SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
Pencapan Zat Warna Pigmen (Repeat) Pada Kain Kapas

I. MAKSUD DAN TUJUAN
A. MAKSUD
Mempelajari bagaimana mekanisme proses pencapan repeat pada kain kapas dengan zat
warna pigmen.
TUJUAN
1. Mewarnai kain kapas dengan zat warna pigmen sesuai dengan motif repeat yang
diinginkan.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pencapan pada kain kapas dengan
zat warna pigmen meliputi ketuaan warna, ketajaman dan kerataan motif, sifat bahan
setelah dicap yaitu tingkat intensitas warna dan ketahanan luntur setelah pencucian.
3. Menganalisa dan mengevaluasi hasil pencapan.
II. TEORI DASAR
A.

PENCAPAN
Pencapan pada kain tekstil dapat digambarkan sebagai suatu teknologi seni

pemindahan desain-desain pada kain tekstil. Pencapan adalah suatu proses untuk mewarnai
bahan tekstil dengan melekatkan zat warna pada kain secara tidak merata sesuai dengan
motif yang diinginkan. Motif yang akan diperoleh pada kain cap nantinya harusnya dibuat dulu
gambar pada kertas. Kemudian dari gambar ini masing-masing warna dalam komponen
gambar yang akan dijadikan motif dipisahkan dalam kertas film.
Dari kertas film inilah motif dipindahkan ke screen, dimana dalam screen ini bagianbagian yang tidak ada gambarnya akan tertutup oleh zat peka cahaya sedangkan untuk
bagian-bagian yang merupakan gambar akan berlubang dan dapat meneruskan pasta cap ke
bahan yang akan dicap.
Pada pencapan, pelekatan zat warna pada kain lebih banyak secara mekanis. Pada
pencapan, bermacam-macam golongan zat warna dapat dipakai bersama-sama dalam satu
kain dengan tidak saling mempengaruhi warna aslinya.

1
B.

SERAT KAPAS
Serat yang digunakan adalah kapas yang merupakan jenis serat selulosa. Penampang

melintang dari serat berbahan kapas memiliki bentuk yang tidak beraturan yaitu seperti ginjal.
Bentuk penampang melintang seperti itu membuat hasil pewarnaan pada permukaan memiliki
daya kilap yang kurang, akan tetapi bentuk seperti itu memberikan daya penutup kain yang
lebih besar.

Gambar diatas merupakan strukur molekul serat selulosa. Pada serat kapas diatas
memiliki gugus hidroksil (OH) yang dapat menarik gugus hidroksil dari molekul lainnya dan
gugus hidroksil air. Serat yang mengandung banyak gugus hidroksil akan mudah menyerap
air sehingga serat tersebut memiliki moisture regain yang tinggi. Dengan kemudahan molekul
air terserap kedalam serat, menyebabkan serat mudah menyerap zat warna yang berbentuk
pasta atau larutan.
Kekuatan serat kapas dipengaruhi oleh kadar selulosanya dalam serat, panjang rantai
dan orientasinya. Kapas mempunyai afinitas yang besar terhadap air. Serat yang kering
bersifat kasar, rapuh dan kekuatannya rendah. Moisture regain kapas kondisi standar 7 – 8,5
%. Komposisi kapas tersusun atas selulosa dan selulosa merupakan polimer linier yang
tersusun dari kondensasi molekul – molekul glukosa yang dihubungkan pada posisi 1 – 4.
kapas tersusun atas selulosa maka sifat – sifat kimianya adalah sifat kimia selulosa.
Pada umumnya tahan terhadap kondisi penyimpanan, pengolahan, dan pemakaian normal
tetapi beberapa zat oksidasi atau penghidrolisa menyebabkan kerusakan dengan akibat
penurunan kekuatan. Kerusakan karena oksidasi dengan terbentuknya oksi selulosa biasanya
terjadi dalam proses pemutihan yang berlebihan, penyinaran dalam keadaan lembab atau
pemanasan yang lama diatas suhu 1400C.

C.

ZAT WARNA PIGMEN
Zat warna pigmen merupakan zat warna yang dapat digunakan untuk mencap semua

jenis bahan tekstil sehingga banyak digunakan. Zat warna ini tidak mempunyai gugus pelarut
atau gugus yang dapat berikatan dengan serat. Sifat zat warna ini hanya menempel saja pada
permukaan kain dengan pengikat binder.

2
Karena sifatnya yang hanya menempel saja maka hasil yang diperoleh mempunyai efek
kaku. Dan untuk menghindari efek ini biasanya dalam resep yang digunakan ditambahkan zat
pelembut. Kelemahan lain yang ada pada zat warna ini adalah ketahanan terhadap gosoknya
yang jelek.
Pada praktikum ini proses pencapan menggunakan zat warna pigmen yang secara
umum mempunyai sifat :
Zat warna yang tidak larut dalam air.
Tidak mempunyai afinitas terhadap serat karena tidak mempunyai

gugus pelarut

dan gugus reaktif.
Dipengaruhi oleh ukuran partikel zat warna dan derajat dispersi zat

warna.

Pencapan dengan zat warna pigmen banyak dilakukan karena memiliki beberapa
keuntungan, antara lain :
Dapat digunakan untuk segala jenis serat dan serat campuran.
Fiksasi hasil pencapannya mudah karena hanya dengan proses pemanas awetan.
Mempunyai ketahanan sinar dan zat kimia yang cukup baik.
Warna yang dicapkan adalah warna yang terakhir sehingga mudah dalam
menentukan warna.
Dapat dicapkan di atas kain yang berwarna dengan hasil yang cukup baik.
Hasil pencapan dapat disimpan dalam waktu yang agak lama sebelum mengalami
fiksasi/pemanas awetan.
Tidak memerlukan pengerjaan pencucian, penyabunan, oksidasi maupun steaming,
sehingga dapat menyingkat waktu proses dan tenaga.
Apabila hasil pencapan dilihat secara visual akan memberikan warna yang cerah.
Sederhana dalam pembuatan pasta cap.
Adapun kekurangan dari proses pencapan dengan zat warna pigmen yaitu ketahanan
gosoknya rendah terutama dalam keadaan basah dan hasil pencapan kaku karena
penggunaan zat pengikat pada pencapannya.

D.

PERSIAPAN PASTA CAP
Langkah pertama yang harus digunakan adalah memilih kesesuaian zat warna terhadap

jenis serat yang akan dicap. Selanjutnya adalah seleksi terhadap kesesuaian jenis pengental,
zat-zat pembantu, metoda pencapan yang digunakan dan kondisi-kondisi pengeringan, fiksasi
zat warna serta kondisi setelah pencapan, misalnya pencucian.

3
Pasta cap dibuat dengan disesuaikan selain terhadap jenis serat/kain juga terhadap
jenis mesin yang akan digunakan, sifat ketahanan warna yang diminta dan beberapa sifat
hasil pencapan lainnya yang digunakan. Resep pasta cap secara garis besar yaitu : zat warna
, zat pembantu pelarutan (misalnya urea), air, pengental (misalnya tapioka), zat kimia untuk
fiksasi zat warna, zat anti reduksi, zat anti busa, minyak, pigmen putih dan zat pemutih optik.
Tingkat kekentalan/viskositas pasta cap tergantung beberapa faktor, antara lain metoda
proses pencapan , jenis dan struktur kain yang akan dicap, kehalusan motif cap dan lain-lain.
III. PRAKTIKUM
A. ALAT DAN BAHAN
1 buah meja printing lengkap dengan knock
2 buah screen motif repeat siap cap
1 buah rakel besar
1 buah gelas ukur 100 ml
1 buah gelas piala 500 ml
2 buah ember tempat pasta cap
Neraca analitik / timbangan digital
Mixer
Pengaduk
Setrika
B. BAHAN
5 m kain kapas siap cap
Zat sesuai resep

4
C. DIAGRAM ALIR PENCAPAN
Diagram alir proses pencapan repeat pada kain kapas dengan zat warna pigmen

Persiapan pasta cap

Proses pencapan kain kapas
dengan zat warna pigmen

Pengeringan

Pemanasan awetan
(160 – 180 oC selama 2 menit)

Pencucian dengan sabun
(80 oC selama 10 menit)

D. RESEP
a. Resep Stok Emulsi (Pengental Induk)
Emulsifier

= 70

gram

Air

= 330 gram

Minyak tanah

= 600 gram
1000 gram

(dalam praktek dibuat pengental emulsi sebanyak 1000 gram)

5
b. Resep Pasta Cap Asli
Zat warna pigmen

= 20

gram

Pengental emulsi

= 740 gram

Urea

= 20

Binder

= 180 gram

DAP (1 : 2)

= 20

gram

Fixer

= 20

gram

1000

gram

gram

(dalam praktek dibuat 600 gram pasta cap)
c. Resep Pasta Cap Praktek
Zat warna pigmen

= 50

gram

Pengental emulsi

= 790 gram

Urea

= 20

Binder

= 100 gram

DAP (1 : 2)

= 20

gram

Fixer

= 20

gram

1000

gram

gram

E. FUNGSI ZAT
1. Proses Pencapan
Minyak tanah

= sebagai bahan untuk membuat emulsi

Zat warna pigmen

= memberikan motif pada bahan

Pengental emulsi

= zat yang berfungsi sebagai medium dalam
pencapan

Urea

= zat yang dapat mengemulsikan minyak tanah dan
Air membentuk emulsi yang stabil

Binder

= zat pembentuk lapisan film, yaitu untuk mengikat
zat warna pada serat sebagai akibat polimerisasi
dari binder tersebut

DAP

= katalis asam yang dapat mengeluarkan asam pada
suhu tinggi untuk membantu proses polimerisasi

6
(pembentukan ikatan silang) dari binder
Fixer

= zat adesif antara binder dan serat yang dapat
mendukung ikatan silang pada permukaan lapisan
binder sehingga dapat meningkatkan sifat
ketahanan luntur hasil pencapan

Air

= bahan dasar pembuatan emulsi.

2. Proses Cuci Sabun
Sabun

= zat yang berfungsi untuk mendispersikan kotoran padat yang tidak
larut dan mengemulsikan kotoran cair yang tidak larut

Na2CO3 = zat yang berfungsi agar proses saponifikasi lebih sempurna,
mengaktifkan kerja sabun,menyabunkan kotoran dan minyak
F. PERHITUNGAN RESEP
1. Proses Pencapan
a) Stok emulsi (pengental induk)
Emulsifier

= 70 g/1000 g x 1000 g

= 70 g

Air

= 330 g/1000 g x 1000 g

= 330 g

Minyak tanah

= 600 g/1000 g x 1000 g

= 600 g
1000 g

b) Pasta cap
Zat warna pigmen = 50 g/1000 g x 600 g

= 30 g

Pengental emulsi

= 790 g/1000 g x 600 g

= 474 g

Urea

= 20 g/1000 g x 600 g

= 12 g

Binder

= 100 g/1000 g x 600 g

= 60 g

DAP

= 20 g/1000 g x 600 g

= 12 g

Fixer

= 20 g/1000 g x 600 g

= 12 g
600 g

7
2. Proses Cuci Sabun
Berat total

= 750 gram

Jumlah larutan

= berat bahan x volt
= 750 g x 20
= 15000 g
= 15000 ml ( ρ air = 1 g/cm3 )

Sabun

= 1 ml / 1000 ml x 15000 ml
= 15 ml

Na2CO3

= 0,5 g / 1000 ml x 15000 ml
= 7,5 g

G. LANGKAH KERJA
a) Pembuatan pengental emulsi


Masukkan emulsi yang akan digunakan pada wadah mixer



Masukkan sebagian air dan sebagian minyak tanah dalam jumlah kecil



Kocok secara merata dengan menggunakan mixer sampai tidak terjadi lapisan
minyak diatas air



Sambil dikocok, masukkan air dan minyak sedikit demi sedikit secara bergantian
sampai habis dan jangan sampai terjadi lapisan minyak diatas air



Kocok terus sampai terbentuk emulsi yang kental

b) Pembuatan Pasta Cap
Ambil pengental emulsi yang telah jadi sesuai dengan kebutuhan
Masukkan binder, urea, DAP, dan fixer.
Masukkan zat warna pigmen ke dalamnya dan diaduk terus sampai semua bagian
merata.

c) Pencapan
Kain yang akan dicap dipasang pada meja cap dengan posisi terbuka sempurna
dan konstan pada meja cap serta dengan tegangan yang rata
Letakkan screen pada posisi 1 bahan yang akan dicap
Dengan bantuan rakel, pasta cap dituangkan pada pinggir screen (tidak mengenai
motif) secara merata pada seluruh permukaan.

8
Tahan frame agar mengepres pada bahan, kemudian lakukan proses pencapan
dengan cara memoles screen dengan pasta cap menggunakan rakel.
Pada proses pencapan, penarikan rakel harus kuat dan menekan ke bawah agar
dapat mendorong zat warna masuk ke motif.
Lepaskan screen dari samping perlahan-lahan.
Letakkan screen pada posisi 3 bahan yang akan dicap.
Lakukan pencapan dengan bantuan rakel, kemudian lepaskan sreen dari samping.
Lakukan hal yang sama pada posisi 5, 7, 9, dst.
Untuk screen ke dua (warna berbeda), pasangkan screen dengan mempaskan
posisi motif , agar kedua motif dapat berimpit dengan tepat.
Lakukan proses pencapan seperti point di atas dimulai pada posisi 2, 4, 6, dst.
Setelah selesai, biarkan pasta pada kain sedikit mengering kemudian angkat
secara hati-hati.
Lakukan proses pengeringan (drying ) pada suhu 100oC selama 2 menit.
Setelah kering, dilakukan proses curing pada suhu 140oC selama 1-2 menit
Kemudian dilakukan prose swash pada suhu 40oC kemudian keringkan kembali.
IV. DATA PRAKTIKUM

V. DISKUSI
Dalam pencapan repeat dengan zat warna pigmen, beberapa hal harus diperhatikan
seperti screen repeat yang digunakan, kondisi meja pencapan harus rata, kondisi rel
diusahakan lurus, perakelan yang rata serta resep yang tepat baik jenis zat dan
komposisinya.
Screen yang digunakan dalam praktikum ini memiliki ukuran beserta rangkanya sekitar
70 x 160 cm dengan ukuran motif 48,2 x 120 cm. Tetapi yang harus diperhatikan adalah
lebar motif dan panjang rangka karena lebar motif nanti berpengaruh pada penempatan nok
harus tepat sehingga tidak akan terjadi overlapping. Adapun panjang rangka menunjukkan
bahwa untuk perakelan tidak bisa dilakukan oleh satu operator, sebab pajang tangan tidak
akan menjangkau sehingga diperlukan dua operator pada kedua sisi lebar screen.
Selain itu harus dipastikan kondisi screen sudah memenuhi syarat untuk pencapan,
bahwa perbedaan antara motif yang terbuka dengan tertutup cukup jelas sehingga untuk
lubang motif diluar kehendak bisa ditutup/perbaiki dengan selotip, serta pastikan tidak ada
bagian kasa yang sobek namun bisa pula diperbaiki dengan lakban.

9
Kondisi rel pada meja pencapan harus diusahakan lurus, sebab ketidaklurusan rel pada
meja akan memerlukan pengaturan ulang tanduk dan memerlukan waktu dan tenaga
tambahanatau dengan kata lain kurang efisien.adapaun kalau tidak lurus maka diperlukan
garis tambahan pada meja yang bias dilihat dengan jelas untuk penempatan kain sehingga
pemasangan motif tidak akan miring / sejajar dengan sisi tepi kain. Untuk memperjelas warna
garis akan cukup sulit ketika meja akan banyak noda dari pencapan-pencapan yang
dilakukan, oleh karena itu bias digunaan benang yang ditarik lurus pada kedua sisi lebar
meja.

kain
kasa
tanduk

rel

Garis dari
benang

nok

Huruf T

Penggelaran kain pada meja, harus mempertimbangkan kerataan dan kebersihan meja
agar nanti hasil pencapan optimal. Dan bila perlu pada ujung kain bahan pencapan diselotip
agar nantinya saat pencapan tidak bergeser. Untuk mendapatkan hasil yang tampak bagus
dan optimal maka pemasangan motif keseluruhan diusahakan tepat ditengah kain, untuk
itulah diperlukan garis lurus pada meja dan diusahakan jarak antar garis dengan tepi sisi
panjang kain selalu sama/ buat saja tepat menempel.
Ketajaman motif akan seragam jika tekanan yang diberikan saat perakelan selalu sama
dan konstan, baik pada kedua operator screen yang sama di bagian kain yang berbeda,
maupun perakelan pada screen motif dalam dan luar. Jika perakelan terlalu kuat, maka
ketajaman motif akan bertambah dan sebaliknya. Jika pengulangan perakelan semakin
banyak maka ketebalan garis motif juga akan semakin tebal dan sebaliknya. Selain itu
pemberian pasta cap pra perakelan harus tepat terkait luas motif yang akan dihasilkan
sehingga tidak akan terjadi kehabisan pasta cap ditengah-tengah screen dan tidak akan

10
terjadi kelebihan pasta yang terlalu karena kemungkinan penodaan dan kotor dengan
penggunaan pasta yang berlebih akan semakin besar.
Pencapan zat warna pigmen bisa dilakukan pada serat apapun, karena mekanisme
pewarnaannya tidak mengadakan ikatan, hanya penempelan pada permukaan serat dengan
bantuan binder. Karena tidak ada ikatan antara serat dengan zat warna, maka sifat asli serat
(sifat fisika dan kimia) tidak akan berpengaruh
binder
zw pigmen

serat

Adanya penempelan binder pada serat karena pada suhu tinggi, dalam proses
penyetrikaan binder akan berpolimerisasi dengan bantuan katalis DAP 1 : 2 yang
menghasilkan asam sehingga membenamkan zat warna pigmen dan menempel dengan
serat. Sebelum dilakukan penyetrikaan, dilakukan dulu pengeringan agar saat berbentuk
polimer, kondisi motif tidak terlalu basah dan tidak terjadi migrasi zw yang nanti bisa akibatkan
rusaknya motif. Setelah proses penyetrikaan / curing, dilakukan proses pencucian untuk
menghilangkan zat warna yang tidak terikat oleh binder sehingga tidak menempel pada serat.
Kelebihan zat warna pigmen adalah aplikatif untuk semua serat dan harganya relatif murah,
oleh karena itu banyak digunakan. Dan akan paling efektif jika bahannya menggunakan serat
campuran. Karena adanya binder pada permukaan serat yang hanya menempel (ikatan fisika
serat-binder) maka ketahanan lunturnya terhadap gosokan rendah selain itu pada suhu panas
binder akan berpolimerisasi dan kembali lengket sehingga kurang tahan terhadap suhu terlalu
tinggi, oleh karena itu zat warna pigmen jarang digunakan dan biasanya hanya untuk bahan
kualitas rendah. Efisiensi binder ditentukan oleh daya tahan luntur dari zat warna pigmen
pada permukaan bahan , hal ini ditentukan oleh kondisi fiksasi yaitu waktu dan temperatur
udara panas, adanya katalis asam dan mutu dari bindernya sendiri. Di pihak lain tingkat ikatan
silang yang terbentuk harus dibatasi untuk mencegah struktur tiga dimensi menjadi getas,
dengan demikian sifat kelenturannya tetap terjaga.

11
Reaksi antara binder dengan serat digambarkan sebagai berikut :
 B- CH2-O-Sel + ROH

B-CH2-OR + HO-Sel

Pada pH = 3

Dimana R adalah CH3 atau H
B adalah molekul binder

Komponen pasta cap pigmen didasarkan pada tiga hal penting, yaitu : dispersi zat
warna pigmen, binder dan zat pembantu ikatan silang, serta pengental yang sesuai. Pasta
cap yang digunakan sebaiknya mempunyai sifat reologi seperti plastik, dapat dipindahkan
pada tekstil dengan mudah tetapi penetrasinya terbatas. Jika terjadi perakelan pasta akan
mengencer dan setelah perakelan menjadi solid pada permukaan kain, sehingga tidak
berpenetrasi lebih jauh kedalam tekstil hanya tinggal di permukaan saja, sehingga
menghasilkan tingkat pewarnan yang lebih baik, motif tajam dan warna yang brilian. Demikian
pula, tidak terjadi perekatan benang-benang kain yang disebabkan oleh binder dan reaksi
silang, hal ini sangat menguntungkan pada hasil pegangan kain yang baik.
Pegangan kain yang keras diisebabkan saling merekatnya benang-benang dan serat
pada kain. Hal tersebut dapat diatasi dengan menggunakan pengental yang sesuai. Sifat
reologi yang sama juga akan menyebabkan reaksi ikatan silang antara binder, zat pengikat
dan pigmen warna serta serat berjalan dengan baik, hal ini penting untuk daya ketahanan
warna terhadap pemakaian dan pencucian.
Pengental yang sesuai seperti dimaksud diatas, adalah pengental emulsi minyak dalam
air (o/w, oil in water) yang banyak dipakai pada saat ini. Pengental tersebut mengandung 75%
minyak, 0,5-1% zat pengemulsi ion-ion, dan 29% air. Ukuran partikel dari emulsi, tergantung
pada jenis zat pengemulsi dan tingginya kecepatan pengadukan. Diusahakan agar dibuat
ukuran partikel yang seragam atau homogen, hal ini akan mendukung kestabilan yang tinggi
dan hasil yang baik.
Pengental emulsi terutama cocok untuk pencapan pigmen karena semua komponen
pengental tersebut kecuali zat pengemulsi akan menguap sempurna pada saat proses fiksasi,
sehingga tidak meninggalkan residu/sisa-sisa pencapan serta tidak menyebabkan pegangan
yang kaku.
VI. KESIMPULAN
VII. DAFTAR PUSTAKA

12

More Related Content

What's hot

Analisa kerusakan serat selulosa scr kualitatif
Analisa kerusakan serat selulosa scr kualitatifAnalisa kerusakan serat selulosa scr kualitatif
Analisa kerusakan serat selulosa scr kualitatifOperator Warnet Vast Raha
 

What's hot (20)

Proses pengelantangan
Proses pengelantanganProses pengelantangan
Proses pengelantangan
 
Analisa kerusakan serat selulosa scr kualitatif
Analisa kerusakan serat selulosa scr kualitatifAnalisa kerusakan serat selulosa scr kualitatif
Analisa kerusakan serat selulosa scr kualitatif
 
Laporan simultan pada kain kapas by benkur
Laporan simultan pada kain kapas by benkurLaporan simultan pada kain kapas by benkur
Laporan simultan pada kain kapas by benkur
 
Tc2
Tc2Tc2
Tc2
 
Uji zat warna pada selulosa
Uji zat warna pada selulosaUji zat warna pada selulosa
Uji zat warna pada selulosa
 
Poliester weight reduce
Poliester weight reducePoliester weight reduce
Poliester weight reduce
 
Lap 3. tlw thd pencucian & uji bundesmann
Lap 3. tlw thd pencucian & uji bundesmannLap 3. tlw thd pencucian & uji bundesmann
Lap 3. tlw thd pencucian & uji bundesmann
 
Lap 1.uji dimensi & uji siram
Lap 1.uji dimensi & uji siramLap 1.uji dimensi & uji siram
Lap 1.uji dimensi & uji siram
 
Lap 2.cap pigmen nonrepeat tc
Lap 2.cap pigmen nonrepeat tcLap 2.cap pigmen nonrepeat tc
Lap 2.cap pigmen nonrepeat tc
 
Lap 1.persiapan screen
Lap 1.persiapan screenLap 1.persiapan screen
Lap 1.persiapan screen
 
Bleaching
BleachingBleaching
Bleaching
 
Anyaman kain tenun
Anyaman kain tenunAnyaman kain tenun
Anyaman kain tenun
 
Identifikasi protein
Identifikasi proteinIdentifikasi protein
Identifikasi protein
 
Celup poliester disperse pengaruh p h
Celup poliester   disperse pengaruh p hCelup poliester   disperse pengaruh p h
Celup poliester disperse pengaruh p h
 
Sutera
SuteraSutera
Sutera
 
Analisa serat scr kualitatif & kuantitatif
Analisa serat scr kualitatif & kuantitatifAnalisa serat scr kualitatif & kuantitatif
Analisa serat scr kualitatif & kuantitatif
 
Weight reduce
Weight reduceWeight reduce
Weight reduce
 
Deguming sutera zhie
Deguming sutera zhieDeguming sutera zhie
Deguming sutera zhie
 
Lap 8. poliakrilat basa
Lap 8. poliakrilat basaLap 8. poliakrilat basa
Lap 8. poliakrilat basa
 
Celup cdp zw kationik
Celup cdp   zw kationikCelup cdp   zw kationik
Celup cdp zw kationik
 

Similar to Pencapan Motif Repeat

Similar to Pencapan Motif Repeat (20)

Lap 3.cap pigmen repeat kapas
Lap 3.cap pigmen repeat kapasLap 3.cap pigmen repeat kapas
Lap 3.cap pigmen repeat kapas
 
Lap 2.cap pigmen nonrepeat tc
Lap 2.cap pigmen nonrepeat tcLap 2.cap pigmen nonrepeat tc
Lap 2.cap pigmen nonrepeat tc
 
Lap 10. cap busa
Lap 10. cap busaLap 10. cap busa
Lap 10. cap busa
 
Lap 10. cap busa
Lap 10. cap busaLap 10. cap busa
Lap 10. cap busa
 
Celup poliester disperse pengaruh hs
Celup poliester   disperse pengaruh hsCelup poliester   disperse pengaruh hs
Celup poliester disperse pengaruh hs
 
Celup poliester disperse carrier
Celup poliester   disperse carrierCelup poliester   disperse carrier
Celup poliester disperse carrier
 
Celup poliester disperse pengaruh hs
Celup poliester   disperse pengaruh hsCelup poliester   disperse pengaruh hs
Celup poliester disperse pengaruh hs
 
Celup poliester disperse pengaruh hs
Celup poliester   disperse pengaruh hsCelup poliester   disperse pengaruh hs
Celup poliester disperse pengaruh hs
 
Lap 8. cap bo
Lap 8. cap boLap 8. cap bo
Lap 8. cap bo
 
Lap 8. cap bo
Lap 8. cap boLap 8. cap bo
Lap 8. cap bo
 
Celup poliester disperse pengaruh p h
Celup poliester   disperse pengaruh p hCelup poliester   disperse pengaruh p h
Celup poliester disperse pengaruh p h
 
Celup poliester disperse pengaruh p h
Celup poliester   disperse pengaruh p hCelup poliester   disperse pengaruh p h
Celup poliester disperse pengaruh p h
 
Lap 9. rintang
Lap 9. rintangLap 9. rintang
Lap 9. rintang
 
Lap 9. rintang
Lap 9. rintangLap 9. rintang
Lap 9. rintang
 
Celup poliester disperse carrier
Celup poliester   disperse carrierCelup poliester   disperse carrier
Celup poliester disperse carrier
 
Celup poliester disperse carrier
Celup poliester   disperse carrierCelup poliester   disperse carrier
Celup poliester disperse carrier
 
Uas basaq
Uas basaqUas basaq
Uas basaq
 
Uas basaq
Uas basaqUas basaq
Uas basaq
 
Uas basaqq
Uas basaqqUas basaqq
Uas basaqq
 
Uas basaqq
Uas basaqqUas basaqq
Uas basaqq
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Pencapan Motif Repeat

  • 1. Pencapan Zat Warna Pigmen (Repeat) Pada Kain Kapas I. MAKSUD DAN TUJUAN A. MAKSUD Mempelajari bagaimana mekanisme proses pencapan repeat pada kain kapas dengan zat warna pigmen. TUJUAN 1. Mewarnai kain kapas dengan zat warna pigmen sesuai dengan motif repeat yang diinginkan. 2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pencapan pada kain kapas dengan zat warna pigmen meliputi ketuaan warna, ketajaman dan kerataan motif, sifat bahan setelah dicap yaitu tingkat intensitas warna dan ketahanan luntur setelah pencucian. 3. Menganalisa dan mengevaluasi hasil pencapan. II. TEORI DASAR A. PENCAPAN Pencapan pada kain tekstil dapat digambarkan sebagai suatu teknologi seni pemindahan desain-desain pada kain tekstil. Pencapan adalah suatu proses untuk mewarnai bahan tekstil dengan melekatkan zat warna pada kain secara tidak merata sesuai dengan motif yang diinginkan. Motif yang akan diperoleh pada kain cap nantinya harusnya dibuat dulu gambar pada kertas. Kemudian dari gambar ini masing-masing warna dalam komponen gambar yang akan dijadikan motif dipisahkan dalam kertas film. Dari kertas film inilah motif dipindahkan ke screen, dimana dalam screen ini bagianbagian yang tidak ada gambarnya akan tertutup oleh zat peka cahaya sedangkan untuk bagian-bagian yang merupakan gambar akan berlubang dan dapat meneruskan pasta cap ke bahan yang akan dicap. Pada pencapan, pelekatan zat warna pada kain lebih banyak secara mekanis. Pada pencapan, bermacam-macam golongan zat warna dapat dipakai bersama-sama dalam satu kain dengan tidak saling mempengaruhi warna aslinya. 1
  • 2. B. SERAT KAPAS Serat yang digunakan adalah kapas yang merupakan jenis serat selulosa. Penampang melintang dari serat berbahan kapas memiliki bentuk yang tidak beraturan yaitu seperti ginjal. Bentuk penampang melintang seperti itu membuat hasil pewarnaan pada permukaan memiliki daya kilap yang kurang, akan tetapi bentuk seperti itu memberikan daya penutup kain yang lebih besar. Gambar diatas merupakan strukur molekul serat selulosa. Pada serat kapas diatas memiliki gugus hidroksil (OH) yang dapat menarik gugus hidroksil dari molekul lainnya dan gugus hidroksil air. Serat yang mengandung banyak gugus hidroksil akan mudah menyerap air sehingga serat tersebut memiliki moisture regain yang tinggi. Dengan kemudahan molekul air terserap kedalam serat, menyebabkan serat mudah menyerap zat warna yang berbentuk pasta atau larutan. Kekuatan serat kapas dipengaruhi oleh kadar selulosanya dalam serat, panjang rantai dan orientasinya. Kapas mempunyai afinitas yang besar terhadap air. Serat yang kering bersifat kasar, rapuh dan kekuatannya rendah. Moisture regain kapas kondisi standar 7 – 8,5 %. Komposisi kapas tersusun atas selulosa dan selulosa merupakan polimer linier yang tersusun dari kondensasi molekul – molekul glukosa yang dihubungkan pada posisi 1 – 4. kapas tersusun atas selulosa maka sifat – sifat kimianya adalah sifat kimia selulosa. Pada umumnya tahan terhadap kondisi penyimpanan, pengolahan, dan pemakaian normal tetapi beberapa zat oksidasi atau penghidrolisa menyebabkan kerusakan dengan akibat penurunan kekuatan. Kerusakan karena oksidasi dengan terbentuknya oksi selulosa biasanya terjadi dalam proses pemutihan yang berlebihan, penyinaran dalam keadaan lembab atau pemanasan yang lama diatas suhu 1400C. C. ZAT WARNA PIGMEN Zat warna pigmen merupakan zat warna yang dapat digunakan untuk mencap semua jenis bahan tekstil sehingga banyak digunakan. Zat warna ini tidak mempunyai gugus pelarut atau gugus yang dapat berikatan dengan serat. Sifat zat warna ini hanya menempel saja pada permukaan kain dengan pengikat binder. 2
  • 3. Karena sifatnya yang hanya menempel saja maka hasil yang diperoleh mempunyai efek kaku. Dan untuk menghindari efek ini biasanya dalam resep yang digunakan ditambahkan zat pelembut. Kelemahan lain yang ada pada zat warna ini adalah ketahanan terhadap gosoknya yang jelek. Pada praktikum ini proses pencapan menggunakan zat warna pigmen yang secara umum mempunyai sifat : Zat warna yang tidak larut dalam air. Tidak mempunyai afinitas terhadap serat karena tidak mempunyai gugus pelarut dan gugus reaktif. Dipengaruhi oleh ukuran partikel zat warna dan derajat dispersi zat warna. Pencapan dengan zat warna pigmen banyak dilakukan karena memiliki beberapa keuntungan, antara lain : Dapat digunakan untuk segala jenis serat dan serat campuran. Fiksasi hasil pencapannya mudah karena hanya dengan proses pemanas awetan. Mempunyai ketahanan sinar dan zat kimia yang cukup baik. Warna yang dicapkan adalah warna yang terakhir sehingga mudah dalam menentukan warna. Dapat dicapkan di atas kain yang berwarna dengan hasil yang cukup baik. Hasil pencapan dapat disimpan dalam waktu yang agak lama sebelum mengalami fiksasi/pemanas awetan. Tidak memerlukan pengerjaan pencucian, penyabunan, oksidasi maupun steaming, sehingga dapat menyingkat waktu proses dan tenaga. Apabila hasil pencapan dilihat secara visual akan memberikan warna yang cerah. Sederhana dalam pembuatan pasta cap. Adapun kekurangan dari proses pencapan dengan zat warna pigmen yaitu ketahanan gosoknya rendah terutama dalam keadaan basah dan hasil pencapan kaku karena penggunaan zat pengikat pada pencapannya. D. PERSIAPAN PASTA CAP Langkah pertama yang harus digunakan adalah memilih kesesuaian zat warna terhadap jenis serat yang akan dicap. Selanjutnya adalah seleksi terhadap kesesuaian jenis pengental, zat-zat pembantu, metoda pencapan yang digunakan dan kondisi-kondisi pengeringan, fiksasi zat warna serta kondisi setelah pencapan, misalnya pencucian. 3
  • 4. Pasta cap dibuat dengan disesuaikan selain terhadap jenis serat/kain juga terhadap jenis mesin yang akan digunakan, sifat ketahanan warna yang diminta dan beberapa sifat hasil pencapan lainnya yang digunakan. Resep pasta cap secara garis besar yaitu : zat warna , zat pembantu pelarutan (misalnya urea), air, pengental (misalnya tapioka), zat kimia untuk fiksasi zat warna, zat anti reduksi, zat anti busa, minyak, pigmen putih dan zat pemutih optik. Tingkat kekentalan/viskositas pasta cap tergantung beberapa faktor, antara lain metoda proses pencapan , jenis dan struktur kain yang akan dicap, kehalusan motif cap dan lain-lain. III. PRAKTIKUM A. ALAT DAN BAHAN 1 buah meja printing lengkap dengan knock 2 buah screen motif repeat siap cap 1 buah rakel besar 1 buah gelas ukur 100 ml 1 buah gelas piala 500 ml 2 buah ember tempat pasta cap Neraca analitik / timbangan digital Mixer Pengaduk Setrika B. BAHAN 5 m kain kapas siap cap Zat sesuai resep 4
  • 5. C. DIAGRAM ALIR PENCAPAN Diagram alir proses pencapan repeat pada kain kapas dengan zat warna pigmen Persiapan pasta cap Proses pencapan kain kapas dengan zat warna pigmen Pengeringan Pemanasan awetan (160 – 180 oC selama 2 menit) Pencucian dengan sabun (80 oC selama 10 menit) D. RESEP a. Resep Stok Emulsi (Pengental Induk) Emulsifier = 70 gram Air = 330 gram Minyak tanah = 600 gram 1000 gram (dalam praktek dibuat pengental emulsi sebanyak 1000 gram) 5
  • 6. b. Resep Pasta Cap Asli Zat warna pigmen = 20 gram Pengental emulsi = 740 gram Urea = 20 Binder = 180 gram DAP (1 : 2) = 20 gram Fixer = 20 gram 1000 gram gram (dalam praktek dibuat 600 gram pasta cap) c. Resep Pasta Cap Praktek Zat warna pigmen = 50 gram Pengental emulsi = 790 gram Urea = 20 Binder = 100 gram DAP (1 : 2) = 20 gram Fixer = 20 gram 1000 gram gram E. FUNGSI ZAT 1. Proses Pencapan Minyak tanah = sebagai bahan untuk membuat emulsi Zat warna pigmen = memberikan motif pada bahan Pengental emulsi = zat yang berfungsi sebagai medium dalam pencapan Urea = zat yang dapat mengemulsikan minyak tanah dan Air membentuk emulsi yang stabil Binder = zat pembentuk lapisan film, yaitu untuk mengikat zat warna pada serat sebagai akibat polimerisasi dari binder tersebut DAP = katalis asam yang dapat mengeluarkan asam pada suhu tinggi untuk membantu proses polimerisasi 6
  • 7. (pembentukan ikatan silang) dari binder Fixer = zat adesif antara binder dan serat yang dapat mendukung ikatan silang pada permukaan lapisan binder sehingga dapat meningkatkan sifat ketahanan luntur hasil pencapan Air = bahan dasar pembuatan emulsi. 2. Proses Cuci Sabun Sabun = zat yang berfungsi untuk mendispersikan kotoran padat yang tidak larut dan mengemulsikan kotoran cair yang tidak larut Na2CO3 = zat yang berfungsi agar proses saponifikasi lebih sempurna, mengaktifkan kerja sabun,menyabunkan kotoran dan minyak F. PERHITUNGAN RESEP 1. Proses Pencapan a) Stok emulsi (pengental induk) Emulsifier = 70 g/1000 g x 1000 g = 70 g Air = 330 g/1000 g x 1000 g = 330 g Minyak tanah = 600 g/1000 g x 1000 g = 600 g 1000 g b) Pasta cap Zat warna pigmen = 50 g/1000 g x 600 g = 30 g Pengental emulsi = 790 g/1000 g x 600 g = 474 g Urea = 20 g/1000 g x 600 g = 12 g Binder = 100 g/1000 g x 600 g = 60 g DAP = 20 g/1000 g x 600 g = 12 g Fixer = 20 g/1000 g x 600 g = 12 g 600 g 7
  • 8. 2. Proses Cuci Sabun Berat total = 750 gram Jumlah larutan = berat bahan x volt = 750 g x 20 = 15000 g = 15000 ml ( ρ air = 1 g/cm3 ) Sabun = 1 ml / 1000 ml x 15000 ml = 15 ml Na2CO3 = 0,5 g / 1000 ml x 15000 ml = 7,5 g G. LANGKAH KERJA a) Pembuatan pengental emulsi  Masukkan emulsi yang akan digunakan pada wadah mixer  Masukkan sebagian air dan sebagian minyak tanah dalam jumlah kecil  Kocok secara merata dengan menggunakan mixer sampai tidak terjadi lapisan minyak diatas air  Sambil dikocok, masukkan air dan minyak sedikit demi sedikit secara bergantian sampai habis dan jangan sampai terjadi lapisan minyak diatas air  Kocok terus sampai terbentuk emulsi yang kental b) Pembuatan Pasta Cap Ambil pengental emulsi yang telah jadi sesuai dengan kebutuhan Masukkan binder, urea, DAP, dan fixer. Masukkan zat warna pigmen ke dalamnya dan diaduk terus sampai semua bagian merata. c) Pencapan Kain yang akan dicap dipasang pada meja cap dengan posisi terbuka sempurna dan konstan pada meja cap serta dengan tegangan yang rata Letakkan screen pada posisi 1 bahan yang akan dicap Dengan bantuan rakel, pasta cap dituangkan pada pinggir screen (tidak mengenai motif) secara merata pada seluruh permukaan. 8
  • 9. Tahan frame agar mengepres pada bahan, kemudian lakukan proses pencapan dengan cara memoles screen dengan pasta cap menggunakan rakel. Pada proses pencapan, penarikan rakel harus kuat dan menekan ke bawah agar dapat mendorong zat warna masuk ke motif. Lepaskan screen dari samping perlahan-lahan. Letakkan screen pada posisi 3 bahan yang akan dicap. Lakukan pencapan dengan bantuan rakel, kemudian lepaskan sreen dari samping. Lakukan hal yang sama pada posisi 5, 7, 9, dst. Untuk screen ke dua (warna berbeda), pasangkan screen dengan mempaskan posisi motif , agar kedua motif dapat berimpit dengan tepat. Lakukan proses pencapan seperti point di atas dimulai pada posisi 2, 4, 6, dst. Setelah selesai, biarkan pasta pada kain sedikit mengering kemudian angkat secara hati-hati. Lakukan proses pengeringan (drying ) pada suhu 100oC selama 2 menit. Setelah kering, dilakukan proses curing pada suhu 140oC selama 1-2 menit Kemudian dilakukan prose swash pada suhu 40oC kemudian keringkan kembali. IV. DATA PRAKTIKUM V. DISKUSI Dalam pencapan repeat dengan zat warna pigmen, beberapa hal harus diperhatikan seperti screen repeat yang digunakan, kondisi meja pencapan harus rata, kondisi rel diusahakan lurus, perakelan yang rata serta resep yang tepat baik jenis zat dan komposisinya. Screen yang digunakan dalam praktikum ini memiliki ukuran beserta rangkanya sekitar 70 x 160 cm dengan ukuran motif 48,2 x 120 cm. Tetapi yang harus diperhatikan adalah lebar motif dan panjang rangka karena lebar motif nanti berpengaruh pada penempatan nok harus tepat sehingga tidak akan terjadi overlapping. Adapun panjang rangka menunjukkan bahwa untuk perakelan tidak bisa dilakukan oleh satu operator, sebab pajang tangan tidak akan menjangkau sehingga diperlukan dua operator pada kedua sisi lebar screen. Selain itu harus dipastikan kondisi screen sudah memenuhi syarat untuk pencapan, bahwa perbedaan antara motif yang terbuka dengan tertutup cukup jelas sehingga untuk lubang motif diluar kehendak bisa ditutup/perbaiki dengan selotip, serta pastikan tidak ada bagian kasa yang sobek namun bisa pula diperbaiki dengan lakban. 9
  • 10. Kondisi rel pada meja pencapan harus diusahakan lurus, sebab ketidaklurusan rel pada meja akan memerlukan pengaturan ulang tanduk dan memerlukan waktu dan tenaga tambahanatau dengan kata lain kurang efisien.adapaun kalau tidak lurus maka diperlukan garis tambahan pada meja yang bias dilihat dengan jelas untuk penempatan kain sehingga pemasangan motif tidak akan miring / sejajar dengan sisi tepi kain. Untuk memperjelas warna garis akan cukup sulit ketika meja akan banyak noda dari pencapan-pencapan yang dilakukan, oleh karena itu bias digunaan benang yang ditarik lurus pada kedua sisi lebar meja. kain kasa tanduk rel Garis dari benang nok Huruf T Penggelaran kain pada meja, harus mempertimbangkan kerataan dan kebersihan meja agar nanti hasil pencapan optimal. Dan bila perlu pada ujung kain bahan pencapan diselotip agar nantinya saat pencapan tidak bergeser. Untuk mendapatkan hasil yang tampak bagus dan optimal maka pemasangan motif keseluruhan diusahakan tepat ditengah kain, untuk itulah diperlukan garis lurus pada meja dan diusahakan jarak antar garis dengan tepi sisi panjang kain selalu sama/ buat saja tepat menempel. Ketajaman motif akan seragam jika tekanan yang diberikan saat perakelan selalu sama dan konstan, baik pada kedua operator screen yang sama di bagian kain yang berbeda, maupun perakelan pada screen motif dalam dan luar. Jika perakelan terlalu kuat, maka ketajaman motif akan bertambah dan sebaliknya. Jika pengulangan perakelan semakin banyak maka ketebalan garis motif juga akan semakin tebal dan sebaliknya. Selain itu pemberian pasta cap pra perakelan harus tepat terkait luas motif yang akan dihasilkan sehingga tidak akan terjadi kehabisan pasta cap ditengah-tengah screen dan tidak akan 10
  • 11. terjadi kelebihan pasta yang terlalu karena kemungkinan penodaan dan kotor dengan penggunaan pasta yang berlebih akan semakin besar. Pencapan zat warna pigmen bisa dilakukan pada serat apapun, karena mekanisme pewarnaannya tidak mengadakan ikatan, hanya penempelan pada permukaan serat dengan bantuan binder. Karena tidak ada ikatan antara serat dengan zat warna, maka sifat asli serat (sifat fisika dan kimia) tidak akan berpengaruh binder zw pigmen serat Adanya penempelan binder pada serat karena pada suhu tinggi, dalam proses penyetrikaan binder akan berpolimerisasi dengan bantuan katalis DAP 1 : 2 yang menghasilkan asam sehingga membenamkan zat warna pigmen dan menempel dengan serat. Sebelum dilakukan penyetrikaan, dilakukan dulu pengeringan agar saat berbentuk polimer, kondisi motif tidak terlalu basah dan tidak terjadi migrasi zw yang nanti bisa akibatkan rusaknya motif. Setelah proses penyetrikaan / curing, dilakukan proses pencucian untuk menghilangkan zat warna yang tidak terikat oleh binder sehingga tidak menempel pada serat. Kelebihan zat warna pigmen adalah aplikatif untuk semua serat dan harganya relatif murah, oleh karena itu banyak digunakan. Dan akan paling efektif jika bahannya menggunakan serat campuran. Karena adanya binder pada permukaan serat yang hanya menempel (ikatan fisika serat-binder) maka ketahanan lunturnya terhadap gosokan rendah selain itu pada suhu panas binder akan berpolimerisasi dan kembali lengket sehingga kurang tahan terhadap suhu terlalu tinggi, oleh karena itu zat warna pigmen jarang digunakan dan biasanya hanya untuk bahan kualitas rendah. Efisiensi binder ditentukan oleh daya tahan luntur dari zat warna pigmen pada permukaan bahan , hal ini ditentukan oleh kondisi fiksasi yaitu waktu dan temperatur udara panas, adanya katalis asam dan mutu dari bindernya sendiri. Di pihak lain tingkat ikatan silang yang terbentuk harus dibatasi untuk mencegah struktur tiga dimensi menjadi getas, dengan demikian sifat kelenturannya tetap terjaga. 11
  • 12. Reaksi antara binder dengan serat digambarkan sebagai berikut :  B- CH2-O-Sel + ROH B-CH2-OR + HO-Sel Pada pH = 3 Dimana R adalah CH3 atau H B adalah molekul binder Komponen pasta cap pigmen didasarkan pada tiga hal penting, yaitu : dispersi zat warna pigmen, binder dan zat pembantu ikatan silang, serta pengental yang sesuai. Pasta cap yang digunakan sebaiknya mempunyai sifat reologi seperti plastik, dapat dipindahkan pada tekstil dengan mudah tetapi penetrasinya terbatas. Jika terjadi perakelan pasta akan mengencer dan setelah perakelan menjadi solid pada permukaan kain, sehingga tidak berpenetrasi lebih jauh kedalam tekstil hanya tinggal di permukaan saja, sehingga menghasilkan tingkat pewarnan yang lebih baik, motif tajam dan warna yang brilian. Demikian pula, tidak terjadi perekatan benang-benang kain yang disebabkan oleh binder dan reaksi silang, hal ini sangat menguntungkan pada hasil pegangan kain yang baik. Pegangan kain yang keras diisebabkan saling merekatnya benang-benang dan serat pada kain. Hal tersebut dapat diatasi dengan menggunakan pengental yang sesuai. Sifat reologi yang sama juga akan menyebabkan reaksi ikatan silang antara binder, zat pengikat dan pigmen warna serta serat berjalan dengan baik, hal ini penting untuk daya ketahanan warna terhadap pemakaian dan pencucian. Pengental yang sesuai seperti dimaksud diatas, adalah pengental emulsi minyak dalam air (o/w, oil in water) yang banyak dipakai pada saat ini. Pengental tersebut mengandung 75% minyak, 0,5-1% zat pengemulsi ion-ion, dan 29% air. Ukuran partikel dari emulsi, tergantung pada jenis zat pengemulsi dan tingginya kecepatan pengadukan. Diusahakan agar dibuat ukuran partikel yang seragam atau homogen, hal ini akan mendukung kestabilan yang tinggi dan hasil yang baik. Pengental emulsi terutama cocok untuk pencapan pigmen karena semua komponen pengental tersebut kecuali zat pengemulsi akan menguap sempurna pada saat proses fiksasi, sehingga tidak meninggalkan residu/sisa-sisa pencapan serta tidak menyebabkan pegangan yang kaku. VI. KESIMPULAN VII. DAFTAR PUSTAKA 12