2. Sifat alami dari keberadaan UKM
Data mengenai jumlah UKM yang disajikan di atas menunjukkan
bahwa jumlah UKM bertambah terus setiap tahun, terkecuali tahun
1998, pada saat banyak perusahaan dari semua skala usaha
menghentikan kegiatan produksi mereka karena krisis ekonomi.
Berdasarkan data tersebut, dapat diperkirakan bahwa jumlah UKM
sekarang dan tahun-tahun berikutnya akan terus meningkat.
Dengan kata lain, tidak ada alasan kuat untuk memprediksi bahwa
tahun 2003 dan seterusnya jumlah UKM akan berkurang, tentu dengan
asumsi bahwa krisis ekonomi seperti yang terjadi pada tahun 1998 tidak
terjadi lagi. Itupun jika diperhatikan, dampak krisis tersebut berbeda
terhadap skala usaha yang berbeda, laju pertumbuhan negatif dari
jumlah UK lebih kecil dibandingkan apa yang dialami oleh UM dan
UB. Perbedaan ini di satu sisi memberi suatu kesan bahwa pada
umumnya UK lebih “ tahan banting” dibandingkan dua kelompok
usaha lainnya itu dalam menghadapi suatu gejolak ekonomi, dan di sisi
lain menimbukann suatu pertanyaan , kenapa di dalam UKM itu sendiri
ada perbedaan antara UK dan UM dalam kemampuan menhadapi suatu
krisis ekonomi ?
3. Implikasi dari sifat alami ini berbeda dengan UM dan UB.
UK sebenarnya tidak terlalu tergantung pada fasilitas-
fasilitas dari pemerintah termasuk skim-skim kredit murah.
Banyak study yang menunjukkan bahwa ketergantungan
UK terhadap modal dari sumber-sumber informal jauh lebih
besar daripada terhadap kredit perbankan karena berbagai
alasan. Memang disatu sisi , karena kebanyakan UK di
Indonesia tidak menggunakan L professional dan tidak
memakai mesin dan alat-alat produksi modern, daya saing
UK Indonesia lebih rendah dibandingkan daya saing dari
UK di Negara-negara seperti Taiwan, singapura, jepang, dan
korea selatan.akan tetapi, di sisi lain UK di Indonesia tetap
survive dan bahkan jumlahnya bertambah terus setiap tahun.
4. Dari sisi permintaan, salah satu dampak negatif dari krisis ekonomi
tahun 1998 yang sangat nyata adalah merosotnya tingkat pendapatan
riil masyarakat per kapita.penurunan pendapatan ini juga berarti
penurunan permintaan agregat, baik terhadap produk-produk buatan
dalam negeri maupun M yang selanjutnya berdampak negatif
terhadap pertumbuhan kegiatan-kegiatan ekonomi didalam negeri.
Seperti telah dijelaskan diatas, UK di Indonesia di dominasi oleh
usaha-usaha tradisional yang membuat produk-produk sederhana
atau inferior, yakni produk-produk yang elastisitas pendapatan dari
permintaannya negatif atau positif, tetapi lebih kecil daripada satu.
Artinya, jika pendapatan meningkat, permintaan terhadap produk-
produk UK menurun atau meningkat namun dalam satu persentase
yang lebih kecil dari pada persentase perubahan pendapatn
tersebut.jadi, selama krisi ekonomi, kemungkinan besar telah terjadi
suatu transformasi permintaan dari barang-barang ferior yang dibuat
oleh UM atau UB atau M ke barang-barang inferior buatan UK.
5. Artinya, jika pendapatan meningkat, permintaan terhadap
produk-produk UK menurun atau meningkat namun dalam
satu persentase yang lebih kecil dari pada persentase
perubahan pendapatn tersebut.jadi, selama krisi ekonomi,
kemungkinan besar telah terjadi suatu transformasi permintaan
dari barang-barang ferior yang dibuat oleh UM atau UB atau
M ke barang-barang inferior buatan UK.
6. Berdasarkan pembahasan diatas, dapat dipahami kenapa UK di
Indonesia hingga saat ini tetap ada, bahkan jumlahnya terus
bertambah walaupun mendapat persaingan ketat dari UM, UB
dan dari produk-produk M , serta iklim berusaha yang selama
ini terlalu kondusif akibat kebijakan-kebijakan pemerintah
yang dalam prakteknya tidak terlalu”pro” UK.sesuai sifat
alaminya seperti yang dibahas diatas, keberadaan UK di
Indonesia erat kaitannya dengan kemiskinan, baik dari sisi
pasar L maupun sisi pasar output.
7. • Kemampuan UKM
Dalam era perdagangan bebas dan globalisasi perekonomiian dunia,
kemajuan T, penguasaan ilmu pengetahuan, dan kualitas SDM yang tinggi
merupakan tiga faktor keunggulan kompetitif yang akan menjadi dominan
dalam menentukan bagus tidaknya prospek dari suatu usaha. Dengan kata
lain, walaupun UKM Indonesia punya banyak keunggulan komperatif
dibandingkan UB seperti potensi pasar domestik yang besar , padat karya,
dan ketergantungan pada M yang rendah, namun akan sulit bertahan atau
berkembang jika pengusaha kecil dan menengah Indonesia tidak memiliki
ketiga keunggulan kompetitif tersebut . bahkan, UKM Indonesia akan
terancam tergusur dari segmen pasarnya sendiri oleh produk-produk M
dengan harga yang lebih murah dan kualitas nya serta disain yang lebih
baik, seperti yang terjadi sekarang dengan membanjirnya barang-barang
dari cina sampai ke pasar-pasar tradisional. Sayangnya ketiga faktor
keunggulan kompetitif tersebut masih merupakan kelemahan utama dari
sebagian besae UKM di Indonesia.