Dokumen tersebut membahas tentang kepuasan pasien terhadap pelayanan perawat gigi di Puskesmas Dana, Kabupaten Muna. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kepuasan pasien terhadap sikap dan komunikasi perawat gigi. Hasil wawancara awal menunjukkan bahwa 25 dari 40 pasien merasa puas dengan pelayanan perawat gigi.
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus di wujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia
sebagaimana di maksud dalam pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945. Setiap hal yang menyebabkan terjadinya
gangguan kesehatan pada masyarakat Indonesia akan menimbulkan kerugian
ekonomi yang besar di Negara, dan setiap upaya peningkatan derajat kesehatan
masyarakat juga berarti investasi bagi penggunaan Negara. Pembangunan
kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomis (Depkes RI, 2009).
Penyelenggaraan upaya kesehatan gigi di rumah sakit merupakan upaya
kesehatan yang di laksanakan secara menyeluruh, terpadu, merata dan meliputi
upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan yang di rujukan
pada semua golongan umur maupun jenis kelamin. Pelayanan kesehatan gigi pada
masyarakat atau penderita yang berkunjung ke rumah sakit adalah pelayanan yang
besifat medik dasar kedokteran gigi berdasarkan kebutuhan meliputi upaya
pengobatan atau pemulihan dan rujukan dengan tidak mengabaikan upaya
peningkatan, pencegahan atau perlindungan (Herijulianti, 2006).
2. 2
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut mencakup pelayanan medis gigi oleh
dokter gigi, pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut oleh perawat gigi dan
pelayanan asuhan supporting oleh tekhnisi.
Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut di lakukan secara komprehensif
kepada individu, keluarga dan masyarakat yang mempunyai ruang lingkup
berfokuskan kepada aspek promotif, peventif, dan kuratif dasar. Perawat gigi
adalah salah satu unsur pemberi pelayanan kesehatan gigi di institusi pelayanan
kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, dan sarana kesehatan lainnya.
Dalam melaksanakan peran, tugas dan fungsinya lakukan dengan tanggung jawab
sesuai dengan hak dan wewenang yang di mlilikinya.
Dengan demikian perawat gigi menjadi ujung tombak pembangunan kesehatan
gigi Indonesia, dan sebagai sumber daya manusia kesehatan gigi yang mempuyai
peran cukup penting dan sentral dalam asuhan kesehatan gigi yang merupakan
barisan terdepan dan aspek promotif dan peventif pelayanan kesehatan gigi dan
mulut (PPGI, 2008).
Masyarakat menilai seorang perawat gigi tidak hanya berdasarkan
kemampuan dalam memberi pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut kepada
masyarakat, tetapi juga berdasarkan cara dan sikap hidupnya dalam masyarakat
maupaun perawat gigi sangat terampil dalam memberikan pelayanan asuhan
kesehatan gigi kepada masyarakat, akan tetapi ia tidak akan terpandang dalam
masyarakat apabila ia tidak menjunjung tinggi norma-norma hidup yang luhur,
baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam menjalankan profesinya.Oleh karena
itu, penting sekali bagi perawat gigi Indonesia untuk menjaga agar tingkah laku,
3. 3
tutur kata serta sikap hidupnya selalu seimbang dengan martabat jabatan perawat
gigi sebagai salah satu tenaga kesehatan gigi (Kepmenkes RI Nomor
378/MENKES/SK/III/2007).
Sikap etis professional yang kokoh dari setiap perawat gigi akan tercemin
dalam setiap langkahnya, termasuk penampilan dari serta keputusan yang diambil
dalam merespon situasi yang muncul. Oleh karena itu pemahaman yang
mendalam tentang etika dan moral serta penerapannya menjadi bagian yang
sangat penting dan mendasar.
Dalam melaksanakan tugas professional yang berdaya guna dan berhasil guna,
para perawat gigi harus mampu serta ikhlas memberikan pelayanan yang bermutu
dengan memelihara dan meningkatkan integritas pribadi yang luhur dengan ilmu
dan keterampilan yang memenuhi standar serta dengan kesedaran bahwa
pelayanan yang diberikan merupakan bagian upaya kesehatan secara menyeluruh
(Suhaemi, 2004).
Tujuan dari pelayanan kesehatan yang berkualitas adalah adanya rasa puas
bagi pasien, masalahnya kepuasan itu sendiri merupakan sesuatu yang subyektif,
tiap-tiap orang dapat saja memliki tingkat kepuasan yang berbeda terhadap satu
pelayanan kesehatan yang sama. Terkait dengan kepuasan pasien terhadap mutu
pelayanan dan pembatasan pada upaya yang dilakukan.
Kepuasan adalah tingkat kepuasan seseorang setelah membandingkan
kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya. Jadi kepuasan
atau ketidakpuasan adalah kesimpulan dari interaksi antara harapan dan
pengalaman sesudah memakai jasa atau pelayanan yang diberikan.
4. 4
Apabila penampilan kurang dari harapan, maka pelanggan tidak dipuaskan,
namun apabila penampilan sebanding dengan harapan, pelanggan puas, dan
apabila penampilan melebihi harapan pelanggan akan sangat puas atau senang
(Kotler 2008).
Menurut laporan bulanan pada Puskesmas Dana, pada bulan Oktober
sampai dengan Desember tahun 2010 menunjukkan pasien yang berkunjung di
Puskesmas pada bulan Oktober angka kunjungan mencapai 180 orang, bulan
November turun menjadi 142 orang dan bulan Desember turun menjadi 134
orang. Dari hasil wawancara awal pada 40 orang pasien, 25 orang merasa puas
dengan pelayanan perawat gigi di Poli gigi puskesmas Dana
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang di temukan sebelumnya, maka menjadi
permasalahannya adalah “Untuk mengetahui bagaimana gambaran Kepuasan
Pasien Terhadap Pelayanan Perawat Gigi Di Poli Gigi Puskesmas Dana Kec,
Watopute Kabupaten Muna Tahun 2014”
C. TUJUAN PENELITIAN
1.Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran kepuasan pasien terhadap pelayanan perawat
gigi di Poli Gigi Puskesmas Dana Kec, Watopute Kabuten Muna Tahun
2014.
5. 5
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran kepuasan pasien terhadap sikap perawat
gigi di Poli Gigi Puskesmas Dana Kec, Watopute Kabuten Muna
Tahun 2014.
b. Untuk mengetahui gambaran kepuasan pasien terhadap komunikasi
perawat gigi di Poli Gigi Puskesmas Dana Kec, Watopute Kabupaten
Muna Tahun 2014.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Memberikan masukan kepada tenaga kesehatan gigi dan mulut untuk
melakukan program penyuluhan kepada orang tua tentang pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut yang akan di terapkan dalam kehidupan sehari-
hari sehingga dapat di contoh oleh anak-anaknya.
2. Memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu kesehatan gigi
masyarakat serta dapat di pakai sebagai acuan bagi peneliti lain untuk
mengembangkan ilmu kesehatan gigi di masyarakat.
3. Memberikan kesempatan pada penulis untuk menggali kemampuan dalam
melakukan suatu penelitian.
6. 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kepuasan Pasien
1. Pengertian Kepuasan pasien
Kepuasan menurut Kamu Bahasa Indonesia adalah puas; perihal (hal
yang bersifat puas, kesenangan, kelegaan dan sebagainya). Kepuasan dapat
diartikan sebagai perasaan puas, rasa senang dan kelegaan seseorang dikarenakan
mengkonsumsi suatu produk atau jasa untuk mendapatkan pelayanan suatu jasa
(Purwanto, 2007).
Menurut Oliver (2001 cit. Purwanto, 2007) mendefinisifikasikan kepuasan
sebagai tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil
yang dirasakan dengan harapannya.Tingkat kepuasan merupakan fungsi dari
perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja di
bawah harapan, maka pelanggan akan sangat kecewa. Bila kinerja sesuai
harapan,maka pelanggan akan sangat puas.Sedangkan bila kinerja melebihi
harapan pelanggan akan sangat puas harapan pelanggan dapat di bentuk oleh
pengalaman masa lampau, komentar dari kerabatnya serta janji dan informasi dari
berbagai media. Pelanggan yang puas akan setia lebih lama, kurang sensitive
terhadap harga dan member komentar yang baik tentang perusahaan tersebut.
Menurut Kotler kepuasan adalah tingkat kepuasan seseorang setelah
membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan dengan
harapannya. Jadi kepuasan atau ketidakpuasan adalah kesimpulan dari interaksi
7. 7
antara harapan dan pengalaman sesudah memakai jasa atau pelayanan yang
diberikan Tjiptono, (1997 cit. Purwanto, 2007).
Junaidi (2002) berpendapat bahwa kepuasan konsumen atas suatu produk
dengan kinerja yang dirasakan konsumen atas produk tersebut. Jika kinerja
produklebih tinggi dari harapan konsumen maka konsumen akan mengalami
kepuasan.
Ada tiga macam kondisi kepuasan yang bisa dirasakan oleh konsumen
berkaitan dengan perbandingan antara harapan dan kenyataan, yaitu:
a. jika harapan atau kebutuhan sama dengan layanan yang diberikan maka
konsumen akan merasa puas.
b. Jika layanan yang diberikan pada konsumen kurang atau tidak sesuai
dengan kebutuhan atau harapan konsumen maka konsumen menjadi tidak
puas.
c. Kepuasan konsumen merupakan perbandingan antara harapan yang di
miliki oleh konsumen dengan kenyataan yang di terima oleh konsumen
pada saat mengkomsumsi produk atau jasa (Indarjati, 2001).
B. Tingkat Kepuasan Pasien
Memahami kebutuhan dan keinginan konsumen dalam hal ini pasien
adalah hal penting yang mempengaruhi kepuasan pasien. Pasien yang puas
merupakan aset yang sangat berharga karena apabila pasien puas mereka akan
terus melakukan pemakaian terhadap jasa pilihannya, tetapi jika pasien tidak
merasa puas mereka akan memberitahukan dua kali lebih hebat kepada orang lain
8. 8
tentang pengalaman buruknya. Untuk menciptakan kepuasan pasien suatu
perusahaan atau rumah sakit harus menciptakan dan mengelola suatu system
untuk memperoleh pasien yang lebih banyak dan kemampuan untuk
mempertahankan pasiennya. Masalahnya kepuasan itu sendiri merupakan suatu
yang subyektif, tiap-tiap orang dapat saja memiliki tingkat kepuasan yang berbeda
terhadap satu pelayanan kesehatan yang sama (Azwar,2007).
Terkait dengan kepuasan pasien terhadap mutu pelayanan kesehatan,
Azwar (2007) membuat dua pembatasan yaitu pembatasan pada derajat kepuasan
pasien dan pembatasan pada upaya yang dilakukan. Pembatasan pada derajat
kepuasan pasien adalah dimana suatu mutu pelayanan kesehatan dinilai baik
apabila pelayanan kesehatan tersebut dapat menimbulkan rasa puas pada diri
setiap pasien yang sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk.
Pada upaya yang dilakukan pelayanan kesehatan dinilai baik apabila tatacara
penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar pelayanan prefesi yang
telah ditetapkan.
Menurut Prabowo 1999 (cit, Purwanto, 2007) konsumen yang mengalami
kepuasan terhadap suatu produk atau jasa dapat dikatagorikan kedalam konsumen
masyarakat, konsumen instansi dan konsumen individu. Pasien adalah konsumen
individu yang karena kelemahan fisik atau mentalnya menyerahkan pengawasan
dan perawatannya, menerima dan mengikuti pengobatan yang ditetapkan oleh
tenaga kesehatan.
9. 9
C. Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut
1. Pengertian Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut
Pelayanan kesehatan yang penting adalah pelayanan kesehatan gigi.
Di Indonesia, pemerintah masih memegang peranan utama dalam pemberian
pelayanan kesehatan dasar. Pelayanan tersebut disediakan bagi masyarakat di
puskesmas-puskesmas yang berbentuk poliklinik gigi tersebut adalah para dokter
gigi. Sebagai helth provider di sarana-sarana pelayanan kesehatan gigi tersebut
adalah para dokter gigi dan juga perawat gigi (Dahlan, 2008).
Penyelenggaraan upaya kesehatan gigi di poliklinik gigi puskesmas
merupakan upaya kesehatan yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu,
merata dan pemulihan, yang ditujukan pada semua golongan, umur maupun jenis
kelamin (Herijulianti, 2005).
Perawat gigi di sarana-sarana pelayanan kesehatan gigi tersebut
mempunyai peranan yang strategis dalam proses manajemen pelayanan kesehatan
gigi. SK MENKES RI. NO. 378/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi
perawat Gigi mencatumkan salah satu kompetensi utama perawat gigi sebagai
pelaksana manajemen kesehatan gigi, sebagai konsekwensi perawat gigi dituntut
untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan yang tinggi dalam mengelola
pelayanan kesehatan gigi, dari berbagai aspek, baik aspek pembiayaan, system
informasi, invertarisasi, asuransi, etik serta hukum pelayanan kesehatan gigi oleh
perawat gigi di poliklinik gigi puskesmas adalah system pengelolaan pasien.
10. 10
Menurut Dahlan (2008), dalam mengelola pasien, perawat gigi harus
mampu menempatkan diri sebagai dental asisten dan resepsionis yang handal,
seorang perawat gigi harus menguasai teknik-teknik berikut:
a. Berkomunikasi yang efektif pada waktu menerima dan menangani
pasien.
b. Mencatat data pasien secara baik;
c. Mengatur sistem perjanjian dan penjadwal pasien;
d. Memelihara hubungan baik dengan pasien.
Menurut (Herijulianti,2002), pelayanan kesehatan di poli gigi dapat
digolongkan dalam beberapa tingkat yaitu :
a. Meningkatkan kesadaran sikap dan perilaku masyarakat dalam
kemampuan pelihara diri dalam bidang kesehatan gigi dan mulut serta
mampu mencapai pengobatan sedini mungkin dengan jalan memberikan
pengetian masyarakat tentang pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi
dan mulut.
b. Menurukan prevelensi penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita oleh
masyarakat (karies dan penyakit periodontal) dengan upaya perlindungan
khusus tampa mengabaikan upaya penyembuhan dan pemulihan terutama
pada kelompok yang retan terhadap karies.
c. Terhindar dan kurangnya gangguan fungsi kunyah akibat kerusakan gigi.
2. Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan
Menurut Azwar (2006), sekalipun pelayanan kesehatan kedokteran berbeda
dengan pelayanan kesehatan masyarakat, namun untuk dapat disebut sebagai
11. 11
suatu pelayanan kesehatan dengan baik, keduanya harus memiliki berbagai
persyaratan pokok. Syarat pokok yang dimaksud adalah :
1. Tersedia dan berkesinambungan
2. Syarat pokok pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan
kesehatan tersebut harus tersedia di masyarakat serta bersifat
bekesinambungan. Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan oleh masyarakat adalah pada setiap saat yang dibutuhkan.
3. Dapat diterima dan wajar
4. Syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah yang dapat
diterima oleh masyarakat serta bersifat wajar. Artinya pelayanan kesehatan
tersebut tidak bertentang dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat.
5. Mudah dicapai
6. Syarat pokok yang ketiga pelayanan kesehatan yang baik adalah yang
mudah dicapai oleh masyarakat. Pengertian ketercapain yang dimaksudkan
di sini terutama dari sudut lokasi. Dengan demikian untuk dapat
mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik, maka pengaturan distribusi
saran kesehatan menjadi sangat penting.
7. Mudah dijangkau
8. Syarat pokok keempat pelayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah
di jangkau oleh masyarakat. Pengertian keterjangkauan yang dimaksudkan
di sini terutama dari sudut biaya. Untuk dapat mewujudkan keadaan yang
seperti ini harus dapat diupayakan biaya pelayanan kesehatan tersebut
sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.
12. 12
9. Bermutu
10. Syarat pokok kelima pelayanan kesehatan yang baik adalah yang bermutu.
Pengertian mutu yang dimaksudkan di sini adalah yang menunjukkan pada
tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang di
satu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan, dan di pihak
lain tata cara penyelenggaraanya sesuai dengan kode etik serta standar
yang telah ditetapkan (Azwar ,2005)
3. Standar Kompetensi Perawat Gigi (Kep MenKes RI, 2007)
Penyelenggaran pendidikan berbagai jenis dan jenjang tenaga kesehatan
mempunyai tujuan yang mulia yaitu selain mencerdaskan bangsa juga memenuhi
kebutuhan pelayanan kesehatan gigi. Pendidikan tenaga kesehatan gigi jenjang
Diploma seperti halnya Perawat Gigi termasuk dalam kelompok Pendidikan
Profesional (PP RI Nomor 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi) yang
artinya pendidikan diarahkan terutama pada kesiapan penerapan kemampuan
tertentu berdasarkan tuntutan pasar kerja. Untuk memberikan yang terbaik maka
perlu dihindari tumpang tindih peran dan kesenjangan mutu, melalui pendekatan
kemitraan keprofesien.
Dengan demikian Perawat Gigi menjadi ujung tombak Pembangunan
Kesehatan Gigi Indonesia dan sebagai sumber daya manusia kesehatan gigi yang
mempunyai peran sentral dalam asuhan kesehatan gigi yang merupakan barisan
terdepan dalam aspek promotif dan preventif pelayanan gigi dan mulut.
13. 13
Standar Profesi Perawat Gigi digunakan sebagai pedoman dalam
menjalankan profesi secara baik dengan tujuan :
a. Memberikan pelayanan asuhan kesehatan gigi sesuai dengan tujuan,
fungsi, dan wewenang yang dimilikinya.
b. Memberikan perlindungan kepada Perawat Gigi dari tututan hokum.
c. Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari mal praktek perawat
gigi.
4. Kemampuan Inti Perawat Gigi
a. Komunikas
1. Kemampuan menunjukkan komunikasi dan hubungan antar manusia yang
efektif dan berembuk dengan pasien dan tim kesehatan gigi baik secara
perorangan dan dalam tim atau pertemuan.
2. Kemampuan untuk melaksanakan komunikasi yang efektif dan proses
pendidikan kesehatan gigi dan mulut termasuk saran pre/post operation
(chair side talk).
3. Kemampuan menilai kebersihan mulut dan memotivasi pasien untuk
berprilaku yang menunjang kesehatan gigi dan mulut.
4. Kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan saluran-saluran
komunikasi formal maupun informal.
5. Kemampuan berkomunikasi dalam taraf international.
6. Kemampuan melakukan informasi concern dengan pasien.
7. Kemampuan melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien.
14. 14
b. Kerjasama Tim
a. Kemampuan mengembangkan proses kepemimpinannya yang diperlukan
untuk menciptakan kerjasama yang baik dalam tim.
b. Kemampuan berkerjasma dalam tim kesehatan lainnya dalam membuat
keputusan baik individu maupun tim.
c. Kemampuan menjalin dan memelihara hubungan kerjasama dengan para
sejawat anggota tim kesehatan lain.
d. Kemampuan mendorong peran anggota tim pemeliharaan kesehatan
dalam memberikan pelayanan kesehatan.
c. Pemeliharaan dan Penggunaan Peralatan
1. Kemampuan mengawasi persediaan peralatan dan inventaris.
2. Kemampuan memelihara dan merawat berbagai macam peralatan dan
mampu mengasah berbagai instrument secara benar dan menerapkan
secara efisien cara-cara pengasahan.
3. Kemampuan mempersiapkan dan menggunakan alat-alat kedokteran
elektrik, alat berputar (hand piece, contra angle) secara hati-hati dan
efektif.
d. Tindakan Asuhan Keperwatan di Klinik
1) Pencabutan Gigi
a. Melakukan riwayat, pemeriksaan, indentifikasi dan perencanaan
untuk pasien dengan berbagai kondisi kesehatan gigi dan mulut.
15. 15
b. Kemampuan untuk melaksanakan pencabutan gigi sulung dengan
topikal anaeshesi dan infiltrasi anaesthesi.
c. Kemampuan untuk melaksanakan pencabutan gigi tetap akar tunggal
dengan infiltrasi anaesthesi.
d. Kemampuan melakukan perawatan pasca pencabutan dan komplikasi.
2) Konservasi Gigi
a. Kemampuan mengindentifikasi karies gigi dan menyeleksi kasus-
kasus untuk dilakukan perawatan konservasi sesuai dengan
kemampuannya / kewenangannya.
b. Kemampuan melakukan preparasi kavitas dan penumpatan (gigi
sulung dan gigi tetap pada satu/dua permukaan menggunakan
amalgam, silikat, dsb).
c. Kemampuan melakukan preparasi kavitas dengan excavator dan
penumpatan dengan ART.
d. Kemampuan membersihkan dan memoles gigi dan tumpatan.
e. Kemampuan menggunakan rubber dam.
3) Pertolongan pertama (first aid/relief pain)
a. Kemampuan mengelola dan membantu tindakan darurat medik dan
dental.
b. Kemampuan melakukan pertolongan pertama untuk mengurangi rasa
sakit pada penyakit gigi akut.
16. 16
c. Kemampuan mengindentifikasikan dan mengelola keadaan darurat yang
terjadi selama dan sesudah pengobatan gigi.
d. Kemampuan memberikan pertolongan pertama pada trauma trepanasi
dengan cara membuka kavum pulpa dengan bor, ditutup kapas jangan
diberi tumpatan sementara.
e. Asisten Dokter Gigi
1. Kemampuan membantu operator dalam perawatan rutin pada klinik gigi
(sebagai chair side assistant).
2. Kemampuan membantu prosedur restorasi gigi dan prosedur bedah
mulut dan periodontal.
3. Kemampuan menyiapkan dan menerapkan penggunaan bahan-bahan
pada pengobatan gigi pasien.
4. Kemampuan membantu dokter gigi atau dokter spesialis dalam
pengobatan pasien.
5. Kemampuan menyiapkan dan melakukan topical treatment/solution yang
ditetapkan oleh dokter gigi atau dokter gigi spesialis.
6. Kemampuan manipulasi bahan cetakan dan mengecor cetakan untuk
studi.
7. Kemampuan melakukan irigasi mulut.
f. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap suatu
stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian
17. 17
reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi
yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb salah seorang ahli
psiologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan suatu tindakan atau
kesediaan untuk bertindak dan merupakan pelaksaan motif tertentu. Sikap belum
merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi adalah merupakan
“predisposisi” tindakan atau perilaku. Sikap itu merupakan reaksi tertutup, bukan
reaksi terbuka dalam suatu tingkah laku. (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Notoadmodjo, 2003 Cit. Allport, (1954) sikap yang utuh tu
mempunyai 3 (taga) komponen pokok yaitu :
a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.
c. Kecendrungan untuk bertindak.
Menurut Notoatmodjo (2003) sikap ini sendiri terdiri dari berbagai
tingkatan yakni:
a. Menerima (receiving)
Menerima, diartikan bahwa orang mao dan memperhatikan stimulus yang
diberikan. Contohnya sikap orang tergadap gizi dapat dilihat dari kesedihan dan
perhatian itu terhadap ceramah-ceramah.
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap karena suatu usaha untuk
menjawab suatu pertanyaan atu mengerjakan tugas yang di berikan, lepas
pekerjaan itu bener atau salah adalah bearti orang menerima ide tersebut.
18. 18
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerakan atau mendiskusi dengan orang lain
terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya, seorang
ibu yang mengajak ibu yang lain (tetangganya, saudaranya dan sebagainya).
Untuk pergi menimbangkan anaknya ke posyandu, atau mendiskusikan tentang
gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif
terhadap gizi anak.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi, misalnya seorang ibu-
ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua
atau orang tuanya sendiri.
4. Aspek-Aspek Yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien
Aspek-aspek yang mempengaruhi kepuasan pada pasien adalah sebagai
berikut (Purwanto, 2007) :
1. Sikap pendekatan perawat pada pasien yaitu sikap perawat terhadap
pasien ketika pertama kali dating di rumah sakit.
2. Kualitas tindakan perawatan yang diterima oleh pasien yaitu apa saja
yang telah dilakukan oleh perawat kepada pasien, seberapa pelayanan
perawatan yang berkaitan dengan proses kesembuhan penyakit yang
diderita pasien dan kelangsungan perawatan pasien selama berada
dirumah sakit.
19. 19
3. Prosedur adminitrasi yaitu berkaitan dengan pelayanan adminitrasi
pasien dimulai masuk rumah sakit selama perawatan berlangsung
sampai keluar dari rumah sakit.
4. Fasilitas-fasilitas yang disediakan rumah sakit seperti dental unit,
peralatan pencabutan, peralatan penambalan, air untuk kumur-kumur,
privasi dan waktu kunjungan pasien.
D. Kerangka konsep
E. Defenisi operasional
1. Kepuaasan
Yang di maksud dengan kepuasan dalam penelitian ini adalah perasaan
puas, senang dan kelegahan seseorang dikarenakan mengkonsumsi suatu produk
atau jasa untuk mendapatkan pelayanan suatu jasa.
Variabel bebas
Pasien
Variabel terikat
Tingkat
Kepuasan Pasien
Variabel pengganggu
Kesehatan Gigi dan
Mulut
20. 20
2. Tingkat Kepuasan Pasien
Yang di maksud dengan tingkat kepuasan pada penelitian ini adalah aset
yang sangat berharga karena apabila pasien puas mereka akan terus melakukan
pemakaian terhadap jasa pilihannya, tetapi jika pasien tidak merasa puas mereka
akan memberitahukan dua kali lebih hebat kepada orang lain tentang pengalaman
buruknya. Untuk menciptakan kepuasan pasien suatu perusahaan atau rumah sakit
harus menciptakan dan mengelola suatu system untuk memperoleh pasien yang
lebih banyak dan kemampuan untuk mempertahankan pasiennya.
3. Pembatasan derajat
Yang di maksud pembatasan derajat dalam penelitian ini adalah dimana
suatu mutu pelayanan kesehatan dinilai baik apabila pelayanan kesehatan tersebut
dapat menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien yang sesuai dengan tingkat
kepuasan rata-rata penduduk. Pada upaya yang dilakukan pelayanan kesehatan
dinilai baik apabila tatacara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta
standar pelayanan prefesi yang telah ditetapkan.
4. Konsumen
Yang di maksud konsumen dalam penelitian ini adalah konsumen atau
individu yang karena kelemahan fisik atau mentalnya menyerahkan pengawasan
dan perawatannya, menerima dan mengikuti pengobatan yang ditetapkan oleh
tenaga kesehatan.
21. 21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian deskriptif
dengan melakukan observasional terhadap data sekunder dari rekam medis
pada pasien yang mencabut gigi di Puskesmas Dana.
B. Tempat dan waktu penelitian
1. Tempat penelitian
penelitian dilakukan di Puskesmas Dana
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian di lakukan pada bulan april – juli 2015
D. Populasi dan sampel
a. Populasi
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah 40 orang yang
berumur 35 - 45 tahun di Puskesmas Dana.
b. Sampel
Sampel yang di ambil sebanyak 40 orang dari umur 35- 45 tahun
yang sudah dianggap mewakili populasi. Pengambilan sampel di lakukan
dengan cara total sampling.
22. 22
D.Kriteria penilaian
a) Jawaban responden 50% dianggap baik
b) Jawaban responden sama dengan atau dibawah 50% dianggap buruk.
E. Teknik pengumpulan data
1 Data di peroleh dengan cara membarikan kuesioner kepada pasien untuk
mengetahui peran parawat gigi dalam mempeliharaan kebersihan gigi
dan mulut
2 Pengolahan data secara manual
a. Data primer primer adalah data yang diambil secara langsung pada
objek yang akan diteliti melalui kuesioner dan observasional.
b. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung
dari puskesmas yaitu jumlah pasien puskesmas Dana.
3 Analisa data
Analisa data di lakukan secara deskritif dengan membuat uraian
secara sistematis mengenai hasil penelitian kemudian mendistribusikan
dengan tabel.
F. Pengolahan dan analisan data
1. Pegolahan data
Setelah data yang di perlukan peneliti terkumpul, maka dilakukan tahap
pengolahan data yang melalui beberapa tahapan sebagai berikut :
23. 23
a. Editting
Upaya untuk pemeriksaan kembali kebenaran data yang di peroleh
atau di kumpulkan.
b. Coding
Pemberian atau pembuatan kode-kode pada tiap-tiap data yang
termaksud dalam kategori yang sama.
c. Tabulating
Memuat table-tabel yang berisikan data yang telah di beri kode, sesuai
dengan analisis yang telah dibutuhkan.
d. Cleaning
Merupakan kegiatan pencegahan kembali data yang sudah di olah
apakah ada kesalahan atau tidak.
2. Analisa data
Hasil kuesioner responden akan diolad dan setiap responden memperoleh
nilai sesuai dengan pedoman penelitian kuesioner. Jiks responden menjawab
“YA” akan di beri skor 1(satu), sedangkan jika responden menjawab
“TIDAK” akan di beri nilai 0 (nol).
Kemudian dari nilai tersebut akan di tentukan skor total pada masing-
masing responden dengan rumus :
N = sp/sm x 100%
Keterangan :
N = Nilai pengetahuan
Sp = Skor yang di dapat
24. 24
Sm = Skor tertinggi maksimum
Selanjutnya hasil perhitungan dimasukkan kedalam standar criteria objek,
yaitu:
1. Baik : Bila hasil 76-100%
2. Cukup : Bila hasil 56-75%
3. Kurang : Bila hasil 40-55%
G.Cara penelitian
1. Membagikan lembar kuesioner pada pasien yang terpilih menjadi
sampel .
2. Pasien mengisi lembar kuisioner dengan cara memilih jawaban yang
telah disediakan.
3. Jawaban yang telah selesai dikumpulkan.
4. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan sistem
deskritif.
5. Di tampilkan dengan tabulasi.
25. 25
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, A., 2007. Pengantar Adminitrasi Kesehatan. Ed. 3, Bina Rupa Aksara,
Jakarta.
Dahlan , Z., 2008. Mengembangkan Klinik Gigi yang Efektif dan Efesien. Zaeni
For Oral Health. http//www.google.co.id.
Depkes RI. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia,
Herijulianti, E, Indriani, T.S, Artini, S., 2006. Pendidikan Kesehatan Gigi.
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Kepmenkes Nomor 378/MENKES/SK/III/2007, tentang Standar Kompetensi
Perawat Gigi Indonesia, Jakarta.
Notoatmodjo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.
Notoatmodjo, S., 2003. Ilmu kesehatan masyarakat. Rineka Cipta, Jakarta.
Purwanto, S., 2007. Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Rumah Sakit.
http//www.klinis.wordpress.com.
PPGI., 2008. Sejarah Keperawatan Gigi. Jakarta.
Suhaemi, M.E., 2004. Etika Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik. Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.