Dokumen tersebut membahas tentang konsep dan tujuan industrialisasi serta perkembangan industri manufaktur di Indonesia. Industrialisasi bertujuan untuk meningkatkan perekonomian suatu negara dengan memanfaatkan sumber daya alam dan manusia. Indonesia telah mengalami pertumbuhan industri yang pesat namun masih menghadapi tantangan seperti ketergantungan impor dan belum berkembangnya industri berteknologi menengah.
11 industrialisasi dan perkembangan sektor industri
1. Nama : Firman Sahari
Kelas : 5P_Ak
NIM : 12140049
MK : Perekonomian Indonesia
2. • A. Konsep dan Tujuan Industrialisasi
• Konsep industrialisasi dalam sejarah pembangunan
ekonomi berawal dari proses revolusi industri dengan
serangkaian penemuan-penemuan baru yang inovativ.
Industrialisasi merupakan proses interaksi antara
pengembangan teknologi, inovasi, spesialisasi, dan
perdaganan antarnegara yang pada gilirannya sejalan
dengan peningkatan pendapatan masyarakat yang
mendorong perubahan struktur ekonomi.
• Secara umum pertumbuhan ekonomi dan peningkatan
pendapatan perkapita hanya dapat terjamin lewat
industrialisasi kecuali negara-negara yang sangat kaya akan
SDA, seperti Kuwait dan Libya.
3. Tujuan industrialisasi itu sendiri adalah untuk
memajukan sumber daya alam yang dimiliki oleh setiap
Negara,dengan didukung oleh sumber daya manusia yang
berkualitas,dengan industrialisasi ini maka,Negara
berkembanga yang mampu memanfaatkannya dengan
baik,maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Negara tersebut.
4. • Riedel (1992) : Industrialisasi bukanlah tujuan
tapi strategi untuk mendukung proses
pembangunan untuk mencapai peningkatan
perdapatan perkapita.
• Chenery (1992) : Industrialisasi merupakan
tahapan logis dari perubahan struktur industri
yang diujudkan melalui kenaikan kontribusi
sektor industri manufaktur dalam permintaan
konsumen, produksi, ekspor, dan kesempatan
kerja.
5. Sektor industri manufaktur di negara berkembang (LDCs)
berkembang pesat. Pertumbuhan output yang tinggi ini terutama
disebabkan oleh permintaan eksternal yang kuat dengan rata-rata
pertumbuhan ekspor sebesar 9,3% pertahun pada periode 1970-
1995.
Bahkan kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara dijuluki a miraculous
economy karena kinerja ekonominya yang sangat menakjubkan pada
periode 1970-1995, dengan pertumbuhan rata-rata PDB 7,4% (dunia
= 2,9%, LDCs = 4,6%). Industri manufaktur menjadi kontributor
utama pertumbuhan dengan rata-rata 9,4% pertahun. Pangsa
manufaktur dalam PDB naik dari 17,2% menjadi 26,9%.
6. Indonesia masih berada pada tahap awal
industrialisasi tapi dengan kecepatan yang
sangat pesat. Sejak tahun 1983 hingga dekade
1990-an peran sektor-sektor primer cenderung
menurun, sementara sektor-sektor sekunder
(industri manufaktur, listrik, gas, dan air, serta
konstruksi) dan sektor-sektor tersier
(perdagangan, hotel dan restoran, transportasi
dan komunikasi, bank dan keuangan, dan
kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya) terus
meningkat.
7.
8.
9.
10. Berdasarkan nilai tambah sektor industri
manufaktur (NTSIM) per kapita peringkat
Indonesia pada tahun 1965 paling bawah
dibanding LDCs lain. Negara-negara yang lebih
awal memulai industrialisasinya seperti
Meksiko, Brasil dan Turki memiliki NTSIM 15-
30 kali NTSIM Indonesia. Pada dekade 1980-an
dan 1990-an peringkat Indonesia naik hingga
berada diatas Cina dan India. Sedangkan
perbandingan dengan negara-negara Meksiko,
Brasil, dan Turki tinggal menjadi 5-6 kali
dibawahnya.
11.
12. Secara umum industri manufaktur di LDCs relatif masih terbelakang disebabkan
faktor-faktor keterbatasan teknologi, kualitas SDM, Dana pemerintah dan
swasta, intensitas kerja sama antar instittusi, dan lain-lain.
Indikator keterbatasan teknologi salah satunya adalah tingkat produktifitas baik
secara parsial ataupun keseluruhan yang disebut Total Faktor Productivity
(TFP). Misal dalam kurun waktu 1968-1988 TFP Indonesia turun dari 5%
menjadi 1%. Pada saat yang sama TFP Korea Selatan naik dari 3,4% menjadi
5%. Pada periode 1982-1988 TFP Indonesia hanya seperempat TFP Korsel.
14. 1. BASIS EKSPOR DAN PASAR YANG SEMPIT
• Tergantung 4 produk: kayu lapis, pakaian jadi,
tekstil, dan alas kaki dengan pangsa 50%. Sepuluh
(10) produk menguasai 80% total ekspor.
• Pasar terbatas kepada negara-negara yang
menerapkan kuota (the Multi-fibre Agreement,
MFA) seperti USA, EC, Kanada, Norway, dan Turkey.
Tiga negara menyerap 50% ekspor manufaktur,
sementara 50% ekspor pakaian jadi dan tekstil
diserap USA.
• Ekspor unggulan padat karya menurun akibat
persaingan Cina dan Asia lainnya. Demand produk
ekspor Indonesia di negara-negara maju inelastis.
• Faktor eksternal berpengaruh signifikan dalam
penurunan daya saing ekspor.
15. 2. KETERGANTUNGAN PADA IMPOR
SANGAT TINGGI
• Karena terlalu besar bergantung pada PMA,
industri-industri berteknologi tinggi seperti
farmasi, kimia, elektronik, barang-barang
konsumsi, alat-alat listrik, dan otomotif, maka
industri manufaktur indonesia tidak
sebenarnya tapi hanya merupakan
penggabungan, pengepakan, dan assembling.
16. 3. Tidak adanya/kurangnya Industri berteknologi
mengengah
• Kontribusi industri-industri berteknologi
menengah seperti industri karet dan
plastik, semen, logam dasar, dan barang-
barang sederhana dari logam terus
menurun.. Kontribusi produk-produk
padat modal seperti material plastik,
pupuk, bubuk kertas dan kertas, besi dan
baja turun. Kecendrungan ini berbeda
dengan negara-negara lain dengan
derajat industrialisasi yang relatif sama.
17. II. Kelemahan-kelemahan organisasi
1. Industri Kecil dan Menengah masih
Underdeveloped
2. Konsentrasi Pasar. Pangsa output
(concentration ratio/CR4) oleh 4
perusahaan besar mencapai 75%
3. Lemahnya kapasitas untuk menyerap dan
mengembangkan teknologi. Memusatkan
lobi dibanding teknologi/daya saing
untuk membangun relasi dagang.
4. Lemahnya Sumber Daya Manusia