Dokumen tersebut membahas lima masalah ekonomi makro yaitu pengangguran, pertumbuhan ekonomi, ketidakstabilan ekonomi, inflasi, dan ketimpangan neraca pembayaran beserta penyebab dan cara mengatasinya.
1. MASALAH- MASALAH EKONOMI
MAKRO BESERTA SOLUSINYA
NAMA : ADE LILIS
NIM : 221110003
KELAS : A1 EKONOMI PEMBANGUNAN
MATKUL : EKONOMI MAKRO
DOSEN PENGAMPUH : I KETUT PATRA, SE,M.Si
2. Lima permasalahan ekonomi makro yaitu
Pengangguran,Permasalahan Pertumbuhan Ekonomi,Tidak
stabilnya Kegiatan Ekonomi, Inflasi Dan Ketimpangan Neraca
Pembayaran.
1. Pengangguran
Pengangguran terjadi karena ada kesenjangan antara penyediaan lapangan kerja
dengan jumlah tenaga kerja yang mencari pekerjaan. Pengangguran juga disebabkan
oleh kesenjangan informasi dan keahlian yang dimiliki.
Contoh :
• Orang yang belum pernah bekerja dan berusaha untuk mendapatkan pekerjaan.
• Orang yang sudah pernah bekerja namun diberhentikan serta sedang dalam
proses mencari pekerjaan.
Cara mengatasi pengangguran: Rustan dalam buku Pusaran Pembangunan Ekonomi
(2019) menuliskan jika secara umum pengangguran dapat diatasi dengan beberapa
cara sebagai berikut:
-Mengadakan pelatihan tenaga kerja
-Menambah lapangan pekerjaan Meningkatkan daya beli masyarakat
-Memberi informasi secepat mungkin apabila lowongan kerja tersedia
-Membuka proyek umum oleh pemerintah, seperti pembangunan jembatan, dan
lainnya
3. 2. Permasalahan pertumbuhan ekonomi
Permasalahan pertumbuhan ekonomi Umumnya permasalahan ekonomi yang utama
yaitu pembagian pendapatan nasional yang tidak merata. Nilai Gross Domestic
Product (GDP) tidak bisa dijadikan patokan tentang miskin atau kaya sebuah negara.
Cara mengatasi permasalahan pertumbuhan ekonomi: Pertumbuhan ekonomi
mengacu pada tingkat produksi barang dan jasa di masyarakat. Cara mengatasi
permasalahan pertumbuhan ekonomi adalah dengan mengendalikan pertumbuhan
penduduk, meningkatkan teknologi yang tepat guna, serta meningkatkan jumlah
produksi barang dan jasa.
Ketidaksiapan dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0 Dalam menghadapi Revolusi
Industri 4.0, dibutuhkan perencanaan yang matang, termasuk penyusunan skala
prioritas. Minimnya perencanaan infrastruktur dasar industri, yakni Internet of Things
(IoT), dan mitigasi tenaga kerja, juga memengaruhi masalah ekonomi di Indonesia.
4. 3.Terjadinya Krisis Nilai Tukar Uang Terhadap Utang Luar Negeri
• Seperti yang kamu tahu bahwa Indonesia memiliki permasalahan ekonomi makro.
Salah satunya bentuk utang ke luar negeri. Nah, ketika terjadi
permasalahan ekonomi makro, maka bisa menimbulkan krisis nilai tukar, dimana
devisa negara akan mendapatkan dampak terburuk.
• Devisa negara salah satu sektor yang akan mendapatkan dampak terburuknya.
Selain itu juga, dampak ini juga akan dirasakan oleh investor maupun perusahaan
yang memiliki kerjasama luar negeri atau menjalankan kerjasama ekspor impor
penjualan. Tentu saja mereka akan mengalami masalah yang sangat serius.
• Tidak perlu jauh-jauh, contoh sederhana perusahaan yang ada di Indonesia
mendapatkan suntikan dana dari pihak luar. Ketika terjadi permasalahan ekonomi
makro, maka suntikan dana yang sudah diberikan akan ditarik atau dikembalikan.
Jika suntikan sedikit mungkin tidak masalah, bagaimana jika nominalnya banyak?
Tentu saja ini bisa berdampak langsung terhadap keberlangsungan perusahaan
sekaligus anak karyawannya.
• Belum lagi masalah utang di luar negeri. Tidak hanya utang negara, perusahaan
yang memiliki utang di luar negeri pun akan mendapatkan dampak. Dimana
hutang tersebut tidak mendapatkan perlindungan dari negara. Dampak buruknya,
dapat menimbulkan pembengkakan utang dalam sekali waktu saja.
5. 4. Inflasi
Inflasi merupakan naiknya harga komoditas yang disebabkan oleh tidak seimbangnya
pengadaan komoditas dengan tingkat pendapatan masyarakat.
Cara mengatasi inflasi: Dalam buku Pengantar Ekonomi Makro Kontemporer (2021)
karya Ichsannudin dan Hery Purnomo, disebutkan bahwa ada dua cara untuk
mengatasi inflasi, yakni dengan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Kebijakan
moneter dilakukan dengan menambah atau mengurangi jumlah peredaran uang.
Contohnya penerapan kebijakan suku bunga dan kebijakan operasi pasar terbuka.
Sementara itu, kebijakan fiskal dilakukan dengan memengaruhi penerimaan serta
pengeluaran pemerintah. Contohnya menghemat pengeluaran pemerintah,
melakukan pinjaman, dan menaikkan tarif pajak.
6. • Inflasi pada tahun 2020 saat pandemi Covid-19
Menyadur laman resmi Kementerian Keuangan yang datanya telah diriset oleh Badan
Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi pada
tahun 2020 sebesar -2,07 persen.
Pada saat itu, pengaruh dari pandemi Covid-19 berperan sangat besar. Hal ini
disebabkan oleh adanya peraturan tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB),
sehingga menimbulkan lockdown kepada beberapa kota bertujuan memutuskan mata
rantai penyebaran Covid-19.
Peraturan ini menyebabkan meningkatnya penurunan perekonomian, seperti
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karena perusahaan tidak dapat membayarkan upah
yang seharusnya. Tidak hanya itu, penurunan ini banyak yang menyebabkan
perusahaan memutuskan untuk gulung tikar atau bangkrut.
Sebetulnya, laju inflasi 2020 sebetulnya sebagian besar disebabkan karena makanan,
minuman, hingga tembakau dengan andil sebesar 0,19%. Tidak hanya itu, tingkat
inflasi dari sektor lainnya mencapai 3,63%.
Lalu, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya memiliki andil terhadap
keseluruhan inflasi sebesar 0,35% dengan tingkat inflasi sebesar 5,8%.
7. 5. Ketimpangan neraca pembayaran
Ketimpangan neraca pembayaran Ketimpangan neraca pembayaran merupakan
kesenjangan antara jumlah perolehan ekspor dengan pembayaran untuk impor.
Apabila biaya impor terlalu besar, devisa akan berkurang, nilai tukar uang bisa
menurun, serta industri nasional berbasis impor akan mati. Sedangkan jika nilai ekspor
terlalu besar, mata uang lokal akan menguat terhadap mata uang luar negeri.
Dampaknya nilai impor akan naik sehingga membuat industri berbasis bahan baku
dalam negeri menjadi mati.
Cara mengatasi ketimpangan neraca pembayaran: Cara yang dapat dilakukan untuk
mengatasinya adalah dengan menjaga nilai ekspor dan impor agar seimbang. Nilai
ekspor tidak boleh lebih tinggi dibanding nilai impor. Begitu pula nilai impor yang
harus tetap terkendali dan tidak boleh lebih tinggi dibanding ekspor.
-DEVISA DIBELI
-DEVISA DIJUAL
8. Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II 2022 mencatat surplus yang
menopang terjaganya ketahanan eksternal.
Pada triwulan II 2022, NPI mencatat surplus 2,4 miliar dolar AS, setelah mengalami
defisit 1,8 miliar dolar AS pada triwulan sebelumnya. Peningkatan kinerja NPI tersebut
didukung oleh surplus transaksi berjalan yang meningkat dan perbaikan defisit
transaksi modal dan finansial. Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa
pada akhir Juni 2022 mencapai 136,4 miliar dolar AS, setara dengan pembiayaan 6,4
bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas
standar kecukupan internasional.
9. • KRISIS EKONOMI CARA MENGATASINYA
DENGAN MENINGKATKAN EKSPOR DAN
MENGURANGI IMPOR.