SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Download to read offline
B.1011.3.25/1
Minyak Atsiri dan Lemak Nabati dari Pohon Lemo
(Litsea cubeba)
Kelompok B.1011.3.25
Edith [13008042] dan Selly [13008092]
Pembimbing
Dr. Tatang Hernas Soerawidjaja
Program Studi Teknik Kimia - Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Bandung
Abstrak
Pohon lemo (Litsea cubeba) berpotensi untuk diambil minyak atsiri dan lemak nabati. Minyak atsiri
dari buah, daun, dan kulit batang lemo diambil menggunakan metode distilasi uap. Analisis kadar
aldehid minyak atsiri dari buah dan kulit batang lemo dilakukan dengan metode bisulfit. Kadar
minyak atsiri dari buah lemo adalah 6,985±0,583%-b, kadar aldehid 90% dan 92%. Kadar minyak
atsiri dari kulit batang lemo adalah 0,563±0,150%-b, kadar aldehid 34% dan 36%. Kadar minyak
atsiri dari daun lemo adalah 2,781±0,217%-b, kadar sineol 4% dengan metode fosfat. Lemak nabati
dari biji dan daging buah diambil dengan ekstraksi menggunakan pelarut dietil eter dengan
ekstraktor Soxhlet, kemudian pelarut dan lemak dipisahkan dengan metode distilasi. Kadar lemak
nabati rata-rata dari inti biji lemo adalah sebesar 50,94%-berat kering. Angka asam lemak adalah
2,3, angka penyabunan 254,4, dan angka iodium adalah 11,1. Komponen utama lemak nabati biji
lemo adalah asam laurat. Kadar minyak nabati rata-rata dari daging buah lemo adalah 48,91%-b
kering. Angka asam lemak adalah 12,0, angka penyabunan 178,7 , dan angka iodium adalah 118,3.
Kata kunci: Litsea cubeba, minyak atsiri, lemak nabati
1. PENGANTAR
Minyak atsiri adalah cairan yang tidak larut di dalam
air, berbau wangi, dan umumnya diperoleh dari tumbuh-
tumbuhan. Minyak atsiri pada umumnya terdiri dari
hidrokarbon-hidrokarbon dari golongan terpen dan/atau
turunan-turunannya yang beroksigen. Lemak nabati
merupakan lemak yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
dan berkomponen utama trigliserida-trigliserida asam-
asam lemak jenuh (terutama) maupun tak jenuh.
Tumbuhan lemo dapat dimanfaatkan untuk
memproduksi minyak atsiri karena sekujur pohonnya
yang wangi sehingga dapat digunakan untuk zat
wewangian parfum dan aromaterapi. May chang oil
merupakan minyak atsiri yang dihasilkan dari buah
lemo. Penghasil may chang oil yang paling besar di
dunia adalah Cina. Cina memproduksi sekitar 500-600
ton may chang oil per tahun sedangkan kebutuhan may
chang oil dunia adalah sekitar 500 ton per tahun
(www.fao.org/docrep/v5350e/V5350e09.htm). Hal ini
menunjukkan bahwa produksi may chang oil sudah
sangat berkembang di Cina. Pohon lemo merupakan
tumbuhan yang tumbuh baik di daerah pegunungan dan
apabila ditinjau dari kondisi geografisnya, Indonesia
mempunyai daerah dataran tinggi yang cukup luas
sehingga pohon lemo dapat dibudidayakan dalam
jumlah besar. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia
berpeluang untuk menjadi produsen minyak atsiri dari
pohon lemo.
Selain minyak atsiri, pohon lemo juga dapat
dimanfaatkan untuk diambil lemak nabatinya. Biji dan
daging buah lemo berpotensi mengandung lemak nabati
yang memiliki kandungan asam laurat cukup tinggi.
Lemak nabati biasanya digunakan dalam industri sabun.
Penelitian tentang lemak nabati pohon lemo jarang
dilakukan sehingga belum ada industri yang
menggunakan lemo sebagai sumber lemak nabati.
Secara umum, penelitian ini bertujuan menggali potensi
pohon lemo (Litsea cubeba), khususnya kandungan
minyak atsiri dan lemak nabati. Untuk itu, secara khusus
penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar minyak
atsiri yang dihasilkan dari beberapa bagian pohon lemo
yaitu buah, kulit batang dan daun, menentukan kadar
lemak nabati yang dihasilkan dari biji buah lemo, dan
menganalisis kandungan minyak atsiri dan lemak nabati
pohon lemo.
2. TEORI
2.1. Pohon Lemo (Litsea cubeba)
Pohon lemo merupakan perdu/pohon kecil dengan
tinggi antara 5-15 m dan garis tengah batang 6-20 cm.
Kulit batang pohon lemo memiliki tebal 1 m. Batang
pohon lemo berwarna coklat, bagian dalamnya
berwarna kuning, mempunyai lentisel yang besar,
wanginya seperti lemon, dan rasanya pedas tajam.
Daunnya kecil, lonjong dengan tepi rata dan ujung
meruncing, serta memiliki wangi aromatik. Panjang
B.1011.3.25/2
tangkai daunnya antara 8-18 m, dengan ukuran daunnya
kurang lebih 7-15 cm x 1,5-3 cm. Bentuk daunnya
ramping dan rusuknya berjumlah antara 8-12 pasang.
Buah lemo berukuran kecil dan mempunyai diameter 4-
6 mm. Bentuknya bulat, keras dan menempel pada
ranting pohon. Buah lemo berwarna hijau saat muda,
kehitam-hitaman ketika sudah masak. Apabila ditekan,
buah ini menghasilkan wangi jeruk yang sangat kuat.
Bijinya berbentuk bulat dan berwarna putih.
Di Indonesia, Litsea cubeba tumbuh di daerah
pegunungan dengan ketinggian 700-2300 m (Heyne,
1950). Pohon lemo berbunga dan berbuah sepanjang
tahun, sedangkan di Taiwan, pohon lemo berbuah pada
bulan September-Oktober.
2.2. Minyak-minyak Atsiri dari Pohon Lemo
Minyak-minyak atsiri dari pohon lemo biasanya
mempunyai kandungan utama berupa terpen beroksigen
sehingga bernilai aroma dan kewangian yang tinggi.
Bagian pohon lemo yang paling umum digunakan untuk
ekstraksi minyak atsiri adalah buah, kulit batang, dan
daun. Dalam penyulingan kulit batang pohon lemo,
dapat diperoleh 25 mL minyak atsiri dari 2 kg kulit kayu
kering (Heyne,1987). De Jong mendapatkan kurang
lebih 0,1% minyak atsiri dari kulit batang pohon lemo
dan 75,5% dari minyak atsiri tersebut mengandung
sitronelal dan sitral (Heyne,1987). Adapun kandungan-
kandungan dalam minyak atsiri dari batang pohon lemo
adalah 20% d-limonen, 5% linalool, 60% sitronelal dan
beberapa asam karboksilat dengan 9 atom karbon (Kato,
1951).
Minyak atsiri dapat juga diperoleh dari daun pohon
lemo dengan rendemen minyak yang dihasilkan adalah
sebesar 3,3%. Menurut De Jong, minyak atsiri dari daun
pohon lemo mengandung lebih dari 30% sineol
(Heyne,1987). Kondisi lokasi tumbuhnya pohon lemo
akan mempengaruhi kandungan dan karakteristik
minyak atsiri yang dihasilkan, misalnya minyak atsiri
dari daun pohon lemo yang tumbuh di Tjibodas, Jawa
Barat ternyata mempunyai kandungan sitral sebanyak 5-
7%, sitronelal sebanyak 29-40%, 10-22% sineol, 40-
50% linalool dan ±8% terpen sedangkan minyak atsiri
dari daun pohon lemo yang tumbuh di Sikoenang, Jawa
Tengah mengandung 3-9% sitral dan sitronelal, 66%
sineol, 7% linalool dan terpineol, dan ±13% terpen (Van
Hulssen dan Koolhaas,1940).
Bagian pohon lemo yang paling banyak digunakan
untuk memperoleh minyak atsiri adalah buah lemo
karena kandungan sitralnya yang tinggi. Dari 100 gr
buah lemo dapat diperoleh 3,9 mL minyak atsiri yang
mengandung 85% aldehid dengan 64% di antaranya
adalah sitral (Heyne,1987). V.K.Sood melakukan
ekstraksi minyak atsiri dari buah lemo di India dan
memperoleh 0,23-0,35% minyak atsiri dalam basis
kering dan sebagai perbandingan, buah lemo dari Cina
dapat memberikan yield sebesar 2,4-4%. Komposisi
minyak atsiri dari buah lemo adalah 6% d-limonen, 7%
l-sabinen, 2,5% metil heptenon, 1% sitronelal dan 80%
sitral (Green,1959).
2.3 Lemak Nabati dari Pohon Lemo
Sumber lemak nabati dari pohon lemo sejauh ini hanya
dari bagian biji saja, walaupun ada potensi kandungan
lemak dari daging buah. Komponen utama penyusun
lemak antara lain asam lemak dan trigliserida.
Berdasarkan peneliitian oleh Tyuta Hata (1939),
komponen lemak didapatkan sebanyak 44% dari biji
lemo dengan menggunakan ekstraksi dengan eter.
Lemak dalam bentuk padatan didapatkan di bawah
30o
C.
Komponen utama penyusun lemak adalah asam lemak,
yang terdiri dari 53,2% asam laurat (C12), 22,9% asam
kaprat (C8), 4,5% asam miristat (CH3(CH2)12COOH),
dan asam lemak tak jenuh sebanyak 19,6%. Asam
lemak tak jenuh terdiri dari sebagian besar terdiri dari
asam oleat dan asam linoleat. Lemak yang dihasilkan
dari Litsea cubeba belum banyak diteliti oleh orang lain.
Tetapi dari tumbuhan yang satu genus, yaitu Litsea
longifolia, 6,7 g (± 100 biji buah), terdiri dari 66% inti
biji dan 34% kulit biji. Inti biji mengandung 9,8% air
dan dapat menghasilkan 29% (berat kering) lemak padat
berwarna coklat ketika diekstrak dengan light petroleum
(titik didih 40-60o
C). Angka asam dari lemak mentah ini
adalah 38 (dengan 13,6% asam laurat), angka
penyabunan 236, dan angka iodium 13. Komponen yang
ada dalam lemak antara lain 81,9%-massa asam laurat,
3,1% asam palmitat, 2,2% asam stearat, 5,5% asam
oleat, dan 7,2% asam lemak yang tidak dapat
disaponifikasi. Selain asam lemak, ada komponen
gliserida di dalam lemak yang dihasilkan, dimana 80%
penyusunnya adalah trilaurin (Child, R. and Nathanael
W. R. N., 1942).
Tumbuhan lain yang masih 1 famili Lauraceae adalah
Neolitsea involucrata. Bijinya terdiri atas 64% inti biji
dan 36% kulitnya. Dari inti biji, bisa didapatkan 66%
lemak yang berwujud padat pada suhu ruang dengan
angka saponifikasi 223,3, angka iodium 22,5, angka
asam 10,4. Komponen asam lemak penyusun lemak dari
Neolitsea involucrata adalah 85,9%-massa asam laurat,
3% n-decoic, 3,8% asam miristat, 4% asam oleat, dan
3,3% asam linoleat. Komponen gliseirida sebagian besar
terdiri dari trilaurin, yaitu 66% (Gunde B.G. and
Hilditch, T. P., 1938).
2.4 Cara Penjumputan Minyak Atsiri
Ada beberapa cara untuk menjumput minyak atsiri,
antara lain pemerahan, ekstraksi dengan lemak dan
distilasi kukus. Untuk memperoleh minyak atsiri dari
pohon lemo yaitu dari kulit batang, daun dan buahnya,
metode yang paling umum digunakan adalah distilasi
kukus. Prinsip dari distilasi kukus adalah tekanan uap
total campuran dua cairan yang tidak saling larut sama
dengan jumlah tekanan uap parsial dari masing-masing
komponen. Peristiwa utama yang terjadi pada distilasi
adalah difusi minyak atsiri dan air panas melalui
membran tanaman (hidrodifusi), hidrolisa terhadap
B.1011.3.25/3
beberapa komponen minyak atsiri, dan dekomposisi
yang biasanya disebabkan oleh panas.
Kelemahan penjumputan dengan distilasi adalah dapat
merusak komponen minyak karena waktu penyulingan
dengan uap air/air mendidih yang relatif lama dan
adanya proses hidrolisa, polimerisasi, dan resinifikasi.
Selain itu, komponen yang bertitik didih tinggi dan larut
dalam air tidak dapat terambil oleh uap air sehingga
kualitasnya rendah.
Kandungan dari minyak atsiri dapat dianalisis dengan
menggunakan beberapa metode seperti kromatografi
gas-cair, spektrometri massa, nuclear magnetic
resonance (NMR), spektrofotometri UV dan metode
kolorimetri.
2.5 Cara Penjumputan Lemak Nabati
Untuk mendapatkan lemak nabati, cara yang digunakan
untuk genus Litsea secara umum adalah ekstraksi
menggunakan pelarut. Pelarut yang paling umum
digunakan adalah heksana. Sebelum diekstraksi, biji
tumbuhan biasanya mendapat perlakuan terlebih dahulu,
yaitu pengecilan ukuran dengan penggilingan. Selain
itu, biji tumbuhan juga dipanaskan terlebih dahulu
dengan tujuan mengkoagulasi protein, memecah
membran sel, dan melepaskan ikatan protein dengan
lemak sehingga lemak dapat diekstraksi. Biji yang
sudah kering dicampurkan dengan pelarut dan didistilasi
sehingga didapatkan lemak nabati.
Setelah lemak nabati mentah didapatkan, proses
penjumputan dilanjutkan dengan pemurnian. Pemurnian
bertujuan untuk menghilangkan pengotor, seperti air,
getah, waxes, karbohidrat, protein, pigmen, senyawa
logam, antioksidan (tocopherols atau vitamin E), dan
asam lemak bebas. Yang pertama dilakukan adalah
degumming, yang lebih sering disebut penyingkiran
getah berupa fosfolipid. Setelah itu, dilakukan
netralisasi untuk menghilangkan asam lemak bebas
yang dapat terbentuk ketika proses ekstraksi karena
adanya reaksi enzimatik dari jaringan tanaman yang
diekstrak. Tahapan berikutnya adalah bleaching
bertujuan untuk menghilangkan pigmen warna. Selain
itu, tahapan ini juga dapat menghilangkan pengotor,
seperti sabun yang belum hilang di tahap netralisasi.
Terkadang lemak yang dihasilkan bisa masih berbau
dan berasa. Proses deodorization bertujuan untuk
menghilangkan rasa dan bau yang tidak enak dari
lemak.
Analisis lemak biasanya dilakukan dengan analisis
angka iodium dan angka penyabunan. Analisis angka
asam bertujuan untuk mengetahui kandungan asam
lemak bebas yang terdapat dalam lemak. Cara yang
digunakan adalah dengan titrasi menggunakan basa,
biasanya KOH. Semakin lama lemak disimpan, maka
kemungkinan untuk teroksidasi akan semakin besar
sehingga juga memperbesar nilai angka asam. Angka
iodium menandakan iodium yang diabsorpsi per 100
gram lemak. Angka iodium menunjukkan kadar gugus
tak jenuh di dalam lemak/minyak. Cara penentuannya
adalah dengan melarutkan lemak nabati dalam
kloroform dan ditambahkan iodium berlebih. Sisa
iodium yang tidak bereaksi dititrasi dengan natrium
tiosulfat. Angka penyabunan adalah banyaknya kalium
hidroksida atau natrium hidroksida yang dibutuhkan
untuk saponifikasi 1 gram lemak pada kondisi tertentu.
Angka ini menunjukkan perkiraan berat molekul lemak
secara kasar berdasarkan panjang rantai karbonnya.
Semakin besar angka penyabunan, semakin besar kecil
molekulnya. Cara penentuannya adalah dengan
menggodok lemak di dalam larutan KOH berlebih dan
mentitrasi sisa KOH-nya.
3. PERCOBAAN
Percobaan meliputi penjumputan dan analisis minyak
atsiri, serta penjumputan dan analisis lemak nabati dari
pohon lemo.
3.1. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini
adalah buah, kulit batang, dan daun Litsea cubeba,
silica gel, aqua dm, natrium bisulfit, es batu dan garam,
asam fosfat, pelarut dietil eter P.A., kloroform, larutan
iodo-bromida, kalium iodida 1 N pro analysis, natrium
tiosulfat 0,1 N, larutan indikator pati, etanol 95%-v,
indikator fenoftalein, kalium hidroksida 0,1 N,asam
klorida 0,5 N, larutan kalium hidroksida 0,5 N di dalam
etanol 95%-v.
3.2. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan adalah
perangkat distilasi minyak atsiri (terdiri dari labu bundar
2L, kondensor, alat pemisah minyak dan air, heating
mantle, corong pisah 100 mL), ekstraktor Soxhlet
(terdiri dari labu bundar, water bath, kondensor,
extraction thimble), perangkat distilasi pemisah lemak
nabati dari pelarut (terdiri dari 2 labu bundar, water
bath, kondensor), desikator, kapas, mortar dan alu,
buret, neraca analitik, labu Cassia 100 mL berleher,
gelas ukur 100 mL, pipet volum 5 mL, 10 mL, 25 mL,
50 mL, pipet ukur 10 mL dan 1 mL, filler, beaker glass
1000 mL, pipet tetes, heater, batang pengaduk, gelas
kimia 100 mL, labu Erlenmeyer 100 mL dan 250 mL
dengan penutup dari aluminium foil, kondensor.
(a) (b) (c)
Gambar 1 Rangkaian alat percobaan; (a) distilasi minyak
atsiri; (b) ekstraktor Soxhlet; (c) distilasi pemisah lemak
nabati dari pelarut
B.1011.3.25/4
Prosedur kerja ekstraksi minyak atsiri dari buah, kulit
batang, dan daun lemo menggunakan distilasi uap
adalah buah lemo ditimbang dan kemudian diremukkan
di dalam air secukupnya di mortar. Air dan buah yang
diremukkan dimasukkan ke dalam labu bundar dan
ditambahkan air sampai dengan setengah labu. Buah
didistilasi selama 6 jam. Hasil distilasi didiamkan kira-
kira 20 jam dan didistilasi lagi selama 6 jam. Minyak
dan air dipisahkan dengan menggunakan corong pisah
100 mL. Percobaan dilakukan sampai mendapatkan
jumlah minyak yang dibutuhkan untuk analisis, yaitu
minimal 5 mL. Untuk kulit batang dan daun, bahan
dikeringkan terlebih dahulu dengan menggunakan silica
gel di dalam desikator. Langkah-langkah distilasi uap
diulangi untuk kulit batang dan daun yang sudah
dikeringkan dengan waktu 6 jam.
Prosedur kerja ekstraksi lemak dengan ekstraktor
Soxhlet adalah buah lemo setelah distilasi dikeringkan
dalam oven pada temperatur kurang lebih 50o
C. Biji
dipisahkan dari daging buah dan kemudian dikupas dari
kulit biji. Biji lemo tanpa kulit ditimbang dan ditumbuk
lalu diekstraksi menggunakan pelarut dietil eter dengan
ekstraktor Soxhlet selama 6 jam. Biji dalam thimble
dibalik posisinya menggunakan batang pengaduk dan
diekstraksi lagi selama 6 jam. Lemak dalam pelarut
yang didapatkan di dalam labu bundar kemudian
didistilasi untuk memisahkan lemak dan pelarut.
Langkah yang sama dilakukan untuk mengambil lemak
nabati dari daging buah lemo yang sudah dikeringkan.
Metode analisis kadar aldehid minyak atsiri dari buah
dan kulit batang lemo adalah metode bisulfit yang
dilakukan dengan penambahan natrium bisulfit hingga
didapatkan volume minyak atsiri yang tidak bereaksi
dengan bisulfit. Metode analisis kadar sineol minyak
atsiri daun lemo adalah dengan metode fosfat, yaitu
dengan penambahan asam fosfat hingga terbentuk
padatan sineol fosfat. Padatan ditambahkan eter dan
disaring. Setelah itu, padatan ditambahkan air hangat
untuk membebaskan kembali sineol sehingga dapat
diukur kadar sineol dalam minyak. Analisis lemak
nabati meliputi angka asam, angka penyabunan, dan
angka iodium. Prinsip dasar analisis telah dijelaskan
pada bagian 2.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Minyak Atsiri dari Buah Lemo
Minyak atsiri dari buah lemo yang diperoleh berwarna
kuning dan memiliki aroma seperti jeruk. Minyak ini
diperoleh dengan distilasi uap buah lemo selama 2 x 6
jam. Karena metode distilasi uap menggunakan prinsip
difusi yang berjalan dengan sangat lambat maka setelah
buah lemo didistilasi selama 6 jam, buah dibiarkan
selama kurang lebih 20 jam untuk membiarkan
peristiwa difusi terjadi. Sebelum dilakukan distilasi uap,
buah lemo diremukkan dengan menggunakan mortar
dan alu agar minyak atsiri dapat lebih mudah keluar.
Tabel 1 Yield minyak atsiri dari buah lemo
No. Massa Bahan
Mentah (gram)
Massa Minyak
Atsiri (gram)
Yield Minyak
(%-berat
basah)
1 250,23 16,7 6,674
2 150,53 10,9 7,241
3 164,06 11,9 7,253
4 122,31 9,1 7,440
5 164,81 10,41 6,316
Dari Tabel 1, dapat dihitung yield rata-rata dengan
menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 95%. Yield
rata-rata minyak atsiri dari buah lemo adalah 6,985 ±
0,583 %.
Berdasarkan 2 kali uji bisulfit yang dilakukan, untuk
analisis kadar aldehid, didapatkan kandungan aldehid di
dalam minyak atsiri dari buah lemo adalah sebesar 92%
dan 90%. Jumlah sitral secara tepat memerlukan
identifikasi lebih lanjut menggunakan metode
kromatografi gas.
Pada umumnya, yield minyak atsiri yang dikatakan
besar dan berpotensi untuk diproduksi dengan skala
industri adalah sebesar 2-3%. Jika dilihat dari kadar
hasil percobaan, yield minyak atsiri yang dihasilkan
termasuk sangat besar. Di Cina, buah lemo sudah
dikembangkan secara besar-besaran hanya dengan yield
sebesar 2,4-4%. Kadar minyak atsiri yang besar
didukung pula oleh kadar aldehid dalam minyak atsiri
yang juga besar, yaitu sebesar 90 – 92%-v. Kadar ini
cukup besar apabila dibandingkan dengan yang
didapatkan oleh De Jong yaitu sebesar 86%. Jika dilihat
dari kadar dan kandungan sitralnya maka buah lemo
dari Kawah Putih ini berpotensi untuk dikembangkan
untuk industri minyak atsiri. Potensi ini didukung
dengan ketersediaan buah lemo di Kawah Putih,
Ciwidey cukup melimpah. Buah lemo dapat ditemukan
di sepanjang jalan menuju tempat wisata Kawah Putih,
dan tanaman ini dapat ditemui sepanjang tahun.
4.2 Minyak Atsiri dari Kulit Batang Lemo
Selain buah, kulit batang pohon lemo juga mengandung
minyak atsiri. Penjumputan minyak atsiri dari kulit
batang lemo dilakukan dengan metode distilasi uap
selama 6 jam. Sebelumnya telah dilakukan percobaan
dengan jangka waktu distilasi yang sama seperti buah
lemo, yaitu 2 x 6 jam, namun pada 6 jam kedua tidak
didapatkan pertambahan minyak atsiri. Oleh karena itu,
pada percobaan-percobaan selanjutnya distilasi uap
dilakukan hanya 6 jam. Minyak atsiri dari kulit batang
yang diperoleh berwarna kuning muda dengan wangi
seperti sereh.
Sebelum didistilasi, kulit batang dikeringkan dengan
menggunakan silica gel dalam desikator selama kurang
lebih 2 hari. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kadar
air dalam kulit batang sehingga keadaan bahan menjadi
seragam ketika didistilasi dan yield yang diperoleh
mempunyai rentang yang sempit. Setelah dikeringkan,
kulit batang dipotong-potong untuk membantu
B.1011.3.25/5
penyulingan minyak atsiri. Data yield minyak atsiri dari
kulit batang ada pada Tabel 2.
Data-data kemudian dapat diolah lagi menjadi nilai
yield rata-rata dan selang kepercayaan dengan tingkat
kepercayaan 95%, yaitu sebesar 0,563 ± 0,150 %-b
kering.
Tabel 2 Yield minyak atsiri dari kulit batang pohon lemo
No. Massa Bahan
Mentah
(gram)
Massa Minyak
Atsiri (gram)
Yield minyak
(%-berat
kering)
1 330,61 1,85 0,560
2 323,93 2,2 0,679
3 170,98 0,88 0,515
4 328,6 1,64 0,499
Dengan metode bisulfit, didapatkan kadar aldehid
sebesar 34 dan 36%. Kadar sitronelal sendiri belum bisa
didapatkan karena harus menggunakan metode yang
lebih spesifik lagi, yaitu metode kromatografi gas.
Tanaman yang memiliki kandungan sitronelal tinggi
adalah minyak serai wangi. Tanaman serai memiliki
yield minyak sebesar 0,8-1% dengan kandungan
sitronelal sebesar 30-45% untuk tipe Mahapengiri dan
0,4-0,6% dengan sitronelal 15% untuk tipe Lenabatu
(Sri Wahyuni, 2003). Yield minyak atsiri dari kulit
batang lemo relatif kecil, namun apabila dibandingkan
dengan yield dari minyak serai wangi sebenarnya tidak
kalah bersaing. Kandungan sitronelal antara 34-36%
juga belum tentu kalah bersaing dengan minyak serai
wangi karena kebutuhan kandungan sitronelal untuk
kualitas ekspor minimal 35% (Anon, 1974). Kendala
produksi minyak atsiri kulit batang lemo pada skala
industri terdapat pada bahan baku kulit batang lemo.
Pengambilan kulit batang lemo cukup sulit dilakukan
dan membutuhkan waktu yang lama untuk tumbuh
kembali sehingga tidak efisien apabila memproduksi
minyak dari kulit batang lemo dengan skala industri.
Pohon lemo harus tersedia dalam jumlah yang sangat
banyak agar pabrik dapat terus beroperasi. Oleh karena
itu, minyak atsiri dari kulit batang lemo kurang
berpotensi untuk diproduksi dalam skala industri.
4.3 Minyak Atsiri dari Daun Lemo
Sekujur pohon lemo memiliki wangi yang khas
termasuk daun lemo. Minyak atsiri dari daun dijumput
dengan menggunakan metode distilasi uap selama 6
jam. Seperti yang diketahui dari literatur, kandungan
utama dalam minyak dari daun lemo adalah sineol yang
menyebabkan minyak mempunyai wangi seperti minyak
kayu putih. Minyak dari daun lemo hasil distilasi uap
tidak berwarna.
Sebelum didistilasi, daun lemo dikeringkan dengan
menggunakan silica gel pada desikator selama kurang
lebih 2 hari hingga daun menjadi kering tetapi tidak
patah jika dilipat. Pengeringan dilakukan untuk
mengurangi kadar air sehingga diperoleh yield yang
lebih konstan dan kondisi bahan baku menjadi seragam.
Setelah dikeringkan, daun lemo dipotong-potong
terlebih dahulu untuk memperbesar luas permukaan
daun sehingga proses penyulingan minyak atsiri lebih
mudah dilakukan dan minyak atsiri yang diperoleh lebih
banyak. Perolehan minyak atsiri yang didapatkan dari
daun lemo ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3 Yield minyak atsiri dari daun lemo
No. Massa Bahan
Mentah (gram)
Massa Minyak
Atsiri (gram)
Yield minyak
(%-berat
kering)
1 75,01 1,92 2,560
2 75 2,12 2,827
3 75,08 2,25 2,997
4 32,68 0,9 2,754
5 30,37 0,84 2,766
Nilai yield rata-rata yang didapat dengan tingkat
kepercayaan 95% adalah 2,781 ± 0,217 %. Kadar
minyak atsiri dari daun lemo ini cukup besar untuk
diproduksi menjadi skala industri. Untuk dapat
diproduksi secara besar, kandungan sineol dalam
minyak dari daun lemo juga harus dipertimbangkan.
Kandungan sineol dalam minyak daun lemo yang
diperoleh dengan menggunaan metode fosfat adalah
4%. Untuk dapat diproduksi dalam skala industri,
minyak tersebut harus dapat bersaing di pasar terutama
dengan sumber utama penghasil sineol yaitu minyak
kayu putih. Yield minyak kayu putih berada dalam
rentang 0,10-1,74% dengan kandungan sineol antara
11,57-41,61% (R.Sudradjat, 1983). Jika dibandingkan
dengan minyak kayu putih, minyak dari daun lemo
mempunyai yield yang lebih tinggi daripada yield
minyak kayu putih. Akan tetapi, kandungan sineol
minyak kayu putih jauh lebih tinggi daripada kandungan
sineol dalam minyak dari daun lemo. Jika ditinjau dari
kedua faktor tersebut maka minyak dari daun lemo tidak
akan dapat bersaing dengan minyak kayu putih di pasar
karena kandungan sineol yang rendah walaupun kadar
minyak atsirinya lebih tinggi. Oleh karena itu, minyak
atsiri dari daun lemo kurang layak untuk diaplikasikan
dalam skala industri.
Hasil analisis kandungan sineol dalam minyak atsiri dari
daun lemo ini mungkin kurang tepat jika ditinjau dari
wangi yang seperti minyak kayu putih. Wangi minyak
atsiri dari daun lemo tersebut sangat tajam sehingga
kandungan sineol di dalamnya diduga lebih besar dari
hasil analisis yang telah dilakukan. Berdasarkan literatur
(Guenther, 2006), metode fosfat baik digunakan untuk
analisis minyak yang memiliki kadar sineol rendah (<
20%) atau sangat tinggi (mendekati 100%). Metode lain
adalah metode o-cresol dari Cocking yang baik
digunakan untuk kadar sineol yang kurang dari 50%,
dan metode Kleber dan von Rechenberg yang baik
untuk analisis minyak dengan kadar sineol minimum
70%. Karena berdasarkan literatur yang didapat kadar
sineol yang ada dalam minyak atsiri daun adalah lebih
besar dari 30% (Heyne, 1987), maka metode analisis o-
cresol dari Cocking mungkin dapat dilakukan juga
sebagai perbandingan hasil analisis.
B.1011.3.25/6
4.4 Lemak Nabati dari Lemo
Lemak nabati dari lemo didapatkan dari bagian biji dan
daging buah. Bagian biji yang digunakan adalah inti biji
agar didapatkan lemak yang berwarna kuning. Buah
beserta biji dikeringkan terlebih dahulu dalam oven
dengan suhu pengeringan ±50o
C. Pengeringan bertujuan
untuk mengurangi kadar air pada daging buah dan biji,
serta memecah membran sel agar lemak dapat lebih
mudah diekstrak. Kulit biji dikupas terlebih dahulu
secara konvensional menggunakan tangan. Pengeringan
juga dapat membantu mempermudah pengupasan inti
biji dari kulit biji karena dalam kondisi basah, inti biji
melekat pada kulit biji.
Lemak nabati yang didapatkan dari biji lemo berwarna
kuning dan berbentuk padatan pada suhu ruang. Data
yang didapatkan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Kadar dan hasil analisis lemak dari inti biji lemo
Lemak I Lemak II Rata-rata
Kadar (%-b kering) 51,12 50,75 50,93
Angka Asam
(mg KOH/ gr lemak)
3,4 2,3 2,9
Angka Penyabunan
(mg KOH/ gr lemak)
261,0 247,7 254,4
Angka Iodium
(gr iodium/ 100gr
lemak)
11,5 10,7 11,1
Lemak dengan kadar 50,93% termasuk sudah efisien
apabila dikembangkan ke skala industri. Karena kadar
lemak dalam inti biji lemo lebih besar dari 40%-b
kering, pengambilan lemak nabati juga dapat dilakukan
dengan metode pengempaan/pemerahan sehingga dapat
menghemat waktu dan memperoleh lemak dengan
kemurnian yang lebih tinggi. Akan tetapi, jumlah lemak
yang diperoleh akan lebih sedikit daripada yang
diperoleh dengan menggunakan metode ekstraksi
karena bungkil pengempaan biasanya masih
mengandung 5-10%-b lemak. Oleh karena itu, metode
pengempaan mungkin dapat dikombinasikan dengan
metode ekstraksi untuk memperoleh hampir seluruh
lemak yang terkandung dalam biji.
Angka asam menunjukkan banyaknya asam lemak
bebas yang terdapat dalam lemak. Lemak I memiliki
angka asam yang lebih besar dari lemak II karena waktu
penyimpanan lemak I yang lebih lama sebelum
dilakukan uji angka asam sehingga lemak terdeteriorasi
dan terbentuk asam lemak bebas dalam jumlah yang
lebih banyak daripada. Angka asam yang tinggi juga
disebabkan oleh penyimpanan yang kurang baik.
Angka penyabunan untuk trilaurin adalah sebesar 263,8
mgKOH/g lemak sedangkan angka penyabunan untuk
dilauro miristin adalah sebesar 242,51 mgKOH/g lemak.
Angka penyabunan dari lemak inti biji lemo berada di
antara angka penyabunan trilaurin dan dilauro miristin,
sehingga dapat diketahui bahwa komponen utama
penyusun lemak biji lemo adalah asam laurat dan sedikit
asam miristat.
Angka iodium menunjukkan tingkat ketidakjenuhan
lemak. Lemak dari inti biji lemo mempunyai angka
iodium yang cukup rendah yaitu 11,1 yang berarti
lemak ini cukup jenuh dan mempunyai panjang rantai
karbon yang pendek sampai sedang. Angka iodium
lemak inti biji lemo ini cukup mirip dengan angka
iodium minyak kelapa yang berada dalam rentang 6,3-
10,6 gr iodium/100 gr minyak (Dayrit, dkk., 2007).
Oleh karena itu, komposisi asam lemak dalam inti biji
lemo mungkin mirip dengan minyak kelapa dimana
terdapat asam laurat dengan kadar 48%-b, asam miristat
dengan kadar 16%-b dan asam-asam lemak lain seperti
asam kaprilat, asam kaprat, asam palmitat, asam stearat,
asam oleat dan asam linoleat dengan kadar yang rendah
(lipidlibrary.aocs.org).
Minyak yang dihasilkan dari daging buah lemo
berwarna gelap (relatif hitam) dan berwujud cair pada
temperatur ruang. Kadar dan karakteristik minyak dari
daging buah lemo ditunjukkan Tabel 5.
Tabel 5 Kadar dan karakteristik minyak daging buah
lemo
Minyak I Minyak II Rata-rata
Kadar (%-b kering) 49,63 48,19 48,91
Angka Asam
(mg KOH/ gr
minyak)
16,8 7,2 12,0
Angka Penyabunan
(mg KOH/ gr
minyak)
179,3 178,0 178,7
Angka Iodium
(gr iodium/ 100gr
minyak)
108,45 128,11 118,3
Minyak dengan kadar 48,91% sudah cukup layak untuk
dikembangkan dalam skala industri. Akan tetapi,
minyak daging buah lemo ini berwarna gelap yang
mungkin disebabkan adanya pengotor-pengotor organik
seperti pigmen yang ikut terlarut dalam pelarut saat
ekstraksi dilakukan. Oleh karena itu, untuk penggunaan
dalam industri, minyak dari daging buah lemo ini harus
dimuluskan terlebih dahulu untuk menghilangkan
pigmen dan pengotor-pengotor lain yang mungkin
terdapat dalam lemak. Akan tetapi, karena kadar minyak
nabati dalam daging buah lemo cukup besar (lebih dari
40%-b kering), maka pengambilan lemak nabati dapat
dilakukan dengan metode pengempaan. Dengan metode
pengempaan, pigmen tidak akan terbawa dalam minyak
sehingga akan diperoleh minyak dengan warna yang
lebih cerah, yaitu kuning.
Angka asam minyak I lebih besar daripada angka asam
minyak II karena minyak I sudah disimpan lebih lama
daripada minyak II ketika analisis angka asam
dilakukan sehingga minyak I sudah terdeteriorasi.
Selain itu, minyak I juga disimpan dengan kurang baik,
sering terpapar udara bebas sehingga minyak I telah
teroksidasi dan kandungan asam lemak bebas dalam
minyak I menjadi cukup tinggi dibandingkan dengan
kandungan asam lemak bebas dalam lemak II.
Angka iodium minyak dari daging buah lemo yang
cukup besar menunjukkan minyak dari buah lemo ini
B.1011.3.25/7
mempunyai tingkat ketidakjenuhan yang cukup tinggi.
Jika dilihat dari angka iodium hasil analisis, angka
iodium minyak daging buah lemo mempunyai rentang
yang cukup mirip dengan angka iodium minyak jagung,
dimana angka iodium minyak jagung adalah 103-128
mg KOH/ gram minyak. Oleh karena itu, minyak daging
buah lemo mungkin mengandung asam lemak tak jenuh
dengan kadar cukup tinggi seperti yang dimiliki minyak
jagung yaitu asam palmitat sebesar 11,1-12,8%, asam
oleat sebesar 22,6-36,1%, asam linoleat sebesar 49-
61,9% dan sedikit asam laurat, asam stearat dan asam
linolenat (Nur Richana, 2007).
Angka penyabunan menunjukkan berat molekul rata-
rata minyak. Jika dilihat dari Tabel 4.5, angka
penyabunan minyak dari daging buah lemo adalah 178,7
mg KOH/ gr minyak. Angka penyabunan lebih kecil
daripada angka penyabunan lemak dari inti biji lemo
yang kaya asam laurat. Angka penyabunan minyak yang
lebih kecil menunjukkan minyak mempunyai berat
molekul yang lebih besar. Oleh karena itu, komponen
utama penyusun minyak dari daging buah lemo
seharusnya merupakan asam lemak dengan jumlah
rantai karbon yang lebih panjang daripada asam laurat.
Dari hasil analisis angka iodium dan angka penyabunan
yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
komponen utama penyusun minyak daging buah lemo
adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang.
Gambar-gambar minyak atsiri dan lemak nabati dapat
dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3.
(a) (b) (c)
Gambar 2 Minyak atsiri dari bagian-bagian pohon lemo;
(a) buah lemo; (b) kulit batang lemo; (c) daun lemo
(a) (b)
Gambar 3 Lemak nabati dari bagian buah lemo; (a) inti
biji lemo; (b) daging buah lemo
4.5 Kelayakan Pohon Lemo untuk Skala Industri
Buah lemo dapat menghasilkan minyak atsiri dan lemak
nabati. Keduanya dapat diproduksi tanpa mengganggu
proses satu sama lain sehingga buah lemo yang telah
diambil minyak atsirinya masih dapat dimanfaatkan lagi
untuk diambil lemak nabati. Hal ini mungkin dapat
dimanfaatkan ketika buah lemo ingin digunakan untuk
produksi minyak atsiri maupun lemak nabati pada skala
industri sehingga keuntungan yang diperoleh dapat lebih
maksimal.
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, 250,23 gram
buah segar setelah dikeringkan dengan oven pada suhu
±50o
C dapat menghasilkan 14,32 gram inti biji, 12,22
gram kulit biji, dan 14,73 gram daging buah. Dari
250,23 gram buah segar tersebut dapat dihasilkan
minyak atsiri sebanyak 16,7 gram (6,67%-berat basah),
lemak nabati inti biji lemo sebanyak 7,32 gram (2,93%-
berat basah buah segar), dan lemak nabati daging buah
lemo sebanyak 8,34 gram (3,33%-berat basah buah
segar). Apabila dilihat besar kadar minyak atsiri dan
lemak nabati yang dapat dihasilkan, buah lemo memiliki
potensi yang sangat besar untuk dikembangkan dalam
skala yang lebih besar yang didukung pula oleh
ketersediaan buah lemo yang cukup melimpah di daerah
Kawah Putih.
Apabila dilihat dari ketiga bagian sumber bahan baku
minyak, sejauh ini yang paling mungkin untuk
dikembangkan adalah buah lemo. Selama penelitian
dilakukan, kendala yang cukup berarti hanya
transportasi untuk pengambilan bahan baku dari Kawah
Putih. Oleh karena itu, apabila industri minyak atsiri dan
lemak nabati dari buah lemo ingin dikembangkan maka
sebaiknya pabrik didirikan di daerah yang dekat dengan
bahan baku sehingga penyediaan bahan baku dapat
dilakukan dengan mudah.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Kadar minyak atsiri dari buah lemo adalah
6,985±0,583%-b, dan kadar aldehid yang didapatkan
dari 2 kali percobaan adalah 90 dan 92%-v.
2. Kadar minyak atsiri dari kulit batang lemo adalah
0,563±0,150%-b kering, dan kadar aldehid yang
didapatkan dari dua kali percobaan adalah 34 dan
36%-v.
3. Kadar minyak atsiri dari daun lemo adalah 2,781 ±
0,217%-b kering dengan kandungan sineol 4%.
4. Kadar lemak nabati dari inti biji lemo adalah
50,94%-b kering dengan angka asam sebesar 2,3 mg
KOH/gram lemak, angka penyabunan 254,4 mg
KOH/gram lemak, dan angka iodium 11,1 gr
iodium/100 gr lemak. Komponen utama lemak
nabati dari inti biji lemo adalah asam laurat.
5. Kadar minyak dari daging buah lemo adalah
48,91%-b kering dengan angka asam sebesar 12,0
mg KOH/gram lemak, angka penyabunan 178,7 mg
KOH/ gram lemak, dan angka iodium 118,3 gr
iodium/100 gr lemak. Komponen utama minyak dari
daging buah lemo adalah asam lemak tak jenuh
rantai panjang.
6. Berdasarkan kadar minyak atsiri dan lemak nabati
dari buah lemo, serta kadar aldehid dalam minyak
dan karakteristik lemak nabati, produksi minyak
atsiri dan lemak nabati dari buah lemo layak untuk
dikembangkan dengan skala industri.
7. Minyak atsiri dari kulit batang kurang layak untuk
diproduksi dalam skala industri karena ketersediaan
bahan baku yang masih sulit untuk didapatkan
apabila industri ingin dibangun dalam jangka waktu
panjang.
B.1011.3.25/8
8. Minyak atsiri dari daun lemo kurang layak untuk
diproduksi dalam skala industri karena kandungan
sineolnya yang sangat rendah jika dibandingkan
dengan sumber utama sineol lainnya.
5.2 Saran
1. Pengujian kandungan komponen dalam minyak atsiri
sebaiknya dilakukan lebih lanjut menggunakan gas
kromatografi agar diketahui secara pasti komposisi
dari masing-masing komponen penyusunnya.
2. Analisis kandungan sineol dalam minyak atsiri dari
daun lemo sebaiknya dilakukan juga dengan metode
lain untuk dijadikan perbandingan, seperti metode o-
cresol dari Cocking.
3. Pemisahan inti biji dari daging buah dan kulit biji
sebaiknya dilakukan dengan metode yang lebih baik,
misalnya dengan menggunakan alat atau mesin
tertentu, tidak dengan metode konvensional yang
dilakukan dalam penelitian ini sehingga dapat
dilakukan penghematan waktu untuk melakukan
pemisahan ini.
4. Pengambilan minyak nabati dari daging buah lemo
sebaiknya menggunakan metode pemerahan agar
diperoleh minyak yang lebih murni tanpa pigmen
yang ikut terbawa atau dengan kombinasi pemerahan
dan ekstraksi tetapi minyak harus dimuluskan
terlebih dahulu.
5. Minyak dari daging buah lemo sebaiknya di-
bleaching terlebih dahulu sebelum dilakukan analisis
angka penyabunan dan angka iodium agar titik akhir
titrasi lebih mudah diidentifikasi.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Tatang
Hernas Soerawidjaja selaku dosen pembimbing yang
telah membimbing dan memberikan banyak masukan.
Terima kasih kepada Program Studi Teknik Kimia ITB
yang telah membantu dalam penyediaan sarana dan
prasarana penelitian, Ferric Christian, Albert, Wisnu
Nugroho yang telah membantu dalam pengambilan
bahan baku penelitian di Kawah Putih, Ciwidey.
LITERATUR
[1] Azah, M. A. N.; Susiarti, S. “Litsea cubeba (Lour.)
Persoon”, Essential-oil plants. Plant Resources of
South-East Asia. 19: 123-126. 1999.
[2] Child, Reginald and Nathanael, W. R. N. Seed Fat
of Litsea longifolia Bth. & Hk. J. Am. Chem. Soc.
64: 1079-81 (1942); lihat Chem. Abstracts. Vol. 36.
Abstr. No. 39774
. (1942).
[3] Child, Reginald, and Nathanael, W. R. N. (1942),
“The Seed Fat of Litsea longifolia Bth. & Hk”, J.
Am. Chem. Soc. 64, 1079-1081.
[4] Forestry Department. “Litsea cubeba Oil. Flavours
and Fragrances of Plant Origin”, Chapter 7.
(http://www.fao.org/docrep/V5350E/V5350e09.htm
, diakses 24 Juli 2001).
[5] Dunford, Nurhan Turgut. “Bailey’s Industrial Oil
and Fat Products”. John Wiley and Sons, Inc.
(2010).
[6] Forestry Department. “Litsea cubeba Oil. Flavours
and Fragrances of Plant Origin”, Chapter 7.
(http://www.fao.org/docrep/V5350E/V5350e09.htm
, diakses 24 Juli 2001).
[7] Guenther, Ernest. (2006). Minyak Atsiri. Jilid 1.
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
[8] Gunde, B. G., Hilditch, T. P. (1938), The Seed and
Fruit-coat Fats of Neoletsia involucrata. J. Chem.
Soc. 305, 1610-1640.
[9] Hata, Tynta. “Seed Oils of Formosan Plants. XVI.
Seed Oilof Litsea cubeba Pers. J. Chem Soc. Japan.
60: 122-5 (1939); lihat Chem. Abstracts. Vol. 34.
No. 26257
. (1940).
[10]Heyne, K. (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia,
Vol.II. Balai Kehutanan Indonesia, 1432.
[11]Jingping, W., et al. “Fatty Acid Composition in The
Seed Oils of Litsea Species”. Zhiwu Xuebao. 25(3):
245-9 (1983); lihat Chem. Abstracts. Vol. 99.
Abstr. No. 155277p
. (1983).
[12]Kato, Ryo. “Essential Oil of Litsea cubeba. II.
Constituents of the Volatile Oil from the Leaf of
Litsea cubeba”. J. Chem. Soc. Japan, Ind. Chem.
Sect. 54: 465-6 (1951); lihat Chem. Abstracts. Vol.
33. Abstr. No. 18783
. (1939).
[13]Kato, Ryo. “Essential Oil of Litsea cubeba. III.
Constituents of the Volatile Oil from the Trunk of
Litsea cubeba”. J. Chem. Soc. Japan, Ind. Chem.
Sect. 54: 517-19 (1951); lihat Chem. Abstracts.
Vol. 37. Abstr. No. 6610i
. (1953).
[14]McCoy, Robert J. (1994). “Nonfood Uses of Lauric
Oils”. Proceedings of The World Conference on
Lauric Oils : Sources, Processing, and Applications.
[15]Miyamichi, E.; Nomura, S. “Seed Oil of
Lauraceae. I. Fatty Acids from The Seed Oil of
Litsea japonica”. J. Pharm. Soc. Japan. 73: 169-70
(1953): lihat Chem. Abstracts. Vol. 47. Abstr. No.
6156d
. (1953).
[16]Nulhakim, Lukman, dkk. “Abstrak Hasil Penelitian
Hasil Hutan Bukan Kayu Edisi I”. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor. (2005).
[17]Richana, Nur, dan Suarni. "Teknologi Pengolahan
Jagung". Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros.
(2007).
[18]Sood, V.K. (1966). “Essential Oil from the Berries
of Litsea citrata and its Constituents”. P. & E.O.R,
May 1966, 285-286.
[19]Van Hulssen, C.J., Koolhaas, D. R. (1940), “The
Essential Oils from Litsea cubeba Pers”. Rec.
Trav. Chim. Pays-Bas, 59, 105-110.
[20]Wahyuni, Sri, dkk. “Status Pemuliaan Tanaman
Serai Wangi (Andropogon nardus L.)”.
Perkembangan Teknologi TRO Vol. XV, No. 2.
(2003).
[21] http://lipidlibrary.aocs.org/market/lauric.htm,
tanggal akses 20 Mei 2012.

More Related Content

What's hot

FORMULASI DAN KONDISI OPTIMUM PROSES PENGOLAHAN “HIGH NUTRITIVE VALUE” MARGAR...
FORMULASI DAN KONDISI OPTIMUM PROSES PENGOLAHAN “HIGH NUTRITIVE VALUE” MARGAR...FORMULASI DAN KONDISI OPTIMUM PROSES PENGOLAHAN “HIGH NUTRITIVE VALUE” MARGAR...
FORMULASI DAN KONDISI OPTIMUM PROSES PENGOLAHAN “HIGH NUTRITIVE VALUE” MARGAR...izzahatifah
 
Benefits, Ingredients and Steps
Benefits, Ingredients and StepsBenefits, Ingredients and Steps
Benefits, Ingredients and StepsCitra08
 
minyak atsiri syarat dan potensi bisnis
minyak atsiri syarat dan potensi bisnisminyak atsiri syarat dan potensi bisnis
minyak atsiri syarat dan potensi bisnismaner b1
 
Kwh kd 3.3 indah permata sari xi ak 2
Kwh kd 3.3 indah permata sari xi ak 2Kwh kd 3.3 indah permata sari xi ak 2
Kwh kd 3.3 indah permata sari xi ak 2indahamoyy
 
komoditas kacang kacangan
komoditas kacang kacangankomoditas kacang kacangan
komoditas kacang kacanganAila Yumeko
 
Kwh kd 3.5 indah permata sari xi ak 2
Kwh kd 3.5 indah permata sari xi ak 2Kwh kd 3.5 indah permata sari xi ak 2
Kwh kd 3.5 indah permata sari xi ak 2indahamoyy
 

What's hot (12)

Minyak zaitun donna
Minyak zaitun donnaMinyak zaitun donna
Minyak zaitun donna
 
Kersen
KersenKersen
Kersen
 
FORMULASI DAN KONDISI OPTIMUM PROSES PENGOLAHAN “HIGH NUTRITIVE VALUE” MARGAR...
FORMULASI DAN KONDISI OPTIMUM PROSES PENGOLAHAN “HIGH NUTRITIVE VALUE” MARGAR...FORMULASI DAN KONDISI OPTIMUM PROSES PENGOLAHAN “HIGH NUTRITIVE VALUE” MARGAR...
FORMULASI DAN KONDISI OPTIMUM PROSES PENGOLAHAN “HIGH NUTRITIVE VALUE” MARGAR...
 
Manajemen limbah semseter 1 ( Rice bran oil )
Manajemen limbah semseter 1 ( Rice bran oil )Manajemen limbah semseter 1 ( Rice bran oil )
Manajemen limbah semseter 1 ( Rice bran oil )
 
Benefits, Ingredients and Steps
Benefits, Ingredients and StepsBenefits, Ingredients and Steps
Benefits, Ingredients and Steps
 
minyak atsiri syarat dan potensi bisnis
minyak atsiri syarat dan potensi bisnisminyak atsiri syarat dan potensi bisnis
minyak atsiri syarat dan potensi bisnis
 
Makalah kimling darah
Makalah kimling darahMakalah kimling darah
Makalah kimling darah
 
Kwh kd 3.3 indah permata sari xi ak 2
Kwh kd 3.3 indah permata sari xi ak 2Kwh kd 3.3 indah permata sari xi ak 2
Kwh kd 3.3 indah permata sari xi ak 2
 
gula semut
gula semutgula semut
gula semut
 
komoditas kacang kacangan
komoditas kacang kacangankomoditas kacang kacangan
komoditas kacang kacangan
 
Kwh kd 3.5 indah permata sari xi ak 2
Kwh kd 3.5 indah permata sari xi ak 2Kwh kd 3.5 indah permata sari xi ak 2
Kwh kd 3.5 indah permata sari xi ak 2
 
Makalah botek kel 1
Makalah botek kel 1Makalah botek kel 1
Makalah botek kel 1
 

Viewers also liked

Viewers also liked (18)

Praktek kimia organik pr
Praktek kimia organik prPraktek kimia organik pr
Praktek kimia organik pr
 
De deeleconomie heeft je nodig
De deeleconomie heeft je nodigDe deeleconomie heeft je nodig
De deeleconomie heeft je nodig
 
Feliz navidad
Feliz navidadFeliz navidad
Feliz navidad
 
About me
About meAbout me
About me
 
Materias primas,fuentes de energia,areas industrializadas
Materias primas,fuentes de energia,areas industrializadasMaterias primas,fuentes de energia,areas industrializadas
Materias primas,fuentes de energia,areas industrializadas
 
190996637 perekonomian-rakyat
190996637 perekonomian-rakyat190996637 perekonomian-rakyat
190996637 perekonomian-rakyat
 
KentSmith
KentSmithKentSmith
KentSmith
 
Joint Commission Names South Nassau “Top Performer on Key Quality Measures®”
Joint Commission Names South Nassau  “Top Performer on Key Quality Measures®”Joint Commission Names South Nassau  “Top Performer on Key Quality Measures®”
Joint Commission Names South Nassau “Top Performer on Key Quality Measures®”
 
133821456 makalah-bahasa-perekonomian
133821456 makalah-bahasa-perekonomian133821456 makalah-bahasa-perekonomian
133821456 makalah-bahasa-perekonomian
 
Trading Clearing Systems Test Automation
Trading Clearing Systems Test AutomationTrading Clearing Systems Test Automation
Trading Clearing Systems Test Automation
 
118571425 perekonomian-indonesia
118571425 perekonomian-indonesia118571425 perekonomian-indonesia
118571425 perekonomian-indonesia
 
Usr local_www_artikel_downloads_20131031092044-07-13008045
 Usr local_www_artikel_downloads_20131031092044-07-13008045 Usr local_www_artikel_downloads_20131031092044-07-13008045
Usr local_www_artikel_downloads_20131031092044-07-13008045
 
Tomacorrientes
TomacorrientesTomacorrientes
Tomacorrientes
 
78711004 perekonomian
78711004 perekonomian78711004 perekonomian
78711004 perekonomian
 
Hasil tes toefl
Hasil tes toeflHasil tes toefl
Hasil tes toefl
 
Damon Bomar Portfolio
Damon Bomar PortfolioDamon Bomar Portfolio
Damon Bomar Portfolio
 
Luminarias
LuminariasLuminarias
Luminarias
 
133211867 sistem-perekonomian
133211867 sistem-perekonomian133211867 sistem-perekonomian
133211867 sistem-perekonomian
 

Similar to Usr local_www_artikel_downloads_20131031091238-07-13008042

Pengaruh pemotongan tahap deodorisasi dalam pembuatan margarin dari minyak bi...
Pengaruh pemotongan tahap deodorisasi dalam pembuatan margarin dari minyak bi...Pengaruh pemotongan tahap deodorisasi dalam pembuatan margarin dari minyak bi...
Pengaruh pemotongan tahap deodorisasi dalam pembuatan margarin dari minyak bi...izzahatifah
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaFransiska Puteri
 
Ekstraksi kacang tanah menjadi minyak nabati
Ekstraksi kacang tanah menjadi minyak nabatiEkstraksi kacang tanah menjadi minyak nabati
Ekstraksi kacang tanah menjadi minyak nabatiKamal Ghazali II
 
makalah pengendalian mutu pada tempe
makalah pengendalian mutu pada tempemakalah pengendalian mutu pada tempe
makalah pengendalian mutu pada tempeAncela Rebeka
 
Ppt destilasi minyak atsiri kel. a3 Mahasiswa S-1 Farmasi STIKES TELOGOREJO
Ppt destilasi minyak atsiri   kel. a3 Mahasiswa S-1 Farmasi STIKES TELOGOREJOPpt destilasi minyak atsiri   kel. a3 Mahasiswa S-1 Farmasi STIKES TELOGOREJO
Ppt destilasi minyak atsiri kel. a3 Mahasiswa S-1 Farmasi STIKES TELOGOREJOAdi-1999
 
Pendahuluan minyak atsiri dan tanaman penghasil
Pendahuluan minyak atsiri dan tanaman penghasilPendahuluan minyak atsiri dan tanaman penghasil
Pendahuluan minyak atsiri dan tanaman penghasilFafa Wilda Maulana
 
E1G021084_Alfin Rafiansyah_TIP B..pptx
E1G021084_Alfin Rafiansyah_TIP B..pptxE1G021084_Alfin Rafiansyah_TIP B..pptx
E1G021084_Alfin Rafiansyah_TIP B..pptxAisyahrey
 
Produksi Biodiesel dari Tanaman Jarak Pagar
Produksi Biodiesel dari Tanaman Jarak PagarProduksi Biodiesel dari Tanaman Jarak Pagar
Produksi Biodiesel dari Tanaman Jarak PagarNur Haida
 
Laporan Praktikum Penyulingan Minyak Kayu Putih
Laporan Praktikum Penyulingan Minyak Kayu PutihLaporan Praktikum Penyulingan Minyak Kayu Putih
Laporan Praktikum Penyulingan Minyak Kayu PutihSANDI TINDAON
 
Pemanfaatan limbah inti kelapa sawit
Pemanfaatan limbah inti kelapa sawitPemanfaatan limbah inti kelapa sawit
Pemanfaatan limbah inti kelapa sawitTaufik Habibie
 
Minyak (Kelapa Sawit dan Kelapa) _Biokimia pangan
Minyak (Kelapa Sawit dan Kelapa) _Biokimia panganMinyak (Kelapa Sawit dan Kelapa) _Biokimia pangan
Minyak (Kelapa Sawit dan Kelapa) _Biokimia panganasriachemis
 
Dampak asap rokok
Dampak asap rokokDampak asap rokok
Dampak asap rokokHealth
 

Similar to Usr local_www_artikel_downloads_20131031091238-07-13008042 (20)

Pengaruh pemotongan tahap deodorisasi dalam pembuatan margarin dari minyak bi...
Pengaruh pemotongan tahap deodorisasi dalam pembuatan margarin dari minyak bi...Pengaruh pemotongan tahap deodorisasi dalam pembuatan margarin dari minyak bi...
Pengaruh pemotongan tahap deodorisasi dalam pembuatan margarin dari minyak bi...
 
Minyak kayu putih
Minyak kayu putihMinyak kayu putih
Minyak kayu putih
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
 
Minyak alpokat
Minyak alpokatMinyak alpokat
Minyak alpokat
 
379 465-1-pb
379 465-1-pb379 465-1-pb
379 465-1-pb
 
Ekstraksi kacang tanah menjadi minyak nabati
Ekstraksi kacang tanah menjadi minyak nabatiEkstraksi kacang tanah menjadi minyak nabati
Ekstraksi kacang tanah menjadi minyak nabati
 
Laporan tanaman nilam
Laporan tanaman nilamLaporan tanaman nilam
Laporan tanaman nilam
 
makalah pengendalian mutu pada tempe
makalah pengendalian mutu pada tempemakalah pengendalian mutu pada tempe
makalah pengendalian mutu pada tempe
 
Ppt destilasi minyak atsiri kel. a3 Mahasiswa S-1 Farmasi STIKES TELOGOREJO
Ppt destilasi minyak atsiri   kel. a3 Mahasiswa S-1 Farmasi STIKES TELOGOREJOPpt destilasi minyak atsiri   kel. a3 Mahasiswa S-1 Farmasi STIKES TELOGOREJO
Ppt destilasi minyak atsiri kel. a3 Mahasiswa S-1 Farmasi STIKES TELOGOREJO
 
Pendahuluan minyak atsiri dan tanaman penghasil
Pendahuluan minyak atsiri dan tanaman penghasilPendahuluan minyak atsiri dan tanaman penghasil
Pendahuluan minyak atsiri dan tanaman penghasil
 
E1G021084_Alfin Rafiansyah_TIP B..pptx
E1G021084_Alfin Rafiansyah_TIP B..pptxE1G021084_Alfin Rafiansyah_TIP B..pptx
E1G021084_Alfin Rafiansyah_TIP B..pptx
 
minyak nabati
minyak nabatiminyak nabati
minyak nabati
 
Produksi Biodiesel dari Tanaman Jarak Pagar
Produksi Biodiesel dari Tanaman Jarak PagarProduksi Biodiesel dari Tanaman Jarak Pagar
Produksi Biodiesel dari Tanaman Jarak Pagar
 
Laporan Praktikum Penyulingan Minyak Kayu Putih
Laporan Praktikum Penyulingan Minyak Kayu PutihLaporan Praktikum Penyulingan Minyak Kayu Putih
Laporan Praktikum Penyulingan Minyak Kayu Putih
 
25851620 mengenal-jarak-pagar
25851620 mengenal-jarak-pagar25851620 mengenal-jarak-pagar
25851620 mengenal-jarak-pagar
 
Pemanfaatan limbah inti kelapa sawit
Pemanfaatan limbah inti kelapa sawitPemanfaatan limbah inti kelapa sawit
Pemanfaatan limbah inti kelapa sawit
 
Minyak (Kelapa Sawit dan Kelapa) _Biokimia pangan
Minyak (Kelapa Sawit dan Kelapa) _Biokimia panganMinyak (Kelapa Sawit dan Kelapa) _Biokimia pangan
Minyak (Kelapa Sawit dan Kelapa) _Biokimia pangan
 
5. serealia dan kacang kacangan
5. serealia dan kacang kacangan5. serealia dan kacang kacangan
5. serealia dan kacang kacangan
 
Dampak asap rokok
Dampak asap rokokDampak asap rokok
Dampak asap rokok
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Usr local_www_artikel_downloads_20131031091238-07-13008042

  • 1. B.1011.3.25/1 Minyak Atsiri dan Lemak Nabati dari Pohon Lemo (Litsea cubeba) Kelompok B.1011.3.25 Edith [13008042] dan Selly [13008092] Pembimbing Dr. Tatang Hernas Soerawidjaja Program Studi Teknik Kimia - Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung Abstrak Pohon lemo (Litsea cubeba) berpotensi untuk diambil minyak atsiri dan lemak nabati. Minyak atsiri dari buah, daun, dan kulit batang lemo diambil menggunakan metode distilasi uap. Analisis kadar aldehid minyak atsiri dari buah dan kulit batang lemo dilakukan dengan metode bisulfit. Kadar minyak atsiri dari buah lemo adalah 6,985±0,583%-b, kadar aldehid 90% dan 92%. Kadar minyak atsiri dari kulit batang lemo adalah 0,563±0,150%-b, kadar aldehid 34% dan 36%. Kadar minyak atsiri dari daun lemo adalah 2,781±0,217%-b, kadar sineol 4% dengan metode fosfat. Lemak nabati dari biji dan daging buah diambil dengan ekstraksi menggunakan pelarut dietil eter dengan ekstraktor Soxhlet, kemudian pelarut dan lemak dipisahkan dengan metode distilasi. Kadar lemak nabati rata-rata dari inti biji lemo adalah sebesar 50,94%-berat kering. Angka asam lemak adalah 2,3, angka penyabunan 254,4, dan angka iodium adalah 11,1. Komponen utama lemak nabati biji lemo adalah asam laurat. Kadar minyak nabati rata-rata dari daging buah lemo adalah 48,91%-b kering. Angka asam lemak adalah 12,0, angka penyabunan 178,7 , dan angka iodium adalah 118,3. Kata kunci: Litsea cubeba, minyak atsiri, lemak nabati 1. PENGANTAR Minyak atsiri adalah cairan yang tidak larut di dalam air, berbau wangi, dan umumnya diperoleh dari tumbuh- tumbuhan. Minyak atsiri pada umumnya terdiri dari hidrokarbon-hidrokarbon dari golongan terpen dan/atau turunan-turunannya yang beroksigen. Lemak nabati merupakan lemak yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan berkomponen utama trigliserida-trigliserida asam- asam lemak jenuh (terutama) maupun tak jenuh. Tumbuhan lemo dapat dimanfaatkan untuk memproduksi minyak atsiri karena sekujur pohonnya yang wangi sehingga dapat digunakan untuk zat wewangian parfum dan aromaterapi. May chang oil merupakan minyak atsiri yang dihasilkan dari buah lemo. Penghasil may chang oil yang paling besar di dunia adalah Cina. Cina memproduksi sekitar 500-600 ton may chang oil per tahun sedangkan kebutuhan may chang oil dunia adalah sekitar 500 ton per tahun (www.fao.org/docrep/v5350e/V5350e09.htm). Hal ini menunjukkan bahwa produksi may chang oil sudah sangat berkembang di Cina. Pohon lemo merupakan tumbuhan yang tumbuh baik di daerah pegunungan dan apabila ditinjau dari kondisi geografisnya, Indonesia mempunyai daerah dataran tinggi yang cukup luas sehingga pohon lemo dapat dibudidayakan dalam jumlah besar. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia berpeluang untuk menjadi produsen minyak atsiri dari pohon lemo. Selain minyak atsiri, pohon lemo juga dapat dimanfaatkan untuk diambil lemak nabatinya. Biji dan daging buah lemo berpotensi mengandung lemak nabati yang memiliki kandungan asam laurat cukup tinggi. Lemak nabati biasanya digunakan dalam industri sabun. Penelitian tentang lemak nabati pohon lemo jarang dilakukan sehingga belum ada industri yang menggunakan lemo sebagai sumber lemak nabati. Secara umum, penelitian ini bertujuan menggali potensi pohon lemo (Litsea cubeba), khususnya kandungan minyak atsiri dan lemak nabati. Untuk itu, secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar minyak atsiri yang dihasilkan dari beberapa bagian pohon lemo yaitu buah, kulit batang dan daun, menentukan kadar lemak nabati yang dihasilkan dari biji buah lemo, dan menganalisis kandungan minyak atsiri dan lemak nabati pohon lemo. 2. TEORI 2.1. Pohon Lemo (Litsea cubeba) Pohon lemo merupakan perdu/pohon kecil dengan tinggi antara 5-15 m dan garis tengah batang 6-20 cm. Kulit batang pohon lemo memiliki tebal 1 m. Batang pohon lemo berwarna coklat, bagian dalamnya berwarna kuning, mempunyai lentisel yang besar, wanginya seperti lemon, dan rasanya pedas tajam. Daunnya kecil, lonjong dengan tepi rata dan ujung meruncing, serta memiliki wangi aromatik. Panjang
  • 2. B.1011.3.25/2 tangkai daunnya antara 8-18 m, dengan ukuran daunnya kurang lebih 7-15 cm x 1,5-3 cm. Bentuk daunnya ramping dan rusuknya berjumlah antara 8-12 pasang. Buah lemo berukuran kecil dan mempunyai diameter 4- 6 mm. Bentuknya bulat, keras dan menempel pada ranting pohon. Buah lemo berwarna hijau saat muda, kehitam-hitaman ketika sudah masak. Apabila ditekan, buah ini menghasilkan wangi jeruk yang sangat kuat. Bijinya berbentuk bulat dan berwarna putih. Di Indonesia, Litsea cubeba tumbuh di daerah pegunungan dengan ketinggian 700-2300 m (Heyne, 1950). Pohon lemo berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sedangkan di Taiwan, pohon lemo berbuah pada bulan September-Oktober. 2.2. Minyak-minyak Atsiri dari Pohon Lemo Minyak-minyak atsiri dari pohon lemo biasanya mempunyai kandungan utama berupa terpen beroksigen sehingga bernilai aroma dan kewangian yang tinggi. Bagian pohon lemo yang paling umum digunakan untuk ekstraksi minyak atsiri adalah buah, kulit batang, dan daun. Dalam penyulingan kulit batang pohon lemo, dapat diperoleh 25 mL minyak atsiri dari 2 kg kulit kayu kering (Heyne,1987). De Jong mendapatkan kurang lebih 0,1% minyak atsiri dari kulit batang pohon lemo dan 75,5% dari minyak atsiri tersebut mengandung sitronelal dan sitral (Heyne,1987). Adapun kandungan- kandungan dalam minyak atsiri dari batang pohon lemo adalah 20% d-limonen, 5% linalool, 60% sitronelal dan beberapa asam karboksilat dengan 9 atom karbon (Kato, 1951). Minyak atsiri dapat juga diperoleh dari daun pohon lemo dengan rendemen minyak yang dihasilkan adalah sebesar 3,3%. Menurut De Jong, minyak atsiri dari daun pohon lemo mengandung lebih dari 30% sineol (Heyne,1987). Kondisi lokasi tumbuhnya pohon lemo akan mempengaruhi kandungan dan karakteristik minyak atsiri yang dihasilkan, misalnya minyak atsiri dari daun pohon lemo yang tumbuh di Tjibodas, Jawa Barat ternyata mempunyai kandungan sitral sebanyak 5- 7%, sitronelal sebanyak 29-40%, 10-22% sineol, 40- 50% linalool dan ±8% terpen sedangkan minyak atsiri dari daun pohon lemo yang tumbuh di Sikoenang, Jawa Tengah mengandung 3-9% sitral dan sitronelal, 66% sineol, 7% linalool dan terpineol, dan ±13% terpen (Van Hulssen dan Koolhaas,1940). Bagian pohon lemo yang paling banyak digunakan untuk memperoleh minyak atsiri adalah buah lemo karena kandungan sitralnya yang tinggi. Dari 100 gr buah lemo dapat diperoleh 3,9 mL minyak atsiri yang mengandung 85% aldehid dengan 64% di antaranya adalah sitral (Heyne,1987). V.K.Sood melakukan ekstraksi minyak atsiri dari buah lemo di India dan memperoleh 0,23-0,35% minyak atsiri dalam basis kering dan sebagai perbandingan, buah lemo dari Cina dapat memberikan yield sebesar 2,4-4%. Komposisi minyak atsiri dari buah lemo adalah 6% d-limonen, 7% l-sabinen, 2,5% metil heptenon, 1% sitronelal dan 80% sitral (Green,1959). 2.3 Lemak Nabati dari Pohon Lemo Sumber lemak nabati dari pohon lemo sejauh ini hanya dari bagian biji saja, walaupun ada potensi kandungan lemak dari daging buah. Komponen utama penyusun lemak antara lain asam lemak dan trigliserida. Berdasarkan peneliitian oleh Tyuta Hata (1939), komponen lemak didapatkan sebanyak 44% dari biji lemo dengan menggunakan ekstraksi dengan eter. Lemak dalam bentuk padatan didapatkan di bawah 30o C. Komponen utama penyusun lemak adalah asam lemak, yang terdiri dari 53,2% asam laurat (C12), 22,9% asam kaprat (C8), 4,5% asam miristat (CH3(CH2)12COOH), dan asam lemak tak jenuh sebanyak 19,6%. Asam lemak tak jenuh terdiri dari sebagian besar terdiri dari asam oleat dan asam linoleat. Lemak yang dihasilkan dari Litsea cubeba belum banyak diteliti oleh orang lain. Tetapi dari tumbuhan yang satu genus, yaitu Litsea longifolia, 6,7 g (± 100 biji buah), terdiri dari 66% inti biji dan 34% kulit biji. Inti biji mengandung 9,8% air dan dapat menghasilkan 29% (berat kering) lemak padat berwarna coklat ketika diekstrak dengan light petroleum (titik didih 40-60o C). Angka asam dari lemak mentah ini adalah 38 (dengan 13,6% asam laurat), angka penyabunan 236, dan angka iodium 13. Komponen yang ada dalam lemak antara lain 81,9%-massa asam laurat, 3,1% asam palmitat, 2,2% asam stearat, 5,5% asam oleat, dan 7,2% asam lemak yang tidak dapat disaponifikasi. Selain asam lemak, ada komponen gliserida di dalam lemak yang dihasilkan, dimana 80% penyusunnya adalah trilaurin (Child, R. and Nathanael W. R. N., 1942). Tumbuhan lain yang masih 1 famili Lauraceae adalah Neolitsea involucrata. Bijinya terdiri atas 64% inti biji dan 36% kulitnya. Dari inti biji, bisa didapatkan 66% lemak yang berwujud padat pada suhu ruang dengan angka saponifikasi 223,3, angka iodium 22,5, angka asam 10,4. Komponen asam lemak penyusun lemak dari Neolitsea involucrata adalah 85,9%-massa asam laurat, 3% n-decoic, 3,8% asam miristat, 4% asam oleat, dan 3,3% asam linoleat. Komponen gliseirida sebagian besar terdiri dari trilaurin, yaitu 66% (Gunde B.G. and Hilditch, T. P., 1938). 2.4 Cara Penjumputan Minyak Atsiri Ada beberapa cara untuk menjumput minyak atsiri, antara lain pemerahan, ekstraksi dengan lemak dan distilasi kukus. Untuk memperoleh minyak atsiri dari pohon lemo yaitu dari kulit batang, daun dan buahnya, metode yang paling umum digunakan adalah distilasi kukus. Prinsip dari distilasi kukus adalah tekanan uap total campuran dua cairan yang tidak saling larut sama dengan jumlah tekanan uap parsial dari masing-masing komponen. Peristiwa utama yang terjadi pada distilasi adalah difusi minyak atsiri dan air panas melalui membran tanaman (hidrodifusi), hidrolisa terhadap
  • 3. B.1011.3.25/3 beberapa komponen minyak atsiri, dan dekomposisi yang biasanya disebabkan oleh panas. Kelemahan penjumputan dengan distilasi adalah dapat merusak komponen minyak karena waktu penyulingan dengan uap air/air mendidih yang relatif lama dan adanya proses hidrolisa, polimerisasi, dan resinifikasi. Selain itu, komponen yang bertitik didih tinggi dan larut dalam air tidak dapat terambil oleh uap air sehingga kualitasnya rendah. Kandungan dari minyak atsiri dapat dianalisis dengan menggunakan beberapa metode seperti kromatografi gas-cair, spektrometri massa, nuclear magnetic resonance (NMR), spektrofotometri UV dan metode kolorimetri. 2.5 Cara Penjumputan Lemak Nabati Untuk mendapatkan lemak nabati, cara yang digunakan untuk genus Litsea secara umum adalah ekstraksi menggunakan pelarut. Pelarut yang paling umum digunakan adalah heksana. Sebelum diekstraksi, biji tumbuhan biasanya mendapat perlakuan terlebih dahulu, yaitu pengecilan ukuran dengan penggilingan. Selain itu, biji tumbuhan juga dipanaskan terlebih dahulu dengan tujuan mengkoagulasi protein, memecah membran sel, dan melepaskan ikatan protein dengan lemak sehingga lemak dapat diekstraksi. Biji yang sudah kering dicampurkan dengan pelarut dan didistilasi sehingga didapatkan lemak nabati. Setelah lemak nabati mentah didapatkan, proses penjumputan dilanjutkan dengan pemurnian. Pemurnian bertujuan untuk menghilangkan pengotor, seperti air, getah, waxes, karbohidrat, protein, pigmen, senyawa logam, antioksidan (tocopherols atau vitamin E), dan asam lemak bebas. Yang pertama dilakukan adalah degumming, yang lebih sering disebut penyingkiran getah berupa fosfolipid. Setelah itu, dilakukan netralisasi untuk menghilangkan asam lemak bebas yang dapat terbentuk ketika proses ekstraksi karena adanya reaksi enzimatik dari jaringan tanaman yang diekstrak. Tahapan berikutnya adalah bleaching bertujuan untuk menghilangkan pigmen warna. Selain itu, tahapan ini juga dapat menghilangkan pengotor, seperti sabun yang belum hilang di tahap netralisasi. Terkadang lemak yang dihasilkan bisa masih berbau dan berasa. Proses deodorization bertujuan untuk menghilangkan rasa dan bau yang tidak enak dari lemak. Analisis lemak biasanya dilakukan dengan analisis angka iodium dan angka penyabunan. Analisis angka asam bertujuan untuk mengetahui kandungan asam lemak bebas yang terdapat dalam lemak. Cara yang digunakan adalah dengan titrasi menggunakan basa, biasanya KOH. Semakin lama lemak disimpan, maka kemungkinan untuk teroksidasi akan semakin besar sehingga juga memperbesar nilai angka asam. Angka iodium menandakan iodium yang diabsorpsi per 100 gram lemak. Angka iodium menunjukkan kadar gugus tak jenuh di dalam lemak/minyak. Cara penentuannya adalah dengan melarutkan lemak nabati dalam kloroform dan ditambahkan iodium berlebih. Sisa iodium yang tidak bereaksi dititrasi dengan natrium tiosulfat. Angka penyabunan adalah banyaknya kalium hidroksida atau natrium hidroksida yang dibutuhkan untuk saponifikasi 1 gram lemak pada kondisi tertentu. Angka ini menunjukkan perkiraan berat molekul lemak secara kasar berdasarkan panjang rantai karbonnya. Semakin besar angka penyabunan, semakin besar kecil molekulnya. Cara penentuannya adalah dengan menggodok lemak di dalam larutan KOH berlebih dan mentitrasi sisa KOH-nya. 3. PERCOBAAN Percobaan meliputi penjumputan dan analisis minyak atsiri, serta penjumputan dan analisis lemak nabati dari pohon lemo. 3.1. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah buah, kulit batang, dan daun Litsea cubeba, silica gel, aqua dm, natrium bisulfit, es batu dan garam, asam fosfat, pelarut dietil eter P.A., kloroform, larutan iodo-bromida, kalium iodida 1 N pro analysis, natrium tiosulfat 0,1 N, larutan indikator pati, etanol 95%-v, indikator fenoftalein, kalium hidroksida 0,1 N,asam klorida 0,5 N, larutan kalium hidroksida 0,5 N di dalam etanol 95%-v. 3.2. Alat Alat-alat yang digunakan dalam percobaan adalah perangkat distilasi minyak atsiri (terdiri dari labu bundar 2L, kondensor, alat pemisah minyak dan air, heating mantle, corong pisah 100 mL), ekstraktor Soxhlet (terdiri dari labu bundar, water bath, kondensor, extraction thimble), perangkat distilasi pemisah lemak nabati dari pelarut (terdiri dari 2 labu bundar, water bath, kondensor), desikator, kapas, mortar dan alu, buret, neraca analitik, labu Cassia 100 mL berleher, gelas ukur 100 mL, pipet volum 5 mL, 10 mL, 25 mL, 50 mL, pipet ukur 10 mL dan 1 mL, filler, beaker glass 1000 mL, pipet tetes, heater, batang pengaduk, gelas kimia 100 mL, labu Erlenmeyer 100 mL dan 250 mL dengan penutup dari aluminium foil, kondensor. (a) (b) (c) Gambar 1 Rangkaian alat percobaan; (a) distilasi minyak atsiri; (b) ekstraktor Soxhlet; (c) distilasi pemisah lemak nabati dari pelarut
  • 4. B.1011.3.25/4 Prosedur kerja ekstraksi minyak atsiri dari buah, kulit batang, dan daun lemo menggunakan distilasi uap adalah buah lemo ditimbang dan kemudian diremukkan di dalam air secukupnya di mortar. Air dan buah yang diremukkan dimasukkan ke dalam labu bundar dan ditambahkan air sampai dengan setengah labu. Buah didistilasi selama 6 jam. Hasil distilasi didiamkan kira- kira 20 jam dan didistilasi lagi selama 6 jam. Minyak dan air dipisahkan dengan menggunakan corong pisah 100 mL. Percobaan dilakukan sampai mendapatkan jumlah minyak yang dibutuhkan untuk analisis, yaitu minimal 5 mL. Untuk kulit batang dan daun, bahan dikeringkan terlebih dahulu dengan menggunakan silica gel di dalam desikator. Langkah-langkah distilasi uap diulangi untuk kulit batang dan daun yang sudah dikeringkan dengan waktu 6 jam. Prosedur kerja ekstraksi lemak dengan ekstraktor Soxhlet adalah buah lemo setelah distilasi dikeringkan dalam oven pada temperatur kurang lebih 50o C. Biji dipisahkan dari daging buah dan kemudian dikupas dari kulit biji. Biji lemo tanpa kulit ditimbang dan ditumbuk lalu diekstraksi menggunakan pelarut dietil eter dengan ekstraktor Soxhlet selama 6 jam. Biji dalam thimble dibalik posisinya menggunakan batang pengaduk dan diekstraksi lagi selama 6 jam. Lemak dalam pelarut yang didapatkan di dalam labu bundar kemudian didistilasi untuk memisahkan lemak dan pelarut. Langkah yang sama dilakukan untuk mengambil lemak nabati dari daging buah lemo yang sudah dikeringkan. Metode analisis kadar aldehid minyak atsiri dari buah dan kulit batang lemo adalah metode bisulfit yang dilakukan dengan penambahan natrium bisulfit hingga didapatkan volume minyak atsiri yang tidak bereaksi dengan bisulfit. Metode analisis kadar sineol minyak atsiri daun lemo adalah dengan metode fosfat, yaitu dengan penambahan asam fosfat hingga terbentuk padatan sineol fosfat. Padatan ditambahkan eter dan disaring. Setelah itu, padatan ditambahkan air hangat untuk membebaskan kembali sineol sehingga dapat diukur kadar sineol dalam minyak. Analisis lemak nabati meliputi angka asam, angka penyabunan, dan angka iodium. Prinsip dasar analisis telah dijelaskan pada bagian 2. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Minyak Atsiri dari Buah Lemo Minyak atsiri dari buah lemo yang diperoleh berwarna kuning dan memiliki aroma seperti jeruk. Minyak ini diperoleh dengan distilasi uap buah lemo selama 2 x 6 jam. Karena metode distilasi uap menggunakan prinsip difusi yang berjalan dengan sangat lambat maka setelah buah lemo didistilasi selama 6 jam, buah dibiarkan selama kurang lebih 20 jam untuk membiarkan peristiwa difusi terjadi. Sebelum dilakukan distilasi uap, buah lemo diremukkan dengan menggunakan mortar dan alu agar minyak atsiri dapat lebih mudah keluar. Tabel 1 Yield minyak atsiri dari buah lemo No. Massa Bahan Mentah (gram) Massa Minyak Atsiri (gram) Yield Minyak (%-berat basah) 1 250,23 16,7 6,674 2 150,53 10,9 7,241 3 164,06 11,9 7,253 4 122,31 9,1 7,440 5 164,81 10,41 6,316 Dari Tabel 1, dapat dihitung yield rata-rata dengan menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 95%. Yield rata-rata minyak atsiri dari buah lemo adalah 6,985 ± 0,583 %. Berdasarkan 2 kali uji bisulfit yang dilakukan, untuk analisis kadar aldehid, didapatkan kandungan aldehid di dalam minyak atsiri dari buah lemo adalah sebesar 92% dan 90%. Jumlah sitral secara tepat memerlukan identifikasi lebih lanjut menggunakan metode kromatografi gas. Pada umumnya, yield minyak atsiri yang dikatakan besar dan berpotensi untuk diproduksi dengan skala industri adalah sebesar 2-3%. Jika dilihat dari kadar hasil percobaan, yield minyak atsiri yang dihasilkan termasuk sangat besar. Di Cina, buah lemo sudah dikembangkan secara besar-besaran hanya dengan yield sebesar 2,4-4%. Kadar minyak atsiri yang besar didukung pula oleh kadar aldehid dalam minyak atsiri yang juga besar, yaitu sebesar 90 – 92%-v. Kadar ini cukup besar apabila dibandingkan dengan yang didapatkan oleh De Jong yaitu sebesar 86%. Jika dilihat dari kadar dan kandungan sitralnya maka buah lemo dari Kawah Putih ini berpotensi untuk dikembangkan untuk industri minyak atsiri. Potensi ini didukung dengan ketersediaan buah lemo di Kawah Putih, Ciwidey cukup melimpah. Buah lemo dapat ditemukan di sepanjang jalan menuju tempat wisata Kawah Putih, dan tanaman ini dapat ditemui sepanjang tahun. 4.2 Minyak Atsiri dari Kulit Batang Lemo Selain buah, kulit batang pohon lemo juga mengandung minyak atsiri. Penjumputan minyak atsiri dari kulit batang lemo dilakukan dengan metode distilasi uap selama 6 jam. Sebelumnya telah dilakukan percobaan dengan jangka waktu distilasi yang sama seperti buah lemo, yaitu 2 x 6 jam, namun pada 6 jam kedua tidak didapatkan pertambahan minyak atsiri. Oleh karena itu, pada percobaan-percobaan selanjutnya distilasi uap dilakukan hanya 6 jam. Minyak atsiri dari kulit batang yang diperoleh berwarna kuning muda dengan wangi seperti sereh. Sebelum didistilasi, kulit batang dikeringkan dengan menggunakan silica gel dalam desikator selama kurang lebih 2 hari. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam kulit batang sehingga keadaan bahan menjadi seragam ketika didistilasi dan yield yang diperoleh mempunyai rentang yang sempit. Setelah dikeringkan, kulit batang dipotong-potong untuk membantu
  • 5. B.1011.3.25/5 penyulingan minyak atsiri. Data yield minyak atsiri dari kulit batang ada pada Tabel 2. Data-data kemudian dapat diolah lagi menjadi nilai yield rata-rata dan selang kepercayaan dengan tingkat kepercayaan 95%, yaitu sebesar 0,563 ± 0,150 %-b kering. Tabel 2 Yield minyak atsiri dari kulit batang pohon lemo No. Massa Bahan Mentah (gram) Massa Minyak Atsiri (gram) Yield minyak (%-berat kering) 1 330,61 1,85 0,560 2 323,93 2,2 0,679 3 170,98 0,88 0,515 4 328,6 1,64 0,499 Dengan metode bisulfit, didapatkan kadar aldehid sebesar 34 dan 36%. Kadar sitronelal sendiri belum bisa didapatkan karena harus menggunakan metode yang lebih spesifik lagi, yaitu metode kromatografi gas. Tanaman yang memiliki kandungan sitronelal tinggi adalah minyak serai wangi. Tanaman serai memiliki yield minyak sebesar 0,8-1% dengan kandungan sitronelal sebesar 30-45% untuk tipe Mahapengiri dan 0,4-0,6% dengan sitronelal 15% untuk tipe Lenabatu (Sri Wahyuni, 2003). Yield minyak atsiri dari kulit batang lemo relatif kecil, namun apabila dibandingkan dengan yield dari minyak serai wangi sebenarnya tidak kalah bersaing. Kandungan sitronelal antara 34-36% juga belum tentu kalah bersaing dengan minyak serai wangi karena kebutuhan kandungan sitronelal untuk kualitas ekspor minimal 35% (Anon, 1974). Kendala produksi minyak atsiri kulit batang lemo pada skala industri terdapat pada bahan baku kulit batang lemo. Pengambilan kulit batang lemo cukup sulit dilakukan dan membutuhkan waktu yang lama untuk tumbuh kembali sehingga tidak efisien apabila memproduksi minyak dari kulit batang lemo dengan skala industri. Pohon lemo harus tersedia dalam jumlah yang sangat banyak agar pabrik dapat terus beroperasi. Oleh karena itu, minyak atsiri dari kulit batang lemo kurang berpotensi untuk diproduksi dalam skala industri. 4.3 Minyak Atsiri dari Daun Lemo Sekujur pohon lemo memiliki wangi yang khas termasuk daun lemo. Minyak atsiri dari daun dijumput dengan menggunakan metode distilasi uap selama 6 jam. Seperti yang diketahui dari literatur, kandungan utama dalam minyak dari daun lemo adalah sineol yang menyebabkan minyak mempunyai wangi seperti minyak kayu putih. Minyak dari daun lemo hasil distilasi uap tidak berwarna. Sebelum didistilasi, daun lemo dikeringkan dengan menggunakan silica gel pada desikator selama kurang lebih 2 hari hingga daun menjadi kering tetapi tidak patah jika dilipat. Pengeringan dilakukan untuk mengurangi kadar air sehingga diperoleh yield yang lebih konstan dan kondisi bahan baku menjadi seragam. Setelah dikeringkan, daun lemo dipotong-potong terlebih dahulu untuk memperbesar luas permukaan daun sehingga proses penyulingan minyak atsiri lebih mudah dilakukan dan minyak atsiri yang diperoleh lebih banyak. Perolehan minyak atsiri yang didapatkan dari daun lemo ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3 Yield minyak atsiri dari daun lemo No. Massa Bahan Mentah (gram) Massa Minyak Atsiri (gram) Yield minyak (%-berat kering) 1 75,01 1,92 2,560 2 75 2,12 2,827 3 75,08 2,25 2,997 4 32,68 0,9 2,754 5 30,37 0,84 2,766 Nilai yield rata-rata yang didapat dengan tingkat kepercayaan 95% adalah 2,781 ± 0,217 %. Kadar minyak atsiri dari daun lemo ini cukup besar untuk diproduksi menjadi skala industri. Untuk dapat diproduksi secara besar, kandungan sineol dalam minyak dari daun lemo juga harus dipertimbangkan. Kandungan sineol dalam minyak daun lemo yang diperoleh dengan menggunaan metode fosfat adalah 4%. Untuk dapat diproduksi dalam skala industri, minyak tersebut harus dapat bersaing di pasar terutama dengan sumber utama penghasil sineol yaitu minyak kayu putih. Yield minyak kayu putih berada dalam rentang 0,10-1,74% dengan kandungan sineol antara 11,57-41,61% (R.Sudradjat, 1983). Jika dibandingkan dengan minyak kayu putih, minyak dari daun lemo mempunyai yield yang lebih tinggi daripada yield minyak kayu putih. Akan tetapi, kandungan sineol minyak kayu putih jauh lebih tinggi daripada kandungan sineol dalam minyak dari daun lemo. Jika ditinjau dari kedua faktor tersebut maka minyak dari daun lemo tidak akan dapat bersaing dengan minyak kayu putih di pasar karena kandungan sineol yang rendah walaupun kadar minyak atsirinya lebih tinggi. Oleh karena itu, minyak atsiri dari daun lemo kurang layak untuk diaplikasikan dalam skala industri. Hasil analisis kandungan sineol dalam minyak atsiri dari daun lemo ini mungkin kurang tepat jika ditinjau dari wangi yang seperti minyak kayu putih. Wangi minyak atsiri dari daun lemo tersebut sangat tajam sehingga kandungan sineol di dalamnya diduga lebih besar dari hasil analisis yang telah dilakukan. Berdasarkan literatur (Guenther, 2006), metode fosfat baik digunakan untuk analisis minyak yang memiliki kadar sineol rendah (< 20%) atau sangat tinggi (mendekati 100%). Metode lain adalah metode o-cresol dari Cocking yang baik digunakan untuk kadar sineol yang kurang dari 50%, dan metode Kleber dan von Rechenberg yang baik untuk analisis minyak dengan kadar sineol minimum 70%. Karena berdasarkan literatur yang didapat kadar sineol yang ada dalam minyak atsiri daun adalah lebih besar dari 30% (Heyne, 1987), maka metode analisis o- cresol dari Cocking mungkin dapat dilakukan juga sebagai perbandingan hasil analisis.
  • 6. B.1011.3.25/6 4.4 Lemak Nabati dari Lemo Lemak nabati dari lemo didapatkan dari bagian biji dan daging buah. Bagian biji yang digunakan adalah inti biji agar didapatkan lemak yang berwarna kuning. Buah beserta biji dikeringkan terlebih dahulu dalam oven dengan suhu pengeringan ±50o C. Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air pada daging buah dan biji, serta memecah membran sel agar lemak dapat lebih mudah diekstrak. Kulit biji dikupas terlebih dahulu secara konvensional menggunakan tangan. Pengeringan juga dapat membantu mempermudah pengupasan inti biji dari kulit biji karena dalam kondisi basah, inti biji melekat pada kulit biji. Lemak nabati yang didapatkan dari biji lemo berwarna kuning dan berbentuk padatan pada suhu ruang. Data yang didapatkan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Kadar dan hasil analisis lemak dari inti biji lemo Lemak I Lemak II Rata-rata Kadar (%-b kering) 51,12 50,75 50,93 Angka Asam (mg KOH/ gr lemak) 3,4 2,3 2,9 Angka Penyabunan (mg KOH/ gr lemak) 261,0 247,7 254,4 Angka Iodium (gr iodium/ 100gr lemak) 11,5 10,7 11,1 Lemak dengan kadar 50,93% termasuk sudah efisien apabila dikembangkan ke skala industri. Karena kadar lemak dalam inti biji lemo lebih besar dari 40%-b kering, pengambilan lemak nabati juga dapat dilakukan dengan metode pengempaan/pemerahan sehingga dapat menghemat waktu dan memperoleh lemak dengan kemurnian yang lebih tinggi. Akan tetapi, jumlah lemak yang diperoleh akan lebih sedikit daripada yang diperoleh dengan menggunakan metode ekstraksi karena bungkil pengempaan biasanya masih mengandung 5-10%-b lemak. Oleh karena itu, metode pengempaan mungkin dapat dikombinasikan dengan metode ekstraksi untuk memperoleh hampir seluruh lemak yang terkandung dalam biji. Angka asam menunjukkan banyaknya asam lemak bebas yang terdapat dalam lemak. Lemak I memiliki angka asam yang lebih besar dari lemak II karena waktu penyimpanan lemak I yang lebih lama sebelum dilakukan uji angka asam sehingga lemak terdeteriorasi dan terbentuk asam lemak bebas dalam jumlah yang lebih banyak daripada. Angka asam yang tinggi juga disebabkan oleh penyimpanan yang kurang baik. Angka penyabunan untuk trilaurin adalah sebesar 263,8 mgKOH/g lemak sedangkan angka penyabunan untuk dilauro miristin adalah sebesar 242,51 mgKOH/g lemak. Angka penyabunan dari lemak inti biji lemo berada di antara angka penyabunan trilaurin dan dilauro miristin, sehingga dapat diketahui bahwa komponen utama penyusun lemak biji lemo adalah asam laurat dan sedikit asam miristat. Angka iodium menunjukkan tingkat ketidakjenuhan lemak. Lemak dari inti biji lemo mempunyai angka iodium yang cukup rendah yaitu 11,1 yang berarti lemak ini cukup jenuh dan mempunyai panjang rantai karbon yang pendek sampai sedang. Angka iodium lemak inti biji lemo ini cukup mirip dengan angka iodium minyak kelapa yang berada dalam rentang 6,3- 10,6 gr iodium/100 gr minyak (Dayrit, dkk., 2007). Oleh karena itu, komposisi asam lemak dalam inti biji lemo mungkin mirip dengan minyak kelapa dimana terdapat asam laurat dengan kadar 48%-b, asam miristat dengan kadar 16%-b dan asam-asam lemak lain seperti asam kaprilat, asam kaprat, asam palmitat, asam stearat, asam oleat dan asam linoleat dengan kadar yang rendah (lipidlibrary.aocs.org). Minyak yang dihasilkan dari daging buah lemo berwarna gelap (relatif hitam) dan berwujud cair pada temperatur ruang. Kadar dan karakteristik minyak dari daging buah lemo ditunjukkan Tabel 5. Tabel 5 Kadar dan karakteristik minyak daging buah lemo Minyak I Minyak II Rata-rata Kadar (%-b kering) 49,63 48,19 48,91 Angka Asam (mg KOH/ gr minyak) 16,8 7,2 12,0 Angka Penyabunan (mg KOH/ gr minyak) 179,3 178,0 178,7 Angka Iodium (gr iodium/ 100gr minyak) 108,45 128,11 118,3 Minyak dengan kadar 48,91% sudah cukup layak untuk dikembangkan dalam skala industri. Akan tetapi, minyak daging buah lemo ini berwarna gelap yang mungkin disebabkan adanya pengotor-pengotor organik seperti pigmen yang ikut terlarut dalam pelarut saat ekstraksi dilakukan. Oleh karena itu, untuk penggunaan dalam industri, minyak dari daging buah lemo ini harus dimuluskan terlebih dahulu untuk menghilangkan pigmen dan pengotor-pengotor lain yang mungkin terdapat dalam lemak. Akan tetapi, karena kadar minyak nabati dalam daging buah lemo cukup besar (lebih dari 40%-b kering), maka pengambilan lemak nabati dapat dilakukan dengan metode pengempaan. Dengan metode pengempaan, pigmen tidak akan terbawa dalam minyak sehingga akan diperoleh minyak dengan warna yang lebih cerah, yaitu kuning. Angka asam minyak I lebih besar daripada angka asam minyak II karena minyak I sudah disimpan lebih lama daripada minyak II ketika analisis angka asam dilakukan sehingga minyak I sudah terdeteriorasi. Selain itu, minyak I juga disimpan dengan kurang baik, sering terpapar udara bebas sehingga minyak I telah teroksidasi dan kandungan asam lemak bebas dalam minyak I menjadi cukup tinggi dibandingkan dengan kandungan asam lemak bebas dalam lemak II. Angka iodium minyak dari daging buah lemo yang cukup besar menunjukkan minyak dari buah lemo ini
  • 7. B.1011.3.25/7 mempunyai tingkat ketidakjenuhan yang cukup tinggi. Jika dilihat dari angka iodium hasil analisis, angka iodium minyak daging buah lemo mempunyai rentang yang cukup mirip dengan angka iodium minyak jagung, dimana angka iodium minyak jagung adalah 103-128 mg KOH/ gram minyak. Oleh karena itu, minyak daging buah lemo mungkin mengandung asam lemak tak jenuh dengan kadar cukup tinggi seperti yang dimiliki minyak jagung yaitu asam palmitat sebesar 11,1-12,8%, asam oleat sebesar 22,6-36,1%, asam linoleat sebesar 49- 61,9% dan sedikit asam laurat, asam stearat dan asam linolenat (Nur Richana, 2007). Angka penyabunan menunjukkan berat molekul rata- rata minyak. Jika dilihat dari Tabel 4.5, angka penyabunan minyak dari daging buah lemo adalah 178,7 mg KOH/ gr minyak. Angka penyabunan lebih kecil daripada angka penyabunan lemak dari inti biji lemo yang kaya asam laurat. Angka penyabunan minyak yang lebih kecil menunjukkan minyak mempunyai berat molekul yang lebih besar. Oleh karena itu, komponen utama penyusun minyak dari daging buah lemo seharusnya merupakan asam lemak dengan jumlah rantai karbon yang lebih panjang daripada asam laurat. Dari hasil analisis angka iodium dan angka penyabunan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan komponen utama penyusun minyak daging buah lemo adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang. Gambar-gambar minyak atsiri dan lemak nabati dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3. (a) (b) (c) Gambar 2 Minyak atsiri dari bagian-bagian pohon lemo; (a) buah lemo; (b) kulit batang lemo; (c) daun lemo (a) (b) Gambar 3 Lemak nabati dari bagian buah lemo; (a) inti biji lemo; (b) daging buah lemo 4.5 Kelayakan Pohon Lemo untuk Skala Industri Buah lemo dapat menghasilkan minyak atsiri dan lemak nabati. Keduanya dapat diproduksi tanpa mengganggu proses satu sama lain sehingga buah lemo yang telah diambil minyak atsirinya masih dapat dimanfaatkan lagi untuk diambil lemak nabati. Hal ini mungkin dapat dimanfaatkan ketika buah lemo ingin digunakan untuk produksi minyak atsiri maupun lemak nabati pada skala industri sehingga keuntungan yang diperoleh dapat lebih maksimal. Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, 250,23 gram buah segar setelah dikeringkan dengan oven pada suhu ±50o C dapat menghasilkan 14,32 gram inti biji, 12,22 gram kulit biji, dan 14,73 gram daging buah. Dari 250,23 gram buah segar tersebut dapat dihasilkan minyak atsiri sebanyak 16,7 gram (6,67%-berat basah), lemak nabati inti biji lemo sebanyak 7,32 gram (2,93%- berat basah buah segar), dan lemak nabati daging buah lemo sebanyak 8,34 gram (3,33%-berat basah buah segar). Apabila dilihat besar kadar minyak atsiri dan lemak nabati yang dapat dihasilkan, buah lemo memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan dalam skala yang lebih besar yang didukung pula oleh ketersediaan buah lemo yang cukup melimpah di daerah Kawah Putih. Apabila dilihat dari ketiga bagian sumber bahan baku minyak, sejauh ini yang paling mungkin untuk dikembangkan adalah buah lemo. Selama penelitian dilakukan, kendala yang cukup berarti hanya transportasi untuk pengambilan bahan baku dari Kawah Putih. Oleh karena itu, apabila industri minyak atsiri dan lemak nabati dari buah lemo ingin dikembangkan maka sebaiknya pabrik didirikan di daerah yang dekat dengan bahan baku sehingga penyediaan bahan baku dapat dilakukan dengan mudah. 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Kadar minyak atsiri dari buah lemo adalah 6,985±0,583%-b, dan kadar aldehid yang didapatkan dari 2 kali percobaan adalah 90 dan 92%-v. 2. Kadar minyak atsiri dari kulit batang lemo adalah 0,563±0,150%-b kering, dan kadar aldehid yang didapatkan dari dua kali percobaan adalah 34 dan 36%-v. 3. Kadar minyak atsiri dari daun lemo adalah 2,781 ± 0,217%-b kering dengan kandungan sineol 4%. 4. Kadar lemak nabati dari inti biji lemo adalah 50,94%-b kering dengan angka asam sebesar 2,3 mg KOH/gram lemak, angka penyabunan 254,4 mg KOH/gram lemak, dan angka iodium 11,1 gr iodium/100 gr lemak. Komponen utama lemak nabati dari inti biji lemo adalah asam laurat. 5. Kadar minyak dari daging buah lemo adalah 48,91%-b kering dengan angka asam sebesar 12,0 mg KOH/gram lemak, angka penyabunan 178,7 mg KOH/ gram lemak, dan angka iodium 118,3 gr iodium/100 gr lemak. Komponen utama minyak dari daging buah lemo adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang. 6. Berdasarkan kadar minyak atsiri dan lemak nabati dari buah lemo, serta kadar aldehid dalam minyak dan karakteristik lemak nabati, produksi minyak atsiri dan lemak nabati dari buah lemo layak untuk dikembangkan dengan skala industri. 7. Minyak atsiri dari kulit batang kurang layak untuk diproduksi dalam skala industri karena ketersediaan bahan baku yang masih sulit untuk didapatkan apabila industri ingin dibangun dalam jangka waktu panjang.
  • 8. B.1011.3.25/8 8. Minyak atsiri dari daun lemo kurang layak untuk diproduksi dalam skala industri karena kandungan sineolnya yang sangat rendah jika dibandingkan dengan sumber utama sineol lainnya. 5.2 Saran 1. Pengujian kandungan komponen dalam minyak atsiri sebaiknya dilakukan lebih lanjut menggunakan gas kromatografi agar diketahui secara pasti komposisi dari masing-masing komponen penyusunnya. 2. Analisis kandungan sineol dalam minyak atsiri dari daun lemo sebaiknya dilakukan juga dengan metode lain untuk dijadikan perbandingan, seperti metode o- cresol dari Cocking. 3. Pemisahan inti biji dari daging buah dan kulit biji sebaiknya dilakukan dengan metode yang lebih baik, misalnya dengan menggunakan alat atau mesin tertentu, tidak dengan metode konvensional yang dilakukan dalam penelitian ini sehingga dapat dilakukan penghematan waktu untuk melakukan pemisahan ini. 4. Pengambilan minyak nabati dari daging buah lemo sebaiknya menggunakan metode pemerahan agar diperoleh minyak yang lebih murni tanpa pigmen yang ikut terbawa atau dengan kombinasi pemerahan dan ekstraksi tetapi minyak harus dimuluskan terlebih dahulu. 5. Minyak dari daging buah lemo sebaiknya di- bleaching terlebih dahulu sebelum dilakukan analisis angka penyabunan dan angka iodium agar titik akhir titrasi lebih mudah diidentifikasi. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Tatang Hernas Soerawidjaja selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan memberikan banyak masukan. Terima kasih kepada Program Studi Teknik Kimia ITB yang telah membantu dalam penyediaan sarana dan prasarana penelitian, Ferric Christian, Albert, Wisnu Nugroho yang telah membantu dalam pengambilan bahan baku penelitian di Kawah Putih, Ciwidey. LITERATUR [1] Azah, M. A. N.; Susiarti, S. “Litsea cubeba (Lour.) Persoon”, Essential-oil plants. Plant Resources of South-East Asia. 19: 123-126. 1999. [2] Child, Reginald and Nathanael, W. R. N. Seed Fat of Litsea longifolia Bth. & Hk. J. Am. Chem. Soc. 64: 1079-81 (1942); lihat Chem. Abstracts. Vol. 36. Abstr. No. 39774 . (1942). [3] Child, Reginald, and Nathanael, W. R. N. (1942), “The Seed Fat of Litsea longifolia Bth. & Hk”, J. Am. Chem. Soc. 64, 1079-1081. [4] Forestry Department. “Litsea cubeba Oil. Flavours and Fragrances of Plant Origin”, Chapter 7. (http://www.fao.org/docrep/V5350E/V5350e09.htm , diakses 24 Juli 2001). [5] Dunford, Nurhan Turgut. “Bailey’s Industrial Oil and Fat Products”. John Wiley and Sons, Inc. (2010). [6] Forestry Department. “Litsea cubeba Oil. Flavours and Fragrances of Plant Origin”, Chapter 7. (http://www.fao.org/docrep/V5350E/V5350e09.htm , diakses 24 Juli 2001). [7] Guenther, Ernest. (2006). Minyak Atsiri. Jilid 1. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. [8] Gunde, B. G., Hilditch, T. P. (1938), The Seed and Fruit-coat Fats of Neoletsia involucrata. J. Chem. Soc. 305, 1610-1640. [9] Hata, Tynta. “Seed Oils of Formosan Plants. XVI. Seed Oilof Litsea cubeba Pers. J. Chem Soc. Japan. 60: 122-5 (1939); lihat Chem. Abstracts. Vol. 34. No. 26257 . (1940). [10]Heyne, K. (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia, Vol.II. Balai Kehutanan Indonesia, 1432. [11]Jingping, W., et al. “Fatty Acid Composition in The Seed Oils of Litsea Species”. Zhiwu Xuebao. 25(3): 245-9 (1983); lihat Chem. Abstracts. Vol. 99. Abstr. No. 155277p . (1983). [12]Kato, Ryo. “Essential Oil of Litsea cubeba. II. Constituents of the Volatile Oil from the Leaf of Litsea cubeba”. J. Chem. Soc. Japan, Ind. Chem. Sect. 54: 465-6 (1951); lihat Chem. Abstracts. Vol. 33. Abstr. No. 18783 . (1939). [13]Kato, Ryo. “Essential Oil of Litsea cubeba. III. Constituents of the Volatile Oil from the Trunk of Litsea cubeba”. J. Chem. Soc. Japan, Ind. Chem. Sect. 54: 517-19 (1951); lihat Chem. Abstracts. Vol. 37. Abstr. No. 6610i . (1953). [14]McCoy, Robert J. (1994). “Nonfood Uses of Lauric Oils”. Proceedings of The World Conference on Lauric Oils : Sources, Processing, and Applications. [15]Miyamichi, E.; Nomura, S. “Seed Oil of Lauraceae. I. Fatty Acids from The Seed Oil of Litsea japonica”. J. Pharm. Soc. Japan. 73: 169-70 (1953): lihat Chem. Abstracts. Vol. 47. Abstr. No. 6156d . (1953). [16]Nulhakim, Lukman, dkk. “Abstrak Hasil Penelitian Hasil Hutan Bukan Kayu Edisi I”. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor. (2005). [17]Richana, Nur, dan Suarni. "Teknologi Pengolahan Jagung". Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros. (2007). [18]Sood, V.K. (1966). “Essential Oil from the Berries of Litsea citrata and its Constituents”. P. & E.O.R, May 1966, 285-286. [19]Van Hulssen, C.J., Koolhaas, D. R. (1940), “The Essential Oils from Litsea cubeba Pers”. Rec. Trav. Chim. Pays-Bas, 59, 105-110. [20]Wahyuni, Sri, dkk. “Status Pemuliaan Tanaman Serai Wangi (Andropogon nardus L.)”. Perkembangan Teknologi TRO Vol. XV, No. 2. (2003). [21] http://lipidlibrary.aocs.org/market/lauric.htm, tanggal akses 20 Mei 2012.