1. Proses Merserisasi dan Proses Kostisasi
Pada Kain Kapas
I. MAKSUD DAN TUJUAN
A. MAKSUD
Mempelajari bagaimana mekanisme proses merserisasi dan kostisasi pada bahan
atau serat tekstil ( selulosa dan campurannya ) .
B. TUJUAN
1. Membandingkan mekanisme proses merserisasi dan proses kostisasi pada kain
kapas.
2. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses merserisasi dan
kostisasi pada kain kapas.
3. Menguasai cara proses merserisasi dan kostisasi.
4. Menganalisa dan mengevaluasi serta membandingkan hasil proses merserisasi
dan kostisasi pada kain kapas.
II. TEORI DASAR
A. PROSES MERSERISASI DAN KOSTISASI
Proses merserisasi dan kostisasi merupakan proses khusus yang hanya
dilakukan pada serat selulosa dan serat campurannya. Proses merserisasi adalah
istilah khusus untuk perlakuan perendaman bahan serat selulosa dan campurannya
dalam larutan NaOH dengan konsentrasi 26-30o Be sambil diberi peregangan.
Sedangkan proses kostisasi adalah istilah untuk perlakuan yang sama seperti
merserisasi kecuali tidak ada peregangan pada bahan dan konsentrasi NaOH lebih
rendah yaitu sekitar 20-25o Be. Proses merserisasi dapat dilakukan pada bahan
berbentuk benang maupun kain, biasanya dilakukan antara proses penghilangan
kanji dan pemasakan atau pada bahan yang telah dihilangkan kaji dan dimasak, dan
kadang dilakukan pada bahan yang masih mentah / grey. Proses ini memegang
peranan penting bagi bahan tekstil yang terbuat dari serat yang mengandung kapas
dan rayon viskosa karena akan mempengaruhi sifat kimia yaitu daya serap terhadap
zat warna dan uap air, sifat fisik seperti kilau bahan, kekuatan tarik,mengkeret, dan
stabilitas dimensi.
1
2. B. TUJUAN, MEKANISME, DAN METODE MERSERISASI DAN KOSTISASI
a. Tujuan Merserisasi dan Kostisasi
Tujuan dari proses merserisasi adalah untuk memperbaiki kilau, stabilitas
dimensi, kekatan tarik, dan daya serap terhadap zat warna dan uap air.
Sedangkan tujuan dari proses kostisasi adalah karena bahan tidak mengalami
peregangan maka tidak terjadi peningkatan kilau bahan namun bahan menjadi
elastis.
b. Mekanisme Merserisasi dan Kostisasi
Bahan kapas yang direndam dalam larutan NaOH dengan konsentrasi tinggi
akan menggembungkan serat ke
arah melintang dan menciut ke arah
membujur. Penampang melintang serat kapas yang awalnya berbentuk seperti
ginjal akan berubah menjadi bentuk elips dan kemudian menjadi bundar, hal ini
mengakibatkan meningkatnya kemampuan serat dalam memantulkan cahaya
sehingga bahan akan kelihatan lebih berkilau. Puntiran serat kapas membuka
sehingga serat lebih menggembung pada bagian kristalin mengakibatkan serat
mampu membagi beban sepanjang serat dengan merata sehingga kekuatan
tariknya bertambah. Pada saat serat kapas menyerap kostik, mula-mula serat
selulosa berubah menjadi alkali selulosa, dan pada pencucian berulang serat
berubah menjadi hidroselulosa, dimana serat lebih banyak mengandung gugus –
OH yang dapat menyerap air lebih banyak dan dengan demikian serat lebih
mudah dimasuki oleh zat warna.
Faktor yang berpengaruh pada proses ini adalah konsentrasi NaOH, suhu
larutan, waktu perendaman, peregangan arah lusi dan pakan, zat pembasah /
penetrasi, kondisi kain sebelum merser apakah grey atau kain yang telah
dihilangkan kotorannya melalui penghilangan kanji dan atau pemasakan.
c. Metode merserisasi dan Kostisasi
Ada dua metode yang dapat dilakukan tergantung dari jenis mesin yang
tersedia, yaitu metode merserisasi dengan pemberian peregangan arah lusi dan
pakan kain menggunakan mesin Chain Merser dan metode tanpa peregangan
arah pakan menggunakan mesin Chainless dimana proses ini disebut kostisasi.
Disamping itu berdasarkan suhu proses terdiri dari merserisasi dingin yaitu suhu
larutan NaOH 15-20o C dan merserisasi panas dengan suhu larutan 80 oC. Serat
berdasarkan kondisi kain yang diproses terdapat metode dry on wet yaitu kain
sebelum merser dalam keadaan kering dan metode wet on wet yaitu kain
sebelum merser dalam keadaan basah.
2
3. III. PRAKTIKUM
A. ALAT DAN BAHAN
•
1 buah wadah nampan plastik
•
1 buah gelas piala 1 liter
•
1 buah mesin padder
•
1 set frame merser
•
2 buah pengaduk kaca
•
1 buah timbangan digital
•
1 buah termometer
•
2 lembar kain kapas desized dan scoured
•
Zat sesuai resep
•
Es batu
•
Mistar
B. DIAGRAM ALIR PRAKTEK
1. Proses Merserisasi
Timbang kain dan zat sesuai resep
Peregangan pada frame merser
Perendaman dalam larutan NaOH 28o Be suhu
15o C selama 30 detik
Pencucian dengan air panas
Penetralan dengan larutan CH3COOH 95 %
Pencucian air dingin
Pengeringan dan evaluasi kain dengan uji daya
serap dan pemengkeretan kain
3
4. 2. Proses Kostisasi
Timbang kain dan zat sesuai resep
Pemasangan kain pada frame tanpa peregangan
Perendaman dalam larutan NaOH 20o Be suhu
15o C selama 30 detik
Pencucian dengan air panas
Penetralan dengan larutan CH3COOH 95%
Pencucian dengan air dingin
Pengeringan dan evaluasi kain dengan uji daya
serap dan pemengkeretan kain
C. RESEP
1. Proses Merserisasi
NaOH 28o Be atau 30o Be
Pembasah
= 1-2 ml / L
Suhu
= 15 0 C
Waktu
= 30 detik
CH3COOH 95%
= 3-5 ml / L ( resep penetralan )
2. Proses Kostisasi
NaOH 20o Be
Pembasah
= 1-2 ml / L
Suhu
= 15o C
Waktu
= 30 detik
CH3COOH 95%
= 3-5 ml / L ( resep penetralan )
4
5. D. FUNGSI ZAT
NaOH
= menggelembungkan serat selulosa
Zat pembasah
= zat yang membantu proses penyerapan larutan secara merata
dan cepat pada bahan, memudahkan bahan terbasahi dan larutan
kostik masuk berpenetrasi ke dalam celah antar sel
CH3COOH
= zat yang berfungsi dalam penetralan
E. PERHITUNGAN RESEP
1. Proses Merserisasi
2. Proses Kostisasi
F. SKEMA PROSES
1. Proses Merserisasi
2. Proses Kostisasi
5
6. G. LANGKAH KERJA
1. Proses Merserisasi
•
Memotong kain dengan ukuran 30 x 30 cm kemudian menimbang kain
dengan timbangan digital, arah lusi dan pakan diberi tanda.
•
Melukis bujur sangkar ukuran 10 x 10 cm pada kain dengan tinta permanen.
•
Menghitung semua kebutuhan zat sesuai resep, kemudian membuat larutan
NaOH dalam gelas piala dan mendinginkan larutan dengan es batu sampai
suhu 15o C.
•
Memasang bahan pada frame merser dan memberikan peregangan arah lusi
dan pakan.
•
Merendam bahan yang telah dipasang pada frame ke dalam larutan NaOH
selama 30 detik.
•
Memeras kain kemudian mencuci bersih dengan air panas.
•
Melakukan penetralan dengan merendam kain dalam larutan CH3COOH.
•
Mencuci bersih kain tersebut dengan air dingin sampai kain tidak terasa licin.
•
Mengeringkan kain dan mengevaluasi kain tersebut dengan uji daya serap
dan perhitungan mengkeret lusi dan pakan.
2. Proses Kostisasi
•
Memotong kain dengan ukuran 30 x 30 cm kemudian menimbang kain
dengan timbangan digital, arah lusi dan pakan diberi tanda.
•
Melukis bujur sangkar ukuran 10 x 10 cm pada kain dengan tinta permanen.
•
Menghitung semua kebutuhan zat sesuai resep, kemudian membuat larutan
NaOH dalam gelas piala dan mendinginkan larutan dengan es batu sampai
suhu 15o C.
•
Memasang bahan pada frame tanpa memberikan peregangan
•
Merendam bahan yang telah dipasang pada frame ke dalam larutan NaOH
selama 30 detik.
•
Memeras kain kemudian mencuci bersih dengan air panas.
•
Melakukan penetralan dengan merendam kain dalam larutan CH3COOH.
•
Mencuci bersih kain tersebut dengan air dingin sampai kain tidak terasa licin.
•
Mengeringkan kain dan mengevaluasi kain tersebut dengan uji daya serap
dan perhitungan mengkeret lusi dan pakan.
6
7. IV. DATA PRAKTIKUM
A. Proses Merserisasi
Jumlah larutan
= ml
NaOH 28o Be
= ml
Pembasah
= ml
CH3COOH
= ml
Suhu
= 15 o C
Waktu
= 30 detik
Berat kain awal
= 8,46 g
Berat kain akhir
= 8,34 g
Lusi awal
= 10 cm
Lusi akhir
= 9 cm
Pakan awal
= 10 cm
Pakan akhir
= 9,9 cm
Uji daya serap
= 3,3 detik
Kain sebelum merser
Kain setelah merser
Mengkeret lusi = P2 – P1 x 100 %
P1
= 9 cm – 10 cm x 100 %
10 cm
= - 10 %
Mengkeret pakan = P2 – P1 x 100 %
P1
= 9,9 cm – 10 cm x 100 %
10 cm
= - 1%
7
8. B. Proses Kostisasi
Jumlah larutan
= ml
NaOH 28o Be
= ml
Pembasah
= ml
CH3COOH
= ml
Suhu
= 15 o C
Waktu
= 30 detik
Berat kain awal
= 8,15 g
Berat kain akhir
= 7,97 g
Lusi awal
= 10 cm
Lusi akhir
= 8,8 cm
Pakan awal
= 10 cm
Pakan akhir
= 8,9 cm
Uji daya serap
= 4 detik
Kain sebelum kostisasi
Kain setelah kostisasi
Mengkeret lusi = P2 – P1 x 100 %
P1
= 8,8 cm – 10 cm x 100 %
10 cm
= - 12 %
Mengkeret pakan = P2 – P1 x 100 %
P1
= 8,9 cm – 10 cm x 100 %
10 cm
= - 11%
8
9. V. DISKUSI
Proses merserisasi dan kostisasi merupakan sebuah tahapan proses yang penting
bagi bahan tekstil yang terbuat dari serat yang mengandung kapas karena akan
mempengaruhi sifat kimia bahan yaitu daya serap terhadap zat warna dan uap air, sifat
fisik bahan seperti kilau bahan, kekuatan tarik,mengkeret, dan stabilitas dimensi. Dalam
praktikum ini dilakukan proses merserisasi dan kostisasi pada kain kapas yang telah
melalui proses desizing dan scouring. Kain kapas hasil desizing dan scouring ini akan
dimerser dalam larutan NaOH dengan konsentrasi 28-32o Be sambil diberi peregangan
pada arah lusi dan pakan. Sedangkan pada proses kostisasi, kain kapas hasil desizing
dan scouring ini akan dikostis dalam larutan NaOH 20o Be tanpa peregangan arah
pakan. Masing-masing proses dilakukan pada suhu 15o C selama 30 detik. Larutan
NaOH
yang
digunakan
adalah
larutan
yang
pekat
sehingga
dalam
proses
perendamannya diperlukan sarung tangan khusus untuk mencegah terkenanya NaOH
pada tangan.
Hasil dari proses merserisasi yang diharapkan adalah untuk memperbaiki struktur
serat yang meliputi meningkatnya kilau kain, meningkatnya kekuatan serat dan
meningkatnya daya serap kain terhadap zat warna dan uap air. Adanya proses
peregangan pada benang lusi dan pakan saat merser berlangsung mengakibatkan
derajat kristalitas meningkat yang juga diikuti oleh meningkatanya derajat orientasi kain.
Dalam praktikum digunakan NaOH dengan konsentrasi tinggi yang bertujuan untuk
menggembungkan serat sehingga struktur serat dapat lebih baik dan kekuatan tariknya
pun bertambah.
Selama berlangsungnya percobaan diketahui faktor-faktor yang berpengaruh pada
proses merserisasi adalah penggunaan zat pembantu, pelunak air, konsentrasi alkali,
suhu, kualitas bahan,dan struktur anyaman kain. Pengaruh zat pembantu terutama
pembasah adalah jika merserisasi dilakukan tanpa pemberian pembasah maka hasil
merser tidak rata. Sedangkan pembasah yang baik adalah pembasah yang tahan pada
pH tinggi antara 12-13. Agar diperoleh hasil merser yang rata perlu penambahan
pelunak air jenis NTA dan HEDTA, namun karena tidak tersedia di laboratorium maka
tidak digunakan pelunak air ini. Pada proses merserisasi ini tidak boleh apabila
digunakan pelunak air jenis EDTA. Dalam praktikum ini sendiri hanya digunakan zat
pembasah sebanyak 1-2 ml / L. Faktor suhu juga sangat berpengaruh pada hasil
merser. Penggelembungan selulosa yang baik akan diperoleh antara suhu 15-20 o C dan
9
10. merserisasi yang baik adalah dilakukan pada suhu 15o C ( suhu harus konstan ). Hasil
merserisasi akan lebih baik jika menggunakan kapas dengan grade yang tinggi ( grade 1
) dan pada kain tenun akan lebih baik hasilnya pada kain yang struktur tenunannya lebih
longgar.
Sedangkan pada proses kostisasi tidak dilakukan peregangan kain seperti pada
proses merserisasi. Penggelembungan serat tetap akan terjadi tanpa peregangan pada
kain. Terjadinya penggelembungan serat ini akan memperbaiki tear strength atau daya
sobek akan meningkat, meningkatkan daya serap bahan terhadap zat warna, membantu
menghilangkan kotoran pada serat dan meningkatkan covering power ( menutupi /
menghilangkan perbedaan warna hasil celupan akibat kapas mati ).
Dari proses merserisasi dan kostisasi terdapat perbedaan hasil yaitu perhitungan
mengkeret kain dan uji daya serap. Pada konsentrasi alkali untuk proses kostisasi
antara 18-22o Be akan terjadi pemengkeretan kain 15-20 % tetapi hasil kostisasi dengan
alkali 20o Be hanya menghasilkan mengkeret lusi sebesar 12% dan mengkeret pakan
sebesar 11%. Mengkeret lusi pada proses merserisasi tidak berbeda jauh dengan
proses kostisasi, mengkeret lusi hasil merserisasi adalah 10% sedangkan mengkeret
pakannya hanya 1%. Hasil ini diperoleh karena mutu kain kapas yang kurang bagus dan
tidak digunakannya pelunak air sehingga hasil merserisasi dan kostisasi menjadi kurang
rata. Sedangkan hasil dari uji daya serap menunjukkan bahwa kain hasil merserisasi
lebih cepat menyerap air daripada kain hasil kostisasi. Kain hasil merserisasi menyerap
air 3,3 detik sedangkan kain hasil kostisasi menyerap air selama 4 detik.
VI. KESIMPULAN
•
Kain hasil merserisasi dapat menyerap air lebih cepat daripada kain hasil kostisasi.
•
Perhitungan mengkeret kain baik mengkeret lusi dan mengkeret pakan hasil
kostisasi lebih besar daripada perhitungan mengkeret kain hasil merserisasi.
•
Faktor-faktor yang berpengaruh pada proses merserisasi dan kostisasi adalah
konsentrasi NaOH, pengaruh zat pembantu ( pembasah ), pelunak air, suhu dan
waktu proses, kualitas bahan yang digunakan dan jenis struktur anyaman serat.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Astini Salihima, S.Teks, dkk. 1978. Pedoman Praktikum Pengelantangan dan
Pencelupan. Bandung : Institut Teknologi Tekstil.
10
11. Ir. Rasjid Djufri, M.Sc, dkk. 1976. Teknologi Pengelantangan, Pencelupan, dan
Pencapan. Bandung : Institut Teknologi Tekstil.
Muhammad Ichwan, dkk. 2004. Pedoman Praktikum Teknologi Persiapan
Penyempurnaan. Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
Soeparman, S.Teks. Teknologi Penyempurnaan Tekstil. Bandung : Institut
Teknologi Tekstil.
11