SlideShare a Scribd company logo
1 of 36
PENTINGNYA TRANSISI GELAS DAN
AKTIVITAS AIR UNTUK SPRAY
DRYING DAN STABILITAS BUBUK
SUSU
Rolina Zahhara Tambunan

PASKASARJANA ILMU PANGAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2014
Proses Pembuatan Susu Bubuk
sumber:
http://bbppbatu.bppsdmp.deptan.go.id












Menurut Judkins (1996), tahap-tahap proses pembuatan susu bubuk
adalah perlakuan pendahuluan, pemanasan pendahuluan dan
pengeringan.
Perlakuan pendahuluan: penyaringan atau klarifikasi, separasi dan
standardisasi.
Pemanasan pendahuluan adalah menguapkan sebagian air yang
terkandung oleh susu, sampai mencapai kadar kurang lebih 45-50%
menggunakan evaporator.
Menurut Suharto (1991), pengeringan pada dasarnya adalah suatu
proses pemindahan atau pengeluaran kandungan air bahan pangan
hingga mencapai kandungan tertentu agar kecepatan kerusakan
bahan pangan dapat diperlambat.
Menurut Suyitno et al. (1989), pengeringan merupakan usaha yang
dilakukan untuk mengurangi air yang ada dalam bahan pangan
sampai kadar air seimbang dengan kelembaban relatif sekitarnya.
Proses pengurangan air atau pengeringan pada susu dapat dilakukan
dengan berbagai alat baik dengan spray dryer dan drum atau roller
dryer (suhu tinggi) maupun freeze dryer (suhu rendah).
Contoh Diagram Alir Proses Produksi Susu
Bubuk
(http://bbppbatu.bppsdmp.deptan.go.id)
Spray Drying
Spray
drying
merupakan
proses
pencampuran dan pengeringan suatu larutan
menjadi suatu bubuk yang homogen (Harris
dan Karmas, 1975).
Menurut
Hadiwiyoto
(1983),
prinsip
pengeringannya adalah menyemprotkan susu
ke dalam ruangan yang panas melalui alat
penyemprot yang disebut nozzel.
Apabila susu yang telah sedikit kental
disemprotkan akan membentuk kabut dan
akan kering oleh udara panas dalam ruangan
tersebut.
Muljohardjo, (1990), menyatakan pengeringan
dengan menggunakan metode spray drying
biasanya menggunakan udara pengering atau
panas yang akan mengalami kontak dengan
bahan pangan yang dimasukkan ke dalam
spray dryer dan biasanya kandungan air yang
dihasilkan antara 2-3 %.
ABSTRAK












Pengeringan dengan spray draying adalah metode dehidrasi cepat
yang memungkinkan untuk produksi bubuk susu berkualitas
tinggi.
Dehidrasi dan penanganan bubuk berikutnya dan penyimpanan,
namun, kedua bahan kimia dan perubahan fisik, seperti caking,
kristalisasi laktosa, dan pencoklatan nonenzymatik, dapat
mengganggu karakteristik bubuk dan mengakibatkan hilangnya
bubuk berkualitas.
Banyak perubahan berkaitan keadaan fisik laktosa, sebagai
penghilangan air cepat pada hasil spray drying dalam pembentukan
kadar air atau kelembapan yang rendah, amorf, struktur nonkristalin
laktosa dan komponen susu lainnya.
Komponen amorf bisa ada sebagai padatan seperti gelas atau
kaca atau cairan viskos dengan pendinginan yang sangat
tinggi (supercooled).
Pembentukan dari amorf, laktosa glassy selama pengeringan
secara spray memungkinkan produksi bubuk yang mengalir
bebas.
Temperatur tinggi atau kandungan air sisa di tahap-tahap proses










Transisi kaca amorf laktosa terjadi di sekitar suhu kamar
pada suatu konten air sekitar 6.8 g (g × 100)-1 laktosa sesuai
dengan kelembaban relatif seimbang dari 37% dan 0.37 aw
(air aktivitas).
Pada kandungan air lebih tinggi, seperti kaca transisi laktosa
amorf baik dibawah suhu penyimpanan, susu bubuk, menjadi
lengket dan amorf laktosa bisa bergantung pada waktu
kristalisasi.
Kristalisasi laktosa amorf mungkin juga melepaskan air
sorbed dari bahan amorf, yang meningkatkan perubahan
deteriorative lain, seperti reaksi pencoklatan nonenzymatik.
Laktosa amorf dalam susu bubuk merangkum susu lemak,
yang, sebagai akibat dari kristalisasi laktosa, dirilis dan
menjadi rentan untuk oksidasi cepat.
Transisi gelas dan aktivitas air adalah, kemampuan proses
pengendalian faktor penting, penanganan properti dan
stabilitas bubuk susu.
I. PENDAHULUAN












Padatan produk susu didehidrasi termasuk laktosa, lipid, protein dan mineral.
Laktosa, protein dan mineral tercampur penuh dengan air atau larut air sementara
lipid memiliki cukup sedikit interaksi dengan air [10].
Keadaan fisik padatan non-lemak (SNF) sangat bergantung pada konten air [2, 3,
10] dan, oleh karena itu, sangat penting dalam mendefinisikan perilaku pengeringan
dan stabilitas makanan dari susu yang dikeringkan [4, 9].
Laktosa dalam susu cair larut dalam fasa air secara kontinyu, yang juga
mengandung lemak dan protein terdispersi.
Ketika diinginkan, laktosa mungkin dikristalkan sebelum dehidrasi, tetapi cairan
yang dikonsentrasikan awal juga dikeringkan dengan spraying tanpa kristaliasasi
awal laktosa.
Meskipun cairan dikonsentrasikan awal menjadi jenuh dengan laktosa, kristalisasi
mungkin tidak terjadi sebelum pengeringan dengan spray jika hanya dalam waktu
singkat diperbolehkan antara penguapan dan pengeringan.
Penghilangan air yang cepat di pengeringan dengan spray berikutnya tidak
mengizinkan kristalisasi laktosa dan sementara air dipindahkan, laktosa
ditransformasikan ke seperti padatan, amorf, kaca secara langsung dari keadaan
Oleh karena
terlarut [11, 12]. itu, sifat fisikokimia jenuh dari supersaturated,

laktosa amorf penting dalam penyesuaian kondisi spray
drying dan stabilitas penyimpanan banyak bubuk susu [9,
15].












Beberapa perubahan secara fisikokimia bubuk susu langsung atau
tidak langsung terkait dengan transisi kaca laktosa amorf.
Transisi kaca adalah transisi keadaan material amorf yang
terjadi antara padat, kaca dan cairan yang supercooled [9, 17,
18].
Bahan amorf adalah system tidak setimbang dan banyak
perubahan, termasuk kaca transisi itu sendiri, memiliki
karakteristik bergantung pada waktu [9].
Pada mobilitas molekul secara umum, dalam keadaan kaca dibatasi
rotasi tomolecular dan vibrasi sementara di atas transisi kaca, gelas
mobilitas translasional cukup stabil, gelas cukup stabil, tetapi
stabilitas jangka panjang hilang di atas transisi kaca.
Sebagai contoh, amorf, laktosa kaca menjadi cukup stabil,
tetapi sebagai mobilitas molecular menjadi signifikan atas
proses transisi, sifat seperti padat [4, 9, 11].
Ada juga gaya dorong terhadap keadaan kristal setimbang secara
termodinamik dan transisi kaca juga menghasilkan menghasilkan
kristalisasi bergantung waktu [11-13]. Selain itu, lengket dan caking
bubuk, dan tingkat reaksi kimia difusi terkontrol dapat dikendalikan
oleh transisi kaca [9, 17].




Signifikansi transisi kaca pada proses spray
drying telah menerima cukup sedikit perhatian
meskipun
transisi
kaca
berhubungan
perubahan bubuk susu telah diakui dengan
baik.
Artikel membahas peran transisi kaca dalam
spray drying dan dalam kontrol stabilitas
bubuk susu.
2. PEMBENTUKAN KACA PADA SPRAY
DRYING


Spray drying melibatkan atomisasi dari cairan
dan berikutnya penguapan air sebagai material
sepanjang chamber pengeringan. Meskipun
sejumlah Spray drier berbeda dapat digunakan,
sesuai prinsip-prinsip pembentukan kaca
berlaku menurut Gambar 1.


Gambar 1. Pembentukan struktur amorf pada dehidrasi
dan hubungan antara kesetimbangan (larutan, padatan
kristal) dan keadaan non kesetimbangan (padatan amorf
dan cair).


Dehidrasi partikel cairan diatomisasi dihasilkan dari permukaan partikel inti dalam.



Lapisan solutes terkonsentrasi terbentuk pada permukaan partikel dan mungkin ada
penurunan suhu partikel karena pendinginan yang evaporatif.



Penghilangan air sangat cepat secara ekstrim meningkatkan viskositas padatan tersisa
dan permukaan partikel mendekati keadaan glassy sebelum bertabrakan dengan partikel
lain atau dinding pengering.



Telah ditemukan bahwa viskositas permukaan yang kritis mengakibatkan stickiness dan
caking adalah > 107 Pa·s [1] dan umumnya nilai yang diterima untuk viskositas bahan
glassy adalah mengatakan 1012 Pa·s [18].



Demikian viskositas permukaan tinggi viskositas pengeringan permukaan partikel
memungkinkan pembentukan padatan, partikel individual yang dapat terkena perlakuan
lebih lanjut dalam tahap pengeringan berikutnya, Misalnya, aglomerasi pada fluidised
bed dryer atau suatu sabuk.



Vitrifikasi permukaan partikel dalam spray drying penting dalam memungkinkan aliran
bebas partikel melalui pengeringan chamber dan menghindari caking partikel dengan
setiap yang lain dan pada permukaan pengering.



Di akhir dari proses pengeringan, temperatur partikel dan konten air harus
mendukung padatan, keadaan glassy.
3. SIFAT PADATAN SUSU
AMORF














Komponen amorf utama dalam padatan susu adalah karbohidrat
dan protein. Komponen ini keduanya dapat bercampur dengan air
dan setidaknya sebagian larut dengan satu sama lain.
Namun, sangat mungkin bahwa sebagian protein ada setidaknya
sebagian fase dipisahkan dari karbohidrat dalam susu bubuk
terhidrasi [6].
Diketahui bahwa temperatur leleh dari kristal, bahan larut air
menurun dengan meningkatnya kadar air [11, 12].
Transisi kaca laktosa anhidrat, seperti yang diamati menggunakan
DSC, memiliki T awal 101 oC [12], yang merupakan salah satu dari
T tertinggi diukur untuk disakarida "anhidrat" [9].
T Transisi gelas komponen susu anhidrat dan padatan diberikan
dalam tabel 1. Transisi kaca yang diamati dalam bubuk susu terkait
erat dengan laktosa yang murni [3, 4].
Namun, jika laktosa terhidrolisis, Tg diamati menurun secara
dramatis, karena banyak Tg lebih rendah dari komponen glukosa
dan galaktosa [3].
Ini juga mengakibatkan perubahan signifikan dalam perilaku spray
drying dan stabilitas penyimpanan dari padatan susu laktosaterhidrolisis [9].


Karbohidrat amorf, termasuk laktosa dan produk hidrolisis
secara signifikan diplastiskan oleh air, yang diamati dari
penurunan Tg dengan kadar air. Efek air pada theTg susu
solidsmay diprediksi menggunakan persamaan GordonTaylor (1) [3, 9],



Diagram keadaan laktosa ditunjukkan pada gambar 2.
Diagram laktosa adalah berguna dalam menjelaskan efek air
pada laktosa properti didehidrasi dan produk susu dehidrasi.
Informasi air plastisisasi juga dapat ditampilkan dengan sifatsifat penyerapan air (Gambar 3), yang memungkinkan
evaluasi sejauh plastisisasi air dari bubuk susu dalam
berbagai kondisi penyimpanan.
Gambar 3. T transisi gelas dan sifat penyerapan air laktosa amorf dan
serbuk susu skim. Transisi gelas ditekan sampai 24 oC pada aktivitas air
kritis dari 0.37 (sesuai untuk RH penyimpanan kritis 37%). Kandungan air
kritis sesuai untuk laktosa adalah 6,8 dan padatan susu skim 7.6 g (g ×
100) padatan. Data dari Jouppila dan Roos [3].
4. TRANSISI GELAS PADA SPRAY
DRYING








Beberapa studi telah menunjukkan bahwa sifat lengket dari
bubuk terdehidrasi terjadi sebagai suatu hasil dari plastisisasi
permukaan partikel dan menurun serentak pada viskositas
yang memungkinkan pembentukan link cair antara partikel
bubuk [7].
Suhu transisi gelas padatan susu skim menampilkan zona
kekakuan dan caking di sekitar 10 oC atau lebih tinggi di atas
Tg diukur oleh DSC ditunjukkan pada gambar 4.
Walaupun kandungan air dalam keadaan akhir pengeringan
partikel dan antara partikel individual, sifat-sifat permukaan
dapat berubah untuk memungkinkan aglomersi yang dapat
bervariasi secara signifikan, suhu partikel dapat diasumsikan
menurun selama dehidrasi awal.
Laktosa ada paling mungkin sebagai sirup sangat jenuh
dalam fase padatan.
Gambar 4. Transisi gelas padatan susu skim dengan temperature
partikel hipotetis selama penghilangan air pada spray drying, dan
pembentukan partikel padatan menyerupai kaca pada akhir
pengeringan.
Sifat permukaan partikel yang dikeringkan
berhubungan dengan viskositas permukaan [1].
Viskositas sebagai hasil dari penguapan atau
pembuangan air meningkat pesat sebagai
transisi gelas yang didekati.
Perubahan Viskositas material amorf sering
digambarkan
menggunakan
persamaan
Williams-Landel-feri (WLF) (2), yang menyatakan
waktu relaksasi diatas transisi gelas untuk suatu
temperatur referensi [19]


Jika Tg diambil sebagai referensi suhu, waktu relaksasi, τ, dan
viskositas, η, terkait dengan nilai-nilai pada transisi gelas (τg dan ηg)
dan plastisisasi, dan didefinisikan dengan perbedaan suhu, T – Tg,
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 5. waktu relatif relaksasi
atas transisi gelas, seperti yang
diperkirakan oleh hubungan WLF.
5. TRANSISI GELAS DAN STABILITAS
SERBUK






Sifat-sifat bubuk yang umum dengan laktosa amorf
atau bahkan sejumlah laktosa amorf dapat
dihubungkan ke transisi gelasnya. [2–5, 9, 13].
Ini mencakup surface stickiness dan caking [11],
kristalisasi laktosa bergantung waktu [13] dan rilis
lemak dienkapsulasi [16], dan meningkatkan laju
pencoklatan nonenzimatik [15] dan oksidasi lemk [16].
Perubahan sifat mekanik dan difusi bertanggung
jawab terhadap sifat lengket, caking dan kristalisasi
laktosa, tetapi perubahan dalam tingkat reaksi lebih
rumit dan dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk
pH, heterogeneitas dalam distribusi air, dan miscibility
protein dan karbohidrat.
5.1. Stickiness, caking and
crystallisation






Lengket dan caking adalah masalah yang umum
dalam menangani bubuk yang mengandung
karbohidrat amorf. Lengket dan caking muncul
sebagai viskositas penurunan komponen amorf
dan adhere bubuk partikel [7].
Lebih lanjut perkembangan plastisisasi sering
diikuti oleh runtuhnya struktur sebagai hasil
peningkatan aliran dan kristalisasi laktosa, yang
mungkin terjadi langsung pada tingkat termal
tinggi dan air plastisisasi [9].
Pengembangan stickiness, caking dan kristalisasi
akibat plastisisasi ditampilkan untuk susu skim
pada gambar 6.
Figure 6: Glass transition related changes in mechanical
properties and crystallisation in skim milk with amorphous
lactose.


The crystallisation of lactose is highly time- dependent following
the typical crystallisation rate behaviour of amorphous solids. The
time-dependent lactose crystallisation in dairy powders is often
observed in water sorption studies [3, 9]. These have shown that
above a critical storage relative humidity, there is a loss of sorbed
water (Fig. 7).

Figure 7. Sorption isotherm of skim milk
solids.
Crystallisation of amorphous lactose
results in
time-dependent loss of sorbed water.
5.2. Molecular mobility and stability maps








The glass transition in dairy powders with amorphous
components is related to molecular mobility.
The amorphous solids in the solid glass are frozen in
a high viscosity state and they exhibit only molecular
vibrations and side chain rotations.
As the material undergoes the glass transition, the
molecular mobility increases and translational motion
of the molecules appears.
This has been related to increasing rates of
bimolecular reactions and enzyme activity in
lowmoisture food systems [9, 17]. A hypothetical
stability map for dehydrated skim milk with amorphous
lactose is shown in Figure 8.
Figure 8. Stability map for dairy powders containing amorphous
lactose. The critical water activity corresponds to the glass transition
depression of amorphous lactose to 24 oC, which may enhance
deteriorative
changes
and
loss of quality.






At the critical water activity,the glass transition is
decreased to storage temperature and further
increases in water activity result in a decrease in
viscosity of particles, stickiness, caking, and rapid
increases in rates of lactose crystallisation and
diffusion controlled reactions [4, 9].
Lactose crystallisation is responsible for release of
encapsulated lipids and subsequent rapid oxidation in
dairy powders [16].
The nonenzymatic browning reaction has also een
observed to proceed at increasing rates above glass
transition and it is substantially accelerated by an
increase in water activity following crystallisation of
amorphous lactose in dairy powders [14].
KESIMPULAN








Transisi fase dan keadaan, termasuk transisi gelas, memiliki
peran penting pada suatu control yang tepat dari proses
spray drying dari bahan susu dan kualitas produk yang
diperoleh.
Selain itu, transisi penting dalam pemahaman kestabilan
produk susu dehidrasi. transisi gelas mempengaruhi laktosa
amorf berpengaruh pada perkembangan sifat-sifat partikel
selama proses spray drying dan proses aglomerasi
berikutnya.
Pengetahuan lebih lanjut dari temperature partikel dan
kandungan air pada proses dehidrasi diperlukan untuk
memahami dan mengurangi kekakuan yang tidak diinginkan
dan caking partikel dalam berbagai tahap drying process dan
penanganan bubuk.
Selain itu, pengertian ini penting dalam mengendalikan
stabilitas bubuk susu spray drying dan untuk menghindari
kerusakan akibat dari kristalisasi laktosa atau reaksi kimia
REFERENCES
[1] Downton D.P., Flores-Luna J.L.,
King C.J.,
Mechanism of stickiness in
hygroscopic, amorphous powders,
Ind. Eng. Chem. Fundam. 21 (1982)
447–451.

Y.H., Glass transitions, water
plasticization, and lactose
crystallization in skim milk powder, J.
Dairy Sci. 80 (1997) 3152–3160.

[3] Jouppila K., Roos Y.H., Glass
transitions and crystallization in milk
powders, J. Dairy Sci. 77 (1994)
2907–2915.
[4] Jouppila K., Kansikas J., Roos

[6] Kalichevsky M.T., Blanshard
J.M.V., Tokarczuk P.F., Effect of water
content and sugars on the
.....etc

[5] Jouppila K., Kansikas J., Roos
Y.H., Crystallization and X-ray
REFERENCES
diffraction of crystals formed in water[2] Jouppila K., RoosY.H.,Water
plasticized amorphous lactose,
sorption and timedependent
phenomena ofmilk powders, J. Dairy Biotechnol.
Sci. 77 (1994) 1798–1808.
Progr. 14 (1998) 347–350.
THANK YOU
Browning




Laktosa merupakan gula reduksi, sehingga akan
bereaksi dengan amin untuk membentuk komponen
reaksi Maillard yang spesifik (pencoklatan non
enzimatik). Laktosa juga dapat membentuk karamel,
walaupun membutuhkan temperatur yang lebih tinggi
dibanding sebagian besar gula. Laktosa mulai
menjadi karamel pada suhu 150-160 oC dan menjadi
coklat pada suhu 175 oC.
Pada produk caramel-type confection dan bakery,
diinginkan adanya pengembangan flavor dan color
dari interaksi antara laktosa dan amin. Penambahan
laktosa akan mempertahankan warna coklat emas
yang diinginkan pada produk-produk baked selama
disimpan.
Solubility / Crystallization










Laktosa dapat larut, tetapi kelarutannya lebih rendah
(low solubility) dibanding gula lain misalnya sukrosa,
fruktosa dan dekstrosa.
Kelarutan laktosa sangat terbatas jika penambahan
laktosa atau ingridien susu ke dalam bahan pangan
mengandung laktosa konsentrasi tinggi.
Dalam produk susu kental manis kristalisasi dikontrol
dengan penambahan kristal inti /biji laktosa ke dalam
larutan jenuh.
Kristal yang terbentuk sangat kecil dan impalatable.
Jika ukuran kristal laktosa terkontrol, maka kristalisasi
dapat meningkatkan tekstur yang diinginkan pada
produk-produk confection.
Dalam
panning
produk
confectionery,
laktosa
mencegah
kristalisasi
sukrosa
dengan
cara
pembentukan lapisan pelindung yang terbentuk pada
Kondisi Operasi pada Spray Drying
Kondisi operasi antara lain udara pengering yang masuk berkisar pada
temperatur 170OC dan bahan diatur dengan temperatur 96OC. Sebelum masuk
spray dryer susu kedelai dikentalkan terlebih dahulu dengan evaporator sampai
mempunyai kadar 45-50% untuk mempercepat pengeringan dan meningkatkan
kapasitas pengeringan. Feed yang diumpankan menggunakan atomisasi dengan
diameter tertentu dan atomizer tersebut berputar dengan kecepatan tinggi yakni
5.000-10.000 rpm.
(McCabe, Unit Operation)
Prinsip Kerja
proses spray
drying terdiri
dari beberapa
tahap proses
yang dapat
dilihat pada
tabel berikut ini

(Perry, Chemical Engineering Handbook, 8thedition)

More Related Content

What's hot

Laporan Praktikum Destilasi
Laporan Praktikum DestilasiLaporan Praktikum Destilasi
Laporan Praktikum DestilasiErnalia Rosita
 
51226359 bab-gravimetri
51226359 bab-gravimetri51226359 bab-gravimetri
51226359 bab-gravimetriIndriati Dewi
 
Materi ka gravimetri 1
Materi ka gravimetri 1Materi ka gravimetri 1
Materi ka gravimetri 1Indriati Dewi
 
Ekstraksi cair cair
Ekstraksi cair cairEkstraksi cair cair
Ekstraksi cair cairIffa M.Nisa
 
Laporan Pembuatan Garam Mohr
Laporan Pembuatan Garam MohrLaporan Pembuatan Garam Mohr
Laporan Pembuatan Garam MohrDila Adila
 
laporan praktikum analisis gravimetri
laporan praktikum analisis gravimetrilaporan praktikum analisis gravimetri
laporan praktikum analisis gravimetriwd_amaliah
 
Kristalisasi 1 - Operasi teknik kimia
Kristalisasi 1 - Operasi teknik kimiaKristalisasi 1 - Operasi teknik kimia
Kristalisasi 1 - Operasi teknik kimianurul isnaini
 
Laporan Pratikum Konduktometri
Laporan Pratikum KonduktometriLaporan Pratikum Konduktometri
Laporan Pratikum KonduktometriDila Adila
 
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...qlp
 
pembuatan natrium tiosulfat
pembuatan natrium tiosulfatpembuatan natrium tiosulfat
pembuatan natrium tiosulfatYasherly Amrina
 
Laporan destilasi sederhana
Laporan destilasi sederhanaLaporan destilasi sederhana
Laporan destilasi sederhanawd_amaliah
 
Titrasi Pengendapan
Titrasi PengendapanTitrasi Pengendapan
Titrasi PengendapanDokter Tekno
 
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawaban
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawabanITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawaban
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawabanFransiska Puteri
 
Metode Analisis Gravimetri
Metode Analisis Gravimetri Metode Analisis Gravimetri
Metode Analisis Gravimetri Awal Rahmad
 
laporan praktikum pembuatan Propilena
laporan praktikum pembuatan Propilenalaporan praktikum pembuatan Propilena
laporan praktikum pembuatan Propilenawd_amaliah
 
Analisis kualitatif
Analisis kualitatifAnalisis kualitatif
Analisis kualitatifZamZam Pbj
 

What's hot (20)

Laporan Praktikum Destilasi
Laporan Praktikum DestilasiLaporan Praktikum Destilasi
Laporan Praktikum Destilasi
 
51226359 bab-gravimetri
51226359 bab-gravimetri51226359 bab-gravimetri
51226359 bab-gravimetri
 
Materi ka gravimetri 1
Materi ka gravimetri 1Materi ka gravimetri 1
Materi ka gravimetri 1
 
Ekstraksi cair cair
Ekstraksi cair cairEkstraksi cair cair
Ekstraksi cair cair
 
Laporan Pembuatan Garam Mohr
Laporan Pembuatan Garam MohrLaporan Pembuatan Garam Mohr
Laporan Pembuatan Garam Mohr
 
laporan praktikum analisis gravimetri
laporan praktikum analisis gravimetrilaporan praktikum analisis gravimetri
laporan praktikum analisis gravimetri
 
Kristalisasi 1 - Operasi teknik kimia
Kristalisasi 1 - Operasi teknik kimiaKristalisasi 1 - Operasi teknik kimia
Kristalisasi 1 - Operasi teknik kimia
 
Laporan Pratikum Konduktometri
Laporan Pratikum KonduktometriLaporan Pratikum Konduktometri
Laporan Pratikum Konduktometri
 
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
 
pembuatan natrium tiosulfat
pembuatan natrium tiosulfatpembuatan natrium tiosulfat
pembuatan natrium tiosulfat
 
Etil asetat
Etil asetatEtil asetat
Etil asetat
 
Laporan destilasi sederhana
Laporan destilasi sederhanaLaporan destilasi sederhana
Laporan destilasi sederhana
 
10 gravimetri
10 gravimetri10 gravimetri
10 gravimetri
 
Titrasi Pengendapan
Titrasi PengendapanTitrasi Pengendapan
Titrasi Pengendapan
 
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawaban
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawabanITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawaban
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawaban
 
Metode Analisis Gravimetri
Metode Analisis Gravimetri Metode Analisis Gravimetri
Metode Analisis Gravimetri
 
Titrasi asam basa
Titrasi asam basaTitrasi asam basa
Titrasi asam basa
 
Laporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutLaporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarut
 
laporan praktikum pembuatan Propilena
laporan praktikum pembuatan Propilenalaporan praktikum pembuatan Propilena
laporan praktikum pembuatan Propilena
 
Analisis kualitatif
Analisis kualitatifAnalisis kualitatif
Analisis kualitatif
 

Viewers also liked

Viewers also liked (6)

Efek temperatur
Efek temperaturEfek temperatur
Efek temperatur
 
Spektrometer uv
Spektrometer uvSpektrometer uv
Spektrometer uv
 
Susu kedelai
Susu kedelaiSusu kedelai
Susu kedelai
 
PETA - PETA KERJA (Industrial Engineering)
PETA - PETA KERJA (Industrial Engineering)PETA - PETA KERJA (Industrial Engineering)
PETA - PETA KERJA (Industrial Engineering)
 
Pembuatan Susu Bubuk
Pembuatan Susu BubukPembuatan Susu Bubuk
Pembuatan Susu Bubuk
 
Process flow diagram pg
Process flow diagram pgProcess flow diagram pg
Process flow diagram pg
 

Similar to OPTIMASI SUSU

Acara i karbohidrat
Acara i karbohidratAcara i karbohidrat
Acara i karbohidratUfi Ufy
 
Proses Perubahan Pada Pati (Swelling)
Proses Perubahan Pada Pati (Swelling)Proses Perubahan Pada Pati (Swelling)
Proses Perubahan Pada Pati (Swelling)Brawijaya University
 
laprak kimia es putar.docx
laprak kimia es putar.docxlaprak kimia es putar.docx
laprak kimia es putar.docxCahya Mutiara
 
Laprak analisis kadar air fix
Laprak analisis kadar air fixLaprak analisis kadar air fix
Laprak analisis kadar air fixbintangdamayanti
 
Makalah Desalinasi - Perkembangan Teknologi Desalinasi Air Laut (By. Any Dian...
Makalah Desalinasi - Perkembangan Teknologi Desalinasi Air Laut (By. Any Dian...Makalah Desalinasi - Perkembangan Teknologi Desalinasi Air Laut (By. Any Dian...
Makalah Desalinasi - Perkembangan Teknologi Desalinasi Air Laut (By. Any Dian...Luhur Moekti Prayogo
 
Laporan Praktikum Kokristalisasi Susu
Laporan Praktikum Kokristalisasi SusuLaporan Praktikum Kokristalisasi Susu
Laporan Praktikum Kokristalisasi SusuErnalia Rosita
 
Karamelisasi gelatinisasi
Karamelisasi   gelatinisasiKaramelisasi   gelatinisasi
Karamelisasi gelatinisasiIndah Nander
 
Laporan percobaan biokim fermentasi karbohidrat
Laporan percobaan biokim fermentasi karbohidratLaporan percobaan biokim fermentasi karbohidrat
Laporan percobaan biokim fermentasi karbohidratSafira Amalia Fardiana
 
Susu konsentrasi -susu_kental-
Susu konsentrasi -susu_kental-Susu konsentrasi -susu_kental-
Susu konsentrasi -susu_kental-Muhammad Luthfan
 
fdokumen.com_air-dalam-bahan-pangan.pptx
fdokumen.com_air-dalam-bahan-pangan.pptxfdokumen.com_air-dalam-bahan-pangan.pptx
fdokumen.com_air-dalam-bahan-pangan.pptxMuhammaddarmawan54
 
Laporan Praktikum Hard Candy
Laporan Praktikum Hard CandyLaporan Praktikum Hard Candy
Laporan Praktikum Hard CandyErnalia Rosita
 
Analisa kadar-air-dengan-metode-oven
Analisa kadar-air-dengan-metode-ovenAnalisa kadar-air-dengan-metode-oven
Analisa kadar-air-dengan-metode-ovenAgres Tarigan
 

Similar to OPTIMASI SUSU (20)

Acara i karbohidrat
Acara i karbohidratAcara i karbohidrat
Acara i karbohidrat
 
2. kuliah rpa pengeringan
2. kuliah rpa pengeringan2. kuliah rpa pengeringan
2. kuliah rpa pengeringan
 
Proses Perubahan Pada Pati (Swelling)
Proses Perubahan Pada Pati (Swelling)Proses Perubahan Pada Pati (Swelling)
Proses Perubahan Pada Pati (Swelling)
 
laprak kimia es putar.docx
laprak kimia es putar.docxlaprak kimia es putar.docx
laprak kimia es putar.docx
 
Laprak analisis kadar air fix
Laprak analisis kadar air fixLaprak analisis kadar air fix
Laprak analisis kadar air fix
 
Hidrasi Air
Hidrasi AirHidrasi Air
Hidrasi Air
 
Pengolahan Air Limbah PPT
Pengolahan Air Limbah PPTPengolahan Air Limbah PPT
Pengolahan Air Limbah PPT
 
Kimia air
Kimia airKimia air
Kimia air
 
Aplikasi bioteknologi 1
Aplikasi bioteknologi 1Aplikasi bioteknologi 1
Aplikasi bioteknologi 1
 
Makalah Desalinasi - Perkembangan Teknologi Desalinasi Air Laut (By. Any Dian...
Makalah Desalinasi - Perkembangan Teknologi Desalinasi Air Laut (By. Any Dian...Makalah Desalinasi - Perkembangan Teknologi Desalinasi Air Laut (By. Any Dian...
Makalah Desalinasi - Perkembangan Teknologi Desalinasi Air Laut (By. Any Dian...
 
Laporan Praktikum Kokristalisasi Susu
Laporan Praktikum Kokristalisasi SusuLaporan Praktikum Kokristalisasi Susu
Laporan Praktikum Kokristalisasi Susu
 
Karamelisasi gelatinisasi
Karamelisasi   gelatinisasiKaramelisasi   gelatinisasi
Karamelisasi gelatinisasi
 
Laporan percobaan biokim fermentasi karbohidrat
Laporan percobaan biokim fermentasi karbohidratLaporan percobaan biokim fermentasi karbohidrat
Laporan percobaan biokim fermentasi karbohidrat
 
Susu konsentrasi -susu_kental-
Susu konsentrasi -susu_kental-Susu konsentrasi -susu_kental-
Susu konsentrasi -susu_kental-
 
fdokumen.com_air-dalam-bahan-pangan.pptx
fdokumen.com_air-dalam-bahan-pangan.pptxfdokumen.com_air-dalam-bahan-pangan.pptx
fdokumen.com_air-dalam-bahan-pangan.pptx
 
Aplikasi Sifat Koligatif Larutan
Aplikasi Sifat Koligatif LarutanAplikasi Sifat Koligatif Larutan
Aplikasi Sifat Koligatif Larutan
 
Laporan Praktikum Hard Candy
Laporan Praktikum Hard CandyLaporan Praktikum Hard Candy
Laporan Praktikum Hard Candy
 
AIR
AIRAIR
AIR
 
Analisa kadar-air-dengan-metode-oven
Analisa kadar-air-dengan-metode-ovenAnalisa kadar-air-dengan-metode-oven
Analisa kadar-air-dengan-metode-oven
 
Evaporator
EvaporatorEvaporator
Evaporator
 

More from Rolina Zahhara Tambunan

Tugas heat transfer - menentukan k dan T
Tugas heat transfer - menentukan k dan TTugas heat transfer - menentukan k dan T
Tugas heat transfer - menentukan k dan TRolina Zahhara Tambunan
 
Komposisi nutrisi dan aktivitas antioksidan dari tomat
Komposisi nutrisi dan aktivitas antioksidan dari tomatKomposisi nutrisi dan aktivitas antioksidan dari tomat
Komposisi nutrisi dan aktivitas antioksidan dari tomatRolina Zahhara Tambunan
 
Kontaminasi pestisida pada sayuran dan implikasinya pada kesehatan masyarakat...
Kontaminasi pestisida pada sayuran dan implikasinya pada kesehatan masyarakat...Kontaminasi pestisida pada sayuran dan implikasinya pada kesehatan masyarakat...
Kontaminasi pestisida pada sayuran dan implikasinya pada kesehatan masyarakat...Rolina Zahhara Tambunan
 
Characterization of high purity lycopene from tomato
Characterization of high purity lycopene from tomatoCharacterization of high purity lycopene from tomato
Characterization of high purity lycopene from tomatoRolina Zahhara Tambunan
 

More from Rolina Zahhara Tambunan (8)

Tugas heat transfer - menentukan k dan T
Tugas heat transfer - menentukan k dan TTugas heat transfer - menentukan k dan T
Tugas heat transfer - menentukan k dan T
 
Salmonella heidelberg pada jus buah
Salmonella heidelberg pada jus buahSalmonella heidelberg pada jus buah
Salmonella heidelberg pada jus buah
 
Komposisi nutrisi dan aktivitas antioksidan dari tomat
Komposisi nutrisi dan aktivitas antioksidan dari tomatKomposisi nutrisi dan aktivitas antioksidan dari tomat
Komposisi nutrisi dan aktivitas antioksidan dari tomat
 
Kontaminasi pestisida pada sayuran dan implikasinya pada kesehatan masyarakat...
Kontaminasi pestisida pada sayuran dan implikasinya pada kesehatan masyarakat...Kontaminasi pestisida pada sayuran dan implikasinya pada kesehatan masyarakat...
Kontaminasi pestisida pada sayuran dan implikasinya pada kesehatan masyarakat...
 
Essai - proses fermentasi
Essai - proses fermentasiEssai - proses fermentasi
Essai - proses fermentasi
 
KONTAMINASI MIKROBA PADA SAYURAN
KONTAMINASI MIKROBA PADA SAYURANKONTAMINASI MIKROBA PADA SAYURAN
KONTAMINASI MIKROBA PADA SAYURAN
 
Characterization of high purity lycopene from tomato
Characterization of high purity lycopene from tomatoCharacterization of high purity lycopene from tomato
Characterization of high purity lycopene from tomato
 
Analisis regresi linier berganda
Analisis regresi linier bergandaAnalisis regresi linier berganda
Analisis regresi linier berganda
 

OPTIMASI SUSU

  • 1. PENTINGNYA TRANSISI GELAS DAN AKTIVITAS AIR UNTUK SPRAY DRYING DAN STABILITAS BUBUK SUSU Rolina Zahhara Tambunan PASKASARJANA ILMU PANGAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014
  • 2. Proses Pembuatan Susu Bubuk sumber: http://bbppbatu.bppsdmp.deptan.go.id       Menurut Judkins (1996), tahap-tahap proses pembuatan susu bubuk adalah perlakuan pendahuluan, pemanasan pendahuluan dan pengeringan. Perlakuan pendahuluan: penyaringan atau klarifikasi, separasi dan standardisasi. Pemanasan pendahuluan adalah menguapkan sebagian air yang terkandung oleh susu, sampai mencapai kadar kurang lebih 45-50% menggunakan evaporator. Menurut Suharto (1991), pengeringan pada dasarnya adalah suatu proses pemindahan atau pengeluaran kandungan air bahan pangan hingga mencapai kandungan tertentu agar kecepatan kerusakan bahan pangan dapat diperlambat. Menurut Suyitno et al. (1989), pengeringan merupakan usaha yang dilakukan untuk mengurangi air yang ada dalam bahan pangan sampai kadar air seimbang dengan kelembaban relatif sekitarnya. Proses pengurangan air atau pengeringan pada susu dapat dilakukan dengan berbagai alat baik dengan spray dryer dan drum atau roller dryer (suhu tinggi) maupun freeze dryer (suhu rendah).
  • 3. Contoh Diagram Alir Proses Produksi Susu Bubuk (http://bbppbatu.bppsdmp.deptan.go.id)
  • 4. Spray Drying Spray drying merupakan proses pencampuran dan pengeringan suatu larutan menjadi suatu bubuk yang homogen (Harris dan Karmas, 1975). Menurut Hadiwiyoto (1983), prinsip pengeringannya adalah menyemprotkan susu ke dalam ruangan yang panas melalui alat penyemprot yang disebut nozzel. Apabila susu yang telah sedikit kental disemprotkan akan membentuk kabut dan akan kering oleh udara panas dalam ruangan tersebut. Muljohardjo, (1990), menyatakan pengeringan dengan menggunakan metode spray drying biasanya menggunakan udara pengering atau panas yang akan mengalami kontak dengan bahan pangan yang dimasukkan ke dalam spray dryer dan biasanya kandungan air yang dihasilkan antara 2-3 %.
  • 5. ABSTRAK       Pengeringan dengan spray draying adalah metode dehidrasi cepat yang memungkinkan untuk produksi bubuk susu berkualitas tinggi. Dehidrasi dan penanganan bubuk berikutnya dan penyimpanan, namun, kedua bahan kimia dan perubahan fisik, seperti caking, kristalisasi laktosa, dan pencoklatan nonenzymatik, dapat mengganggu karakteristik bubuk dan mengakibatkan hilangnya bubuk berkualitas. Banyak perubahan berkaitan keadaan fisik laktosa, sebagai penghilangan air cepat pada hasil spray drying dalam pembentukan kadar air atau kelembapan yang rendah, amorf, struktur nonkristalin laktosa dan komponen susu lainnya. Komponen amorf bisa ada sebagai padatan seperti gelas atau kaca atau cairan viskos dengan pendinginan yang sangat tinggi (supercooled). Pembentukan dari amorf, laktosa glassy selama pengeringan secara spray memungkinkan produksi bubuk yang mengalir bebas. Temperatur tinggi atau kandungan air sisa di tahap-tahap proses
  • 6.      Transisi kaca amorf laktosa terjadi di sekitar suhu kamar pada suatu konten air sekitar 6.8 g (g × 100)-1 laktosa sesuai dengan kelembaban relatif seimbang dari 37% dan 0.37 aw (air aktivitas). Pada kandungan air lebih tinggi, seperti kaca transisi laktosa amorf baik dibawah suhu penyimpanan, susu bubuk, menjadi lengket dan amorf laktosa bisa bergantung pada waktu kristalisasi. Kristalisasi laktosa amorf mungkin juga melepaskan air sorbed dari bahan amorf, yang meningkatkan perubahan deteriorative lain, seperti reaksi pencoklatan nonenzymatik. Laktosa amorf dalam susu bubuk merangkum susu lemak, yang, sebagai akibat dari kristalisasi laktosa, dirilis dan menjadi rentan untuk oksidasi cepat. Transisi gelas dan aktivitas air adalah, kemampuan proses pengendalian faktor penting, penanganan properti dan stabilitas bubuk susu.
  • 7. I. PENDAHULUAN       Padatan produk susu didehidrasi termasuk laktosa, lipid, protein dan mineral. Laktosa, protein dan mineral tercampur penuh dengan air atau larut air sementara lipid memiliki cukup sedikit interaksi dengan air [10]. Keadaan fisik padatan non-lemak (SNF) sangat bergantung pada konten air [2, 3, 10] dan, oleh karena itu, sangat penting dalam mendefinisikan perilaku pengeringan dan stabilitas makanan dari susu yang dikeringkan [4, 9]. Laktosa dalam susu cair larut dalam fasa air secara kontinyu, yang juga mengandung lemak dan protein terdispersi. Ketika diinginkan, laktosa mungkin dikristalkan sebelum dehidrasi, tetapi cairan yang dikonsentrasikan awal juga dikeringkan dengan spraying tanpa kristaliasasi awal laktosa. Meskipun cairan dikonsentrasikan awal menjadi jenuh dengan laktosa, kristalisasi mungkin tidak terjadi sebelum pengeringan dengan spray jika hanya dalam waktu singkat diperbolehkan antara penguapan dan pengeringan. Penghilangan air yang cepat di pengeringan dengan spray berikutnya tidak mengizinkan kristalisasi laktosa dan sementara air dipindahkan, laktosa ditransformasikan ke seperti padatan, amorf, kaca secara langsung dari keadaan Oleh karena terlarut [11, 12]. itu, sifat fisikokimia jenuh dari supersaturated, laktosa amorf penting dalam penyesuaian kondisi spray drying dan stabilitas penyimpanan banyak bubuk susu [9, 15].
  • 8.       Beberapa perubahan secara fisikokimia bubuk susu langsung atau tidak langsung terkait dengan transisi kaca laktosa amorf. Transisi kaca adalah transisi keadaan material amorf yang terjadi antara padat, kaca dan cairan yang supercooled [9, 17, 18]. Bahan amorf adalah system tidak setimbang dan banyak perubahan, termasuk kaca transisi itu sendiri, memiliki karakteristik bergantung pada waktu [9]. Pada mobilitas molekul secara umum, dalam keadaan kaca dibatasi rotasi tomolecular dan vibrasi sementara di atas transisi kaca, gelas mobilitas translasional cukup stabil, gelas cukup stabil, tetapi stabilitas jangka panjang hilang di atas transisi kaca. Sebagai contoh, amorf, laktosa kaca menjadi cukup stabil, tetapi sebagai mobilitas molecular menjadi signifikan atas proses transisi, sifat seperti padat [4, 9, 11]. Ada juga gaya dorong terhadap keadaan kristal setimbang secara termodinamik dan transisi kaca juga menghasilkan menghasilkan kristalisasi bergantung waktu [11-13]. Selain itu, lengket dan caking bubuk, dan tingkat reaksi kimia difusi terkontrol dapat dikendalikan oleh transisi kaca [9, 17].
  • 9.   Signifikansi transisi kaca pada proses spray drying telah menerima cukup sedikit perhatian meskipun transisi kaca berhubungan perubahan bubuk susu telah diakui dengan baik. Artikel membahas peran transisi kaca dalam spray drying dan dalam kontrol stabilitas bubuk susu.
  • 10. 2. PEMBENTUKAN KACA PADA SPRAY DRYING  Spray drying melibatkan atomisasi dari cairan dan berikutnya penguapan air sebagai material sepanjang chamber pengeringan. Meskipun sejumlah Spray drier berbeda dapat digunakan, sesuai prinsip-prinsip pembentukan kaca berlaku menurut Gambar 1.
  • 11.  Gambar 1. Pembentukan struktur amorf pada dehidrasi dan hubungan antara kesetimbangan (larutan, padatan kristal) dan keadaan non kesetimbangan (padatan amorf dan cair).
  • 12.  Dehidrasi partikel cairan diatomisasi dihasilkan dari permukaan partikel inti dalam.  Lapisan solutes terkonsentrasi terbentuk pada permukaan partikel dan mungkin ada penurunan suhu partikel karena pendinginan yang evaporatif.  Penghilangan air sangat cepat secara ekstrim meningkatkan viskositas padatan tersisa dan permukaan partikel mendekati keadaan glassy sebelum bertabrakan dengan partikel lain atau dinding pengering.  Telah ditemukan bahwa viskositas permukaan yang kritis mengakibatkan stickiness dan caking adalah > 107 Pa·s [1] dan umumnya nilai yang diterima untuk viskositas bahan glassy adalah mengatakan 1012 Pa·s [18].  Demikian viskositas permukaan tinggi viskositas pengeringan permukaan partikel memungkinkan pembentukan padatan, partikel individual yang dapat terkena perlakuan lebih lanjut dalam tahap pengeringan berikutnya, Misalnya, aglomerasi pada fluidised bed dryer atau suatu sabuk.  Vitrifikasi permukaan partikel dalam spray drying penting dalam memungkinkan aliran bebas partikel melalui pengeringan chamber dan menghindari caking partikel dengan setiap yang lain dan pada permukaan pengering.  Di akhir dari proses pengeringan, temperatur partikel dan konten air harus mendukung padatan, keadaan glassy.
  • 13. 3. SIFAT PADATAN SUSU AMORF        Komponen amorf utama dalam padatan susu adalah karbohidrat dan protein. Komponen ini keduanya dapat bercampur dengan air dan setidaknya sebagian larut dengan satu sama lain. Namun, sangat mungkin bahwa sebagian protein ada setidaknya sebagian fase dipisahkan dari karbohidrat dalam susu bubuk terhidrasi [6]. Diketahui bahwa temperatur leleh dari kristal, bahan larut air menurun dengan meningkatnya kadar air [11, 12]. Transisi kaca laktosa anhidrat, seperti yang diamati menggunakan DSC, memiliki T awal 101 oC [12], yang merupakan salah satu dari T tertinggi diukur untuk disakarida "anhidrat" [9]. T Transisi gelas komponen susu anhidrat dan padatan diberikan dalam tabel 1. Transisi kaca yang diamati dalam bubuk susu terkait erat dengan laktosa yang murni [3, 4]. Namun, jika laktosa terhidrolisis, Tg diamati menurun secara dramatis, karena banyak Tg lebih rendah dari komponen glukosa dan galaktosa [3]. Ini juga mengakibatkan perubahan signifikan dalam perilaku spray drying dan stabilitas penyimpanan dari padatan susu laktosaterhidrolisis [9].
  • 14.  Karbohidrat amorf, termasuk laktosa dan produk hidrolisis secara signifikan diplastiskan oleh air, yang diamati dari penurunan Tg dengan kadar air. Efek air pada theTg susu solidsmay diprediksi menggunakan persamaan GordonTaylor (1) [3, 9],  Diagram keadaan laktosa ditunjukkan pada gambar 2. Diagram laktosa adalah berguna dalam menjelaskan efek air pada laktosa properti didehidrasi dan produk susu dehidrasi. Informasi air plastisisasi juga dapat ditampilkan dengan sifatsifat penyerapan air (Gambar 3), yang memungkinkan evaluasi sejauh plastisisasi air dari bubuk susu dalam berbagai kondisi penyimpanan.
  • 15.
  • 16. Gambar 3. T transisi gelas dan sifat penyerapan air laktosa amorf dan serbuk susu skim. Transisi gelas ditekan sampai 24 oC pada aktivitas air kritis dari 0.37 (sesuai untuk RH penyimpanan kritis 37%). Kandungan air kritis sesuai untuk laktosa adalah 6,8 dan padatan susu skim 7.6 g (g × 100) padatan. Data dari Jouppila dan Roos [3].
  • 17. 4. TRANSISI GELAS PADA SPRAY DRYING     Beberapa studi telah menunjukkan bahwa sifat lengket dari bubuk terdehidrasi terjadi sebagai suatu hasil dari plastisisasi permukaan partikel dan menurun serentak pada viskositas yang memungkinkan pembentukan link cair antara partikel bubuk [7]. Suhu transisi gelas padatan susu skim menampilkan zona kekakuan dan caking di sekitar 10 oC atau lebih tinggi di atas Tg diukur oleh DSC ditunjukkan pada gambar 4. Walaupun kandungan air dalam keadaan akhir pengeringan partikel dan antara partikel individual, sifat-sifat permukaan dapat berubah untuk memungkinkan aglomersi yang dapat bervariasi secara signifikan, suhu partikel dapat diasumsikan menurun selama dehidrasi awal. Laktosa ada paling mungkin sebagai sirup sangat jenuh dalam fase padatan.
  • 18. Gambar 4. Transisi gelas padatan susu skim dengan temperature partikel hipotetis selama penghilangan air pada spray drying, dan pembentukan partikel padatan menyerupai kaca pada akhir pengeringan.
  • 19. Sifat permukaan partikel yang dikeringkan berhubungan dengan viskositas permukaan [1]. Viskositas sebagai hasil dari penguapan atau pembuangan air meningkat pesat sebagai transisi gelas yang didekati. Perubahan Viskositas material amorf sering digambarkan menggunakan persamaan Williams-Landel-feri (WLF) (2), yang menyatakan waktu relaksasi diatas transisi gelas untuk suatu temperatur referensi [19]
  • 20.  Jika Tg diambil sebagai referensi suhu, waktu relaksasi, τ, dan viskositas, η, terkait dengan nilai-nilai pada transisi gelas (τg dan ηg) dan plastisisasi, dan didefinisikan dengan perbedaan suhu, T – Tg, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5. Gambar 5. waktu relatif relaksasi atas transisi gelas, seperti yang diperkirakan oleh hubungan WLF.
  • 21. 5. TRANSISI GELAS DAN STABILITAS SERBUK    Sifat-sifat bubuk yang umum dengan laktosa amorf atau bahkan sejumlah laktosa amorf dapat dihubungkan ke transisi gelasnya. [2–5, 9, 13]. Ini mencakup surface stickiness dan caking [11], kristalisasi laktosa bergantung waktu [13] dan rilis lemak dienkapsulasi [16], dan meningkatkan laju pencoklatan nonenzimatik [15] dan oksidasi lemk [16]. Perubahan sifat mekanik dan difusi bertanggung jawab terhadap sifat lengket, caking dan kristalisasi laktosa, tetapi perubahan dalam tingkat reaksi lebih rumit dan dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk pH, heterogeneitas dalam distribusi air, dan miscibility protein dan karbohidrat.
  • 22. 5.1. Stickiness, caking and crystallisation    Lengket dan caking adalah masalah yang umum dalam menangani bubuk yang mengandung karbohidrat amorf. Lengket dan caking muncul sebagai viskositas penurunan komponen amorf dan adhere bubuk partikel [7]. Lebih lanjut perkembangan plastisisasi sering diikuti oleh runtuhnya struktur sebagai hasil peningkatan aliran dan kristalisasi laktosa, yang mungkin terjadi langsung pada tingkat termal tinggi dan air plastisisasi [9]. Pengembangan stickiness, caking dan kristalisasi akibat plastisisasi ditampilkan untuk susu skim pada gambar 6.
  • 23. Figure 6: Glass transition related changes in mechanical properties and crystallisation in skim milk with amorphous lactose.
  • 24.  The crystallisation of lactose is highly time- dependent following the typical crystallisation rate behaviour of amorphous solids. The time-dependent lactose crystallisation in dairy powders is often observed in water sorption studies [3, 9]. These have shown that above a critical storage relative humidity, there is a loss of sorbed water (Fig. 7). Figure 7. Sorption isotherm of skim milk solids. Crystallisation of amorphous lactose results in time-dependent loss of sorbed water.
  • 25. 5.2. Molecular mobility and stability maps     The glass transition in dairy powders with amorphous components is related to molecular mobility. The amorphous solids in the solid glass are frozen in a high viscosity state and they exhibit only molecular vibrations and side chain rotations. As the material undergoes the glass transition, the molecular mobility increases and translational motion of the molecules appears. This has been related to increasing rates of bimolecular reactions and enzyme activity in lowmoisture food systems [9, 17]. A hypothetical stability map for dehydrated skim milk with amorphous lactose is shown in Figure 8.
  • 26. Figure 8. Stability map for dairy powders containing amorphous lactose. The critical water activity corresponds to the glass transition depression of amorphous lactose to 24 oC, which may enhance deteriorative changes and loss of quality.
  • 27.    At the critical water activity,the glass transition is decreased to storage temperature and further increases in water activity result in a decrease in viscosity of particles, stickiness, caking, and rapid increases in rates of lactose crystallisation and diffusion controlled reactions [4, 9]. Lactose crystallisation is responsible for release of encapsulated lipids and subsequent rapid oxidation in dairy powders [16]. The nonenzymatic browning reaction has also een observed to proceed at increasing rates above glass transition and it is substantially accelerated by an increase in water activity following crystallisation of amorphous lactose in dairy powders [14].
  • 28. KESIMPULAN     Transisi fase dan keadaan, termasuk transisi gelas, memiliki peran penting pada suatu control yang tepat dari proses spray drying dari bahan susu dan kualitas produk yang diperoleh. Selain itu, transisi penting dalam pemahaman kestabilan produk susu dehidrasi. transisi gelas mempengaruhi laktosa amorf berpengaruh pada perkembangan sifat-sifat partikel selama proses spray drying dan proses aglomerasi berikutnya. Pengetahuan lebih lanjut dari temperature partikel dan kandungan air pada proses dehidrasi diperlukan untuk memahami dan mengurangi kekakuan yang tidak diinginkan dan caking partikel dalam berbagai tahap drying process dan penanganan bubuk. Selain itu, pengertian ini penting dalam mengendalikan stabilitas bubuk susu spray drying dan untuk menghindari kerusakan akibat dari kristalisasi laktosa atau reaksi kimia
  • 29. REFERENCES [1] Downton D.P., Flores-Luna J.L., King C.J., Mechanism of stickiness in hygroscopic, amorphous powders, Ind. Eng. Chem. Fundam. 21 (1982) 447–451. Y.H., Glass transitions, water plasticization, and lactose crystallization in skim milk powder, J. Dairy Sci. 80 (1997) 3152–3160. [3] Jouppila K., Roos Y.H., Glass transitions and crystallization in milk powders, J. Dairy Sci. 77 (1994) 2907–2915. [4] Jouppila K., Kansikas J., Roos [6] Kalichevsky M.T., Blanshard J.M.V., Tokarczuk P.F., Effect of water content and sugars on the .....etc [5] Jouppila K., Kansikas J., Roos Y.H., Crystallization and X-ray REFERENCES diffraction of crystals formed in water[2] Jouppila K., RoosY.H.,Water plasticized amorphous lactose, sorption and timedependent phenomena ofmilk powders, J. Dairy Biotechnol. Sci. 77 (1994) 1798–1808. Progr. 14 (1998) 347–350.
  • 31. Browning   Laktosa merupakan gula reduksi, sehingga akan bereaksi dengan amin untuk membentuk komponen reaksi Maillard yang spesifik (pencoklatan non enzimatik). Laktosa juga dapat membentuk karamel, walaupun membutuhkan temperatur yang lebih tinggi dibanding sebagian besar gula. Laktosa mulai menjadi karamel pada suhu 150-160 oC dan menjadi coklat pada suhu 175 oC. Pada produk caramel-type confection dan bakery, diinginkan adanya pengembangan flavor dan color dari interaksi antara laktosa dan amin. Penambahan laktosa akan mempertahankan warna coklat emas yang diinginkan pada produk-produk baked selama disimpan.
  • 32. Solubility / Crystallization      Laktosa dapat larut, tetapi kelarutannya lebih rendah (low solubility) dibanding gula lain misalnya sukrosa, fruktosa dan dekstrosa. Kelarutan laktosa sangat terbatas jika penambahan laktosa atau ingridien susu ke dalam bahan pangan mengandung laktosa konsentrasi tinggi. Dalam produk susu kental manis kristalisasi dikontrol dengan penambahan kristal inti /biji laktosa ke dalam larutan jenuh. Kristal yang terbentuk sangat kecil dan impalatable. Jika ukuran kristal laktosa terkontrol, maka kristalisasi dapat meningkatkan tekstur yang diinginkan pada produk-produk confection. Dalam panning produk confectionery, laktosa mencegah kristalisasi sukrosa dengan cara pembentukan lapisan pelindung yang terbentuk pada
  • 33.
  • 34. Kondisi Operasi pada Spray Drying Kondisi operasi antara lain udara pengering yang masuk berkisar pada temperatur 170OC dan bahan diatur dengan temperatur 96OC. Sebelum masuk spray dryer susu kedelai dikentalkan terlebih dahulu dengan evaporator sampai mempunyai kadar 45-50% untuk mempercepat pengeringan dan meningkatkan kapasitas pengeringan. Feed yang diumpankan menggunakan atomisasi dengan diameter tertentu dan atomizer tersebut berputar dengan kecepatan tinggi yakni 5.000-10.000 rpm. (McCabe, Unit Operation)
  • 36. proses spray drying terdiri dari beberapa tahap proses yang dapat dilihat pada tabel berikut ini (Perry, Chemical Engineering Handbook, 8thedition)