Teori perkembangan kognitif Piaget dan teori belajar bermakna Ausubel sama-sama menekankan pentingnya memahami struktur kognitif siswa dan mengasosiasikan pengalaman baru dengan pengetahuan yang sudah ada. Kedua teori ini juga menyarankan aktivitas belajar langsung untuk siswa tingkat dasar agar pembelajaran menjadi bermakna.
Perbandingan antara Piagetianisme dan Ausubelianisme
1.
2. Teori Belajar “Cognitive Development” dari Piaget
Teori perkembangan kognitif dikembangkan oleh
Jean Piaget seorang psikologi yang lahir di
Neuchatel Swiss (1896-1980). Ia anak tertua dari
Athur Piaget, seorang professor sejarah abad
pertengahan. Ayahnya sering mengajak Piaget kecil
berjalan-jalan menyusuri hutan di pegunungan
Alpen mengamati alam dan mendiskusikan benda
atau makhluk yang mereka temui. Latihan inilah
kemudian yang menjadi dasar ilmiah proses
pengamatannya yang dinilai jeli, cermat dan
mampu dituangkannya dalam bahasa ilmiah yang
mudah dimengerti. Pada usia 11 tahun artikelnya
berhasil dimuat di koran karena ia menulis
pengamatannya terhadap burung pipit albino
dengan bahasa yang memukau para redaksi.
Walaupun ia seorang biologis tetapi penemuannya
digunakan dalam psikologi dan menjadi pelopor
dalam aspek pengembangan kognitif
3. Buku-buku yang dikarang Piaget mayoritas
disusun dari berbagai hasil pengamatan
bahkan juga dilakukan terhadap anakanaknya sendiri. Piaget menjadi tokoh yang
disegani karena pikiran dan idenya yang
orisinil mengenai cara berpikir anak. Ide
Piaget digunakan untuk merancang kurikulum
TK dan SD atau tontonan televisi terkenal
untuk pendidikan anak seperti Sesame
Street, Dora dan Blue Clues. Menurut
Piaget, pengamatan sangat penting dan
menjadi dasar dalam menuntun proses
berpikir anak, berbeda dengan perbuatan
melihat
yang
hanya
melibatkan
mata, pengamatan melibatkan seluruh
indra, menyimpan kesan lebih lama dan
menimbulkan sensasi yang membekas pada
siswa. Oleh karena itu dalam belajar
diupayakan siswa harus mengalamis sendiri
dan terlibat langsung secara realistik dengan
obyek yang dipelajarinya.
4. Dalam pandangan Piaget, belajar yang sebenarnya bukanlah sesuatu
yang diturunkan oleh guru, melainkan sesuatu yang berasal dari dalam
diri anak sendiri. Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif
dalam menyusun pengetahuannya mengenai realita. Pengetahuan
bukanlah kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari,
akan tetapi merupakan konstruksi kognitif seseorang terhadap objek,
pengalaman, maupun lingkungannya. Pengetahuan bukanlah sesuatu
yang sudah ada tersedia dan orang tinggal mengambilnya, akan tetapi
merupakan bentukan (konstruksi) terus menerus seseorang yang
acapkali mengadakan reorganisasi lantaran munculnya pemahamanpemahaman baru. Kerena itulah, teori Piaget terkadang disebut teori
konstruktivis, atau yang lebih umum konstruktivisme. Piaget yakin
bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting
bagi terjadinya perubahan perkembangan. Sementara itu bahwa
interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya beragumentasi dan
berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang akhirnya memuat
pemikiran itu menjadi lebih logis.
6. Sensorimotor (Lahir- 2th)
• Anak belum/ tidak mempunyai
konsepsi tentang obyek yang
tetap. Ia hanya dapat
mengetahui hal-hal yang
ditangkap dengan indranya.
Anak-anak berfokus pada apa
yang mereka lakukan dan lihat
pada saat itu.
• Kecerdasan telah mempunyai
struktur yang didasarkan pada
aksi dan pada gerakan-gerakan
serta pengamatan tanpa bahasa
(latihan gerak).
7. Pra-operasional (2- 7 th)
• Anak dapat memikirkan objek
dan peristiwa yang berada di
luar jangkauan pandangan
langsung mereka, namun
belum mampu melakukan
penalaran logis seperti orang
dewasa.
• Anak bisa melakukan sesuatu
sebagai hasil meniru atau
mengamati sesuatu model
tingkah laku dan mampu
melakukan simbolisasi.
8. Operasional konkret 7-11 th
• Penalaran anak mulai
menyerupai penalaran orang
dewasa, namun masih terbatas
pada realitas konkret.
• Anak telah mampu melihat atau
memahami kelas-kelas yang
logis dan hubungan-hubungan
yang logis diantara bendabenda, termasuk nomor-nomor.
Mampu mengatur benda-benda
yang sama ukurannya atau
beratnya.
9. Operasional Formal
11 th- dewasa
• Anak-anak dan remaja
dapat memikirkan dan
membayangkan konsepkonsep yang tidak
berhubungan dengan
realitas konkret.
• Mereka juga mengenali
kesimpulan yang
logis, sekalipun
kesimpulan tersebut
berbeda dari kenyataan
di dunia sehari-hari
10. Proses belajar terdiri dari 3 tahapan
• Asimilasi adalah proses penyatuan atau pengintegrasian
informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam
benak siswa.
“bagi seseorang yang sudah mengetahui prinsip
penjumlahan, jika gurunya memperkenalkan prinsip
perkalian, maka proses pengintegrasian antara prinsip
penjumlahan (yang sudah ada di benak siswa) dengan prinsip
perkalian (sebagai informasi baru)”
• Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif pada situasi
baru.
“jika seseorang diberi sebuah soal perkalian, maka situasi ini
disebut akomodasi”
• Ekuilibrum, disekuilibrum dan ekuilibrasi.
12. Implikasi Teori Piaget untuk Pendidikan
• Sebagai dasar pertimbangan guru di dalam menyusun
struktur dan urutan mata pelajaran di dalam kurikulum.
Yang penting guru harus mengerti alam pikiran anak dan
tradisinya dari tingkat-tingkat perkembangan intelektual
tersebut.
• Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang
dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan
menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir
anak. Guru juga meneliti bahasa siswa dengan seksama
untuk memahami kualitas berpikir anak di dalam kelas.
• Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru
tetapi tidak asing.
13. • Situasi belajar yang ideal ialah keserasian antara bahan
pengajaran yang kompleks dengan tingkat perkembangan
konseptual anak. Jadi guru harus dapat menguasai
perkembangna kognitif anak, dan menentukan jenis
kemampuan yang dibutuhkan oleh anak untuk memahami
bahan pelajaran itu.
• Tipe kelas yang dikehendaki oleh Piaget menekankan pada
transmisi pengetahuan melalui metode ceramah-diskusi dan
mendorong guru untuk bertindak sebagai katalisator dan
siswa belajar sendiri. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya
diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan
teman-temanya.
• Guru harus dengan tepat menyesuaikan bahan pengajaran
yang kompleks dengan tahap perkembangan anak. Ini berarti
pula bahwa guru sering harus menunggu tahap
perkembangan anak yang tepat untuk menyampaikan bahan
tertentu kepadanya.
14. Teori Belajar Bermakna David Ausubel
David Ausubel adalah
seorang ahli psikologi
pendidikan. inilah yang
membedakan Ausubel dari
teoriawan-teoriawan
lainnya yang hanya berlatarbelakang psikologi, tetapi
teori-teori mereka
diterjemahkan dari dunia
psikologi ke dalam
penerapan pendidikan.
15. Praktek Ausubel: Ekspository Teching
Kebanyakan ahli psikologi kognitif memilih bentuk discovery
learning, dan para behaviorist memilih guided learning atau expository
teaching. Namun sementara itu Ausubel seorang psikologi kognitif
memilih ekspository teaching. Ia mengemukakan, jika ekspository
teching itu dapat diorganisir dan disajikan secara baik dapat
menghasilkan pengertian dan resensi yang baik pula, sama halnya
dengan discovery learning. Singkatnya, baik metode discovery maupun
reception/expository,
keduanya
dapat
diusahakan
menjadi
bermakna, atau menjadi hafalan (rote learning). Yang perlu
diperhatikan guru adalah strategi belajarnya. Sebagai contoh belajar
berhitung bisa menjadi rote learning bila murid hanya disuruh
menghafal formula-formula itu. Sebaliknya bisa bermakna bila murid
diajar sehingga tahu arti dan fungsi dari formula-formula tersebut.
Dalam hal ini bukan berarti Ausubel menolak discovery learning. Dia
berpendapat bahwa discovery lebih cocok bila diterapkan pada murid
dalam tingkat perkembangan kognitif kongkrit. Tetapi bila murid telah
mencapai tingkat formal dapat dipakai metode reception.
16. David Ausubel berpendapat bahwa pembelajaran terjadi
dalam diri manusia melalui proses bermakna yang
mempertalikan peristiwa atau hal baru dengan konsep
kognitif atau dalil-dalil yang sudah ada. Makna bukanlah
sebuah respons eksplisit, tetapi sebuah “pengalaman sadar
yang dinyatakan secara jelas dan dibedakan secara tepat, yang
muncul ketika isyarat-isyarat bermakna, simbol, konsep, atau
gagasan memiliki kemungkinan untuk dikaitkan dengan dan
dimasukkan ke dalam struktur kognitif tertentu seseorang
pada basis yang stabil dan substantif”. Siswa akan belajar
dengan baik jika isi pelajarannya didefinisikan dan kemudian
dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa
(advanced organizer), dengan demikian akan mempengaruhi
pengaturan kemampuan belajar siswa.
17. •
•
belajar dapat diklasifikasikan berdasarkan cara menyajikan materi, yaitu: (1)
Penerimaan dan (2) Penemuan. Sedangkan berdasarkan cara siswa menerima
pelajaran yaitu:
Belajar Bermakna
Proses menghubungkan dan menggabungkan materi baru pada hal-hal mapan
yang ada dalam struktur kognitif. Ketika materi baru memasuki bidang kognitif,
ia berinteraksi dengan, dan digabungkan secara semestinya ke dalam sebuah
sistem konseptual yang lebih luas. Fakta bahwa materi itu benar-benar bisa
digabungkan, yaitu memungkinkan untuk dikaitkan dengan elemen stabil
dalam struktur kognitif, menyebabkan kebermaknaannya.
Belajar Hafalan
Proses penguasaan materi yang dalam hal ini diperlukan sebagai satuansatuan terpisah yang dikaitkan pada struktur kognitif hanya dalam cara acak
dan harfiah, yang tidak memungkinkan pembentukan hubungan (bermakna).
Bila tidak dilakukan usaha untuk mengasimilasikan pengetahuan baru pada
konsep-konsep yang sudah ada dalam struktur kognitif, akan terjadi belajar
hafalan. Pada kenyataannya, banyak guru dan bahan-bahan pelajaran jarang
sekali menolong para siswa untuk menentukan dan menggunakan konsepkonsep relevan dalam struktur kognitif mereka untuk mengasimilasikan
pengetahuan baru, dan akibatnya pada para siswa hanya terjadi hafalan.
18. Penerapan Pembelajaran Bermakna
• Guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif peserta didik melalui
proses belajar yang bermakna. Aktivitas belajar peserta didik, terutama
mereka yang berada di tingkat pendidikan dasar akan bermanfaat kalau
mereka banyak dilibatkan dalam kegiatan langsung. Namun untuk peserta
didik pada tingkat pendidikan lebih tinggi, maka kegiatan langsung akan
menyita banyak waktu. Untuk mereka, menurut Ausubel, lebih efektif
kalau
guru
menggunakan
penjelasan,
peta
konsep, demonstrasi, diagram, dan ilustrasi. Inti dari teori belajar
bermakna Ausubel adalah proses belajar akan mendatangkan hasil atau
bermakna kalau guru dalam menyajikan materi pelajaran yang baru dapat
menghubungkannya dengan konsep yang relevan yang sudah ada dalam
struktur kognisi peserta didik.
• Pada belajar bermakna peserta didik dapat mengasimilasi pada belajar
bermakna secara penerimaan, materi pelajaran disajikan dalam bentuk
final, sedangkan pada belajar bermakna secara penemuan, peserta didik
diharapkan dapat menemukan sendiri informasi konsep atau dari materi
pelajaran yang disampaikan. Belajar bermakna dapat terjadi jika peserta
didik mampu mengkaitkan materi pelajaran baru dengan struktur kognitif
19. Setiap situasi pembelajaran bisa bermakna jika:
• Pembelajar memiliki perangkat pembelajaran bermakna, yaitu
sebuah kecenderungan untuk mengaitkan kegiatan pembelajaran
baru dengan apa yang sudah mereka ketahui.
• Kegiatan pembelajaran itu sendiri punya kemungkinan bermakna
bagi pembelajar, yaitu bisa dihubungkan dengan struktur
pengetahuan pembelajar. Cara kedua untuk membangun
kebermaknaan disebut pembentukan kebermaknaan, merupakan
faktor sangat potensial dalam pembelajaran manusia. Kita bisa
menjadikan berbagai hal bermakna jika perlu dan jika kita sangat
tergerak untuk melakukannya. Para siswa yang tekun belajar untuk
menghadapi ujian sering menemukan perangkat mnemonik (alat
bantu mengingat) untuk menghafal daftar item, pengingatan
bermakna dengan perangkat itu berhasil memunculkan kembali
seluruh daftar item.
20. Analisis dan Perbandingan
A. Persamaan
• Sama-sama mengedepankan proses berpikir, belajar itu adalah
sesuatu yang berhubungan dengan akal pikiran atau
ditekankan pada “otak” seseorang
• Aktivitas belajar siswa, terutama mereka yang berada di
tingkat pendidikan dasar akan bermanfaat kalau mereka
banyak dilibatkan dalam kegiatan langsung
• Memahami struktur kognitif siswa
• Menekankan pentingnya pelajar mengasosiasikan pengalaman,
fenomena, dan fakta-fakta baru kedalam sistem pengertian
yang telah dipunyai
• Menekankan pentingnya asimilasi pengalaman baru kedalam
konsep atau pengertian yang sudah dipunyai siswa
• Dalam proses belajar itu siswa aktif.
21. B. Perbedaan
• Kategori belajar, menurut Piaget kegiatan belajar terjadi sesuai pola
tahap-tahap perkembangan tertentu dan umur seseorang, serta
melalui proses asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi. Sementara itu,
Ausubel mengatakan bahwa proses belajar terjadi jika seseorang
mampu mengasimilasikan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan
pengetahuan baru. Proses belajar akan terjadi melalui tahap-tahap
memperhatikan stimulus, memahami makna stimulus, menyimpan
dan menggunakan informasi yang sudah dipahami.
• Cara siswa memperoleh pelajaran, Piaget yaitu eksplorasi, pengenalan
konsep dan aplikasi konsep. Sedangkan Ausubel belajar penerimaan
diantaranya belajar bermakna dan belajar menghafal.
• Aktivitas belajar siswa, menurut Piaget terutama mereka yang berada
di tingkat pendidikan dasar- akan bermanfaat kalau mereka banyak
dilibatkan dalam kegiatan langsung. Namun menurut Ausubel untuk
siswa pada tingkat pendidikan lebih tinggi, maka kegiatan langsung
akan menyita banyak waktu. Untuk mereka lebih efektif kalau guru
menggunakan penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram, dan
ilustrasi.
22.
23. Kognitif
• Kelebihannya menjadikan siswa lebih
kreatif dan mandiri; membantu siswa
memahami bahan belajar secara lebih mudah.
• Kekurangannya teori tidak menyeluruh
untuk semua tingkat pendidikan; sulit di
praktikkan khususnya di tingkat lanjut;
beberapa prinsip seperti intelegensi sulit
dipahami dan pemahamannya masih belum
tuntas.