SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
ANALISA SERAT SECARA KUANTITATIF DAN KUALITATIF

ANALISA SERAT SECARA KUANTITATIF
I. MAKSUD DAN TUJUAN
MAKSUD
Mengetahui komposisi serat campuran pada bahan tekstil secara analisa kuantitatif.
TUJUAN
Mengetahui dan mengamati kelarutan serat yang telah diketahui jenisnya pada pelarut
yang sesuai untuk mendapatkan perbandingan berat awal dan berat akhir untuk
mengetahui konsentrasinya.
II. TEORI DASAR
Analisa kuantitatif serat tekstil berhubungan erat dengan identifikasi serat. Analisa
kuantitatif baru dapat dilakukan setelah dilakukan identifikasi serat. Analisa kuantitatif dapat
dilakukan dengan tiga cara yaitu :
1. Cara Mekanika
2. Cara Kimia
3. Cara Mikroskop
A. ANALISA KUANTITATIF CARA MEKANIKA
Analisa kuantitatif cara mekanika hanya dapat dilakukan apabila jenis benang
berbeda maka jenis seratnya juga berbeda, misalnya jenis serat benang lusi berbeda
dengan jenis serat benang pakan. Pada keadaan ini analisanya dilakukan dengan
memisahkan benang-benang pada jenis serat yang berbeda, kemudian ditimbang.
Analisa cara mekanika juga dapat dilakukan untuk membantu analisa cara lain
pada bahan tekstil yang terdiri dari campuran serat walaupun jenis-jenis serat pada
bahan tekstil tersebut jarang sekali terpisah satu dengan lainnya dengan nyata,
misalnya benang lusi terdiri dari campuran serat yang berbeda jenis-jenisnya dengan
campuran serat dari benang pakan. Apabila kuantitatifnya akan lebih mudah dikerjakan,
jika mulua-mula dilakukan pemisahan benang lusi dengan benang pakan, kemudian
dari masing-masing benang tersebut dilakukan analisa menurut cara lain.

1
B. ANALISA KUANTITATIF CARA KIMIA
Prinsip analisa kuantitatif cara kimia yaitu dengan cara melarutkan setiap jenis
serat satu per satu dengan pelarut yang sesuai. Kemudian setelah selesai pelarutan
pada setiap jenis serat dilakukan penimbangan sisa seratnya. Pelarut yang digunakan
pada cara ini harus betul-betul dipilih dan memenuhi syarat, karena jika seratnya tidak
larut maka hasilnya akan salah. Kadang-kadang serat yang akan dilarutkan larut kurang
sempurna, sedangkan serat yang seharusnya tidak larut, terlarutkan sedikit, sehingga
dalam hal ini perlu diberi faktor koreksi. Untuk mendapatkan hasil analisa yang teliti,
sebaiknya pengujian-pengujian dilakukan menurut standar.
Analisa cara kimia kadang-kadang tidak bisa digunakan, misalnya jika campuran
serat pada bahan tekstil terdiri sari serat tumbuhan semua, atau serat binatang semua,
sehingga untuk ini terpaksa dilakukan analisa cara mikroskop. Untuk analisa kuantitatif
cara kimia banyak sekali cara-cara yang dapat digunakan. Beberapa standar telah
dikeluarkan dan digunakan oleh lembaga-lembaga misalnya : AATCC, Shirley Institute,
dam ASTM.
C. ANALISA KUANTITATIF CARA MIKROSKOP
Analisa kuantitatif cara mikroskop didasarkan terutama pada perhitungan jumlah
serat. Disamping itu perlu pula dilakukan pengukuran diameter serat dan berat jenis
serat.Oleh karena itu cara ini memerlukan waktu yang lama, sukar dan sangat
bergantung dari pengalaman pemeriksa dalam mengidentifikasi serat. Untuk analisa ini
diperlukan mikroskop denga perbesaran 200-250 kali, dengan tempat kaca obyek yang
dapat digeser dan okuler dengan garis silang. Contoh uji berupa kain diambil benang
lusi dan benang pakannya sesuai dengan perbandingan tetal lusi dan pakan, kemudian
dipotong kecil-kecil.

2
D. TABEL ANALISA KUANTITATIF

No

1.

Pelarut

Serat
yang larut

HCl 1:1

Waktu

Suhu

(menit

(0 C)

)

Penetral

Alat
Erlenmeyer

Nylon

30

30

NH4OH 5%

Kapas
Rayon

30

30

Na2CO3 5%

tutup asah
Piala gelas

30

30

NaHCO3 5%

Piala gelas

2.

Asam formiat
H2SO4 70%

3.

H2SO4 60%

4.

NaOCl 10%

Wool

30

30

Air

5.

NaOH 10%

Wool

10

CH3COOH 5%

6.

KOH 10%

Wool

10

Mendidih
mendidi

tutup asah
Piala gelas

CH3COOH 5%

Piala gelas

viskosa

h

Erlenmeyer

III. PRAKTIKUM
A. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN
•

Oven

•

Eksikator

•

Penyaring

•

Pengaduk

•

Gelas arloji

B. BAHAN-BAHAN YANG DIGUNAKAN
 Kain contoh uji yang sudah diketahui jenis seratnya yaitu kain campuran
Poliester/kapas (T/C).
C. CARA KERJA


Kain contoh uji dipisahkan benang lusi dan benang pakannya (diurai) dan
ditimbang seberat 1 gram = A gram.



Larutkan kedalam 50 ml pelarut yang sesuai.



Aduk-aduk dan diamkan selama waktu yang sesuai dengan pelarut yang
digunakan.



Cuci dengan air bersih.

3


Netralkan dengan 50 ml penetral yang sesuai dengan pelarut yang digunakan
selama 5-10 menit.



Keringkan dengan oven pada suhu antara 105-1100 C selama 1 jam.



Simpan dalam eksikator selama 10-20 menit.



Timbang berat kain sisa pelarutan = B gram

D. DATA PRAKTIKUM
Sampel kain contoh uji

= Poliester/kapas (T/C)

Pelarut yang digunakan

= H2SO4 70%

Penetral yang digunakan

= Na2CO3

Waktu pelarutan

= 30 menit

Waktu penetralan

= 30 menit

Waktu Oven

= 1 jam

Waktu dalam eksikator

= 10 menit

Suhu pelarutan

= 30 0 C

Suhu penetralan

= 30 0 C

Suhu Oven

= 110 0 C

Berat awal

=A

= 0,5835 gram

Berat akhir

=B

= 0,3761 gram

Kain yang tidak larut (serat I)

= Poliester

Kain yang larut (serat II)

= Kapas

4
E. PERHITUNGAN
Berat kain awal

=A
= 0,5835 gram

Berat kain sisa pelarutan

=B
= 0,3761 gram

Kain yang tidak larut (serat I)

= Poliester
= (B / A) x 100% = C
= (0,3761 gram / 0,5835 gram) x 100%
= 64,45 %
=C

Kain yang larut (serat II)

= Kapas
= 100 % - C % = D %
= 100 % - 64,45 %
= 35,55 %
=D

Serat I

=C

Serat II = D

= Poliester

= 64,45 %

= Kapas

= 35,55 %

F. DISKUSI
Pada pengujian analisa serat secara kuantitatif, praktikan mendapatkan sample
kain uji yaitu Poliester/Kapas. Tugas praktikan disini adalah untukmenentukan berapa
perbandingan komposisi masing-masing serat dengan menggunakan cara pelarutan.
Pelarut yang digunakan tentunya tidak boleh sembarang karena akan mempengaruhi
hasil yang diperoleh. Karena sampel kainnya adalah Poliester/Kapas maka pelarut yang
harus digunakan adalah pelarut yang dapat melarutkan salah satu jenis serat tetapi
tidak bisa melarutkan serat yang lainnya. Pada analisa kuantitatif dengan sampel kain
Poliester/Kapas praktikan menggunakan pelarut H2SO4 70 % yang dapat melarutkan
kapas 100 % tetapi tidak bisa melarutkan serat Poliester.
Awalnya sampel kain harus dipisahkan dan siurai benang lusi dan benang
pakannya kemudian ditimbang sehingga diperoleh berat awal = A gram. Serat-serat

5
tersebut kemudian dilarutkan dalam pelarut H 2SO4 70 % selama 30 menit kemudian
sisa serat yang tidak larut dinetralkan dengan 50 ml Na 2CO3 selama 30 menit. Sisa
serat tersebut kemudian dicuci dan dimasukkan kedalam oven pada suhu 110

0

C

selama 1 jam kemudian dimasukkan dalam eksikator selama 10 menit dan ditimbang
lagi sisa seratnya sehingga diperoleh berat akhir = B gram. Perhitungan dilakukan
dengan cara membandingkan berat awal serat dengan berat sisa serat hasil pelarutan.
G. KESIMPULAN
♣

Serat yang larut adalah serat kapas sedangkan serat yang tidak larut adalah serat
Poliester.

♣

Berat awal serat adalah 0,5835 gram dan berat akhir serat sisa pelarutan adalah
0,3761 gram.

♣

Dari perhitungan diperoleh komposisi serat kapas adalah 35,55 % dan komposisi
serat Poliester adalah 64,45 %.

ANALISA SERAT SECARA KUALITATIF
I.

MAKSUD DAN TUJUAN
MAKSUD
Mengidentifikasi jenis-jenis serat baik serat alam maupun serat buatan meliputi
karakteristik dan strukturnya dengan cara pengujian serat menggunakan uji
pembakaran, uji pelarutan, dan uji mikroskop.
TUJUAN
1. Memperkirakan golongan serat baik secara umum dengan uji pembakaran.
2. Mengamati kelarutan jenis serat pada beberapa jenis pelarut dengan menggunakan
uji pelarutan.
3. Mengamati morfologi serat baik serat alam maupun serat buatan dengan melihat
penampang melintang dan membujurnya dengan menggunakan uji mikroskop.

II.

TEORI DASAR
A.

DASAR IDENTIFIKASI

6
Identifikasi serat didasarkan terutama pada beberapa sifat khusus dari suatu serat
yaitu, morfologi, sifat kimia atau sifat fisikanya. Pada umumnya identifikasi serat
dilakukan menurut gabungan beberapa cara, terutama pengamatan dengan mikroskop
dan cara kimia mikro, untuk mendapatkan hasil yang dapat dipertanggungjawabkan,
dan tidak boleh dilakukan menurut satu cara yang sederhana saja.
Pada serat alam, morfologi seratnya menunjukkan suatu bentuk dengan
perbedaan yang besar antara satu dan lainnya. Dalam batas tertentu morfologinya
mempunyai bentuk yang tetap, oleh karena itu morfologi dari serat alam sangat
menentukan dalam identifikasi seratnya. Sebaliknya , sifat kimia serat alam
perbedaannya sangat kecil, karena serat tersebut selalu tersusun oleh selulosa atau
protein, sehingga sifat kimia kurang penting untuk identifikasi serat alam.
Pada serat buatan, morfologi serat kurang penting untuk identifikasi serat, karena
morfologi serat ditentukan terutama oleh cara pembuatan dan penarikan seratnya, dan
bukan oleh jenis seratnya. Serat yang dibuat dengan cara pemintalan leleh akan selalu
menghasilkan serat dengan penampang lintang bergerigi, sedangkan pemintalan kering
akan menghasilkan serat dengan penampang lintang berlekuk-lekuk. Sehingga pada
serat buatan, jenis serat yang berbeda dapat mempunyai bentuk serat yang sama,
sebaliknya satu jenis serat dapat mempunyai bentuk serat yang berbeda. Dengan
demikian untuk identifikasi serat buatan sifat kimia dan sifat fisika memegang peranan
lebih penting daripada morfologi seratnya.
B.

UJI PEMBAKARAN
Uji pembakaran adalah cara yang paling tua untuk identifikasi serat. Cara ini

adalah cara yang paling mudah dilakukan, tetapi hanya dapat memperkirakan golongan
serat secara umum dan tidak dapat dipertanggungjawabkan untuk identifikasi serat
campuran. Alat yang diperlukan hanyalah sumber nyala api. Sumber nyala api yang
paling baik adalah nyala api dari pembakar Bunsen yang mempergunakan bahan bakar
gas, atau dapat juga menggunakan nyala api dari
bahan bakar alkohol. Sedangkan korek api merupakan sumber nyala api yang tidak
baik karena korek api sendiri saat terbakar mengeluarkan bau yang keras sehingga
akan mengganggu bahan yang akan diperiksa.
C.

UJI PELARUTAN


Asam khlorida

= melarutkan serat Nylon

7
Asam khlorida pekat



=

pada

suhu

kamar

akan

melarutkan
Rayon viskosa, sutera, sutera tusah

(

larut dengan lambat )
Asam sulfat 70%



=

pada

suhu

kamar

akan

melarutkan
serat selulosa ( kapas, rayon viskosa,
rayon asetat ), nylon dan sutera
Asam nitrat



= melarutkan rayon asetat, wol,
poliakrilat dan nylon



Asam nitrat pekat

= melarutkan akrilan



Asam asetat glasial

= melarutkan rayon asetat



Aseton



Kalium hidroksida (KOH 5%)

= melarutkan rayon asetat
= semua serat binatang

dan

sutera
larut, protein diregenerasi dan sutera
tusah larut

sebagian, serat selulosa

dan serat buatan tidak larut


Kuproamonium hidroksida

= melarutkan serat selulosa



Natrium hipoklorit

= melarutkan wol dan sutera



Natriumhidroksida (NaOH 45%)

=

melarutkan

polyester,

wol,

sutera,
Dacron pada suhu mendidih


Khloroform

= melarutkan Vinyon HH



Fenol 90%

= melarutkan nylon pada suhu 350



Metilena dikhlorida

= melarutkan vinyon



Metil salisilat

= melarutkan poliester



Dimetil formamida (DMF)

= melarutkan poliakrilat, poliamida

C

,

8
dan rayon asetat, dynel (350C), acrilan
(550C), orlon 41 (710C) dan orlon 81
(990C)
Meta cresol



=

melarutkan

rayon

asetat,

poliamida /
nylon
D.

UJI MIKROSKOP
Pemeriksaan serat dengan mikroskop terutama dimaksudkan untuk mengetahui

bentuk-bentuk penampang lintang, pandangan membujur, dimensi, struktur bagian
dalam serat dan permukaan serat. Pengamatan dengan mikroskop merupakan satusatunya cara yang dapat digunakan untuk identifikasi serat dimana terdapat campuran
serat yang berbeda jenisnya. Oleh karena itu pengamatan dengan mikroskop adalah
cara yang paling penting dan banyak digunakan untuk identifikasi serat. Pada
pengamatan secara melintang, prinsipnya adalah serat dipotong secara melintang
setipis mungkin sehingga dapat diamati dibawah mikroskop. Pembuatan irisan
melintang dapat menggunakan cara gabus, mikroton tangan atau mikroton mekanis,
sedangkan yang paling mudah dilakukan adalah cara gabus.
III.

PRAKTIKUM
A. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN
1. UJI PEMBAKARAN
•

Pembakar Bunsen

•

Pinset

•

Gunting

•

Korek api gas

2. UJI PELARUTAN
•

Tabung reaksi

•

Pengaduk kaca

•

Rak tabung

•

Penjepit tabung

•

Pembakar Bunsen

9
•

Korek api gas

3. UJI MIKROSKOP
•

Mikroskop

•

Kaca obyek

•

Cover glass

•

Jarum jahit

•

Benang

•

Gabus kecil

•

Silat tajam

•

Lak

B. BAHAN-BAHAN YANG DIGUNAKAN
 Kain contoh uji yang belum diketahui jenis seratnya

D. CARA KERJA
1. UJI PEMBAKARAN
 Serat yang akan diperiksa dibuat kira-kira sebesar benang Ne1 10 dengan
panjang 4-5 cm dan diberi puntiran.
 Contoh serat didekatkan pada api dari samping dengan perlahan-lahan.
Waktu serat dekat dengan nyala api diamati apakah bahan meleleh,
menggulung atau terbakar mendadak.
 Pada saat serat menyala, supaya diperhatikan dimana terjadinya nyala api,
dan pada saat serat terbakar oleh nyala segera dipindahkan dari nyala api.
 Apabila nyala api dari serat segera padam (setelah lepas dari nyala api)
maka segera dicatat bau dari gas yang dikeluarkan oleh serat yang terbakar
itu.
 Tetapi jika serat tetap menyala, maka nyala diamati dengan jalan meniup
dan dicatat bau yang dikeluarkan oleh serat yang terbakar itu. Setelah nyala
api padam perlu dicatat apakah serat mengeluarkan asap atau tidak.
 Akhirnya perlu dicatat pula bentuknya, warnanya dan kekerasan dari abu
sisa pembakaran.

10
2. UJI PELARUTAN
 Tabung reaksi yang akan digunakan dibersihkan terlebih daulu.
 Memasukkan 5 ml pereaksi kedalam masing-masing tabung reaksi dengan
hati-hati.
 Memasukkan beberapa helai serat yang akan diuji (jangan terlampau
banyak) kedalam tabung reaksi yang telah berisi pereaksi.
 Mengaduk-aduk serat yang berada didalam larutan pereaksi dan mengamati
kelarutannya selama 5 menit.
 Jika setelah selesai 5 menit ternyata tidak larut pereaksi dapat dipanaskan
dengan hati-hati.
 Setelah 3 menit diamati kelarutan dari masing-masing serat pada masingmasing pelarutnya.
3. UJI MIKROSKOP
A. Pengamatan Pandangan MembujurDari Serat
 Serat diletakkan sejajar diatas kaca obyek dan dipisahkan satu dari yang
lainnya dengan jarum supaya tidak menumpuk.
 Kemudian ditututp dengan kaca penutup (cover glass), dan dari salah
satu sisi kaca penutup ditetesi medium.
 Jumlah air atau medium tidak boleh terlalau banyak, tetapi juga tidak
boleh terlalu sedikit. Kelebihan medium dapat dikurangi dengan kertas
saring.
 Preparat yang telah siap kemudian diamati dibawah mikroskop.
 Perbesaran dilakukan mulai dari 5x, 10x, 40x, 45x dan 100x.
B. Pengamatan Pandangan Melintang Dari Serat
 Jarum jahit yang bersisi benang ditusukkan ditengah-tengah gabus.
Kemudian jarum ditaruk kembali dengan meninggalkan lengkungan
benang pada gabus.
 Sekelompok serat yang telah disejajarkan dan diberi lak merah
diletakkan didalam lengkungan benang dan dengan hati-hati ditarik
masuk kedalam gabus dengan cara menarik ujung benang sehingga
serat masuk kedalam tengah-tengah gabus.

11
 Setelah laknya kering gabus diiris setipis mungkin dengan silet yang
tajam sehingga serat ditengah gabus ikut terpotong secara melintang.
 Irisan gabus yang mengandung potongan serat ditempelkan pada kaca
penutup dengan ditetesi medium.
 Kaca penutup dengan potongan gabus dibawahnya diletakkan pada
kaca obyek kemudian diamati dibawah mikroskop .
 Perbesaran dilakukan mulai dari 5x, 10x, 40x, 45x dan 100x.

E.

DATA PERCOBAAN
1. UJI PEMBAKARAN

Benang

Lusi

Pakan

Karakteristik
pembakaran
Berbau kertas
terbakar
Meneruskan nyala api
Abunya rapuh
Tidak berasap
Berbau kertas
terbakar
Meneruskan nyala api
Abunya rapuh
Tidak berasap

Sampel Awal

Sisa Pembakaran

dijurnal

Sampel Kain

dijurnal
dijurnal

dijurnal

2. UJI PELARUTAN

12

dijurnal
Pada saat melakukan uji pelarutan praktikan menggunakan tiga macam
pelarut yang memberikan hasil :


H2SO4 70 %

= larut



NaOCl 10 %

= tidak larut



NaOH 45 %

= larut

3. UJI MIKROSKOP
Penampang
Membujur

Keterangan
Melintang

Membujur

Melintang

Seperti silinder, terdapat
garis-garis sejajar pada

penampang

penampang membujurnya

F.

Bergerigi pada pinggiran
melintangnya

DISKUSI
Pada praktikum analisa kualitatif serat selulosa ini, praktikan diberi 1 sampel
kain oleh dosen yang belum diketahui jenis serat yang menyusun kain tersebut.
Tugas praktikan disini adalah melakukan pengujian serat secara kualitatif dengan
uji pembakaran, uji pelarutan dan uji mikroskop. Untuk melakukan pengujian
tersebut sampel kain harus diurai atau dipisahkan antara benang lusi dan benang
pakannya. Hal ini dilakukan karena kita tidak tahu sampel kain tersebut tersusun
atas serat tunggal atau serat campuran, oleh karena itu perlu dilakukan
pemisahan antara benang lusi dan benang pakannya.
Setelah benang lusi dan benang pakan diurai dan dipisahkan, kemudian
masing-masing benang dipuntir sebanyak beberapa helai kemudian dibakar
dengan pembakar gas dan diamati sifat pembakarannya. Dalam uji pembakaran
ini ada beberapa indikator yang harus diamati oleh praktikan yaitu :
o

Bau yang timbul setelah pembakaran.

o

Asap yang timbul pada saat pembakaran.

o

Sifat pembakaran.

13
o

Abu sisa pembakaran.

Pada uji pembakaran ini, praktikan hanya akan mengetahui apakah serat
tersebut termasuk kedalam serat alam, serat protein , serat buatan, atau serat
campuran karena uji pembakaran ini hanya dapat digunakan untuk membedakan
serat secara umum saja dan tidak dapat digunakan untuk serat campuran. Jika
ternyata serat yang diuji adalah serat campuran maka perlu dilakukan pengujian
lanjutan yang akan memperjelas serat apakah yang dimaksud yaitu dengan uji
mikroskop. Pembakaran pada serat-serat benang lusi dan benang pakan
menunjukkan hasil yang sama. Hasil yang diperoleh yaitu pembakaran serat
menghasilkan bau seperti kertas terbakar, sifat pembakarannya meneruskan
nyala api, abunya rapuh, dan tidak berasap. Sehingga hasil sementara yang
diperoleh adalah serat yang menysun sample kain adalah serat alam (selulosa).
Pengujian selanjutnya yang dilakukan adalah uji pelarutan dengan
bermacam-macam pelarut yang tersedia. Praktikan hanya menggunakan tiga
macam pelarut dalam pengujian ini. Pelarut yang digunakan oleh praktikan adalah
pelarut yang bersifat asam dan basa yaitu H 2SO4 70 %, NaOCl 10 %, dan NaOH
45 %. Masing-masing benang lusi dan benang pakan dilakukan uji pelarutan pada
beberapa tabung reaksi. Setiap tabung reaksi diisi pelarut dan diamati
kelarutannya selama beberapa menit. Hasilnya menunjukkan bahwa benang lusi
hanya larut pada pelarut H2SO4 70 % dan NaOH 45 % tetapi tidak larut dalam
NaOCl 10 %. Hasil yang sama juga terlihat pada pengujian benang pakan.
Benang pakan hanya larut dalam pelarut H2SO4 70 % dan NaOH 45 % tetapi tidak
larut dalam pelarut NaOCl 10 % . Hasil ini menunjukkan bahwa sampel kain yang
diuji berasal dari serat selulosa.
Pengujian terakhir yang dilakukan untuk memperolah hasil yang spesifik
adalah pengujian dengan mikroskop. Pada uji mikroskop ini benang lusi dan
benang pakan diamati dibawah mikroskop pada penampang membujur dan
penampang

melintangnya.

Pengamatan

dibawah

mikroskop

memerlukan

ketelitian agar struktur serat yang diamati dapat terlihat dengan jelas. Alat-alat
yang digunakan harus dibersihkan agar pada saat diamati dibawah mikroskop
yang terlihat adalah struktur seratnya bukan kotoran-kotoran atau gelembung
udara yang timbul akibat kelebihan medium yang digunakan

14
Pada pengamatan membujur benang lusi terlihat serat yang berbentuk
silinder, terdapat garis-garis disepanjang penampang membujurnya. Sedangkan
pada pengamatan penampang melintang benang lusi terlihat bentuk serat yang
bergerigi pada pinggiran penampang melintangnya.

Hasil yang sama juga

diperoleh pada pengamatan benang pakan baik pada penampang membujur dan
penampang melintangnya, sehingga hasil terakhir yang diperoleh menunjukkan
bahwa sample kain yang diuji terdiri dari serat yang sama baik benang lusi
maupun benang pakannya.
G.

KESIMPULAN


Pada

uji

pembakaran

baik

benang

lusi

maupun

benang

pakan

memperlihatkan hasil yaitu :
♣
♣

Meneruskan nyala api

♣

Abunya rapuh

♣


Berbau kertas terbakar

Tidak berasap

Pada uji pelarutan diperoleh hasil :
♣
♣

NaOCl 10 % = tidak larut

♣


H2SO4 70 %

NaOH 45 %

= larut

= larut

Pada uji mikroskop hasil pengamatan benang lusi dan benang pakan baik
pengamatan penampang melintang dan penampang membujurnya adalah
sama. Hasilnya adalah penampang membujurnya berbentuk silinder yang
terdapat garis-garis disepanjang penampang membujurnya. Sedangkan
pada penampang melintangnya hasilnya adalah bergerigi pada pinggiran
penampang melintangnya.



Dengan menganalisis hasil yang diperoleh dari uji pembakaran, uji
pelarutan, dan uji mikroskop diperoleh hasil bahwa sampel kain yang diuji
ternyata terdiri dari serat tunggal yang terbuat dari selulosa yaitu serat
Rayon Viskosa.

15
DAFTAR PUSTAKA
Dede Karyana, S.Teks, M.Si. 2008. Pedoman Praktikum Laboratorium Evaluasi
Kimia. Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
P. Soepriyono, S.Teks, dkk. 1973. Serat-Serat Tekstil. Bandung : Institut
Teknologi Tekstil.
Wibowo Moerdoko, S.Teks, dkk. 1975. Evaluasi Tekstil bagian Kimia. Bandung :
Institut Teknologi Tekstil.

16

More Related Content

What's hot

Laporan 1. Praktek Evaluasi Tekstil I Dekomposisi Kain
Laporan 1.  Praktek Evaluasi Tekstil I Dekomposisi KainLaporan 1.  Praktek Evaluasi Tekstil I Dekomposisi Kain
Laporan 1. Praktek Evaluasi Tekstil I Dekomposisi Kainaji indras
 
Bu Ainur - Proses Hilang Kanji
Bu Ainur - Proses Hilang KanjiBu Ainur - Proses Hilang Kanji
Bu Ainur - Proses Hilang Kanjiaji indras
 
LAPORAN PRAKTEK PENGANJIAN (SIZING) PADA BENANG
LAPORAN PRAKTEK PENGANJIAN (SIZING) PADA BENANG LAPORAN PRAKTEK PENGANJIAN (SIZING) PADA BENANG
LAPORAN PRAKTEK PENGANJIAN (SIZING) PADA BENANG aji indras
 
Analisa kerusakan serat selulosa scr kualitatif
Analisa kerusakan serat selulosa scr kualitatifAnalisa kerusakan serat selulosa scr kualitatif
Analisa kerusakan serat selulosa scr kualitatifOperator Warnet Vast Raha
 
Sistem penomoran benang
Sistem penomoran benangSistem penomoran benang
Sistem penomoran benangSholihin GPaa
 
Rangkaian evaluasi secara kimia terhadap kain tekstil
Rangkaian evaluasi secara kimia terhadap kain tekstilRangkaian evaluasi secara kimia terhadap kain tekstil
Rangkaian evaluasi secara kimia terhadap kain tekstilToko Jaket Bola
 

What's hot (20)

Proses pengelantangan
Proses pengelantanganProses pengelantangan
Proses pengelantangan
 
Proses merserisasi dan kostisasi nyeh
Proses merserisasi dan kostisasi nyehProses merserisasi dan kostisasi nyeh
Proses merserisasi dan kostisasi nyeh
 
Bleaching
BleachingBleaching
Bleaching
 
Laporan 1. Praktek Evaluasi Tekstil I Dekomposisi Kain
Laporan 1.  Praktek Evaluasi Tekstil I Dekomposisi KainLaporan 1.  Praktek Evaluasi Tekstil I Dekomposisi Kain
Laporan 1. Praktek Evaluasi Tekstil I Dekomposisi Kain
 
Lap 3. tlw thd pencucian & uji bundesmann
Lap 3. tlw thd pencucian & uji bundesmannLap 3. tlw thd pencucian & uji bundesmann
Lap 3. tlw thd pencucian & uji bundesmann
 
Bu Ainur - Proses Hilang Kanji
Bu Ainur - Proses Hilang KanjiBu Ainur - Proses Hilang Kanji
Bu Ainur - Proses Hilang Kanji
 
Laporan simultan pada kain kapas by benkur
Laporan simultan pada kain kapas by benkurLaporan simultan pada kain kapas by benkur
Laporan simultan pada kain kapas by benkur
 
Weight reduce
Weight reduceWeight reduce
Weight reduce
 
Tc 1
Tc 1Tc 1
Tc 1
 
Pertenunan
PertenunanPertenunan
Pertenunan
 
Identifikasi serat 1
Identifikasi serat 1Identifikasi serat 1
Identifikasi serat 1
 
LAPORAN PRAKTEK PENGANJIAN (SIZING) PADA BENANG
LAPORAN PRAKTEK PENGANJIAN (SIZING) PADA BENANG LAPORAN PRAKTEK PENGANJIAN (SIZING) PADA BENANG
LAPORAN PRAKTEK PENGANJIAN (SIZING) PADA BENANG
 
Proses pemasakan
Proses pemasakanProses pemasakan
Proses pemasakan
 
Analisa kerusakan serat selulosa scr kualitatif
Analisa kerusakan serat selulosa scr kualitatifAnalisa kerusakan serat selulosa scr kualitatif
Analisa kerusakan serat selulosa scr kualitatif
 
Celup cdp zw kationik
Celup cdp   zw kationikCelup cdp   zw kationik
Celup cdp zw kationik
 
Tc2
Tc2Tc2
Tc2
 
Sistem penomoran benang
Sistem penomoran benangSistem penomoran benang
Sistem penomoran benang
 
Rangkaian evaluasi secara kimia terhadap kain tekstil
Rangkaian evaluasi secara kimia terhadap kain tekstilRangkaian evaluasi secara kimia terhadap kain tekstil
Rangkaian evaluasi secara kimia terhadap kain tekstil
 
Proses persiapan penyempurnaan simultan
Proses persiapan penyempurnaan simultanProses persiapan penyempurnaan simultan
Proses persiapan penyempurnaan simultan
 
Uji zat warna pada selulosa
Uji zat warna pada selulosaUji zat warna pada selulosa
Uji zat warna pada selulosa
 

Similar to SERATANALISA (20)

Fabric's report
Fabric's reportFabric's report
Fabric's report
 
PRAKTEK SERAT TEKSTIL MENENTUKAN JENIS SERAT TEKSTIL
PRAKTEK SERAT TEKSTIL MENENTUKAN JENIS SERAT TEKSTILPRAKTEK SERAT TEKSTIL MENENTUKAN JENIS SERAT TEKSTIL
PRAKTEK SERAT TEKSTIL MENENTUKAN JENIS SERAT TEKSTIL
 
Identifikasi serat 2
Identifikasi serat 2Identifikasi serat 2
Identifikasi serat 2
 
Eval 1
Eval 1Eval 1
Eval 1
 
Lap 8. cap bo
Lap 8. cap boLap 8. cap bo
Lap 8. cap bo
 
Lap 8. cap bo
Lap 8. cap boLap 8. cap bo
Lap 8. cap bo
 
Tc 3
Tc 3Tc 3
Tc 3
 
Resume jurnal done 1 komposit
Resume jurnal done 1 kompositResume jurnal done 1 komposit
Resume jurnal done 1 komposit
 
Uji pembakaran tekstil
Uji pembakaran tekstilUji pembakaran tekstil
Uji pembakaran tekstil
 
Lap ujian
Lap ujianLap ujian
Lap ujian
 
Merser
MerserMerser
Merser
 
Simultan polyester
Simultan polyesterSimultan polyester
Simultan polyester
 
Lap 2. pita potong & kekakuan
Lap 2. pita potong & kekakuanLap 2. pita potong & kekakuan
Lap 2. pita potong & kekakuan
 
Uas basaqq
Uas basaqqUas basaqq
Uas basaqq
 
Uas basaqq
Uas basaqqUas basaqq
Uas basaqq
 
Lap 2. pita potong & kekakuan
Lap 2. pita potong & kekakuanLap 2. pita potong & kekakuan
Lap 2. pita potong & kekakuan
 
Lap 10. cap busa
Lap 10. cap busaLap 10. cap busa
Lap 10. cap busa
 
Masak
MasakMasak
Masak
 
Makalah Proses pemintalan leleh,kering dan basah
Makalah Proses pemintalan leleh,kering dan basahMakalah Proses pemintalan leleh,kering dan basah
Makalah Proses pemintalan leleh,kering dan basah
 
Uas basaq
Uas basaqUas basaq
Uas basaq
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

SERATANALISA

  • 1. ANALISA SERAT SECARA KUANTITATIF DAN KUALITATIF ANALISA SERAT SECARA KUANTITATIF I. MAKSUD DAN TUJUAN MAKSUD Mengetahui komposisi serat campuran pada bahan tekstil secara analisa kuantitatif. TUJUAN Mengetahui dan mengamati kelarutan serat yang telah diketahui jenisnya pada pelarut yang sesuai untuk mendapatkan perbandingan berat awal dan berat akhir untuk mengetahui konsentrasinya. II. TEORI DASAR Analisa kuantitatif serat tekstil berhubungan erat dengan identifikasi serat. Analisa kuantitatif baru dapat dilakukan setelah dilakukan identifikasi serat. Analisa kuantitatif dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu : 1. Cara Mekanika 2. Cara Kimia 3. Cara Mikroskop A. ANALISA KUANTITATIF CARA MEKANIKA Analisa kuantitatif cara mekanika hanya dapat dilakukan apabila jenis benang berbeda maka jenis seratnya juga berbeda, misalnya jenis serat benang lusi berbeda dengan jenis serat benang pakan. Pada keadaan ini analisanya dilakukan dengan memisahkan benang-benang pada jenis serat yang berbeda, kemudian ditimbang. Analisa cara mekanika juga dapat dilakukan untuk membantu analisa cara lain pada bahan tekstil yang terdiri dari campuran serat walaupun jenis-jenis serat pada bahan tekstil tersebut jarang sekali terpisah satu dengan lainnya dengan nyata, misalnya benang lusi terdiri dari campuran serat yang berbeda jenis-jenisnya dengan campuran serat dari benang pakan. Apabila kuantitatifnya akan lebih mudah dikerjakan, jika mulua-mula dilakukan pemisahan benang lusi dengan benang pakan, kemudian dari masing-masing benang tersebut dilakukan analisa menurut cara lain. 1
  • 2. B. ANALISA KUANTITATIF CARA KIMIA Prinsip analisa kuantitatif cara kimia yaitu dengan cara melarutkan setiap jenis serat satu per satu dengan pelarut yang sesuai. Kemudian setelah selesai pelarutan pada setiap jenis serat dilakukan penimbangan sisa seratnya. Pelarut yang digunakan pada cara ini harus betul-betul dipilih dan memenuhi syarat, karena jika seratnya tidak larut maka hasilnya akan salah. Kadang-kadang serat yang akan dilarutkan larut kurang sempurna, sedangkan serat yang seharusnya tidak larut, terlarutkan sedikit, sehingga dalam hal ini perlu diberi faktor koreksi. Untuk mendapatkan hasil analisa yang teliti, sebaiknya pengujian-pengujian dilakukan menurut standar. Analisa cara kimia kadang-kadang tidak bisa digunakan, misalnya jika campuran serat pada bahan tekstil terdiri sari serat tumbuhan semua, atau serat binatang semua, sehingga untuk ini terpaksa dilakukan analisa cara mikroskop. Untuk analisa kuantitatif cara kimia banyak sekali cara-cara yang dapat digunakan. Beberapa standar telah dikeluarkan dan digunakan oleh lembaga-lembaga misalnya : AATCC, Shirley Institute, dam ASTM. C. ANALISA KUANTITATIF CARA MIKROSKOP Analisa kuantitatif cara mikroskop didasarkan terutama pada perhitungan jumlah serat. Disamping itu perlu pula dilakukan pengukuran diameter serat dan berat jenis serat.Oleh karena itu cara ini memerlukan waktu yang lama, sukar dan sangat bergantung dari pengalaman pemeriksa dalam mengidentifikasi serat. Untuk analisa ini diperlukan mikroskop denga perbesaran 200-250 kali, dengan tempat kaca obyek yang dapat digeser dan okuler dengan garis silang. Contoh uji berupa kain diambil benang lusi dan benang pakannya sesuai dengan perbandingan tetal lusi dan pakan, kemudian dipotong kecil-kecil. 2
  • 3. D. TABEL ANALISA KUANTITATIF No 1. Pelarut Serat yang larut HCl 1:1 Waktu Suhu (menit (0 C) ) Penetral Alat Erlenmeyer Nylon 30 30 NH4OH 5% Kapas Rayon 30 30 Na2CO3 5% tutup asah Piala gelas 30 30 NaHCO3 5% Piala gelas 2. Asam formiat H2SO4 70% 3. H2SO4 60% 4. NaOCl 10% Wool 30 30 Air 5. NaOH 10% Wool 10 CH3COOH 5% 6. KOH 10% Wool 10 Mendidih mendidi tutup asah Piala gelas CH3COOH 5% Piala gelas viskosa h Erlenmeyer III. PRAKTIKUM A. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN • Oven • Eksikator • Penyaring • Pengaduk • Gelas arloji B. BAHAN-BAHAN YANG DIGUNAKAN  Kain contoh uji yang sudah diketahui jenis seratnya yaitu kain campuran Poliester/kapas (T/C). C. CARA KERJA  Kain contoh uji dipisahkan benang lusi dan benang pakannya (diurai) dan ditimbang seberat 1 gram = A gram.  Larutkan kedalam 50 ml pelarut yang sesuai.  Aduk-aduk dan diamkan selama waktu yang sesuai dengan pelarut yang digunakan.  Cuci dengan air bersih. 3
  • 4.  Netralkan dengan 50 ml penetral yang sesuai dengan pelarut yang digunakan selama 5-10 menit.  Keringkan dengan oven pada suhu antara 105-1100 C selama 1 jam.  Simpan dalam eksikator selama 10-20 menit.  Timbang berat kain sisa pelarutan = B gram D. DATA PRAKTIKUM Sampel kain contoh uji = Poliester/kapas (T/C) Pelarut yang digunakan = H2SO4 70% Penetral yang digunakan = Na2CO3 Waktu pelarutan = 30 menit Waktu penetralan = 30 menit Waktu Oven = 1 jam Waktu dalam eksikator = 10 menit Suhu pelarutan = 30 0 C Suhu penetralan = 30 0 C Suhu Oven = 110 0 C Berat awal =A = 0,5835 gram Berat akhir =B = 0,3761 gram Kain yang tidak larut (serat I) = Poliester Kain yang larut (serat II) = Kapas 4
  • 5. E. PERHITUNGAN Berat kain awal =A = 0,5835 gram Berat kain sisa pelarutan =B = 0,3761 gram Kain yang tidak larut (serat I) = Poliester = (B / A) x 100% = C = (0,3761 gram / 0,5835 gram) x 100% = 64,45 % =C Kain yang larut (serat II) = Kapas = 100 % - C % = D % = 100 % - 64,45 % = 35,55 % =D Serat I =C Serat II = D = Poliester = 64,45 % = Kapas = 35,55 % F. DISKUSI Pada pengujian analisa serat secara kuantitatif, praktikan mendapatkan sample kain uji yaitu Poliester/Kapas. Tugas praktikan disini adalah untukmenentukan berapa perbandingan komposisi masing-masing serat dengan menggunakan cara pelarutan. Pelarut yang digunakan tentunya tidak boleh sembarang karena akan mempengaruhi hasil yang diperoleh. Karena sampel kainnya adalah Poliester/Kapas maka pelarut yang harus digunakan adalah pelarut yang dapat melarutkan salah satu jenis serat tetapi tidak bisa melarutkan serat yang lainnya. Pada analisa kuantitatif dengan sampel kain Poliester/Kapas praktikan menggunakan pelarut H2SO4 70 % yang dapat melarutkan kapas 100 % tetapi tidak bisa melarutkan serat Poliester. Awalnya sampel kain harus dipisahkan dan siurai benang lusi dan benang pakannya kemudian ditimbang sehingga diperoleh berat awal = A gram. Serat-serat 5
  • 6. tersebut kemudian dilarutkan dalam pelarut H 2SO4 70 % selama 30 menit kemudian sisa serat yang tidak larut dinetralkan dengan 50 ml Na 2CO3 selama 30 menit. Sisa serat tersebut kemudian dicuci dan dimasukkan kedalam oven pada suhu 110 0 C selama 1 jam kemudian dimasukkan dalam eksikator selama 10 menit dan ditimbang lagi sisa seratnya sehingga diperoleh berat akhir = B gram. Perhitungan dilakukan dengan cara membandingkan berat awal serat dengan berat sisa serat hasil pelarutan. G. KESIMPULAN ♣ Serat yang larut adalah serat kapas sedangkan serat yang tidak larut adalah serat Poliester. ♣ Berat awal serat adalah 0,5835 gram dan berat akhir serat sisa pelarutan adalah 0,3761 gram. ♣ Dari perhitungan diperoleh komposisi serat kapas adalah 35,55 % dan komposisi serat Poliester adalah 64,45 %. ANALISA SERAT SECARA KUALITATIF I. MAKSUD DAN TUJUAN MAKSUD Mengidentifikasi jenis-jenis serat baik serat alam maupun serat buatan meliputi karakteristik dan strukturnya dengan cara pengujian serat menggunakan uji pembakaran, uji pelarutan, dan uji mikroskop. TUJUAN 1. Memperkirakan golongan serat baik secara umum dengan uji pembakaran. 2. Mengamati kelarutan jenis serat pada beberapa jenis pelarut dengan menggunakan uji pelarutan. 3. Mengamati morfologi serat baik serat alam maupun serat buatan dengan melihat penampang melintang dan membujurnya dengan menggunakan uji mikroskop. II. TEORI DASAR A. DASAR IDENTIFIKASI 6
  • 7. Identifikasi serat didasarkan terutama pada beberapa sifat khusus dari suatu serat yaitu, morfologi, sifat kimia atau sifat fisikanya. Pada umumnya identifikasi serat dilakukan menurut gabungan beberapa cara, terutama pengamatan dengan mikroskop dan cara kimia mikro, untuk mendapatkan hasil yang dapat dipertanggungjawabkan, dan tidak boleh dilakukan menurut satu cara yang sederhana saja. Pada serat alam, morfologi seratnya menunjukkan suatu bentuk dengan perbedaan yang besar antara satu dan lainnya. Dalam batas tertentu morfologinya mempunyai bentuk yang tetap, oleh karena itu morfologi dari serat alam sangat menentukan dalam identifikasi seratnya. Sebaliknya , sifat kimia serat alam perbedaannya sangat kecil, karena serat tersebut selalu tersusun oleh selulosa atau protein, sehingga sifat kimia kurang penting untuk identifikasi serat alam. Pada serat buatan, morfologi serat kurang penting untuk identifikasi serat, karena morfologi serat ditentukan terutama oleh cara pembuatan dan penarikan seratnya, dan bukan oleh jenis seratnya. Serat yang dibuat dengan cara pemintalan leleh akan selalu menghasilkan serat dengan penampang lintang bergerigi, sedangkan pemintalan kering akan menghasilkan serat dengan penampang lintang berlekuk-lekuk. Sehingga pada serat buatan, jenis serat yang berbeda dapat mempunyai bentuk serat yang sama, sebaliknya satu jenis serat dapat mempunyai bentuk serat yang berbeda. Dengan demikian untuk identifikasi serat buatan sifat kimia dan sifat fisika memegang peranan lebih penting daripada morfologi seratnya. B. UJI PEMBAKARAN Uji pembakaran adalah cara yang paling tua untuk identifikasi serat. Cara ini adalah cara yang paling mudah dilakukan, tetapi hanya dapat memperkirakan golongan serat secara umum dan tidak dapat dipertanggungjawabkan untuk identifikasi serat campuran. Alat yang diperlukan hanyalah sumber nyala api. Sumber nyala api yang paling baik adalah nyala api dari pembakar Bunsen yang mempergunakan bahan bakar gas, atau dapat juga menggunakan nyala api dari bahan bakar alkohol. Sedangkan korek api merupakan sumber nyala api yang tidak baik karena korek api sendiri saat terbakar mengeluarkan bau yang keras sehingga akan mengganggu bahan yang akan diperiksa. C. UJI PELARUTAN  Asam khlorida = melarutkan serat Nylon 7
  • 8. Asam khlorida pekat  = pada suhu kamar akan melarutkan Rayon viskosa, sutera, sutera tusah ( larut dengan lambat ) Asam sulfat 70%  = pada suhu kamar akan melarutkan serat selulosa ( kapas, rayon viskosa, rayon asetat ), nylon dan sutera Asam nitrat  = melarutkan rayon asetat, wol, poliakrilat dan nylon  Asam nitrat pekat = melarutkan akrilan  Asam asetat glasial = melarutkan rayon asetat  Aseton  Kalium hidroksida (KOH 5%) = melarutkan rayon asetat = semua serat binatang dan sutera larut, protein diregenerasi dan sutera tusah larut sebagian, serat selulosa dan serat buatan tidak larut  Kuproamonium hidroksida = melarutkan serat selulosa  Natrium hipoklorit = melarutkan wol dan sutera  Natriumhidroksida (NaOH 45%) = melarutkan polyester, wol, sutera, Dacron pada suhu mendidih  Khloroform = melarutkan Vinyon HH  Fenol 90% = melarutkan nylon pada suhu 350  Metilena dikhlorida = melarutkan vinyon  Metil salisilat = melarutkan poliester  Dimetil formamida (DMF) = melarutkan poliakrilat, poliamida C , 8
  • 9. dan rayon asetat, dynel (350C), acrilan (550C), orlon 41 (710C) dan orlon 81 (990C) Meta cresol  = melarutkan rayon asetat, poliamida / nylon D. UJI MIKROSKOP Pemeriksaan serat dengan mikroskop terutama dimaksudkan untuk mengetahui bentuk-bentuk penampang lintang, pandangan membujur, dimensi, struktur bagian dalam serat dan permukaan serat. Pengamatan dengan mikroskop merupakan satusatunya cara yang dapat digunakan untuk identifikasi serat dimana terdapat campuran serat yang berbeda jenisnya. Oleh karena itu pengamatan dengan mikroskop adalah cara yang paling penting dan banyak digunakan untuk identifikasi serat. Pada pengamatan secara melintang, prinsipnya adalah serat dipotong secara melintang setipis mungkin sehingga dapat diamati dibawah mikroskop. Pembuatan irisan melintang dapat menggunakan cara gabus, mikroton tangan atau mikroton mekanis, sedangkan yang paling mudah dilakukan adalah cara gabus. III. PRAKTIKUM A. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN 1. UJI PEMBAKARAN • Pembakar Bunsen • Pinset • Gunting • Korek api gas 2. UJI PELARUTAN • Tabung reaksi • Pengaduk kaca • Rak tabung • Penjepit tabung • Pembakar Bunsen 9
  • 10. • Korek api gas 3. UJI MIKROSKOP • Mikroskop • Kaca obyek • Cover glass • Jarum jahit • Benang • Gabus kecil • Silat tajam • Lak B. BAHAN-BAHAN YANG DIGUNAKAN  Kain contoh uji yang belum diketahui jenis seratnya D. CARA KERJA 1. UJI PEMBAKARAN  Serat yang akan diperiksa dibuat kira-kira sebesar benang Ne1 10 dengan panjang 4-5 cm dan diberi puntiran.  Contoh serat didekatkan pada api dari samping dengan perlahan-lahan. Waktu serat dekat dengan nyala api diamati apakah bahan meleleh, menggulung atau terbakar mendadak.  Pada saat serat menyala, supaya diperhatikan dimana terjadinya nyala api, dan pada saat serat terbakar oleh nyala segera dipindahkan dari nyala api.  Apabila nyala api dari serat segera padam (setelah lepas dari nyala api) maka segera dicatat bau dari gas yang dikeluarkan oleh serat yang terbakar itu.  Tetapi jika serat tetap menyala, maka nyala diamati dengan jalan meniup dan dicatat bau yang dikeluarkan oleh serat yang terbakar itu. Setelah nyala api padam perlu dicatat apakah serat mengeluarkan asap atau tidak.  Akhirnya perlu dicatat pula bentuknya, warnanya dan kekerasan dari abu sisa pembakaran. 10
  • 11. 2. UJI PELARUTAN  Tabung reaksi yang akan digunakan dibersihkan terlebih daulu.  Memasukkan 5 ml pereaksi kedalam masing-masing tabung reaksi dengan hati-hati.  Memasukkan beberapa helai serat yang akan diuji (jangan terlampau banyak) kedalam tabung reaksi yang telah berisi pereaksi.  Mengaduk-aduk serat yang berada didalam larutan pereaksi dan mengamati kelarutannya selama 5 menit.  Jika setelah selesai 5 menit ternyata tidak larut pereaksi dapat dipanaskan dengan hati-hati.  Setelah 3 menit diamati kelarutan dari masing-masing serat pada masingmasing pelarutnya. 3. UJI MIKROSKOP A. Pengamatan Pandangan MembujurDari Serat  Serat diletakkan sejajar diatas kaca obyek dan dipisahkan satu dari yang lainnya dengan jarum supaya tidak menumpuk.  Kemudian ditututp dengan kaca penutup (cover glass), dan dari salah satu sisi kaca penutup ditetesi medium.  Jumlah air atau medium tidak boleh terlalau banyak, tetapi juga tidak boleh terlalu sedikit. Kelebihan medium dapat dikurangi dengan kertas saring.  Preparat yang telah siap kemudian diamati dibawah mikroskop.  Perbesaran dilakukan mulai dari 5x, 10x, 40x, 45x dan 100x. B. Pengamatan Pandangan Melintang Dari Serat  Jarum jahit yang bersisi benang ditusukkan ditengah-tengah gabus. Kemudian jarum ditaruk kembali dengan meninggalkan lengkungan benang pada gabus.  Sekelompok serat yang telah disejajarkan dan diberi lak merah diletakkan didalam lengkungan benang dan dengan hati-hati ditarik masuk kedalam gabus dengan cara menarik ujung benang sehingga serat masuk kedalam tengah-tengah gabus. 11
  • 12.  Setelah laknya kering gabus diiris setipis mungkin dengan silet yang tajam sehingga serat ditengah gabus ikut terpotong secara melintang.  Irisan gabus yang mengandung potongan serat ditempelkan pada kaca penutup dengan ditetesi medium.  Kaca penutup dengan potongan gabus dibawahnya diletakkan pada kaca obyek kemudian diamati dibawah mikroskop .  Perbesaran dilakukan mulai dari 5x, 10x, 40x, 45x dan 100x. E. DATA PERCOBAAN 1. UJI PEMBAKARAN Benang Lusi Pakan Karakteristik pembakaran Berbau kertas terbakar Meneruskan nyala api Abunya rapuh Tidak berasap Berbau kertas terbakar Meneruskan nyala api Abunya rapuh Tidak berasap Sampel Awal Sisa Pembakaran dijurnal Sampel Kain dijurnal dijurnal dijurnal 2. UJI PELARUTAN 12 dijurnal
  • 13. Pada saat melakukan uji pelarutan praktikan menggunakan tiga macam pelarut yang memberikan hasil :  H2SO4 70 % = larut  NaOCl 10 % = tidak larut  NaOH 45 % = larut 3. UJI MIKROSKOP Penampang Membujur Keterangan Melintang Membujur Melintang Seperti silinder, terdapat garis-garis sejajar pada penampang penampang membujurnya F. Bergerigi pada pinggiran melintangnya DISKUSI Pada praktikum analisa kualitatif serat selulosa ini, praktikan diberi 1 sampel kain oleh dosen yang belum diketahui jenis serat yang menyusun kain tersebut. Tugas praktikan disini adalah melakukan pengujian serat secara kualitatif dengan uji pembakaran, uji pelarutan dan uji mikroskop. Untuk melakukan pengujian tersebut sampel kain harus diurai atau dipisahkan antara benang lusi dan benang pakannya. Hal ini dilakukan karena kita tidak tahu sampel kain tersebut tersusun atas serat tunggal atau serat campuran, oleh karena itu perlu dilakukan pemisahan antara benang lusi dan benang pakannya. Setelah benang lusi dan benang pakan diurai dan dipisahkan, kemudian masing-masing benang dipuntir sebanyak beberapa helai kemudian dibakar dengan pembakar gas dan diamati sifat pembakarannya. Dalam uji pembakaran ini ada beberapa indikator yang harus diamati oleh praktikan yaitu : o Bau yang timbul setelah pembakaran. o Asap yang timbul pada saat pembakaran. o Sifat pembakaran. 13
  • 14. o Abu sisa pembakaran. Pada uji pembakaran ini, praktikan hanya akan mengetahui apakah serat tersebut termasuk kedalam serat alam, serat protein , serat buatan, atau serat campuran karena uji pembakaran ini hanya dapat digunakan untuk membedakan serat secara umum saja dan tidak dapat digunakan untuk serat campuran. Jika ternyata serat yang diuji adalah serat campuran maka perlu dilakukan pengujian lanjutan yang akan memperjelas serat apakah yang dimaksud yaitu dengan uji mikroskop. Pembakaran pada serat-serat benang lusi dan benang pakan menunjukkan hasil yang sama. Hasil yang diperoleh yaitu pembakaran serat menghasilkan bau seperti kertas terbakar, sifat pembakarannya meneruskan nyala api, abunya rapuh, dan tidak berasap. Sehingga hasil sementara yang diperoleh adalah serat yang menysun sample kain adalah serat alam (selulosa). Pengujian selanjutnya yang dilakukan adalah uji pelarutan dengan bermacam-macam pelarut yang tersedia. Praktikan hanya menggunakan tiga macam pelarut dalam pengujian ini. Pelarut yang digunakan oleh praktikan adalah pelarut yang bersifat asam dan basa yaitu H 2SO4 70 %, NaOCl 10 %, dan NaOH 45 %. Masing-masing benang lusi dan benang pakan dilakukan uji pelarutan pada beberapa tabung reaksi. Setiap tabung reaksi diisi pelarut dan diamati kelarutannya selama beberapa menit. Hasilnya menunjukkan bahwa benang lusi hanya larut pada pelarut H2SO4 70 % dan NaOH 45 % tetapi tidak larut dalam NaOCl 10 %. Hasil yang sama juga terlihat pada pengujian benang pakan. Benang pakan hanya larut dalam pelarut H2SO4 70 % dan NaOH 45 % tetapi tidak larut dalam pelarut NaOCl 10 % . Hasil ini menunjukkan bahwa sampel kain yang diuji berasal dari serat selulosa. Pengujian terakhir yang dilakukan untuk memperolah hasil yang spesifik adalah pengujian dengan mikroskop. Pada uji mikroskop ini benang lusi dan benang pakan diamati dibawah mikroskop pada penampang membujur dan penampang melintangnya. Pengamatan dibawah mikroskop memerlukan ketelitian agar struktur serat yang diamati dapat terlihat dengan jelas. Alat-alat yang digunakan harus dibersihkan agar pada saat diamati dibawah mikroskop yang terlihat adalah struktur seratnya bukan kotoran-kotoran atau gelembung udara yang timbul akibat kelebihan medium yang digunakan 14
  • 15. Pada pengamatan membujur benang lusi terlihat serat yang berbentuk silinder, terdapat garis-garis disepanjang penampang membujurnya. Sedangkan pada pengamatan penampang melintang benang lusi terlihat bentuk serat yang bergerigi pada pinggiran penampang melintangnya. Hasil yang sama juga diperoleh pada pengamatan benang pakan baik pada penampang membujur dan penampang melintangnya, sehingga hasil terakhir yang diperoleh menunjukkan bahwa sample kain yang diuji terdiri dari serat yang sama baik benang lusi maupun benang pakannya. G. KESIMPULAN  Pada uji pembakaran baik benang lusi maupun benang pakan memperlihatkan hasil yaitu : ♣ ♣ Meneruskan nyala api ♣ Abunya rapuh ♣  Berbau kertas terbakar Tidak berasap Pada uji pelarutan diperoleh hasil : ♣ ♣ NaOCl 10 % = tidak larut ♣  H2SO4 70 % NaOH 45 % = larut = larut Pada uji mikroskop hasil pengamatan benang lusi dan benang pakan baik pengamatan penampang melintang dan penampang membujurnya adalah sama. Hasilnya adalah penampang membujurnya berbentuk silinder yang terdapat garis-garis disepanjang penampang membujurnya. Sedangkan pada penampang melintangnya hasilnya adalah bergerigi pada pinggiran penampang melintangnya.  Dengan menganalisis hasil yang diperoleh dari uji pembakaran, uji pelarutan, dan uji mikroskop diperoleh hasil bahwa sampel kain yang diuji ternyata terdiri dari serat tunggal yang terbuat dari selulosa yaitu serat Rayon Viskosa. 15
  • 16. DAFTAR PUSTAKA Dede Karyana, S.Teks, M.Si. 2008. Pedoman Praktikum Laboratorium Evaluasi Kimia. Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. P. Soepriyono, S.Teks, dkk. 1973. Serat-Serat Tekstil. Bandung : Institut Teknologi Tekstil. Wibowo Moerdoko, S.Teks, dkk. 1975. Evaluasi Tekstil bagian Kimia. Bandung : Institut Teknologi Tekstil. 16