SlideShare a Scribd company logo
1 of 3
A. Pembelajaran Tematik Integratif
Kurikulum SD/MI menggunakan pendekatan pembelajaran tematik inegratif dari
kelas I sampai kelas VI. Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan
pembelajaran yang menginegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran
ke dalam berbagai tema.
Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam dua hal, yaitu inegrasi sikap,
keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran dan itegrasi berbagai konsep
dasar yang berkaitan. Tema merajut makna berbagai konsep dasar sehingga peserta didik
tidak belajar konsep dasar secara parsial. Dengan demikian pembelajaran memberikan
makna yang utuh kepada peserta didik seperti tercermin pada berbagai tema yang
tersedia.
Dalam pembelajaran tematik inegratif, tema yang dipilih berkenaan dengan alam
dan kehidupan manusia. Untuk kelas I, II,III, keduanya merupakan pemberi makna yang
substansial terhadap mata pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, Seni Budaya
dan Prakarya, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Di sinilah kompetensi
Dasar dari IPA dan IPS yang diorganisasikan ke mata pelajaran lainnya.
Dari susut pandang psikologis, peserta didik belum mampu berfikir abstrak untuk
memahami konten mata pelajaran yang terpisah kecuali kelas IV,V,VI sudah mampu
berfikir abstrak. Pandangan psikologis perkembangan dan Gestalt member dasar yang
kuat untuk integrasi Kompetensi Dasar yang diorganisasikan dalam pembelajaran
tematik. Dari sudut pandang transdisciplinrity maka pengotakan konten kurikulum secara
terpisah ketat tidak memberikan keuntungan bagi kemampuan berfikir selanjutnya.
B. Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran

Pendekatan saintifij (scientific) disebut juga sebagai pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran
dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah. Karena itu Kurikulum 2013 mengamanatkan
esensi pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas
perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam
pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan
pelararan induktif (inductive reasoning) ketimbang penalaran deduktif (deductive reasoning).
Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik.
Sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian
menarik simpulan secara keseluruhan. Sejatinya, penalaran induktif menempatkan bukti-bukti
spesifik ke dalam relasi idea yang lebih luas. Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena
unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum.
Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau
gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan
sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis
pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip
penalaran yang spesifik.Karena itu, metode ilmiah umumnya memuat serangkaian aktivitas
pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen, mengolah informasi atau data,
menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis.
Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah itu lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan
pembelajaran tradidional. Hasil penelitian membuktikan bahwa pada pembelajaran tradisional,
retensi informasi dari guru sebesar 10 persensetelah 15 menit dan perolehan pemahaman
kontekstual sebesar 25 persen. Pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi
dari guru sebesar lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual
sebesar 50-70 persen.

Kaidah-kaidah Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran
Penggunaan Pendekatan saintifik dalam pembelajaran harus dipandu dengan kaida-kaidah
pendekatan ilmiah. Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran,
penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses
pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah.
Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini.
Pertama: Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat
dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau
dongeng semata.
Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas
dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang
dari alur berpikir logis.
Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analitis, dan tepat
dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan
substansi atau materi pembelajaran.
Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat
perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan yang lain dari substansi atau materi
pembelajaran.
Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau
materi pembelajaran.
Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapatdipertanggung-jawabkan.
Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik sistem
penyajiannya.
Kedua: Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai nonilmiah yang
meliputi intuisi, akal sehat, prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis.
Intuisi. Intuisi sering dimaknai sebagai kecakapan praktis yang kemunculannya bersifat
irasional dan individual. Intuisi juga bermakna kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki
oleh seseorang atas dasar pengalaman dan kecakapannya. Istilah ini sering juga dipahami
sebagai penilaian terhadap sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara cepat dan
berjalan dengan sendirinya. Kemampuan intuitif itu biasanya didapat secara cepat tanpa
melalui proses panjang dan tanpa disadari. Namun demikian, intuisi sama sekali
menafikan dimensi alur pikir yang sistemik.
Akal sehat. Guru dan peserta didik harus menggunakan akal sehat selama proses
pembelajaran, karena memang hal itu dapat menunjukan ranah sikap, keterampilan, dan
pengetahuan yang benar. Namun demikian, jika guru dan peserta didik hanya sematamata menggunakan akal sehat dapat pula menyesatkanmereka dalam proses dan
pencapaian tujuan pembelajaran.
Prasangka. Sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang diperoleh semata-mata atas dasar
akal sehat (comon sense) umumnya sangat kuat dipandu kepentingan seseorang (guru,
peserta didik, dan sejenisnya) yang menjadi pelakunya. Ketika akal sehat terlalu kuat
didomplengi kepentingan pelakunya, seringkali mereka menjeneralisasi hal-hal khusus
menjadi terlalu luas. Hal inilah yang menyebabkan penggunaan akal sehat berubah
menjadi prasangka atau pemikiran skeptis. Berpikir skeptis atau prasangka itu memang
penting, jika diolah secara baik. Sebaliknya akan berubah menjadi prasangka buruk atau
sikap tidak percaya, jika diwarnai oleh kepentingan subjektif guru dan peserta didik.
Penemuan coba-coba. Tindakan atau aksi coba-coba seringkali melahirkan wujud atau
temuan yang bermakna. Namun demikian, keterampilan dan pengetahuan yang
ditemukan dengan caracoba-coba selalu bersifat tidak terkontrol, tidak memiliki
kepastian, dan tidak bersistematika baku. Tentu saja, tindakan coba-coba itu ada
manfaatnya bahkan mampu mendorong kreatifitas.Karena itu, kalau memang tindakan
coba-coba ini akan dilakukan, harus diserta dengan pencatatan atas setiap tindakan,
sampai dengan menemukan kepastian jawaban. Misalnya, seorang peserta didik
mencoba meraba-raba tombol-tombol sebuah komputer laptop, tiba-tiba dia kaget
komputer laptop itu menyala. Peserta didik pun melihat lambang tombol yang
menyebabkan komputer laptop itu menyala dan mengulangi lagi tindakannya, hingga dia
sampai pada kepastian jawaban atas tombol dengan lambang seperti apa yang bisa
memastikan bahwa komputer laptop itu bisa menyala.
Asal Berpikir Kritis. Kamampuan berpikir kritis itu ada pada semua orang, khususnya
mereka yang normal hingga jenius. Secara akademik diyakini bahwa pemikiran kritis itu
umumnya dimiliki oleh orang yang bependidikan tinggi. Orang seperti ini biasanya
pemikirannya dipercaya benar oleh banyak orang. Tentu saja hasil pemikirannya itu tidak
semuanya benar, karena bukan berdasarkan hasil esperimen yang valid dan reliabel,
karena pendapatnya itu hanya didasari atas pikiran yang logis semata.

More Related Content

What's hot

94189348 bab-ii-skripsi-shirli-2012-hubungan-antara-apersepsi-dengan-hasil-be...
94189348 bab-ii-skripsi-shirli-2012-hubungan-antara-apersepsi-dengan-hasil-be...94189348 bab-ii-skripsi-shirli-2012-hubungan-antara-apersepsi-dengan-hasil-be...
94189348 bab-ii-skripsi-shirli-2012-hubungan-antara-apersepsi-dengan-hasil-be...Ahmad Adnan
 
Teori belajar kognitif dan penerapannya dalam belajar
Teori belajar kognitif dan penerapannya dalam belajarTeori belajar kognitif dan penerapannya dalam belajar
Teori belajar kognitif dan penerapannya dalam belajararuna227
 
Teori pembelajaran
Teori pembelajaranTeori pembelajaran
Teori pembelajaranYanbin Lim
 
Pembelajaran kognitif
Pembelajaran kognitifPembelajaran kognitif
Pembelajaran kognitifzikriamri86
 
Teori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitifTeori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitifArif Wicaksono
 
Scientific approach
Scientific approachScientific approach
Scientific approachsaprooll7
 
Proses Belajar
Proses BelajarProses Belajar
Proses Belajarmrwhy
 
Teori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitifTeori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitifsalamoon
 
Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan)
Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan) Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan)
Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan) nftama77
 
Teori belajar menurut piaget, bruner, dan gelstat
Teori belajar menurut piaget, bruner, dan gelstatTeori belajar menurut piaget, bruner, dan gelstat
Teori belajar menurut piaget, bruner, dan gelstatYuli Sinaga
 
Logic and psychology
Logic and psychologyLogic and psychology
Logic and psychologyFauzan Wildan
 
Teori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitifTeori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitifCikgu Zatiah
 

What's hot (20)

Teori kognitif
Teori kognitif Teori kognitif
Teori kognitif
 
94189348 bab-ii-skripsi-shirli-2012-hubungan-antara-apersepsi-dengan-hasil-be...
94189348 bab-ii-skripsi-shirli-2012-hubungan-antara-apersepsi-dengan-hasil-be...94189348 bab-ii-skripsi-shirli-2012-hubungan-antara-apersepsi-dengan-hasil-be...
94189348 bab-ii-skripsi-shirli-2012-hubungan-antara-apersepsi-dengan-hasil-be...
 
Teori belajar kognitif dan penerapannya dalam belajar
Teori belajar kognitif dan penerapannya dalam belajarTeori belajar kognitif dan penerapannya dalam belajar
Teori belajar kognitif dan penerapannya dalam belajar
 
Teori pembelajaran
Teori pembelajaranTeori pembelajaran
Teori pembelajaran
 
36039471 perbezaan-teori
36039471 perbezaan-teori36039471 perbezaan-teori
36039471 perbezaan-teori
 
Pembelajaran kognitif
Pembelajaran kognitifPembelajaran kognitif
Pembelajaran kognitif
 
Teori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitifTeori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitif
 
Teori Belajar Bruner
Teori Belajar BrunerTeori Belajar Bruner
Teori Belajar Bruner
 
Teori kognitif
Teori kognitifTeori kognitif
Teori kognitif
 
Scientific approach
Scientific approachScientific approach
Scientific approach
 
Behavouris (1)
Behavouris (1)Behavouris (1)
Behavouris (1)
 
Proses Belajar
Proses BelajarProses Belajar
Proses Belajar
 
Teori belajar
Teori belajarTeori belajar
Teori belajar
 
Proses Belajar Anak PPT
Proses Belajar Anak PPTProses Belajar Anak PPT
Proses Belajar Anak PPT
 
Teori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitifTeori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitif
 
Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan)
Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan) Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan)
Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan)
 
Teori belajar menurut piaget, bruner, dan gelstat
Teori belajar menurut piaget, bruner, dan gelstatTeori belajar menurut piaget, bruner, dan gelstat
Teori belajar menurut piaget, bruner, dan gelstat
 
Teori Belajar Sibernetik
Teori Belajar Sibernetik Teori Belajar Sibernetik
Teori Belajar Sibernetik
 
Logic and psychology
Logic and psychologyLogic and psychology
Logic and psychology
 
Teori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitifTeori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitif
 

Viewers also liked

Prototyping With WordPress: No Coding Required
Prototyping With WordPress: No Coding RequiredPrototyping With WordPress: No Coding Required
Prototyping With WordPress: No Coding Requiredfreshlybakedpixels
 
Malvin the boss
Malvin the bossMalvin the boss
Malvin the bossbaseballcc
 
Kristy gardner-online-food-blogger-summit-presentation
Kristy gardner-online-food-blogger-summit-presentationKristy gardner-online-food-blogger-summit-presentation
Kristy gardner-online-food-blogger-summit-presentationKristy Gardner
 
3152933 benjamin-klein-iti-cunosti-tu-ingerul-tau-
3152933 benjamin-klein-iti-cunosti-tu-ingerul-tau-3152933 benjamin-klein-iti-cunosti-tu-ingerul-tau-
3152933 benjamin-klein-iti-cunosti-tu-ingerul-tau-Cristian Demetrescu
 
International Corporate Personality
International Corporate PersonalityInternational Corporate Personality
International Corporate PersonalitySerra Samz
 
CDRS Fundraiser Concert (Project Manager - Farhan, Syed)
CDRS Fundraiser Concert (Project Manager - Farhan, Syed)CDRS Fundraiser Concert (Project Manager - Farhan, Syed)
CDRS Fundraiser Concert (Project Manager - Farhan, Syed)sfarhan213
 
Miten sosiaalinen media muuttaa journalismia - esitys Palmenian sosiaalisen m...
Miten sosiaalinen media muuttaa journalismia - esitys Palmenian sosiaalisen m...Miten sosiaalinen media muuttaa journalismia - esitys Palmenian sosiaalisen m...
Miten sosiaalinen media muuttaa journalismia - esitys Palmenian sosiaalisen m...Heikki Valkama
 
HCS 483 Final Project
HCS 483 Final ProjectHCS 483 Final Project
HCS 483 Final Projectikearne
 
Wide Sargasso Sea - Settings
Wide Sargasso Sea - SettingsWide Sargasso Sea - Settings
Wide Sargasso Sea - Settingscs13061971
 

Viewers also liked (12)

Prototyping With WordPress: No Coding Required
Prototyping With WordPress: No Coding RequiredPrototyping With WordPress: No Coding Required
Prototyping With WordPress: No Coding Required
 
Malvin the boss
Malvin the bossMalvin the boss
Malvin the boss
 
Kristy gardner-online-food-blogger-summit-presentation
Kristy gardner-online-food-blogger-summit-presentationKristy gardner-online-food-blogger-summit-presentation
Kristy gardner-online-food-blogger-summit-presentation
 
3152933 benjamin-klein-iti-cunosti-tu-ingerul-tau-
3152933 benjamin-klein-iti-cunosti-tu-ingerul-tau-3152933 benjamin-klein-iti-cunosti-tu-ingerul-tau-
3152933 benjamin-klein-iti-cunosti-tu-ingerul-tau-
 
International Corporate Personality
International Corporate PersonalityInternational Corporate Personality
International Corporate Personality
 
CDRS Fundraiser Concert (Project Manager - Farhan, Syed)
CDRS Fundraiser Concert (Project Manager - Farhan, Syed)CDRS Fundraiser Concert (Project Manager - Farhan, Syed)
CDRS Fundraiser Concert (Project Manager - Farhan, Syed)
 
2013 world series ppt
2013 world series ppt2013 world series ppt
2013 world series ppt
 
Miten sosiaalinen media muuttaa journalismia - esitys Palmenian sosiaalisen m...
Miten sosiaalinen media muuttaa journalismia - esitys Palmenian sosiaalisen m...Miten sosiaalinen media muuttaa journalismia - esitys Palmenian sosiaalisen m...
Miten sosiaalinen media muuttaa journalismia - esitys Palmenian sosiaalisen m...
 
Practica blog
Practica blogPractica blog
Practica blog
 
CV QA Sarath
CV QA SarathCV QA Sarath
CV QA Sarath
 
HCS 483 Final Project
HCS 483 Final ProjectHCS 483 Final Project
HCS 483 Final Project
 
Wide Sargasso Sea - Settings
Wide Sargasso Sea - SettingsWide Sargasso Sea - Settings
Wide Sargasso Sea - Settings
 

Similar to PEMBELAJARAN TEMATIK

konsep pendekatan scientific
konsep pendekatan scientifickonsep pendekatan scientific
konsep pendekatan scientificDesy Aryanti
 
LK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docx
LK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docxLK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docx
LK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docxWAKURSMKUMMA
 
Intan mustika nsp s081708006 tugas 1 essai inkuiri
Intan mustika nsp s081708006 tugas 1 essai inkuiriIntan mustika nsp s081708006 tugas 1 essai inkuiri
Intan mustika nsp s081708006 tugas 1 essai inkuiriIntan Nsp
 
teori pembelajaran fisika
teori pembelajaran fisikateori pembelajaran fisika
teori pembelajaran fisikaSulyatiSulyati
 
Strategi pembelajaran inquiry
Strategi pembelajaran inquiryStrategi pembelajaran inquiry
Strategi pembelajaran inquiryZahrotun Nisa'
 
Soal ujian Landasan
Soal ujian LandasanSoal ujian Landasan
Soal ujian Landasanwindarti aja
 
Falsafah sains negara
Falsafah sains negaraFalsafah sains negara
Falsafah sains negaraShah Ali
 
Makalah pembelajaran inkuiri
Makalah pembelajaran inkuiriMakalah pembelajaran inkuiri
Makalah pembelajaran inkuirierwin moh riyanda
 
Pendekatan scientific
Pendekatan scientificPendekatan scientific
Pendekatan scientificDia Cahyawati
 
PENDEKATAN SAINTIFIK
PENDEKATAN SAINTIFIKPENDEKATAN SAINTIFIK
PENDEKATAN SAINTIFIKTopanSeptiady
 
PKP 1.pptx
PKP 1.pptxPKP 1.pptx
PKP 1.pptxyuzi9
 
4 Teori Belajar (Behavioristik, Kognitif,.pptx
4 Teori Belajar (Behavioristik, Kognitif,.pptx4 Teori Belajar (Behavioristik, Kognitif,.pptx
4 Teori Belajar (Behavioristik, Kognitif,.pptxRogsBuck
 
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik
Pembelajaran dengan pendekatan saintifikPembelajaran dengan pendekatan saintifik
Pembelajaran dengan pendekatan saintifikalmansyahnis .
 

Similar to PEMBELAJARAN TEMATIK (20)

konsep pendekatan scientific
konsep pendekatan scientifickonsep pendekatan scientific
konsep pendekatan scientific
 
LK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docx
LK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docxLK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docx
LK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docx
 
Intan mustika nsp s081708006 tugas 1 essai inkuiri
Intan mustika nsp s081708006 tugas 1 essai inkuiriIntan mustika nsp s081708006 tugas 1 essai inkuiri
Intan mustika nsp s081708006 tugas 1 essai inkuiri
 
teori pembelajaran fisika
teori pembelajaran fisikateori pembelajaran fisika
teori pembelajaran fisika
 
Modul (kb 4) saintifik
Modul (kb 4) saintifikModul (kb 4) saintifik
Modul (kb 4) saintifik
 
Konsep pendidikan
Konsep pendidikanKonsep pendidikan
Konsep pendidikan
 
test upload
test uploadtest upload
test upload
 
Strategi pembelajaran inquiry
Strategi pembelajaran inquiryStrategi pembelajaran inquiry
Strategi pembelajaran inquiry
 
Soal ujian Landasan
Soal ujian LandasanSoal ujian Landasan
Soal ujian Landasan
 
4 modelnl
4 modelnl4 modelnl
4 modelnl
 
Falsafah sains negara
Falsafah sains negaraFalsafah sains negara
Falsafah sains negara
 
10 pendekatan-saintifik
10 pendekatan-saintifik10 pendekatan-saintifik
10 pendekatan-saintifik
 
Esei
EseiEsei
Esei
 
Makalah pembelajaran inkuiri
Makalah pembelajaran inkuiriMakalah pembelajaran inkuiri
Makalah pembelajaran inkuiri
 
Pendekatan scientific
Pendekatan scientificPendekatan scientific
Pendekatan scientific
 
PENDEKATAN SAINTIFIK
PENDEKATAN SAINTIFIKPENDEKATAN SAINTIFIK
PENDEKATAN SAINTIFIK
 
PKP 1.pptx
PKP 1.pptxPKP 1.pptx
PKP 1.pptx
 
4 Teori Belajar (Behavioristik, Kognitif,.pptx
4 Teori Belajar (Behavioristik, Kognitif,.pptx4 Teori Belajar (Behavioristik, Kognitif,.pptx
4 Teori Belajar (Behavioristik, Kognitif,.pptx
 
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik
Pembelajaran dengan pendekatan saintifikPembelajaran dengan pendekatan saintifik
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik
 
PENDEKATAN SCIENTIFIC
PENDEKATAN SCIENTIFICPENDEKATAN SCIENTIFIC
PENDEKATAN SCIENTIFIC
 

PEMBELAJARAN TEMATIK

  • 1. A. Pembelajaran Tematik Integratif Kurikulum SD/MI menggunakan pendekatan pembelajaran tematik inegratif dari kelas I sampai kelas VI. Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang menginegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam dua hal, yaitu inegrasi sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran dan itegrasi berbagai konsep dasar yang berkaitan. Tema merajut makna berbagai konsep dasar sehingga peserta didik tidak belajar konsep dasar secara parsial. Dengan demikian pembelajaran memberikan makna yang utuh kepada peserta didik seperti tercermin pada berbagai tema yang tersedia. Dalam pembelajaran tematik inegratif, tema yang dipilih berkenaan dengan alam dan kehidupan manusia. Untuk kelas I, II,III, keduanya merupakan pemberi makna yang substansial terhadap mata pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, Seni Budaya dan Prakarya, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Di sinilah kompetensi Dasar dari IPA dan IPS yang diorganisasikan ke mata pelajaran lainnya. Dari susut pandang psikologis, peserta didik belum mampu berfikir abstrak untuk memahami konten mata pelajaran yang terpisah kecuali kelas IV,V,VI sudah mampu berfikir abstrak. Pandangan psikologis perkembangan dan Gestalt member dasar yang kuat untuk integrasi Kompetensi Dasar yang diorganisasikan dalam pembelajaran tematik. Dari sudut pandang transdisciplinrity maka pengotakan konten kurikulum secara terpisah ketat tidak memberikan keuntungan bagi kemampuan berfikir selanjutnya. B. Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Pendekatan saintifij (scientific) disebut juga sebagai pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah. Karena itu Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan pelararan induktif (inductive reasoning) ketimbang penalaran deduktif (deductive reasoning). Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik. Sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan. Sejatinya, penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi idea yang lebih luas. Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum. Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan
  • 2. sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik.Karena itu, metode ilmiah umumnya memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis. Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah itu lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan pembelajaran tradidional. Hasil penelitian membuktikan bahwa pada pembelajaran tradisional, retensi informasi dari guru sebesar 10 persensetelah 15 menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25 persen. Pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi dari guru sebesar lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 50-70 persen. Kaidah-kaidah Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Penggunaan Pendekatan saintifik dalam pembelajaran harus dipandu dengan kaida-kaidah pendekatan ilmiah. Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini. Pertama: Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan yang lain dari substansi atau materi pembelajaran. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapatdipertanggung-jawabkan. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik sistem penyajiannya. Kedua: Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai nonilmiah yang meliputi intuisi, akal sehat, prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis. Intuisi. Intuisi sering dimaknai sebagai kecakapan praktis yang kemunculannya bersifat irasional dan individual. Intuisi juga bermakna kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki
  • 3. oleh seseorang atas dasar pengalaman dan kecakapannya. Istilah ini sering juga dipahami sebagai penilaian terhadap sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara cepat dan berjalan dengan sendirinya. Kemampuan intuitif itu biasanya didapat secara cepat tanpa melalui proses panjang dan tanpa disadari. Namun demikian, intuisi sama sekali menafikan dimensi alur pikir yang sistemik. Akal sehat. Guru dan peserta didik harus menggunakan akal sehat selama proses pembelajaran, karena memang hal itu dapat menunjukan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang benar. Namun demikian, jika guru dan peserta didik hanya sematamata menggunakan akal sehat dapat pula menyesatkanmereka dalam proses dan pencapaian tujuan pembelajaran. Prasangka. Sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang diperoleh semata-mata atas dasar akal sehat (comon sense) umumnya sangat kuat dipandu kepentingan seseorang (guru, peserta didik, dan sejenisnya) yang menjadi pelakunya. Ketika akal sehat terlalu kuat didomplengi kepentingan pelakunya, seringkali mereka menjeneralisasi hal-hal khusus menjadi terlalu luas. Hal inilah yang menyebabkan penggunaan akal sehat berubah menjadi prasangka atau pemikiran skeptis. Berpikir skeptis atau prasangka itu memang penting, jika diolah secara baik. Sebaliknya akan berubah menjadi prasangka buruk atau sikap tidak percaya, jika diwarnai oleh kepentingan subjektif guru dan peserta didik. Penemuan coba-coba. Tindakan atau aksi coba-coba seringkali melahirkan wujud atau temuan yang bermakna. Namun demikian, keterampilan dan pengetahuan yang ditemukan dengan caracoba-coba selalu bersifat tidak terkontrol, tidak memiliki kepastian, dan tidak bersistematika baku. Tentu saja, tindakan coba-coba itu ada manfaatnya bahkan mampu mendorong kreatifitas.Karena itu, kalau memang tindakan coba-coba ini akan dilakukan, harus diserta dengan pencatatan atas setiap tindakan, sampai dengan menemukan kepastian jawaban. Misalnya, seorang peserta didik mencoba meraba-raba tombol-tombol sebuah komputer laptop, tiba-tiba dia kaget komputer laptop itu menyala. Peserta didik pun melihat lambang tombol yang menyebabkan komputer laptop itu menyala dan mengulangi lagi tindakannya, hingga dia sampai pada kepastian jawaban atas tombol dengan lambang seperti apa yang bisa memastikan bahwa komputer laptop itu bisa menyala. Asal Berpikir Kritis. Kamampuan berpikir kritis itu ada pada semua orang, khususnya mereka yang normal hingga jenius. Secara akademik diyakini bahwa pemikiran kritis itu umumnya dimiliki oleh orang yang bependidikan tinggi. Orang seperti ini biasanya pemikirannya dipercaya benar oleh banyak orang. Tentu saja hasil pemikirannya itu tidak semuanya benar, karena bukan berdasarkan hasil esperimen yang valid dan reliabel, karena pendapatnya itu hanya didasari atas pikiran yang logis semata.