SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
Pengaruh Kadar NaOH dan Waktu Perendaman Terhadap Proses
Pengelantangan
I. Maksud dan Tujuan
a. Maksud
Melakukan praktikum persiapan penyempurnaan dengan proses selanjutnya yaitu
proses pengelantangan (Bleaching), yang dimaksudkan untuk memecah ikatan rangkap
yang terdapat dalam pigmen-pigmen.

b. Tujuan
 Memahami tujuan dan mekanisme pengelantangan pada bahan selulosa, sintetik
dan campuran (selulosa dan sintetik)
 Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses pengelantangan.
 Menguasai cara proses pengelantangan dengan berbagai cara atau metode.
 Menanalisa dan mengevaluasi hasil proses pengelantangan.

II. Teori Dasar
Pengelantangan adalah menghilangkan zat warna alam atau pewarna yang tedapat
dalam serat. Zat warna atau pewarna dioksidasi atau direduksi sehingga menjadi senyawa
yang tidak berwarna.
Zat-zat pengelantang dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu:
1. Zat-zat pengelantang pengoksidasi yaitu:
a. Kaporit (CaOCl2)
b. Natrium Hipoklorit (NaOCl)
c. Hidrogen Peroksida (H2O2)
d. Natrium Klorit (NaOCl2)
2. Zat-zat pengelantang pereduksi yaitu:
a. Gas sulfurdioksida (SO2)
b. Natrium Sulfit (NaSO3)
c. Natrium Bisulfit (NaHSO3)
d. Natrium Hidrosulfit (Na2S2O4)
Teori bleaching dengan oksidator peroksida (H2O2)

Dalam pengelantangan yang sering dipakai adalah hidrogen peroksida . hidrogen
peroksida dalam perdangangan berupa larutan dan dapat distabilkan dengan asam.
Peroksida murni merupakan cairan yang bereaksi agak asam, larut dalam air pada berbagai
perbandingan. Bila dipanaskan mudah terurai dan melepaskan gas oksigen. Karena
kemampuannya melepaskan gas oksigen, maka sangat efektif bila dipakai pada
pengelantangan.
Proses penguraian H2O2 pada eaktu proses bleaching, Yaitu:
H2O2 H+ + HO2HO2OH- + (O)
H2O2 H2O + (O)
atau
H2O2 2 H2O + O2
Penguraian H2O2 dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
1. Pengaruh pH

Hidrogen peroksida stabil dalam suasana asam. Dalam suasana alkali, mudah terurai
melepaskan oksigen. Makin besar pH, penguraiannya makin cepat.
2. Pengaruh suhu

Penguraian H2O2 juga dipengaruhi oleh suhu. Pada suhu rendah pembebasan oksigen
sangat kecil. Pengelantangan biasanya dilakukan pada suhu 80-85 C. Diatas suhu tersebut
penguraian sangat cepat.
3. Pengaruh stabilisator

Stabilisator berfungsi untuk memperlambat penguraian, walaupun pada pH dan suhu
tinggi. Dalam pengelantangan biasanya digunakan stabilisator natrium silikat (NaSiO3),
magnesium hidroksida (Mg(OH)2), magnesium oksida (MgO), magnesium silikat
(MgSiO3), magnesium metafosfat, dan lain-lain.
4. Pengaruh logam atau oksida logam

Seperti halnya hipoklorit, beberapa logam atau oksida logam tertentu dapat diserang
oleh H2O2 dan membebaskan okigen.
Dibandingkan dengan kaporit atau natrium klorit, pengelantangan denganm H2O2
memberikan beberapa keuntungan yaitu pengerusakan serat hampir tiada dan proses dapat
dipersingkat tanpa melekukan proses anti klor taupun pengelantangan lanjutan, tetapi
harganya kebih mahal dan perlu pemanasan.
Pengelantanggan untuk kapas biasanya amenggunakan kira-kira 2 volum ( 20 ml/
liter H2O2 – 100 volum); pH 11-12, suhu 85 C dengan penamabahan stabilisator natrium
silikat atau metafosfat dan pambasah selama 1-2 jam. Tampa stabilisator, pada pH yang
sama H2O2 lebih cepat terurai seghingga pengelantangan tidak merata. Selain itu
penguraian H2O2 juga dapat dipengaruhi oleh jamur dan hama yang mungkin terdapat
pada bahan. Hal itu dapat diketahui dengan timbulnya banyak busa.
III. Alat dan Bahan
No

Alat dan Bahan

Jumlah

1.

Beaker gelas/keramik 500 ml

1 buah

3.

Pengaduk kaca

2 buah

4.

Timbangan digital

5.

Bahan berupa kain dari kapas / desizing / scoured

6.

Zat yang dibutuhkan sesuai resep

6

Kasa + kaki tiga + bunsen

25 × 25 cm

1 set

IV. Diagram Alir Proses
Timbang kain dan zat
sesuai resep
Larutkan zat
pengelantang
Proses
pengelantangan

Proses pengasaman

Proses anti-khlor
Kain dicuci dengan
air panas kemudian
air dingin dan
dikeringkan
Evaluasi kain
V. Resep
 Proses pengelantangan pada kain kapas
H2O2 35 %

: 10 ml/L

Stabilisator

: 1 cc/L

NaOH 38°Be

: 1 cc/L

Wetting

: 1 cc/L

Suhu

: 80o C

Waktu

: 30 menit

Vlot

: 1:20

 Proses pengelantangan pada kain polyester
H2O2 35 %

: 10 ml/L

Stabilisator

: 1 cc/L

Na2CO3

: 0.5 cc/L

Wetting

: 1 cc/L

Suhu

: 90o C

Waktu

: 30 menit

Vlot

: 1:20

 Proses pengelantangan pada kain campuran
H2O2 35 %

: 10 ml/L

Stabilisator

: 1 cc/L

Na2CO3

: 1 cc/L

Wetting

: 1 cc/L

Suhu

: 90o C

Waktu

: 30 menit

Vlot

: 1:20
VI. Fungsi Zat
 Zat pembasah

: Memudahkan kain terbasahi dan larutan kostik masuk berpenetrasi

kedalam celah antar serat serta zat yang membantu proses penyerapan larutan secara
merata dan cepat pada bahan. Memudahkan kain terbasahi dan air masuk berpenetrasi
kedalam celah antar benang
 Na2CO3

: Menurunkan kesadahan air

 HCl

: Zat Asam sebagai penetralisir proses pengelantangan

 NaOH

: Membuat suasana alkali pada larutan

 H2O2

: Zat pengelantang

 Stabilisator

: Mengatur pH, mengikat ion logam Fe, Cu, Mn da mencegah

penguraian oksidator terlalu cepat.

VII. Skema Proses
H 2O 2
NaOh 38°Be
Stabilisator
Pembasah

80°C

30°C

30°C

10

20

50

60

VIII. Langkah Kerja
 Menyiapkan kain dan alat praktikum
 Menimbang kain dan zat sesuai resep
 Memasukkan kain kedalam bejana larutan kemudian diaduk merata sesuai waktu yang
tercantum dalam resep
 Mencuci bahan yang telah diproses pengelantangan dengan air panas dan dingin
 Mengeringkan kain
 Test derajat putih kain
IX. Sampel dan Hasil Pengujian
Sebelum Percobaan

Sesudah Percobaan

X. Data Hasil Percobaan dan Pengujian

Jenis Kain

Perbandingan Kadar
NaOH

Praktikan
Perbandingan Waktu
Perendaman

K II

K III

K IV

Kapas I

5

7

8

4

Kapas II

6

1

2

3

Poliester

1

3

2

4

Campuran

3

2

4

1

Jumlah

Peniaian

KI

15

13

16

12

Keterangan

: Angka menunjukkan poin rata – rata, bukan menunjukkan ranking.

XI. Diskusi
Berdasar pada data hasil percobaan diatas, maka terdapat beberapa hal yang menjadi bahan
diskusi, diantaranya:
 Dilihat dari perbandingan penggunaan kadar NaOH pada proses sebelumnya (Scouring)
Data hasil percobaan menunjukan bahwa derajat putih yang terbaik terdapat pada kain
yang telah diproses oleh kelompok I, yaitu kelompok yang menggunakan NaOH
sebanyak 5g/L pada proses pemasakannya. Sedangkan untuk kain yang telah diproses
dengan menggunakan kadar NaOH sebanyak 10 g/L(K II), derajat putihnya tidak lebih
baik dari kain yang diproses dengan menggunakan NaOH sebanyak 5g/L.
Hal ini dikarenakan pada kain yang telah mengalami proses pemasakan dengan
menggunakan NaOH sebanyak 5g/L, kotoran dan zat warna alam yang terdapat pada
kain sudah . Sehingga reaksi pada percobaan kali ini (pengelantangan) dapat berlangsung
lebih sempurna dibandingkan reaksi yang terjadi pada kain yang telah mengalami proses
pemasakan dengan menggunakan NaOH sebanyak 10g/L dan hasilnya kain menjadi
lebih putih.
 Dilihat dari lamanya waktu yang digunakan pada proses sebelumnya (Scouring)
Dilihat dari faktor ini, data hasil percobaan menunjukkan, kain yang memiliki derajat
putih lebih tinggi terdapat pada kain yang direndam selama 30 menit pada proses
sebelumnya (Scouring). Sedangkan kain yang direndam selama 45 menit pada proses
Scouringnya, memiliki derajat putih yang kurang baik.
Hal ini dikarenakan kain yang telah mengalami proses pemasakan selama 30 menit
mengandung lebih sedkit kotoran dan zat warna alam, daripada kain yang telah diasak
selama 45 menit. Sehingga pada akhir proses pengelantangannya, kain menjadi lebih
putih sebab reaksi lebih mudah berlangsung.

Disamping hal – hal diatas, masih ada beberapa faktor yang mampu mempengaruhi hasil
akhir percobaan, daintaranya:
 suhu larutan yang tidak stabil
 pengambilan larutan resep yang kurang akurat.
 Waktu proses yang kurang tepat
 Kecerobohan selama berlangsungnya percobaan.

XII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang kami lakukan didapatkan hasil sebagai berikut :
 Proses pengelantangan berlangsung dengan baik pada kain yang sebelumnya telah
mengalami proses pemasakan dengan mengunakan kadar NaOH sebanyak 5g/L.

 Proses pengelantangan juga berlangsung dengan baik pada kain yang
sebelumnya telah mengalami pemasakan dengan waktu pemasakan selama
30menit.
XIII. Daftar Pustaka
 Ichwan, Muhammad, Wiewiek Eka mulyani, Nono C. Pedoman Praktikum Teknologi
Persiapan penyempurnaan. STT Tekstil: Bandung. 2004
 Soeparman, dkk. Tekonologi Penyempurnaan Tekstil. Institut Teknologi Tekstil:
Bandung. 1977.
 Djufri, Rasjid,dkk. Tekonologi Pengelantangan, Pencelupan dan Pencapan. Institut
LAMPIRAN
Perhitungan Resep
a. Kain Kapas
Berat kain I

: 7.97 g

Berat kain II

: 8.02 g

Total berat kain

: 15.99 g

Volt

: 1:20

Jumlah larutan

: 15.99 x 20 = 319.8 ml

H 2O 2

:

x 319.8 = 3.198 ml

Stabilisator

:

x 319.8 = 0.3198 ml

NaOH 38°Be

:

x 319.8 = 0.3198 ml

Wetting

:

x 319.8 = 0.3198 ml

Air

: 319.8 – (3.198 +0.3198+0.3198+0.3198) = 315.6ml

b. Kain Poliester
Berat kain

: 4.23 g

Volt

: 1:20

Jumlah larutan

: 4.23 x 20 = 84.6 ml

H2O2 35%

:

x 84.6 = 0.84 ml

Stabilisator

:

x 84.6 = 0.08 ml

Na2CO3

:

x 84.6 = 0.04 ml

Wetting

:

x 84.6 = 0.08 ml

Air

: 84.6 – (0.84 +0.08 +0.04 +0.08) = 83.56 ml
c. Kain T/C
Berat kain

: 6.69 g

Volt

: 1:20

Jumlah larutan

: 6.69 x 20 = 133.8 ml

H 2O 2

:

x 133.8 = 1.338 ml

Stabilisator

:

x 133.8 = 0.1338 ml

Na2CO3

:

x 133.8 = 0.1338 ml

Wetting

:

x 133.8 = 0.1338 ml

Air

: 133.8 – (1.338 +0.1338 +0.1338 +0.1338) = 132.06 ml
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PERSIAPAN PENYEMPURNAAN
Pengaruh Kadar NaOH dan Waktu Perendaman
Terhadap Proses Pengelantangan

Di Susun Oleh :
Resti Isnin O Y (09.K30022)
Tendi setiadi (09.K30027)
Ilham Tauzi Rahman (09.K30039)

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL

BANDUNG
2010

More Related Content

What's hot

Laporan 1. Praktek Evaluasi Tekstil I Dekomposisi Kain
Laporan 1.  Praktek Evaluasi Tekstil I Dekomposisi KainLaporan 1.  Praktek Evaluasi Tekstil I Dekomposisi Kain
Laporan 1. Praktek Evaluasi Tekstil I Dekomposisi Kainaji indras
 
LAPORAN PRAKTEK PENGANJIAN (SIZING) PADA BENANG
LAPORAN PRAKTEK PENGANJIAN (SIZING) PADA BENANG LAPORAN PRAKTEK PENGANJIAN (SIZING) PADA BENANG
LAPORAN PRAKTEK PENGANJIAN (SIZING) PADA BENANG aji indras
 
PROSES PERSIAPAN PENYEMPURNAAN PADA KAIN RAYON VISKOSA
PROSES PERSIAPAN PENYEMPURNAAN PADA KAIN RAYON VISKOSAPROSES PERSIAPAN PENYEMPURNAAN PADA KAIN RAYON VISKOSA
PROSES PERSIAPAN PENYEMPURNAAN PADA KAIN RAYON VISKOSAaji indras
 
Analisa kerusakan serat selulosa scr kualitatif
Analisa kerusakan serat selulosa scr kualitatifAnalisa kerusakan serat selulosa scr kualitatif
Analisa kerusakan serat selulosa scr kualitatifOperator Warnet Vast Raha
 

What's hot (20)

Proses pemasakan
Proses pemasakanProses pemasakan
Proses pemasakan
 
Tc2
Tc2Tc2
Tc2
 
Proses merserisasi dan kostisasi nyeh
Proses merserisasi dan kostisasi nyehProses merserisasi dan kostisasi nyeh
Proses merserisasi dan kostisasi nyeh
 
Weight reduce
Weight reduceWeight reduce
Weight reduce
 
Analisa serat scr kualitatif & kuantitatif
Analisa serat scr kualitatif & kuantitatifAnalisa serat scr kualitatif & kuantitatif
Analisa serat scr kualitatif & kuantitatif
 
Deguming sutera zhie
Deguming sutera zhieDeguming sutera zhie
Deguming sutera zhie
 
Weighting sutera
Weighting suteraWeighting sutera
Weighting sutera
 
Lap 3.cap pigmen repeat kapas
Lap 3.cap pigmen repeat kapasLap 3.cap pigmen repeat kapas
Lap 3.cap pigmen repeat kapas
 
Laporan 1. Praktek Evaluasi Tekstil I Dekomposisi Kain
Laporan 1.  Praktek Evaluasi Tekstil I Dekomposisi KainLaporan 1.  Praktek Evaluasi Tekstil I Dekomposisi Kain
Laporan 1. Praktek Evaluasi Tekstil I Dekomposisi Kain
 
Poliester bleaching
Poliester bleachingPoliester bleaching
Poliester bleaching
 
Laporan pemutih optikan
Laporan pemutih optikanLaporan pemutih optikan
Laporan pemutih optikan
 
Sutera
SuteraSutera
Sutera
 
LAPORAN PRAKTEK PENGANJIAN (SIZING) PADA BENANG
LAPORAN PRAKTEK PENGANJIAN (SIZING) PADA BENANG LAPORAN PRAKTEK PENGANJIAN (SIZING) PADA BENANG
LAPORAN PRAKTEK PENGANJIAN (SIZING) PADA BENANG
 
Laporan 1 desizing cara enzim
Laporan 1 desizing cara enzimLaporan 1 desizing cara enzim
Laporan 1 desizing cara enzim
 
PROSES PERSIAPAN PENYEMPURNAAN PADA KAIN RAYON VISKOSA
PROSES PERSIAPAN PENYEMPURNAAN PADA KAIN RAYON VISKOSAPROSES PERSIAPAN PENYEMPURNAAN PADA KAIN RAYON VISKOSA
PROSES PERSIAPAN PENYEMPURNAAN PADA KAIN RAYON VISKOSA
 
Tc 1
Tc 1Tc 1
Tc 1
 
Celup poliester disperse pengaruh p h
Celup poliester   disperse pengaruh p hCelup poliester   disperse pengaruh p h
Celup poliester disperse pengaruh p h
 
Analisa kerusakan serat selulosa scr kualitatif
Analisa kerusakan serat selulosa scr kualitatifAnalisa kerusakan serat selulosa scr kualitatif
Analisa kerusakan serat selulosa scr kualitatif
 
Uji zat warna pada selulosa
Uji zat warna pada selulosaUji zat warna pada selulosa
Uji zat warna pada selulosa
 
Pertenunan
PertenunanPertenunan
Pertenunan
 

Similar to Proses pengelantangan (20)

Proses deinking kertas koran bekas dengan menggunakan h2 o2
Proses deinking kertas koran bekas dengan menggunakan h2 o2Proses deinking kertas koran bekas dengan menggunakan h2 o2
Proses deinking kertas koran bekas dengan menggunakan h2 o2
 
Celup akrilat basa
Celup akrilat   basaCelup akrilat   basa
Celup akrilat basa
 
9. bleaching sutera
9. bleaching sutera9. bleaching sutera
9. bleaching sutera
 
Celup poliester dispersi cara ht
Celup poliester dispersi cara htCelup poliester dispersi cara ht
Celup poliester dispersi cara ht
 
Uas basaqq
Uas basaqqUas basaqq
Uas basaqq
 
Uas basaqq
Uas basaqqUas basaqq
Uas basaqq
 
Celup cdp zw kationik
Celup cdp   zw kationikCelup cdp   zw kationik
Celup cdp zw kationik
 
Celup cdp zw kationik
Celup cdp   zw kationikCelup cdp   zw kationik
Celup cdp zw kationik
 
Lap 4.cap naftol
Lap 4.cap naftolLap 4.cap naftol
Lap 4.cap naftol
 
Celup nilon asam
Celup nilon   asamCelup nilon   asam
Celup nilon asam
 
Celup cdp zw kationik
Celup cdp   zw kationikCelup cdp   zw kationik
Celup cdp zw kationik
 
Celup poliester dispersi cara ht
Celup poliester dispersi cara htCelup poliester dispersi cara ht
Celup poliester dispersi cara ht
 
Celup poliester dispersi cara ht
Celup poliester dispersi cara htCelup poliester dispersi cara ht
Celup poliester dispersi cara ht
 
Celup cdp zw kationik
Celup cdp   zw kationikCelup cdp   zw kationik
Celup cdp zw kationik
 
Celup cdp zw kationik
Celup cdp   zw kationikCelup cdp   zw kationik
Celup cdp zw kationik
 
Celup cdp zw kationik
Celup cdp   zw kationikCelup cdp   zw kationik
Celup cdp zw kationik
 
Tc 3
Tc 3Tc 3
Tc 3
 
Proses persiapan penyempurnaan simultan
Proses persiapan penyempurnaan simultanProses persiapan penyempurnaan simultan
Proses persiapan penyempurnaan simultan
 
Uas basaq
Uas basaqUas basaq
Uas basaq
 
Uas basaq
Uas basaqUas basaq
Uas basaq
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Proses pengelantangan

  • 1. Pengaruh Kadar NaOH dan Waktu Perendaman Terhadap Proses Pengelantangan I. Maksud dan Tujuan a. Maksud Melakukan praktikum persiapan penyempurnaan dengan proses selanjutnya yaitu proses pengelantangan (Bleaching), yang dimaksudkan untuk memecah ikatan rangkap yang terdapat dalam pigmen-pigmen. b. Tujuan  Memahami tujuan dan mekanisme pengelantangan pada bahan selulosa, sintetik dan campuran (selulosa dan sintetik)  Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses pengelantangan.  Menguasai cara proses pengelantangan dengan berbagai cara atau metode.  Menanalisa dan mengevaluasi hasil proses pengelantangan. II. Teori Dasar Pengelantangan adalah menghilangkan zat warna alam atau pewarna yang tedapat dalam serat. Zat warna atau pewarna dioksidasi atau direduksi sehingga menjadi senyawa yang tidak berwarna. Zat-zat pengelantang dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu: 1. Zat-zat pengelantang pengoksidasi yaitu: a. Kaporit (CaOCl2) b. Natrium Hipoklorit (NaOCl) c. Hidrogen Peroksida (H2O2) d. Natrium Klorit (NaOCl2) 2. Zat-zat pengelantang pereduksi yaitu: a. Gas sulfurdioksida (SO2)
  • 2. b. Natrium Sulfit (NaSO3) c. Natrium Bisulfit (NaHSO3) d. Natrium Hidrosulfit (Na2S2O4) Teori bleaching dengan oksidator peroksida (H2O2) Dalam pengelantangan yang sering dipakai adalah hidrogen peroksida . hidrogen peroksida dalam perdangangan berupa larutan dan dapat distabilkan dengan asam. Peroksida murni merupakan cairan yang bereaksi agak asam, larut dalam air pada berbagai perbandingan. Bila dipanaskan mudah terurai dan melepaskan gas oksigen. Karena kemampuannya melepaskan gas oksigen, maka sangat efektif bila dipakai pada pengelantangan. Proses penguraian H2O2 pada eaktu proses bleaching, Yaitu: H2O2 H+ + HO2HO2OH- + (O) H2O2 H2O + (O) atau H2O2 2 H2O + O2 Penguraian H2O2 dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : 1. Pengaruh pH Hidrogen peroksida stabil dalam suasana asam. Dalam suasana alkali, mudah terurai melepaskan oksigen. Makin besar pH, penguraiannya makin cepat. 2. Pengaruh suhu Penguraian H2O2 juga dipengaruhi oleh suhu. Pada suhu rendah pembebasan oksigen sangat kecil. Pengelantangan biasanya dilakukan pada suhu 80-85 C. Diatas suhu tersebut penguraian sangat cepat. 3. Pengaruh stabilisator Stabilisator berfungsi untuk memperlambat penguraian, walaupun pada pH dan suhu tinggi. Dalam pengelantangan biasanya digunakan stabilisator natrium silikat (NaSiO3), magnesium hidroksida (Mg(OH)2), magnesium oksida (MgO), magnesium silikat (MgSiO3), magnesium metafosfat, dan lain-lain. 4. Pengaruh logam atau oksida logam Seperti halnya hipoklorit, beberapa logam atau oksida logam tertentu dapat diserang oleh H2O2 dan membebaskan okigen. Dibandingkan dengan kaporit atau natrium klorit, pengelantangan denganm H2O2 memberikan beberapa keuntungan yaitu pengerusakan serat hampir tiada dan proses dapat dipersingkat tanpa melekukan proses anti klor taupun pengelantangan lanjutan, tetapi harganya kebih mahal dan perlu pemanasan.
  • 3. Pengelantanggan untuk kapas biasanya amenggunakan kira-kira 2 volum ( 20 ml/ liter H2O2 – 100 volum); pH 11-12, suhu 85 C dengan penamabahan stabilisator natrium silikat atau metafosfat dan pambasah selama 1-2 jam. Tampa stabilisator, pada pH yang sama H2O2 lebih cepat terurai seghingga pengelantangan tidak merata. Selain itu penguraian H2O2 juga dapat dipengaruhi oleh jamur dan hama yang mungkin terdapat pada bahan. Hal itu dapat diketahui dengan timbulnya banyak busa. III. Alat dan Bahan No Alat dan Bahan Jumlah 1. Beaker gelas/keramik 500 ml 1 buah 3. Pengaduk kaca 2 buah 4. Timbangan digital 5. Bahan berupa kain dari kapas / desizing / scoured 6. Zat yang dibutuhkan sesuai resep 6 Kasa + kaki tiga + bunsen 25 × 25 cm 1 set IV. Diagram Alir Proses Timbang kain dan zat sesuai resep Larutkan zat pengelantang Proses pengelantangan Proses pengasaman Proses anti-khlor Kain dicuci dengan air panas kemudian air dingin dan dikeringkan Evaluasi kain
  • 4. V. Resep  Proses pengelantangan pada kain kapas H2O2 35 % : 10 ml/L Stabilisator : 1 cc/L NaOH 38°Be : 1 cc/L Wetting : 1 cc/L Suhu : 80o C Waktu : 30 menit Vlot : 1:20  Proses pengelantangan pada kain polyester H2O2 35 % : 10 ml/L Stabilisator : 1 cc/L Na2CO3 : 0.5 cc/L Wetting : 1 cc/L Suhu : 90o C Waktu : 30 menit Vlot : 1:20  Proses pengelantangan pada kain campuran H2O2 35 % : 10 ml/L Stabilisator : 1 cc/L Na2CO3 : 1 cc/L Wetting : 1 cc/L Suhu : 90o C Waktu : 30 menit Vlot : 1:20
  • 5. VI. Fungsi Zat  Zat pembasah : Memudahkan kain terbasahi dan larutan kostik masuk berpenetrasi kedalam celah antar serat serta zat yang membantu proses penyerapan larutan secara merata dan cepat pada bahan. Memudahkan kain terbasahi dan air masuk berpenetrasi kedalam celah antar benang  Na2CO3 : Menurunkan kesadahan air  HCl : Zat Asam sebagai penetralisir proses pengelantangan  NaOH : Membuat suasana alkali pada larutan  H2O2 : Zat pengelantang  Stabilisator : Mengatur pH, mengikat ion logam Fe, Cu, Mn da mencegah penguraian oksidator terlalu cepat. VII. Skema Proses H 2O 2 NaOh 38°Be Stabilisator Pembasah 80°C 30°C 30°C 10 20 50 60 VIII. Langkah Kerja  Menyiapkan kain dan alat praktikum  Menimbang kain dan zat sesuai resep  Memasukkan kain kedalam bejana larutan kemudian diaduk merata sesuai waktu yang tercantum dalam resep  Mencuci bahan yang telah diproses pengelantangan dengan air panas dan dingin  Mengeringkan kain  Test derajat putih kain
  • 6. IX. Sampel dan Hasil Pengujian Sebelum Percobaan Sesudah Percobaan X. Data Hasil Percobaan dan Pengujian Jenis Kain Perbandingan Kadar NaOH Praktikan Perbandingan Waktu Perendaman K II K III K IV Kapas I 5 7 8 4 Kapas II 6 1 2 3 Poliester 1 3 2 4 Campuran 3 2 4 1 Jumlah Peniaian KI 15 13 16 12 Keterangan : Angka menunjukkan poin rata – rata, bukan menunjukkan ranking. XI. Diskusi Berdasar pada data hasil percobaan diatas, maka terdapat beberapa hal yang menjadi bahan diskusi, diantaranya:  Dilihat dari perbandingan penggunaan kadar NaOH pada proses sebelumnya (Scouring) Data hasil percobaan menunjukan bahwa derajat putih yang terbaik terdapat pada kain yang telah diproses oleh kelompok I, yaitu kelompok yang menggunakan NaOH sebanyak 5g/L pada proses pemasakannya. Sedangkan untuk kain yang telah diproses dengan menggunakan kadar NaOH sebanyak 10 g/L(K II), derajat putihnya tidak lebih baik dari kain yang diproses dengan menggunakan NaOH sebanyak 5g/L.
  • 7. Hal ini dikarenakan pada kain yang telah mengalami proses pemasakan dengan menggunakan NaOH sebanyak 5g/L, kotoran dan zat warna alam yang terdapat pada kain sudah . Sehingga reaksi pada percobaan kali ini (pengelantangan) dapat berlangsung lebih sempurna dibandingkan reaksi yang terjadi pada kain yang telah mengalami proses pemasakan dengan menggunakan NaOH sebanyak 10g/L dan hasilnya kain menjadi lebih putih.  Dilihat dari lamanya waktu yang digunakan pada proses sebelumnya (Scouring) Dilihat dari faktor ini, data hasil percobaan menunjukkan, kain yang memiliki derajat putih lebih tinggi terdapat pada kain yang direndam selama 30 menit pada proses sebelumnya (Scouring). Sedangkan kain yang direndam selama 45 menit pada proses Scouringnya, memiliki derajat putih yang kurang baik. Hal ini dikarenakan kain yang telah mengalami proses pemasakan selama 30 menit mengandung lebih sedkit kotoran dan zat warna alam, daripada kain yang telah diasak selama 45 menit. Sehingga pada akhir proses pengelantangannya, kain menjadi lebih putih sebab reaksi lebih mudah berlangsung. Disamping hal – hal diatas, masih ada beberapa faktor yang mampu mempengaruhi hasil akhir percobaan, daintaranya:  suhu larutan yang tidak stabil  pengambilan larutan resep yang kurang akurat.  Waktu proses yang kurang tepat  Kecerobohan selama berlangsungnya percobaan. XII. Kesimpulan Berdasarkan hasil percobaan yang kami lakukan didapatkan hasil sebagai berikut :  Proses pengelantangan berlangsung dengan baik pada kain yang sebelumnya telah mengalami proses pemasakan dengan mengunakan kadar NaOH sebanyak 5g/L.  Proses pengelantangan juga berlangsung dengan baik pada kain yang sebelumnya telah mengalami pemasakan dengan waktu pemasakan selama 30menit.
  • 8. XIII. Daftar Pustaka  Ichwan, Muhammad, Wiewiek Eka mulyani, Nono C. Pedoman Praktikum Teknologi Persiapan penyempurnaan. STT Tekstil: Bandung. 2004  Soeparman, dkk. Tekonologi Penyempurnaan Tekstil. Institut Teknologi Tekstil: Bandung. 1977.  Djufri, Rasjid,dkk. Tekonologi Pengelantangan, Pencelupan dan Pencapan. Institut
  • 9. LAMPIRAN Perhitungan Resep a. Kain Kapas Berat kain I : 7.97 g Berat kain II : 8.02 g Total berat kain : 15.99 g Volt : 1:20 Jumlah larutan : 15.99 x 20 = 319.8 ml H 2O 2 : x 319.8 = 3.198 ml Stabilisator : x 319.8 = 0.3198 ml NaOH 38°Be : x 319.8 = 0.3198 ml Wetting : x 319.8 = 0.3198 ml Air : 319.8 – (3.198 +0.3198+0.3198+0.3198) = 315.6ml b. Kain Poliester Berat kain : 4.23 g Volt : 1:20 Jumlah larutan : 4.23 x 20 = 84.6 ml H2O2 35% : x 84.6 = 0.84 ml Stabilisator : x 84.6 = 0.08 ml Na2CO3 : x 84.6 = 0.04 ml Wetting : x 84.6 = 0.08 ml Air : 84.6 – (0.84 +0.08 +0.04 +0.08) = 83.56 ml
  • 10. c. Kain T/C Berat kain : 6.69 g Volt : 1:20 Jumlah larutan : 6.69 x 20 = 133.8 ml H 2O 2 : x 133.8 = 1.338 ml Stabilisator : x 133.8 = 0.1338 ml Na2CO3 : x 133.8 = 0.1338 ml Wetting : x 133.8 = 0.1338 ml Air : 133.8 – (1.338 +0.1338 +0.1338 +0.1338) = 132.06 ml
  • 11. LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PERSIAPAN PENYEMPURNAAN Pengaruh Kadar NaOH dan Waktu Perendaman Terhadap Proses Pengelantangan Di Susun Oleh : Resti Isnin O Y (09.K30022) Tendi setiadi (09.K30027) Ilham Tauzi Rahman (09.K30039) SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL BANDUNG 2010