1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kita tak pernah tahu bahwa pada tahun 2008 Indonesia menghadapi
perekonomian yang sangat berat yang berdampak besar terhadap sektor ekonomi,
sehingga perekonomian kita penuh dengan ketidakpastian dan kita tak pernah tahu
kapan krisis yang melanda semua negara berkembang termasuk Indonesia akan
berakhir. Selain itu, untuk mengatasi situasi ini, pemerintah belum memberikan
solusi yang benar-benar dapat menenangkan hati masyarakat agar dapat keluar dari
krisis keuangan ini. Maka dari itu, penyusun berkeinginan untuk mengetahui lebih
lanjut tentang krisis keuangan ini. Apa yang menyebabkan krisis ini muncul, dampak
besar yang diakibatkan oleh krisis ini dan bagaimana sikap pemerintah menghadapi
krisis keuangan ini.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang, penyusun menyampaikan beberapa identifikasi
masalah yang muncul, yaitu sebagai berikut:
1. Sebab-sebab apa saja yang membuat krisisi keuangan ini muncul?
2. Dampak apa yang timbul setelah terjadinya krisis keuangan ini?
3. Solusi apakah yang terbaik yang dapat membuat krisis keuangan ini tidak
semakin membuat Indonesia kacau?
1
2. 1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sebab-sebab apa saja yang membuat krisisi keuangan ini
muncul.
2. Untuk mengetahui dampak apa yang dapat ditimbulkan setelah terjadinya
krisis keuangan ini.
3. Untuk mengetahui solusi-solusi yang terbaik yang dapat membuat krisis
keuangan ini tidak semakin membuat Indonesia kacau.
2
3. BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sebab-sebab Terjadinya Krisis Keuangan
Situasi krisis keuangan ini disebabkan oleh banyak faktor yang saling
berkaitan. Faktor ekstern yang dipicu oleh memburuknya perekonomian Amerika
Serikat dengan adanya kasus subprime mortgage (krisis kredit macet perumahan) di
negara itu, sedangkan faktor intern dipengaruhi oleh lonjakan harga minyak mentah
dunia yang sudah lebih dulu menggoyang perekonomian nasional dan lumpuhnya
sistem perbankan global. Dan inti dari telaknya dampak ekonomi global terhadap
negara ini adalah karena lemahnya struktur ekonomi yang menyangkut bahanbahan pokok pangan.
2.2. Dampak yang terjadi akibat Krisis Keuangan
Banyak dampak yang harus ditangggung oleh Indonesia akibat terjadinya
krisis keuangan, baik pada bursa saham, pasar modal, pasar uang dan sistem
perbankan, diantaranya:
1. Daya beli yang merosot tajam, baik karena penurunan pendapatan secara
nominal maupun akibat melonjaknya harga pangan dan barang-barang
kebutuhan pokok lain, konsumen dan berbagai sektor dalam perekonomian
juga dipaksa mengurangi konsumsi. Masyarakat pun mulai merasakan
memburuknya kualitas kehidupan mereka, seperti akses ke pemenuhan
pangan, pendidikan, kesehatan dan hancurnya infrastruktur dasar.
2. Banyaknya pengangguran karena sektor industri tidak lagi berjalan seperti
biasa yang disebabkan oleh adanya penurunan produksi.
3
4. 3. Penurunan indeks di lantai bursa karena sentuhan negativ dari bursa global
yang mengakibatkan para investor mengalami kerugian.
4. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang semakin menurun karena banyak
para eksportir yang membutuhkan uang dollar untuk bertransaksi dengan
pihak asing.
5. Sektor riil domestik dan internasional terhubung secara langsung melalui
aktivitas ekspor dan impor karena sebagian negara maju pun mulai
mengalami resesi sehingga permintaan ekspor komoditas Indonesia akan
berkurang.
6. Di pasar keuangan domestik hanya berdampak berupa pelepasan surat
berharga domestik terutama SUN dan SBI oleh investor asing.
2.3. Solusi menghadapi Krisis Keuangan
Untuk menyelamatkan bursa saham, pasar uang dan sistem perbankan,
pemerintah melaksanakan lima langkah, diantaranya:
1. Menyangkut masalah market to market.
2. Yang berhubungan dengan buy back (pembelian kembali saham).
3. Operasi APBN untuk menambah likuiditas dengan pencairan anggaran dari
kementerian atau lembaga.
4. Pembelian saham BUMN yang mengalami koreksi walaupun secara
fundamental tidak memiliki masalah dan memiliki nilai strategis bagi
pemerintah.
5. Penegakkan hukum terhadap pelaku tindak pidana pasar modal.
4
5. Untuk mengembangkan sektor riil, pemerintah dapat membuat formulasi
kebijakan yang bersifat operasional untuk merevitalisasi sektor riil berbasis ekonomi
kerakyatan. Kebijakan itu dapat dilakukan melalui tujuh kebijakan secara terpadu,
diantaranya:
1. Melakukan perbaikan fungsi intermediasi perbankan dan lembaga nonblank
terutama bagi rakyat kecil dengan cara penurunan tingkat suku bunga
komersial. Pemerintah dapat pula mendesain kredit program dengan suku
bunga lebih murah dan persyaratan pinjaman lunak bagi usaha ekonomi
rakyat kecil, terutama bagi sektor pertanian, kelautan, perikanan dan UKM
lainnya.
2. Untuk merevitalisasi sektor riil adalah dengan perbaikan dan pengembangan
infrastruktur pembangunan.
3. Revitalisasi sektor riil tidak terlepas dari mantapnya kebijakan dalam
perbaikan kondisi ketenagakerjaan. Dimana pemerintah, pengusaha dan
buruh mampu menciptakan harmonisasi hubungan antara pekerja dan
perusahaan (industri) sehingga bersifat saling menguntungkan (win-win
cooperation) dan saling memperkuat (strengthening to each other)
4. Perbaikan iklim investasi dan usaha ekonomi.
5. Pemerintah harus memfokuskan pembangunan pada industri-industri yang
berbasis sumber daya alam (resource-based indrusties) melalui penerapan
IPTEK dan manejemen professional.
6. Peningkatan kualitas SDM dan IPTEK.
7. Untuk merevitalisasi sektor riil perlu penegakan hukum dan supremasi hukum.
5
6. BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pemmbahasan di atas penyusun mendapatkan kesimpulan
bahwa penyebab dari terjadinya krisis keuangan ini adalah karena terjadinya kasus
Suprime Mortgage dan lemahnya stuktur ekonomi di Indonesia. Dan dampak yang
terjadi adalah daya beli masyarakat yang semakin menurun, indeks yang merosot,
nilai tukar rupiah yang terdepresi, ekspor yang berkurang, bertambahnya
pengangguran dan adanya pelepasan surat berharga oleh beberapa perusahaan.
Serta solusi yang terbaik adalah kita harus optimis untuk membangun kembali
perekonomian Indonesia ini.
3.2. Saran
Kita semua harus tetap optimis dan bersinergi untuk menghadapi krisis
keuangan, tetap mempertahankan nilai pertumbuhan yang sudah ditargetkan,
menegakan kembali penggunaan produk dalam negeri sehingga pasar domestik
akan bertambah kuat.
6