Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
UMKM-Ekonomi
1. JURNAL ILMIAH CORE IT Vol. 9 No. 4 e-ISSN: 2548-3528 p-ISSN: 2339-1766IJCCS, Vol.x,
No.x, JSSN: 1978-1520
5
Analisis UMKM Dan Pengaruhnya Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi
Sipur, Almastoni
Universitas IBBI
e-mail: salim9salam@gmail.com, fujianivina@yahoo.co.id
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perkembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi. Pada penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan model analisis regresi linier sederhana. Data yang digunakan merupakan
data sekunder yang diperoleh dari Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik, Bappenas dengan menggunakan
data periode dari tahun 2002-2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa UMKM berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Kata Kunci: UMKM, Pertumbuhan Ekonomi, Regresi Linier Sederhana
1. PENDAHULUAN
Kenyataan yang harus diterima oleh semua masyarakat suatu negara bila terjadi krisis ekonomi
adalah bahwa krisis ekonomi merupakan masalah yang mengakibatkan menurunnya pertumbuhan
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang menurun tidak hanya disebabkan oleh lemahnya sektor moneter
namun disebabkan pula oleh lemahnya sektor riil dalam hal ini termasuk sector UMKM. Pada masa
proses pemulihan ekonomi Indonesia setelah krisis tahun 1997-1998 ternyata sektor Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM) menjadi salah satu sektor potensial yang mendapat perhatian pemerintah dan
perlu dikembangkan karena mampu bertahan dibandingkan jenis usaha besar yang mengalami stagnansi
dan keterpurukan, hal ini dibuktikan dengan bertambahnya jumlah UMKM setiap tahun. Selain itu
peranan UMKM terhadap perekonomian Indonesia dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk
Domestik Bruto.
Peningkatan jumlah UMKM di Indonesia dari tahun 2010-2015 disertai dengan meningkatnya
kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik Bruto. Perkembangan jumlah UMKM dapat menjadi
penggerak utama sektor rill yang memberikan pengaruh langsung terhadap pertumbuhan ekonomi. Hanya
saja masalahnya adalah bahwa kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik Bruto secara proporsi masih
relative kecil dibandingkan dengan sector lain. Demikian pula apakah peningkatan UMKM dapat
meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi. Oleh karena itu pemberdayaan UMKM sebagaimana diatur dalam
UU No. 20 tahun 2008 tentang UMKM salah satunya memberi amanat kepada pemerintah dalam
pemberian kemudahan/mendorong perluasan sumber pendanaan/akses kredit sebagai alternatif agar sector
UMKM semakin meningkat kontribusinya.
Menurut Undang-undang No.20 Tahun 2008 dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) adalah:
a. Usaha mikro adalah usaha produktif milik perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang
memenuhi kriteria usaha mikro dengan asset maksimal Rp 50 juta dan omzet maksimal Rp 300
juta.
b. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang
perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari
usaha menengah atau usaha besar. Kriteria usaha kecil memiliki asset lebih dari Rp 50 juta sampai
Rp 500 juta dan omzet lebih dari Rp 300 juta sampai dengan Rp 2,5 milyar.
c. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang
perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang dari
perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari
usaha kecil atau usaha besar. Kriteria usaha menengah ini memiliki asset lebih dari Rp 500 juta
sampai Rp 10 milyar dan omzet lebih dari Rp 2,5 milyar sampai Rp 50 milyar.
2. n
6
Sementara itu menurut Budisantoso dan Nuritmo (2014), secara umum UMKM memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1. Memerlukan persyaratan penyerahan agunan yang lebih lunak.
Usaha mikro, kecil, dan menengah biasanya mengalami kesulitan untuk menyerahkan agunan
tambahan. Agunan yang paling mungkin untuk dijadikan agunan hanyalah agunan utama atau
objek yang dibiayai dengan fasilitas kredit.
2. Memerlukan metode monitoring kredit yang khusus.
Kegiatan monitoring ini berarti memerlukan ketrampilan khusus dari pejabat bank untuk
menjembatani karakter usaha kecil yang sering kurang bankable dengan kebutuhan bank untuk
selalu memiliki informasi tentang kondisi usaha debitur dan fasilitas kreditnya.
3. Cenderung menimbulkan biaya pelayanan kredit yang relative lebih tinggi.
Implikasi langsung dari kenaikan biaya rata-rata tersebut adalah kenaikan tingkat bunga yang harus
dibayarkan oleh debitur.
4. Memerlukan persyaratan persetujuan kredit yang lebih sederhana.
Proses pengajuan dan persetujuan kredit menjadi lebih sederhana dan cepat. Untuk
menyederhanakan proses persetujuan, pihak bank merancang formular aplikasi khusus bagi usaha
mikro, kecil, dan menengah.
Setelah mengetahui karakteristik UMKM sebagaimana telah diuraikan di atas, tentunya yang perlu
menjadi pemikiran selanjutnya adalah bukan karakteristiknya, melainkan berdasarkan karakteristik
UMKM tersebut ada berapa UMKM yang memiliki kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut di atas, dan merujuk pada hasil survei pendahuluan maka dapat
dikatakan bahwa pada umumnya jumlah UMKM yang memiliki kontribusi terhadap perekonomian
Indonesia dapat diketahui. Demikian pula bagaimana perkembangan UMKM itu sendiri juga dapat
diidentifikasi dari waktu ke waktu. Tahun 2002 sampai dengan Tahun 2015 UMKM secara umum terus
mengalami pertumbuhan. Tentunya perkembangan ini diharapkan dapat memberi kesempatan kepada
UMKM untuk terus dapat meningkatkan perannya dalam perekonomian Indonesia. Seiring dengan
pertumbuhannya tersebut diharapkan peluang untuk meningkatkan perekonomian dapat dicapai, salah
satunya, dari sector UMKM.
Dilihat dari jumlah UMKM, pada Tahun 2002 ada sekitar 39 juta lebih. Jumlah tersebut terus
bertambah, kecuali Tahun 2003 yang mengalami penurunan sehingga pertumbuhannya menjadi minus.
Dan pada Tahun 2015 jumlah UMKM telah mencapai lebih dari 54 juta unit. Jika dari jumlah tersebut
dapat memiliki nilai omzet yang maksimal sesuai kriteria UMKM, tentulah peran UMKM dalam
peningkatan perekonomian dapat dioptimalkan.
Peran penting keberadaan UMKM di Indonesia semakin terasa di dalam pembangunan
perekonomian di Indonesia. Pada awalnya, keberadaan UMKM dipandang sebagai penyedia lapangan
pekerjaan dan sebagai penggerak ekonomi pedesaan. Namun seiring dengan perkembangan zaman
ternyata UMKM telah menyumbang sector ekspor, khususnya dalam meningkatkan ekspor non migas.
Sehingga diharapkan akan terus berperan dalam peningkatan perekonomian Indonesia (Tambunan, dalam
Prasetio:2008).
Rahardja dan Manurung (2008) menyatakan besarnya output nasional atau PDB dapat menunjukkan
beberapa hal penting dalam sebuah perekonomian, yaitu yang pertama semakin besar pendapatan nasional
suatu negara maka semakin baik efisiensi alokasi sumber daya ekonominya. Kedua, dikarenakan alat ukur
untuk produktivitas adalah output per tenaga kerja, sehingga semakin besar angkanya maka semakin
tinggi produktivitas tenaga kerja. Demikian juga untuk tingkat kemakmuran dimana output nasional per
kapita sebagai alat ukur sehingga semakin besar angka output per kapita maka tingkat kemakmuran
dianggap semakin tinggi. Ketiga, besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang masalah-
masalah struktural (mendasar) yang dihadapi suatu perekonomian.
3. n
Analisis UMKM Dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
7
Tabel 1. Data Pertumbuhan Ekonomi
No. Tahun Pertumbuhan Ekonomi
(dalam persen)
1. 2002 4.31
2. 2003 4.78
3. 2004 4.90
4. 2005 5.70
5. 2006 5.50
6. 2007 6.30
7. 2008 6.10
8. 2009 6.00
9. 2010 6.20
10. 2011 6.17
11. 2012 6.03
12. 2013 5.55
13. 2014 4.78
14. 2015 4.79
Hasanah dan Sunyoto (2013) menyatakan bahwa metode penghitungan PDB didasarkan pada dua
hal yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. PDB atas dasar harga berlaku
menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung mengunakan harga yang berlaku pada setiap
tahun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung
menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar. Dengan menggunakan
perhitungan PDB harga konstan maka dapat diketahui kondisi perekonomian sedang mengalami
pertumbuhan atau tidak.
Bagi kalangan pengusaha, PDB dinilai mempermudah para pengusaha untuk menentukan arah masa
depan permintaan produk mereka (Gwartney et al, 2008). Dengan mengetahui PDB, pengusaha mampu
menentukan strategi dan perencanaan sebagai usaha dalam memenuhi permintaan pasar. Untuk
memenuhi permintaan pasar, maka akan terjadi peningkatan produks barang dan jasa dalam negeri yang
kemudian dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam negeri. PDB mendorong pemerintah dan
pengusaha untuk bekerjasama tidak hanya untuk peningkatan produksi barang dan jasa, namun juga untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Pemerintah sangat mendorong, mendukung dan membantu sektor UMKM agar menjadi penopang
tatanan perekonomian Indonesia, sehingga perekonomian Indonesia dapat berkembang terutama melalui
sektor UMKM. Hal ini dikarenakan di negara seperti Korea dan China yang mempunyai sektor UMKM
yang kuat, kondisi ekonomi negara tersebut lebih tahan terhadap krisis dan tahan terhadap distorsi-distorsi
yang menurunkan perkembangan ekonomi (Supriyono, 2011).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari perkembangan UMKM
terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Demikian juga seberapa besar sebenarnya pengaruh dari
pertumbuhan UMKM tersebut terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
2. METODE
Penelitian dan informasi yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
mengumpulkan dan mengakses data dari Badan Pusat Statistik (http://www.bps.go.id) dan Bank
Indonesia (http://www.bi.go.id). Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
dalam bentuk time series yang diperoleh dari website dan instansi yang terkait yaitu Badan Pusat
Statistik, Bank Indonesia dan sumber-sumber lainnya berupa jurnal dan hasil penelitian. Data yang
dibutuhkan yaitu data pertumbuhan ekonomi Indonesia dan UMKM periode tahun 2002-2015. Penelitian
ini menggunakan pendekatan analisis secara makro dan data yang digunakan adalah data sekunder.
Pengumpulan data dilakukan melalui penelusuran sumber-sumber data dan informasi dari lembaga atau
instansi terkait. Dari data yang terkumpul dilakukan pencatatan dan kategorisasi berdasarkan jenis
variabel yang diperlukan.
UMKM mencakup seluruh unit usaha yang memenuhi kriteria sebagai unit usaha mikro, kecil dan
menengah. Peran UMKM dinilai dari besaran tingkat persentasi pertumbuhannya dari tahun ke tahun.
4. n
8
Pertumbuhan ekonomi berasal dari nilai laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)
berdasarkan harga konstan. Angka pertumbuhan ekonomi diukur dari perbedaan Produk Domestik Bruto
pada tahun tertentu dengan tahun sebelumnya.
Model penelitian yang digunakan adalah model regresi linier sederhana dengan persamaan, sebagai
berikut.
Y = a + βX + e
Dimana :
Y : Pertumbuhan ekonomi.
a : Konstanta.
β : Koefisien regresi variabel independen.
X : UMKM.
e : Error term.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil Penelitian
Berdasarkan tabel 3.1 tampak bahwa dari tahun ke tahun menunjukkan adanya perubahan besarnya
jumlah UMKM. Berdasarkan Tabel 3.1 tentang Data Pertumbuhan UMKM, terlihat bahwa dari waktu ke
waktu mengalami dinamika yang menunjukkan variasi pertumbuhan yang fluktuatif. Dari Tahun 2002 ke
2003 mengalami penurunan dimana pada Tahun 2002 ada 39.766.110 unit sementara Tahun 2003 turun
menjadi 36.813.578 unit. Tahun 2004 naik Kembali menjadi 37.911.723 unit. Kondisi ini terus berlanjut
hingga Tahun 2015 meskipun kenaikannya tidak selalu sama, namun trendnya menunjukkan konsistensi
adanya kenaikan atau pertumbuhan.
Jika merujuk pada persentasi kenaikannya, tampak adanya variasi tingkat kenaikan yang bervariasi
dari tahun ke tahun. Dari tahun 2002 ke tahun 2003, mengalami penurunan sebesar minus 4,42 persen.
Sedangkan pada tahun 2004 mengalami kenaikan sebesar 2,98 persen. Pada tahun 2005 mengalami
kenaikan hamper dua kali lipat kenaikan tahun 2004 yaitu menjadi 4,94 persen. Pada tahun 2006
kenaikannya mencapai 0,45 persen atau kurang dari satu persen, sehingga kenaikan pada tahun ini
menjadi yang terendah sejak tahun 2002.
Pada tahun 2007 mengalami peningkatan Kembali dan kenaikannya hamper sama dengan
kenaikan pada tahun 2005 yaitu sebesar 4,96 persen atau selisih kira-kira 0,02 persen. Tahun 2008 juga
naik walaupun dengan persentasi lebih kecil, yaitu sebesar 3,61 persen. Tahun 2009 mengalami
peningkatan sebesar 3,03 persen. Sementara pada tahun 2010 kenaikannya cukup signifikan karena dari
seluruh data mulai Tahun 2002 hingga Tahun 2010, kenaikan pada Tahun 2010 merupakan yang
tertinggi, yaitu mencapai 5,00 persen. Sedangkan pada tahun berikutnya yaitu 2011 kenaikannya tidak
terlalu jauh perbedaanya dengan kenaikan pada Tahun 2010, yaitu 4,26 persen.
Tahun 2012 tingkat kenaikannya lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan pada tahun
sebelumnya, yaitu sebesar 2,29 persen atau kurang lebih setengah lebih rendah dibanding dengan
kenaikan pada tahun sebelumnya. Tahun 2013 kenaikannya mencapai 3,06 meningkat hampir satu persen
lebih tinggi dari kenaikan tahun sebelumnya. Kenaikan sebesar 3,04 persen terjadi pada tahun 2014,
hampir sama besarnya dengan kenaikan pada tahun sebelumnya. Sementara itu pada tahun berikutnya,
yaitu 2015 terjadi peningkatan sebesar 2,61 persen, atau kurang lebih lebih kecil setengah persen
dibandingkan dengan besaran kenaikan pada tahun sebelumnya.
Meskipun dari tahun ke tahun kadang naik dan kadang kala turun, namun secara umum
kecenderungannya UMKM terus menunjukkan peningkatan atau terus berkembang. Hanya saja tingkat
pertumbuhannya tidak selalu sama dari tahun ke tahun. Atau dengan kata lain, UMKM
kecencderungannya terus mengalami pertumbuhan namun dengan tingkat pertumbuhan yang bervariasi.
5. n
Analisis UMKM Dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
9
Tabel 2. Data Pertumbuhan UMKM
No Tahun
Jumlah UMKM
(dalam unit)
1. 2002 39 765 110
2. 2003 36 813 578
3. 2004 37 911 723
4. 2005 39 784 036
5. 2006 39 964 080
6. 2007 41 944 494
7. 2008 43 460 242
8. 2009 44 777 387
9. 2010 47 017 062
10. 2011 49 021 803
11. 2012 50 145 800
12. 2013 51.678.004
13. 2014 53.250.486
14. 2015 54.648.106
Sumber: BPS
Sejalan dengan pertumbuhan UMKM, pertumbuhan ekonomi (tabel 3.2) juga menujukkan adanya
fluktuasi. Pada tahun 2002 hingga tahun 2005 menunjukkan pertumbuhan yang terus meningkat, tetapi
pada tahun 2006 menunjukkan penurunan. Kemudian pada tahun 2007 kembali meningkat. Pada tahun
2003 peningkatannya sebesar 4.78 persen dari tahun sebelumnya. Tahun 2004 naik sebesar 4.90 persen
dan tahun 2005 sebesar 5.70 persen. Sebaliknya, pada tahun 2006 pertumbuhannya sebesar 5.50 persen
yang berarti lebih rendah 0.20 persen dibanding dengan tahun sebelumnya.
Pada tahun 2007 pertumbuhannya meningkat Kembali sebesar 0.80 persen lebih tinggi dari tahun
sebelumnya yang hanya 5.50 persen. Sebaliknya pada tahun 2008 kembali turun menjadi hanya 6.10
pesen dan pada tahun 2009 kembali turun yaitu hanya sebesar 6 persen. Pada tahun 2010 naik lagi
sementara pada 2011 turun lagi. Akhirnya pada tahun 2015 naik tipis menjadi sebesar 4.79 dari 4.78.
Tabel 3. Data Pertumbuhan Ekonomi
No. Tahun Pertumbuhan Ekonomi
(dalam persen)
1. 2002 4.31
2. 2003 4.78
3. 2004 4.90
4. 2005 5.70
5. 2006 5.50
6. 2007 6.30
7. 2008 6.10
8. 2009 6.00
9. 2010 6.20
10. 2011 6.17
11. 2012 6.03
12. 2013 5.55
13. 2014 4.78
14. 2015 4.79
Sumber: BPS
Selanjutnya dilakukan Uji Normalitas dengan tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu/residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F
mengansumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji
statistik dianggap tidak valid. Model regresi yang baik adalah memiliki distrilbusi normal atau mendekati
normal. Cara untuk mengetahui normalitas residual adalah dengan melihat normal probability plot yang
6. n
10
membandingkan distribusi kumulatif dan distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk suatu
garis lurus diagonal, dan plotting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data
adalah normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.
Hasil plotting data untuk uji normalitas data dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Hasil Uji Normalitas
Hasil Uji Normalitas tampak bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal. Dengan demikian
maka data terbukti terdistribusi secara normal atau data memenuhi kriteria normalitas. Oleh karena itu
data dapat diolah untuk uji hipotesis.
Uji korelasi dilakukan untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antara variabel X (UMKM)
dengan variabel Y (Pertumbuhan Ekonomi). Besarnya tingkat hubungan tersebut tampak besarnya
koefisien korelasi.
Tabel 4. Perhitungan Korelasi
No X Y (X)(Y) X2 Y2
1. 204 431 87924 41616 185761
2. -442 478 -211276 195364 228484
3. 298 490 146020 88804 240100
4. 494 570 281580 244036 324900
5. 45 550 24750 2025 302500
6. 496 630 312480 246016 396900
7. 361 610 220210 130321 372100
8. 303 600 181800 91809 360000
9. 500 620 310000 250000 384400
10. 426 617 262842 181476 380689
11. 229 603 138087 52441 363609
12. 306 555 169830 93636 308025
13. 304 478 145312 92416 228484
14. 261 479 125019 68121 229441
3785 7711 2194578 1778081 4305393
Sumber: Data Diolah
Koefisien korelasi momentum produk dapat dihitung dengan menggunakan rumus korelasi
momentum produk sebagai berikut.
7. n
Analisis UMKM Dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
11
n(ΣXY) − (ΣX)(ΣY)
RXy =
√n(ΣX2) − (ΣX)2 − √n(ΣY2) − (ΣY)2
Dengan menggunakan data yang ditampilkan dalam Tabel 4 maka nilai koefisien korelasi
momentum produk dapat dicari. Dari hasil perhitungan berdasarkan rumus tersebut diperoleh nilai
koefisien korelasi momentum produk (r xy) sebesar 0,681. Angka ini mendekati setengah dari satu yang
artinya korelasi antara variabel UMKM dengan pertumbuhan ekonomi kuat dan searah. Artinya, bila
UMKM dapat tumbuh semakin besar, maka perekonomian Indonesia juga semakin meningkat seiring
dengan peningkatan UMKM tersebut, demikian juga sebaliknya. Berdasarkan penjelasan tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa terbukti ada pengaruh UMKM terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
Analisis Regresi Linier Sederhana dilakukan untuk mendapatkan nilai konstanta, dan koefisien
variabel X agar dapat dirumuskan persamaan regresinya. Gunanya adalah untuk meramalkan nilai Y bila
nilai X dapat diketahui.
Berdasarkan Tabel 4 setelah dilakukan perhitungan dengan rumus regresi linier sederhana diperoleh
koefisien regresi X (b) sebesar 6,0 dan konstanta a = 85,0 Dengan demikian, persamaan regresi Y= a +
bX + e menjadi Y = 85,0 + 4,0 X. Artinya, setiap kenaikan UMKM sebesar satu satuan maka
pertumbuhan ekonomi akan naik sebesar 4 kali.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa UMKM memiliki pengaruh terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Artinya, setiap peningkatan kegiatan UMKM akan diikuti oleh
peningkatan dalam bidang ekonomi yaitu Perekonomian Indonesia juga meningkat. UMKM cenderung
bertumbuh dengan tingkat pertumbuhan yang fluktuatif, namun demikian proporsi kontribusinya terhadap
pertumbuhan ekonomi masih terbuka untuk ditingkatkan. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia juga
meningkat walaupun dengan tingkat pertumbuhan yang juga berfluktuatif.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Bastian, Indra dan Suhardjono. 2006. Akuntansi Perbankan. Jakarta: Salemba Empat.
[2] Firdaus, R., Ariyanti, M. 2008. Manajemen Perkreditan Bank Umum: Teori, Masalah Kebijakandan
Aplikasinya Lengkap dengan Analisis Kredit. Bandung: Alfa Beta.
[3] Gwartney, James, et al. 2008. Macroeconomics: Private and Public Choice. Mason: South
Western Cengage Learning.
[4] Hasanah, Erni Umi dan Sunyoto, Danang. 2013. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro: Teori dan
Soal. Edisi Terbaru. Yogyakarta: CAPS.
[5] Hasibuan, Malayu. 2008. Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta: Penerbit Bumi Aksara. Kasmir. 2013.
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi 1. Jakarta: Rajawali Pers.
[6] Rahardja, Prathama dan Manurung, Mandala. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi dan
Makroekonomi) Edisi 3. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
[7] Rivai, Veithzal. 2006. Credit Management Handbook: Teori, Konsep dan Aplikasi Panduan Praktis
Mahasiswa, Bankir dan Nasabah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
[8] Santoso, Budi T dan Triandaru, Sigit. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Edisi Dua.
a. Jakarta: Salemba Empat.
[9] Sinungun, Muchdarsyah. 2005. Bank dan Perbankan Manajemen. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
[10] Supriyono, Maryanto. 2011. Buku Pintar Perbankan: Studi Kasus dan Kamus Istilah
Perbankan.