1. Nama : Firman Sahari
Kelas : 5P_Ak
NIM : 12140049
MK : Perekonomian Indonesia
2. Definisi
Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah yang mengacu
ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp
200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha
yang berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998
pengertian Usaha Kecil adalah: “Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil
dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil
dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang
tidak sehat."
3. ProspekUKMDalamEra Perdagangan Bebas
Sifat Alami dari Keberadaan UKM
UK di Indonsia didominasi oleh unit-unit usaha tradisional, yang di satu
sisi, dapat di bangun dan beroperasi hanya dengan modal kerja dan modal investasi
kecil dan tanpa perlu menerapkan sistem organisasi dan manajemen modern yang
kompleks dan mahal, seperti di usaha-usaha modern dan di sisi lain, berbeda
dengan UM, UK pada umumnya membuat barang-barang konsumsi sederhana
untuk kebutuhan kelompok masyarakat berpenghasilan rendah. Untuk membuat
barang-barang tersebut, UK tidak terlalu memerlukan L dengan tingkat pendidikan
formal yang tinggi dan harus digaji mahal (tidak perlu memakai seorang manajer
dengan diploma MBA atau yang memiliki diploma sarjana ekonomi atau seorang
insinyur) dan tidak membutuhkan teknologi (T) canggih dalam bentuk mesin-mesin
dan alat-alat produksi modern, oleh karena itu, tidak mengherankan bila melihat
Indonesia adalah dari kelompok masyarakat berpendidikan rendah (SD), dan
kebanyakan dari mereka menggunakan mesin serta alat produksi sederhana atau
hasil rekayasa sendiri.
4. Implikasi dari sifat alami ini bebeda dengan UM dan UB. UK
sebenarnya tidak terlalu tergantung pada fasilitas-fasilitas dari
pemerintah termasuk skim-skim krdit murah. Banyak studi yang
menunjukan bahwa ketergantungan UK terhadap modal dari
sumer-sumber informal jauh lebih besar daripada terhadap
kredit perbankan karena berbagai alasan.
5. Kemampuan UKM
Dalam era perdagangan bebas dan globalisasi perekonomian dunia, kemajuan
T, penguasaan ilmu pengetahuan, dan kualitas SDM yang tinggi (profesionalisme)
merupakan tiga faktor keunggulan kompetitif yang akan menjadi dominan dalam
menentukan bagus tidaknya prospek dari suatu usaha. Jika pengusaha kecil dan
menengah Indonesia tidak memiliki ketiga keunggulan kompetitif tersebut bahkan,
UKM indonesia akan terancam tergusur dari segmen pasarnya sendiri oleh produk-
produk M dengan harga yang lebih murah dan kualitas serta disain yang lebih baik,
seperti yang terjadi sekaarang dengan membanjirnya barang-barang dari Cina sampai
kepasar-pasar tradisional.
Pentingnya ketiga faktor keunggulan kompetitif tersebut dikombinasikan
dengan faktor-faktor kekuatan lainnya yang sangat menentukan prospek UKM di
masa depan. Didalam era perdagangan bebas dan globalisasi perekonomian dunia,
lingkungan eksternal domestik dipengaruhi oleh tiga faktor penting, yang merupakan
tiga tantangan yang dihadapi oleh setiap perusahaan di Indonesia. Jika perusahaan-
perusahaan di Indonesia tidak siap, tantangan-tantangan tersebut bisa berubah
menjadi Empat ancaman
6. PERKEMBANGAN JUMLAH UNIT DAN TENAGA KERJA DI UKM
Selama tahun 1997-2001 jumlah unit usaha dari semuaskala mengalami
peningkatan sebesar 430.404 unit dari 39.767.207 unit tahun 1997, menjadi
40.197.611 unit tahun 2001. Secara parsial, kelompok unit usaha yang paling banyak
adalah UK, yang jumlahnya tahun 1997 sebesar 39,7 juta unit lebih dan tahun 2001
diperkirakan mencapai 40 juta unit lebih. Saat krisis ekonomi mencapai klimaksnya
pada tahun 1998, usha dari semua kategori mengalami pertumbuhan negatif, yang
mana jumlah UK sendiri berkurang hampir 3 juta unit atau pertumbuhan sekitar -7,4%.
sedangkan, UM dan UB mengalami pertumbuhan negatif lebih besar, yakni masing-
masing 14,2% dan 12,7%. Perbedaan ini mengidentifikasi bahwa UM dan UB
mengalami efek negatif lebih besar dibandingkan UK dari krisis ekonomi.
7. Jumlah unit UKM bervariasi menurut sektor, dan terutama UK
terkonsentrasi di pertanian, peternakan,kehutanan, dan perikanan. Tahun 1997,
jumlah UK di sektor tersebut tercatat 22.511.588 unit, dan tahun 1998 jumlahnya
meningkat menjadi 23.097.871 unit, atau tumbuh 2,6% (dibandingkan UM yang
tumbuh 1,2%) Variasi ini erat kaitanya dengan sifat alamiah yang berbeda
antarsektor, misal dalam aspek-aspek pasar (voleme, struktur, dan sistem atau pola
persaingan, perubahan harga, dan sistem distribusi); ketersedian input, kebutuhan
dan ketersediaan teknologi; SDM dan modal; kebijakan sektoral dan ekonomi
makro; dan bentuk serta tingkat persaingan antara sesama UKM dan antara UKM
dengan UB dan produk-produk impor.
8. pengertianperdaganganbebas
Perdagangan bebas adalah kebijakan di mana
pemerintah tidak melakukan diskriminasi terhadap impor
atau ekspor. Perdagangan bebas dicontohkan oleh Area
Ekonomi Eropa/Uni Eropa dan Perjanjian Perdagangan
Bebas Amerika Utara, yang telah mendirikan pasar
terbuka dengan sangat sedikit pembatasan perdagangan.
9. Dampak perdagangan bebas terhadap ukm
Kondisi ekonomi Indonesia saat ini dapat dikatakan sedang mengalami masa
kritis, dimana melemahnya nilai mata uang Rupiah (depresiasi) terhadap mata uang
Dollar Amerika. Fenomena itu disebabkan karena sikap konsumtif masyarakat
Indonesia terhadap barang impor yang berlebihan. Sebagaimana kita ketahui bahwa
kebutuhan manusia tidak terbatas, ada kalanya kebutuhan tertentu tidak dapat
terpenuhi oleh pasar dalam negeri, sehingga memaksa pemerintah untuk mengimpor
kebutuhan dari Negara lain. Beruntungnya sekarang pemerintah masih menerapkan
system kuota atau perbatasan impor. Walaupun demikian, ketika seringnya kedua
Negara saling melakukan ekspor impor akan memicu terjadinya hubungan kerjasama
untuk memberlakukan kebijakan free trade atau perdagangan bebas. Sebagaimana
yang santer diberitakan dimedia massa sekarang ini.
Perdagangan bebas itu sendiri dapat didefinisikan sebagai tidak adanya
hambatan yang diterapkan pemerintah dalam perdagangan antar individu dan
perusahaan-perusahaan yang berada di negara lain. Perdagangan bebas sering dibatasi
oleh berbagai pajak negara, biaya tambahan yang diterapkan pada
barang ekspor impor, dan juga regulasi non tarif pada barang impor.
10. Ciri – Ciri Perdagangan Bebas
1. Perdagangan barang tanpa pajak (termasuk tarif) atau pembatasan perdagangan yang lain
(seperti kuota impor atau subsidi untuk produsen)
2. Perdagangan layanan tanpa pajak atau pembatasan perdagangan yang lain
Ketiadaan dasar-dasar “pemutar belit perdagangan” (seperti pajak, subsidi, peraturan atau
hukum) yang memberikan kelebihan kepada sejumlah kecil perusahaan, isirumah, atau
aktor-faktor produksi
3. Akses bebas ke pasar
4. Akses bebas kepada informasi pasar
Ketakupayaan firma-firma mengacaukan pasar melalui kekuatan monopoli atau oligopoli
berian pemerintah
5. Pergerakan bebas tenaga kerja antara dan dalam negara
Pergerakan bebas modal antara dan dalam negara
11. Bentuk-bentuk hambatan perdangangan antara lain:
1. Tarif atau bea cukai. Tarif adalah pajak produk impor.
Kuota. Kuota membatasi banyak unit yang dapat diimpor untuk membatasi jumlah barang
tersebut di pasar dan menaikkan harga.
2, Subsidi. Subsidi adalah bantuan pemerintah untuk produsen lokal. Subsidi dihasilkan dari
pajak. Bentuk-bentuk subsidi antara lain bantuan keuangan, pinjaman dengan bunga rendah
dan lain-lain.
3. Muatan lokal.
4. Peraturan administrasi.
5. Peraturan antidumping.
12. Dampak Negatif
Tentunya selain dampak positif, tidak sedikit juga dampak negative yang
ditimbulkan akibat kegiatan perdagangan bebas. Yaitu selain menjadi orang yang
konsumtif terhadap barang – bararang impor, banyak pula pengangguran, karena
kalah bersaing produsen dari luar negeri, kemudian banyak pabrik yg bangkrut
karena tidak kuat dengan persainan yang begitu ketat, selain itu larinya investor
dikarenakan SDM dan ETOS KERJA dalam negeri lemah dan devisa yang habis karena
lebih banyak produk impor daripada ekspor. Kemudian bagi Negara – Negara yang
belum berkembang maka akan menjadi sebuah kerugian karena selalu
mengandalkan Negara lain untuk terus mengimpor barang – barang kedalam negeri,
yang kemudian membuat Negara yang lemah ini sulit berkembang karena terus
“diserang” oleh barang – banrang impor. Juga sebaliknya, akan menjadi keuntungan
tersendiri bagi Negara yang telah berkembang untuk terus menjual produknya ini
sehingga produknya lebih diminati dan lebih popular di luar negeri. Adanya
eksploitasi terhadap masyarakat ekonomi lemah oleh pihak yang kuat ekonominya,
menimbulkan terjadinya monopoli sehingga merugikan masyarakat, munculnya
kesenjangan ekonomi antara golongan ekonomi kuat dengan golongan ekonomi
lemah, perekonomian dapat dengan mudah menjadi tidak stabil.