SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
Download to read offline
Milla Mustikawati Sugandi, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis
Siswa SMP (Studi Eksperimen pada Siswa SMP di Kota Cimahi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini berkembang sangat
pesat. Hal ini mengakibatkan sumber informasi dapat diperoleh dengan mudah
dan relatif singkat. Kemajuan tersebut tentu harus dibarengi dengan kualitas
sumber daya manusianya agar dapat memanfaatkan ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan sebaik-baiknya. Sumber daya manusia sangat menentukan arah
kemajuan teknologi, oleh sebab itu pembangunan sumber daya manusia (SDM)
harus diutamakan. Salah satu cara agar setiap individu memiliki pengetahuan,
wawasan, dan keterampilan, adalah melalui pendidikan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Tirtarahardja (2005:300) bahwa pendidikan menduduki posisi sentral
dalam pembangunan karena sasarannya adalah peningkatan kualitas SDM.
Salah satu peranan penting pendidikan dalam pembangunan adalah melalui
pendidikan manusia dapat mengembangkan dirinya sehingga mereka siap setiap
ada perubahan yang terjadi akibat ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini sejalan
dengan fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-
undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 3, yaitu:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
2
Milla Mustikawati Sugandi, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis
Siswa SMP (Studi Eksperimen pada Siswa SMP di Kota Cimahi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk merealisasikan harapan
tersebut, seperti melakukan bermacam-macam perubahan serta pembaruan dalam
bidang pendidikan agar sumber daya manusianya dapat bersaing dalam era
globalisasi.
Berbagai jenis tes berskala internasional telah diikuti Indonesia. Salah
satunya ialah dengan terlibat dalam Program for International Student Assessment
(PISA) dan Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS).
Keterlibatan ini sebagai upaya untuk mengetahui dan mengevaluasi program
pendidikan di negara Indonesia jika dibandingkan dengan negara-negara peserta
lainnya. Hal ini dapat menjadi rujukan dalam memperbaiki kualitas pendidikan di
Indonesia agar sumber daya manusianya dapat bersaing secara global dan tidak
tertinggal dengan negara-negara lain.
PISA dan TIMSS merupakan studi internasional yang salah satu
kegiatannya mengukur kemampuan matematika siswa di negara-negara yang
terlibat dalam studi tersebut. Matematika menjadi salah satu materi yang diujikan
dalam PISA dan TIMSS, karena kegunaannya sebagai dasar dalam perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Berdasarkan hasil studi tersebut dapat terlihat
bahwa kemampuan matematis siswa Indonesia masih rendah jika dibandingkan
dengan negara-negara peserta yang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa mutu
pendidikan di Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara
peserta yang lain. Menurut Koran Kompas (dalam Kemdiknas, 2011:14),
Tiga hasil studi internasional menyatakan, kemampuan siswa Indonesia
untuk semua bidang yang diukur secara signifikan ternyata berada di
bawah rata-rata skor internasional yang sebesar 500. Adapun tiga studi
internasional itu antara lain PIRLS 2006, PISA 2006, dan TIMSS 2007.
3
Milla Mustikawati Sugandi, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis
Siswa SMP (Studi Eksperimen pada Siswa SMP di Kota Cimahi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Berdasarkan studi PISA tahun 2003, Indonesia berada di urutan 39 dari 41
negara untuk Matematika dan IPA. Pada kedua bidang itu, di Asia
Tenggara posisi Indonesia di bawah Malaysia dan Thailand.
Hasil PISA 2009 dan TIMSS 2011 juga tidak jauh berbeda, untuk bidang
matematika pada PISA 2009 Indonesia berada di urutan ke-61 dengan skor 371
dari 65 negara dan pada TIMSS 2011 Indonesia berada di urutan ke-38 dengan
skor 386 dari 42 negara yang siswanya dites. Skor Indonesia ini turun 11 poin dari
penilaian tahun 2007 (Napitupulu, 2012). Sejalan dengan hal tersebut, Mullis
(dalam Fakhrudin, 2010) mengemukakan bahwa pelajar SMP kelas VIII Indonesia
yang mengikuti kompetisi sangat lemah dalam menyelesaikan soal-soal yang
tidak rutin (masalah matematik), baik dalam menyelesaikan soal-soal tentang
fakta dan prosedur. Berdasarkan kedua hasil studi internasional tersebut, banyak
faktor yang menyebabkan kemampuan matematika siswa Indonesia masih rendah,
salah satunya karena siswa Indonesia kurang terlatih dalam menyelesaikan
masalah-masalah tidak rutin yang membutuhkan penalaran untuk
menyelesaikannya.
PISA merupakan studi internasional yang rutin dilakukan setiap tiga tahun
sekali. Tujuan diselenggarakannya PISA yaitu untuk mengukur kemampuan siswa
dan mengetahui kesiapan siswa dalam menghadapi tantangan dimasa depan.
Sesuai dengan tujannya, PISA mengumpulkan berbagai informasi mengenai
pengetahuan, latar belakang siswa, dan latar belakang sekolah untuk dijadikan
rujukan atau sebagai pembanding untuk negara-negara peserta dalam membuat
suatu kebijakan guna meningkatkan mutu pendidikan. PISA mengukur
kemampuan literasi membaca, matematika, dan IPA untuk siswa yang berusia 15
4
Milla Mustikawati Sugandi, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis
Siswa SMP (Studi Eksperimen pada Siswa SMP di Kota Cimahi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
tahun atau setara dengan siswa SMP. Aspek matematika yang dinilai dalam PISA
adalah kemampuan pemecahan masalah (problem solving), kemampuan penalaran
(reasoning), dan kemampuan komunikasi (communication) (PISA, 2006).
PISA membuat suatu tingkatan kompetensi matematis yang dapat dicapai
oleh siswa berdasarkan tingkat kecakapan. Kompetensi matematis yang dibuat
oleh PISA tersebut terdiri dari 6 tingkatan yang berjenjang, adapun ke enam
tingkatan tersebut (Hayat dan Yusuf, 2010:263), yaitu sebagai berikut:
Tabel 1.1
Deskripsi 6 Tingkatan Kompetensi Matematis dalam PISA
Level Kriteria
1
Siswa dapat menggunakan pengetahuannya untuk
menyelesaikan soal rutin, dan dapat menyelesaikan
masalah yang konteksnya umum.
2
Siswa dapat menginterpretasikan masalah dan
menyelesaikannya dengan menggunakan rumus.
3
Siswa dapat melaksanakan prosedur dengan baik dalam
menyelesaikan soal serta dapat memilih strategi
pemecahan masalah yang sederhana.
4
Siswa dapat bekerja secara efektif dengan model dan
dapat memilih serta mengintegrasikan representasi yang
berbeda, kemudian menghubungkannya dengan dunia
nyata.
5
Siswa dapat bekerja dengan model untuk situasi yang
kompleks serta dapat menyelesaikan masalah yang
rumit.
6
Siswa dapat menggunakan penalarannya dalam
menyelesaikan masalah matematis, dapat membuat
generalisasi, merumuskan serta mengkomunikasikan
hasil temuannya.
Tingkatan kompetensi matematis tersebut memperlihatkan kemampuan
siswa dalam menyelesaikan soal-soal literasi matematis yang diujikan dalam
PISA. Literasi matematis atau melek matematis, menurut draft assessment
framework PISA (dalam OECD, 2012) adalah kemampuan seseorang untuk
5
Milla Mustikawati Sugandi, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis
Siswa SMP (Studi Eksperimen pada Siswa SMP di Kota Cimahi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
merumuskan, menerapkan dan menafsirkan matematika dalam berbagai konteks,
termasuk kemampuan melakukan penalaran secara matematis dan menggunakan
konsep, prosedur, dan fakta untuk menggambarkan, menjelaskan atau
memperkirakan fenomena atau kejadian.
Literasi matematis sangat berkaitan dengan dunia nyata, oleh karena itu
dalam literasi matematis kita dituntut untuk memahami peranan matematika
dalam kehidupan nyata dan menggunakannya dalam menyelesaikan masalah yang
berhubungan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dalam hal-hal tertentu,
peranan konsep, struktur, serta ide matematis digunakan sebagai alat untuk
mengubah permasalahan dalam dunia nyata kedalam manipulasi simbol
(Kusumah, 2011). Sejalan dengan hal tersebut, dalam literasi matematis juga
dilibatkan kemampuan untuk mengubah (transform) permasalahan dari dunia
nyata ke bentuk matematika atau justru sebaliknya, yaitu menafsirkan suatu hasil
atau model matematika ke dalam permasalahan aslinya.
Literasi matematis masih dipandang sebagai pemahaman matematika yang
penting bagi seseorang dalam mempersiapkan dirinya untuk hidup dalam
masyarakat modern, melalui kegiatan sehari-hari yang sederhana untuk
mempersiapkan peran yang profesional (Stacey, 2012). Sejalan dengan hal
tersebut maka pengetahuan dasar matematis sangat diperlukan agar setiap orang
bisa bertahan sesuai dengan tuntutan jaman. Menurut Kusumah (2011) orang yang
memiliki literasi matematis memiliki kemampuan bekomunikasi, memberikan
penilaian, dan menyatakan apresiasi terhadap matematika. Oleh karena itu,
seseorang dikatakan memiliki kemampuan literasi matematis jika orang tersebut
6
Milla Mustikawati Sugandi, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis
Siswa SMP (Studi Eksperimen pada Siswa SMP di Kota Cimahi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dapat menggunakan pengetahuan serta keterampilan matematisnya dalam
menyelesaikan suatu masalah.
Menurut Depdiknas (dalam Kusumah, 2011), kemampuan matematik
siswa Indonesia dalam PISA 2003 adalah level 1 (sebanyak 49,7% siswa), level 2
(25,9%), level 3 (15,5%), level 4 (6,6%), dan level 5-6 (2,3%). Berdasarkan hasil
studi tersebut terlihat bahwa kebanyakan siswa Indonesia kesulitan dalam
menyelesaikan soal literasi matematika pada level 3 sampai level 6. Soal-soal
pada level tersebut sudah menuntut siswa untuk menggunakan kemampuan
bernalarnya dalam menyelesaikan masalah-masalah yang kompleks atau non
rutin. Selain itu, untuk menyelesaikan masalah pada level tersebut siswa harus
mahir dalam menyatakan masalah dalam bentuk model matematika, memberikan
argumen berdasarkan hasil yang diperoleh serta fakta yang ada. Hal itu
mengisyaratkan bahwa kemampuan literasi matematis siswa Indonesia baru
mencapai tahap pengoperasian matematika yang masih sederhana. Adapun contoh
soal yang diujikan dalam PISA (Kemdiknas, 2011), adalah sebagai berikut:
School excursion
A school class wants to rent a coach for an excursion, and three companies are
contacted for information about prices. Company A charges an initial rate of 375
zed plus 0.5 zed per kilometre driven. Company B charges an initial rate of 250
zed plus 0.75 zed per kilometre driven. Company C charges a flat rate of 350 zed
up to 200 kilometres, plus 1.02 zed per kilometre beyond 200 km. Which company
should the class choose, if the excursion involves a total travel distance of
somewhere between 400 and 600 km?
Soal tersebut menyajikan beberapa pilihan dan siswa diminta untuk
memilih yang terbaik dari beberapa pilihan yang tersaji dalam soal. Selain itu,
soal ini menuntut siswa untuk bisa bernalar dan berargumentasi dalam
7
Milla Mustikawati Sugandi, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis
Siswa SMP (Studi Eksperimen pada Siswa SMP di Kota Cimahi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
menyelesaikan masalah. Proses matematika yang diuji pada soal ini adalah
kemampuan untuk merumuskan suatu hubungan, membuat model persamaan dan
pertidaksamaan. Menurut Kemdiknas (2011) dalam menyelesaikan soal-soal
PISA, diperlukan kemampuan pemecahan masalah yang terdiri atas empat tahap,
yaitu memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah, melaksanakan
pemecahan masalah, dan mengecek hasil pemecahan masalah, serta diperlukan
juga kreativitas yang tinggi. Seharusnya dalam menyelesaikan soal-soal PISA
siswa tidak merasa kesulitan, karena kemampuan yang diperlukan sesuai dengan
kemampuan yang ada pada tujuan pembelajaran matematika.
Masalah yang muncul tentang kesulitan siswa dalam mempelajari
matematika adalah karena banyak siswa yang mengangap bahwa pelajaran
matematika itu sulit, dan ada siswa yang beranggapan bahwa ia tidak berbakat
dalam matematika. Sikap siswa yang seperti ini akan membuat mereka kesulitan
dalam menjalani kehidupannya, karena kompetensi matematis akan semakin
berkembang dan semakin dibutuhkan di masa depan. Para siswa seharusnya
memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,
serta sikap ulet dan percaya diri. Apabila siswa memiliki sikap tersebut akan
tumbuh dan terbentuk disposisi matematis.
Menurut Sumarmo (2011a) disposisi matematis (mathematical disposition)
yaitu keinginan, kesadaran, kecenderungan dan dedikasi yang kuat pada diri siswa
untuk berpikir dan berbuat secara matematik dengan positif. Oleh karena itu,
dalam mempelajari matematika perlu ditanamkan disposisi matematis pada siswa.
8
Milla Mustikawati Sugandi, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis
Siswa SMP (Studi Eksperimen pada Siswa SMP di Kota Cimahi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Aspek afektif tersebut dapat memberikan pengaruh terhadap literasi matematis
siswa. Dengan adanya sikap tersebut dalam diri siswa diharapkan siswa dapat
lebih menghargai matematika, sehingga siswa akan termotivasi untuk
mempelajari matematika dan menggunakannya untuk menyelesaikan masalah
yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan
matematika yang ada dalam KTSP 2006 (Depdiknas, 2006:346) yaitu memiliki
sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memilki rasa
ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta siap ulet
dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Sesuai dengan tujuan pembelajaran
matematika, NCTM (dalam Kesumawati, 2011:5) menyatakan bahwa “The
assessment of students’ mathematical disposition should seek information about
their:
1. Confidence in using mathematics to solve problems, to communicate
ideas and to reason;
2. Flexibility in exploring mathematical ideas and trying alternative
methods in solving problems;
3. Willingness to preservere in mathematical tasks;
4. Interest, curiosity, and inventiveness in doing mathematics;
5. Inclination to monitor and reflect on their own thinking and performance;
6. Valuing of the application of mathematics to situations arising in other
disciplines and everyday experience;
7. Appreciation of the role of mathematics in our culture and its value as a
tool and as a language.
9
Milla Mustikawati Sugandi, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis
Siswa SMP (Studi Eksperimen pada Siswa SMP di Kota Cimahi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Berdasarkan uraian di atas, disposisi matematis perlu dikembangkan
dalam pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan pendapat Katz (1993)
yang mengatakan bahwa proses pembelajaran hendaknya memperhatikan
pengembangan disposisi matematis siswa. Disposisi matematis dapat dilihat dari
sikap siswa selama pembelajaran, seperti keinginan siswa dalam menemukan
solusi suatu masalah dengan berbagai macam cara, menjelaskannya pada siswa
lain, dan dapat menerima pendapat yang berbeda. Akan tetapi, menurut
Ruseffendi (dalam Mulyana, 2009) siswa yang menyenangi matematika hanya
pada permulaan mereka berkenalan dengan matematika yang sederhana, makin
tinggi tingkatan sekolahnya dan makin sukar matematika yang dipelajarinya akan
semakin berkurang minatnya. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Mulyana
(2009) kegagalan siswa dalam mengembangkan disposisi matematikanya terjadi
di sekolah menengah atas, karena mereka memiliki peluang untuk menghindari
mata pelajaran matematika, padahal disposisi matematis dapat mempengaruhi
perkembangan kognitif siswa untuk mendapatkan hasil yang baik dalam
mempelajari matematika.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada siswa SMP
peringkat tinggi, sedang, dan rendah sebanyak 297 orang di kota Palembang.
Hasil studi menunjukkan persentase perolehan skor rerata disposisi matematis
siswa baru mencapai 58 persen yang diklasifikasikan rendah (Kesumawati, 2011).
Studi tersebut meliputi indikator-indikator disposisi matematis yang tercantum
dalam NCTM. Rendahnya kemampuan literasi dan disposisi matematis siswa
diakibatkan proses pembelajaran di sekolah belum bisa memfasilitasi siswa untuk
10
Milla Mustikawati Sugandi, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis
Siswa SMP (Studi Eksperimen pada Siswa SMP di Kota Cimahi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
bisa berpikir secara optimal. Pada kenyataannya di lapangan, siswa hanya
berperan sebagai penerima informasi sehingga pembelajaran yang dilakukan tidak
bermakna. Sesuai dengan pendapat Soedijarto (dalam Mulyana, 2008:4) bahwa
kegiatan pembelajaran di negara berkembang (termasuk Indonesia) pada saat ini
tidak lebih dari mencatat, menghapal, dan mengingat kembali dan tidak
menerapkan pendekatan moderen dalam proses pembelajaran. Padahal
pembelajaran di sekolah seharusnya dapat menunjang siswanya untuk bisa belajar
secara bermakna. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan di sekolah seharusnya
dapat membuat siswa untuk aktif. Kemampuan guru mengatur proses belajar
mengajar dengan baik, akan menciptakan situasi yang memungkinkan anak
belajar, sehingga merupakan titik awal keberhasilan pengajaran (Djamarah dan
Zain, 2006).
Sehubungan dengan hal tersebut, diperlukan suatu perubahan dan variasi
dalam mengajar matematika agar pembelajaran yang terpusat pada guru berubah
menjadi terpusat pada siswa. Case (1996) (dalam Samuelsson, 2010) berpendapat
bahwa variasi metode pengajaran penting karena metode pengajaran yang berbeda
akan menarik perhatian berbagai kompetensi dalam matematika. Kemampuan
literasi dan disposisi matematis merupakan hal yang penting untuk dikembangkan
dan ditanamkan pada siswa, sejalan dengan hal tersebut Supriadi (1994) (dalam
Wardani, Sumarmo, dan Nishitani, 2011) mengatakan bahwa dalam mengajar
matematika kita harus mengembangkan kemampuan matematis bersama dengan
disposisi matematis juga. Untuk merealisasikan hal tersebut diperlukan suatu
strategi dengan menggunakan suatu model pembelajaran agar dapat mendorong
11
Milla Mustikawati Sugandi, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis
Siswa SMP (Studi Eksperimen pada Siswa SMP di Kota Cimahi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
siswa dalam mengembangkan kemampuan yang diperlukan untuk menyelesaikan
soal literasi matematis dan disposisi matematisnya.
Salah satu model pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa dalam
mengembangkan kemampuan literasi matematis yang menuntut siswa untuk
memecahkan masalah yang melibatkan penalaran serta disposisi matematisnya
yaitu model pembelajaran Osborn. Alex Faickney Osborn mengembangkan teknik
Brainstorming sebagai metode Creative Problem Solving. Brainstorming
merupakan suatu teknik yang digunakan dalam mengajar dengan cara guru
melontarkan suatu masalah yang harus diselesaikan oleh siswa, masalah tersebut
dapat berkembang menjadi masalah yang baru. Menurut Osborn (dalam Hyde,
2005) brainstorming adalah suatu teknik yang dilakukan tiap kelompok untuk
mencoba menemukan solusi dari suatu masalah dengan mengumpulkan ide-ide
yang muncul secara spontan dari setiap anggota kelompok. Sebagai teknik dalam
mengajar, Brainstorming merupakan usaha untuk membantu guru dalam
membangun dan membuat ide-ide baru yang muncul.
Pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Osborn yang
menggunakan teknik Brainstorming terdiri dari beberapa tahapan yaitu: 1) Tahap
orentasi (pemberian informasi dan motivasi); 2) Tahap analisis; 3) Tahap
hipotesis; 4) Tahap pengeraman; 5) Tahap sintesis; 6) Tahap verifikasi. Dalam
proses Brainstorming siswa dituntut untuk mengeluarkan ide-ide yang sesuai
dengan kapasitas pengetahuan serta wawasannya dan psikologisnya, sehingga
semua pendapat dari tiap siswa dapat tertampung, dan dapat digunakan sebagai
peta pengalaman yang dapat dijadikan pembelajaran bersama. Masalah-masalah
12
Milla Mustikawati Sugandi, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis
Siswa SMP (Studi Eksperimen pada Siswa SMP di Kota Cimahi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
yang diajukan dalam sesi Brainstorming akan membuat siswa belajar dalam
memaknai suatu masalah, sehingga siswa dapat mendeskripsikan masalah tersebut
dengan kata-katanya sendiri. Penerapan teknik Brainstorming menuntut siswa
agar bisa mengkomunikasikan gagasannya dengan efektif. Jika siswa dapat
menginterpretasikan masalah dan memberikan argumen terhadap masalah yang
diberikan, maka kegiatan tersebut dapat memberikan pengaruh terhadap literasi
matematis siswa.
Penerapan model pembelajaran Osborn dengan teknik Brainstorming
diharapkan dapat memfasilitasi kemampuan siswa yang heterogen. Kemampuan
tersebut dibagi menjadi tiga level yaitu level tinggi, sedang, dan rendah. Karena
saat sesi Brainstorming siswa dikelompokkan secara heterogen, siswa yang
memiliki kemampuan tinggi dapat membantu siswa yang memiliki kemampuan
sedang dan rendah dalam memahami dan menyelesaikan suatu masalah
matematika. Kegiatan diskusi yang dilakukan saat sesi Brainstorming akan
memunculkan banyak argumentasi yang berbeda-beda dalam memahami dan
menemukan solusi dari permasalahan yang diberikan, sehingga siswa belajar
untuk menghargai pendapat yang berbeda. Melalui kegiatan tersebut, diharapkan
bisa menimbulkan rasa percaya diri pada siswa dan motivasi untuk mempelajari
matematika. Hal ini akan meningkatkan kemampuan dan disposisi matematis
siswa.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian
difokuskan pada peningkatan kemampuan literasi dan disposisi matematis siswa
melalui model pembelajaran Osborn di sekolah menengah pertama.
13
Milla Mustikawati Sugandi, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis
Siswa SMP (Studi Eksperimen pada Siswa SMP di Kota Cimahi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
B. Rumusan dan Batasan Masalah
Agar penelitian lebih terarah dan untuk menghindari kesalahpahaman
maksud serta demi keefektifan dan keefisienan penelitian ini, rumusan masalah
dibatasi pada literasi matematis yang mengandung pengembangan kompetensi
matematis tingkat 3 dan tingkat 4 serta disposisi matematis melalui penerapan
model pembelajaran Osborn.
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka rumusan masalah
pada penelitian ini yaitu, “Apakah model pembelajaran Osborn dapat
meningkatkan literasi dan disposisi matematis siswa SMP?”
Selanjutnya rumusan masalah tersebut dijabarkan dalam bentuk pertanyan
penelitian sebagai berikut:
1. Apakah peningkatan kemampuan literasi matematis pada siswa yang
mendapat model pembelajaran Osborn lebih baik dibandingkan
dengan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional?
2. Apakah terdapat peningkatan disposisi matematis siswa setelah
mendapatkan pembelajaran dengan model Osborn?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan merupakan arah dari suatu kegiatan untuk mencapai hasil yang
jelas dan diharapkan dapat terlaksana dengan baik dan teratur. Melihat uraian-
uraian sebelumnya baik pada latar belakang masalah maupun pada rumusan
masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Menelaah dan mendeskripsikan peningkatan kemampuan literasi
matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran Osborn
14
Milla Mustikawati Sugandi, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis
Siswa SMP (Studi Eksperimen pada Siswa SMP di Kota Cimahi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran
konvensional.
2. Menelaah dan mendeskripsikan peningkatan disposisi matematis
siswa setelah mendapatkan pembelajaran dengan model Osborn.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
a. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan serta pengalaman langsung dalam
menerapkan model pembelajaran Osborn pada pembelajaran
matematika, serta dapat memberikan informasi dan gambaran
langsung mengenai keefektifan model pembelajaran Osborn
terhadap peningkatan literasi dan disposisi matematis siswa.
b. Bagi Guru
Memberikan masukan kepada guru ataupun calon guru khususnya
bidang studi matematika untuk bisa meningkatkan literasi dan
disposisi matematis siswa dengan salah satu alternatif berupa
rencana pengajaran matematika dengan menggunakan model
pembelajaran Osborn.
c. Bagi Siswa
Dengan model pembelajaran Osborn,
1) diharapkan dapat memberikan pengalaman baru kepada siswa
sehingga siswa dapat berpartisipasi dalam pembelajaran
matematika;
15
Milla Mustikawati Sugandi, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis
Siswa SMP (Studi Eksperimen pada Siswa SMP di Kota Cimahi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2) diharapkan dapat meningkatkan minat belajar siswa terhadap
pelajaran matematika sehingga dengan menggunakan model
pembelajaran tersebut, literasi dan disposisi matematis siswa
dapat meningkat.
E. Definisi Operasional
1. Literasi matematis adalah kemampuan dalam memahami dan
mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Kompetensi matematis yang diamati dalam literasi matematis ini
yaitu level 3 dan level 4.
a. Literasi matematis level 3, yaitu kemampuan melaksanakan
prosedur dalam memilih dan menerapkan strategi pemecahan
masalah yang sederhana.
b. Literasi matematis level 4, yaitu kemampuan dalam bekerja
secara efektif dalam memilih dan mengintegrasikan representasi
yang berbeda, kemudian menghubungkannya dengan dunia
nyata.
2. Disposisi matematis adalah keinginan dan kesadaran dalam diri
siswa untuk melaksanakan kegiatan dalam pembelajaran
matematika. Indikator untuk mengukur disposisi matematis adalah
kepercayaan diri; minat dan keingintahuan dalam menemukan
sesuatu yang baru; ketekunan; fleksibilitas dalam mengeksplorasi
ide-ide matematis; memonitor dan mengevaluasi proses berpikir
16
Milla Mustikawati Sugandi, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis
Siswa SMP (Studi Eksperimen pada Siswa SMP di Kota Cimahi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
serta kinerja yang telah dilakukan; mengaplikasikan matematika
terhadap bidang lain dan kehidupan sehari-hari.
3. Model pembelajaran Osborn
Model pembelajaran Osborn adalah model pembelajaran dengan
menggunakan teknik Brainstorming atau curah pendapat. Adapun
langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut:
a. Siswa dikelompokkan dalam kelompok yang heterogen;
b. Siswa diberikan masalah atau situasi baru yang berbasis
kontekstual;
c. Siswa berdiskusi dalam kelompoknya dan menyelesaikan
masalah yang diberikan dengan menampung semua gagasan
anggota kelompok;
d. Guru mengawasi siswa dan memberikan umpan balik kepada
siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai;
e. Setiap kelompok menyampaikan hasil diskusinya, mencatat
hasil diskusi, dan menanggapi pendapat dari kelompok lain;
f. Siswa kembali berdiskusi dengan kelompoknya, guru
mengarahkan agar siswa untuk berpikir manakah gagasan yang
terbaik dan benar;
g. Guru mengambil keputusan untuk memilih gagasan sebagai
penyelesaian yang terbaik dan benar.
4. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang mengunakan
metode ekspositori atau ceramah. Kegiatan yang berlangsung di
17
Milla Mustikawati Sugandi, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis
Siswa SMP (Studi Eksperimen pada Siswa SMP di Kota Cimahi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kelas yaitu guru menyampaikan materi pembelajaran, sedangkan
siswa mendengarkan, mencatat, bertanya dan mengerjakan soal
latihan.

More Related Content

What's hot

Pengembangan bahan ajar matematika berbasis pemecahan masalah di tingkat seko...
Pengembangan bahan ajar matematika berbasis pemecahan masalah di tingkat seko...Pengembangan bahan ajar matematika berbasis pemecahan masalah di tingkat seko...
Pengembangan bahan ajar matematika berbasis pemecahan masalah di tingkat seko...AmalinaAzizah
 
Intisari skripsi hubungan antara work values dengan kematangan karir pada sis...
Intisari skripsi hubungan antara work values dengan kematangan karir pada sis...Intisari skripsi hubungan antara work values dengan kematangan karir pada sis...
Intisari skripsi hubungan antara work values dengan kematangan karir pada sis...LintangUtami
 
Kajian thd analisis hasil pisa 2000 2009 final
Kajian thd analisis hasil pisa 2000 2009 finalKajian thd analisis hasil pisa 2000 2009 final
Kajian thd analisis hasil pisa 2000 2009 finalIwan Pranoto
 
Jurnal Pendidikan Khas
Jurnal Pendidikan KhasJurnal Pendidikan Khas
Jurnal Pendidikan KhasAnjini Anjni
 
Peningkatan kemampuan pemecahan masalah
Peningkatan kemampuan pemecahan masalahPeningkatan kemampuan pemecahan masalah
Peningkatan kemampuan pemecahan masalahLukman
 
Aplikasi stad libre
Aplikasi stad libreAplikasi stad libre
Aplikasi stad libreAdam Amsyar
 
Kepercayaan Guru Terhadap Kurikulum, Sifat, Pengajaran dan Pembelajaran Matem...
Kepercayaan Guru Terhadap Kurikulum, Sifat, Pengajaran dan Pembelajaran Matem...Kepercayaan Guru Terhadap Kurikulum, Sifat, Pengajaran dan Pembelajaran Matem...
Kepercayaan Guru Terhadap Kurikulum, Sifat, Pengajaran dan Pembelajaran Matem...ikhwankmk92
 
KAJIAN TINJAUAN PENGGUNAAN PORTAL MYGURU2 (UPSI) KPT 6044 (14DIS2013)
KAJIAN TINJAUAN PENGGUNAAN PORTAL MYGURU2 (UPSI) KPT 6044 (14DIS2013)KAJIAN TINJAUAN PENGGUNAAN PORTAL MYGURU2 (UPSI) KPT 6044 (14DIS2013)
KAJIAN TINJAUAN PENGGUNAAN PORTAL MYGURU2 (UPSI) KPT 6044 (14DIS2013)Wak Sekawi
 
Kepercayaan Guru
Kepercayaan GuruKepercayaan Guru
Kepercayaan GuruIrma Gurlz
 
1757 3456-2-pb
1757 3456-2-pb1757 3456-2-pb
1757 3456-2-pbCha Aisyah
 

What's hot (18)

Pengembangan bahan ajar matematika berbasis pemecahan masalah di tingkat seko...
Pengembangan bahan ajar matematika berbasis pemecahan masalah di tingkat seko...Pengembangan bahan ajar matematika berbasis pemecahan masalah di tingkat seko...
Pengembangan bahan ajar matematika berbasis pemecahan masalah di tingkat seko...
 
Intisari skripsi hubungan antara work values dengan kematangan karir pada sis...
Intisari skripsi hubungan antara work values dengan kematangan karir pada sis...Intisari skripsi hubungan antara work values dengan kematangan karir pada sis...
Intisari skripsi hubungan antara work values dengan kematangan karir pada sis...
 
Jurnal 2
Jurnal 2Jurnal 2
Jurnal 2
 
Kajian thd analisis hasil pisa 2000 2009 final
Kajian thd analisis hasil pisa 2000 2009 finalKajian thd analisis hasil pisa 2000 2009 final
Kajian thd analisis hasil pisa 2000 2009 final
 
proposal penelitian tindakan kelas Bab i , ii, iii,
proposal penelitian tindakan kelas Bab i , ii, iii,proposal penelitian tindakan kelas Bab i , ii, iii,
proposal penelitian tindakan kelas Bab i , ii, iii,
 
Jurnal Pendidikan Khas
Jurnal Pendidikan KhasJurnal Pendidikan Khas
Jurnal Pendidikan Khas
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
TIMSS
TIMSSTIMSS
TIMSS
 
Peningkatan kemampuan pemecahan masalah
Peningkatan kemampuan pemecahan masalahPeningkatan kemampuan pemecahan masalah
Peningkatan kemampuan pemecahan masalah
 
Aplikasi stad libre
Aplikasi stad libreAplikasi stad libre
Aplikasi stad libre
 
Ba gabungan#1
Ba gabungan#1Ba gabungan#1
Ba gabungan#1
 
Tesis pmri bab v
Tesis pmri bab vTesis pmri bab v
Tesis pmri bab v
 
Tesis pmri bab i
Tesis pmri bab iTesis pmri bab i
Tesis pmri bab i
 
Kepercayaan Guru Terhadap Kurikulum, Sifat, Pengajaran dan Pembelajaran Matem...
Kepercayaan Guru Terhadap Kurikulum, Sifat, Pengajaran dan Pembelajaran Matem...Kepercayaan Guru Terhadap Kurikulum, Sifat, Pengajaran dan Pembelajaran Matem...
Kepercayaan Guru Terhadap Kurikulum, Sifat, Pengajaran dan Pembelajaran Matem...
 
KAJIAN TINJAUAN PENGGUNAAN PORTAL MYGURU2 (UPSI) KPT 6044 (14DIS2013)
KAJIAN TINJAUAN PENGGUNAAN PORTAL MYGURU2 (UPSI) KPT 6044 (14DIS2013)KAJIAN TINJAUAN PENGGUNAAN PORTAL MYGURU2 (UPSI) KPT 6044 (14DIS2013)
KAJIAN TINJAUAN PENGGUNAAN PORTAL MYGURU2 (UPSI) KPT 6044 (14DIS2013)
 
Kepercayaan Guru
Kepercayaan GuruKepercayaan Guru
Kepercayaan Guru
 
Analogi dalam Sains
Analogi dalam SainsAnalogi dalam Sains
Analogi dalam Sains
 
1757 3456-2-pb
1757 3456-2-pb1757 3456-2-pb
1757 3456-2-pb
 

Viewers also liked

soal soal aritmatika sosial
soal soal aritmatika sosialsoal soal aritmatika sosial
soal soal aritmatika sosialAjrina Pia
 
Lks aritmatika sosial metode simulasi
Lks aritmatika sosial metode simulasiLks aritmatika sosial metode simulasi
Lks aritmatika sosial metode simulasiNurul Ain Safura
 
Lks bruto,tara,netto
Lks bruto,tara,nettoLks bruto,tara,netto
Lks bruto,tara,nettoRfebiola
 
Buku siswa materi aritmatika sosial
Buku siswa materi aritmatika sosialBuku siswa materi aritmatika sosial
Buku siswa materi aritmatika sosialRfebiola
 
Bahan ajar aritmatika sosial untuk SMP kelas 7
Bahan ajar aritmatika sosial untuk SMP kelas 7Bahan ajar aritmatika sosial untuk SMP kelas 7
Bahan ajar aritmatika sosial untuk SMP kelas 7Agung Maulana
 

Viewers also liked (6)

soal soal aritmatika sosial
soal soal aritmatika sosialsoal soal aritmatika sosial
soal soal aritmatika sosial
 
Aritmatika sosial pmri
Aritmatika sosial pmriAritmatika sosial pmri
Aritmatika sosial pmri
 
Lks aritmatika sosial metode simulasi
Lks aritmatika sosial metode simulasiLks aritmatika sosial metode simulasi
Lks aritmatika sosial metode simulasi
 
Lks bruto,tara,netto
Lks bruto,tara,nettoLks bruto,tara,netto
Lks bruto,tara,netto
 
Buku siswa materi aritmatika sosial
Buku siswa materi aritmatika sosialBuku siswa materi aritmatika sosial
Buku siswa materi aritmatika sosial
 
Bahan ajar aritmatika sosial untuk SMP kelas 7
Bahan ajar aritmatika sosial untuk SMP kelas 7Bahan ajar aritmatika sosial untuk SMP kelas 7
Bahan ajar aritmatika sosial untuk SMP kelas 7
 

Similar to modul pembelajaran 5

ARTIKEL LUSI KURNIA_06081181419023_PENDIDIKAN MATEMATIKA.pdf
ARTIKEL LUSI KURNIA_06081181419023_PENDIDIKAN MATEMATIKA.pdfARTIKEL LUSI KURNIA_06081181419023_PENDIDIKAN MATEMATIKA.pdf
ARTIKEL LUSI KURNIA_06081181419023_PENDIDIKAN MATEMATIKA.pdfLusi Kurnia
 
Paper penemuan terbimbing
Paper penemuan terbimbingPaper penemuan terbimbing
Paper penemuan terbimbingDiah Dwi
 
Paper penerapan konteks-listing-dan-counting-dengan-media-kancing-dan-boneka (1)
Paper penerapan konteks-listing-dan-counting-dengan-media-kancing-dan-boneka (1)Paper penerapan konteks-listing-dan-counting-dengan-media-kancing-dan-boneka (1)
Paper penerapan konteks-listing-dan-counting-dengan-media-kancing-dan-boneka (1)Vina Dwi Purnamasari
 
Paper penerapan konteks-listing-dan-counting-dengan-media-kancing-dan-boneka (1)
Paper penerapan konteks-listing-dan-counting-dengan-media-kancing-dan-boneka (1)Paper penerapan konteks-listing-dan-counting-dengan-media-kancing-dan-boneka (1)
Paper penerapan konteks-listing-dan-counting-dengan-media-kancing-dan-boneka (1)Lusi Kurnia
 
Metode problen solving
Metode problen solvingMetode problen solving
Metode problen solvingkaffah
 
Pembelajaran Matematika dengan Inkuiri Terbimbing
Pembelajaran Matematika dengan Inkuiri TerbimbingPembelajaran Matematika dengan Inkuiri Terbimbing
Pembelajaran Matematika dengan Inkuiri Terbimbingsrilinda_w
 
Makalah Penuh untuk Prosiding dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika UN...
Makalah Penuh untuk Prosiding dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika UN...Makalah Penuh untuk Prosiding dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika UN...
Makalah Penuh untuk Prosiding dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika UN...State University of Medan
 
25022013 siska ryane mpmt
25022013 siska ryane mpmt25022013 siska ryane mpmt
25022013 siska ryane mpmtsiskaryane
 
STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X ...
STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X ...STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X ...
STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X ...Arvina Frida Karela
 
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN ...
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN ...PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN ...
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN ...NERRU
 
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATK...
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATK...PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATK...
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATK...NERRU
 
Jurnal pengembangan materi dilatasi
Jurnal pengembangan materi dilatasiJurnal pengembangan materi dilatasi
Jurnal pengembangan materi dilatasiDia Cahyawati
 
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISKURSUS MULTI REPRESENTASI BERBANTUAN VIDEO KON...
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISKURSUS MULTI REPRESENTASI BERBANTUAN VIDEO KON...PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISKURSUS MULTI REPRESENTASI BERBANTUAN VIDEO KON...
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISKURSUS MULTI REPRESENTASI BERBANTUAN VIDEO KON...girisatria
 
Lusi kurnia (06081181419023) tugas penelitian pendidikan
Lusi kurnia (06081181419023) tugas penelitian pendidikan Lusi kurnia (06081181419023) tugas penelitian pendidikan
Lusi kurnia (06081181419023) tugas penelitian pendidikan Lusi Kurnia
 
Analisis Pemecahan Masalah Soal HOTS Berdasarkan Teori Ideal Problem Solving
Analisis Pemecahan Masalah Soal HOTS Berdasarkan Teori Ideal Problem SolvingAnalisis Pemecahan Masalah Soal HOTS Berdasarkan Teori Ideal Problem Solving
Analisis Pemecahan Masalah Soal HOTS Berdasarkan Teori Ideal Problem SolvingWendy Berg
 
Laporan evaluasi pembelajaran
Laporan evaluasi pembelajaranLaporan evaluasi pembelajaran
Laporan evaluasi pembelajaranAjrina Pia
 

Similar to modul pembelajaran 5 (20)

ARTIKEL LUSI KURNIA_06081181419023_PENDIDIKAN MATEMATIKA.pdf
ARTIKEL LUSI KURNIA_06081181419023_PENDIDIKAN MATEMATIKA.pdfARTIKEL LUSI KURNIA_06081181419023_PENDIDIKAN MATEMATIKA.pdf
ARTIKEL LUSI KURNIA_06081181419023_PENDIDIKAN MATEMATIKA.pdf
 
Paper penemuan terbimbing
Paper penemuan terbimbingPaper penemuan terbimbing
Paper penemuan terbimbing
 
Paper penerapan konteks-listing-dan-counting-dengan-media-kancing-dan-boneka (1)
Paper penerapan konteks-listing-dan-counting-dengan-media-kancing-dan-boneka (1)Paper penerapan konteks-listing-dan-counting-dengan-media-kancing-dan-boneka (1)
Paper penerapan konteks-listing-dan-counting-dengan-media-kancing-dan-boneka (1)
 
Paper penerapan konteks-listing-dan-counting-dengan-media-kancing-dan-boneka (1)
Paper penerapan konteks-listing-dan-counting-dengan-media-kancing-dan-boneka (1)Paper penerapan konteks-listing-dan-counting-dengan-media-kancing-dan-boneka (1)
Paper penerapan konteks-listing-dan-counting-dengan-media-kancing-dan-boneka (1)
 
Metode problen solving
Metode problen solvingMetode problen solving
Metode problen solving
 
Pembelajaran Matematika dengan Inkuiri Terbimbing
Pembelajaran Matematika dengan Inkuiri TerbimbingPembelajaran Matematika dengan Inkuiri Terbimbing
Pembelajaran Matematika dengan Inkuiri Terbimbing
 
Makalah Penuh untuk Prosiding dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika UN...
Makalah Penuh untuk Prosiding dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika UN...Makalah Penuh untuk Prosiding dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika UN...
Makalah Penuh untuk Prosiding dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika UN...
 
25022013 siska ryane mpmt
25022013 siska ryane mpmt25022013 siska ryane mpmt
25022013 siska ryane mpmt
 
STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X ...
STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X ...STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X ...
STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X ...
 
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN ...
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN ...PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN ...
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN ...
 
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATK...
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATK...PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATK...
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATK...
 
document (1).pdf
document (1).pdfdocument (1).pdf
document (1).pdf
 
Jurnal pengembangan materi dilatasi
Jurnal pengembangan materi dilatasiJurnal pengembangan materi dilatasi
Jurnal pengembangan materi dilatasi
 
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISKURSUS MULTI REPRESENTASI BERBANTUAN VIDEO KON...
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISKURSUS MULTI REPRESENTASI BERBANTUAN VIDEO KON...PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISKURSUS MULTI REPRESENTASI BERBANTUAN VIDEO KON...
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISKURSUS MULTI REPRESENTASI BERBANTUAN VIDEO KON...
 
matematik
matematikmatematik
matematik
 
JURNAL IBNU.docx
JURNAL IBNU.docxJURNAL IBNU.docx
JURNAL IBNU.docx
 
Lusi kurnia (06081181419023) tugas penelitian pendidikan
Lusi kurnia (06081181419023) tugas penelitian pendidikan Lusi kurnia (06081181419023) tugas penelitian pendidikan
Lusi kurnia (06081181419023) tugas penelitian pendidikan
 
Analisis Pemecahan Masalah Soal HOTS Berdasarkan Teori Ideal Problem Solving
Analisis Pemecahan Masalah Soal HOTS Berdasarkan Teori Ideal Problem SolvingAnalisis Pemecahan Masalah Soal HOTS Berdasarkan Teori Ideal Problem Solving
Analisis Pemecahan Masalah Soal HOTS Berdasarkan Teori Ideal Problem Solving
 
Laporan evaluasi pembelajaran
Laporan evaluasi pembelajaranLaporan evaluasi pembelajaran
Laporan evaluasi pembelajaran
 
1243-4620-1-PB.pdf
1243-4620-1-PB.pdf1243-4620-1-PB.pdf
1243-4620-1-PB.pdf
 

More from Ajrina Pia

Contoh rpp-kurikulum-2013
Contoh rpp-kurikulum-2013Contoh rpp-kurikulum-2013
Contoh rpp-kurikulum-2013Ajrina Pia
 
Aritmatik social
Aritmatik socialAritmatik social
Aritmatik socialAjrina Pia
 
Aritmatika sosial
Aritmatika sosialAritmatika sosial
Aritmatika sosialAjrina Pia
 
Pengertian strategi pembelajaran lengkap
Pengertian strategi pembelajaran lengkapPengertian strategi pembelajaran lengkap
Pengertian strategi pembelajaran lengkapAjrina Pia
 
Kisi kisi timss
Kisi kisi timssKisi kisi timss
Kisi kisi timssAjrina Pia
 
Kisi kisi pisa
Kisi kisi pisaKisi kisi pisa
Kisi kisi pisaAjrina Pia
 
Penentuan tetapan kesetimbangan
Penentuan tetapan kesetimbangan Penentuan tetapan kesetimbangan
Penentuan tetapan kesetimbangan Ajrina Pia
 
modul pembelajaran 7
modul pembelajaran 7modul pembelajaran 7
modul pembelajaran 7Ajrina Pia
 
modul pembelajaran 3
modul pembelajaran 3modul pembelajaran 3
modul pembelajaran 3Ajrina Pia
 
modul pembelajaran 4
modul pembelajaran 4modul pembelajaran 4
modul pembelajaran 4Ajrina Pia
 
modul pembelajaran 2
modul pembelajaran 2modul pembelajaran 2
modul pembelajaran 2Ajrina Pia
 

More from Ajrina Pia (20)

Contoh rpp-kurikulum-2013
Contoh rpp-kurikulum-2013Contoh rpp-kurikulum-2013
Contoh rpp-kurikulum-2013
 
Bukusiswa
BukusiswaBukusiswa
Bukusiswa
 
Aritmatik social
Aritmatik socialAritmatik social
Aritmatik social
 
Dppm2
Dppm2Dppm2
Dppm2
 
Aritmatika sosial
Aritmatika sosialAritmatika sosial
Aritmatika sosial
 
Pengertian strategi pembelajaran lengkap
Pengertian strategi pembelajaran lengkapPengertian strategi pembelajaran lengkap
Pengertian strategi pembelajaran lengkap
 
Deskripsi vb
Deskripsi vbDeskripsi vb
Deskripsi vb
 
Soal timss
Soal timssSoal timss
Soal timss
 
Soal pisa
Soal pisaSoal pisa
Soal pisa
 
Rubrik timss
Rubrik timssRubrik timss
Rubrik timss
 
Rubrik pisa
Rubrik pisaRubrik pisa
Rubrik pisa
 
Kisi kisi timss
Kisi kisi timssKisi kisi timss
Kisi kisi timss
 
Kisi kisi pisa
Kisi kisi pisaKisi kisi pisa
Kisi kisi pisa
 
rpp
rpp rpp
rpp
 
Penentuan tetapan kesetimbangan
Penentuan tetapan kesetimbangan Penentuan tetapan kesetimbangan
Penentuan tetapan kesetimbangan
 
modul pembelajaran 7
modul pembelajaran 7modul pembelajaran 7
modul pembelajaran 7
 
modul pembelajaran 3
modul pembelajaran 3modul pembelajaran 3
modul pembelajaran 3
 
modul pembelajaran 4
modul pembelajaran 4modul pembelajaran 4
modul pembelajaran 4
 
kumpulan soal
kumpulan soalkumpulan soal
kumpulan soal
 
modul pembelajaran 2
modul pembelajaran 2modul pembelajaran 2
modul pembelajaran 2
 

Recently uploaded

Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 

Recently uploaded (20)

Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 

modul pembelajaran 5

  • 1. Milla Mustikawati Sugandi, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis Siswa SMP (Studi Eksperimen pada Siswa SMP di Kota Cimahi) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini berkembang sangat pesat. Hal ini mengakibatkan sumber informasi dapat diperoleh dengan mudah dan relatif singkat. Kemajuan tersebut tentu harus dibarengi dengan kualitas sumber daya manusianya agar dapat memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan sebaik-baiknya. Sumber daya manusia sangat menentukan arah kemajuan teknologi, oleh sebab itu pembangunan sumber daya manusia (SDM) harus diutamakan. Salah satu cara agar setiap individu memiliki pengetahuan, wawasan, dan keterampilan, adalah melalui pendidikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Tirtarahardja (2005:300) bahwa pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena sasarannya adalah peningkatan kualitas SDM. Salah satu peranan penting pendidikan dalam pembangunan adalah melalui pendidikan manusia dapat mengembangkan dirinya sehingga mereka siap setiap ada perubahan yang terjadi akibat ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini sejalan dengan fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang- undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 3, yaitu: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
  • 2. 2 Milla Mustikawati Sugandi, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis Siswa SMP (Studi Eksperimen pada Siswa SMP di Kota Cimahi) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk merealisasikan harapan tersebut, seperti melakukan bermacam-macam perubahan serta pembaruan dalam bidang pendidikan agar sumber daya manusianya dapat bersaing dalam era globalisasi. Berbagai jenis tes berskala internasional telah diikuti Indonesia. Salah satunya ialah dengan terlibat dalam Program for International Student Assessment (PISA) dan Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS). Keterlibatan ini sebagai upaya untuk mengetahui dan mengevaluasi program pendidikan di negara Indonesia jika dibandingkan dengan negara-negara peserta lainnya. Hal ini dapat menjadi rujukan dalam memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia agar sumber daya manusianya dapat bersaing secara global dan tidak tertinggal dengan negara-negara lain. PISA dan TIMSS merupakan studi internasional yang salah satu kegiatannya mengukur kemampuan matematika siswa di negara-negara yang terlibat dalam studi tersebut. Matematika menjadi salah satu materi yang diujikan dalam PISA dan TIMSS, karena kegunaannya sebagai dasar dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berdasarkan hasil studi tersebut dapat terlihat bahwa kemampuan matematis siswa Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara peserta yang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa mutu pendidikan di Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara peserta yang lain. Menurut Koran Kompas (dalam Kemdiknas, 2011:14), Tiga hasil studi internasional menyatakan, kemampuan siswa Indonesia untuk semua bidang yang diukur secara signifikan ternyata berada di bawah rata-rata skor internasional yang sebesar 500. Adapun tiga studi internasional itu antara lain PIRLS 2006, PISA 2006, dan TIMSS 2007.
  • 3. 3 Milla Mustikawati Sugandi, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis Siswa SMP (Studi Eksperimen pada Siswa SMP di Kota Cimahi) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Berdasarkan studi PISA tahun 2003, Indonesia berada di urutan 39 dari 41 negara untuk Matematika dan IPA. Pada kedua bidang itu, di Asia Tenggara posisi Indonesia di bawah Malaysia dan Thailand. Hasil PISA 2009 dan TIMSS 2011 juga tidak jauh berbeda, untuk bidang matematika pada PISA 2009 Indonesia berada di urutan ke-61 dengan skor 371 dari 65 negara dan pada TIMSS 2011 Indonesia berada di urutan ke-38 dengan skor 386 dari 42 negara yang siswanya dites. Skor Indonesia ini turun 11 poin dari penilaian tahun 2007 (Napitupulu, 2012). Sejalan dengan hal tersebut, Mullis (dalam Fakhrudin, 2010) mengemukakan bahwa pelajar SMP kelas VIII Indonesia yang mengikuti kompetisi sangat lemah dalam menyelesaikan soal-soal yang tidak rutin (masalah matematik), baik dalam menyelesaikan soal-soal tentang fakta dan prosedur. Berdasarkan kedua hasil studi internasional tersebut, banyak faktor yang menyebabkan kemampuan matematika siswa Indonesia masih rendah, salah satunya karena siswa Indonesia kurang terlatih dalam menyelesaikan masalah-masalah tidak rutin yang membutuhkan penalaran untuk menyelesaikannya. PISA merupakan studi internasional yang rutin dilakukan setiap tiga tahun sekali. Tujuan diselenggarakannya PISA yaitu untuk mengukur kemampuan siswa dan mengetahui kesiapan siswa dalam menghadapi tantangan dimasa depan. Sesuai dengan tujannya, PISA mengumpulkan berbagai informasi mengenai pengetahuan, latar belakang siswa, dan latar belakang sekolah untuk dijadikan rujukan atau sebagai pembanding untuk negara-negara peserta dalam membuat suatu kebijakan guna meningkatkan mutu pendidikan. PISA mengukur kemampuan literasi membaca, matematika, dan IPA untuk siswa yang berusia 15
  • 4. 4 Milla Mustikawati Sugandi, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis Siswa SMP (Studi Eksperimen pada Siswa SMP di Kota Cimahi) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu tahun atau setara dengan siswa SMP. Aspek matematika yang dinilai dalam PISA adalah kemampuan pemecahan masalah (problem solving), kemampuan penalaran (reasoning), dan kemampuan komunikasi (communication) (PISA, 2006). PISA membuat suatu tingkatan kompetensi matematis yang dapat dicapai oleh siswa berdasarkan tingkat kecakapan. Kompetensi matematis yang dibuat oleh PISA tersebut terdiri dari 6 tingkatan yang berjenjang, adapun ke enam tingkatan tersebut (Hayat dan Yusuf, 2010:263), yaitu sebagai berikut: Tabel 1.1 Deskripsi 6 Tingkatan Kompetensi Matematis dalam PISA Level Kriteria 1 Siswa dapat menggunakan pengetahuannya untuk menyelesaikan soal rutin, dan dapat menyelesaikan masalah yang konteksnya umum. 2 Siswa dapat menginterpretasikan masalah dan menyelesaikannya dengan menggunakan rumus. 3 Siswa dapat melaksanakan prosedur dengan baik dalam menyelesaikan soal serta dapat memilih strategi pemecahan masalah yang sederhana. 4 Siswa dapat bekerja secara efektif dengan model dan dapat memilih serta mengintegrasikan representasi yang berbeda, kemudian menghubungkannya dengan dunia nyata. 5 Siswa dapat bekerja dengan model untuk situasi yang kompleks serta dapat menyelesaikan masalah yang rumit. 6 Siswa dapat menggunakan penalarannya dalam menyelesaikan masalah matematis, dapat membuat generalisasi, merumuskan serta mengkomunikasikan hasil temuannya. Tingkatan kompetensi matematis tersebut memperlihatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal literasi matematis yang diujikan dalam PISA. Literasi matematis atau melek matematis, menurut draft assessment framework PISA (dalam OECD, 2012) adalah kemampuan seseorang untuk
  • 5. 5 Milla Mustikawati Sugandi, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis Siswa SMP (Studi Eksperimen pada Siswa SMP di Kota Cimahi) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu merumuskan, menerapkan dan menafsirkan matematika dalam berbagai konteks, termasuk kemampuan melakukan penalaran secara matematis dan menggunakan konsep, prosedur, dan fakta untuk menggambarkan, menjelaskan atau memperkirakan fenomena atau kejadian. Literasi matematis sangat berkaitan dengan dunia nyata, oleh karena itu dalam literasi matematis kita dituntut untuk memahami peranan matematika dalam kehidupan nyata dan menggunakannya dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dalam hal-hal tertentu, peranan konsep, struktur, serta ide matematis digunakan sebagai alat untuk mengubah permasalahan dalam dunia nyata kedalam manipulasi simbol (Kusumah, 2011). Sejalan dengan hal tersebut, dalam literasi matematis juga dilibatkan kemampuan untuk mengubah (transform) permasalahan dari dunia nyata ke bentuk matematika atau justru sebaliknya, yaitu menafsirkan suatu hasil atau model matematika ke dalam permasalahan aslinya. Literasi matematis masih dipandang sebagai pemahaman matematika yang penting bagi seseorang dalam mempersiapkan dirinya untuk hidup dalam masyarakat modern, melalui kegiatan sehari-hari yang sederhana untuk mempersiapkan peran yang profesional (Stacey, 2012). Sejalan dengan hal tersebut maka pengetahuan dasar matematis sangat diperlukan agar setiap orang bisa bertahan sesuai dengan tuntutan jaman. Menurut Kusumah (2011) orang yang memiliki literasi matematis memiliki kemampuan bekomunikasi, memberikan penilaian, dan menyatakan apresiasi terhadap matematika. Oleh karena itu, seseorang dikatakan memiliki kemampuan literasi matematis jika orang tersebut
  • 6. 6 Milla Mustikawati Sugandi, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis Siswa SMP (Studi Eksperimen pada Siswa SMP di Kota Cimahi) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu dapat menggunakan pengetahuan serta keterampilan matematisnya dalam menyelesaikan suatu masalah. Menurut Depdiknas (dalam Kusumah, 2011), kemampuan matematik siswa Indonesia dalam PISA 2003 adalah level 1 (sebanyak 49,7% siswa), level 2 (25,9%), level 3 (15,5%), level 4 (6,6%), dan level 5-6 (2,3%). Berdasarkan hasil studi tersebut terlihat bahwa kebanyakan siswa Indonesia kesulitan dalam menyelesaikan soal literasi matematika pada level 3 sampai level 6. Soal-soal pada level tersebut sudah menuntut siswa untuk menggunakan kemampuan bernalarnya dalam menyelesaikan masalah-masalah yang kompleks atau non rutin. Selain itu, untuk menyelesaikan masalah pada level tersebut siswa harus mahir dalam menyatakan masalah dalam bentuk model matematika, memberikan argumen berdasarkan hasil yang diperoleh serta fakta yang ada. Hal itu mengisyaratkan bahwa kemampuan literasi matematis siswa Indonesia baru mencapai tahap pengoperasian matematika yang masih sederhana. Adapun contoh soal yang diujikan dalam PISA (Kemdiknas, 2011), adalah sebagai berikut: School excursion A school class wants to rent a coach for an excursion, and three companies are contacted for information about prices. Company A charges an initial rate of 375 zed plus 0.5 zed per kilometre driven. Company B charges an initial rate of 250 zed plus 0.75 zed per kilometre driven. Company C charges a flat rate of 350 zed up to 200 kilometres, plus 1.02 zed per kilometre beyond 200 km. Which company should the class choose, if the excursion involves a total travel distance of somewhere between 400 and 600 km? Soal tersebut menyajikan beberapa pilihan dan siswa diminta untuk memilih yang terbaik dari beberapa pilihan yang tersaji dalam soal. Selain itu, soal ini menuntut siswa untuk bisa bernalar dan berargumentasi dalam
  • 7. 7 Milla Mustikawati Sugandi, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis Siswa SMP (Studi Eksperimen pada Siswa SMP di Kota Cimahi) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu menyelesaikan masalah. Proses matematika yang diuji pada soal ini adalah kemampuan untuk merumuskan suatu hubungan, membuat model persamaan dan pertidaksamaan. Menurut Kemdiknas (2011) dalam menyelesaikan soal-soal PISA, diperlukan kemampuan pemecahan masalah yang terdiri atas empat tahap, yaitu memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah, melaksanakan pemecahan masalah, dan mengecek hasil pemecahan masalah, serta diperlukan juga kreativitas yang tinggi. Seharusnya dalam menyelesaikan soal-soal PISA siswa tidak merasa kesulitan, karena kemampuan yang diperlukan sesuai dengan kemampuan yang ada pada tujuan pembelajaran matematika. Masalah yang muncul tentang kesulitan siswa dalam mempelajari matematika adalah karena banyak siswa yang mengangap bahwa pelajaran matematika itu sulit, dan ada siswa yang beranggapan bahwa ia tidak berbakat dalam matematika. Sikap siswa yang seperti ini akan membuat mereka kesulitan dalam menjalani kehidupannya, karena kompetensi matematis akan semakin berkembang dan semakin dibutuhkan di masa depan. Para siswa seharusnya memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri. Apabila siswa memiliki sikap tersebut akan tumbuh dan terbentuk disposisi matematis. Menurut Sumarmo (2011a) disposisi matematis (mathematical disposition) yaitu keinginan, kesadaran, kecenderungan dan dedikasi yang kuat pada diri siswa untuk berpikir dan berbuat secara matematik dengan positif. Oleh karena itu, dalam mempelajari matematika perlu ditanamkan disposisi matematis pada siswa.
  • 8. 8 Milla Mustikawati Sugandi, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis Siswa SMP (Studi Eksperimen pada Siswa SMP di Kota Cimahi) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Aspek afektif tersebut dapat memberikan pengaruh terhadap literasi matematis siswa. Dengan adanya sikap tersebut dalam diri siswa diharapkan siswa dapat lebih menghargai matematika, sehingga siswa akan termotivasi untuk mempelajari matematika dan menggunakannya untuk menyelesaikan masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan matematika yang ada dalam KTSP 2006 (Depdiknas, 2006:346) yaitu memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memilki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta siap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika, NCTM (dalam Kesumawati, 2011:5) menyatakan bahwa “The assessment of students’ mathematical disposition should seek information about their: 1. Confidence in using mathematics to solve problems, to communicate ideas and to reason; 2. Flexibility in exploring mathematical ideas and trying alternative methods in solving problems; 3. Willingness to preservere in mathematical tasks; 4. Interest, curiosity, and inventiveness in doing mathematics; 5. Inclination to monitor and reflect on their own thinking and performance; 6. Valuing of the application of mathematics to situations arising in other disciplines and everyday experience; 7. Appreciation of the role of mathematics in our culture and its value as a tool and as a language.
  • 9. 9 Milla Mustikawati Sugandi, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis Siswa SMP (Studi Eksperimen pada Siswa SMP di Kota Cimahi) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Berdasarkan uraian di atas, disposisi matematis perlu dikembangkan dalam pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan pendapat Katz (1993) yang mengatakan bahwa proses pembelajaran hendaknya memperhatikan pengembangan disposisi matematis siswa. Disposisi matematis dapat dilihat dari sikap siswa selama pembelajaran, seperti keinginan siswa dalam menemukan solusi suatu masalah dengan berbagai macam cara, menjelaskannya pada siswa lain, dan dapat menerima pendapat yang berbeda. Akan tetapi, menurut Ruseffendi (dalam Mulyana, 2009) siswa yang menyenangi matematika hanya pada permulaan mereka berkenalan dengan matematika yang sederhana, makin tinggi tingkatan sekolahnya dan makin sukar matematika yang dipelajarinya akan semakin berkurang minatnya. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Mulyana (2009) kegagalan siswa dalam mengembangkan disposisi matematikanya terjadi di sekolah menengah atas, karena mereka memiliki peluang untuk menghindari mata pelajaran matematika, padahal disposisi matematis dapat mempengaruhi perkembangan kognitif siswa untuk mendapatkan hasil yang baik dalam mempelajari matematika. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada siswa SMP peringkat tinggi, sedang, dan rendah sebanyak 297 orang di kota Palembang. Hasil studi menunjukkan persentase perolehan skor rerata disposisi matematis siswa baru mencapai 58 persen yang diklasifikasikan rendah (Kesumawati, 2011). Studi tersebut meliputi indikator-indikator disposisi matematis yang tercantum dalam NCTM. Rendahnya kemampuan literasi dan disposisi matematis siswa diakibatkan proses pembelajaran di sekolah belum bisa memfasilitasi siswa untuk
  • 10. 10 Milla Mustikawati Sugandi, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis Siswa SMP (Studi Eksperimen pada Siswa SMP di Kota Cimahi) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu bisa berpikir secara optimal. Pada kenyataannya di lapangan, siswa hanya berperan sebagai penerima informasi sehingga pembelajaran yang dilakukan tidak bermakna. Sesuai dengan pendapat Soedijarto (dalam Mulyana, 2008:4) bahwa kegiatan pembelajaran di negara berkembang (termasuk Indonesia) pada saat ini tidak lebih dari mencatat, menghapal, dan mengingat kembali dan tidak menerapkan pendekatan moderen dalam proses pembelajaran. Padahal pembelajaran di sekolah seharusnya dapat menunjang siswanya untuk bisa belajar secara bermakna. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan di sekolah seharusnya dapat membuat siswa untuk aktif. Kemampuan guru mengatur proses belajar mengajar dengan baik, akan menciptakan situasi yang memungkinkan anak belajar, sehingga merupakan titik awal keberhasilan pengajaran (Djamarah dan Zain, 2006). Sehubungan dengan hal tersebut, diperlukan suatu perubahan dan variasi dalam mengajar matematika agar pembelajaran yang terpusat pada guru berubah menjadi terpusat pada siswa. Case (1996) (dalam Samuelsson, 2010) berpendapat bahwa variasi metode pengajaran penting karena metode pengajaran yang berbeda akan menarik perhatian berbagai kompetensi dalam matematika. Kemampuan literasi dan disposisi matematis merupakan hal yang penting untuk dikembangkan dan ditanamkan pada siswa, sejalan dengan hal tersebut Supriadi (1994) (dalam Wardani, Sumarmo, dan Nishitani, 2011) mengatakan bahwa dalam mengajar matematika kita harus mengembangkan kemampuan matematis bersama dengan disposisi matematis juga. Untuk merealisasikan hal tersebut diperlukan suatu strategi dengan menggunakan suatu model pembelajaran agar dapat mendorong
  • 11. 11 Milla Mustikawati Sugandi, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis Siswa SMP (Studi Eksperimen pada Siswa SMP di Kota Cimahi) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu siswa dalam mengembangkan kemampuan yang diperlukan untuk menyelesaikan soal literasi matematis dan disposisi matematisnya. Salah satu model pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa dalam mengembangkan kemampuan literasi matematis yang menuntut siswa untuk memecahkan masalah yang melibatkan penalaran serta disposisi matematisnya yaitu model pembelajaran Osborn. Alex Faickney Osborn mengembangkan teknik Brainstorming sebagai metode Creative Problem Solving. Brainstorming merupakan suatu teknik yang digunakan dalam mengajar dengan cara guru melontarkan suatu masalah yang harus diselesaikan oleh siswa, masalah tersebut dapat berkembang menjadi masalah yang baru. Menurut Osborn (dalam Hyde, 2005) brainstorming adalah suatu teknik yang dilakukan tiap kelompok untuk mencoba menemukan solusi dari suatu masalah dengan mengumpulkan ide-ide yang muncul secara spontan dari setiap anggota kelompok. Sebagai teknik dalam mengajar, Brainstorming merupakan usaha untuk membantu guru dalam membangun dan membuat ide-ide baru yang muncul. Pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Osborn yang menggunakan teknik Brainstorming terdiri dari beberapa tahapan yaitu: 1) Tahap orentasi (pemberian informasi dan motivasi); 2) Tahap analisis; 3) Tahap hipotesis; 4) Tahap pengeraman; 5) Tahap sintesis; 6) Tahap verifikasi. Dalam proses Brainstorming siswa dituntut untuk mengeluarkan ide-ide yang sesuai dengan kapasitas pengetahuan serta wawasannya dan psikologisnya, sehingga semua pendapat dari tiap siswa dapat tertampung, dan dapat digunakan sebagai peta pengalaman yang dapat dijadikan pembelajaran bersama. Masalah-masalah
  • 12. 12 Milla Mustikawati Sugandi, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis Siswa SMP (Studi Eksperimen pada Siswa SMP di Kota Cimahi) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu yang diajukan dalam sesi Brainstorming akan membuat siswa belajar dalam memaknai suatu masalah, sehingga siswa dapat mendeskripsikan masalah tersebut dengan kata-katanya sendiri. Penerapan teknik Brainstorming menuntut siswa agar bisa mengkomunikasikan gagasannya dengan efektif. Jika siswa dapat menginterpretasikan masalah dan memberikan argumen terhadap masalah yang diberikan, maka kegiatan tersebut dapat memberikan pengaruh terhadap literasi matematis siswa. Penerapan model pembelajaran Osborn dengan teknik Brainstorming diharapkan dapat memfasilitasi kemampuan siswa yang heterogen. Kemampuan tersebut dibagi menjadi tiga level yaitu level tinggi, sedang, dan rendah. Karena saat sesi Brainstorming siswa dikelompokkan secara heterogen, siswa yang memiliki kemampuan tinggi dapat membantu siswa yang memiliki kemampuan sedang dan rendah dalam memahami dan menyelesaikan suatu masalah matematika. Kegiatan diskusi yang dilakukan saat sesi Brainstorming akan memunculkan banyak argumentasi yang berbeda-beda dalam memahami dan menemukan solusi dari permasalahan yang diberikan, sehingga siswa belajar untuk menghargai pendapat yang berbeda. Melalui kegiatan tersebut, diharapkan bisa menimbulkan rasa percaya diri pada siswa dan motivasi untuk mempelajari matematika. Hal ini akan meningkatkan kemampuan dan disposisi matematis siswa. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian difokuskan pada peningkatan kemampuan literasi dan disposisi matematis siswa melalui model pembelajaran Osborn di sekolah menengah pertama.
  • 13. 13 Milla Mustikawati Sugandi, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis Siswa SMP (Studi Eksperimen pada Siswa SMP di Kota Cimahi) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu B. Rumusan dan Batasan Masalah Agar penelitian lebih terarah dan untuk menghindari kesalahpahaman maksud serta demi keefektifan dan keefisienan penelitian ini, rumusan masalah dibatasi pada literasi matematis yang mengandung pengembangan kompetensi matematis tingkat 3 dan tingkat 4 serta disposisi matematis melalui penerapan model pembelajaran Osborn. Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu, “Apakah model pembelajaran Osborn dapat meningkatkan literasi dan disposisi matematis siswa SMP?” Selanjutnya rumusan masalah tersebut dijabarkan dalam bentuk pertanyan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah peningkatan kemampuan literasi matematis pada siswa yang mendapat model pembelajaran Osborn lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional? 2. Apakah terdapat peningkatan disposisi matematis siswa setelah mendapatkan pembelajaran dengan model Osborn? C. Tujuan Penelitian Tujuan merupakan arah dari suatu kegiatan untuk mencapai hasil yang jelas dan diharapkan dapat terlaksana dengan baik dan teratur. Melihat uraian- uraian sebelumnya baik pada latar belakang masalah maupun pada rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Menelaah dan mendeskripsikan peningkatan kemampuan literasi matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran Osborn
  • 14. 14 Milla Mustikawati Sugandi, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis Siswa SMP (Studi Eksperimen pada Siswa SMP di Kota Cimahi) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. 2. Menelaah dan mendeskripsikan peningkatan disposisi matematis siswa setelah mendapatkan pembelajaran dengan model Osborn. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: a. Bagi Peneliti Dapat menambah pengetahuan serta pengalaman langsung dalam menerapkan model pembelajaran Osborn pada pembelajaran matematika, serta dapat memberikan informasi dan gambaran langsung mengenai keefektifan model pembelajaran Osborn terhadap peningkatan literasi dan disposisi matematis siswa. b. Bagi Guru Memberikan masukan kepada guru ataupun calon guru khususnya bidang studi matematika untuk bisa meningkatkan literasi dan disposisi matematis siswa dengan salah satu alternatif berupa rencana pengajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Osborn. c. Bagi Siswa Dengan model pembelajaran Osborn, 1) diharapkan dapat memberikan pengalaman baru kepada siswa sehingga siswa dapat berpartisipasi dalam pembelajaran matematika;
  • 15. 15 Milla Mustikawati Sugandi, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis Siswa SMP (Studi Eksperimen pada Siswa SMP di Kota Cimahi) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 2) diharapkan dapat meningkatkan minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika sehingga dengan menggunakan model pembelajaran tersebut, literasi dan disposisi matematis siswa dapat meningkat. E. Definisi Operasional 1. Literasi matematis adalah kemampuan dalam memahami dan mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi matematis yang diamati dalam literasi matematis ini yaitu level 3 dan level 4. a. Literasi matematis level 3, yaitu kemampuan melaksanakan prosedur dalam memilih dan menerapkan strategi pemecahan masalah yang sederhana. b. Literasi matematis level 4, yaitu kemampuan dalam bekerja secara efektif dalam memilih dan mengintegrasikan representasi yang berbeda, kemudian menghubungkannya dengan dunia nyata. 2. Disposisi matematis adalah keinginan dan kesadaran dalam diri siswa untuk melaksanakan kegiatan dalam pembelajaran matematika. Indikator untuk mengukur disposisi matematis adalah kepercayaan diri; minat dan keingintahuan dalam menemukan sesuatu yang baru; ketekunan; fleksibilitas dalam mengeksplorasi ide-ide matematis; memonitor dan mengevaluasi proses berpikir
  • 16. 16 Milla Mustikawati Sugandi, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis Siswa SMP (Studi Eksperimen pada Siswa SMP di Kota Cimahi) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu serta kinerja yang telah dilakukan; mengaplikasikan matematika terhadap bidang lain dan kehidupan sehari-hari. 3. Model pembelajaran Osborn Model pembelajaran Osborn adalah model pembelajaran dengan menggunakan teknik Brainstorming atau curah pendapat. Adapun langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut: a. Siswa dikelompokkan dalam kelompok yang heterogen; b. Siswa diberikan masalah atau situasi baru yang berbasis kontekstual; c. Siswa berdiskusi dalam kelompoknya dan menyelesaikan masalah yang diberikan dengan menampung semua gagasan anggota kelompok; d. Guru mengawasi siswa dan memberikan umpan balik kepada siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai; e. Setiap kelompok menyampaikan hasil diskusinya, mencatat hasil diskusi, dan menanggapi pendapat dari kelompok lain; f. Siswa kembali berdiskusi dengan kelompoknya, guru mengarahkan agar siswa untuk berpikir manakah gagasan yang terbaik dan benar; g. Guru mengambil keputusan untuk memilih gagasan sebagai penyelesaian yang terbaik dan benar. 4. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang mengunakan metode ekspositori atau ceramah. Kegiatan yang berlangsung di
  • 17. 17 Milla Mustikawati Sugandi, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis Siswa SMP (Studi Eksperimen pada Siswa SMP di Kota Cimahi) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu kelas yaitu guru menyampaikan materi pembelajaran, sedangkan siswa mendengarkan, mencatat, bertanya dan mengerjakan soal latihan.