1. Proses Persiapan Penyempurnaan Deguming Pada Kain Sutera
I. MAKSUD DAN TUJUAN
A. MAKSUD
Mempelajari bagaimana mekanisme proses pre treatment pada kain yang terbuat dari
serat protein yaitu kain sutera yang meliputi proses pemasakan, pengelantangan, dan
penambahan berat.
TUJUAN
1. Menghilangkan kotoran-kotoran alam maupun kotoran-kotoran luar pada kain
sehingga dapat meningkatkan daya serap kain.
2. Menghilangkan kotoran organik dan pigmen-pigmen alam yang tidak hilang hanya
dengan proses pemasakan saja serta untuk memutihkan serat.
3. Mengembalikan berat sutera yang hilang akibat proses pemasakan sehingga
dihasilkan bahan sutera yang lembut, langsai baik dan pegangan yang penuh.
4. mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh pada proses pre treatment sutera.
5. Menganalisa dan mengevaluasi hasil pre treatmen kain sutera yang meliputi persen
pengurangan berat, daya serap, derajat putih, persen penambahan berat dan uji
langsai.
II. TEORI DASAR
Proses pemasakan sutera atau degumming sutera bertujuan untuk menghilangkan
kandungan serisin dan sedikit lemakpada serat, dimana kandungan serisin dapat
mencapai 25% dari berat bahan. Proses degumming biasanya dilakukan pada serat
filament atau kain sutera. Pada kain, serisin yang adapada benang lusi dapat melindungi
filament sutera dari gesekan saat ditenun. Berdasarkan hasil penghilangan serisin, maka
filament sutera dibagi atas tiga yaitu :
1. Ecru Silk, mengalami penghilangan serisin 2-5% karena akan dipakai sebagai
benang lusi.
2. Souple Silk, mengalami penghilangan serisin sebagian, kira-kira 8-15%
digunakan untuk benang pakan.
3. Boil Off Silk, mengalami penghilangan serisin sempurna beratnya berkurang
20-30%.
2. Pada proses degumming ini pH larutan merupakan factor yang paling penting,
karena sutera akan rusak pada pH tinggi maka proses degumming berlangsung pada pH
9-10. Pemasakan merupakan proses persiapan yang memegang peranan penting bagi
bahan tekstil karena dengan pemasakan akan memudahkan bahan untuk menyerap zatzat yang ada pada proses basah berikutnya. Tujuan pemasakan adalah untuk
memperoleh bahan tekstil yang bersih atau untuk menghilangkan kotoran alami baik
berupa lemak, minyak, pektin, serisin, gum,kulit biji kapas (pada serat selulosa dan
protein) dan kotoran dari luar seperti oli, debu, spinning oil (pada serat sintetik) sehingga
meningkatkan daya serap pada seluruh permukaan bahan secara merata.
Mekanisme proses pemasakan adalah menyabunkan kotoran berupa lemak, oli,
serisin, gum sehingga dapat larut dalam air serta melepaskan kotoran akibat efek
detergensi dari larutan pemasakan dan gerakan mekanik yang diberikan pada bahan.
III. PRAKTIKUM
A. ALAT DAN BAHAN
1 buah beacker gelas 500 ml
2 buah pengaduk kaca
1 set kasa + kaki tiga + pembakar Bunsen
1 buah timbangan digital
1 lembar kain sutera
Zat sesuai resep
B. DIAGRAM ALIR PRAKTEK
Proses Pemasakan (Degumming) Sutera
Timbang kain
Proses pemasakan
Pencucian
Pengeringan
Evaluasi
3. C. RESEP
Degumming dengan sabun netral dan Na2CO3
Sabun netral
= 10 g/L
Suhu
= 40 0C, 70 0C dan 100 oC
Waktu
= 40 menit
Vlot
= 1 : 50
D. FUNGSI ZAT
Sabun netral
= menghilangkan kotoran baik kotoran alam maupun kotoran
luar sehingga dapat meningkatkan daya serap bahan.
Na2CO3
= memberikan suasana alkali pada bahan (alkali lemah)
karena sutera tidak tahan terhadap alkali kuat sekaligus
menghilangkan serisin pada serat sutera.
E. SKEMA PROSES
Proses Pemasakan (Degumming) Sutera
Zat sesuai resep
100°C
30°C
30°C
10
20
60
90 menit
F. LANGKAH KERJA
1. Proses Pemasakan (Degumming) Sutera
Menyiapkan kain dan alat praktikum.
Memotong kain sutera kemudian menimbang kain dengan timbangan digital.
Menghitung semua kebutuhan zat sesuai resep, kemudian membuat larutan
pemasakan dalam beaker gelas.
Merendam kain dalam larutan pemasakan dalam beaker gelas pada suhu 100
C selama 40 menit.
o
4. Mencuci bersih kain dengan air panas dan air dingin kemudian dikeringkan.
Mengevaluasi kain dengan persen pengurangan berat dan uji daya serap.
IV. HASIL PRAKTIKUM
Sampel dan Hasil Pengujian
a) Sampel pada kain sebelum percobaan
b) Sampel pada kain setelah percobaan
Sutera Ilham
Sutera Tendi
Sutera Resti
b) Hasil pengujiannya
Evaluaisi Kain
No
1
2
3
Jenis Kain
sutera
Ilham
Tendi
Resti
Pengurangan Berat
Berat
Awal
2,43
2,44
2,66
Berat
Akhir
2,33
2,31
2,55
Pengurangan
4,1 %
5,33%
4,13 %
5. V. DISKUSI
Serat sutera diambil dari larva ulat sutera Bombyx Mori atau Tusah. Bentuk serat
sutera adalah filamen protein dengan komposisi penting adalah 76% fibroin sebagai serat dan
22% serisin. Sutera merupakan serat filamen yang halus, berkilau dan bening. Secara umum
mutu sutera ditentukan oleh kahalusan, kerataan, kebersihan dan kekuatan. Pemanasan
serat sutera diatas suhu 140 oC dalam waktu yang lama akan menyebabkan kerusakan serat
dan kekuatannya turun. Sedangkan pendidihan dalam air akan menurunkan kilau dan
kekuatannya. Serat sutera tidak tahan terhadap alkali seperti pencucian dengan alkali makan
akan menyebabkan kekuatan seratnya turun.
Terdapat tiga variasi resep untuk degumming sutera, yaitu :
1. Degumming dengan sabun netral
2. Degumming dengan sabun netral dan Na2CO3
3. Degumming dengan detergen
Dari ketiga variasi resep ini masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Resep yang paling aman digunakan adalah dengan sabun netral, meskipun hasilnya tidak
paling baik diantara dua resep lainnya tetapi resep dengan sabun netral ini tidak akan
menyebabkan kerusakan serat. Lain halnya dengan resep menggunakan detergen, meskipun
hasilnya akan paling baik tetapi kerusakan serat yang ditimbulkan oleh detergen adalah yang
paling besar sehingga kekuatan seratnya akan menurun. Pada proses degumming dengan
menggunakan sabun netral saja hasil degumming yang akan diperoleh tidak akan bagus atau
maksimal walaupun penggunaan sabun netral saja ini aman untuk serat sutera, artinya efek
kerusakan seratnya sangat kecil.
Sedangkan degumming dengan sabun netral dan Na2CO3 atau alkali lemah akan
memberikan hasil degumming yang lebih baik daripada degumming dengan sabun netral
saja. Hal ini karena fungsi Na2CO3 sendiri selain memberikan suasana alkali pada proses
degumming, Na2CO3 juga berfungsi untuk mengaktifkan kerja sabun. Karena serat sutera
tidak tahan alkali maka pada proses ini digunakan alkali lemah agar tidak terjadi kerusakan
serat (kerusakan serat kecil). Degumming dengan sabun netral dan Na2CO3 akan
memberikan hasil yang lebih baik dan lebih optimal daripada degumming dengan sabun netral
saja karena selain biaya yang juga murah, Na2CO3 juga akan membantu sabun untuk
menghilangkan serisin pada serat sutera sehingga hasil degummingnya lebih bersih.
6. Variasi resep yang terakhir adalah degumming dengan detergen netral. Kelebihan
detergen netral ini adalah akan menghasilkan degumming yang paling baik diantara kedua
resep sebelumnya. Namun penggunaan detergen netral ini mempunyai kekurangan yaitu
akan merusak serat / kerusakan serat besar. Sehingga walaupun hasilnya akan paling baik
diantara resep lainnya tetapi penggunaan detergen netral ini akan menyebabkan kerusakan
serat yang paling besar diantara resep lainnya sehinnga kekuatan kainnya akan turun. Karena
alasan-alasan itulah, dalam ujian praktikum penyempurnaan kain sutera ini praktikan memilih
resep degumming dengan sabun netral dan Na2CO3 karena akan memberikan hasil yang
lebih baik daripada penggunaan dengan sabun netral saja dan kerusakan seratnya tidak
sebesar seperti yang ditimbulkan oleh detergen netral.
VI. KESIMPULAN
1. Degumming pada kain sutera bertujuan untuk menghilangkan kotoran-kotoran sehingga
pada saat dicelup akan memberikan hasil celupan yang rata dan baik.
2. Degumming dengan sabun netral dan Na2CO3 memberikan hasil yang lebih baik daripada
degumming dengan sabun netral saja.
3. Degumming dengan sabun netral dan Na2CO3 tidak akan merusak serat seperti halnya
degumming
dengan
detergen
netral
walaupun
hasilnya
tidak
sebaik
dengan
menggunakan detergen netral. Kekuatan seratnya tetap masih baik tidak seperti saat
menggunakan detergen netral.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Astini Salihima, S.Teks, dkk. 1978. Pedoman Praktikum Pengelantangan dan
Pencelupan. Bandung : Institut Teknologi Tekstil.
Ir. Rasjid Djufri, M.Sc, dkk. 1976. Teknologi Pengelantangan, Pencelupan, dan
Pencapan. Bandung : Institut Teknologi Tekstil.
Muhammad Ichwan,
dkk.
2004.
Pedoman Praktikum
Teknologi Persiapan
Penyempurnaan. Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
Soeparman, S.Teks. Teknologi Penyempurnaan Tekstil. Bandung : Institut Teknologi
Tekstil.
7. LAMPIRAN
Perhitungan resep
1. Resep Ilham suhu 40 0C
Berat awal
: 2,43 gr
Larutan
: 2,43 x 50 = 121,5 ml
Sabun
:
Air
vlot
= 1 : 50
: 121,5 ml
vlot
= 1 : 50
vlot
= 1 : 50
x 121,5 = 1,215 gr
2. Resep Tendi suhu 900C
Berat awal
: 2,44 gr
Larutan
: 2,44 x 50 = 122 ml
Sabun
:
Air
: 122 ml
x 122 = 1,22 gr
3. Resep Resti suhu 700C
Berat awal
: 2,66 gr
Larutan
: 2,66 x 50 = 133 ml
Sabun
:
Air
: 133 ml
x 133 = 1,33 gr