1. Kaidah fiqih "ibadah fardlu lebih utama daripada ibadah sunnah" menyatakan bahwa pelaksanaan ibadah yang wajib lebih mulia daripada ibadah sunnah. Pahala ibadah fardlu melebihi pahala sunnah dengan selisih 70 kali lipat. 2. Dasar kaidah ini adalah hadits Nabi yang menyatakan tidak ada amalan yang lebih dicintai Allah selain melaksanakan apa yang diwajibkan-Nya.
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dengan adanya berbagai masalah fiqhiyyah kontemporer yang kian marak
merebak di kalangan komunitas santri maupun awam, serta dengan adanya tugas
individu yang kami emban dari bapak dosen, hal ini menggerakkan sanubari dan
kemampuan rasional kami untuk menyuguhkan sekelumit kaidah furu’iyyah yang
kami cuplik dari berbagai literature yang membahas kaidah fiqh.
اهماله من اولى كالم ,اعمال النفل من افضل الفرض
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa makna kaidah اهماله من اولى كالم اعمال dan الفالنفل من افضل رض ?
2. Apa dasar kaidah fiqh اهماله من اولى الكالم اعمال danالنفاللفرض من افضل ?
3. Bagaimana contoh kaidah اهماله من اولى الكالم اعمال danالنفل من افضل ?الفرض
4. Apa saja cabang dan pengecualian dari kaidah اهماله من اولى الكالم اعمال dan الفرض
افالنفل من ضل ?
2. 2
BAB II
PEMBAHASAN
A.
اهماله من اولى اكالم اعمال
“memberlakukan perkataan lebih utama daripada mengabaikannya”
Makna Kaedah
Tidak diperbolehkan mengabaikan perkataan dan membiarkannya tanpa
makna, selama masih memungkinnya untuk diarahkan kepada makna yang
sebenarnya (makna hakiki) atau makna majazi. Karena, asal dalam perkataan
adalah hakikatnya, maka selama tidk berhalangan untuk diarahkan kepada makna
hakiki, ia tidak boleh diarahkan kepada makna majazi.1
I’malul kalam : menerapkan hukum ucapan sesuai tuntutan maknanya
Ihmalul kalam : mendisfungsikan ucapan tanpa makna sama sekali karena
disebabkan beberapa faktor yang melatarbelakanginya.2
Contoh Kaedah:
1. Seseorang memiliki dua bejana, yang satu untuk khamr dan lainnya adalah
cuka, lalu ia mewasiatkan salah satu dari kedua bejana tersebut. Jika demikian,
yang dilaksanakan adalah bejana cuka.3
1
Dr. Abdul Karim Zaidan, h.19-20.
2
Dr. Muhammad Shidqi bin Ahmad Al-Burnu,al- Wajiiz fii Iidlohi qowaa’id al fiqhi al –kulliyyah, hal: 260
3. 3
2. Seseorang berkata kepada istri dan himarnya: “salah satu dari kalian aku talak”,
maka berarati istinya yang dicerai.4
3. Seseorang mewasiatkan dua kendangnya, yang satu digunakan untuk hal-hal
makshiyat dan yang satunya untuk hal-hal yang halal, maka yang dilaksanakan
adalah kendang yang digunakan untuk hal-hal yang halal.5
4. Seseorang bersumpah tidak akan memakan apapun dari kendil ini, maka
termasuk di dalamnya segala apapun yang dimasak dengan menggunakan
kendil tersebut.6
5. Andaikata seseorang wakaf kepada anak-anaknya, padahal dia hanya
mempunya cucu, maka wakaf itu harus diberikan kepada cucunya, karena cucu
6. itu termasuk anak dalam arti majaz7
Cabang Kaedah:
الحقيقة الكالم في األصل
“Ketentuan dasar sebuah ucapan adalah (diarahkan pada) makna hakikinya”
Makna kaidah : penggunaan ucapan mutakallim –baik syari’, ‘aqid,
halif atau lainnya- itu jika lafadz ucapan tadi mengandung makna
hakiki dan sunyi dari qorinah-qorinah yang lebih mengunggulkan
makna majaz.
Contoh: jika seseorang mewakafkan kepada anak-anaknya, maka tercakup di
dalamnya anak laki-laki dan perempuan. Karena hakikatnya kata anak (al
walad) itu juga mecakup anak laki-laki dan perempuan.8
المجاز الى يصار الحقيقة تعذرت إذا
3
Sistematika Teori Hukum Islam, h.113
4
Al’inaayah,h.122
5
Al Imam jalaluddin as suyuti,al-asybah wan nadzoir,h.87
6
Dr.M.Shidqi bin Ahmad al-Burnu,al-Wajiz,h.260
7
ats tsamarot al Mardliyyah,h.146
8
Al wajiz,h.262-263
4. 4
“jika dirasa sulit untuk mengarahkan ucapan pada makna hakikatnya, maka
diarahkan pada makna konotsinya”
Syarat pemalingan makna hakiki kepada makna majazi :
Lafadz yang digunakan untuk makna majazi disyaratkan adanya qorinah
yang mencegah datangnya makna hakiki seperti mustahil dan sukarnya
bermakna hakiki, Atau makna hakiki termahjur(terhalang) baik dari
sudut pandang syara’ ataupun ‘urf
Contoh: seseorang berwakaf kepada anaknya – padahal ia hanya mempunyai
cucu- , maka wakaf diberikan kepada cucunya tersebut. Cucu adalah makna
majaz dari anak.9
يهمل الكالم إعمال تعذر إذا
“jika sulit memberlakukan suatu ucapan, maka ucapan tersebut tidak dapat
diberlakukan”
Contoh: seseorang menuduh orang lain memotong tangannya, padahal
tangannya masih utuh10
كله كذرك اليتجزأ ما بعض ذكر
“Manyebutkan sebagian sesuatu yang tidak bisa diperinci itu seperti
menyebutkan keseluruhannya”
Contoh: seseorang mencerai setengah atau seperempat (badan pen.) istrinya,
maka berarti ia mencerai seluruh(badan pen.) istrinya11
داللة أو نصا التقييد دليل يقم مالم إطالقه على يجرى المطلق
“sesuatu yang mutlak berlaku sejalan dengan kemutlakannya selama tidak ada
dalil yang membatasinya baik nash maupun dalalah”
Contoh: seseorang mewakilkkan kepada orang lain untuk membeli kuda atau
mobil, lalu orang tersebut membelikannya warna merah atau putih. Kemudian
9
Ibid,h:265-266
10
Ibid,h:267-268
11
Ibid,h:269
5. 5
orang yang mewkilkan tersebut berkata kepadanya bahwa ia meu yang
berwarna hitam, maka sudah lazim apa yang dibeli oleh wakil tersebut, karena
kalam yang mutlak berlaku sesuai dengan kemutlakannya.12
معتبر الغائب وفي لغو الحاضر فى الوصف
“menshifati yang hadir (ada di tempat) itu sia-sia, dan mensifati sesuatu yang
gho’ib(tidak ada di tempat) itu dianggap perkiraan”
Ruang lingkup kaidah: kaidah ini berlaku pada sebagian akad
mubadalah seperti bai’, ijaroh, dan nikah, yang man syarat shahnya
adalah ma’rifatu albadalain,dan intifaa’u al juhaalah
Contoh: seseorang berkata : aku menjual kuda putih ini kepadamu-sambil
menunjuknya-padahal berwarna hitam-mak jual tesebut menjadi sah jika
pembeli menerimanya, dan sia-sialah penyifatan terebut. Sedangkan jika kuda
tersebut tak ada (di tempat akad) dan si penjual berkata bahwa ia menjual kuda
putihnya , kemudian tampak jelas bahwa kudanya berwarna hitam, maka
pembeli boleh khiyar13
الجواب في معاد السؤال
“pertanyaan itu (diulang) dalam jawaban”
Contoh: seseorang berkata pada orang lain: aku menjual rumahku atau tokoku.
Lalu orang tersebut menjawab: ya, tau aku terima, maka berarti ia ridlo dengan
jualbeli tersebut14
التأكيد من اولى التأسيس15
“ta’sis lebih diprioritaskan daripada ta’kid”
Contoh: seorang suami berkata pada isterinya kamu aku thalak kamu aku
thalak tanpa ada niatan apapun, maka menurut qaul yang shohih adalah
jatuhnya thalak16
12
Ibid,h.271-272
13
Ibid,h:273-274
14
Ibid,h:275
15
Ibid,h:276
6. 6
Disfungsi Ucapan(Ihmal)
Mendis-fungsikan kalam, baik secara konotatif maupun denotatif dapat terjadi
karena beberapa faktor. Diantaranya seperti yang tersebut di bawah ini:
1. Sulitnya mendefinisikan makna yang dimaksud.
2. Lafadz yang diucapkan bermakna ganda (musytarak), sementara tak ada
peluang untuk mengarahkan pada salah satu makna yang dikandung.
3. Lafadz yang diucapkan tidak mendapat legimitasi syara’.
4. Kata-kata yang diungkapkan bertentangan dengan relitas di lapangan
praksis (zhahir).
5. Kata-kata yang dilontarkan tidak sesuai (kontradiktif) dengan ketentuan
syari’at.17
16
Al Asybah wan nadza’ir, h:93
17
Fomulasi Nalar Fiqh,h.118-120
7. 7
B.
النفل من اولى الفرض
“Ibadah fardlu lebih utama daripada ibadah sunnah”
Makna Kaidah
Ibadah fardlu adalah lebih banyak keutamaannya daripada ibadah sunnah.
Para ulama’ mengatakan bahwa pahala fardlu adalah melebihi pahala ibadah
sunnah, dengan selisih 70 pahala. Adapun ibadah fardlu di sini meliputi
fardluiltizam, seperti puasa nadlzar atau ibadah fardlu ‘ain, seerti shalat 5 waktu
atau fardlu kifayah, seperti shalat jenazah.18
Sementara al-Zarkasyi dalam al-Mantsur fi al-Qawa’id mengemukakan, ketinggian
derajat fardlu tidak hanya sebanding dengan 70 kali ibadah sunnah, akan tetapi
bisa lebih dari itu. Bahkan menurutnya, bisa mencapai derajat yang hanya Allah
swt.saja yang tahu ketinggian kadarnya.19
Dasar Kaidah
قالصلىهللاعليهوسلمفيمايحكيهعنربهوماتقربالىالمتقربونبمثلاداءماافترضتعليهمرواه
البخاري
Nabi bersabda: “Tidak ada amalan orang-orang yang bertaqarrub keada-Ku yang
lebih Aku cintai yang menyamai pelaksanaan apa yang telah Aku wajibkan.”(HR.
Bukhari)
انرسولهللاصلىهللاعليهوسلمقالفيشهررمضانمنتقربفيهبخصلةمنخصالالخيركانكمن
ادىفريضةفيماسواهومنادىفريضةفيهكانكمنادىسبعينفريضةفيماسواه
Rasulullah saw bersabda tentang keutamaan bulan Ramadlan dibandingkan dengan
bulan-bulan lainnya: “Barangsiapa melakukan taqarrub (ibadah sunnah) kepada Allah
swt di bulan Ramadlan, maka ia akan mendapatkan pahala sebagaimana ia melakukan
18
Ats Tsamarot al Mardliyyah, hal: 180
19
Formulasi nalar fiqh, hal: 208,209
8. 8
satu ibadah fardlu di bulan Ramadlan, maka seperti halnya ia mengerjakan 70 kali
ibadah fardlu ada selain ibadah itu.”20
Pengecualian Kaidah
1. Membebaskan beban hutang pada orang yang kesulitan membayar.
Pembebasan hutang ini, dinilai lebih utama dari pada menunggu sampai ia
mampu melunasi. Hukum membebaskan adalah sunah, sedangkan menanti
hingga terjadi pelunasan adalah wajib,21
seperti ditegaskan dalam QS. Al-
Baqarah: 280;22
لكم خير تصدقوا وان
“……. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu lebih baik
bagimu, …………”
2. Mengawali salam lebih utama daripada menjawabnya. Adapun memulai salam
itu lebih utama, berdasarkan hadits nabi saw:
يبدا الذي وخيرهمابالسالم
“Yang terbaik di antara keduanya adalah yang memulai salam”23
3. mengumandangkan adzan adalah berhukum sunnah, menurut pendapat yang
lebih shohih mengumandangkan adzan itu lebih utama daripada menjadi imam
yang berhukum fardlu kifayah atau fardlu ‘ain.
4. Berwudlu sebelum masuk waktu shalat itu lebih utama daripada berwudlu
setelah masuk waktu shalat.24
20
Al Asybah wan Nadhaa’ir, hal:99, ats Tsamarot Al Mardliyyah, hal: 180, 181
21
Asy Syaikh ‘Abdulloh bin Sa’id Muhammad ‘ubbadiy al Lahjiy, iidlohul Qawa’iid al Fiqhiyyah, hal:78
22
Al Asybah wan Nadhaa’ir, hal: 99
23
Iidlohul Qawaa’id al Fiqhiyyah, hal: 78
24
Ibid
9. 9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Disamping kaidah kulliyyah ruang lingkup pembahasan kaidah fiqh juga ada yang
namanya kaidah furuu’iyyah yang jumlahnya sangat banyak sekali. Di antaranya
adalah 2 kaidah berikut ini yakni:
اهماله من اولى اكالم اعمال
“memberlakukan perkataan lebih utama daripada mengabaikannya”
الفرضاولىمنالنفل
“Ibadah fardlu lebih utama daripada ibadah sunnah”
B. SARAN DAN KRITIK
Mengingat perkembangan zaman yang seolah mengejar kita di tengah-
tengah bingkai syari’at Islam, selambat apapun modernisasi akan mengenai kita
10. 10
dan samai saatnya kita akan bertanya tentang hukum menurut pandangan Islam.
Maka, tidaklah selayaknya bagi kita untuk diam dan acuh, padahal banyak
pertanyaan yang menanti usaha kita untuk terus mengkaji fiqh kontemporer yang
dapat kita kaitkan dengan nalar kaidah fiqh untuk menemukan jawaban dari
berbagai masalah kekinian. Maka marilah berfikir dan bertindak!.
Atas pemaparan kami di atas yang kami cuplik dari berbagai referensi yang
kami miliki, maka sangatlah mungkin akan terbukanya peluang kekurangan dan
kesalahan yang berserakan di sana-sini, dari sini kami sangat mengharap saran dan
kritik yang membangun dari berbagai pihak teutama dari dosen pengamu demi
perbaikan makalah ini selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, asy Syaikh Moch. Djamaluddin, al ‘Iinaayah Syarh al Faroo’id al Bahiyyah fii
Nadzmi al Qawaa’id al Fiqhiyyah, Jombang: Pustaka Muhibbin, 2010, cet:1
Al Burnu, Muhammad Shidqi bin Achmad, al Wajiiz fii Iidloohi Qawaa’id al Fiqh al
kulliyyah, Riyadl: at Taubah, 1415 h
Al Hasyimiy, Muhammad Ma’shum Zainiy, Sistematika Teori Hukum Islam, Jombang:
Darul Hikmah, 2008
As Suyuthi, al Imam Jalaaluddin ‘Abdurrohman bin Abi Bakar, al Asybaah wan Nadhoo’ir
fii al Furuu’,tt
Asy Syahaariy, asy Syaikh ‘Abdulloh bin sa’iid Muhammad ‘Ubbaadiy al Lahjiy al
Hadlromiy, Iidloohu al Qawaa’id al Fiqhiyyah li thullaabi al Madrasah ash
Shoultiyyah, Surabaya: al Hidaayah,1410 h, cet:3
Haq, Abdul, Ahmad Mubarok, Agus Ro’uf, Formulasi Nalar Fiqh Telaah Kaidah Fiqh
Konseptual Buku Dua,Surabaya: Khalista, 2009, cet: 5
Manshur, M. Yahya Chusnan, ats Tsamarot al Mardliyyah Ulasan Nadhom Qowaid
Fiqhiyyah al-Faroid al-Bahiyyah, Jombang: Pustaka al-Muhibbin, 2011, cet:2
Zaidan, Abdul Karim, al-Wajiz 100 Kaidah Fikih Dalam Kehidupan Sehari-hari, Jakarta
Timur: Pustaka al Kautsar, 2008, cet: 2