara offline dan online. Materi pelatihan ini terdiri dari buku Panduan Materi Pelatihan dan buku Panduan Asesmen. Serta dilengkapi dengan materi yang bersifat soft copy seperti materi presentasi dan video. B. PENGGUNAAN MATERI K. L. 1. Materi ini dapat dijadikan rujukan untuk pelaksanaan PBK dengan penggunaan materi yang dapat dikembangkan dan disesuaikan dengan kebutuhan pelatihan ● Buku Panduan Materi berisi pengetahuan, teori serta langkah- langkah kerja yang wajib dibaca peserta pelatihan dengan muatan seperti beikut : o Bacaan Referensi o Pengantar Teori o Langkah Kerja o Implementasi Unit kompetensi o Lampiran : - Kamus istilah - Daftar referensi - Unit kompetensi
  • 5. 3 - Daftar penyusun ● Buku Panduan Asesmen disajikan dalam paket buku secara terpisah. Penilaian dapat berupa soal tertulis, wawancara, serta demonstrasi yang akan dilaksanakan sesuai dengan proses penilaian yang dilaksanakan. ● Slide presentasi, video, dan bahan cetak lainnya merupakan kelengkapan yang dapat dijadikan referensi dalam memperkaya materi. 2. Instruktur menyiapkan rencana pembelajaran dengan mengambil referensi dari materi pelatihan serta memastikan materi tersebut terimplementasi di saat pelatihan berlangsung. 3. Peserta mempelajari, mengamati dan mempraktikkan materi pelatihan di bawah bimbingan dan pemantauan instruktur. C. DAFTAR IKON Daftar ikon yang dapat digunakan dalam buku ini, antara lain: Pemeriksaan Ikon ini memiliki arti anda diminta untuk mencari atau menemui seseorang untuk mendapatkan informasi Aktivitas Icon ini memiliki arti anda diminta untuk menuliskan/ mencatat, melengkapi latihan/ aktivitas (bermain peran, presentasi) dan mencatatkan dalam lembar kerja pada buku ini sesuai instruksi Referensi material/manual Icon ini memiliki arti Anda harus melihat pada aturan atau kebijakan yang berlaku dan prosedur-prosedur atau materi pelatihan/ sumber informasi lain untuk dapat melengkapi latihan/ aktivitas ini.
  • 6. 4 Berpikir Ambil waktu untuk Anda dapat berpikir/ menganalisa informasi dan catat gagasan-gagasan yang Anda miliki. Komunikasi/ Diskusi Berbicara/ berdiskusi lah dengan rekan anda untuk gagasan yang anda miliki. Membaca Pilihlah bacaan yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan materi pelatihan. Video/Youtube Pilihlah Video/Youtube yang dibutuhkan. D. BACAAN REFERENSI M. N. O. P. Q. E. PENGANTAR TEORI a. Undang-Undang Keamanan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dan Keselamatan Ketenagalistrikan (K2) Keselamatan Ketenagalistrikan adalah segala upaya atau langkah-langkah pengamanan instalasi penyediaan tenaga listrik dan pengamanan pemanfaatan tenaga listrik untuk mewujudkan kondisi andal dan aman bagai instalasi dan kondisi aman dari bahaya bagi manusia dan mahkluk hidup lainnya, serta kondisi Membaca secara lengkap : Undang-Undang No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Sistem Manajemen K3)
  • 7. 5 ramah lingkungan, disekitar instalasi tenaga listrik (PDKB, 2020). Hubungan antara K2 dan K3 diperlihatkan pada Gambar berikut: Gambar 1. Hubungan K2 dan K3 K2 Keselamatan ketenagalistrikan Menurut UU 30 / 2009 adalah; 1) Setiap usaha kegiatan usaha ketenagalistrikan wajib memenuhi ketentuan Keselamatan Ketenagalistrikan (K2) 2) Ketentuan Keselamatan Ketenagalistrikan bertujuan untuk mewujudkan kondisi : Andal dan Aman (A2) bagi Instalasi (Keselamatan Instalasi), Aman dari bahaya bagi manusia dan mahluk hidup lainnya (Tenaga Kerja dan Masyarakat umum), Ramah lingkungan. 3) Ketentuan Keselamatan Ketenagalistrikan meliputi : Pemenuhi standarisasi peralatan dan pemanfaat tenaga listrik, Pengamanan Instalasi tenaga listrik, Pengamanan Pemanfaat tenaga listrik. 4) Setiap instalasi tenaga listrik yang beroperasi wajib memiliki Sertifikat Laik Operasi (SLO) adalah sertifikat yang diterbitkan oleh Lembaga Inspeksi Teknik yang ditunjuk Pemerintah untuk melakukan inspeksi kelaikan operasi atas instalasi listrik yang dipasang di bangunan pemohon listrik. 5) Setiap peralatan dan pemanfaat tenaga listrik wajib memenuhi ketentuan Standar Nasional Indonesia (SNI). 6) Setiap Tenaga teknik dalam usaha ketenagalistrikan wajib
  • 8. 6 memiliki Sertifikat Kompetensi adalah proses pemberian sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan obyektif melalui Uji Kompetensi yang mengacu pada Standar Kompetensi Kerja baik yang bersifat Nasional, Khusus maupun Internasional. 7) Ketentuan mengenai keselamatan ketenagalistrikan : SLO (Sertifikat Laik Operasi), SNI (Standar Nasional Indonesia)Sertifikat Kompetensi. Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Sistem Manajemen K3) merupakan bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Tujuan dan sasaran Sistem Manajemen K3 adalah untuk menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan ditempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Sistem Manajemen K3 wajib diterapkan oleh setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih, perusahaan yang mempunyai potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja. Berdasarkan Pasal 4 Permenaker tentang Sistem Manajemen K3, terdapat 5 ketentuan yang harus perusahaan/pengusaha laksanakan, yaitu:
  • 9. 7 1) Menetapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan menjamin komitmen terhadap penerapan Sistem Manajemen K3. 2) Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan keselamatan dan kesehatan kerja. 3) Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif dengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan dan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja. 4) Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja keselamatan dan kesehatan kerja serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan. 5) Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan Sistem Manajemen. b. Prosedur Keamanan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Prosedur Keamanan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau K3 merupakan sebuah prosedur wajib yang harus dijalankan oleh semua perusahaan di segala bidang. Tujuan K3 adalah untuk menjamin kenyamanan proses kerja, baik itu karyawan maupun jajaran pimpinan perusahaan. Dengan adanya prosedur K3 diharapkan tidak ada pihak yang dirugikan dalam proses berjalannya sebuah bisnis. Baik kerugian dalam bentuk fisik, materi ataupun jiwa. Sosialisasi terkait keamanan keselamatan dan kesehatan kerja umumnya disampaikan melalui pelatihan K3. Berdasarkan pengertiannya, prosedur K3 adalah rangkaian proses yang dijalankan dalam sebuah pekerjaan dimulai dengan penilaian mengenai risiko terkait pekerjaan tersebut. Penilaian risiko berguna untuk menjamin keselamtan dan kesehatan seluruh karyawan selama mereka sedang menyelesaikan tugas di dalam ruang lingkup pekerjaan.
  • 10. 8 Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam prosedur K3 antara lain adalah pertimbangan tentang adanya risiko baik cidera maupun sakit yang disebabkan oleh pekerjaan tersebut. Selain risiko sumber daya manusia, risiko kerusakan alat maupun lingkungan sekitar juga termasuk ke dalam cakupan prosedur K3. Prosedur K3 muncul sejak manusia mulai mengenal pekerjaan. Adanya prosedur ini merupakan bentuk pemenuhan hak asasi manusia, termasuk saat berada di tempat kerja. Mengingat dalam aktivitas pekerjaan kita tidak tahu risiko apa yang bisa muncul, prosedur K3 memiliki banyak manfaat antara lain: 1) Menciptakan rasa aman bagi semua karyawan ketika mereka melaksanakan tugas 2) Prosedur K3 yang diterapkan dengan baik bisa mendatangkan keuntungan untuk perusahaan karena tidak perlu mengeluarkan dana tambahan berupa kompensasi untuk karyawan yang mengalami cedera atau sakit selama bertugas 3) Penerapan prosedur K3, semua tugas dalam perusahaan dapat berjalan efisien, efektif dan terarah. Dasar hukum mengenai prosedur K3 terdapat dalam Undang-undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970. Di dalam undang-undang tersebut dijabarkan mengenai tempat-tempat kerja yang wajib melaksanakan prosedur K3. Saat ini, K3 diberlakukan secara umum dan wajib dilaksanakan oleh semua perusahaan di segala sektor. Menurut undang-undang, jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja itu berlaku untuk semua pekerja baik yang beraktivitas di darat, laut, di dalam tanah maupun di udara. Semua karyawan memiliki hak dan kewajiban terkait keselamatan dan kesehatan mereka saat bertugas. Sementara itu perusahaan melalui pengawas atau pengurus K3, wajib mengawasi dan
  • 11. 9 bertanggung jawab pada semua prosedur mulai dari pencegahan hingga penanganan (Mutu Institute, 2020). c. Penggunaan APD APD atau singkatan dari alat pelindung diri merupakan peralatan wajib yang harus digunakan ketika melakukan suatu pekerjaan beresiko. APD berfungsi untuk melindungi diri dari resiko kecelakaan kerja dan meminimalisir akibat dari kecelakaan kerja yang terjadi. Beberapa pekerjaan yang memerlukan alat pelindung diri adalah buruh bangunan, teknisi listrik, pekerja proyek dll. Suatu proyek besar tidak akan berjalan apabila para pekerjanya tidak menggunakan APD dalam bekerja sebab penggunaan APD menjadi hal penting dalam menunjang kesehatan dan keselamatan para pekerja. Dasar Hukum Alat Pelindung Diri adalah: 1) Undang-undang No.1 tahun 1970. a. Pasal 3 ayat (1) butir f: Dengan peraturan perundangan ditetapkan syaratsyarat untuk memberikan APD b. Pasal 9 ayat (1) butir c: Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang APD. c. Pasal 12 butir b: Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk memakai APD. d. Pasal 14 butir c: Pengurus diwajibkan menyediakan APD secara Cuma-cuma. 2) Permenakertrans No.Per.01/MEN/1981 Pasal 4 ayat (3) menyebutkan kewajiban pengurus menyediakan alat pelindung diri dan wajib bagi tenaga kerja untuk menggunakannya untuk pencegahan penyakit akibat kerja. 3) Permenakertrans No.Per.03/MEN/1982 Pasal 2 butir I menyebutkan memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan makanan ditempat
  • 12. 10 kerja. 4) Permenakertrans No.Per.03/Men/1986 Pasal 2 ayat (2) menyebutkan tenaga kerja yang mengelola Pestisida harus memakai alat-alat pelindung diri yg berupa pakaian kerja, sepatu lars tinggi, sarung tangan, kacamata pelindung atau pelindung muka dan pelindung pernafasan. Tujuan penggunaan APD antara lain: 1) Membantu mengurangi tingkat kecelakaan di tempat kerja; 2) Membantu meningkatkan produktifitas dan efisiensi produksi akibat kecelakaan kerja; 3) Membantu mengurangi cacat produksi akibat kecelakaan kerja; 4) Membantu meningkatkan kesadaran pekerja akan pentingnya menggunakan APD; 5) Membantu meningkatkan kesehatan kerja dan mengurangi penyakit akibat kerja; 6) Membantu meningkatkan pengetahuan pekerja akan bahaya di tempat kerja dan alat pelindung diri; 7) Memberikan pemahaman yang lebih luas kepada pihak manajemen akan pentingnya alat pelindung diri yang digunakan pekerja dan perusahaan. Jenis-jenis Alat Pelindung Diri (APD) dan Kegunaanya 1) Alat pelindung kepala Pelindung kepala berfungsi untuk melindungi kepala dari bahaya. Perlindungan terhadap kepala merupakan hal yang sangat penting, karena cidera kepala dapat berakibat fatal bagi pekerja. Alat pelindung kepala terbuat dari material yang tahan terhadap benturan sehingga mampu melindungi kepala dari cidera apabila terjadi benturan keras atau terkena benda tajam, serta melindungi dari sengatan listrik. Kemudian melindungi kepala dari kebakaran, korosif, uapuap, panas atau dingin. 2) Pelindung Mata dan Wajah Pelindung mata dan wajah berfungsi untuk melindungi mata dari percikan bahanbahan korosif, kemasukan debu atau partikel
  • 13. 11 kecil yang melayang di udara, pemaparan gas uap yang menyebabkan iritasi mata, radiasi gelombang eletromagnetik, serta benturan atau pukulan benda keras. 3) Pelindung Telinga Metode untuk melindungi pendengaran dari kebisingan dapat dilakukan dengan mengurangi kebisingan dari sumbernya dengan metode rakayasa. Kondisi lingkungan tertentu, sangat sedikit atau sama sekali tidak bisa dilakukan usaha untuk mengurangi kebisingan, sehingga pekerja diharuskan menggunakan pelindung telinga (hearing protection) untuk mengurangi jumlah suara mencapai telinga. Hearing protection wajib digunakan apabila kebisingan melebihi 85 dB. Hearing protection berfungsi untuk mengurangi tingkat kebisingan dari suara gemuruh mesin, penahan bising dari letupan-letupan, dan resiko gangguan pendengaran 4) Pelindung Tangan Pelindung tangan digunakan untuk melindungi tangan dari benda-benda tajam, bahan kimia, kontak arus listrik, api, panas, dingin, radiasi elektromagnetik, radiasi mengion, benturan, pukulan, luka, lecet, infeksi. Pelindung tangan dapat berbentuk gloves (sarung tangan), mitten (jempol terpisah dan 4 jari menyatu), hand pad (melindungi telapak tangan), sleve (pergelangan tangan sampai lengan, biasanya digabung dengan sarung tangan). 5) Pelindung Kaki Pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki dari tertimpa benda berat, terbakar oleh logam cair, bahan kimia korosif, dermatitis/eksim karena zat kimia, tersandung atau tergelincir. Jenis dan bahan sepatu yang digunakan juga disesuaikan dengan lingkungan kerja. 6) Tali Dan Sabuk Pengaman Tali dan sabuk pengaman berguna untuk melindungi tubuh dari kemungkinan terjatuh. Penggunaan tali dan sabuk pengaman biasanya untuk pekerja di bidang konstruksi dan memanjat tempat
  • 14. 12 tinggi. Alat ini terdiri dari tali pengaman dan harus dapat menahan beban seberat minimal 80 kg. d. Potensi bahaya dan penanggulangannya pada pembangkit EBT Berdasarkan penelitian terhadap bahaya baru dan bahaya yang umum terkait penggunaan EBT yang muncul, terdapat 3 kategori resiko yang dapat diidentifikasi (‘Health and safety in the new energy economy’, 2010), yaitu: 1) Bahaya major. Bahaya major atau bahaya utama kesehatan dan keselamatan utama didefinisikan sebagai bahaya yang dapat mengakibatkan banyak kematian dan cedera serius dan/atau kerusakan luas pada properti dan lingkungan sebagai akibat dari satu insiden. Karena efek dari insiden-insiden ini berpotensi dirasakan baik di dalam maupun di luar jangkauan lokasi kejadian, bahaya besar mewakili risiko tidak hanya bagi tenaga kerja di lokasi tetapi juga bagi masyarakat umum. Biasanya, kecelakaan yang disebabkan oleh bahaya seperti itu frekuensinya rendah tetapi dampaknya tinggi. Contoh kecelakaan yang mengakibatkan kecelakaan major yang pernah terjadi antara lain: a) Ledakan dan kebakaran yang terjadi di anjungan produksi minyak dan gas Piper Alpha di Laut Utara, yang menewaskan 167 orang (1988); b) Ledakan di depot penyimpanan minyak Buncefield di Hertfordshire, yang mengakibatkan lebih dari 40 orang terluka dan kerusakan besar pada properti perumahan dan komersial (2005); dan c) Ledakan dan kebakaran yang terjadi di anjungan minyak Deepwater Horizon di Teluk Meksiko, yang menewaskan 11 orang dan menyebabkan tumpahan minyak lepas pantai terbesar dalam sejarah AS (2010).
  • 15. 13 Tabel 1 merangkum bahaya utama yang terkait dengan penggunaan teknologi energi yang muncul. Tabel 1. Sumber Energi EBT dan resiko bahaya yang dapat ditimbulkan Teknologi/Sumber energi EBT Contoh bahaya major Biogas, biodiesel and bioethanol production ● Kebakaran dan ledakan selama produksi skala besar. ● Kebakaran dan ledakan yang disebabkan oleh percikan peralatan listrik di atmosfer yang mudah meledak. ● Ledakan bejana tekan. ● Biogas atau syngas yang tidak memenuhi spesifikasi gas (hal ini dapat berdampak buruk pada jaringan pipa gas). Penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) ● Kehadiran CO2 dalam volume besar yang membutuhkan kompresi, transportasi, dan injeksi bawah tanah. ● Adanya zat beracun, mudah terbakar dan meledak (misalnya amina, amonia, oksigen) di pabrik pembakaran batubara sebagai bagian dari proses penangkapan karbon. ● Menangani CO2 dalam fase padat (yaitu cair) atau superkritis.
  • 16. 14 ● Pelepasan CO2 karena hilangnya integritas pabrik atau penggetasan peralatan yang disebabkan oleh gas. Pembangkitan, distribusi, penyimpanan, dan penggunaan hidrogen Kebakaran dan ledakan selama pengangkutan, penyimpanan dan penggunaan. Impor dan regasifikasi gas alam cair (LNG) Kebakaran dan ledakan selama transportasi, penyimpanan, dan regasifikasi (misalnya saat memasukkan gas langsung dari kapal ke jaringan). Energi terbarukan lepas pantai (angin, ombak, pasang surut) Runtuhnya platform kerja lepas pantai selama konstruksi turbin/ gardu induk. 2) Bahaya pekerjaan. Selain bahaya besar yang dapat berdampak pada tenaga kerja yang mengembangkan, memasang, mengoperasikan, dan memelihara teknologi energi yang muncul, serangkaian bahaya kerja tingkat rendah juga menimbulkan potensi ancaman terhadap kesehatan dan keselamatan di tempat kerja: a) Kesehatan kerja menghadirkan tantangan signifikan yang harus ditangani secara efektif jika pekerja ingin menikmati perlindungan yang tepat dari dampak kesehatan jangka pendek dan jangka panjang. b) Tenaga kerja perlu dilindungi dari berbagai macam bahaya keselamatan di tempat kerja yang beberapa di antaranya dapat menimbulkan risiko kematian atau cedera serius. Banyak dari bahaya kesehatan dan keselamatan kerja ini adalah bahaya yang sudah dikenal yang sekarang akan direplikasi di lingkungan yang tidak dikenal; yang lain belum
  • 17. 15 pernah ditemui pada skala yang berarti sebelumnya. Tabel 2. Sumber Energi EBT dan resiko bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan Teknologi/Sumber energi EBT Contoh bahaya pekerjaan Perlakuan termal lanjutan dari biomassa atau bahan bakar yang berasal dari sampah Paparan senyawa aromatik yang berpotensi karsinogenik, serta logam berat, gas asam, dan hidrogen sulfida.dapat berdampak buruk pada jaringan pipa gas). Produksi biogas, biodiesel dan bioetanol ● Asfiksia di ruang terbatas (misalnya digester anaerobik). ● Paparan CO2 yang dihasilkan selama proses fermentasi, bahan kimia/pelarut yang digunakan dalam produksi bahan bakar dan pembersihan pabrik, dan produk sampingan yang mudah menguap yang dihasilkan oleh proses mikrobiologi. Energi matahari Paparan bahan kimia dan logam beracun (misalnya kadmium – karsinogen yang diketahui) selama pembuatan, pembuangan, dan daur ulang panel surya. Tenaga angin Paparan resin epoksi, stirena dan bahan kimia/pelarut berbahaya lainnya selama pembuatan
  • 18. 16 turbin angin. Tabel 3. Sumber Energi EBT dan resiko bahaya keselamatan yang dapat ditimbulkan Teknologi/Sumber energi EBT Contoh bahaya pekerjaan Produksi biogas, biodiesel dan bioetanol Kebakaran dan ledakan selama pembuatan biofuel skala kecil. Infrastruktur listrik, distribusi dan konektivitas ● 'Flashover' terbakar, jatuh, dan tersengat listrik selama pemasangan, penyambungan, dan pemeliharaan sumber daya baru. ● Luka bakar 'Flashover', sengatan listrik dll karena lebih banyak 'hidup' bekerja karena sistem menjadi lebih kompleks. ● Jatuh saat memasang, menyambungkan, atau memperbaiki turbin angin mikro atau panel surya yang dipasang di atap. ● Risiko konstruksi dan penggalian selama pemasangan kabel, konstruksi gardu induk dan kegiatan lainnya (di darat dan lepas pantai). Energi terbarukan (angin, gelombang, pasang surut) ● Jatuh, tersengat listrik dan kecelakaan lainnya (misalnya
  • 19. 17 jebakan) selama konstruksi dan pemeliharaan. ● Perakitan dermaga dan pemuatan peralatan turbin lepas pantai; impor bagian- bagian turbin di sisi dermaga. ● Penggunaan kapal pengangkat dan awak kapal yang tidak sesuai dengan kondisi di Laut Utara dll. Energi matahari ● Jatuh dari ketinggian selama pemasangan panel di atap. ● Masalah penanganan manual. 3) Bahaya bagi masyarakat. Teknologi energi yang muncul menimbulkan berbagai risiko kesehatan dan keselamatan bagi anggota masyarakat yang tinggal atau bekerja di dekat lokasi pembangkit. Sementara beberapa di antaranya dapat didefinisikan sebagai bahaya besar (lihat bab 'Risiko spesifik: bahaya utama'), yang lain lebih terlokalisasi dalam kemungkinan efeknya, meskipun masih berpotensi sangat serius bagi individu yang terkena dampak. Banyak dari bahaya ini berakar pada sifat dasar dari teknologi pembangkit energi yang bersangkutan. Beberapa diantaranya terutama disebabkan oleh fakta bahwa banyak teknologi energi yang muncul akan dimanfaatkan dengan cara yang relatif inovatif, lebih terdesentralisasi, dengan sejumlah besar proyek skala kecil 'tertanam' ke dalam masyarakat dan peningkatan substansial dalam jumlah rumah tangga yang terlibat dalam pembangkit energi untuk pemakaian sendiri dan
  • 20. 18 untuk diekspor ke jaringan. Risiko tingkat yang lebih rendah bagi publik juga cenderung meningkat karena pemadaman energi yang disebabkan oleh kesulitan yang terlibat dalam menyeimbangkan pasokan dan permintaan dalam sistem energi yang jauh lebih kompleks. Tabel 4. Potensi bahaya utama bagi publik/masyarakat Teknologi/Sumber energi EBT Contoh bahaya pekerjaan Produksi biodiesel Kebakaran, ledakan dll selama produksi skala kecil. Pembakaran biomassa Luka bakar dari boiler dan peralatan lain yang dipasang sebagai bagian dari skema pemanasan lokal atau distrik. Infrastruktur listrik, distribusi dan konektivitas Jatuh atau tersengat listrik saat rumah tangga menghubungkan turbin angin mikro atau panel surya yang dipasang di atap. Pembangkitan, distribusi, penyimpanan, dan penggunaan hidrogen Risiko listrik dari sel bahan bakar (misalnya digunakan untuk daya kendaraan). Energi terbarukan darat (angin, surya) ● Lemparan pisau atau keruntuhan turbin di mana turbin angin ditempatkan di sekolah, rumah sakit, dll. ● Jatuh atau tersengat listrik ketika rumah tangga sedang memasang atau memperbaiki turbin angin mikro atau panel surya yang dipasang di atap.
  • 21. 19 e. Prosedur pelaporan keadaan darurat Keadaan Darurat adalah berubahnya suatu kegiatan/keadaan atau situasi yang semula normal menjadi tidak normal sebagai akibat dari suatu peristiwa atau kejadian yang tidak diduga atau dikehendaki. Keadaan darurat dapat berupa terjadinya bencana alam, kebakaran, kecelakaan kerja, pencemaran lingkungan, dan/atau keributan. Sedangkan Penanggulangan Keadaan Darurat adalah upaya atau tindakan yang dilakukan untuk mengatasi keadaan yang akan menimbulkan kerugian, agar situasi atau keadaan yang tidak dikehendaki tersebut dapat segera di atasi atau dinormalisasi dan kerugian ditekan seminimal mungkin. Referensi Penanganan kondisi darurat diantaranya: 1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1997 tentang Keselamatan Kerja 2) Permenaker No. 05 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) 3) Permenakertrans R.I No.Per.15/MEN/VIII/2008 tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di Tempat Kerja 4) Kesiapsiagaan dan prosedur tanggap darurat Badan Nasional Penanggulangan Bencana 5) Prosedur Kebencanaan World Bank Cara yang baik untuk melaporkan keadaan darurat harus berbicara dengan jelas dan terang serta memberikan informasi berurutan sebagai berikut (wikihow, 2022): 1) Pertimbangkan seberapa darurat keadaannya. Sebelum melaporkan keadaan tertentu, pastikan dahulu bahwa keadaannya memang darurat. Teleponlah Layanan Darurat jika Anda menganggap keadaannya memang menyangkut nyawa seseorang atau benar-benar mengganggu. Berikut beberapa keadaan darurat yang harus Anda laporkan:
  • 22. 20 a) Tindak kejahatan, terutama yang sedang berlangsung. b) Kebakaran. c) Keadaan darurat medis yang memerlukan penanganan dengan segera. d) Kecelakaan mobil. 2) Hubungi Layanan Darurat. Nomor telepon Layanan Darurat berbeda-beda di tiap negara. Di Amerika Serikat, nomor teleponnya 911, dan di sebagian besar negara di Eropa, nomor teleponnya 112. Di Indonesia, hubungi 110 untuk polisi, 118 untuk ambulans, serta 113 untuk pemadam kebakaran. 3) Laporkan posisi Anda. Hal pertama yang akan ditanyakan operator Layanan Darurat adalah posisi Anda agar mereka bisa segera menuju ke sana. Jika mungkin, berikan detail alamat. Jika Anda tidak yakin akan detail alamatnya, gunakan perkiraan terbaik Anda. 4) Berikan nomor telepon Anda kepada operator. Informasi ini wajib dimiliki operator agar dia bisa menghubungi Anda kembali jika dibutuhkan. 5) Jelaskan keadaan darurat yang Anda alami atau amati. Bicaralah dengan tenang dan jelas, lalu ungkapkan kepada operator kenapa Anda menelepon. Berikan informasi yang paling krusial terlebih dahulu, lalu jawablah pertanyaan lanjutan dari operator. a) Jika Anda melaporkan suatu tindak kejahatan, berikan pula deskripsi fisik pelaku tindak kejahatan tersebut. b) Jika Anda melaporkan suatu kebakaran, jelaskan awal mula apinya tersulut dan beri tahukan posisi tepatnya kebakaran tersebut. Jangan lupa untuk memberi tahu jumlah korban yang terluka atau menghilang. c) Jika Anda melaporkan suatu keadaan medis darurat, jelaskan awal mula terjadinya kecelakaan dan gejala apa yang ditunjukkan orang yang ada di hadapan Anda. 6) Ikuti perintah operator. Setelah mengumpulkan informasi
  • 23. 21 yang dibutuhkan, operator akan menyuruh Anda untuk membantu orang-orang yang membutuhkan pertolongan. Anda mungkin akan menerima panduan untuk memberikan pertolongan darurat seperti resusitasi jantung paru-paru (CPR). Perhatikan panduannya dengan saksama dan jangan tutup teleponnya sampai diperbolehkan. Lalu ikuti panduan yang telah diberikan. 7) Jangan menutup telepon hingga Anda diminta. Meskipun Anda tidak bisa menempelkan telepon ke telinga atau menyalakan pengeras suara, Anda tidak boleh memutus sambungan telepon atau menutupnya. 8) Tutup telepon setelah Anda dianjurkan melakukannya oleh petugas. Jika perlu menelepon pihak lain, Anda bisa melakukannya sekarang. Cukup langkah dalam artikel ini lagi. Selain itu, sistem prosedur pelaporan keadaan darurat terdiri yang dapat dilakukan antara lain: 1) Seluruh pekerja yang berada di lapangan bertanggung jawab untuk melaporkan kepada tim tanggap darurat jika terjadi keadaan darurat yang telah didefiniskan dalam prosedur ini. 2) Petugas piket bidang keselamatan yang menerima laporan kejadian akan meminta pelapor melengkapi informasi dasar yang meliputi: identitas pelapor (nama, unit kerja), jenis kejadian (kebakaran/peledakan, kebocoran, gempa bumi, tsunami, banjir, dan sebagainya), tempat kejadian, dan waktu kejadian. 3) Petugas tanggap darurat yang menerima laporan akan melaporkan kepada ketua tim/koordinator untuk mulai memberlakukan prosedur tanggap darurat. Tim bertanggung jawab atas perlindungan pekerja, komunitas, dan aset di lapangan. Selanjutnya, laporan ditindaklanjuti dengan alur sebagaimana terlampir.
  • 24. 22 f. Peralatan penanggulangan kondisi darurat Peralatan tanggap darurat harus tersedia di lokasi sesuai potensi bahayanya dan fungsinya. Peralatan harus diinventarisasi dan diperiksa kondisi kelayakannya setiap hari sebelum dimulainya pekerjaan. Peralatan tanggap darurat yang wajib tersedia yaitu: 1) Perangkat P3K yang terdiri dari Peralatan Obat-obatan ● Plester; ● Povidone iodine untuk desinfektan; ● Alkohol 70%; ● Kapas bersih; ● Pembalut segitiga (mitela); ● Perban gulung; ● Kasa steril; ● Perban elastis; ● Gunting; ● Termometer; ● Sarung tangan steril; ● Cotton bud; ● Pinset; ● Peniti; ● Hand sanitizer; ● Oksigen. ● Obat penurun panas (parasetamol tablet 500 mg) ● Obat pereda rasa nyeri (parasetamol atau ibuprofen); ● Obat antialergi (CTM untuk obat minum dan krim hidrokortison untuk alergi pada kulit); ● Obat antidiare dan keracunan; ● (misalnya Norit dan Attapulgit, serta oralit untuk mengatasi dehidrasi); ● Obat pencahar; ● Obat mag (antasida); ● Obat batuk; ● Krim gatal seperti calamine atau bedak dingin; ● Krim luka bakar; ● Obat-obatan untuk penyakit pribadi, misalnya asma, hipertensi, atau lainnya.
  • 25. 23 2) Perangkat Tanggap Darurat yang terdiri dari: ● Radio komunikasi; ● Lampu senter; ● Lampu emergency; ● Kursi roda; ● Tandu; ● Alat pemadam kebakaran (Apar); ● Masker oksigen; ● Peluit; ● Pisau lipat. g. Prosedur pengecekan peralatan yang akan digunakan pada kondisi darurat Sebelum melakukan pengecekan peralatan, yang perlu dilakukan adalah menentukan jenis bahaya yang mungkin dihadapi. Oleh karena itu perlu untuk menerapkan manajemen keselamatan yang berfokus pada identifikasi bahaya yang berhubungan dengan rangkaian pekerjaan yang dilakukan. Teknik ini dikenal dengan Job Safety Analis atau disingkat JSA. JSA dibuat untuk pekerjaan : 1) Pekerjaan yang bisa menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja atau PAK; 2) Pekerjaan yang berpotensi menyebabkan cedera serius atau PAK yang mematikan, bahkan untuk pekerjaan yang tidak ada riwayat kecelakaan sebelumnya; 3) Pekerjaan dimana satu kelalaian kecil yang dilakukan pekerja dapat menyebabkan kecelakaan fatal atau cedera serius; 4) Setiap pekerjaan baru atau pekerjaan yang telah mengalami perubahan proses dan prosedur kerja;
  • 26. 24 5) Pekerjaan yang cukup kompleks dan membutuhkan instruksi tertulis. Setelah diketahui jenis bahaya yang didapatkan, langkah selanjutnya adalah menentukan peralatan darurat yang mungkin akan digunakan. Langkah yang dilakukan untuk memulai pengecekan adalah: 1) Meminta izin kepada pihak terkait, dalah hal ini supervisor atau bagian yang bertanggung jawab terhadap peralatan. 2) Menyiapkan cheklist peralatan yang akan diperiksa. 3) Meyiapkan peralatan yang akan diperiksa 4) Melakukan pemeriksaan sesuai cheklist yang disediakan, mulai dari kondisi peraltan, fungsi, jumlah, dll. 5) Membuat laporan hasil pemeriksaan 6) Melakukan evaluasi hasil pemeriksaan jika dalam laporan ditemukan kondisi peralatan darurat yang tida sesuai standar baik jumlah maupun fungsinya. h. Simbol-simbol bahaya dan penempatannya Tanda peringatan bahaya biasanya dipasang di tempat – tempat dengan potensi bahaya sebagai tindakan pencegahan. Oleh karena itu, setiap pekerja harus mampu mengenali tiap simbol – simbol / rambu – rambu potensi bahaya di tempat kerjanya. Potensi bahaya adalah sesuatu yang berpotensi untuk terjadinya insiden yang berakibat pada kerugian. Jika didasarkan pada dampaknya terhadap korban, maka dapat dikategorikan menjadi 4, sebagai berikut ini: 1) Kategori A Potensi bahaya dari kategori ini menimbulkan resiko dampak jangka panjang pada kesehatan. Bahayanya bisa berasal dari bahaya bahan kimia yang memiliki sifat beracun dapat memasuki aliran darah dan menyebabkan kerusakan pada sistem tubuh dan organ lainnya. Berikut ini adalah contoh – contoh simbol / rambu potensi bahaya untuk kategori A.
  • 27. 25 Asal bahaya lainnya bisa dari faktor fisik di lingkungan kerja, yaitu dari kebisingan, penerangan, getaran, iklim kerja, gelombang mikro dan sinar ultra ungu yang biasanya dihasilkan dari proses produksi atau hasil yang tidak diinginkan dalam sebuah produksi. Pekerja di bidang pertanian, perkebunan dan kehutanan juga bisa terkena dampak bahaya faktor biologi yang menyebabkan penyakit karena virus, bakteri atau hasil dari pertanian itu sendiri. Bahkan di dalam perkantoran pun bisa menyebabkan penyakit karena bahaya faktor biologi yang disebabkan oleh kualitas udara dalam ruangan. Potensi bahaya lainnya yang bisa menyerang pekerja kantoran kebanyakan adalah bahaya faktor ergonomi yang disebabkan oleh penyusunan tempat kerja dan tempat duduk yang kurang sesuai dan nyaman.
  • 28. 26 Gambar 2. Contoh simbol bahaya kategori A 2) Kategori B Pada kategori B, potensi bahayanya mengakibatkan resiko langsung pada keselamatan dan biasanya terjadi karena kecelakaan kerja yang menyebabkan cidera. Contohnya adalah potensi bahaya listrik dan terjadinya kebakaran pada lingkungan kerja. Gambar 3. Simbol bahaya kategori B 3) Kategori C Untuk kategori ini, resikonya mempengaruhi kesejahteraan atau kesehatan sehari – hari, yang biasanya disebabkan oleh kurang baiknya fasilitas yang diberikan kepada pekerja. Biasanya hal tersebut terabaikan karena dipandang tidak memiliki dampak langsung pada produktivitas sebuah
  • 29. 27 pekerjaan. Misalnya seperti ketersediaan air minum yang bersih, kelengkapan kotak P3K, tersedianya toilet yang bersih dan fasilitas – fasilitas pendukung lainnya. 4) Kategori D Potensi bahaya dalam kategori D menimbulkan resiko pribadi dan psikologis. Jika suatu perusahaan ingin memaksimalkan produktivitas, perlu menciptakan tempat kerja di mana pekerja merasa aman dan dihormati. Isu ini melampaui keselamatan fisik dan termasuk melindungi kesejahteraan diri, martabat dan mental pekerja. Intimidasi atau pelecehan sering mengancam rasa kesejahteraan dan keamanan pekerja di tempat kerja. Selain berdasarkan kategori bahaya, warna latar simbol bahaya juga memiliki arti yaitu: Tabel 5. Arti warna latar tanda bahaya Warna latar Makna Contoh Merah di lingkungan berbahaya Larangan Bahan Semangat juang
  • 30. 28 Kuning Peringatan waspada Hijau Darurat pertolongan pertama Biru Anjuran putih Informasi umum i. Prosedur cleaning di area EBT 1) Pembongkaran fasilitas EBT Tahap pembongkaran fasilitas pada area pembangkit EBT dilakukan Ketika pembangkit EBT sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi atau sesuai dengan perjanjian masa pakai pembangkit EBT. 2) Pemutusan hubungan kerja Pemutusan kerja akibat terhentinya operasional kegiatan pengoperasian pembangkit EBT, biasanya berpotensi menimbulkan dampak kepada masyarakat sekitar 3) Pemulihan lingkungan Tahap pemulihan lingkungan berkaitan dengan pengembalian kondisi lahan apabila operasional kegiatan dihentikan. Biasanya pemulihan lingkungan sudah tertulisdidalam kesepakatan ketika sosialisasi. 4) Transportasi Pemindahan atau pengangkutan hasil pembongkaran pembangkit EBT. 5) Pengelolaan limbah Pengelolaan limbah dari pembongkaran pembangkit EBT di
  • 31. 29 identifikasi dan di kelola sesuaidengan Peraturan yang berlaku. j. Prosedur penanganan kondisi darurat dan evakuasi Prosedur penanganan kondisi darurat da evakuasi tergantung dari jenis bahaya yang ditangani. Terdapat bebrapa kondisi bahaya yang mungkin ditemui misalnya bahaya kebakaran, bencana alam gempa bumi, dll. Pada area pembangkit EBT khususnya memiliki prosedur yang tidak bebeda jauh dengan peosedur panaganan kondisi darurat dan evakuasi pada kondisi bahaya lainnya. Contoh prosedur evakuasi yang dapat terjadi pada area pembangkit EBT dalam kondisi kebakaran adalah: 1) Tetap tenang dan jangan panik; 2) Segera menuju tangga darurat yang terdekat dengan berjalan biasa dengan cepat namun tidak berlari; 3) Janganlah membawa barang yang lebih besar dari tas kantor/tas tangan; 4) Beritahu orang lain / pekerja yang masih berada di area pembangkit lain untuk segera melakukan evakuasi; 5) Bila pandangan tertutup asap, berjalanlah dengan merayap pada tembok atau pegangan pada tangga, atur pernafasan pendek-pendek; 6) Jangan berbalik arah karena akan bertabrakan dengan orang- orang dibelakang anda dan menghambat evakuasi Segeralah menuju titik kumpul yang ada di tempat tersebut untuk menunggu instruksi berikutnya. Apabila mengalami keadaan darurat maka yang harus dilakukan adalah: 1) SEGERA : Hentikan pekerjaan dan tinggalkan gedung ketika diketahui/didengar terdapat tanda bahaya atau ketika anda diminta untuk melakukannya;
  • 32. 30 2) HINDARI : Kepanikan; 3) IKUTI : Instruksi dan bekerjasamalah dengan mereka yang bertanggungjawab atas keadaan darurat; 4) MATIKAN : Semua peralatan kerja terutama listrik dan tutup laci meja; 5) JANGAN : Menunda untuk segera meninggalkan gedung dengan mencari barang-barang pribadi dan/atau orang lain; 6) PERGI : Ke daerah terbuka yang cukup jauh dari gedung dan jangan menghalangi petugas dan peralatan mereka; 7) JANGAN : Masuk kembali ke dalam gedung sampai ada instruksi dari atasan, petugas atau pihak yang berwenang akan hal tersebut.
  • 33. 9 F. LANGKAH KERJA MENERAPKAN PRINSIP-PRINSIP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI LINGKUNGAN UNIT PEMBANGKIT EBT No. PANDUAN GAMBAR CAPAIAN KETERANGAN 1. Praktik-praktik kerja yang aman, mengenali dan melaporkan bahaya yang terjadi serta melaksanakan prosedur darurat Mengindentifikasi peralatan APD pada ketenagalistrikan, cara penggunaan beserta dungsinya.
  • 34. 10
  • 35. 11 2. Mengenali jenis tanda bahaya, penempatan beserta artinya Perilaku Kerja : Pelaksanaan kegiatan Menerapkan Prinsip-prinsip Keamanan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Lingkungan Unit Pembangkit EBT membutuhkan kompetensi perilaku : 1. Mengidentifikasi jenis peralatan Keselamatan sesuai standar. 2. Menggunakan peralatan keselamatan sesuai standar. 3. Membuat perencanaan JSA. Indikator perilaku : a. Mengidentifikasi dengan benar sesuai petunjuk Buku panduan K3
  • 36. 12 G. IMPLEMENTASI UNIT KOMPETENSI R. Elemen Kompetensi 1 Mengikuti praktik-praktik kerja yang aman Aktivitas 1.1: Silahkan untuk memilih APD serta mendemonstrasikan cara penggunaannya. APD yang anda pilih: Tuliskan fungsinya: Jelaskan cara penggunaannya
  • 37. 13 Elemen Kompetensi 2 Melaporkan bahaya-bahaya di unit pembangkit Diskusi 2.1: Silahkan diskusikan bahaya-bahaya apa saja yang mungkin terjadi saat pembangunan dan pemanfaatan pembangkit berbasis EBT. Presentasikan hasil diskusi di depan kelompok lain.
  • 38. 14 Elemen Kompetensi 3 Mengikuti prosedur-prosedur darurat Aktivitas 3.1: Buatlah laporan terkait penanganan kondisi darurat yang mungsin ditemui pada proses pemasangan pembangkit berbasis EBT.
  • 39. 15 Penilaian: Penilaian Catatan : Memenuhi / Belum memenuhi capaian pembelajaran Peserta Instruktur Nama/Tandatangan/tgl Nama/Tandatangan/tgl
  • 40. 16 H. LAMPIRAN KAMUS ISTILAH PLTS grounding atau ground-mounted adalah PLTS adalah pembangkit listrik tenaga surya yang dibangun di atas tanah menggunakan penopang khusus yang menahan panel surya PLTS on-grid adalah pembangkit listrik tenaga surya yang terhubung dengan jaringan listrik PLN, oleh karena itu disebut on-grid atau didalam jaringan.. PLTS off-grid adalah pembangkit listrik tenaga surya yang tidak memiliki sambungan dengan jaringan kelistrikan PLN.
  • 41. 17 REFERENSI 4. ● Undang-Undang Nomor tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ● Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan ● https://www.hexamitra.co.id/plts-solar-home- offgrid.php?p=perangkat-komponen-plts-tersebar-pembangkit- mandiri-offgrid lengkap.html ● https://pasangpanelsurya.com/5-komponen-penting-untuk- membangun-plts/
  • 42. 18 UNIT KOMPETENSI KODE UNIT : D.35EBT13.002.1 JUDUL UNIT : Menerapkan Prinsip-prinsip Keamanan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Lingkungan Unit Pembangkit EBT DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berkaitan dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam penerapan keselamatan kerja di unit pembangkit untuk melaksanakan praktik-praktik kerja yang aman, mengenali dan melaporkan bahaya yang terjadi serta melaksanakan prosedur darurat. ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA 1. Mengikuti praktik- praktik kerja yang aman 1.1. Kerja dilaksanakan dengan aman sehubungan dengan kebijakan dan prosedur perusahaan serta persyaratan perundang-undangan. 1.2. Alat Pelindung Diri (APD) dipakai dan disimpan sesuai dengan prosedur. 1.3. Semua perlengkapan dan alat-alat keselamatan digunakan sesuai dengan persyaratan perundang-undangan dan prosedur yang berlaku. 1.4. Tanda-tanda/simbol dikenali dan diikuti sesuai instruksi. 1.5. Semua pedoman penanganan dilaksanakan sesuai dengan persyaratan, prosedur dan pedoman yang sah. 1.6. Perlengkapan darurat dikenali dan didemonstrasikan dengan tepat. 2. Melaporkan bahaya- bahaya di unit 2.1. Bahaya-bahaya di unit pembangkit selama waktu kerja dikenali dan
  • 43. 19 ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA pembangkit diidentifikasi dengan tepat sesuai dengan prosedur. 2.2. Bahaya-bahaya di unit pembangkit selama waktu kerja dilaporkan kepada orang yang tepat sesuai dengan prosedur. 3. Mengikuti prosedur- prosedur darurat 3.1. Cara-cara menghubungi personil yang tepat dan layanan darurat jika terjadi kecelakaan didemonstrasikan. 3.2. Prosedur kondisi darurat dan evakuasi diidentifikasi dan dilaksanakan. BATASAN VARIABEL 1. Konteks variable 1.1. Unit ini berlaku pada pembangkit listrik energi terbarukan. 1.2. Alat-alat keselamatan meliputi tapi tidak terbatas pada pemadam kebakaran, smoke detector, gas detector, cone, dan rambu-rambu. 1.3. Alat Pelindung Diri (APD) sesuai dengan K3. 2. Peralatan dan perlengkapan 2.1. Peralatan 2.1.1. Alat Pelindung Diri (APD) 2.1.2. Alat keselamatan kerja 2.2. Perlengkapan (Tidak ada.) 3. Peraturan yang diperlukan 3.1. Peraturan mengenai K3 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 12 Tahun 2015 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik di Tempat Kerja jo Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 33 Tahun 2015 4. Norma dan standar
  • 44. 20 4.1. Norma (Tidak ada.) 4.2. Standar (Tidak ada.) PANDUAN PENILAIAN 1. Konteks penilaian 1.1. Penilaian/assessment kompetensi ini dapat dilakukan di tempat kerja atau pada tempat yang disimulasikan. 1.2. Peserta harus dilengkapi dengan peralatan/perlengkapan, dokumen, bahan, serta fasilitas assessment yang dibutuhkan. 1.3. Metode assessment yang dapat diterapkan meliputi: tes tertulis, tes lisan/wawancara, observasi demonstrasi/praktik, verifikasi bukti/portofolio. 2. Persyaratan kompetensi (Tidak ada.) 3. Pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan 3.1. Pengetahuan 3.1.1. Prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja 3.2. Keterampilan 3.2.1. Menggunakan peralatan keselamatan kerja 4. Sikap kerja yang diperlukan Cermat dalam mengidentifikasi rambu-rambu 5. Aspek kritis 5.1. Kecermatan dalam mengenali dan mengidentifikasi bahaya- bahaya di unit pembangkit selama waktu kerja dengan tepat sesuai dengan prosedur 5.2. Ketepatan dalam melaporkan bahaya-bahaya di unit pembangkit selama waktu kerja sesuai dengan prosedur
  • 45. 21 DAFTAR NAMA PENYUSUN NO. NAMA PROFESI 1. Tri Winahyu Hariyadi ● Instruktur Listrik BBPVP Serang