Komunikasi massa adalah proses penyampaian pesan kepada khalayak yang luas, u...
Ulasan Bank of Japan - Kebanksentralan
1. R A F I K A A D I L L A ( 2 0 1 5 1 1 1 1 0 8 0 )
U C H A F I N D R I A N A N A S U T I O N ( 2 0 1 5 1 1 1 1 0 8 2 )
FAT I K A N U R Y U N I TA S A R I ( 2 0 1 5 1 1 1 1 0 8 3 )
E LY S I A A P R I L I A ( 2 0 1 5 1 1 1 1 0 8 6 )
A N I TA R E G I TA K U S U M A N I N G R U M ( 2 0 1 5 1 1 1 1 1 2 1 )
T R I A J E N G T I L A P U T R I ( 2 0 1 5 1 1 1 1 1 5 7 )
Dosen : Pak
Suseno
Manajemen 2.08
2. PROFILE BANK OF JAPAN
• Nama : Bank of Japan (日本銀行 Nihon
Ginkō?, BOJ)
• Kantor Pusat : Tokyo, Jepang
• Didirikan : 1882
• Gubernur : Haruhiko Kuroda (9 April 2013 – 8 April 2018)
• Mata Uang : Yen
• Kode Mata Uang (ISO 4217) : JPY
• Suku Bunga Dasar (Basic Loan Rate) : 0.30% (since December 19, 2008)
• GDP : 4,939 triliun USD (2016)
• GDP per kapita : 38.894,47 USD (2016)
• Jumlah Penduduk : 127 juta (2016)
• Monetary Base : 474,260 billion yen (October 3, 2017)
• Situs Web : www.boj.or.jp
• Pertemuan : Sekali atau dua kali dalam sebulan (30 - 31
Oktober)
3. SEJARAH
Didirikan setelah Restorasi Meiji. Sebelum restorasi, kaum Feodal Jepang
menginginkan sebuah lembaga yang bernama Hansatsu, sebagai sebuah lembaga kesatuan
dari berbagai denominasi yang bertentangan satu sama lain di Jepang, tapi melalui UU Mata
Uang Baru dari masa Meiji 4 (tahun 1871) menjadikan Yen sebagai mata uang dengan angka
Desimal. Pada tahun 1882 BoJ didirikan untuk mengakhiri dualisme pencetakan uang pada
masa itu dan memberikan hal eksklusif kepada BoJ untuk mengatur peredaran uang.
Bank of Japan mencetak mata uang kertas pertama kali pada masa Meiji 18 (tahun
1885). Pada tahun 1897 Jepang mulai menggunakan standar emas dan tahun 1899 uang
kertas mulai diperkenalkan di Jepang.
Bank of Japan terus menjalankan tugasnya hingga berhenti sementara karena Perang
Dunia II. Aliansi Sekutu meminta kepeda pemerintah Jepang agar nilai mata uang Yen dibuat
secara independen. Meskipun pada tahun 1997 UU BoJ menjunjung tinggi nilai independensi
mata uang, tapi tetap saja datang banyak kritik bahwa mata uang Yen belum sepenuhnya
independen. Beberapa tingkat ketergantungan terhadap UU tersebut, terdapat dalam artikel 4
yang berbunyi :
"Fakta bahwa mata uang dan Pengawasan Moneter adalah sebuah komponen dari
Kebijakan Ekonomi secara keseluruhan, Bank of Japan sewaktu-waktu dapat menutup segala
kerjasama dengan pemerintah dan pertukaran mata uang dilakukan seperti biasa, jadi nilai
mata uang dan pengawasan moneter adalah fungsi dasar dari kebijakan ekonomi pemerintah
dan dapat berjalan secara harmonis."
4. FUNGSI
1. Mendukung harga dan
stabilitas keuangan dari
Jepang.
2. Mencegah peningkatan nilai
mata uang nasional karena
ketergantungan ekspor negara.
5. TUGAS BANK SENTRAL
Pendirian BoJ mempunyai misi dan tugas utama sebagai berikut :
1. Mencetak mata uang Yen dan mengatur serta mengawasi peredarannya.
2. Menjamin kestabilan sistem keuangan di Jepang dan memberikan jasa settlement
3. Menerapkan kebijakan moneter yang diperlukan untuk memperbaiki perekonomian
Jepang
4. Mengatur portofolio kekayaan negara (cadangan emas, valuta asing dan lainnya) dan
efek pemerintah.
5. Ikut serta dalam kegiatan internasional
6. Mengumpulkan berbagai data ekonomi dan mengadakan penelitian serta analisa.
FOKUS UTAMA : inflasi
7. FAKTA UNIK
Jepang
mempunyai cara
sendiri dalam
menangani mata
uang mereka
Instrumen
kebijakan moneter
Dewan kebijakan
moneter
Independensi
Intervensi mata
uang Yen dengan
menerapkan
kebijakan
Quantitative Easing
10. PERKEMBANGAN
BERITA 1 :
EKONOMI JEPANG: Inflasi Mulai Naik Meski Jauh di Bawah Target
Sumber : Finansial Bisnis (29/09/2017)
Bisnis.com, JAKARTA – Indeks harga konsumen Jepang mencatatkan kenaikan terbesar dalam lebih dari dua tahun sekaligus,
penguatan untuk bulan kedelapan pada Agustus 2017. Namun angkanya masih jauh di bawah target.
Meskipun mengalami perkembangan, tingkat inflasi Jepang masih mencapai kurang dari separuh target bank sentral negara tersebut, saat
pasar tenaga kerja berada pada kondisi paling ketat dalam beberapa dekade.
Indeks harga konsumen inti, selain makanan segar, naik 0,7% pada Agustus dibandingkan dengan setahun sebelumnya. Angka ini sejalan
dengan prediksi untuk kenaikan yang sama.
Sementara itu, produksi industri meningkat 2,1% pada Agustus setelah turun 0,8% pada Juli, sedangkan tingkat pengangguran tetap berada
posisi 2,8% dan belanja rumah tangga naik 0,6% dibandingkan dengan setahun sebelumnya.
Jumlah tenaga kerja meningkat dan ukuran ekonomi telah berekspansi lebih dari 10% dengan arah menuju pertumbuhan untuk kuartal
berturut-turut.
Namun, hal positif tersebut sebagian besar disebabkan oleh stimulus fiskal dan moneter, yang telah mendorong utang sekaligus
membengkakkan neraca bank sentral. Dan seperti halnya banyak negara lain, inflasi terlihat lesu dan tingkat upah tidak sejalan dengan kenaikan produk
domestik bruto.
“Peningkatan pada inflasi Jepang, rebound dalam belanja rumah tangga, dan terus ketatnya pasar tenaga kerja pada bulan Agustus
menunjukkan perbaikan ekonomi yang kukuh,” ujar Ekonom Bloomberg Intelligence, Yuki Masujima, seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (29/9/2017).
“Tingkat inflasi mengarah menuju 1% pada bulan Oktober, tapi untuk lebih tinggi dari itu sepertinya penuh tantangan, apalagi agar
2%,” lanjut Masujima.
Menurutnya, jika Perdana Menteri Shinzo Abe memenangkan pemilihan, rencananya untuk menyalurkan lebih banyak sumber daya publik
dalam pendidikan dan fasilitas childcare akan menjadi hal positif untuk konsumsi.
11. BERITA 2 :
Ada Pertentangan Dalam Rapat Kebijakan BoJ September 2017
Sumber : Seputar Forex (21/09/2017)
Seputarforex.com - Bank Sentral Jepang (BoJ) tidak mengubah kebijakan moneternya hari Kamis (21/Sep) ini. Meski
demikian, muncul satu nama baru dari jajaran Dewan BoJ yang memiliki pandangan serius bahwa kebijakan saat ini masih belum
cukup untuk mendorong inflasi menuju target 2 persen.
Pejabat Ini Tak Yakin Inflasi Bakal Naik Jika Kebijakan BoJ Begini-Begini Saja
Goushi Kataoka, nama pejabat BoJ yang baru bergabung dalam dewan bank sentral pada bulan Juli lalu, menjadi satu
suara vokal dalam perolehan suara 8:1 dalam penentuan kebijakan moneter. Kataoka memberikan suara kontra karena
tingkat suku bunga Jepang dan pelonggaran stimulus saat ini masih kurang.
"Mengingat kelebihan kapasitas suplai yang masih tersisa di bursa modal dan pasar tenaga kerja, perolehan kebijakan
moneter longgar dari yield curve control (YCC) belum cukup untuk mencapai target inflasi 2 persen pada tahun fiskal 2019,"
demikian nada skeptis dari Kataoka setelah pengumuman kebijakan moneter hari ini.
Mantan ekonom tersebut bukan bermaksud agar BoJ menambah rendah suku bunga, melainkan ragu akan akselerasi
inflasi dapat mencapai dua persen, sehingga BoJ seharusnya lebih memikirkan bagaimana caranya untuk menaikkan inflasi
konsumen yang saat ini tak beranjak jauh dari kisaran 0.5 persen.
Kataoka bukan satu-satunya anggota baru dalam Dewan Pengambil Keputusan di BoJ. Ada pula mantan bankir, Hitoshi
Suzuki yang masing menggantikan Takahide Kiuchi dan Takehiro Sato, yang mana dua orang mantan tersebut dikenal kontra akan
kebijakan Gubernur Kuroda.
Yen Tambah Pelemahan Terhadap Dolar
Sesuai dengan ekspektasi, BoJ mempertahankan tingkat suku bunga jangka pendek di level minus 0.1 persen dan yield
obligasi 10-tahunan dipertahankan pada level nol persen di bawah kendali kebijakan Yield Curve Control (YCC).
BoJ masih berkutat pada kebijakan pelonggaran kuantitatif untuk tetap membeli obligasi sebanyak 80 triliun Yen,
bertolak belakang dengan The Fed AS yang mulai menerapkan normalisasi kebijakan dengan memangkas balance-sheet nya
bulan Oktober depan.
Menyusul laporan ini, Yen Jepang melanjutkan pelemahannya terhadap Dolar AS, dengan USD/JPY yang naik 0.23
ke kisaran 112.50, tertinggi sejak tanggal 18 Juli.
12. BERITA 3 :
Suara Dewan BoJ Terpecah Soal Keluar Dari QE
Sumber : Seputar Forex (25/07/2017)
Seputarforex.com - Para pembuat kebijakan di Bank Sentral Jepang (BoJ) memperdebatkan
banyak informasi yang patut untuk diungkap oleh bank sentral tersebut, terkait kemungkinan untuk keluar
kebijakan moneter longgar. Hal tersebut tertulis dalam notulen rapat BoJ untuk rapat yang telah digelar
tanggal 15-16 Juni 2017, yang diterbitkan pada hari Selasa (25/Jul) pagi tadi.
Perdebatan Tentang Pengungkapan Exit QE
Sebagian anggota mengatakan bahwa BoJ perlu memberikan penjelasan yang jelas tentang
bagaimana mereka akan mengatur kebijakan, serta apa dampaknya terhadap keuangan bank sentral, papar
notulen tersebut.
Akan tetapi, sejumlah anggota lainnya mengingatkan bahwa Jepang masih jauh dari target inflasi 2
persen. Selain itu, mengungkapkan informasi mengenai niat untuk mengakhiri kebijakan moneter longgar
yang terlalu cepat dapat menimbulkan gejolak di pasar. Para anggota dewan BoJ tersebut juga mengatakan,
penting bagi BoJ untuk melanjutkan analisis internal mereka mengenai perhitungan kapan waktu yang tepat
untuk exit dari pelonggaran kuantitatif (QE).
Dalam rapat tersebut, BoJ mempertahankan kebijakan moneternya dan meng-upgrade
mengenai sektor Private Consumption untuk pertama kalinya dalam enam bulan. Sayangnya, dalam rapat
kebijakan moneter yang terbaru, yakni yang digelar pada tanggal 19-20 Juli minggu lalu, BoJ justru
mengundurkan waktu pencapaian target inflasinya.
Beberapa saat setelah notulen rapat ini ditulis, Yen Jepang sempat melemah terhadap Dolar AS.
Namun siang ini, Yen kembali menekan Dolar, dengan USD/JPY yang diperdagangkan di 111.02, dari
sebelumnya di posisi 111.32. Perhatian pasar saat ini tertuju pada The Fed, yang akan mengumumkan hasil
rapatnya pada Kamis dini hari lusa.
13. PERTUMBUHAN EKONOMI
Hasil Survei Tunjukkan Optimisme Ekonomi Jepang
Sumber : VOA Indonesia (02/10/2017)
Survei 'tankan' triwulan bank sentral Jepang, Bank of Japan menunjukkan prospek membaik bagi
negara dengan ekonomi terbesar ketiga di dunia itu.
Hasil survei yang dirilis hari Senin (2/10) mengindikasikan semakin berkurangnya kapasitas pabrik
yang bisa mendorong investasi manufaktur untuk membantu mendorong pertumbuhan.
Para pengusaha manufaktur besar di Jepang juga lebih yakin terhadap kondisi bisnis di negara ini
dibandingkan sebelumnya selama sepuluh tahun terakhir karena kenaikan permintaan dunia akan
mendorong momentum perbaikan ekonomi,kantor berita Reuters dalam laporannya mengenai survei
‘tankan’.
Namun kalangan ekonom mengatakan prospek jangka panjang kurang optimis, dan
secara keseluruhan tampaknya akan tetap stabil seperti sekarang tetapi tidak bersemangat.
Survei lain, indeks manajer pembelian Nikkei, menunjukkan hasil produksi pabrik dan pemesanan
baru meningkat. Lowongan kerja juga diperluas, tetapi pada kecepatan yang lebih lambat, demikian juga
harga-harga untuk input manufaktur.
Bulan lalu, Jepang menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi untuk April sampai Juni ke
tahunan sebesar 2,5 persen, turun dari 4,0 persen yang dilaporkan sebelumnya. [ka]